PENDAHULUAN
Bahkan, yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis moral di
masyarakat kita, pembantaian, pemerkosaan, tawuran antara pelajar, dan
perampasan hak milik oranglain ierjadi di mana-mana. Dari sudut pendidikan,
tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral yang dikemukakan di atas,
menandakan belum berhasilnya lembaga pendidikan (sekolah) membentuk
pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi yang bermartabat.
1
5. Pengertian Rekonstruksi ?
6. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak ?
7. Peran dan Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Nilai Budi Pekerti ?
8. Pentingnya Pendidikan dalam Keluarga ?
9. Hubungan Keluarga Dengan Sekolah Dan Masyarakat ?
10. Jenis Kegiatan Keluarga dengan Pendidikan ?
11. Fungsi Keluarga Dalam Pendidikan ?
12. Pengaruh Keluarga Terhadap Pendidikan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pengawasan dan penjagaan dari para paedagogos itu. Paedagogos berasal dari
kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, saya memimpin).
Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang),
sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik)
ialah seorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar
dapat berdiri sendiri.
a. tujuan umum;
b. tujuan-tujuan tak sempurna (tak lengkap);
c. tujuan-tujuan sementara;
d. tujuan-tujuan perantara; dan
e. tujuan insidental.
4
Berdasarkan UU Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 2 dijelaskan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian kontroversi
pendidikan yang berhubungan dengan Pasal 12 Ayat (1) Point A yang
menyatakan bahwa peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang
seagama kurang beralasan. Dalam falsafah negara kita sila ke (1)
menyebutkan bahwa negara kita berdasar kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sarat dengan nilai-nilai agama yang harus direfleksikan dalam kehidupan
sehari-hari, termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional diatur dalam Pasal 3 sebagai berikut :
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
5
dikenal sebagai zaman pembeda antara masa lalu dan sekarang. Meski
demikian para ilmuwan sepakat bahwa peralihan dari abad pertengahan ke
abad modern ditandai oleh suatu era yang disebut renaissance. Zaman
renaissance terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam
berpikir. Renaissance adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-
cita lahirnya kembali manusia yang bebas.
2.3.1 Rasionalisme
Aliran filsafat rasional ini berpendapat bahwa sumber
pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal (rasio).
Metode yang diterapkan oleh filsuf rasionalisme ialah metode deduktif,
seperti yang berlaku pada ilmu pasti. Terdapat dua hal pokok yang
merupakan ciri dari setiap bentuk rasionalisme. Pertama, adanya
pendirian bahwa kebenaran- kebenaran yang hakiki itu secara langsung
dapat diperoleh dengan menggunakan akal sebagai sasarannya. Kedua,
adanya suatu penjabaran secara logis atau deduktif. Artinya hal itu
dimaksudkan untuk memberikan pembuktian seketat mungkin
mengenai segi lain dari seluruh sisa bidang pengetahuan berdasarkan
atas apa yang dianggap sebagai kebenaran- kebenaran hakiki tersebut di
atas. Aliran ini memulai dengan metode skeptis, artinya meragukan
segala macam pernyataan kecuali pada satu pernyataan saja yaitu
bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan. Pengetahuan yang ada
adalah pengetahuan bersifat “a-priori” yang secara harfiah berarti
berdasarkan atas hal-hal yang mendahului timbulnya masalah.
6
menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi
dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan atau data yang
diperoleh melalui pengalaman. Sumber pengetahuan adalah
pengamatan. Melalui pegamatan ini manusia memperoleh dua hal,
yakni : kesan (impression) dan pengertian (idea).
2.3.3 Kritisme
Filsafat Immanuel Kant disebut dengan aliran filsafat Kritisme.
Kritisme adalah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan
kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme dan empirisme dalam
suatu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisahkan dari yang
lain. Menurut Kant pengetahuan merupakan hasil terakhir yang
diperoleh dengan adanya kerjasama di antara dua komponen, yaitu
berupa bahan-bahan yang bersifat pengalaman inderawi, dan cara
mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga
terdapat suatu hubungan antara sebab dan akibatnya.
