Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang kita berada pada milenium ke-3 dari proses kehidupan
manusia, tepatnya berada pada abad ke-21, yang bukan saja merupakan abad
baru, melainkan juga peradaban baru. Hal ini dikarenakan betapa pun bangsa
kita mengalami krisis moneter, ketidakstabilan politik, bangsa Indonesia
tengah mengalami restrukturisasi global dunia yang sedang berjalan yang
ditandai dengan berbagai perubahan dalam semua aspek kehidupan, baik di
negara maju apalagi di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Bahkan, yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di
masyarakat kita, pembantaian, pemerkosaan, tawuran antara pelajar, dan
perampasan hak milik oranglain ierjadi di mana-mana. Dari sudut pendidikan,
tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas,
menandakan belum berhasilnya lembaga pendidikan (sekolah) membentuk
pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi yang bermartabat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian Dasar ?
2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan di Indonesia ?
3. Awal Modernisme Pendidikan ?
4. Pengertian Konstruksi ?

1
5. Pengertian Rekonstruksi ?
6. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak ?
7. Peran dan Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Nilai Budi Pekerti ?
8. Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga ?
9. Hubungan Keluarga Dengan Sekolah Dan Masyarakat ?
10. Jenis Kegiatan Keluarga dengan Pendidikan ?
11. Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan ?
12. Pengaruh Keluarga Terhadap Pendidikan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Melengkapi tugas kuliah yang diberikan oleh dosen pembimbing.
Menjelaskan tentang kebudayaan dan rekontruksi masyarakat melalui
pengubahan sistem pengelolaan pendidikan disekolah. Memberikan
pemahaman tentang fungsi dan keadaan suatu lembaga pendidikan yang
sebenarnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar


Sebelum membahas mengenai bidang pendidikan, berikut ini penulis
sajikan beberapa pengertian dasar mengenai struktur, sistem, dan fungsi suatu
sistem. Menurut Saswinadi Sasmojo (Sasmojo, 1995) struktur suatu
fenomena adalah unsur-unsur pembentuk fenomena dan hubungan saling
pengaruh (atau pola keterkaitan yang ada di antara unsur-usur pembentuk
fenomena tersebut). Sedangkan sistem merupakan fenomena yang telah
diketahui strukturnya. Yang dimaksud dengan fungsi suatu sistem adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh sistem tersebut dan
memungkinkan sistem melaksanakan berbagai operasi, sehingga sistem
tersebut dapat berperan di lingkungan di mana sistem berada.

Pendidikan berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti pergaulan


dengan anak-anak. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada
zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak
ke dan dari sekolah. Juga di rumahnya, anak-anak tersebut selalu dalam

3
pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Paedagogos berasal dari
kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, saya memimpin).
Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang),
sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik)
ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar
dapat berdiri sendiri.

Dengan demikian, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam


pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 1995). Konsep lain yang
perlu penulis jelaskan adalah yang berkenaan dengan judul makalah ini yaitu
rekonstruksi merupakan perluasan dari kata konstruksi berasal dari bahasa
Inggris, construct yang artinya membangun. Pembangunan merupakan suatu
proses (atau suatu fenomena) perubahan. Proses perubahan selalu terjadi, baik
dengan sendirinya ataupun merujuk kepada arah perubahan yang diinginkan.
Pada umumnya terjadinya perubahan tersebut karena dilakukan intervensi.

Dalam pembangunan suatu masyarakat bangsa, dengan merujuk kepada


keinginan-keinginan yang disepakati masyarakat bangsa tersebut, dilakukan
intervensi ke berbagai bidang dengan tujuan agar keinginan yang disepakati
terwujud. Intervensi tersebut dilakukan dengan mengubah parameter struktur
dan/atau struktur dari berbagai tatanan yang ada di masyarakat bangsa yang
melakukan pembangunan tersebut (Saswinadi Sasmojo, 1995).

Adapun tujuan di dalam Pendidikan Dalam bukunya Beknopte


Theoretische Paedagogik, Langeveld mengutarakan macam-macam tujuan
pendidikan sebagai berikut :

a. tujuan umum;
b. tujuan-tujuan tak sempurna (tak lengkap);
c. tujuan-tujuan sementara;
d. tujuan-tujuan perantara; dan
e. tujuan insidental.

2.2 Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan di Indonesia

4
Berdasarkan UU Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 2 dijelaskan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian kontroversi
pendidikan yang berhubungan dengan Pasal 12 Ayat (1) Point A yang
menyatakan bahwa peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama kurang beralasan. Dalam falsafah negara kita sila ke (1)
menyebutkan bahwa negara kita berdasar kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sarat dengan nilai-nilai agama yang harus direfleksikan dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional diatur dalam Pasal 3 sebagai berikut :
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.3 Awal Modernisme Pendidikan


Jurgen Habermas dalam artikel Modenity Versus Postmodernity
menjelaskan bahwa term modern adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menyebut suatu era baru (New Age), yang berfungsi untuk membedakan
dengan masa lalu (the ancient). Akan tetapi penggunaan term modern tidak
semata-mata ditandai dengan munculnya renaissance atau di Perancis. Jika
ada yang berpendapat bahwa zaman modern ditandai dengan munculnya
renaissance atau enlightenment, maka hal itu berarti menyempitkan makna
dari modern itu sendiri. Sebab term modern sebenarnya sudah digunakan oleh
raja Charles pada abad XII, sedangkan renaissance baru muncul pada abad
XIX, dimana pada masa itu istilah “modern” telah menemukan kekuatan dan
kemapanan dalam kehidupan manusia. Lebih lanjut Habermas menjelaskan
bahwa modern adalah suatu era yang mencoba keluar dari romantisme
spiritual dan mengganti dengan sebuah kesadaran, bahwa setiap manusia
bebas dari tekanan sejarah tertentu, yang pada dekade terakhir ini lebih

5
dikenal sebagai zaman pembeda antara masa lalu dan sekarang. Meski
demikian para ilmuwan sepakat bahwa peralihan dari abad pertengahan ke
abad modern ditandai oleh suatu era yang disebut renaissance. Zaman
renaissance terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam
berpikir. Renaissance adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-
cita lahirnya kembali manusia yang bebas.
2.3.1 Rasionalisme
Aliran filsafat rasional ini berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio).
Metode yang diterapkan oleh filsuf rasionalisme ialah metode deduktif,
seperti yang berlaku pada ilmu pasti. Terdapat dua hal pokok yang
merupakan ciri dari setiap bentuk rasionalisme. Pertama, adanya
pendirian bahwa kebenaran- kebenaran yang hakiki itu secara langsung
dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sasarannya. Kedua,
adanya suatu penjabaran secara logis atau deduktif. Artinya hal itu
dimaksudkan untuk memberikan pembuktian seketat mungkin
mengenai segi lain dari seluruh sisa bidang pengetahuan berdasarkan
atas apa yang dianggap sebagai kebenaran- kebenaran hakiki tersebut di
atas. Aliran ini memulai dengan metode skeptis, artinya meragukan
segala macam pernyataan kecuali pada satu pernyataan saja yaitu
bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan. Pengetahuan yang ada
adalah pengetahuan bersifat “a-priori” yang secara harfiah berarti
berdasarkan atas hal-hal yang mendahului timbulnya masalah.

2.3.2 Realisme Empirik


Para penganut empirisme sangat bertolak belakang dengan para
penganut rasionalisme. Mereka menentang pendapat atau pemikiran
yang didasarkan pada “a-priory”. Menurut empirisme metode ilmu
pengetahuan itu bukanlah bersifat a-priori, tetapi “post-teori”. Artinya
dengan metode post-teori maka pengetahuan akan terbentuk oleh
sesuatu yang sudah terjadi. Bagi mereka sumber pengetahuan yang
memadai adalah pengalaman, yang dimaksud pengalaman di sini adalah
pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang

6
menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi
dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan atau data yang
diperoleh melalui pengalaman. Sumber pengetahuan adalah
pengamatan. Melalui pegamatan ini manusia memperoleh dua hal,
yakni : kesan (impression) dan pengertian (idea).

2.3.3 Kritisme
Filsafat Immanuel Kant disebut dengan aliran filsafat Kritisme.
Kritisme adalah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan
kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan empirisme dalam
suatu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisahkan dari yang
lain. Menurut Kant pengetahuan merupakan hasil terakhir yang
diperoleh dengan adanya kerjasama di antara dua komponen, yaitu
berupa bahan-bahan yang bersifat pengalaman inderawi, dan cara
mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga
terdapat suatu hubungan antara sebab dan akibatnya.

2.3.4 Idealisme
Secara umum penganut idealisme sepakat bahwa pendidikan tidak
hanya menekankan pengembangan akal fikiran tetapi juga bagaimana
mendorong siswa untuk lebih memfokuskan segala sesuatu yang
mengandung nilai-nilai tertentu. Sejalan dengan Plato, para idealis
percaya bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan anak didik untuk
mencari ide- ide tentang kebenaran sebagai cara untuk menjadikan anak
didik mempunya tingkat kedisiplinan tertentu.Oleh karena itu di dalam
masyarakat sosial para idealis tidak hanya menginginkan pemahaman
literer, atau seseorang yang berpengetahuan an-sich, akan tetapi para
idealis juga menginginkan terbentuknya manusia yang baik.

2.3.5 Positivisme
Aliran positivisme menekankan pada keselarasan antara
pengamatan dan teori, hubungan antara fakta yang satu dengan yang
lainnya. Persoalan filsafat yang penting bukan masalah hakekat atau

7
asal mula pertama dan tujuan akhir gejala-gejala, melainkan bagaimana
hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lain.

2.3.6 Marxisme
Marxisme menjadikan pendidikan sebagai sebuah proses dalam
merubah masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis bahkan
komunis. Dasar pandangan dari pendidikan marxisme adalah adanya
gerakan dialektis dan tujuan pendidikannya adalah membentuk
kesadaran sosialis dan masyarakat sosialis.

