Anda di halaman 1dari 27

DAMPAK PENGGUNAAN ENERGI TERBARUKAN DAN KEBIJAKAN REGULASI

TERHADAP EKSTERNALITAS LINGKUNGAN DI SEKTOR ENERGI

Sebagai Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Teori dan Aplikasi Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu: Dr. Mintasih Indriayu, M.Pd.

Disusun Oleh:
Andi Adam Rahmanto
S992302001

MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
PENDAHULUAN

Penggunaan energi fosil sebagai sumber utama energi selama beberapa dekade terakhir telah
memberikan manfaat besar bagi perkembangan industri dan kehidupan modern. Sumber
energi fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam telah menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi global dan memenuhi kebutuhan energi yang melonjak pesat (Astra,
2010). Penggunaan energi fosil telah meningkatkan mobilitas manusia, memperluas akses
terhadap teknologi modern, dan memperkaya standar hidup banyak orang. Namun,
keberlanjutan penggunaan sumber energi fosil semakin dipertanyakan karena dampak
negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Proses ekstraksi, produksi, dan
pembakaran energi fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2),
metana (CH4), dan nitrogen oksida (NOx), yang menyebabkan pemanasan global dan
perubahan iklim (Mulyana & Wirahadikusumah, 2017). Akibatnya, cuaca ekstrem,
peningkatan permukaan laut, dan gangguan pada ekosistem menjadi kenyataan yang
mengkhawatirkan. Selain itu, polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran energi fosil
menyebabkan masalah kesehatan serius bagi manusia. Partikel-partikel halus dan bahan
kimia berbahaya yang terkandung dalam polusi udara menyebabkan penyakit pernapasan,
masalah kardiovaskular, dan meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan lainnya.
Masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dan dekat instalasi industri seringkali menjadi
korban utama dampak buruk polusi udara ini.

Penggunaan energi fosil juga menyebabkan kerusakan lingkungan lainnya, seperti


pencemaran air dan tanah akibat tumpahan minyak dan limbah industri (Astra, 2010).
Penggalian tambang dan pembukaan lahan untuk keperluan energi fosil juga dapat
menghancurkan habitat alami dan mengancam keanekaragaman hayati. Untuk mengatasi
tantangan ini, banyak negara dan lembaga internasional telah berfokus pada pengembangan
dan penerapan teknologi energi terbarukan sebagai alternatif yang ramah lingkungan. Energi
terbarukan, seperti energi surya, angin, hidro, biomassa, dan geotermal, menawarkan potensi
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil
yang terbatas. Selain itu, kebijakan regulasi juga memainkan peran penting dalam
mengarahkan dan mendorong peralihan dari sumber energi konvensional ke energi
terbarukan. Namun, meskipun manfaat yang ditawarkan oleh energi terbarukan dan kebijakan
regulasi yang memihak lingkungan, masih ada tantangan dan isu-isu terkini yang perlu
dipahami lebih lanjut. Salah satu isu utama yang harus diatasi adalah dampak penggunaan
energi terbarukan dan kebijakan regulasi terhadap eksternalitas lingkungan di sektor energi.

Eksternalitas lingkungan merujuk pada efek positif atau negatif yang tidak dipertimbangkan
sepenuhnya dalam keputusan ekonomi dan kebijakan, yang kemudian berdampak pada
lingkungan secara keseluruhan. Dampak ini bisa mencakup penurunan polusi udara dan air,
keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan kualitas lingkungan lainnya. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mengidentifikasi dan memahami dampak eksternalitas lingkungan yang
mungkin timbul dari penggunaan energi terbarukan dan implementasi kebijakan regulasi di
sektor energi.

Penelitian tentang "Dampak Penggunaan Energi Terbarukan dan Kebijakan Regulasi


terhadap Eksternalitas Lingkungan di Sektor Energi" menjadi sangat relevan untuk
membantu merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam menghadapi
tantangan lingkungan saat ini. Penelitian ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang
sejauh mana penggunaan energi terbarukan dan kebijakan regulasi mampu mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dan menunjukkan kontribusi positif mereka dalam
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dengan memahami dampak eksternalitas lingkungan yang terkait dengan energi terbarukan
dan kebijakan regulasi, pemerintah, lembaga, dan masyarakat dapat lebih bijaksana dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi,
keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
PEMBAHASAN
A. Pengenalan tentang Energi Terbarukan dan Kebijakan Regulasi
1. Sumber Daya Energi Terbarukan Dan Jenis-Jenisnya
Sumber daya energi terbarukan adalah jenis energi yang berasal dari sumber alam
yang dapat diperbaharui secara berkelanjutan tanpa mengalami penurunan
kuantitasnya (Suparmoko, 2020). Penggunaan energi terbarukan memainkan peran
sentral dalam menghadapi tantangan global terkait ketergantungan pada sumber daya
energi fosil yang semakin berkurang (Radhiana et al., 2023). Meskipun sumber daya
energi fosil telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi selama beberapa
dekade terakhir, namun penggunaan mereka menyebabkan emisi gas rumah kaca dan
polusi udara, yang secara langsung berkontribusi pada perubahan iklim dan berbagai
masalah lingkungan lainnya. Efek negatif ini tidak hanya berdampak pada
lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia dan keberlanjutan ekosistem
(Rahmayani, 2021). Dengan memanfaatkan energi terbarukan, kita dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca dan mencapai target untuk mengurangi pemanasan global
(Taufiqurrohman & Yusuf, 2022). Selain itu, energi terbarukan tidak hanya berperan
sebagai alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga memberikan keuntungan dalam
aspek sosial dan ekonomi. Mereka menciptakan peluang kerja di sektor energi
terbarukan, merangsang inovasi teknologi, dan memperkuat ketahanan energi
masyarakat.

Upaya untuk menggeser paradigma energi dari sumber fosil ke energi terbarukan
memerlukan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat (Ariani et al., 2022). Diperlukan kebijakan regulasi yang mendukung dan
mendorong penggunaan energi terbarukan, termasuk insentif fiskal, investasi dalam
penelitian dan pengembangan, serta pengembangan infrastruktur yang memadai.
Kesadaran dan partisipasi masyarakat juga menjadi kunci sukses dalam menerapkan
energi terbarukan secara lebih luas. Dengan komitmen dan aksi bersama dalam
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, kita dapat menciptakan
masa depan yang berkelanjutan, mengurangi dampak negatif energi fosil pada
lingkungan, dan meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh makhluk di bumi ini.
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa jenis sumber daya energi terbarukan:
a. Energi Surya (Solar)
Energi surya didapatkan dari sinar matahari dan dapat diubah menjadi listrik
menggunakan panel surya atau digunakan secara langsung untuk pemanas air dan
ruangan (Junianto & Slamet, 2019). Panel surya mengandalkan sel fotovoltaik
yang menangkap energi dari sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik.
b. Energi Angin (Wind)
Energi angin diperoleh dari gerakan angin yang digunakan untuk menggerakkan
turbin angin. Turbin angin kemudian mengubah energi kinetik angin menjadi
energi listrik (Aryanto et al., 2013). Lokasi yang strategis dan terbuka merupakan
syarat penting untuk pemanfaatan energi angin secara efisien.
c. Energi Hidro (Hydropower)
Energi hidro diperoleh dari energi air yang menggerakkan turbin hidroelektrik.
Turbin ini digunakan untuk mengubah energi kinetik air dari sungai, sungai, dan
bendungan menjadi energi listrik. Pembangkit listrik tenaga air merupakan sumber
daya energi terbarukan yang telah lama digunakan dan efisien (Prabowo et al.,
2019).
d. Energi Biomassa
Energi biomassa diperoleh dari bahan organik seperti sisa tanaman, limbah
pertanian, limbah industri, dan biomassa lainnya. Biomassa dapat digunakan
untuk menghasilkan energi melalui proses pembakaran langsung atau dengan
mengubahnya menjadi biogas atau bioetanol(Papilo et al., 2015).
e. Energi Geotermal
Energi geotermal adalah panas bumi yang dihasilkan dari aktivitas geologi di
bawah permukaan bumi (Basid et al., 2014). Panas ini dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik melalui pembangkit listrik geotermal atau digunakan untuk
pemanasan langsung.

