Disusun Oleh:
Andi Adam Rahmanto
S992302001
Penggunaan energi fosil sebagai sumber utama energi selama beberapa dekade terakhir telah
memberikan manfaat besar bagi perkembangan industri dan kehidupan modern. Sumber
energi fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam telah menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi global dan memenuhi kebutuhan energi yang melonjak pesat (Astra,
2010). Penggunaan energi fosil telah meningkatkan mobilitas manusia, memperluas akses
terhadap teknologi modern, dan memperkaya standar hidup banyak orang. Namun,
keberlanjutan penggunaan sumber energi fosil semakin dipertanyakan karena dampak
negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Proses ekstraksi, produksi, dan
pembakaran energi fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2),
metana (CH4), dan nitrogen oksida (NOx), yang menyebabkan pemanasan global dan
perubahan iklim (Mulyana & Wirahadikusumah, 2017). Akibatnya, cuaca ekstrem,
peningkatan permukaan laut, dan gangguan pada ekosistem menjadi kenyataan yang
mengkhawatirkan. Selain itu, polusi udara yang dihasilkan dari pembakaran energi fosil
menyebabkan masalah kesehatan serius bagi manusia. Partikel-partikel halus dan bahan
kimia berbahaya yang terkandung dalam polusi udara menyebabkan penyakit pernapasan,
masalah kardiovaskular, dan meningkatkan risiko terhadap gangguan kesehatan lainnya.
Masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dan dekat instalasi industri seringkali menjadi
korban utama dampak buruk polusi udara ini.
Eksternalitas lingkungan merujuk pada efek positif atau negatif yang tidak dipertimbangkan
sepenuhnya dalam keputusan ekonomi dan kebijakan, yang kemudian berdampak pada
lingkungan secara keseluruhan. Dampak ini bisa mencakup penurunan polusi udara dan air,
keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan kualitas lingkungan lainnya. Oleh karena itu,
sangat penting untuk mengidentifikasi dan memahami dampak eksternalitas lingkungan yang
mungkin timbul dari penggunaan energi terbarukan dan implementasi kebijakan regulasi di
sektor energi.
Dengan memahami dampak eksternalitas lingkungan yang terkait dengan energi terbarukan
dan kebijakan regulasi, pemerintah, lembaga, dan masyarakat dapat lebih bijaksana dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi,
keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
PEMBAHASAN
A. Pengenalan tentang Energi Terbarukan dan Kebijakan Regulasi
1. Sumber Daya Energi Terbarukan Dan Jenis-Jenisnya
Sumber daya energi terbarukan adalah jenis energi yang berasal dari sumber alam
yang dapat diperbaharui secara berkelanjutan tanpa mengalami penurunan
kuantitasnya (Suparmoko, 2020). Penggunaan energi terbarukan memainkan peran
sentral dalam menghadapi tantangan global terkait ketergantungan pada sumber daya
energi fosil yang semakin berkurang (Radhiana et al., 2023). Meskipun sumber daya
energi fosil telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi selama beberapa
dekade terakhir, namun penggunaan mereka menyebabkan emisi gas rumah kaca dan
polusi udara, yang secara langsung berkontribusi pada perubahan iklim dan berbagai
masalah lingkungan lainnya. Efek negatif ini tidak hanya berdampak pada
lingkungan, tetapi juga pada kesehatan manusia dan keberlanjutan ekosistem
(Rahmayani, 2021). Dengan memanfaatkan energi terbarukan, kita dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca dan mencapai target untuk mengurangi pemanasan global
(Taufiqurrohman & Yusuf, 2022). Selain itu, energi terbarukan tidak hanya berperan
sebagai alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga memberikan keuntungan dalam
aspek sosial dan ekonomi. Mereka menciptakan peluang kerja di sektor energi
terbarukan, merangsang inovasi teknologi, dan memperkuat ketahanan energi
masyarakat.
Upaya untuk menggeser paradigma energi dari sumber fosil ke energi terbarukan
memerlukan kerja sama dari semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat (Ariani et al., 2022). Diperlukan kebijakan regulasi yang mendukung dan
mendorong penggunaan energi terbarukan, termasuk insentif fiskal, investasi dalam
penelitian dan pengembangan, serta pengembangan infrastruktur yang memadai.
Kesadaran dan partisipasi masyarakat juga menjadi kunci sukses dalam menerapkan
energi terbarukan secara lebih luas. Dengan komitmen dan aksi bersama dalam
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya energi terbarukan, kita dapat menciptakan
masa depan yang berkelanjutan, mengurangi dampak negatif energi fosil pada
lingkungan, dan meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh makhluk di bumi ini.