2.2.7 Abad Kontemporer (Abad ke-20)


Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam
dunia praktis cukup besar, yaitu aliran filsafat pragmatisme.
Pragmatisme merupakan gerakan filsafat Amerika yang menjadi
terkenal selama satu abad terakhir. Aliran filsafat ini merupakan suatu
sikap, metode, dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari
pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai
kebenaran. Kelompok pragmatis bersikap kritis terhadap sistem-sistem
filsafat sebelumnya seperti bentuk-bentuk aliran materialisme,
idealisme, dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu
filsafat telah keliru karena mencari hal-hal mutlah, yang ultimate,
esensi-esensi abadi, substansi, prinsip yang tetap dan sistem kelompok
empiris, dunia yang berubah serta problema-problemanya dan alam
sebagai sesuatu dan manusia tidak dapat melangkah keluar daripadanya.

Komponen-komponen Dalam Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan


hasil analisis, terdapat 10 komponen (unsur) yang terlibat dalam sistem
pendidikan, yaitu :

1. Regulasi sebagai alat untuk mengatur kehidupan bermasyarakat,


baik secara individu maupun kolektif, serta mempunyai kekuatan
hukum. Regulasi dalam bidang pendidikan seperti UU Sisdiknas
Tahun 2003 seharusnya dapat mengakomodir aspirasi semua
komponen yang terlibat dalam sistem pendidikan nasional.

8
2. Pemerintah bertugas menyelenggarakan kegiatan pemerintahan
dalam wilayah hukum tertentu; membuat dan melaksanakan
undang-undang dan aturan lainnya; mengawasi jalannya undang-
undang dan aturan yang telah ditetapkan; menindak secara adil dan
tegas bagi pelanggar undang-undang dan aturan tersebut. Dalam
hal ini pemerintah harus mempunyai kemampuan membuat UU
Sisdiknas yang akomodatif terhadap sistem pendidikan nasional.
3. Pendidik bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,
secara moril harus bertanggung jawab dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran.
4. Peserta didik harus dengan penuh tanggung jawab memahami serta
mengamalkan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diberikan
dalam kegiatan belajar-mengajar serta kegiatan pembelajaran
lainnya.
5. Institusi pendidikan berperan sebagai tempat (sarana)
terselenggaranya kegiatan belajar-mengajar.
6. Institusi pemerintah berperan sebagai sarana dalam menghasilkan
regulasi, serta memberikan peluang bagi lulusan (hasil dari institusi
pendidikan) untuk ikut berperan dalam proses pembangunan.
7. Institusi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi berperan
sebagai sarana memperbaiki konten (subtansi) pendidikan, serta
penghasil preskripsi teknologi bagi industri komoditi dan jasa.
8. Institusi komoditi dan jasa berperan sebagai konsumen preskripsi
teknologi, berperan sebagai sarana bagi lulusan (hasil institusi
pendidikan), dalam menghasilkan berbagai komoditas dan jasa
bagi kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dan
bangsa.
9. Institusi profesi berperan sebagai countervailing power dari
institusi pemerintah, institusi pendidikan, serta institusi komoditi
dan jasa, dapat pula memberikan sarana bagi lulusan institusi
pendidikan untuk berekspresi dalam lembaga ini.

9
10. Institusi Sosial Kemasyarakatan berperan sebagai countervailing
power bagi pemerintah, pendidik, peserta didik, institusi
pemerintah, institusi pendidikan, institusi pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi, institusi komoditi dan jasa, serta
institusi profesi.

Rekonstruksi Sistem Pendidikan Nasional Sebagai Upaya


Meningkatkan Kualitas bangsa. Gambar berikut ini merupakan keterlibatan
(peran) dan hubungan antar komponen dalam sistem pendidikan nasional :

Berdasarkan gambar tersebut di atas, terlihat berbagai peran yang harus


dilakukan semua komponen yang terlibat dalam sistem pendidikan nasional.
Seperti peran pemerintah bukan hanya sekedar pembuat UU Sisdiknas, tetapi
harus disediakan juga berbagai peraturan atau UU lainnya yang mendukung

10
sistem pendidikan nasional, seperti bagaimana menjalin hubungan antara
institusi pendidikan dengan institusi komoditas dan jasa, institusi profesi,
institusi pengembang ilmu dan pengetahuan, maupun dengan berbagai
institusi pendidikan serta institusi bisnis lainnya yang ada di luar negeri.
Tentu untuk mencapai target tersebut tidaklah mudah, namun harus ada
keterlibatan pemerintah dalam mengatur masalah ini (sebagai bahan
pertimbangan adalah kondisi pendidikan di Indonesia yang digambarkan
dalam laporan HDI maupun IID). Fasilitas lain yang perlu dipersiapkan
adalah sarana (fasilitas) fisik berupa gedung tempat terselenggaranya kegiatan
pendidikan yang dilengkapi dengan laboratorium, perpustakaan, kemudahan
akses informasi, dan teknologi lainnya (internet).

Peranan pendidik juga sangat besar kontribusinya dalam memperbaiki


sistem pendidikan ini. Upaya merekonstruksi paradigma pendidik lebih sulit
dari merubah atau memperbaiki sarana fisik. Tidak sedikit pendidik yang
terjebak dalam jumudisme pekerjaannya (profesinya). Tentu harus disertai
dengan kompensasi yang adil dari pemerintah maupun pemilik institusi
pendidikan antar waktu, energi, dana yang dikeluarkan pendidik dalam
kegiatan belajar- mengajar. Potret lainnya yang turut menyumbang
terpuruknya sistem pendidikan di Indonesia adalah lemahnya sistem
pengawasan dari pemerintah berkaitan dengan proses aliran dana serta
pertanggungjawabannya (dana, wewenang). Terlebih setelah deklarasi
otonomi daerah. Dalam hal ini yang harus direkonstruksi adalah sistem Badan
Pemeriksa Keuangan dan Pengawasan (BPKP) yang membawahi Inspektorat
Wilayah harus diimbangi dengan audit independent (swasta). Keberadaan
institusi pendidikan juga harus diimbangi dengan adanya countervailing
power dari masyarakat. Wujud keterlibatannya dapat berupa kehadiran dewan
sekolah (untuk tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas),
demikian pula untuk tingkat perguruan tinggi (apapun namanya, yang penting
adalah fungsi keberadaannya).

Kehadiran perwakilan masyarakat melalui dewan sekolah maupun


dewan perguruan tinggi dapat merupakan sarana perantara antara aspirasi

11
masyarakat dengan institusi pendidikan, demikian pula sebaliknya. Dari
semua komponen di atas, yang paling substansial adalah masalah moral yang
harus menjadi pondasi stakeholder yang terlibat dalam sistem pendidikan ini.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki moral bangsa yaitu dengan
memasukkan Pasal 12 Ayat (1) dalam UU Sisdiknas yaitu dengan
memberikan hak setiap siswa untuk memperoleh pendidikan dan guru agama
sesuai dengan agama masing-masing, perlu didukung oleh semua pihak.

2.4 Pengertian Konstruksi

Sebelum mendefisinikan rekonstruksi, terlebih dahulu peneliti akan


menjelaskan pengertian konstruksi dalam judul penelitian ini, karena kata
konstruksi pada rekonstruksi merupakan kata yang menerangkan kata
rekonstruksi itu sendiri Tujuannya adalah agar dapat mengetahui jelas
perbedaan-perbedaan dari makna-makna tersebut, sehingga mampu
memberikan pemahaman maksud dari penelitian ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, konstruksi


adalah susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata. Makna
suatu kata ditentukan oleh kostruksi dalam kalimat atau kelompok kata.
Menurut Sarwiji yang dimaksud dengan makna konstruksi (construction
meaning) adalah makna yang terdapat dalam konstruksi kebahasaan. Jadi,
makna konstruksi dapat diartikan sebagai makna yang berhubungan dengan
kalimat atau kelompok kata yang ada didalam sebuah kata dalam kajian
kebahasaan. Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model,
tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya).

Kata konstruksi ini dalam kenyataannya adalah konsep yang cukup sulit
untuk dipahami dan disepakati kata konstruksi mempunyai beragam
interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat tergantung
pada konteksnya. Beberapa definisi konstruksi berdasarkan konteksnya perlu
dibedakan atas dasar : proses, bangunan, kegiatan, bahasa dan perencanaan.
Dari beberapa uraian diatas definisi makna konstruksi dalam kontkes
hubungannya dengan penelitian ini memiliki arti suatu bentuk, tata cara atau

12
secara lebih luas merupakan pola-pola hubungan yang ada di dalam suatu
system yang membentuk suatu proses kerja dalam hal ini proses perencanaan
peraturan daerah.

2.5 Pengertian Rekonstruksi


Pembaharuan atau rekonstruksi secara terminologi memiliki berbagai
macam pengertian, dalam perencanaan pembangunan nasional sering dikenal
dengan istilah rekonstruksi. Rekonstruksi memiliki arti bahwa “re” berarti
pembaharuan sedangkan „konstruksi‟ sebagaimana penjelasan diatas
memiliki arti suatu system atau bentuk. Beberapa pakar mendifinisikan
rekontruksi dalam berbagai interpretasi B.N Marbun mendifinisikan secara
sederhana penyusunan atau penggambaran kembali dari bahan-bahan yang
ada dan disusun kembali sebagaimana adanya atau kejadian semula ,
sedangkan menurut James P. Chaplin Reconstruction merupakan penafsiran
data psikoanalitis sedemikian rupa, untuk menjelaskan perkembangan pribadi
yang telah terjadi, beserta makna materinya yang sekarang ada bagi individu
yang bersangkutan. Salah satunya seperti yang disebutkan Yusuf Qardhawi
rekonstruksi itu mencakup tiga poin penting, yaitu pertama, memelihara inti
bangunan asal dengan tetap menjaga watak dan karakteristiknya. Kedua,
memperbaiki hal-hal yang telah runtuh dan memperkuat kembali sendi-sendi
yang telah lemah. Ketiga, memasukkan beberapa pembaharuan tanpa
mengubah watak dan karakteristik aslinya. Dari sini dapat dipahami bahwa
pembaharuan bukanlah menampilkan sesuatu yang benar-benar baru, namun
lebih tepatnya merekonstruksi kembali kemudian menerapkannya dengan
realita saat ini.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat peneliti simpulkan maksud


rekonstruksi dalam penelitian ini adalah pembaharuan system atau bentuk.
Berhubungan dengan rekonstruksi perencanaan program legislasi daerah
maka yang perlu dibaharui adalah system perencanaan yang lama digantikan
dengan aturan main yang baru. Rekonstruksi tersebut inilah yang nantinya

13
akan menjadi pedoman atau panduan dalam perencanaan pembuatan
rancangan peraturan daerah.