2.3.4 Idealisme
Secara umum penganut idealisme sepakat bahwa pendidikan tidak
hanya menekankan pengembangan akal fikiran tetapi juga bagaimana
mendorong siswa untuk lebih memfokuskan segala sesuatu yang
mengandung nilai-nilai tertentu. Sejalan dengan Plato, para idealis
percaya bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan anak didik untuk
mencari ide- ide tentang kebenaran sebagai cara untuk menjadikan anak
didik mempunya tingkat kedisiplinan tertentu.Oleh karena itu di dalam
masyarakat sosial para idealis tidak hanya menginginkan pemahaman
literer, atau seseorang yang berpengetahuan an-sich, akan tetapi para
idealis juga menginginkan terbentuknya manusia yang baik.
2.3.5 Positivisme
Aliran positivisme menekankan pada keselarasan antara
pengamatan dan teori, hubungan antara fakta yang satu dengan yang
lainnya. Persoalan filsafat yang penting bukan masalah hakekat atau
7
asal mula pertama dan tujuan akhir gejala-gejala, melainkan bagaimana
hubungan antara gejala yang satu dengan gejala lain.
2.3.6 Marxisme
Marxisme menjadikan pendidikan sebagai sebuah proses dalam
merubah masyarakat kapitalis menjadi masyarakat sosialis bahkan
komunis. Dasar pandangan dari pendidikan marxisme adalah adanya
gerakan dialektis dan tujuan pendidikannya adalah membentuk
kesadaran sosialis dan masyarakat sosialis.
8
2. Pemerintah bertugas menyelenggarakan kegiatan pemerintahan
dalam wilayah hukum tertentu; membuat dan melaksanakan
undang-undang dan aturan lainnya; mengawasi jalannya undang-
undang dan aturan yang telah ditetapkan; menindak secara adil dan
tegas bagi pelanggar undang-undang dan aturan tersebut. Dalam
hal ini pemerintah harus mempunyai kemampuan membuat UU
Sisdiknas yang akomodatif terhadap sistem pendidikan nasional.
3. Pendidik bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,
secara moril harus bertanggung jawab dalam kegiatan pendidikan
dan pengajaran.
4. Peserta didik harus dengan penuh tanggung jawab memahami serta
mengamalkan ilmu pengetahuan serta keterampilan yang diberikan
dalam kegiatan belajar-mengajar serta kegiatan pembelajaran
lainnya.
5. Institusi pendidikan berperan sebagai tempat (sarana)
terselenggaranya kegiatan belajar-mengajar.
6. Institusi pemerintah berperan sebagai sarana dalam menghasilkan
regulasi, serta memberikan peluang bagi lulusan (hasil dari institusi
pendidikan) untuk ikut berperan dalam proses pembangunan.
7. Institusi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi berperan
sebagai sarana memperbaiki konten (subtansi) pendidikan, serta
penghasil preskripsi teknologi bagi industri komoditi dan jasa.
8. Institusi komoditi dan jasa berperan sebagai konsumen preskripsi
teknologi, berperan sebagai sarana bagi lulusan (hasil institusi
pendidikan), dalam menghasilkan berbagai komoditas dan jasa
bagi kepentingan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dan
bangsa.
9. Institusi profesi berperan sebagai countervailing power dari
institusi pemerintah, institusi pendidikan, serta institusi komoditi
dan jasa, dapat pula memberikan sarana bagi lulusan institusi
pendidikan untuk berekspresi dalam lembaga ini.
9
10. Institusi Sosial Kemasyarakatan berperan sebagai countervailing
power bagi pemerintah, pendidik, peserta didik, institusi
pemerintah, institusi pendidikan, institusi pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi, institusi komoditi dan jasa, serta
institusi profesi.
10
sistem pendidikan nasional, seperti bagaimana menjalin hubungan antara
institusi pendidikan dengan institusi komoditas dan jasa, institusi profesi,
institusi pengembang ilmu dan pengetahuan, maupun dengan berbagai
institusi pendidikan serta institusi bisnis lainnya yang ada di luar negeri.
