Penulis
Nama : Andi Adam Rahmanto (1813031022)
Aulia Syahrotun Ulfani (1813031056)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Metode Harga Pokok
Pokok Variabel”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik
dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka penulis sangat mengharapkan
kritikkan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di hari yang akan
datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini penulis mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari harga pokok variabel.
2. Untuk mengetahui tujuan dari penentuan harga pokok variabel.
3. Untuk mengetahui perbandingan harga pokok variabel dengan full costing.
4. Untuk mengetahui manfaat dari informasi yang dihasilkan oleh harga
pokok variabel.
5. Untuk mengetahui bagaimanakan penentuan harga pokok variabel.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Biaya pabrik dan laporan laba rugi dalam bentuk variable costing lebih
dekat dalam mengikuti pemikiran manajemen.
Pendekatan ini memungkinkan manajemen mengidentifikasi biaya-biaya yang
dpat dan tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek.
4
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada
harga pokok variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan
dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga
pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), dan biaya overhead
pabrik variabel.
Biaya Overhead Rp 4 Rp 4
variabel
5
variabel. Semua harga biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok
produk dan dipertemukan dengan penghasilan penjualan pada periode
di mana produk tersebut laku dijual dengan cara menentukan besarnya
harga pokok penjualan. Biaya non- produksi pada full costing disebut
pula biaya periode, yakni biaya semua biaya yang tidak termasuk dalam
harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung di laba rugi
periode terjadinya, yang meliputi biaya tetap maupun variabel untuk
pemasaran, administrasi dan umum, dan finansial.
Harga pokok variabel menggolongkan biaya kedalam dua
golongan yang pertama menjadi biaya varuabel dan yang jedua adalah
biaya tetap. Dalam biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah
totalnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, yang dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
varabel) dan biaya variabel non-produksi (biaya pemasaran variabel,
Biaya administrasi & umum variabel, dan biaya financial variabel).
Semua elemen biaya variabel produksi diperlakukan sebagai harga
pokok produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan penjualan
sebagai harga pokok penjualan variabel atas produk yang sudah laku
dijual. Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap
konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai
dengan tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya
tetap disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang
terjadi dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi
dan memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga
pokok variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial
tetap. Dalam harga pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya
tetap juga disebut sebagai biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke
laba rugi. Konsep harga pokok variabel berpendapat bahwa menunda
biaya tetap yang terjadi pada periode tertentu pada periode berikutnya
6
tidak memiliki manfaat.
b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi
Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan
fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan
dengan harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel
dan biaya produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas
penjualan. Laba/rugi kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya
komersial, selisihnya adalah laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya,
laba/rugi berseih usaha dipertemukan dengan biaya finansial atau biaya
bunga, hasilnya adalah laba/rugi bersih.
Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah pertama
yang dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah menggolongkan
biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap. Langkah kedua adalah
menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi
dan biaya non-produksi. Kemudian, penjualan dipertemukan dengan
harga pokok penjualan variabel, selisihnya adalah batas kontribusi kotor
(gross contribution margin). Batas kontribusi kotor dipertemukan
dengan biaya komersial variabel, selisihnya adalah batas kontribusi
bersih (net contribution margin). Batas kontribusi bersih dipertemukan
dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik produksi maupun
non-produksi, selisihnya adalah laba bersih.
c) Besarnya laba bersih
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila
masih ada persediaan barang yang masih belum terjual, maka dalam
harga pokok persediaan tersebut melekat biaya overhead pabrik tetap.
Sedangkan pada metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik
tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan. Dengan demikian,
penilaian harga pokok persediaan kedua metode tersebut berbeda. Nilai
harga pokok persediaan pada metode harga pokok variabel menjadi
lebih kecil sehingga harga pokok penjualan sebagai pengurang
penjualan menjadi lebih besar dan menghasilkan laba yang lebih kecil.
Hal ini berbanding terbalik dengan metode full costing.
7
PT EL SARI LAPORAN LABA RUGI
Yang berakhir pada bulan Januari
Biaya Pemasaran
Variabel Rp 1.900
Tetap Rp 1.000
Jumlah Biaya Komersial Rp 3.870 Jumlah Biaya tetap Rp 3.100
Laba Bersih Rp 7.050 Laba Bersih Rp 6.970
8
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya yang
berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing
menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel
yang terpisah dari informasi biaya tetap yang dapat memenuhi kebutuhan
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya
pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode
variable costing memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan
antara biaya, volume, dan laba. Manajemen melakukan analisis melalui
persamaan BEP (Break Event Point) atau hubungan biaya volume laba.
Contoh :
Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan
penjualan maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun.
Besarnya anggaran harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram.