Keunggulan sumber daya energi terbarukan adalah ramah lingkungan karena


menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah daripada energi fosil. Selain
itu, sumber daya energi terbarukan tidak terbatas, sehingga dapat berkontribusi pada
keberlanjutan energi dalam jangka panjang. Namun, pengembangan dan penerapan
teknologi energi terbarukan masih dihadapkan pada beberapa tantangan, termasuk
efisiensi, biaya, dan integrasi ke dalam jaringan listrik yang ada. Meskipun demikian,
terus berkembangnya teknologi dan dukungan kebijakan yang tepat dapat mendorong
penggunaan sumber daya energi terbarukan secara lebih luas dan berkelanjutan di
masa depan.

2. Kebijakan Regulasi Yang Telah Diterapkan Oleh Pemerintah Atau Lembaga


Internasional Untuk Mendorong Penggunaan Energi Terbarukan
Kebijakan regulasi yang diterapkan oleh pemerintah atau lembaga internasional untuk
mendorong penggunaan energi terbarukan mencakup berbagai instrumen yang
dirancang dengan tujuan utama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan dan adopsi sumber energi terbarukan (Mujiyanto et al., 2016).
Instrumen kebijakan ini bervariasi mulai dari Feed-in Tariffs (FiTs), Renewable
Portfolio Standards (RPS), hingga skema insentif pajak dan subsidi. FiTs memberikan
tarif pembelian yang menguntungkan bagi produsen energi terbarukan, RPS
menetapkan target minimum penggunaan energi terbarukan bagi penyedia energi,
sementara skema insentif pajak dan subsidi memberikan dorongan finansial langsung
bagi pemanfaatan teknologi energi terbarukan.

Melalui kebijakan-kebijakan ini, pemerintah dan lembaga internasional berupaya


untuk mengurangi hambatan finansial dan teknis yang sering kali dihadapi oleh
industri energi terbarukan. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk menciptakan
stabilitas pasar dan memberikan sinyal jangka panjang bagi investasi dalam teknologi
energi terbarukan. Dengan memberikan insentif dan dukungan yang tepat, penerapan
energi terbarukan diharapkan dapat meningkat pesat, menggantikan sebagian besar
konsumsi energi dari sumber fosil yang terbatas dan berkontribusi pada perlindungan
lingkungan dan keberlanjutan planet kita.

Berikut adalah beberapa contoh kebijakan regulasi yang telah diterapkan oleh
pemerintah atau lembaga internasional untuk mendorong penggunaan energi
terbarukan:
a) Feed-in Tariff (FiT) atau Tarif Atas Pembelian
Kebijakan ini memungkinkan produsen energi terbarukan untuk menjual listrik
yang dihasilkan ke jaringan listrik dengan harga tetap yang lebih tinggi daripada
harga listrik konvensional (Pyrgou et al., 2016). Hal ini mendorong investasi
dalam pembangunan pembangkit listrik terbarukan dan memberikan insentif bagi
produsen untuk menghasilkan energi terbarukan.
b) Renewable Portfolio Standards (RPS) atau Standar Portofolio Energi Terbarukan
Kebijakan ini mewajibkan penyedia listrik untuk mencapai target tertentu dalam
portofolio energi mereka dengan menggunakan sumber daya energi terbarukan
(Yin & Powers, 2010). Setiap penyedia listrik harus memiliki persentase tertentu
dari energi mereka berasal dari sumber terbarukan pada periode waktu tertentu.
c) Quota Obligations atau Kewajiban Kuota
Beberapa negara menerapkan sistem kuota obligasi yang mewajibkan penyedia
listrik untuk memasok sebagian persen energi dari sumber terbarukan, seperti
energi surya, angin, atau biomassa (Alkanu et al., 2020). Jika kuota ini tidak
terpenuhi, maka penyedia listrik harus membayar denda.
d) Subsidi dan Insentif Fiskal
Pemerintah memberikan insentif fiskal, seperti keringanan pajak, kredit pajak,
atau subsidi, kepada perusahaan atau individu yang berinvestasi dalam proyek
energi terbarukan (Kurniawan et al., 2015). Subsidi ini dapat mengurangi biaya
investasi dan meningkatkan daya saing energi terbarukan.
e) Green Energy Certification atau Sertifikasi Energi Hijau
Sistem sertifikasi energi hijau memberikan label khusus untuk listrik yang
dihasilkan dari sumber energi terbarukan (Knirsch et al., 2020). Hal ini
memungkinkan konsumen untuk memilih dan mendukung energi terbarukan
secara aktif dengan membeli listrik yang bersertifikat hijau.
f) Net Metering
Kebijakan ini memungkinkan pemilik rumah atau bisnis dengan sistem energi
terbarukan, seperti panel surya, untuk mengalirkan energi berlebih ke jaringan
listrik dan mendapatkan kredit untuk energi yang dihasilkan. Kredit ini dapat
digunakan untuk mengkompensasi energi yang mereka konsumsi dari jaringan
listrik saat energi terbarukan mereka tidak mencukupi.
g) Peningkatan Efisiensi Energi
Kebijakan yang mendorong peningkatan efisiensi energi, termasuk dalam sektor
energi terbarukan, sehingga lebih banyak energi dapat dihasilkan dari sumber
yang sama atau lebih sedikit energi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi
(Mario Roal, 2015).
h) Program Penelitian dan Pengembangan (R&D) dalam Energi Terbarukan
Pemerintah dan lembaga internasional mendukung program penelitian dan
pengembangan dalam teknologi energi terbarukan untuk mendorong inovasi dan
efisiensi dalam sektor tersebut.

Kebijakan-kebijakan ini menjadi instrumen penting dalam mendorong transisi energi


ke arah sumber daya energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Penggunaan energi terbarukan akan semakin meningkat dengan adanya dukungan dan
implementasi dari kebijakan-kebijakan tersebut.