Tentu untuk mencapai target tersebut tidaklah mudah, namun harus ada
keterlibatan pemerintah dalam mengatur masalah ini (sebagai bahan
pertimbangan adalah kondisi pendidikan di Indonesia yang digambarkan
dalam laporan HDI maupun IID). Fasilitas lain yang perlu dipersiapkan
adalah sarana (fasilitas) fisik berupa gedung tempat terselenggaranya kegiatan
pendidikan yang dilengkapi dengan laboratorium, perpustakaan, kemudahan
akses informasi, dan teknologi lainnya (internet).
11
masyarakat dengan institusi pendidikan, demikian pula sebaliknya. Dari
semua komponen di atas, yang paling substansial adalah masalah moral yang
harus menjadi pondasi stakeholder yang terlibat dalam sistem pendidikan ini.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki moral bangsa yaitu dengan
memasukkan Pasal 12 Ayat (1) dalam UU Sisdiknas yaitu dengan
memberikan hak setiap siswa untuk memperoleh pendidikan dan guru agama
sesuai dengan agama masing-masing, perlu didukung oleh semua pihak.
Kata konstruksi ini dalam kenyataannya adalah konsep yang cukup sulit
untuk dipahami dan disepakati kata konstruksi mempunyai beragam
interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat tergantung
pada konteksnya. Beberapa definisi konstruksi berdasarkan konteksnya perlu
dibedakan atas dasar : proses, bangunan, kegiatan, bahasa dan perencanaan.
Dari beberapa uraian diatas definisi makna konstruksi dalam kontkes
hubungannya dengan penelitian ini memiliki arti suatu bentuk, tata cara atau
12
secara lebih luas merupakan pola-pola hubungan yang ada di dalam suatu
system yang membentuk suatu proses kerja dalam hal ini proses perencanaan
peraturan daerah.
13
akan menjadi pedoman atau panduan dalam perencanaan pembuatan
rancangan peraturan daerah.
Bahagia adalah kata pertama yang kita kemukakan saat pertama kali
kita mendengar tangisan seorang bayi. Kita merasakan haru bahagia yang tak
dapat kita ungkapkan. Timbul rasa bangga dan harapan baru berupa tanggung
jawab untuk kehidupan anak kita selanjutnya. Begitu seorang anak lahir ke
dunia maka orangtua turut mengambil peran dalam tumbuh kembang anak
tersebut. Apa yang harus dipersiapkan, bagaimana membesarkannya sehingga
menjadi seseorang yang membanggakan keluarga dan bagaimana cara agar
mempersiapkan dirinya dalam menghadapi dunia luar yang akan dijalaninya.
14
pendidikan yang lebih baik dan tinggi dari orangtua mereka. Karena itu,
setelah anak-anak berusia sekitar lima tahun maka peran keluarga sebagai
inspirasinya akan mulai dipengaruhi oleh lingkungan. Pada tahapan ini,
seorang anak akan memasuki dunia pendidikan yaitu Taman Kanak-kanak
(TK) dan melanjut ke tingkat pendidikan Sekolah dasar (SD).
Selain guru, mereka akan mulai mengenal dan berteman dengan teman-
teman sekolahnya. Anak-anak akan mulai belajar mengenal lingkungan
sosial. Ia akan mulai berkenalan, bersosialisasi, dan menerapkan hasil dari
sosialisasi berupa perilaku baru anak. Peran keluarga terutama sangat penting
pada saat ini, ajari dan tegur mereka dengan cara yang bijak tanpa memaksa
apabila mereka melakukan tindakan yang tidak/kurang berkenan, seperti:
pengucapan yang tidak pantas, tindakan yang bersifat anarkis, dan berbau
pelecehan.
Ada beberapa orangtua yang akan merasa lucu dan tertawa bahagia saat
anak mereka pertama sekali melakukan kesalahan tanpa mengkritik atau
membantah tingkah yang tidak baik dari anak tersebut. Orangtua merasa
bangga karena si anak melakukan tindakan diluar kebiasaan. Apabila hal ini
terjadi, maka si anak akan terus melakukan tindakan tersebut dan terbawa-
bawa hingga ia remaja dan bahkan mengalami peningkatan tindakan diluar
kebiasaan karena respon/tanggapan orangtua di awal tindakan mereka cukup
baik. Anak-anak akan menganggap bahwa suatu kebiasaan menjadi suatu
pembenaran.