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa jenis sumber daya energi terbarukan:
a. Energi Surya (Solar)
Energi surya didapatkan dari sinar matahari dan dapat diubah menjadi listrik
menggunakan panel surya atau digunakan secara langsung untuk pemanas air dan
ruangan (Junianto & Slamet, 2019). Panel surya mengandalkan sel fotovoltaik
yang menangkap energi dari sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik.
b. Energi Angin (Wind)
Energi angin diperoleh dari gerakan angin yang digunakan untuk menggerakkan
turbin angin. Turbin angin kemudian mengubah energi kinetik angin menjadi
energi listrik (Aryanto et al., 2013). Lokasi yang strategis dan terbuka merupakan
syarat penting untuk pemanfaatan energi angin secara efisien.
c. Energi Hidro (Hydropower)
Energi hidro diperoleh dari energi air yang menggerakkan turbin hidroelektrik.
Turbin ini digunakan untuk mengubah energi kinetik air dari sungai, sungai, dan
bendungan menjadi energi listrik. Pembangkit listrik tenaga air merupakan sumber
daya energi terbarukan yang telah lama digunakan dan efisien (Prabowo et al.,
2019).
d. Energi Biomassa
Energi biomassa diperoleh dari bahan organik seperti sisa tanaman, limbah
pertanian, limbah industri, dan biomassa lainnya. Biomassa dapat digunakan
untuk menghasilkan energi melalui proses pembakaran langsung atau dengan
mengubahnya menjadi biogas atau bioetanol(Papilo et al., 2015).
e. Energi Geotermal
Energi geotermal adalah panas bumi yang dihasilkan dari aktivitas geologi di
bawah permukaan bumi (Basid et al., 2014). Panas ini dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik melalui pembangkit listrik geotermal atau digunakan untuk
pemanasan langsung.
Berikut adalah beberapa contoh kebijakan regulasi yang telah diterapkan oleh
pemerintah atau lembaga internasional untuk mendorong penggunaan energi
terbarukan:
a) Feed-in Tariff (FiT) atau Tarif Atas Pembelian
Kebijakan ini memungkinkan produsen energi terbarukan untuk menjual listrik
yang dihasilkan ke jaringan listrik dengan harga tetap yang lebih tinggi daripada
harga listrik konvensional (Pyrgou et al., 2016). Hal ini mendorong investasi
dalam pembangunan pembangkit listrik terbarukan dan memberikan insentif bagi
produsen untuk menghasilkan energi terbarukan.
b) Renewable Portfolio Standards (RPS) atau Standar Portofolio Energi Terbarukan
Kebijakan ini mewajibkan penyedia listrik untuk mencapai target tertentu dalam
portofolio energi mereka dengan menggunakan sumber daya energi terbarukan
(Yin & Powers, 2010). Setiap penyedia listrik harus memiliki persentase tertentu
dari energi mereka berasal dari sumber terbarukan pada periode waktu tertentu.
c) Quota Obligations atau Kewajiban Kuota
Beberapa negara menerapkan sistem kuota obligasi yang mewajibkan penyedia
listrik untuk memasok sebagian persen energi dari sumber terbarukan, seperti
energi surya, angin, atau biomassa (Alkanu et al., 2020). Jika kuota ini tidak
terpenuhi, maka penyedia listrik harus membayar denda.
d) Subsidi dan Insentif Fiskal
Pemerintah memberikan insentif fiskal, seperti keringanan pajak, kredit pajak,
atau subsidi, kepada perusahaan atau individu yang berinvestasi dalam proyek
energi terbarukan (Kurniawan et al., 2015). Subsidi ini dapat mengurangi biaya
investasi dan meningkatkan daya saing energi terbarukan.
e) Green Energy Certification atau Sertifikasi Energi Hijau
Sistem sertifikasi energi hijau memberikan label khusus untuk listrik yang
dihasilkan dari sumber energi terbarukan (Knirsch et al., 2020). Hal ini
memungkinkan konsumen untuk memilih dan mendukung energi terbarukan
secara aktif dengan membeli listrik yang bersertifikat hijau.
f) Net Metering
Kebijakan ini memungkinkan pemilik rumah atau bisnis dengan sistem energi
terbarukan, seperti panel surya, untuk mengalirkan energi berlebih ke jaringan
listrik dan mendapatkan kredit untuk energi yang dihasilkan. Kredit ini dapat
digunakan untuk mengkompensasi energi yang mereka konsumsi dari jaringan
listrik saat energi terbarukan mereka tidak mencukupi.