2.6 Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak

Bahagia adalah kata pertama yang kita kemukakan saat pertama kali
kita mendengar tangisan seorang bayi. Kita merasakan haru bahagia yang tak
dapat kita ungkapkan. Timbul rasa bangga dan harapan baru berupa tanggung
jawab untuk kehidupan anak kita selanjutnya. Begitu seorang anak lahir ke
dunia maka orangtua turut mengambil peran dalam tumbuh kembang anak
tersebut. Apa yang harus dipersiapkan, bagaimana membesarkannya sehingga
menjadi seseorang yang membanggakan keluarga dan bagaimana cara agar
mempersiapkan dirinya dalam menghadapi dunia luar yang akan dijalaninya.

Setiap anak adalah kebahagiaan, kebanggaan, dan harapan dari orangtua


mereka. Terlepas dari kondisi orangtua yang bagaimana, umumnya setiap
orangtua merasakan hal tersebut. Dalam kehidupan seorang anak, tumbuh dan
kembangnya sangat dipengaruhi oleh peran keluarga. Keluarga inti (ayah,
ibu, kakak) adalah lingkungan awal yang mempengaruhi pendidikan
pengetahuan dan emosional anak. Perkembangan anak dipengaruhi oleh
bagaimana keluarga inti menerapkan pelajaran-pelajaran dalam memasuki
awal kehidupan anak.

Pada perkembangan awal anak mulai dari bayi, keluargalah yang


pertama mengajarkan mereka cara untuk berbicara, berjalan, bertanya, dan
bersikap. Pada awalnya seorang anak akan selalu mendengar, meniru,
mengidolakan, apa yang diterapkan oleh orangtuanya. Jika orangtua
menerapkan perilaku yang baik, maka anak akan meniru dan menerapkan apa
yang diajarkan oleh keluarganya. Ini adalah pelajaran awal dari anak. Jika
seorang anak memperoleh pengajaran yang salah, maka ini akan
mempengaruhi pola perkembangan pengetahuan dan emosionalnya kelak.
Tak hanya soal makan, pakaian, mainan, dan perumahan yang disedikan
orangtua untuk anaknya. Mereka juga perlu mempersiapkan dana untuk
pendidikannya. Semua orangtua pasti berharap anak mereka memperoleh

14
pendidikan yang lebih baik dan tinggi dari orangtua mereka. Karena itu,
setelah anak-anak berusia sekitar lima tahun maka peran keluarga sebagai
inspirasinya akan mulai dipengaruhi oleh lingkungan. Pada tahapan ini,
seorang anak akan memasuki dunia pendidikan yaitu Taman Kanak-kanak
(TK) dan melanjut ke tingkat pendidikan Sekolah dasar (SD).

Mereka akan mulai mengenal orang-orang secara intens selain orangtua


mereka yaitu: guru dan teman-teman mereka. Pada jenjang ini mereka akan
menemukan sosok idola selain orangtua mereka, yaitu guru. Mereka akan
berucap: "Kata guruku tidak begitu ma/pa". Setiap hal yang diajarkan
orangtua akan dibandingkan dengan nasihat guru mereka di sekolah. Bahkan
jika orangtua bertanya apa cita-cita mereka kelak, maka beberapa anak-anak
mulai mengucapkan "akan menjadi guru". Pada tahapan ini, pendidikan
karakter sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang perilaku anak yang akan
mereka gunakan pada jenjang berikutnya.

Selain guru, mereka akan mulai mengenal dan berteman dengan teman-
teman sekolahnya. Anak-anak akan mulai belajar mengenal lingkungan
sosial. Ia akan mulai berkenalan, bersosialisasi, dan menerapkan hasil dari
sosialisasi berupa perilaku baru anak. Peran keluarga terutama sangat penting
pada saat ini, ajari dan tegur mereka dengan cara yang bijak tanpa memaksa
apabila mereka melakukan tindakan yang tidak/kurang berkenan, seperti:
pengucapan yang tidak pantas, tindakan yang bersifat anarkis, dan berbau
pelecehan.

Ada beberapa orangtua yang akan merasa lucu dan tertawa bahagia saat
anak mereka pertama sekali melakukan kesalahan tanpa mengkritik atau
membantah tingkah yang tidak baik dari anak tersebut. Orangtua merasa
bangga karena si anak melakukan tindakan diluar kebiasaan. Apabila hal ini
terjadi, maka si anak akan terus melakukan tindakan tersebut dan terbawa-
bawa hingga ia remaja dan bahkan mengalami peningkatan tindakan diluar
kebiasaan karena respon/tanggapan orangtua di awal tindakan mereka cukup
baik. Anak-anak akan menganggap bahwa suatu kebiasaan menjadi suatu
pembenaran.

15
Setelah melewati jenjang tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
maka anak-anak akan melanjutkan jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Dalam banyak kasus, orangtua merasa bahwa
pada masa ini orangtua harus memberikan banyak perhatian ekstra untuk
mengamati sikap inteligent dan emosional anak. Ini adalah jenjang dimana
anak mulai berfikir kritis.

Perhatian orangtua pada anak di jenjang ini layaknya menggenggam


sebuah telur, tidak boleh terlalu kuat karena bakalan pecah dan tidak boleh
terlalu lemah takutnya jatuh dan pecah kembali. Pada masa ini masa anak
tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, tapi juga lingkungan
masyarakat. Anak-anak mulai belajar berinteraksi sosial dengan masyarakat
umum. Pengaruh lingkungan mulai mempengaruhi pola fikir anak-anak.

Diawali dengan interaksi dengan teman sejawatnya di sekolah, interaksi


anak akan berkembang lebih lanjut dengan komunitas mereka. Pada masa ini
mereka juga mulai mengalami pubertas dan mulai merasa bahwa
persahabatan dan pertemanan lebih penting dari apapun. Nasihat orangtua dan
guru pun mulai mereka abaikan dan nasihat teman mulai memasuki dunia
mereka. Mereka akan lebih nyaman untuk curhat (curahatan hati) dengan
teman mereka dibandingkan dengan orangtua dan guru mereka. Untuk itulah
peran orangtua dan guru sangat penting. Sebelum hal itu terjadi, interaksi dan
komunikasi antara guru dan orangtua harus terjalin dengan baik.

Orangtua harus meluangkan waktu untuk datang apabila datang surat


kunjungan dari sekolah ke orangtua ataupun setidaknya pada saat mengambil
rapor siswa sambil mendengarkan nasihat dan cerita guru mengenai tingkah
anak di sekolah. Karena pada tingkat ini anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktu di sekolah dan diluar rumah. Apabila ada masalah anak
di sekolah, jangan hanya mendengar secara sepihak (anak) mengenai apa
yang terjadi di sekolah. Datang dan berkomunikasilah dengan guru ke
sekolah. Sehingga anak akan selalu terpantau di rumah dan sekolah serta
menjauhkannya dari hal-hal yang tidak kita inginkan.

16
Masa Sekolah Menengah Atas (SMA/K) juga mengalami kondisi yang
hampir sama dengan masa SMP. Hanya saja jika mereka mampu mengatasi
gejolak diri saat mereka SMP maka pada masa SMA mereka pun cukup
mampu untuk mengatasi masalah di SMA. Pada masa ini teman-teman pun
sangat mempengaruhi mereka, bahkan lingkungan masyarakat mendominasi
pergaulan mereka. Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah dan
masyarakat. Kedua lingkungan ini sangat kuat dalam mempengaruhi anak dan
umumnya sering bertentangan.

Pada masa ini, anak cukup dewasa dalam menentukan pilihan. Orangtua
tidak boleh terlalu ketat dalam membatasi ruang lingkup anak-anak, karena
mereka akan merasa terkekang dan menimbulkan pemberontakan dalam diri
mereka. Pada masa ini, anak akan mulai mencari jati diri. Kemana,
bagaimana, dan ingin jadi apa mereka kelak. Pada saat ini, muncul ketakutan
dan penolakan terhadap dirinya sendiri. Dari yang saya amati, peran orangtua
sangatlah penting disini. Orangtua tidak harus marah, mereka hanya perlu
mendengar dan bertindak.

Dengarlah apa keinginan anak, kemudian arahkan. Jangan menyalahkan


dan menakuti. Beri gamabaran pada mereka mengenai keinginan mereka dan
cobalah untuk menyarankan ide yang lebih baik. Tapi jika ide itu tidak
diterima, janganlah memaksa. Karena apabila itu dilakukan, anak akan
mencari komunitas yang mereka bentuk dilingkungan yang mendukung
keinginannya.

Kalau komunitas yang ia bentuk baik ya tidak masalah, tapi bagaimana


jika komunitas yang ia bentuk jauh dari kata baik??? Rokok, Minuman keras,
Narkoba, Free Sex!!! Ingatlah, banyak anak yang tidak penurut, banyak yang
pengkritik, dan juga sok tahu. Jadi, lebih baik dengar keinginan mereka,
arahkan, tunjukkan jalan yang harus mereka tempuh dan lalui, dan beri
mereka tanggungjawab terhadap pilihan mereka. Walau begitu, jangan
lepaskan mereka, jadilah "teman" mereka yang selalu bisa mereka andalkan
sebagai pendengar mereka. Jangan biarkan mereka belajar dan bertanya pada
"guru" yang salah karena semua orang adalah "guru".

17
Pada tingkat kuliah, anak-anak bisa dikatakan telah mencapai masa
dewasa. Zaman dulu bahkan mungkin orangtua kita pasti sudah menikah pada
usia ini dan memiliki keturunan. Hanya saja untuk anak-anak yang berambisi
untuk maju dalam karir, pasti tidak akan mengambil langkah ini. Setelah
tamat dari bangku SMA, mereka akan memasuki masa kuliah, wisuda dan
memasuki dunia kerja.

Sebelum anak-anak wisuda, orangtua tidak boleh terlalu merasa bangga


dulu. Tugas mereka belum selesai untuk menjaga anak-anak. Bahkan mereka
akan mulai khawatir, karena anak-anak akan mulai jauh dari pengawasan
orangtua karena mereka akan mulai kos, jauh dari orangtua dan mulai hidup
mandiri dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Pendidikan moral yang mereka pelajari dari orangtua, guru, teman dan
pengalaman mereka saat mereka sekolah akan mereka terapkan dalam
lingkungan kuliah. Banyak anak-anak yang mendapat pergaulan yang salah
pada masa ini. Mereka menjadi anak baik dan manis pada tingkat TK, SD,
SMP, dan SMA, tapi menjadi anak yang tidak terdidik pada masa kuliah.