15
Setelah melewati jenjang tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
maka anak-anak akan melanjutkan jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Dalam banyak kasus, orangtua merasa bahwa
pada masa ini orangtua harus memberikan banyak perhatian ekstra untuk
mengamati sikap inteligent dan emosional anak. Ini adalah jenjang dimana
anak mulai berfikir kritis.
16
Masa Sekolah Menengah Atas (SMA/K) juga mengalami kondisi yang
hampir sama dengan masa SMP. Hanya saja jika mereka mampu mengatasi
gejolak diri saat mereka SMP maka pada masa SMA mereka pun cukup
mampu untuk mengatasi masalah di SMA. Pada masa ini teman-teman pun
sangat mempengaruhi mereka, bahkan lingkungan masyarakat mendominasi
pergaulan mereka. Lingkungan kedua setelah keluarga adalah sekolah dan
masyarakat. Kedua lingkungan ini sangat kuat dalam mempengaruhi anak dan
umumnya sering bertentangan.
Pada masa ini, anak cukup dewasa dalam menentukan pilihan. Orangtua
tidak boleh terlalu ketat dalam membatasi ruang lingkup anak-anak, karena
mereka akan merasa terkekang dan menimbulkan pemberontakan dalam diri
mereka. Pada masa ini, anak akan mulai mencari jati diri. Kemana,
bagaimana, dan ingin jadi apa mereka kelak. Pada saat ini, muncul ketakutan
dan penolakan terhadap dirinya sendiri. Dari yang saya amati, peran orangtua
sangatlah penting disini. Orangtua tidak harus marah, mereka hanya perlu
mendengar dan bertindak.
17
Pada tingkat kuliah, anak-anak bisa dikatakan telah mencapai masa
dewasa. Zaman dulu bahkan mungkin orangtua kita pasti sudah menikah pada
usia ini dan memiliki keturunan. Hanya saja untuk anak-anak yang berambisi
untuk maju dalam karir, pasti tidak akan mengambil langkah ini. Setelah
tamat dari bangku SMA, mereka akan memasuki masa kuliah, wisuda dan
memasuki dunia kerja.
Pendidikan moral yang mereka pelajari dari orangtua, guru, teman dan
pengalaman mereka saat mereka sekolah akan mereka terapkan dalam
lingkungan kuliah. Banyak anak-anak yang mendapat pergaulan yang salah
pada masa ini. Mereka menjadi anak baik dan manis pada tingkat TK, SD,
SMP, dan SMA, tapi menjadi anak yang tidak terdidik pada masa kuliah.
Pada masa ini, tergantung keinginan dan motivasi si anak. Si anak harus
bisa membentengi diri dari hal-hal negatif yang dapat merusak jalannya
perkuliahan. Anak harus bisa membagi waktu antara kuliah, bermain,
bersenang-senang, berorganisasi, dan juga bekerja. Karena jika salah satu
mendominasi maka anak tidak akan memperoleh keberhasilan dalam
kuliahnya. Ia, harus mengingat apa motivasi awalnya untuk kuliah, apakah
untuk meningkatkan kehidupannya kelak, ataupun demi membanggakan
kedua orangtua mereka. Ingatlah, Pendidikan itu sangat penting. Karena
itulah bekal/warisan kekal yang diberikan orangtua kepada kita. Selanjutnya
bagaimana kita menjalankannya.
18
yang selalu maju pada barisan paling depan tanpa membimbing anak
menghadapi sendiri agar mereka mandiri dan berani dalam mengemukakan
pendapatnya akan mengakibatkan anak tidak siap mental dalam menghadapi
masalah, selalu merasa santai (selalu bersembunyi dibalik nama ayah/ibu),
tidak memiliki motivasi untuk maju, dan hanya mengandalkan orangtua agar
kehidupan selanjutnya merasa aman dan santai. Awalnya niat orangtua baik,
agar anak selalu merasa aman, dan kehidupannya terjamin tanpa memikirkan
masalah-masalah sosial anak.
