Jejak karbon
Jejak karbon (Carbon Footprint) adalah jumlah karbon atau gas rumah kaca yang dihasilkan
dari berbagai aktivitas manusia dalam kurun waktu tertentu.
Selanjutnya, bagaimana kegiatan kita sehari hari dapat menyumbang gas rumah kaca?
Banyak kegiatan- kegiatan manusia yang dapat memyumbang gas rumah kaca. Berikut ini
adalah beberapa kegiatan manusia yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.
1. Penyediaan makanan
Jejak karbon makanan merupakan istilah untuk emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan
dari bahan makanan, mulai dari proses awal produksi hingga pembuangannya. Secara
global, makanan bisa menghasilkan 13,7 miliar metrik ton emisi GRK. Berdasarkan data Our
World in Data, sapi potong menjadi bahan makanan yang memberi kontribusi besar
terhadap jejak karbon. Satu kilogram (kg) daging sapi potong bisa menghasilkan 60 kg emisi
GRK (kgCO2e). Makanan yang juga memberi kontribusi emisi GRK cukup besar adalah
domba dan kambing. Sebanyak 1 kg daging hewan tersebut menghasilkan 24 kgCO2e.
Kemudian, 1 kg keju dan daging sapi perah sama-sama menghasilkan 12 kgCO2e. Ada pula
cokelat yang dapat menghasilkan 19 kgCO2e setiap 1 kg. Sebanyak 1 kg kopi menghasilkan
17 kgCO2e. Adapun hasil emisi GRK yang dihasilkan udang ternak dan kelapa sawit untuk
setiap 1kg berturut-turut sebanyak 12 kgCO2e dan 8 kgCO2e. Adapun, sumber emisi utama
di daging sapi dan domba adalah gas metan. Gas ini muncul dari fermentasi bakteria yang
mengubah makanan menjadi energi dalam perut hewan. Metan berkontribusi sangat tinggi
dalam emisi GRK.
2. Penggunaan transportasi
Berbagai aktivitas dilakukan sehari-hari menuntut orang-orang untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Tidak heran banyak orang yang menghabiskan waktu sehari-harinya
dengan menggunakan aneka transportasi, seperti sepeda motor, mobil, bus, hingga
pesawat. Faktanya, saat digunakan kendaraan-kendaraan ini akan menghasilkan polusi dan
emisi yang memperburuk kualitas udara. Berdasarkan data dari International Energy Agency
pada tahun 2015, 30% dari total emisi CO2 yang dihasilkan di Indonesia berasal dari sektor
transportasi. Dari jumlah itu, 88%-nya berasal dari transportasi darat.
3. Penggunaan Energi Listrik dan Air
Penggunaan energi listrik untuk keperluan sehari-hari, misalnya TV, AC, lampu, kulkas,
mesin cuci, microwave dan berbagai peralatan listrik lainnya ternyata berbanding lurus
dengan dihasilkannya gas emisi. Bagaimana bisa? Jawabannya ada pada sumber energi
listrik yang kita gunakan. Kebanyakan, sumber energi listrik masih berasal dari pembakaran
bahan fosil pada pembangkit listrik.
Begitupun dengan penyalahgunaan air. dibutuhkan banyak energi untuk mengelola air
bersih, dan itu masih didapat dari penggunaan energi fosil. Jadi mari kita kurang-kurangi
membuang atau menyalahgunakan air bersih.
Gas-gas rumah kaca yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya dapat menyebabkan
efek rumah kaca semakin parah. Efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan
pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-
hal seperti berikut:
1. Mencairnya es di kutub.
2. Rusaknya ekosistem.
3. Naiknya ketinggian permukaan air laut
4. Perubahan iklim yang ekstrim.
5. Menipisnya lapisan ozon