B. Peningkatan Permintaan Energi dan Dampaknya pada Lingkungan


1. Peningkatan Permintaan Energi
Meningkatnya permintaan energi dan ketergantungan pada sumber energi fosil adalah
dua isu yang saling terkait dan memiliki dampak besar pada berbagai aspek kehidupan
manusia dan lingkungan. Banyak faktor yang menjadi penyebab meningkatnya
permintaan energi, seperti pertumbuhan penduduk, Urbanisasi dan Industrialisasi,
Peningkatan Konsumsi Energi Per Kapita dan Perkembangan Teknologi.

Pertumbuhan penduduk yang pesat di banyak negara telah menjadi pendorong utama
dari peningkatan permintaan energi secara signifikan (Putri, 2023). Fenomena ini
berhubungan erat dengan kenyataan bahwa semakin banyak orang yang tinggal di
dunia ini, sehingga kebutuhan akan energi meningkat secara eksponensial untuk
memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari mereka. Kehidupan modern mengandalkan
energi untuk berbagai aktivitas, mulai dari penerangan rumah, transportasi, hingga
operasional industri. Jumlah rumah tangga yang bertambah, pertumbuhan
infrastruktur kota, dan kegiatan industri yang semakin berkembang menuntut lebih
banyak sumber daya energi yang diproduksi dan digunakan secara berkelanjutan.
Selain itu, pertumbuhan penduduk juga berdampak pada meningkatnya konsumsi
energi per kapita, karena setiap individu memiliki kebutuhan energi yang semakin
kompleks dan beragam. Maka dari itu, keberlanjutan energi menjadi perhatian penting
bagi pemerintah dan masyarakat untuk memastikan bahwa pasokan energi dapat
dipenuhi tanpa mengorbankan kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Upaya beralih ke sumber energi terbarukan dan efisiensi energi menjadi semakin
krusial dalam mengatasi tantangan ini agar kita dapat menghadapi masa depan yang
berkelanjutan dan berdaya dukung bagi generasi mendatang.

Selain itu, urbanisasi dan industrialisasi yang pesat di banyak negara telah
memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kebutuhan energi di kota-kota
besar dan pusat industri (Putri, 2023). Perkembangan kota yang pesat, dengan
pertumbuhan infrastruktur dan populasi yang tinggi, menimbulkan tuntutan besar
akan pasokan energi untuk memenuhi berbagai kebutuhan transportasi, penerangan,
dan operasional industri. Transportasi menjadi salah satu aspek penting dalam
kehidupan perkotaan yang aktif, dan mobilitas yang tinggi menghasilkan permintaan
energi yang signifikan. Selain itu, kebutuhan akan penerangan untuk memastikan
keamanan dan produktivitas di malam hari juga meningkat dengan adanya urbanisasi
yang pesat. Sebagai pusat ekonomi dan industri, kota-kota besar dan pusat industri
membutuhkan energi yang cukup besar untuk mengoperasikan berbagai fasilitas dan
proses produksi. Permintaan energi yang tinggi dalam kondisi urbanisasi dan
industrialisasi ini menuntut pemanfaatan sumber daya energi secara efisien dan
berkelanjutan agar dapat memenuhi kebutuhan yang terus berkembang seiring
pertumbuhan dan perkembangan perkotaan. Selain itu, keberlanjutan energi dan
penggunaan energi terbarukan menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif
pada lingkungan akibat tingginya permintaan energi di perkotaan.

Penyebab meningkatnya permintaan energi juga berbanding lurus dengan


perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi yang pesat dan peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat berkontribusi secara signifikan pada meningkatnya
konsumsi energi per kapita (Putri, 2023). Semakin tinggi tingkat kesejahteraan dan
pendapatan per individu, semakin besar pula kecenderungan mereka untuk
mengkonsumsi lebih banyak energi untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan gaya
hidup yang semakin modern. Pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan dan akses
yang lebih mudah terhadap teknologi membuat orang dapat lebih leluasa
menggunakan energi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Permintaan energi
yang meningkat per kapita menjadi salah satu konsekuensi alami dari meningkatnya
standar hidup dan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, dengan meningkatnya kesadaran tentang kenyamanan dan efisiensi energi,
konsumsi energi per individu juga dapat meningkat. Masyarakat cenderung
menggunakan lebih banyak perangkat elektronik, sistem pemanas dan pendingin
udara, serta kendaraan bermotor yang memerlukan energi untuk beroperasi.
Akumulasi konsumsi energi tinggi dari setiap individu di masyarakat berujung pada
peningkatan permintaan energi secara keseluruhan dalam suatu negara atau wilayah.
Upaya untuk mengatasi dampak negatif dari peningkatan konsumsi energi per kapita
perlu didorong dengan kebijakan-kebijakan yang berfokus pada efisiensi energi dan
penggunaan energi terbarukan. Selain itu, edukasi dan kampanye kesadaran tentang
pentingnya penggunaan energi yang bijaksana dan berkelanjutan menjadi sangat
penting agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menciptakan masa depan energi
yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Perkembangan teknologi, terutama di sektor teknologi informasi dan komunikasi,


telah menjadi pendorong utama dari meningkatnya permintaan energi (Yana et al.,
2021). Revolusi digital dan kemajuan dalam dunia teknologi telah menghadirkan
berbagai perangkat elektronik yang semakin canggih dan fungsional. Semakin banyak
perangkat elektronik yang digunakan oleh individu dan perusahaan, semakin tinggi
pula konsumsi energi yang diperlukan untuk mengoperasikan perangkat tersebut.

Peningkatan penggunaan smartphone, komputer, laptop, tablet, dan perangkat


elektronik lainnya telah membawa kebutuhan energi yang signifikan untuk
menjalankan proses komputasi, pengiriman data, dan akses internet. Selain itu, tren
seperti Internet of Things (IoT) dan teknologi cerdas (smart technology) juga turut
mendorong permintaan energi yang lebih besar karena semakin banyak perangkat
yang terhubung dan beroperasi secara otomatis (Parung et al., 2021). Dalam skala
yang lebih besar, kemajuan teknologi juga mendorong pertumbuhan pusat data (data
centers) yang memerlukan pasokan daya yang besar untuk menjalankan server dan
infrastruktur jaringan. Perkembangan teknologi juga berdampak pada meningkatnya
kebutuhan energi dalam sektor industri dan manufaktur untuk mengoperasikan mesin-
mesin yang canggih dan berdaya tinggi. Untuk menghadapi tantangan meningkatnya
konsumsi energi akibat perkembangan teknologi, langkah-langkah efisiensi energi
dan penggunaan sumber energi terbarukan menjadi semakin penting. Upaya untuk
mengurangi jejak karbon dan dampak lingkungan dari konsumsi energi teknologi
harus menjadi fokus utama untuk menciptakan dunia yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan dalam era teknologi yang terus berkembang pesat.