Pada masa ini, tergantung keinginan dan motivasi si anak. Si anak harus
bisa membentengi diri dari hal-hal negatif yang dapat merusak jalannya
perkuliahan. Anak harus bisa membagi waktu antara kuliah, bermain,
bersenang-senang, berorganisasi, dan juga bekerja. Karena jika salah satu
mendominasi maka anak tidak akan memperoleh keberhasilan dalam
kuliahnya. Ia, harus mengingat apa motivasi awalnya untuk kuliah, apakah
untuk meningkatkan kehidupannya kelak, ataupun demi membanggakan
kedua orangtua mereka. Ingatlah, Pendidikan itu sangat penting. Karena
itulah bekal/warisan kekal yang diberikan orangtua kepada kita. Selanjutnya
bagaimana kita menjalankannya.

Memang benar, peran keluarga terutama orangtua sangat


mempengaruhi kesiapan anak begitu anak dilepas dalam menghadapi
lingkungan luar (sosial dan dunia kerja). Anak yang mulai dari kecil selalu
didominasi oleh orangtua yaitu saat dia menghadapi masalah ada ayah/ibu

18
yang selalu maju pada barisan paling depan tanpa membimbing anak
menghadapi sendiri agar mereka mandiri dan berani dalam mengemukakan
pendapatnya akan mengakibatkan anak tidak siap mental dalam menghadapi
masalah, selalu merasa santai (selalu bersembunyi dibalik nama ayah/ibu),
tidak memiliki motivasi untuk maju, dan hanya mengandalkan orangtua agar
kehidupan selanjutnya merasa aman dan santai. Awalnya niat orangtua baik,
agar anak selalu merasa aman, dan kehidupannya terjamin tanpa memikirkan
masalah-masalah sosial anak.

Hal inilah kenapa seorang anak dari berasal dari keluarga yang tidak
terlalu mendominasi sangat siap dalam menghadapi dunia luar begitu dia
dewasa. Hal ini disebabkan karena ini mungkin disebabkan mereka sudah
terlatih menghadapi dan bertanggungjawab pada setiap persoalan hidup mulai
dari anak kecil hingga dia dewasa.

Setelah kita beranjak dewasa dan melihat teman-teman kita yang


dulunya terbelakang dari segi ekonomi yang mengakibatkan mereka berada
pada level standar kehidupan dibawah kita, bisa mencapai tingkat teratas
ekonomi dibandingkan kita yang memperoleh kenyamanan saat kita kecil.
Hal yang berbeda jika mereka memang berada pada level dimana keluarga
memang sudah mempersiapkan masa depan anaknya sendiri (pewaris
kekayaan).

Kita tidak pernah bisa memilih kita hidup dalam keluarga yang kita
inginkan. Setiap keluarga memiliki kebaikan dan kekurangan masing-masing.
Keluarga yang baik belum tentu menghasilkan anak dengan karakter yang
baik, sebaliknya keluarga yang "broken home" belum tentu menghasilkan
anak yang tidak baik juga. Berhasil atau tidaknya seseorang tergantung
dengan semangat hidupnya dan keinginannya untuk berhasil. Keluarga hanya
sebagai mediator yang memfasilitasinya setiap kepentingan dan keperluan
anak tapi keberhasilan anak tergantung bagaimana si anak memanfaatkan
setiap peluang dan fasilitas untuk masa depannya.

19
Kalau komunitas yang ia bentuk baik ya tidak masalah, tapi bagaimana
jika komunitas yang ia bentuk jauh dari kata baik??? Rokok, Minuman keras,
Narkoba, Free Sex!!! Ingatlah, banyak anak yang tidak penurut, banyak yang
pengkritik, dan juga sok tahu. Jadi, lebih baik dengar keinginan mereka,
arahkan, tunjukkan jalan yang harus mereka tempuh dan lalui, dan beri
mereka tanggungjawab terhadap pilihan mereka. Walau begitu, jangan
lepaskan mereka, jadilah "teman" mereka yang selalu bisa mereka andalkan
sebagai pendengar mereka. Jangan biarkan mereka belajar dan bertanya pada
"guru" yang salah karena semua orang adalah "guru".

Pada tingkat kuliah, anak-anak bisa dikatakan telah mencapai masa


dewasa. Zaman dulu bahkan mungkin orangtua kita pasti sudah menikah pada
usia ini dan memiliki keturunan. Hanya saja untuk anak-anak yang berambisi
untuk maju dalam karir, pasti tidak akan mengambil langkah ini. Setelah
tamat dari bangku SMA, mereka akan memasuki masa kuliah, wisuda dan
memasuki dunia kerja. Sebelum anak-anak wisuda, orangtua tidak boleh
terlalu merasa bangga dulu. Tugas mereka belum selesai untuk menjaga anak-
anak. Bahkan mereka akan mulai khawatir, karena anak-anak akan mulai jauh
dari pengawasan orangtua karena mereka akan mulai kos, jauh dari orangtua
dan mulai hidup mandiri dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Pendidikan moral yang mereka pelajari dari orangtua, guru, teman dan
pengalaman mereka saat mereka sekolah akan mereka terapkan dalam
lingkungan kuliah. Banyak anak-anak yang mendapat pergaulan yang salah
pada masa ini. Mereka menjadi anak baik dan manis pada tingkat TK, SD,
SMP, dan SMA, tapi menjadi anak yang tidak terdidik pada masa kuliah.
Pada masa ini, tergantung keinginan dan motivasi si anak. Si anak harus bisa
membentengi diri dari hal-hal negatif yang dapat merusak jalannya
perkuliahan. Anak harus bisa membagi waktu antara kuliah, bermain,
bersenang-senang, berorganisasi, dan juga bekerja. Karena jika salah satu
mendominasi maka anak tidak akan memperoleh keberhasilan dalam
kuliahnya. Ia, harus mengingat apa motivasi awalnya untuk kuliah, apakah
untuk meningkatkan kehidupannya kelak, ataupun demi membanggakan

20
kedua orangtua mereka. Ingatlah, Pendidikan itu sangat penting. Karena
itulah bekal/warisan kekal yang diberikan orangtua kepada kita. Selanjutnya
bagaimana kita menjalankannya.

Memang benar, peran keluarga terutama orangtua sangat


mempengaruhi kesiapan anak begitu anak dilepas dalam menghadapi
lingkungan luar (sosial dan dunia kerja). Anak yang mulai dari kecil selalu
didominasi oleh orangtua yaitu saat dia menghadapi masalah ada ayah/ibu
yang selalu maju pada barisan paling depan tanpa membimbing anak
menghadapi sendiri agar mereka mandiri dan berani dalam mengemukakan
pendapatnya akan mengakibatkan anak tidak siap mental dalam menghadapi
masalah, selalu merasa santai (selalu bersembunyi dibalik nama ayah/ibu),
tidak memiliki motivasi untuk maju, dan hanya mengandalkan orangtua agar
kehidupan selanjutnya merasa aman dan santai. Awalnya niat orangtua baik,
agar anak selalu merasa aman, dan kehidupannya terjamin tanpa memikirkan
masalah-masalah sosial anak.

Hal inilah kenapa seorang anak dari berasal dari keluarga yang tidak
terlalu mendominasi sangat siap dalam menghadapi dunia luar begitu dia
dewasa. Hal ini disebabkan karena ini mungkin disebabkan mereka sudah
terlatih menghadapi dan bertanggungjawab pada setiap persoalan hidup mulai
dari anak kecil hingga dia dewasa.

Setelah kita beranjak dewasa dan melihat teman-teman kita yang


dulunya terbelakang dari segi ekonomi yang mengakibatkan mereka berada
pada level standar kehidupan dibawah kita, bisa mencapai tingkat teratas
ekonomi dibandingkan kita yang memperoleh kenyamanan saat kita kecil.
Hal yang berbeda jika mereka memang berada pada level dimana keluarga
memang sudah mempersiapkan masa depan anaknya sendiri (pewaris
kekayaan).

Kita tidak pernah bisa memilih kita hidup dalam keluarga yang kita
inginkan. Setiap keluarga memiliki kebaikan dan kekurangan masing-masing.
Keluarga yang baik belum tentu menghasilkan anak dengan karakter yang

21
baik, sebaliknya keluarga yang "broken home" belum tentu menghasilkan
anak yang tidak baik juga. Berhasil atau tidaknya seseorang tergantung
dengan semangat hidupnya dan keinginannya untuk berhasil. Keluarga hanya
sebagai mediator yang memfasilitasinya setiap kepentingan dan keperluan
anak tapi keberhasilan anak tergantung bagaimana si anak memanfaatkan
setiap peluang dan fasilitas untuk masa depannya.

Pendidikan sering dianggap mata uang yang berlaku baik di segala


masa maupun di segala tempat. Anda yang memiliki pendidikan yang matang
dan menerapkannya, tentu mendapat banyak sekali keuntungan dalam
hidupnya. Anda mudah mencari kerja, bersosialisasi, mengetahui mana garis
benar dan juga salah serta lainnya. Banyak hal yang dinikmati oleh manusia
buah dari sebuah pendidikan. Mungkin pepatah sebelumnya cukup layak
dikatakan untuk sebuah pendidikan, terutama di jaman modern dan serba
maju seperti sekarang ini.

Zaman yang seperti ini menuntut setiap anak untuk bisa berpikiran jauh
ke depan dan mengetahui langkah kedepannya meski hanya melihat. Secara
psikologi hal tersebut memanglah tidak mungkin, namun faktanya dengan
pendidikan yang benar banyak anak yang bisa berpikiran dewasa dan
memiliki pendidikan yang matang. Umumnya seorang anak memiliki
pendidikan awalnya untuk bekal hidup dan melihat dunia, berasal dari
lingkungan terdekatnya yakni keluarga.

Untuk anak, keluarga bukan hanya sekedar saudara atau orang yang
memiliki satu darah sama dan memiliki DNA yang sama. Namun keluarga
merupakan satu-satunya tempat untuk anak-anak berlindung dan
mempertahankan diri dari hal yang membahayakan. Mereka mungkin hanya
bisa menilai mana hal yang menakutkan atau tidak, bukan hal yang baik dan
buruk.