Hal inilah kenapa seorang anak dari berasal dari keluarga yang tidak
terlalu mendominasi sangat siap dalam menghadapi dunia luar begitu dia
dewasa. Hal ini disebabkan karena ini mungkin disebabkan mereka sudah
terlatih menghadapi dan bertanggungjawab pada setiap persoalan hidup mulai
dari anak kecil hingga dia dewasa.
Kita tidak pernah bisa memilih kita hidup dalam keluarga yang kita
inginkan. Setiap keluarga memiliki kebaikan dan kekurangan masing-masing.
Keluarga yang baik belum tentu menghasilkan anak dengan karakter yang
baik, sebaliknya keluarga yang "broken home" belum tentu menghasilkan
anak yang tidak baik juga. Berhasil atau tidaknya seseorang tergantung
dengan semangat hidupnya dan keinginannya untuk berhasil. Keluarga hanya
sebagai mediator yang memfasilitasinya setiap kepentingan dan keperluan
anak tapi keberhasilan anak tergantung bagaimana si anak memanfaatkan
setiap peluang dan fasilitas untuk masa depannya.
19
Kalau komunitas yang ia bentuk baik ya tidak masalah, tapi bagaimana
jika komunitas yang ia bentuk jauh dari kata baik??? Rokok, Minuman keras,
Narkoba, Free Sex!!! Ingatlah, banyak anak yang tidak penurut, banyak yang
pengkritik, dan juga sok tahu. Jadi, lebih baik dengar keinginan mereka,
arahkan, tunjukkan jalan yang harus mereka tempuh dan lalui, dan beri
mereka tanggungjawab terhadap pilihan mereka. Walau begitu, jangan
lepaskan mereka, jadilah "teman" mereka yang selalu bisa mereka andalkan
sebagai pendengar mereka. Jangan biarkan mereka belajar dan bertanya pada
"guru" yang salah karena semua orang adalah "guru".
Pendidikan moral yang mereka pelajari dari orangtua, guru, teman dan
pengalaman mereka saat mereka sekolah akan mereka terapkan dalam
lingkungan kuliah. Banyak anak-anak yang mendapat pergaulan yang salah
pada masa ini. Mereka menjadi anak baik dan manis pada tingkat TK, SD,
SMP, dan SMA, tapi menjadi anak yang tidak terdidik pada masa kuliah.
Pada masa ini, tergantung keinginan dan motivasi si anak. Si anak harus bisa
membentengi diri dari hal-hal negatif yang dapat merusak jalannya
perkuliahan. Anak harus bisa membagi waktu antara kuliah, bermain,
bersenang-senang, berorganisasi, dan juga bekerja. Karena jika salah satu
mendominasi maka anak tidak akan memperoleh keberhasilan dalam
kuliahnya. Ia, harus mengingat apa motivasi awalnya untuk kuliah, apakah
untuk meningkatkan kehidupannya kelak, ataupun demi membanggakan
20
kedua orangtua mereka. Ingatlah, Pendidikan itu sangat penting. Karena
itulah bekal/warisan kekal yang diberikan orangtua kepada kita. Selanjutnya
bagaimana kita menjalankannya.
Hal inilah kenapa seorang anak dari berasal dari keluarga yang tidak
terlalu mendominasi sangat siap dalam menghadapi dunia luar begitu dia
dewasa. Hal ini disebabkan karena ini mungkin disebabkan mereka sudah
terlatih menghadapi dan bertanggungjawab pada setiap persoalan hidup mulai
dari anak kecil hingga dia dewasa.
Kita tidak pernah bisa memilih kita hidup dalam keluarga yang kita
inginkan. Setiap keluarga memiliki kebaikan dan kekurangan masing-masing.
Keluarga yang baik belum tentu menghasilkan anak dengan karakter yang
21
baik, sebaliknya keluarga yang "broken home" belum tentu menghasilkan
anak yang tidak baik juga. Berhasil atau tidaknya seseorang tergantung
dengan semangat hidupnya dan keinginannya untuk berhasil. Keluarga hanya
sebagai mediator yang memfasilitasinya setiap kepentingan dan keperluan
anak tapi keberhasilan anak tergantung bagaimana si anak memanfaatkan
setiap peluang dan fasilitas untuk masa depannya.