2. Ketergantungan pada Sumber Energi Fosil


Ketergantungan pada sumber energi fosil merupakan fenomena yang telah
berlangsung selama beberapa dekade dan menjadi tantangan kritis dalam mencapai
keberlanjutan lingkungan. Sumber energi fosil, seperti minyak bumi, gas alam, dan
batu bara, telah menjadi tulang punggung dari kegiatan ekonomi global dan
menyediakan mayoritas kebutuhan energi dunia.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan ketergantungan pada sumber energi fosil
adalah ketersediaan (Muyasaroh et al., 2018). Sumber daya energi fosil, seperti
minyak bumi, gas alam, dan batu bara, memiliki karakteristik sebagai sumber daya
yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Keterbatasan sumber daya ini berarti
bahwa pasokan mereka tidak dapat diperbarui atau dipulihkan secara alami dalam
waktu yang singkat, sehingga mereka merupakan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui. Penggunaan berlebihan dan terus-menerus terhadap sumber daya energi
fosil ini telah mengakibatkan peningkatan permintaan yang tinggi, sehingga
menyebabkan risiko yang serius terhadap kelangkaan di masa depan.

Seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi, permintaan energi


terus meningkat, dan sumber daya energi fosil menjadi pilihan utama untuk
memenuhi kebutuhan energi dunia. Namun, dengan tingkat konsumsi saat ini, sumber
daya energi fosil diperkirakan akan semakin terkuras dalam beberapa dekade
mendatang. Risiko kelangkaan ini berdampak pada ketidakstabilan pasokan energi,
fluktuasi harga energi yang drastis, dan potensi konflik atas sumber daya yang
terbatas. Selain risiko kelangkaan, penggunaan sumber daya energi fosil juga
berkontribusi pada dampak lingkungan yang serius, seperti emisi gas rumah kaca dan
polusi udara. Perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah
kaca menjadi tantangan global yang memerlukan tindakan kolektif untuk mengurangi
dampaknya.

Selain itu, ketergantungan pada sumber energi fosil juga menyebabkan kerentanan
terhadap fluktuasi harga dan ketidakstabilan pasokan energi global. Ketika harga
energi fosil naik, negara-negara yang sangat bergantung pada impor energi
menghadapi risiko ketidakstabilan ekonomi dan keuangan. Konflik dan persaingan
atas sumber daya energi juga bisa timbul sebagai akibat dari ketergantungan pada
pasokan yang terbatas. Dalam mengatasi tantangan ketergantungan pada sumber
energi fosil, langkah-langkah transisi ke energi terbarukan dan kebijakan yang
berfokus pada efisiensi energi menjadi sangat penting. Investasi dalam riset dan
pengembangan teknologi energi terbarukan, serta pembangunan infrastruktur yang
mendukung penggunaan energi ramah lingkungan, akan menjadi kunci dalam
menciptakan masa depan energi yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak
eksternalitas negatif pada lingkungan. Kesadaran dan partisipasi aktif dari
masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dalam menjalankan peran mereka dalam
transisi ini akan menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan keberlanjutan energi
global.

Solusi untuk mengatasi meningkatnya permintaan energi dan ketergantungan pada


sumber energi fosil adalah dengan mengembangkan dan menerapkan sumber daya
energi terbarukan. Energi terbarukan, seperti energi matahari, angin, air, biomassa,
dan geotermal, adalah alternatif yang lebih bersih, berkelanjutan, dan tidak terbatas.
Penerapan kebijakan dan insentif untuk mendukung penggunaan energi terbarukan
menjadi kunci dalam mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan
mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan dan kesehatan manusia.

3. Dampak Negatif Penggunaan Energi Fosil Pada Lingkungan


Penggunaan energi fosil memiliki dampak negatif yang signifikan pada lingkungan,
terutama terkait dengan emisi gas rumah kaca, polusi udara, dan perubahan iklim.
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang harus diperhatikan :
a) Emisi Gas Rumah Kaca
Saat bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara dibakar untuk
menghasilkan energi, gas rumah kaca dilepaskan ke atmosfer. Gas rumah kaca,
seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O),
memperangkap panas di atmosfer dan menyebabkan efek rumah kaca. Hal ini
menyebabkan pemanasan global dan peningkatan suhu rata-rata di Bumi, yang
berkontribusi pada perubahan iklim.
b) Pencemaran Udara
Pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan polutan udara seperti sulfur
dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), partikel debu, dan bahan kimia berbahaya
lainnya. Pencemaran udara ini menyebabkan kualitas udara yang buruk,
membahayakan kesehatan manusia, dan merusak lingkungan. Polusi udara dapat
menyebabkan masalah pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan gangguan
kesehatan lainnya.
c) Perubahan Iklim
Akumulasi gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan perubahan iklim global.
Dampak perubahan iklim termasuk peningkatan suhu rata-rata Bumi, pencairan es
di kutub, kenaikan permukaan laut, perubahan pola curah hujan, dan intensifikasi
kejadian cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Semakin intensifnya
perubahan iklim mengancam ekosistem, keanekaragaman hayati, dan keselamatan
manusia, terutama di daerah rawan bencana.
d) Kerusakan Lingkungan
Eksploitasi sumber daya energi fosil juga menyebabkan kerusakan langsung pada
lingkungan. Misalnya, pengeboran minyak dan gas dapat menyebabkan tumpahan
minyak laut yang merusak ekosistem laut dan pesisir. Penambangan batu bara
dapat mengakibatkan deforestasi, kerusakan lahan, dan gangguan pada ekosistem
alami.

Untuk mengatasi dampak negatif penggunaan energi fosil, perlu dilakukan transisi ke
sumber daya energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, seperti energi terbarukan.
Pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara dapat dicapai dengan
meningkatkan efisiensi energi, mengadopsi teknologi bersih, dan menggantikan
energi fosil dengan alternatif yang ramah lingkungan. Selain itu, kesadaran dan aksi
kolektif dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga internasional juga diperlukan
untuk mencapai tujuan perlindungan lingkungan dan perubahan iklim yang lebih
ambisius dan berkelanjutan.