Anak akan bisa berpikir baik dan buruk tergantung dari didikan atau
binaan keluarga, yang notabene merupakan lingkungan terkecil, terdekat dan

22
juga orang-orang yang paling didengar oleh anak-anak. Begitupun masalah
pendidikan. adapun hal yang dapat dilakukan adalah:

2.6.1 Menjadi Guru

Guru tak hanya ditemukan di sekolah, mereka yang bisa mengajar


orang lain merupakan guru. Namun, ada guru yang dianggap baik
karena mengajarkan hal baik atau justru sebaliknya. Peran pertama
keluarga tentu menjadi guru bagi sang anak, dimana anak ketika
membuka mata. Maka keluargalah yang membantu menjelaskan apa
yang anak lihat, hingga mereka beranjak menjadi anak-anak yang sudah
mengerti akan hal di dunia. Namun peranan keluarga tidak berhenti
juga, setiap anggota pasti bisa dan mungkin menjadi guru dari anggota
lain yang masih anak.

2.6.2 Menjadi Teman

Siapa yang mengatakan bahwa pendidikan yang kaku dan aneh


bisa menjamin anak tersebut memiliki pendidikan yang baik dan pribadi
yang juga baik. Orang tua bisa berperan menjadi teman ketika berbicara
mengenai pendidikan anak. Pihak keluarga lainya pun seperti itu,
dimana mereka bisa saja membiasakan diri untuk menjadi teman anak-
anak dalam belajar. Seringkali anak merasa takut dan malas jika belajar
diawasi dengan keluarga, terutama mereka yang sudah bersekolah dan
sudah tahu akan suasana sekolah serta teman. Jadilah teman mereka
dalam mengenal lingkungan dan belajar ketika dirumah.

2.6.3 Seorang hakim

Selain menjadi teman atau guru, keluarga juga bisa menjadi


seorang hakim bagi anak tersebut. Hakim disini dimaksudkan bahwa
mereka harus bisa membantu menentukan hal yang anak-anak tidak
mengerti atau tidak ketahui. Terutama demi kebaikan anak tersebut dan
orang banyak. Selain itu, ada juga hal yang paling fatal jika peranan ini
tidak dilaksanakan, dimana anak mungkin tidak tahu dengan jelas mana

23
hal yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan oleh
keluarga.Terkadang menjadi hakim merupakan hal utama yang
dibutuhkan dalam sebuah keluarga.

2.6.4 Pengawas

Sebagai keluarga, mengawasi merupakan fungsi utama dari


keluarga untuk anak. Dimana pengawasan merupakan hal utama yang
harus dilakukan bahkan sampai anak sudah menjadi dewasa, bahkan
hingga anak sudah siap melepas diri atau mandiri. Namun sayangnya
beberapa pihak keluarga terkadang terlalu berlebihan dalam mengawasi
anaknya hingga mereka tidak bisa berkembang dengan baik, bahkan
anak cenderung tertutup dan tidak senang bersosialisasi dan belajar
akan hal baru. Cobalah buat batasan dengan jelas tanpa menyebabkan
kerugian pada anak-anak.

2.6.5 Mengontrol dan Mengatur Waktu Anak

Mengontrol dan mengatur anak-anak mungkin menjadi hal buruk


bagi sebagian orang, namun kontrol diharuskan dalam pendidikan anak.
Memang hal tersebut adalah peranan keluarga yang dilakukan sejak
awal. Sejak dini anak-anak harus diatur dan didisplinkan untuk bisa
mengatur waktu dengan baik, sehingga besar nanti mereka akan terbiasa
dengan hal yang teratur. Nah, mengatur anak merupakan salah satu
peran keluarga dalam pendidikan yang bisa diterapkan pada anak-anak.

2.6.6 Merangkul Anak

Merangkul anak mungkin terdengar mudah, namun kenyataanya


bahkan hingga anak dewasa dan telah meninggalkan keluarga inti untuk
menikah. Banyak keluarga yang tidak bisa saling merangkul. Terutama
jika mereka terbentur masalah keluarga seperti merawat orang tua atau
masalah warisan dan harta.

Kasih sayang merupakan salah satu hal yang bisa diajarkan pada
anak oleh pihak keluarga, terutama keluarga inti seperti ayah, ibu dan

24
kakak atau adik. Merangkul anak menjadi peranan besar yang
dibutuhkan anak dari keluarga. Mereka yang tidak tahu dunia luar, pasti
membutuhkan rangkulan keluarga.

2.6.7 Membimbing Anak

Apakah penting keluarga membimbing anak ? jawabannya


sangatlah penting. Kepribadian dan jalan pikir setiap anak berbeda.
Mungkin ada beberapa anak yang masih bisa bertahan di keadaan yang
sangat tidak baik, namun ada juga anak yang terpengaruh jika tidak
dibimbing kearah yang lebih baik.

Membimbing anak merupakan hal utama yang harus dilakukan


setiap orang tua, atau keluarga. Membimbing anak memang gampang-
gampang mudah, dimana anak-anak merupakan tahapan dari
perkembangan manusia dan belum tahu apapun, sehingga mereka harus
diberikan bimbingan dan juga arahan agar tidak mengenal hal yang
salah.

2.6.8 Membantu Rencana Pendidikan Anak

Pendidikan merupakan gerbang utama untuk mendapatkan


kehidupan yang lebih baik. Meskipun ada faktor lain yang
mempengaruhi, banyak juga yang menganggap bahwa pendidikan
merupakan poin utama untuk bisa menggapai kehidupan yang lebih
baik selanjutnya. Begitupun pilihan pendidikan pada masing-masing
anak.

Membantu rencana pendidikan anak merupakan poin selanjutnya


peran keluarga untuk pendidikan anak. Mereka mungkin merasa
bingung dan tidak tahu dengan pilihan, memang pilihan kembali pada
masing-masing anak. Namun orang tua berhak memberikan penjelasan
atas masing-masing pilihan mereka. Misalnya anak memilih untuk
berkarir dan bercita-cita menjadi Pilot atau Masinis. Silahkan anda
jelaskan kelebihan dan kekurangan keduanya tanpa memaksa mereka.

25
Hal ini merupakan peranan yang paling dibutuhkan oleh banyak anak-
anak.

2.6.9 Membangun Sosial Anak

Membangun lingkungan sosial anak merupakan hal yang paling


dibutuhkan dalam keluarga. Banyak anak yang harus menghadapi
keluarga yang hancur atau berantakan, dan hal tersebut berpengaruh
pada sosialisasi anak dan kepribadian mereka. Selain itu, membangun
sosial bisa berasal dari sikap keluarga ke sesama anggota ataupun pada
anggota di keluarga besar. Dengan bersikap baik tentu anakpun akan
mengikuti untuk membangun dunia sosial yang baik juga.

2.6.10 Menciptakan Lingkungan Baik

Menciptakan lingkungan yang baik merupakan poin terakhir yang


diberikan sebuah keluarga. Ikan hias akan berasal dari kolam ikan
indah, namun ikan paus berasal dari lautan luas. Anda bebas memilih
ingin memberikan lingkungan yang baik atau tidak pada anak-anak.
Namun resiko haruslah anda tanggung, ketika mereka harus
menghadapi lingkungan yang tidak baik. Terutama jika mereka masih
usia sangat belia dan harus menghadapi hal yang dianggap belum
sanggup ditanggung seorang anak . Sehingga, usahakanlah anda
menciptakan lingkungan yang baik ketika ada seorang anak tumbuh di
tengah keluarga anda.

Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak sebenarnya lebih besar


dibanding ke sepuluh poin diatas. keluarga bisa dikatakan sebagai hal
membahagiakan yang bisa didapatkan oleh manusia. Hanya keluarga
yang bisa memberikan pendidikan terbaik, pelajaran terbaik dan kasih
sayang terbesar pada manusia. Khusunya anak-anak yang masih belum
tahu seperti apa dunia dan belum bisa menentukan dengan jelas harus
melakukan apa mereka, atau harus memilih hal yang baik dan buruk
secara tepat.

26
2.7 Peran dan Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Nilai Budi Pekerti

Dalam perspektif pendidikan, terdapat tiga lembaga utama yang sangat


berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang anak yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, yang selanjutnya
dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan. Juga dikenal istilah pendidikan
formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal biasanya sangat terbatas
dalam memberikan pendidikan nilai budi pekerti. Hal ini disebabkan oleh
masalah formalitas hubungan antara guru dan siswa. Pendidikan non formal
dalam perkembangannya saat ini tampaknya juga sangat sulit memberikan
perhatian besar pada pendidikan nilai.

Dalam hubungannya dengan perkembangan seseorang, keluarga


merupakan tempat pertama dan utama dalam perkembangan seseorang. Sejak
masih dalam kandungan, kelahiran, masih bayi, masa kanak-kanak, remaja,
samapai masa dewasa, seseoranng tentu berinteraksi secara intensif dengan
keluarga. Interaksi dengan keluarga baru mulai terbagi ketika seseorang telah
mengikatkan diri dengan orang lain dalam suatu perkawinan. Itu saja
hubungan keluarga pasti tidak terputus seratus persen.

Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan


keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan yang
diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
diri seseorang, dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Secara sosiologis keluarga dituntut
berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman,
tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh
keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim
dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa “Berdasarkan pendekatan
budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi, yaitu, fungsi
biologis, edukatif, religius, proyektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomi”.7
Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama, menurut ST. Vembriarto,
mempunya 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu:

27
a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya
anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang
hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang
dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau
dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga.
b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya
hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi
(penuh kasih sayang dan rasa aman).
c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita
dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan
kepribadiannya.
d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan
institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya
institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara
sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga
dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain
itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi
berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi
motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam
pada setiap langkah perkembangan anak yang dapat bertahan
hingga ke perguruan tinggi.
e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan
rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi,
ketenangan dan kegembiraan.
f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat
pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya,
disamping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini
penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak;

28
sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami
kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. Hal ini sejalan
dengan Hadist Nabi SAW yang mengingatkan para orang tua:
“Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanyalah yang
akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara,
merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.
Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri
tetapi banyak dilakukan oleh badanbadan sosial seperti tempat
perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim
piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi. Keluarga
diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat
terlindung dari gangguan-gangguan seperti gangguan udara
dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit
dengan berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan
bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok
dan lain-lain.