Zaman yang seperti ini menuntut setiap anak untuk bisa berpikiran jauh
ke depan dan mengetahui langkah kedepannya meski hanya melihat. Secara
psikologi hal tersebut memanglah tidak mungkin, namun faktanya dengan
pendidikan yang benar banyak anak yang bisa berpikiran dewasa dan
memiliki pendidikan yang matang. Umumnya seorang anak memiliki
pendidikan awalnya untuk bekal hidup dan melihat dunia, berasal dari
lingkungan terdekatnya yakni keluarga.
Untuk anak, keluarga bukan hanya sekedar saudara atau orang yang
memiliki satu darah sama dan memiliki DNA yang sama. Namun keluarga
merupakan satu-satunya tempat untuk anak-anak berlindung dan
mempertahankan diri dari hal yang membahayakan. Mereka mungkin hanya
bisa menilai mana hal yang menakutkan atau tidak, bukan hal yang baik dan
buruk.
Anak akan bisa berpikir baik dan buruk tergantung dari didikan atau
binaan keluarga, yang notabene merupakan lingkungan terkecil, terdekat dan
22
juga orang-orang yang paling didengar oleh anak-anak. Begitupun masalah
pendidikan. adapun hal yang dapat dilakukan adalah:
23
hal yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan oleh
keluarga.Terkadang menjadi hakim merupakan hal utama yang
dibutuhkan dalam sebuah keluarga.
2.6.4 Pengawas
Kasih sayang merupakan salah satu hal yang bisa diajarkan pada
anak oleh pihak keluarga, terutama keluarga inti seperti ayah, ibu dan
24
kakak atau adik. Merangkul anak menjadi peranan besar yang
dibutuhkan anak dari keluarga. Mereka yang tidak tahu dunia luar, pasti
membutuhkan rangkulan keluarga.
25
Hal ini merupakan peranan yang paling dibutuhkan oleh banyak anak-
anak.
26
2.7 Peran dan Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Nilai Budi Pekerti
27
a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya
anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang
hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang
dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau
dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga.
b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya
hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi
(penuh kasih sayang dan rasa aman).
c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk
kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak
mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita
dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan
kepribadiannya.
d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan
institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya
institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara
sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga
dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain
itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi
berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi
motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam
pada setiap langkah perkembangan anak yang dapat bertahan
hingga ke perguruan tinggi.
e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan
rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi,
ketenangan dan kegembiraan.
f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat
pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya,
disamping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini
penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak;
28
sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami
kemunduran akibat pengaruh sekularisasi. Hal ini sejalan
dengan Hadist Nabi SAW yang mengingatkan para orang tua:
“Setiap anak dilahirkan secara fitrah, orang tuanyalah yang
akan menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara,
merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya.
Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri
tetapi banyak dilakukan oleh badanbadan sosial seperti tempat
perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim
piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi. Keluarga
diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat
terlindung dari gangguan-gangguan seperti gangguan udara
dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit
dengan berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan
bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok
dan lain-lain.
29
pendidikan yang disebut sekolah, keluarga telah ada sebagai lembaga yang
memainkan peran penting dalam pendidikan yakni sebagai peletak dasar.
Dalam dan dari keluarga orang mempelajari banyak hal, dimulai dari
bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menyatakan keinginan dan
perasaan, menyampaikan pendapat, bertutur kata, bersikap, berperilaku,
hingga bagaimana menganut nilai-nilai tertentu sebagai prinsip dalam hidup.
Intinya, keluarga merupakan basis pendidikan bagi setiap orang.
30
Yaitu relasi antara anggota keluarga yang bersifat
mendasar dan eksklusif karena faktor ikatan biologis, ikatan
hukum dan karena adanya kebersamaan dalam mempertahankan
hidup.
31
sayang, dan hubungan antar pribadi dapat dilakukan dengan
semua orang.
2.7.1.4 Sumber Kasih Sayang (affection) atas dasar ikatan biologis atau
hukum secara bertanggung jawab.
32
mencari kasih sayang di luar rumah yang bisa saja berpotensi
menjerumuskan dirinya ke hal-hal yang tidak diinginkan.
Disamping itu, anak juga mampu menyayangi orang lain dengan
cinta kasih yang diperolehnya dalam keluarga.