C. Manfaat Penggunaan Energi Terbarukan bagi Lingkungan


Penggunaan energi terbarukan memiliki potensi manfaat yang besar dalam mengurangi
emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim. Berikut adalah beberapa
manfaatnya:
a) Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Energi terbarukan, seperti energi matahari (solar), angin (wind), dan air (hidro), tidak
menghasilkan emisi gas rumah kaca selama operasionalnya. Dengan beralih dari
sumber energi fosil ke energi terbarukan, emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya
dapat ditekan secara signifikan. Ini membantu mengurangi beban emisi yang
menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.
b) Sumber Energi Tidak Terbatas dan Ramah Lingkungan
Sumber daya energi terbarukan merupakan sumber daya yang tidak terbatas dan dapat
diperbaharui. Energi matahari, angin, air, biomassa, dan geotermal dapat diperbaharui
secara alami dan berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya ini tidak merusak
lingkungan dan tidak menyebabkan degradasi lahan atau pencemaran.
c) Diversifikasi Energi
Dengan memanfaatkan energi terbarukan, kita dapat diversifikasi sumber energi yang
digunakan. Hal ini mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang terbatas
dan seringkali berasal dari negara-negara produsen energi yang menghadirkan risiko
geopolitik. Diversifikasi energi membawa keamanan pasokan dan ketahanan energi.
d) Penciptaan Lapangan Kerja dan Pengembangan Ekonomi
Industri energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam bidang
perancangan, pembuatan, instalasi, dan pemeliharaan infrastruktur energi terbarukan.
Selain itu, pengembangan energi terbarukan dapat memacu pertumbuhan ekonomi
melalui investasi, penelitian, dan pengembangan teknologi baru (Yana et al., 2021).
e) Pengurangan Biaya Energi Jangka Panjang
Meskipun investasi awal dalam infrastruktur energi terbarukan mungkin lebih tinggi,
biaya operasional dan pemeliharaan lebih rendah dibandingkan dengan sumber energi
fosil. Dengan adanya perkembangan teknologi dan peningkatan efisiensi, biaya energi
terbarukan diharapkan semakin kompetitif dan memberikan keuntungan jangka
panjang bagi konsumen dan masyarakat.
f) Pelestarian Sumber Daya Alam
Penggunaan energi terbarukan berkontribusi pada pelestarian sumber daya alam,
termasuk hutan, lahan, dan ekosistem yang penting bagi keanekaragaman hayati.
Dengan mengurangi tekanan eksploitasi sumber daya alam untuk energi, kita dapat
mempertahankan keberlangsungan ekosistem dan fungsi lingkungan yang kritis.
g) Pengurangan Polusi Udara
Energi terbarukan, seperti energi matahari dan angin, tidak menghasilkan polutan
udara seperti sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel debu seperti
yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Dengan beralih ke sumber energi
terbarukan, kita dapat mengurangi tingkat polusi udara dan meningkatkan kualitas
udara yang dihirup oleh manusia, mengurangi risiko penyakit pernapasan dan
kesehatan yang terkait dengan polusi udara.
h) Pengurangan Polusi Air
Energi terbarukan, seperti energi air (hidro) dan biomassa, umumnya memiliki
dampak yang lebih rendah pada kualitas air daripada pembangkit listrik tenaga fosil
yang memerlukan banyak air untuk pendinginan. Selain itu, penggunaan sumber daya
energi terbarukan juga mengurangi risiko tumpahan minyak atau kebocoran bahan
berbahaya ke perairan, yang dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem laut dan
kesehatan manusia.
i) Pengurangan Jejak Karbon
Energi terbarukan menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan energi fosil. Dengan mengandalkan sumber daya energi yang lebih bersih, kita
dapat mengurangi jumlah total emisi gas rumah kaca dan dampaknya pada pemanasan
global dan perubahan iklim.
j) Keberlanjutan Lingkungan
Energi terbarukan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan karena sumber
dayanya dapat diperbaharui secara alami. Pemanfaatan energi matahari, angin, air,
biomassa, dan geotermal tidak menghabiskan sumber daya alam yang terbatas,
sehingga memungkinkan ekosistem untuk pulih dan menjaga keseimbangan
lingkungan.
k) Kehidupan Satwa dan Keanekaragaman Hayati
Penggunaan energi terbarukan membantu melindungi habitat alami satwa liar dan
menjaga keanekaragaman hayati. Banyak pembangkit listrik tenaga fosil merusak
habitat alami dan mengganggu ekosistem alam, sementara energi terbarukan tidak
memiliki dampak serupa dan membantu melindungi keberagaman flora dan fauna.
l) Diversifikasi Ekonomi dan Keamanan Energi
Mendorong pengembangan energi terbarukan membantu mengurangi ketergantungan
pada impor bahan bakar fosil dari negara lain. Dengan memiliki infrastruktur energi
yang lebih beragam, negara dapat mengurangi risiko ketidakstabilan pasokan energi
dan meningkatkan keamanan energi dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, energi terbarukan merupakan solusi penting dalam mengurangi emisi
gas rumah kaca, memitigasi perubahan iklim, dan menjaga keseimbangan lingkungan.
Mengimplementasikan sumber daya energi terbarukan secara lebih luas, kita dapat
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menjaga lingkungan bumi yang lebih
bersih, sehat, dan lestari untuk generasi masa depan.

D. Dampak Eksternalitas Lingkungan dari Energi Terbarukan


1. Dampak Eksternalitas Positif Dari Penggunaan Energi Terbarukan Pada
Lingkungan
Penggunaan energi terbarukan memiliki dampak eksternalitas positif yang signifikan
pada lingkungan, terutama dalam hal pengurangan dampak lingkungan dari
penggunaan energi fosil. Dampak eksternalitas positif ini mencakup beberapa aspek
berikut:
a) Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
Salah satu dampak eksternalitas positif paling terlihat dari penggunaan energi
terbarukan adalah pengurangan emisi gas rumah kaca. Energi terbarukan tidak
menghasilkan emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya selama operasionalnya.
Akibatnya, penggunaan energi terbarukan secara langsung menyumbang pada
upaya global untuk mengurangi pemanasan global dan dampak perubahan iklim.
b) Pengurangan Polusi Udara
Energi terbarukan, seperti energi matahari dan angin, tidak menghasilkan polutan
udara seperti SO2, NOx, dan partikel debu yang dihasilkan oleh pembakaran
bahan bakar fosil. Dengan mengandalkan energi terbarukan, kita dapat
mengurangi tingkat polusi udara di lingkungan sekitar pembangkit listrik dan
tempat konsumsi energi lainnya, yang berdampak positif pada kesehatan manusia
dan ekosistem.
c) Pengurangan Polusi Air
Beberapa sumber daya energi terbarukan, seperti energi hidro dan biomassa,
memiliki dampak yang lebih rendah pada kualitas air daripada pembangkit listrik
tenaga fosil. Penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi risiko tumpahan
minyak atau kebocoran bahan berbahaya ke perairan, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada ekosistem laut dan perairan.
d) Pelestarian Sumber Daya Alam
Energi terbarukan menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
seperti sinar matahari, angin, dan air. Dengan mengurangi ketergantungan pada
energi fosil, kita dapat mengurangi eksploitasi sumber daya alam yang terbatas
dan mendukung pelestarian hutan, lahan, dan ekosistem lainnya.
e) Pengurangan Risiko Kesehatan Masyarakat
Dampak eksternalitas positif dari penggunaan energi terbarukan juga terlihat
dalam pengurangan risiko kesehatan masyarakat. Polusi udara dan air yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan, termasuk masalah pernapasan, penyakit kardiovaskular, dan
kanker. Dengan mengurangi polusi dari sumber energi, energi terbarukan dapat
membantu menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam analisis ini, kita melihat bahwa dampak eksternalitas positif dari penggunaan
energi terbarukan sangat penting dalam memitigasi dampak lingkungan negatif dari
penggunaan energi fosil. Dengan mendorong adopsi lebih lanjut dari teknologi energi
terbarukan dan mendukung kebijakan yang mempromosikan transisi ke sumber energi
bersih dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