Pendidikan mempunyai banyak arti. Emil Durkheim mendefinisikan


pendidikan sebagai pengaruh yang dilaksanakan oleh orang dewasa atas
generasi yang belum matang untuk penghidupan sosial.Dictionary of
Education menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk perilaku
lainnya di dalam masyarakat dimana yang bersangkutan hidup. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses timbal balik dari
tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungan hidupnya.

Sementara itu, keluarga adalah kasatuan unit terkecil di dalam


masyarakat. Jadi, pendidikan dalam keluarga adalah proses pembentukan
mental dan tingkah laku seorang anak manusia secara berkesinambungan
dalam unit terkecil di dalam masyarakat.

Sejatinya, pendidikan dimulai dari dalam keluarga karena tidak ada


orang yang tidak dilahirkan dalam keluarga. Jauh sebelum ada lembaga

29
pendidikan yang disebut sekolah, keluarga telah ada sebagai lembaga yang
memainkan peran penting dalam pendidikan yakni sebagai peletak dasar.
Dalam dan dari keluarga orang mempelajari banyak hal, dimulai dari
bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan
perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap, berperilaku,
hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam hidup.
Intinya, keluarga merupakan basis pendidikan bagi setiap orang.

Secara praktis, pendidikan dalam keluarga tidak mempunyai suasana


seperti pendidikan di sekolah. Kita tidak akan menemukan ruangan yang
dipenuhi fasilitas seperti bangku dan meja, papan tulis, dan media
pembelajaran lainnya. Kita juga tidak akan menemukan oknum pendidik yang
mengenakan uniform tertentu yang biasa dipanggil dengan sebutan ‘guru’
atau ‘dosen’. Pendidikan dalam keluarga memiliki ciri khas tersendiri. Hal ini
dimungkinkan karena pendidikan dalam keluarga bukanlah pendidikan yang
‘diorganisasikan’ melainkan pendidikan yang ‘organik’, yang didasarkan
pada spontanitas, intuisi, pembiasaan dan improvisasi. Meski demikian,
dalam pendidikan keluarga kita menemukan oknum yang fungsinya tidak
jauh berbeda dengan guru di sekolah atau dosen di perguruan tinggi yaitu
mentransfer pengetahuan. Oknum yang saya maksudkan adalah orang tua.
Ya, dalam konteks pendidikan dalam keluarga, orang tua bertugas
mentransfer pengetahuan tetapi bukan pengetahuan tentang mata pelajaran
tertentu, melainkan pengetahuan tentang kehidupan. Dengan kata lain,
pendidikan dalam keluarga merupakan segala usaha yang dilakukan oleh
orang tua dengan pembiasaan dan improvisasi untuk membantu
perkembangan pribadi anggota keluarga yang disebut anak.

2.7.1 Fungsi Keluarga

Berikut ini beberapa fungsi keluarga yang penting untuk


diketahui, yaitu:

2.7.1.1 Persekutuan primer

30
Yaitu relasi antara anggota keluarga yang bersifat
mendasar dan eksklusif karena faktor ikatan biologis, ikatan
hukum dan karena adanya kebersamaan dalam mempertahankan
hidup.

Sebagai kelompok primer, keluarga berperan menciptakan


persahabatan, kecintaan, rasa aman, dan hubungan interpersonal
yang bersifat kontinu. Semua ini merupakan fondasi
perkembangan kepribadian anak. Sangat tidak mungkin anak
dapat bersahabat dengan orang lain yang bukan anggota
keluarganya, apabila ia tidak mendapat pendidikan dalam
keluarga tentang persahabatan. Demikian pula apabila kepada
anak tidak ditanamkan rasa aman ke dalam diri anak, ia
cenderung berinteraksi penuh kecurigaan terhadap orang yang
bukan anggota keluarganya. Hubungan antar pribadi
yangcontinue juga perlu diajarkan kepada anak supaya ia
mampu menjaga relasi interpersonalnya dengan orang-orang di
luar keluarga yang ditemuinya.

Disamping itu, sebagai kelompok primer, keluarga


memberikan kesempatan secara unik kepada anggotanya untuk
menyadari dan memperkuat nilai kepribadian. Hanya di dalam
keluarga seorang individu secara bebas mengekspresikan
kepribadiannya. Dan kesempatan ini sangat penting sebab dari
sinilah individu membangun harga dirinya.

Masih tentang keluarga sebagai persekutuan utama/primer,


hubungan anggota-anggota keluarga dengan dunia luar, diakui
atau tidak, diatur oleh keluarga. Menyangkut hal ini, corak
keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

2.7.1.2 Keluarga terbuka

Yaitu keluarga yang mendorong anggota keluarga


membangun hubungan dengan dunia luar. Persahabatan, kasih

31
sayang, dan hubungan antar pribadi dapat dilakukan dengan
semua orang.

2.7.1.3 Keluarga tertutup

merupakan keluarga yang menutup diri terhadap hubungan


dengan dunia luar. Hubungan kasih sayang, persahabatan, dan
hubungan antar pribadi lainnya HANYA dilakukan dengan
anggota keluarga.

Dalam hal pendidikan dalam keluarga, kita dapat membagi


keluarga menjadi tiga kelompok:

a. Keluarga yang benar-benar menerapkan


pendidikan dalam keluarga secara ketat sebagai
sesuatu yang penting
b. Keluarga yang acuh/santai. Segala sesuatu
berjalan sesuai kelaziman.
c. Keluarga yang tidak terlalu mementingkan
pendidikan dalam keluarga tetapi juga tidak
acuh/santai. Tipikalnya situasional.

2.7.1.4 Sumber Kasih Sayang (affection) atas dasar ikatan biologis atau
hukum secara bertanggung jawab.

Umumnya, sebuah keluarga terbentuk karena jalinan cinta


kasih antara ayah dan ibu. Kenyataan ini sudah lebih dari cukup
untuk menyatakan bahwa keluarga merupakan sumber kasih
sayang. Maksud saya, di dalam keluargalah seorang anak
merasakan kasih sayang dan belajar bagaimana mengekspresikan/
menyatakan perasaan cinta kasih kepada orang lain, bahkan
bagaimana mencitai orang lain. Apabila keluarga gagal menjadi
sumber kasih sayang, anak pun akan mengalami kegagalan dalam
hal mengasihi orang lain. Namun sebaliknya, apabila keluarga
mampu memenuhi kebutuhan anak akan kasih, anak tak akan

32
mencari kasih sayang di luar rumah yang bisa saja berpotensi
menjerumuskan dirinya ke hal-hal yang tidak diinginkan.
Disamping itu, anak juga mampu menyayangi orang lain dengan
cinta kasih yang diperolehnya dalam keluarga.

2.7.1.5 Institusi pembentukan anutan, keyakinan, agama, nilai-nilai budaya


dan moralitas

Tak bisa dipungkiri, keluarga merupakan institusi pertama


yang hampir seluruh pergerakannya ditiru oleh anak. Memang,
pada dasarnya, keluarga merupakan sumber panutan bagi anak.
Dari keluargalah anak belajar tentang keyakinan, agama, nilai-nilai
budaya dan moralitas.

2.7.1.6 Wadah pemenuhan kebutuhan, baik materil maupun spiritual

Institusi yang paling bertanggung jawab terhadap kebutuhan


jasmani dan rohani anak bukanlah institusi pemerintahan, bukan
pula institusi swasta, melainkan institusi keluarga. Itu sebabnya,
apabila ada anak yang kebutuhannya tidak tercukupi, maka pihak
yang paling bertanggung jawab terhadap situasi demikian adalah
keluarga. Tentu ada pengecualian terhadap situasi-situasi tertentu.

2.7.1.7 Lembaga partisipasi dari kelompok masyarakat (interaksi sosial)

Sebenarnya, cara termudah untuk mengetahui tinggi atau


rendahnya partisipasi seseorang dalam masyarakat adalah dengan
menelusuri partisipasinya dalam keluarganya sendiri.

2.8 Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga

Pendidikan dalam keluarga penting, sama pentingnya dengan


pendidikan di sekolah. Jika diibaratkan, pendidikan seperti koin yang
memiliki dua sisi dimana pada sisi yang satu terdapat pendidikan dalam
keluarga sedangkan pada sisi yang lain ada pendidikan di sekolah. Mengapa
pendidikan dalam keluarga penting?? Faktanya, setiap orang yang

33
bersosialisasi dalam masyarakat berasal dari keluarga. Kemampuan
bersosialisasi tidak datang secara tiba-tiba melainkan hasil dari suatu
pembelajaran panjang dalam keluarga. Sosialisasi dalam keluarga bertujuan
membentuk:

2.8.1 Penguasaan Diri

Setiap anak perlu diajarkan tentang self controlled sebab


masyarakat menuntut hal ini. Orang tua perlu menanamkan kepada
anak bahwa masyarakat umum memiliki kepribadian berbeda-beda.
Karena itu diperlukan cara yang berbeda pula untuk mendekati atau
membangun relasi sosial dengan mereka. Dan penguasaan diri
merupakan cara yang ampuh. Anak perlu diajar untuk menguasai diri
ketika berhadapan dengan orang lain. Tidak mungkin anak dapat
menguasai diri apabila tidak diajarkan dalam keluarga. Cara praktis
yang bisa dilakukan adalah pada waktu orang tua meminta anak untuk
memelihara kebersihan dirinya. Memang, ini bukanlah cara yang
mudah. Tetapi justru karena itulah penguasaan diri anak dapat
terbentuk, baik secara emosional maupun secara fisik.

2.8.2 Nilai-nilai

Nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak secara bersamaan


dengan penguasaan diri adalah mengajarkan anak untuk meminjamkan
mainannya kepada temannya. Nilai yang terkandung di sini adalah
berbagi alias tidak pelit/kikir. Bisa juga, mengajarkan anak kepada anak
supaya tidak bermain sebelum pekerjaan rumahnya selesai dikerjakan.
Hal ini mengajarkan tentang disiplin dan kesuksesan. Usia 6 tahun
merupakan usia yang paling baik untuk mengajarkan nilai-nilai kepada
anak. Dan keluarga bertanggung jawab penuh dalam usia ini.