33
bersosialisasi dalam masyarakat berasal dari keluarga. Kemampuan
bersosialisasi tidak datang secara tiba-tiba melainkan hasil dari suatu
pembelajaran panjang dalam keluarga. Sosialisasi dalam keluarga bertujuan
membentuk:
2.8.2 Nilai-nilai
34
Pendidikan dalam keluarga memang berlangsung secara spontanitas,
namun ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan orang tua:
1. Tunjukan Teladan
Anak bisa saja ragu dengan apa yang orang tua ajarkan apabila orang
tua tidak menunjukkannya terlebih dahulu dalam perilakunya. Namun
sebaliknya anak tidak akan ragu dengan segala hal yang diajarkan apabila
orang tua mampu menunjukkannya dalam perbuatan. Bahkan tidak
tertutup kemungkinan, tanpa kata-kata pun suatu teladan dapat ditransfer
kepada anak.
2. Konsisten
Sudah menjadi rahasia umum, ayah dan ibu sering tidak sepaham
dalam pendidikan keluarga. Sebenarnya, realitas ini merupakan penyebab
gagalnya pendidikan dalam keluarga. Anak menjadi bingung dalam
35
menentukan sikap. Ayah dan ibu boleh saja tidak sepaham, namun hal itu
tidak boleh ditunjukkan di depan anak. Di depan anak, seharusnya, orang
tua menunjukkan kekompakkan sehingga pendidikan dalam keluarga
mendatangkan hasil yang membanggakan.
36
sebaya yang relatif dalam kualifikasi kemampuan dan wawasan yang
sama.
Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat dari
segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antar
sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya,
37
karena adanya kecenderungan perubahan dalam pendidikan yang
menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui
pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar
maupun di dalam sekolah.
38
sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Konstribusi lingkungan
masyarakat terhadap pendidikan bagi anak antara lain :
39
Dapat memberikan motivasi kepada orang yuan anak didik
untuk lebih terbuka dan dapat bekerja sama dalam upaya
memajukan pendidikan anaknya.
b. Diundangnya Orang Tua ke Sekolah
1) Case Conference
40
seperti surat peringatan dari guru kepada orang tua jika
anaknya perlu lebih giat, sering membolos, sering berbuat
keributan, dan sebagainya.
a. Kegiatan Eksternal
41
Indirect act adalah kegiatan internal melalui penyampaian
informasi melalui surat edaran; penggunaan papn
pengumuman di sekolah; penyelenggaraan majalah dinding;
menerbitkan buletin sekolah untuk dibagikan pada warga
sekolah; pemasangan iklan/pemberitahuan khusus melalui
mass media; dan kegiatan pentas seni.
Direct act adalah kegiatan internal yang dapat berupa: rapat
dewan guru; upacara sekolah; karyawisata/rekreasi bersama;
dan penjelasan pada berbagai kesempatan.
42
Dapat terjadi komunikasi dan saling memberikan informasi
tentang keadaan anak serta saling memberi petunjuk
guru dengan orang tua.
Dapat memantau kemajuan anak dalam proses pendidikan, baik
dalam ranah intelektual maupun psikologis.
43
dan watak anggota keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari
keluarga-keluarga. Dari satuan terkecil itu terbentuklah gagasan
untuk terus mewariskan standar watak dan kepribadian yang baik
yang diakui oleh semua golongan masyarakat, salah satu institusi
yang mewariskan kepribadian dan watak kepada masyarakat adalah
sekolah.
44
investasi manusiawi. Investasi jenis ini sangat penting bagi
perkembangan dan kemajuan masyarakat. Rendahnya kualitas fakor
manusia disetiap masyarakat, akan berpengaruh terhadap prestasi
yang bisa dicapai oleh masyarakat bersangkutan.
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
46
3.2 Saran
Demi mewujudkan Indonesia yang pragmatis dan ideologis maka
tentunya tersedia SDA dan SDM yang baik dan berkualitas. Untuk itu
memulai menanamkan pendidikan yang berkarakter mulai dini sangat akan
membantu mewujudkan Indonesia yang merdeka dalam segala bidangnya.
47
DAFTAR PUSTAKA
48