g) Peningkatan Efisiensi Energi
Kebijakan yang mendorong peningkatan efisiensi energi, termasuk dalam sektor
energi terbarukan, sehingga lebih banyak energi dapat dihasilkan dari sumber
yang sama atau lebih sedikit energi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi
(Mario Roal, 2015).
h) Program Penelitian dan Pengembangan (R&D) dalam Energi Terbarukan
Pemerintah dan lembaga internasional mendukung program penelitian dan
pengembangan dalam teknologi energi terbarukan untuk mendorong inovasi dan
efisiensi dalam sektor tersebut.
Pertumbuhan penduduk yang pesat di banyak negara telah menjadi pendorong utama
dari peningkatan permintaan energi secara signifikan (Putri, 2023). Fenomena ini
berhubungan erat dengan kenyataan bahwa semakin banyak orang yang tinggal di
dunia ini, sehingga kebutuhan akan energi meningkat secara eksponensial untuk
memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari mereka. Kehidupan modern mengandalkan
energi untuk berbagai aktivitas, mulai dari penerangan rumah, transportasi, hingga
operasional industri. Jumlah rumah tangga yang bertambah, pertumbuhan
infrastruktur kota, dan kegiatan industri yang semakin berkembang menuntut lebih
banyak sumber daya energi yang diproduksi dan digunakan secara berkelanjutan.
Selain itu, pertumbuhan penduduk juga berdampak pada meningkatnya konsumsi
energi per kapita, karena setiap individu memiliki kebutuhan energi yang semakin
kompleks dan beragam. Maka dari itu, keberlanjutan energi menjadi perhatian penting
bagi pemerintah dan masyarakat untuk memastikan bahwa pasokan energi dapat
dipenuhi tanpa mengorbankan kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Upaya beralih ke sumber energi terbarukan dan efisiensi energi menjadi semakin
krusial dalam mengatasi tantangan ini agar kita dapat menghadapi masa depan yang
berkelanjutan dan berdaya dukung bagi generasi mendatang.
Selain itu, urbanisasi dan industrialisasi yang pesat di banyak negara telah
memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kebutuhan energi di kota-kota
besar dan pusat industri (Putri, 2023). Perkembangan kota yang pesat, dengan
pertumbuhan infrastruktur dan populasi yang tinggi, menimbulkan tuntutan besar
akan pasokan energi untuk memenuhi berbagai kebutuhan transportasi, penerangan,
dan operasional industri. Transportasi menjadi salah satu aspek penting dalam
kehidupan perkotaan yang aktif, dan mobilitas yang tinggi menghasilkan permintaan
energi yang signifikan. Selain itu, kebutuhan akan penerangan untuk memastikan
keamanan dan produktivitas di malam hari juga meningkat dengan adanya urbanisasi
yang pesat. Sebagai pusat ekonomi dan industri, kota-kota besar dan pusat industri
membutuhkan energi yang cukup besar untuk mengoperasikan berbagai fasilitas dan
proses produksi. Permintaan energi yang tinggi dalam kondisi urbanisasi dan
industrialisasi ini menuntut pemanfaatan sumber daya energi secara efisien dan
berkelanjutan agar dapat memenuhi kebutuhan yang terus berkembang seiring
pertumbuhan dan perkembangan perkotaan. Selain itu, keberlanjutan energi dan
penggunaan energi terbarukan menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif
pada lingkungan akibat tingginya permintaan energi di perkotaan.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan ketergantungan pada sumber energi fosil
adalah ketersediaan (Muyasaroh et al., 2018). Sumber daya energi fosil, seperti
minyak bumi, gas alam, dan batu bara, memiliki karakteristik sebagai sumber daya
yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Keterbatasan sumber daya ini berarti
bahwa pasokan mereka tidak dapat diperbarui atau dipulihkan secara alami dalam
waktu yang singkat, sehingga mereka merupakan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui. Penggunaan berlebihan dan terus-menerus terhadap sumber daya energi
fosil ini telah mengakibatkan peningkatan permintaan yang tinggi, sehingga
menyebabkan risiko yang serius terhadap kelangkaan di masa depan.