Interkasi dalam keluarga bermanfaat untuk pengenalan peran-peran


sosial. Anak dapat mengenali peran orang tua (ayah dan ibu), kakak, adik,
dan perannya sendiri. Dengan mengenali peran-peran sosial, anak dapat
berinteraksi dengan dunia luar tanpa mengesampingkan perannya tersebut.

34
Pendidikan dalam keluarga memang berlangsung secara spontanitas,
namun ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan orang tua:

1. Tunjukan Teladan

Anak-anak suka meniru perilaku orang tua, baik perkataan, sikap


maupun perbuatan. Pendidikan dalam keluarga hanya akan berhasil
manakala orang tua mendidik dengan menunjukkan teladan. Pendidikan
tentang penguasaan diri, nilai-nilai, dan peran-peran sosial akan gagal
apabila orang tua tidak mampu menguasai diri, tidak memiliki nilai-nilai
yang diajarkan, dan tidak melaksanakan peran sosialnya. Dalam
pendidikan keluarga, orang tua tidak hanya berperan sebagai pendidik
tetapi juga sebagai model tentang segala sesuatu yang diajarkan. Ada
ungkapan kuno: “orang mungkin ragu dengan apa yang Anda katakan,
tetapi mereka akan percaya dengan apa yang Anda lakukan“

Anak bisa saja ragu dengan apa yang orang tua ajarkan apabila orang
tua tidak menunjukkannya terlebih dahulu dalam perilakunya. Namun
sebaliknya anak tidak akan ragu dengan segala hal yang diajarkan apabila
orang tua mampu menunjukkannya dalam perbuatan. Bahkan tidak
tertutup kemungkinan, tanpa kata-kata pun suatu teladan dapat ditransfer
kepada anak.

2. Konsisten

Hasil dari pendidikan dalam keluarga akan sesuai harapan manakala


dilakukan secara konsisten. Inkonsistensi sama sekali tidak konstruktif
terhadap pendidikan dalam keluarga. Sejatinya, sikap konsisten tidak
hanya baik bagi pendidikan dalam keluarga tetapi juga mengajarkan
tentang ketegasan, dan keteguhan dalam berprinsip.

3. Kesepahaman Pendapat Ayah dan Ibu (0rang tua)

Sudah menjadi rahasia umum, ayah dan ibu sering tidak sepaham
dalam pendidikan keluarga. Sebenarnya, realitas ini merupakan penyebab
gagalnya pendidikan dalam keluarga. Anak menjadi bingung dalam

35
menentukan sikap. Ayah dan ibu boleh saja tidak sepaham, namun hal itu
tidak boleh ditunjukkan di depan anak. Di depan anak, seharusnya, orang
tua menunjukkan kekompakkan sehingga pendidikan dalam keluarga
mendatangkan hasil yang membanggakan.

2.9 Hubungan Keluarga Dengan Sekolah Dan Masyarakat

2.9 .1 Hubungan keluarga dengan sekolah

Sebagai lingkungan pendidikan yang terorganisir secara


sistematis, sekolah merupakan wadah yang menempatkan anak dalam
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan tingkat kemampuan dan
kesesuaian umur, sehingga anak mempunyai wilayah interaksi secara
intens dengan teman sebaya yang sedikit banyak memiliki kesamaan
wawasan dan kemampuan. Berbeda dengan sekolah, di dalam keluarga,
anak menempati subordinat dibawah kendali oang tua dan tidak
mendapatkan hubungan sebaya sebagaimana yang ia dapatkan dalam
lingkungan sebaya disekolah.

Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam


keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak
adalah dalam keluarga. Sikap anak terhadap sekolah terutama akan
dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan
kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan
tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini seringnya terjadi tindakan-
tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik, semetara orang tua seolah
tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpangkan kesalahan kepada
sekolah.

Kedua pola komunikasi yang berbeda tersebut merupakan dua


dunia yang berbeda bagi anak. Keluarga adalah dunia referensi bagi
anak untuk membangun nilai hidup dan cita-cita, sedangkan dunia
sebaya yang ditemui anak dalam sekolah adalah wilayah
pengembangan diri secara sosial bersama-sama dengan teman-teman

36
sebaya yang relatif dalam kualifikasi kemampuan dan wawasan yang
sama.

Di dalam UU Nomor 22 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional pasal 10 ayat (4) dinyatakan bahwa : Pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan
agama, nilai, budaya, nilai moral, dan keterampilan.

Hubungan keluarga dengan sekolah adalah alah satu elemen


penting dalam kesuksesan belajar anak. Sekolah yang terbaik adalah
sekolah yang mampu menjembatani peran orang tua pada kegiatan
belajar anak atau menciptakan hubungan keluarga dengan sekolah. Jadi,
sesibuk apapun anda di kantor, tetaplah menjaga hubungan keluarga
dengan sekolah yang baik.

Hubungan antara keluarga dan sekolah terjadi pada kerja sama


orang tua dengan pihak guru. Kerja sama tersebut dibutuhkan untuk
memantau kemajuan anak dalam proses pendidikan, baik kemajuan
dalam ranah intelektual maupun psikologis.

2.9.2 Hubungan lingkungan sekolah dengan masyarakat

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan


interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-
tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari
masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar
sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus
bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan
program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut
bisa tetap eksis.

Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat dari
segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antar
sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya,

37
karena adanya kecenderungan perubahan dalam pendidikan yang
menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui
pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar
maupun di dalam sekolah.

Hubungan ini menempatkan sekolah dan masyarakat sebagai


lingkungan pendidikan yang potensial untuk melakukan proses-proses
pendidikan. Keduanya saling mempengaruhi peserta didik secara kuat.
Pengalaman sesorang yang didapat dalam masyarakat baik melalui
pergaulan tau aktivitas lain ditengah-tengah masyarakat membawa
pengaruh pada fungsi pendidikan yang diperankan oleh sekolah untuk
orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, partisipasi sesorang untuk
terlibat secara sadar dalam proses pendidikan di lingkungan masyarakat
juga dipengaruhi tugas-tugas belajar yang dia lakukan disekolah.

2.9.3 Hubungan keluarga dengan masyarakat

Pendidikan keluarga merupakan basis yang sangat penting dalam


peletak dasar-dasar pendidikan sosial anak. Keluarga adalah lembaga
sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu, dan anak sebagai suatu
kesatuan hidup (sistem sosial) yang menyadiakan situasi belajar.
Sebagai suatu sistem sosial, ikatan kekeluargaan di dalamnya
membantu anak dalam mengembangkan sikap persahabatan, cinta
kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang
baik, serta pengakuan akan kewibawaan.

Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak


dapat dipupuk sedini mungkin dalam keluarga. Tanggung jawab sosial
adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan menjadi
tanggung jawab masyarakat dan bangsa. Tanggung jawab sosial itu
merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang
dibina oleh kesatuan darah, keturunan dan keyakinan.

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat yang


pertama. Setelah melalui proses ini, anak akan bertemu dengan unit

38
sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Konstribusi lingkungan
masyarakat terhadap pendidikan bagi anak antara lain :

a. Berdasarkan dinamika yang terjadi di masyarakat, anak didik akan


mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience). Oleh
karena itu mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan
mudah diingat.
b. Dalam masyarakat terdapat banyak sumber belajar tidak dimiliki
sekolah ataupun keluarga (Hasbullah, 2003).

Dengan demikian hubungan antara lingkungan keluarga dan


masyarakat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, keluarga adalah peletk
dasar-dasar pendidikan sosial bagi anak yang di dalamnya terdapat
pendidikan akan pandangan hidup dan norma sosial. Kedua, masyarakat
adalah wadah pengembangan kemampuan sosial anak yang di
dalamnya terdapat kebudayaan, mobilitas sosial dan peran-peran sosial
yang bisa dipelajari dan diambil oleh anak.

2.10 Jenis Kegiatan Keluarga dengan Pendidikan

2.10.1 Jenis Kegiatan Hubungan Keluarga dengan Sekolah

a. Adanya Kunjungan ke Rumah Anak Didik

 Kunjungan melahirkan perasaan pada anak didik bahwa


sekolahnya selalu memerhatikan dan mengawasinya.
 Kunjungan tersebut memberi kesempatan kepada si pendidik
melihat sendiri dan mengobservasi langsung cara anak didik
belajar, latar belakang hidupnya, dan tentang masalah-masalah
yang dihadapinya dalam keluarga.
 Pendidik berkesempatan untuk memberikan penerangan
kepada orang tua anak didik tetntan pendidikan yang baik, cara
menghadapi masalah, dan lain-lain.
 Hubungan antara orang tua dengan sekolah akan bertambah
erat.

39
 Dapat memberikan motivasi kepada orang yuan anak didik
untuk lebih terbuka dan dapat bekerja sama dalam upaya
memajukan pendidikan anaknya.
b. Diundangnya Orang Tua ke Sekolah

Kalau ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan sekolah


yang memungkinkan untuk dihadiri oleh orang tua, maka akan
postif sekali artinya bila orang tua diundang untuk datang ke
sekolah. Kegiatan-kegiatan dimaksud umpamanya class meeting
yang berisi perlombaan-perlombaan yng mendemonstrasikan
kebolehan anak di berbagai bidang, pameran hasil kerajinan
tangan, dan lain-lain. Seharusnya undangan terhadap orang tua ke
sekolah ini minimal dilaksanakan satu kali dalam setahun bahkan
lebih.

1) Case Conference

Case Conference merupakan rapat atau konferensi


tentang kasus. Biasanya digunakan dalam bimbingan
konseling. Peserta konferensi ialah orang yang betul-betul
mau ikut membicarakan masalah anak didik secara terbuka
dan sukarela, seperti orang tua anak didik, guru-guru, petugas
bimbingan lain, dan para ahli yang ada sangkut pautnya
dengan bimbingan seperti social worker dan sebaginya.

Konferensi tersebut bertujuan mencari jalan yang


paling tepat agar masalah anak didik dapat diatasi dengan
baik. Biasanya hasil konferensi akan lebih baik karena data
dikumpulkan oleh beberapa orang, serta interpretasi, dan
analisis.

2) Mengadakan Surat Menyurat antara Sekolah dan Keluarga

Surat menyurat ini diperlukan pada waktu-waktu yang


sangat diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak didik,

40
seperti surat peringatan dari guru kepada orang tua jika
anaknya perlu lebih giat, sering membolos, sering berbuat
keributan, dan sebagainya.