2. Dampak Eksternalitas Negatif Dari Penggunaan Energi Terbarukan


Meskipun energi terbarukan memiliki banyak manfaat untuk lingkungan, terdapat
juga kemungkinan dampak negatif yang perlu diperhatikan. Beberapa dari dampak
negatif tersebut adalah:
a) Dampak pada Ekosistem Lokal
Pembangunan infrastruktur energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga
angin atau hidro, dapat memiliki dampak negatif pada ekosistem lokal. Perubahan
lahan untuk pembangunan instalasi energi terbarukan dapat menyebabkan
hilangnya habitat alami bagi satwa liar dan tanaman. Proses konstruksi dan
operasional juga dapat mengganggu kehidupan hewan, seperti migrasi burung dan
ikan, serta dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem perairan.
b) Perubahan Lanskap dan Estetika
Pembangunan fasilitas energi terbarukan, seperti turbin angin atau panel surya,
dapat mengubah lanskap alami dan estetika suatu wilayah. Beberapa orang
mungkin menganggap struktur-struktur ini sebagai pengganggu pemandangan
atau cenderung mengganggu keindahan alam.
c) Konflik dengan Masyarakat Setempat
Proyek energi terbarukan seringkali melibatkan pengambilan lahan dari
masyarakat setempat untuk membangun instalasi. Hal ini dapat menyebabkan
konflik dengan masyarakat, terutama jika mereka tidak mendapatkan manfaat
yang cukup atau merasa dirugikan oleh proyek tersebut. Pemenuhan kebutuhan
masyarakat setempat dan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan proyek
sangat penting untuk menghindari konflik sosial.
d) Pengaruh pada Sumber Daya Air
Beberapa proyek energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga hidro, dapat
mempengaruhi tata kelola sumber daya air dan aliran sungai. Pembendungan
sungai untuk pembangkit listrik hidro dapat mempengaruhi aliran air dan
kehidupan organisme di dalamnya, serta bisa berdampak pada ketersediaan air
bagi masyarakat lokal.
e) Permasalahan Teknologi dan Daur Ulang
Penggunaan beberapa teknologi energi terbarukan, seperti baterai untuk
penyimpanan energi, mengandung bahan baku langka dan sulit didaur ulang. Jika
tidak ditangani dengan baik, masalah daur ulang dapat menyebabkan dampak
negatif pada lingkungan.

Untuk mengurangi dampak negatif ini, penting untuk mempertimbangkan pendekatan


yang berkelanjutan dalam perencanaan dan implementasi proyek energi terbarukan.
Konsultasi dengan masyarakat setempat dan pemangku kepentingan, serta melakukan
studi dampak lingkungan secara menyeluruh sebelum implementasi, adalah langkah-
langkah yang penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah potensial yang
mungkin timbul. Selain itu, integrasi teknologi yang ramah lingkungan dan peduli
terhadap ekosistem alami dapat membantu mengurangi dampak negatif dan
meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap energi terbarukan.

E. Peran Kebijakan Regulasi dalam Mengatasi Dampak Eksternalitas Lingkungan


1. Peran Kebijakan Regulasi Dalam Mendorong Adopsi Energi Terbarukan Dan
Mengurangi Dampak Eksternalitas Lingkungan Dari Sektor Energi
Kebijakan regulasi memainkan peran krusial dalam mendorong adopsi energi
terbarukan dan mengurangi dampak eksternalitas lingkungan dari sektor energi.
Melalui kebijakan yang tepat, pemerintah dapat memberikan insentif, mengatur
standar, dan mengurangi hambatan untuk mengembangkan dan menggunakan sumber
energi terbarukan (Parjiono & Samosir, 2017).

Berikut adalah beberapa cara di mana kebijakan regulasi dapat berkontribusi:


a) Insentif dan Subsidi
Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal, seperti pengurangan pajak atau
subsidi, kepada produsen dan pengguna energi terbarukan. Insentif ini dapat
menurunkan biaya investasi awal dan membuat energi terbarukan lebih kompetitif
dibandingkan energi fosil. Subsidi juga dapat diberikan untuk mendorong
penelitian dan pengembangan teknologi energi terbarukan yang lebih efisien.
b) Target dan Standar Kinerja
Kebijakan regulasi dapat menetapkan target dan standar kinerja bagi industri
energi untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam portofolio energi
nasional. Target yang jelas dan terukur dapat memberikan sinyal pasar yang kuat
untuk investasi dalam sektor energi terbarukan.
c) Pembatasan Emisi
Regulasi yang membatasi emisi gas rumah kaca dan pencemaran udara dari
pembangkit listrik dan industri dapat mendorong peralihan dari energi fosil ke
energi terbarukan. Pembatasan ini dapat mencakup penetapan batas emisi, sistem
perdagangan emisi, atau pengenaan harga karbon.
d) Pembelian Energi Bersih oleh Pemerintah dan Swasta
Pemerintah dan sektor swasta dapat berkomitmen untuk membeli sebagian besar
energi dari sumber terbarukan. Ini memberikan pasar yang stabil bagi produsen
energi terbarukan dan memungkinkan skala ekonomi yang lebih besar, yang pada
gilirannya dapat menurunkan biaya dan meningkatkan daya saing energi
terbarukan.
e) Izin Lingkungan dan Persyaratan Penyediaan Energi
Kebijakan regulasi dapat mengharuskan proyek energi baru untuk memenuhi
standar lingkungan tertentu sebelum mendapatkan izin. Persyaratan ini termasuk
analisis dampak lingkungan menyeluruh dan langkah-langkah untuk mengurangi
dampak negatif pada lingkungan lokal dan ekosistem.
f) Pendidikan dan Kampanye Kesadaran
Kebijakan regulasi juga dapat berfokus pada pendidikan dan kampanye kesadaran
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat energi terbarukan
dan urgensi mengurangi emisi karbon. Peningkatan kesadaran masyarakat dapat
mendorong permintaan akan energi terbarukan dan memperkuat dukungan untuk
kebijakan yang mendukungnya.
Secara keseluruhan, kebijakan regulasi yang terarah dan komprehensif sangat penting
dalam menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi pengembangan dan adopsi
energi terbarukan. Dengan dukungan pemerintah dan kebijakan yang tepat, transisi
menuju energi terbarukan dapat dipercepat, membantu mengurangi dampak
eksternalitas lingkungan dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