Selain itu, ketergantungan pada sumber energi fosil juga menyebabkan kerentanan
terhadap fluktuasi harga dan ketidakstabilan pasokan energi global. Ketika harga
energi fosil naik, negara-negara yang sangat bergantung pada impor energi
menghadapi risiko ketidakstabilan ekonomi dan keuangan. Konflik dan persaingan
atas sumber daya energi juga bisa timbul sebagai akibat dari ketergantungan pada
pasokan yang terbatas. Dalam mengatasi tantangan ketergantungan pada sumber
energi fosil, langkah-langkah transisi ke energi terbarukan dan kebijakan yang
berfokus pada efisiensi energi menjadi sangat penting. Investasi dalam riset dan
pengembangan teknologi energi terbarukan, serta pembangunan infrastruktur yang
mendukung penggunaan energi ramah lingkungan, akan menjadi kunci dalam
menciptakan masa depan energi yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak
eksternalitas negatif pada lingkungan. Kesadaran dan partisipasi aktif dari
masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta dalam menjalankan peran mereka dalam
transisi ini akan menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan keberlanjutan energi
global.
Untuk mengatasi dampak negatif penggunaan energi fosil, perlu dilakukan transisi ke
sumber daya energi yang lebih bersih dan berkelanjutan, seperti energi terbarukan.
Pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara dapat dicapai dengan
meningkatkan efisiensi energi, mengadopsi teknologi bersih, dan menggantikan
energi fosil dengan alternatif yang ramah lingkungan. Selain itu, kesadaran dan aksi
kolektif dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga internasional juga diperlukan
untuk mencapai tujuan perlindungan lingkungan dan perubahan iklim yang lebih
ambisius dan berkelanjutan.
Dalam analisis ini, kita melihat bahwa dampak eksternalitas positif dari penggunaan
energi terbarukan sangat penting dalam memitigasi dampak lingkungan negatif dari
penggunaan energi fosil. Dengan mendorong adopsi lebih lanjut dari teknologi energi
terbarukan dan mendukung kebijakan yang mempromosikan transisi ke sumber energi
bersih dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Penting untuk mengingat bahwa kebijakan energi dan lingkungan seringkali kompleks
dan saling terkait. Oleh karena itu, evaluasi kebijakan harus mencakup berbagai aspek
dan mengambil pendekatan holistik untuk mengukur efektivitasnya dalam mencapai
tujuan keberlanjutan lingkungan. Dari evaluasi ini, pemerintah dapat memperbaiki
kebijakan yang ada dan mengidentifikasi solusi yang lebih baik untuk mendorong
transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Dalam kesimpulan ini, ditekankan bahwa penggunaan energi terbarukan dan kebijakan
regulasi yang mendukungnya merupakan langkah penting untuk mengatasi dampak negatif
dari sektor energi terhadap lingkungan dan mencapai tujuan keberlanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkanu, D. P., Negara, T. A. S., & Istislam, I. (2020). Keabsahan Hukum Kebijakan Transfer
Kuota Domestic Market Obligation (DMO) Batu Bara. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 5(1), 51. https://doi.org/10.17977/um019v5i1p51-57
Ariani, R., Hamzani, A. I., & Rahayu, K. (2022). Upaya Indonesia dalam Percepatan
Penggunaan Energi Bersih. In PT Nasya Expanding Management.
https://doi.org/10.22146/jkn.50907
Aryanto, F., Mara, M., & Nuarsa, M. (2013). Pengaruh Kecepatan Angin Dan Variasi Jumlah
Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Poros Horizontal. Dinamika Teknik Mesin,
3(1), 50–59. https://doi.org/10.29303/d.v3i1.88
Astra, I. M. (2010). ENERGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN.
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, 11(2), 131–139.
Basid, A., Andrini, N., & Arfiyaningsih, S. (2014). PENDUGAAN RESERVOIR SISTEM
PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN SURVEY GEOLISTRIK,
RESISTIVITAS DAN SELF POTENSIAL (Studi Kasus: Daerah Manifestasi Panas
Bumi di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep). Jurnal Neutrino, 7(1),
57. https://doi.org/10.18860/neu.v7i1.2640
Junianto, A. P., & Slamet, R. (2019). Perancangan Pemanas Air Tenaga Surya Pasif
Kapasitas 20 Liter. Media Teknologi, 06(01 Agustus 2019), 185–194.
Knirsch, F., Brunner, C., Unterweger, A., & Engel, D. (2020). Decentralized and permission-
less green energy certificates with GECKO. Energy Informatics, 3(1).
https://doi.org/10.1186/s42162-020-0104-0
Kurniawan, D. A., Wismadi, A., & Adji, A. (2015). Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak Melalui Insentif Fiskal Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah. 19(2), 93–103.