3) Adanya Daftar Nilai atau rapot

Rapot yang biasanya diberikan setiap catur wulan


kepada para murid ini dapat dipakai sebagai penghubung
antara sekolah dengan orang tua. Sekolah dapat memberi
suatu peringatan atau meminta bantuan orang tua bila hasil
rapot anaknya kurang baik atau sebaliknya.

2.10.2 Jenis Kegiatan Hubungan Sekolah dengan Mayarakat

a. Kegiatan Eksternal

Kegiatan ini selalu berhubungan atau ditujukan kepada


instansi atasan dan masyarakat di luar sekolah. Ada dua
kemungkinan yang bisa dilakukan dalam hal ini yakni:

 Indirect act adalah kegiatan hubungan sekolah dengan


masyar\akat melalui perantara media tertentu seperti
misalnya: informasi lewat televisi, penyebaran informasi
lewat radio, penyebaran informasi melalui media cetak,
pameran sekolah dan berusaha independen dalam penerbitan
majalah atau buletin sekolah.
 Direct act adalah kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat melalui tatap muka, misalnya: rapat bersama
dengan komitte sekolah, konsultasi dengan tokoh masyarakat,
melayani kunjungan tamu dan sebagainya.
b. Kegiatan Internal

Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam, sasarannya


adalah warga sekolah yang bersangkutan yaitu para pendidik,
karyawan, dan peserta didik. Kegiatan ini juga dapat dilakukan
dengan dua kemungkinan yakni:

41
 Indirect act adalah kegiatan internal melalui penyampaian
informasi melalui surat edaran; penggunaan papn
pengumuman di sekolah; penyelenggaraan majalah dinding;
menerbitkan buletin sekolah untuk dibagikan pada warga
sekolah; pemasangan iklan/pemberitahuan khusus melalui
mass media; dan kegiatan pentas seni.
 Direct act adalah kegiatan internal yang dapat berupa: rapat
dewan guru; upacara sekolah; karyawisata/rekreasi bersama;
dan penjelasan pada berbagai kesempatan.

2.10.3 Jenis Kegiatan Hubungan Keluarga dan Masyarakat

Jenis kegiatan hubungan keluarga dan masyarakat anatara lain:

1. Gotong royong, adalah suatu kegiatan yang berguna untuk


mengeratkan tali persaudaran, silaturahmi, dan kerja sama antara
keluarga dengan masyarakat yang berada di sekitarnya. Biasanya
diadakan di pemukiman warga seperti, di desa dan di
perumahan.
2. Ronda Rutin atau bergiliran, adalah suatu kegiatan yang berguna
untuk menjaga keamanan di sekitar lingkungan masyarakat dan
untuk mempererat tali persaudaraan antara keluarga dengan
masyarakat yang berada di sekitarnya.
3. Pengajian rutin, adalah salah satu kegiatan yang selain dapat
mempererat silaturhmi, pengajian juga dapat menjadi kegiatan
yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan keimanan seseorang
maupun masyarakat.

2.11 Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan

2.11.1 Fungsi Hubungan Keluarga dengan Sekolah

 Mempererat silaturahmi antara wali murid dengan gurunya.


 Mempererat hubungan antara keluarga dengan sekolah.

42
 Dapat terjadi komunikasi dan saling memberikan informasi
tentang keadaan anak serta saling memberi petunjuk
guru dengan orang tua.
 Dapat memantau kemajuan anak dalam proses pendidikan, baik
dalam ranah intelektual maupun psikologis.

2.11.2 Fungsi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Fungsi pokok hubungan sekolah dengan masyarakat adalah


menarik simpati masyarakat umumnya serta publik khususnya,
sehingga dapat meningkatkan relasi serta animo pada sekolah
tersebut. Hal ini akan membantu sekolah mensukseskan program-
programnya. Sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat diantarnya
sebagai berikut :

 Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan


lembaga- lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi
nasional.
 Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi
sekolah melalui bermacam-macam tehnik komunikasi
(majalah, surat kabar dan mendatangkan sumber).

2.11.3 Fungsi Hubungan Keluarga dengan Masyarakat

 Mengajarkan kebudayaan antara hubungan keluarga dengan


masyarakat.
 Mengajarkan mobilitas sosial.
 Membantu peranan sosial baru (Ahmadi, 1991).

2.12 Pengaruh Keluarga Terhadap Pendidikan

2.12.1 Pengaruh Keluarga terhadap Sekolah

Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat


mendapat peranan sangat penting karena membentuk kepribadian

43
dan watak anggota keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari
keluarga-keluarga. Dari satuan terkecil itu terbentuklah gagasan
untuk terus mewariskan standar watak dan kepribadian yang baik
yang diakui oleh semua golongan masyarakat, salah satu institusi
yang mewariskan kepribadian dan watak kepada masyarakat adalah
sekolah.

Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar pada pendidikan


di sekolah. Lingkungan keluarga dan faktor-faktor luar sekolah
secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa-siswa hidup di kelas
pada waktu sekolah relatif singkat, sebagian besar waktunya
dipergunakan siswa dengan tinggal di rumah. Keluarga telah
mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang
dewasa, meningkatkan kualitas dan kebutuhan prestasi, kebiasaan
bekerja dan perhatian terhadap tugas-tugas yang merupakan dasar
terhadap pelajaran di sekolah. kecakapan dan kebiasaan di rumah
merupakan dasar bagi proses belajar anak di sekolah.

Sekolah tidak akan terus berdiri jika tidak di dukung oleh


masyarakat, maka dari itu kedua sistem sosial ini saling mendukung
dan melengkapi. Jika di sekolah dapat terbentuk perubahan sosial
yang baik berdasarkan nilai atau kaidah yang berlaku, maka
masyarakat pun akan mengalami perubahan sosial.

2.12.2 Pengaruh Sekolah terhadap Masyarakat

Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya


tergantung kepada luas tidaknya produk serta kualitas out put
pendidikan sekolah itu sendiri. Semakin luas dan besar out put
sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian
mampu mencetak sumber daya manusia (human resources) yang
berkualitas di tengah-tengah masyarakat, tentu produk sekolah
tersebut membawa pengaruh positif yang berarti bagi perkembangan
masyarakat bersangkutan. Sekolah dapat disebut sebagai lembaga

44
investasi manusiawi. Investasi jenis ini sangat penting bagi
perkembangan dan kemajuan masyarakat. Rendahnya kualitas fakor
manusia disetiap masyarakat, akan berpengaruh terhadap prestasi
yang bisa dicapai oleh masyarakat bersangkutan.

Dengan demikian , bila lembaga pendidikan dimaksud mampu


melahirkan produk-produknya yang berkualitas, tentu saja hal ini
merupakan investasi bagi penyediaan SDM. Investasi ini sangat
penting untuk pengembangan dan kemajuan masyarakat sebab
manusia itu sendiri adalah subjek setiap perkembangan, perubahan ,
dan kemajuan di dalam masyarakat.

Terdapat empat macam pengaruh pendidikan sekolah terhadap


perkembangan masyarakat, yaitu :

1. Mencerdaskan kehidupan masyarakat.


2. Membawa pengaruh pembaharuan bagi perkembangan
masyarakat.
3. Menciptakan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi
kepentingan kerja di lingkungan masyarakat.
4. Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warg
mayarakat, sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di
tengah-tengah masyarakat.
2.12.3 Pengaruh Keluarga terhadap Masyarakat

Setiap masyarakat memiliki karakteristik tersendiri dan


memiliki norma norma. Dimana norma-norma tersebut sangat
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warga dalam bersikap.
Dasar pembentukan keluargalah pengaruh masyarakat terhadap
keluarga dalam hal ini ada dua faktor diantara nya :

 Faktor objektif, yaitu faktor yang dipersiapkan dalam rumah


tangga dalam hal ekonomi, kedewasaan mental, dan sebagainya.
 Faktor subjektif, yaitu adanya dasar saling mencintai.

45
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Marilah kita tidak hanya terfokus pada pendidikan di luar keluarga.


Sebab pembentukan kepribadian seseorang dimulai dari dalam keluarga.
Berilah perhatian yang cukup terhadap pendidikan dalam keluarga. Dari
uraian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa hubungan keluarga
dengan sekolah, hubungan sekolah dengan masyarakat, dan hubungan
keluarga dengan masyarakat itu sangat penting sekali, karena dengan adanya
hubungan tersebut dapat menumbuhkan hal yang postif di setiap pribadi
individu dalam lingkungan pendidikan. Misalnya saja hubungan keluarga
dengan sekolah dapat mempererat hubungan antara keluarga dengan sekolah,
dapat memantau kemajuan anak dalam proses pendidikan, dan sebagainya.
Hubungan sekolah dengan masyarakat berufungsi memelihara dan
mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga
pemerintahan,swasta, dan lain-lain serta memberi pengertian kepada
masyarakat tentang fungsi sekolah. Sedangkan, hubungan keluarga dengan
masyarakat berfungsi mengajarkan kebudayaan, mobilitas sosial, dan
membantu peranan sosial. Itulah mengapa hubungan dalam lingkungan
pendidikan sangat penting sekali bagi keluarga, sekolah maupun masyarakat

46
3.2 Saran
Demi mewujudkan Indonesia yang pragmatis dan ideologis maka
tentunya tersedia SDA dan SDM yang baik dan berkualitas. Untuk itu
memulai menanamkan pendidikan yang berkarakter mulai dini sangat akan
membantu mewujudkan Indonesia yang merdeka dalam segala bidangnya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Awwaliyah, Nurul. 2016. Hubungan Keluarga Dengan Sekolah Hubungan


Sekolah Dengan masyarakat Dan Hubungan Keluarga Dengan
Masyarakat. www.awnurul.wordpress.com diakses pada 11 November
2018 pukul 7:59 WIB
Innocent, Layla.2012. Makalah Merekontruksi Masyarakat. Layla-
innocent.blogspot.com diakses pada 1 November 2018 pukul 16:15 WIB
Kurniawan, Hakmi. 2010. Pengaruh Eksternal Dan Internal Dalam Pendidikan.
sutanmajolelo.blogspot.com diakses pada 1 November 2018 pukul 16:00
WIB
Sinaga, Mery. 2018. Peran Keluarga Dan Masyarakat Pada Pendidikan Anak Di
Satuan Pendidikan. www.kompasiana.com di akses pada 9 November
2018 pukul 21:57 WIB

48

Anda mungkin juga menyukai