2. Evaluasi Kebijakan Yang Telah Diterapkan Dan Analisis Tentang


Efektivitasnya Dalam Mencapai Tujuan Keberlanjutan Lingkungan
Evaluasi kebijakan yang telah diterapkan dalam mendukung adopsi energi terbarukan
dan mengurangi dampak eksternalitas lingkungan adalah langkah penting untuk
memahami sejauh mana kebijakan tersebut telah berhasil mencapai tujuan
keberlanjutan lingkungan. Berikut adalah beberapa poin yang perlu dievaluasi dan
dianalisis terkait efektivitas kebijakan:
a) Penetrasi Energi Terbarukan
Evaluasi harus mencakup analisis tentang sejauh mana kebijakan telah berhasil
meningkatkan penetrasi energi terbarukan dalam portofolio energi nasional atau
lokal. Data mengenai peningkatan kapasitas energi terbarukan dan pangsa energi
terbarukan dalam kebutuhan energi total sangat penting untuk mengukur dampak
kebijakan.
b) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Keberhasilan kebijakan dapat diukur dari dampaknya pada penurunan emisi gas
rumah kaca dan kontribusinya terhadap upaya mitigasi perubahan iklim. Data
tentang perubahan emisi dan komparasi dengan tren sebelumnya atau skenario
tanpa kebijakan dapat membantu menilai efektivitasnya.
c) Pengurangan Polusi Udara dan Air
Evaluasi kebijakan juga harus mempertimbangkan pengurangan polusi udara dan
air yang dihasilkan dari penggunaan energi terbarukan daripada energi fosil.
Dengan mengurangi polusi, kebijakan dapat membantu meningkatkan kualitas
udara dan air, serta dampaknya pada kesehatan masyarakat.
d) Dampak pada Ekosistem Lokal
Dalam mengadopsi energi terbarukan, penting untuk mengevaluasi dampaknya
pada ekosistem lokal dan memastikan bahwa dampak negatif minimal. Studi
dampak lingkungan menyeluruh dapat membantu memahami konsekuensi proyek
energi terbarukan terhadap lingkungan dan cara mengurangi dampak negatifnya.
e) Efisiensi dan Keberlanjutan Energi:
Evaluasi harus mencakup analisis tentang efisiensi penggunaan energi terbarukan
dan keberlanjutannya dalam jangka panjang. Peningkatan efisiensi energi
terbarukan menjadi kunci untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan
dari kebutuhan energi.
f) Penguatan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan
Kebijakan harus dinilai berdasarkan dampaknya pada penguatan ekonomi lokal
dan pembangunan berkelanjutan. Evaluasi ini mencakup penilaian tentang
peluang pekerjaan yang dihasilkan dari sektor energi terbarukan, pelibatan
masyarakat setempat dalam pengambilan keputusan, dan keseimbangan
kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
g) Keberlanjutan Finansial dan Keuangan
Evaluasi juga harus mempertimbangkan keberlanjutan finansial dari proyek energi
terbarukan dan keuangan negara yang terkait dengan kebijakan tersebut.
Perhitungan biaya dan manfaat jangka panjang proyek serta kestabilan keuangan
dalam jangka waktu yang lebih panjang harus menjadi bagian dari analisis.

Penting untuk mengingat bahwa kebijakan energi dan lingkungan seringkali kompleks
dan saling terkait. Oleh karena itu, evaluasi kebijakan harus mencakup berbagai aspek
dan mengambil pendekatan holistik untuk mengukur efektivitasnya dalam mencapai
tujuan keberlanjutan lingkungan. Dari evaluasi ini, pemerintah dapat memperbaiki
kebijakan yang ada dan mengidentifikasi solusi yang lebih baik untuk mendorong
transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

F. Tantangan dan Hambatan dalam Implementasi Kebijakan Regulasi


Penerapan kebijakan regulasi untuk energi terbarukan menghadapi beberapa hambatan
dan tantangan yang perlu diatasi. Beberapa di antaranya adalah:
a) Ketidakseimbangan Subsidi
Salah satu hambatan yang sering muncul adalah ketidakseimbangan subsidi antara
energi terbarukan dan energi fosil. Subsidi yang masih lebih besar untuk energi fosil
dapat membuat energi terbarukan lebih mahal dan kurang kompetitif di pasar.
b) Ketidakpastian Kebijakan
Ketidakpastian dalam kebijakan energi dapat menghalangi investor dari berkomitmen
pada investasi jangka panjang dalam proyek energi terbarukan. Perubahan kebijakan
yang tidak terduga atau tidak konsisten dapat menyebabkan ketidakstabilan pasar dan
mengurangi minat investor.
c) Infrastruktur dan Teknologi yang Terbatas
Kendala teknologi dan infrastruktur yang terbatas untuk energi terbarukan, seperti
jaringan listrik yang belum siap atau teknologi penyimpanan energi yang mahal, dapat
menghambat adopsi energi terbarukan dalam skala besar.
d) Rendahnya Kesadaran Masyarakat
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat energi terbarukan dan urgensi
mengurangi emisi karbon dapat mengurangi permintaan dan dukungan masyarakat
untuk kebijakan energi terbarukan.
e) Persaingan dengan Industri Energi Fosil
Industri energi fosil yang mapan memiliki kepentingan yang besar dalam
mempertahankan dominasinya. Persaingan dari industri energi terbarukan dapat
menghadapi hambatan politik dan ekonomi yang kuat.
f) Tantangan Finansial
Biaya investasi awal dalam teknologi energi terbarukan seringkali lebih tinggi
daripada energi fosil. Meskipun biaya operasional dan pemeliharaan cenderung lebih
rendah, tantangan finansial awal dapat menjadi kendala bagi pengembangan proyek
energi terbarukan.
g) Aspek Teknis dan Lingkungan
Beberapa teknologi energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya dan
angin, sangat tergantung pada kondisi lingkungan tertentu. Perizinan dan regulasi
lingkungan yang ketat dapat menghambat pengembangan proyek energi terbarukan di
lokasi yang ideal.
h) Ketergantungan terhadap Sumber Daya Langka
Beberapa teknologi energi terbarukan membutuhkan sumber daya langka, seperti
logam tanah jarang, yang ketersediaannya dapat menjadi kendala untuk pertumbuhan
skala besar.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan


terpadu yang melibatkan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan
masyarakat sipil. Pemerintah harus berkomitmen untuk menciptakan kebijakan yang
jelas, konsisten, dan mendukung yang memberikan insentif bagi adopsi energi terbarukan
dan mengatasi hambatan finansial. Sementara itu, masyarakat perlu terlibat dalam
pendidikan dan kampanye kesadaran untuk meningkatkan dukungan masyarakat terhadap
energi terbarukan dan mengubah perilaku konsumsi energi.
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan:

1. Energi terbarukan memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Penggunaan sumber


energi terbarukan, seperti energi matahari, angin, dan biomassa, mengurangi emisi gas
rumah kaca dan polusi udara, serta mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil
yang terbatas.
2. Implementasi kebijakan regulasi yang mendukung penggunaan energi terbarukan sangat
penting untuk mengatasi masalah eksternalitas lingkungan di sektor energi. Kebijakan ini
dapat mencakup insentif dan subsidi untuk energi terbarukan, pengenalan pajak karbon,
dan batasan atas emisi dari sumber energi konvensional.
3. Eksternalitas lingkungan yang negatif dari sektor energi konvensional sangat signifikan.
Penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan emisi karbon dioksida dan polutan lainnya
yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan pencemaran lingkungan, berdampak
pada kesehatan manusia dan keberlanjutan ekosistem.
4. Transisi ke energi terbarukan memerlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan
masyarakat. Peningkatan penggunaan energi terbarukan harus didukung oleh kebijakan
yang konsisten dan dukungan dari masyarakat, serta investasi yang berkelanjutan dari
sektor swasta.
5. Evaluasi dampak lingkungan dari kebijakan energi dan langkah-langkah mitigasi
diperlukan untuk memantau progres dan efektivitas dari upaya beralih ke energi
terbarukan. Evaluasi ini harus meliputi analisis siklus hidup, pemantauan emisi, dan
penilaian dampak lingkungan secara menyeluruh.
6. Dengan mengadopsi dan menerapkan sumber energi terbarukan secara lebih luas,
masyarakat dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menjaga kelestarian
lingkungan untuk generasi mendatang.