Mario Roal. (2015). Peningkatan Efisiensi Energi Menggunakan Baterai Dengan Kendali
Otomatis Penerangan Ruang Kelas Berbasis PLTS. Jurnal Elkha, 7(2), 12–19.
Mujiyanto, S., Oktaviani, K., Supriadi, A., Kencono, A. W., Prasetyo, B. E., Kurniasih, T. N.,
Kurniadi, C. B., Kurniawan, F., Alwendra, Y., Rabbani, Q., Aprillia, R., Setiadi, I., &
Anggreani, D. (2016). Prakiraan Penyediaan dan Pemanfataan Energi Skenario
Optimalisasi EBT Daerah. Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber
Daya Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-skenario-penyediaan-dan-
pemanfaatan-energi-skenario-optimalisasi-ebt-daerah-.pdf
Mulyana, A., & Wirahadikusumah, R. (2017). Analysis of energy consumption and
greenhouse gas emissions in the construction phase case study: construction of
Cisumdawu road. Jurnal Teknik Sipil, 24(3), 269–280.
https://doi.org/10.5614/jts.2017.24.3.10
Muyasaroh, N. N., Setyasih Harini, S.IP, M. S., & Drs. GPH. Dipokusumo, M. S. (2018).
Kerjasama Bilateral Indonesia – Korea Selatan Dalam Pengembangan Penelitian
Sumber Energi Alternatif. Journal of Chemical Information and Modeling.
Papilo, P., Kunaifi, Hambali, E., Nurmiati, & Pari, R. F. (2015). Penilaian Potensi Biomassa
Sebagai Alternatif Energi Kelistrikan. Jurnal PASTI, 13(1), 104–116.
Parjiono, & Samosir, A. P. (2017). Kebijakan Fiskal, Perubahan Iklim, dan Keberlanjutkan
Pembangunan. PT Gramedia Pustaka Utama.
Parung, J., Larissa, S., Santoso, A., & Prayogo, D. N. (2021). Penggunaan Teknologi
Blockchain, Internet Of Things Dan Artifial Intelligence Untuk Mendukung Kota
Cerdas. http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/41036%0Ahttp://repository.ubaya.ac.id/
41036/6/Full version-Block chain dan AI untuk mendukung Smart Cities - edited.pdf
Prabowo, Y., Broto, S., & Gata, G. (2019). PELATIHAN PEMANFAATAN SALURAN
IRIGASI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK MICROHIDRO KEPADA MASYARAKAT
DI DESA PAMIJAHAN GUNUNG BUNDER. 462–468.
Putri, A. R. (2023). PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PERTUMBUHAN
PENDUDUK, DAN KONSUMSI ENERGI TERHADAP EMISI CO2 DI INDONESIA.
4(1).
Pyrgou, A., Kylili, A., & Fokaides, P. A. (2016). The future of the Feed-in Tariff (FiT)
scheme in Europe: The case of photovoltaics. Energy Policy, 95, 94–102.
https://doi.org/10.1016/j.enpol.2016.04.048
Radhiana, Yana, S., Muzailin, Zainuddin, Susanti, Kasmaniar, & Hanum, F. (2023). Strategi
Keberlanjutan Pembangunan Energi Terbarukan Jangka Panjang Indonesia: Kasus
Biomassa Energi Terbarukan di Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Indonesia.
Serambi Engineering, 8(1), 4978–4990.
Rahmayani, D. (2021). Analisis Kausalitas Pariwisata, Konsumsi Energi Fosil, Pertumbuhan
Ekonomi Dan Emisi Co2 Di Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 4(2),
124–139. https://doi.org/10.14710/jdep.4.2.124-139
Suparmoko, M. (2020). KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN REGIONAL. Jurnal
Ekonomika Dan Manajemen, 9(1), 39–50.
Taufiqurrohman, M., & Yusuf, M. (2022). Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam
Pengolahan Daur Ulang Limbah. 1(1), 46–57.
Yana, S., Nizar, M., & Yulisma, A. (2021). Prospek Utama Pengembangan Energi
Terbarukan Di Negara-Negara ASEAN. Jurnal Serambi Engineering, 6(2).
https://doi.org/10.32672/jse.v6i2.2866
Yin, H., & Powers, N. (2010). Do state renewable portfolio standards promote in-state
renewable generation. Energy Policy, 38(2), 1140–1149.
https://doi.org/10.1016/j.enpol.2009.10.067