Dalam kesimpulan ini, ditekankan bahwa penggunaan energi terbarukan dan kebijakan
regulasi yang mendukungnya merupakan langkah penting untuk mengatasi dampak negatif
dari sektor energi terhadap lingkungan dan mencapai tujuan keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkanu, D. P., Negara, T. A. S., & Istislam, I. (2020). Keabsahan Hukum Kebijakan Transfer
Kuota Domestic Market Obligation (DMO) Batu Bara. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(1), 51. https://doi.org/10.17977/um019v5i1p51-57
Ariani, R., Hamzani, A. I., & Rahayu, K. (2022). Upaya Indonesia dalam Percepatan
Penggunaan Energi Bersih. In PT Nasya Expanding Management.
https://doi.org/10.22146/jkn.50907
Aryanto, F., Mara, M., & Nuarsa, M. (2013). Pengaruh Kecepatan Angin Dan Variasi Jumlah
Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Poros Horizontal. Dinamika Teknik Mesin,
3(1), 50–59. https://doi.org/10.29303/d.v3i1.88
Astra, I. M. (2010). ENERGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, 11(2), 131–139.
Basid, A., Andrini, N., & Arfiyaningsih, S. (2014). PENDUGAAN RESERVOIR SISTEM
PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN SURVEY GEOLISTRIK,
RESISTIVITAS DAN SELF POTENSIAL (Studi Kasus: Daerah Manifestasi Panas
Bumi di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep). Jurnal Neutrino, 7(1),
57. https://doi.org/10.18860/neu.v7i1.2640
Junianto, A. P., & Slamet, R. (2019). Perancangan Pemanas Air Tenaga Surya Pasif
Kapasitas 20 Liter. Media Teknologi, 06(01 Agustus 2019), 185–194.
Knirsch, F., Brunner, C., Unterweger, A., & Engel, D. (2020). Decentralized and permission-
less green energy certificates with GECKO. Energy Informatics, 3(1).
https://doi.org/10.1186/s42162-020-0104-0
Kurniawan, D. A., Wismadi, A., & Adji, A. (2015). Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak Melalui Insentif Fiskal Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah. 19(2), 93–103.
Mario Roal. (2015). Peningkatan Efisiensi Energi Menggunakan Baterai Dengan Kendali
Otomatis Penerangan Ruang Kelas Berbasis PLTS. Jurnal Elkha, 7(2), 12–19.
Mujiyanto, S., Oktaviani, K., Supriadi, A., Kencono, A. W., Prasetyo, B. E., Kurniasih, T. N.,
Kurniadi, C. B., Kurniawan, F., Alwendra, Y., Rabbani, Q., Aprillia, R., Setiadi, I., &
Anggreani, D. (2016). Prakiraan Penyediaan dan Pemanfataan Energi Skenario
Optimalisasi EBT Daerah. Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber
Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-skenario-penyediaan-dan-
pemanfaatan-energi-skenario-optimalisasi-ebt-daerah-.pdf
Mulyana, A., & Wirahadikusumah, R. (2017). Analysis of energy consumption and
greenhouse gas emissions in the construction phase case study: construction of
Cisumdawu road. Jurnal Teknik Sipil, 24(3), 269–280.
https://doi.org/10.5614/jts.2017.24.3.10
Muyasaroh, N. N., Setyasih Harini, S.IP, M. S., & Drs. GPH. Dipokusumo, M. S. (2018).
Kerjasama Bilateral Indonesia – Korea Selatan Dalam Pengembangan Penelitian
Sumber Energi Alternatif. Journal of Chemical Information and Modeling.
Papilo, P., Kunaifi, Hambali, E., Nurmiati, & Pari, R. F. (2015). Penilaian Potensi Biomassa
Sebagai Alternatif Energi Kelistrikan. Jurnal PASTI, 13(1), 104–116.
Parjiono, & Samosir, A. P. (2017). Kebijakan Fiskal, Perubahan Iklim, dan Keberlanjutkan
Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Parung, J., Larissa, S., Santoso, A., & Prayogo, D. N. (2021). Penggunaan Teknologi
Blockchain, Internet Of Things Dan Artifial Intelligence Untuk Mendukung Kota
Cerdas. http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/41036%0Ahttp://repository.ubaya.ac.id/
41036/6/Full version-Block chain dan AI untuk mendukung Smart Cities - edited.pdf
Prabowo, Y., Broto, S., & Gata, G. (2019). PELATIHAN PEMANFAATAN SALURAN
IRIGASI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK MICROHIDRO KEPADA MASYARAKAT
DI DESA PAMIJAHAN GUNUNG BUNDER. 462–468.
Putri, A. R. (2023). PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PERTUMBUHAN
PENDUDUK, DAN KONSUMSI ENERGI TERHADAP EMISI CO2 DI INDONESIA.
4(1).
Pyrgou, A., Kylili, A., & Fokaides, P. A. (2016). The future of the Feed-in Tariff (FiT)
scheme in Europe: The case of photovoltaics. Energy Policy, 95, 94–102.
https://doi.org/10.1016/j.enpol.2016.04.048
Radhiana, Yana, S., Muzailin, Zainuddin, Susanti, Kasmaniar, & Hanum, F. (2023). Strategi
Keberlanjutan Pembangunan Energi Terbarukan Jangka Panjang Indonesia: Kasus
Biomassa Energi Terbarukan di Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Indonesia.
Serambi Engineering, 8(1), 4978–4990.
Rahmayani, D. (2021). Analisis Kausalitas Pariwisata, Konsumsi Energi Fosil, Pertumbuhan
Ekonomi Dan Emisi Co2 Di Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 4(2),
124–139. https://doi.org/10.14710/jdep.4.2.124-139
Suparmoko, M. (2020). KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN REGIONAL. Jurnal
Ekonomika Dan Manajemen, 9(1), 39–50.
Taufiqurrohman, M., & Yusuf, M. (2022). Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam
Pengolahan Daur Ulang Limbah. 1(1), 46–57.
Yana, S., Nizar, M., & Yulisma, A. (2021). Prospek Utama Pengembangan Energi
Terbarukan Di Negara-Negara ASEAN. Jurnal Serambi Engineering, 6(2).
https://doi.org/10.32672/jse.v6i2.2866
Yin, H., & Powers, N. (2010). Do state renewable portfolio standards promote in-state
renewable generation. Energy Policy, 38(2), 1140–1149.
https://doi.org/10.1016/j.enpol.2009.10.067

Anda mungkin juga menyukai