Anggaran biaya variabel adalah Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas
biaya produksi variabel Rp 4,00 per kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00
per kilogram. Anggaran biaya tetap total adalah sebesar Rp 20.000,00 yang
terdiri atas biaya produksi tetap yaitu Rp 10.000,00 dan biaya pemasaran
tetap Rp 10.000,00. Dalam tahun 2010 perusahaan merencanakan dapat
menjual sebanyak 8.000 kilogram produk.
Diminta:
1. Menghitung tingkat penjualan produk pada break even
2. Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan
(sebesar 8.000 kilogram)
3. Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba
sebesar Rp 10.000,00
Penyelesaian:
1. Tingkat penjualan pada break even
Penjualan pada break even = Biaya Tetap : Harga Jual Satuan – Biaya
9
Variabel/ kilogram
= Rp 20.000 : Rp10 − Rp 6
= 5.000 kg
10
Perhitungan biaya langsung memberikan estimasi atas biaya marginal
produk, yang merupakan angka yang diperlukan untuk menentukan
volume yang memaksimalkan laba. Informasi itu berguna dalam
pengambilan keputusan penetapan harga jual jangka pendek. Penentuan
harga jual jangka pendek menggunakaan hubungan antara biaya, volume,
dan laba.
Contoh:
Perusahaan KFC dalam tahun 2009 memiliki anggaran biaya, kuantitas,
penjualan dan laba sebagai berikut:
Total Biaya Tetap Rp 300.000
Diminta:
Penyelesaian: x.p = a + bx + L
Keterangan:
x = kuantitas penjualan
p = harga jual satuan
a = total biaya tetap
b = biaya variabel satuan
L = laba
11
40.000 p = Rp 300.000 + (Rp 25 x 40.000) + Rp 200.000
40.000 p = Rp 1.500.000
P = Rp 1.500.000
40.000
= Rp 37,50
12
pesanan khusus sebesar 20.000 satuan produk, berapa harga jual minimal
dari pesanan khusus tersebut ?
Penyelesaian:
Pesanan khusus tersebut akan dilayani apabila harga jual minimalnya
setiap satuan sebesar biaya variabel setiap satuan. Dalam hal ini apabila
Harga jual satuan > biaya Dari pesanan khusus, perusahaan akan
variabel pesanan khusus memperoleh laba.
satuan
Besarnya kenaikan laba dari pesanan khusus adalah sebesar batas kontribusi
dari pesanan khususyang bersangkutan.
Bukti
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 5,00 per satuan, jadi lebih
kecil dibanding biaya variabel satuan, anggaran rugi laba adalah
13
Dari contoh tersebut pesanan khusus mengalami kerugian Rp 20.000,00
sehingga laba total turun menjadi Rp 180.000,00.
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 6,00 sebuah, atau sebesar
biaya variabel satuan, maka laba perusahaan tetap sama jumlahnya, yaitu :
Misalnya harga jual pesanan khusus Rp 8 sebuah, atau lebih besar dibanding
biaya variabel satuan, maka laba perusahaan akan lebih besar jumlahnya,
yaitu:
Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah
Penjualan Rp800.000 20.000 x Rp 8 = Rp 160.000 Rp 960.000
Biaya Variabel Rp480.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Rp 600.000
Batas Kontribusi Rp320.000 20.000 x(Rp 8 – Rp 6) = Rp 40.000 Rp 360.000
Biaya Tetap Rp120.000 Rp 120.000
Laba Bersih Rp 200.000 Rp 40.000 Rp 240.000
c. Pengambilan Keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah
dengan adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan
keputusan yang menggunakan konsep variable costing misalnya:
a. Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk
14
b. Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu
c. Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan
d. Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu
Penawaran yang diterima dari supplier apabila suku cadang “A” dibeli dari
pihak luar dengan harga faktur Rp 36,00 per buah dan biaya pembelian yang
diperkirakan terjadi sebesar Rp 2,00 untuk setiap buah suku cadang “A”
yang dibeli.
Diminta:
Memilih alternatif memproduksi sendiri suku cadang “A” atau membeli dari
supplier.
Penyelesaian:
15
Dalam memilih alternatif antara memproduksi sendiri atau membeli dari
pihak luar suatu suku cadang adalah perbandingan antara biaya yang dapat
dihindarkan apabila tidak memproduksi dengan biaya yang terjadi apabila
dibeli dari supplier. Biaya yang dapat dihindarkan apabila suku cadang tidak
diproduksi adalah meliputi semua unsur biaya variabel (yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) dan
biaya overhead pabrik tetap yang dapat dihindari.
16
d. Pengendalian Biaya
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang
dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik
dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen
kehilangan perhatian terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam
variabel costing, biaya overhead tetap disajikan secara terpisah dalam
laporan laba-rugi sebagai pengurangan terhadap laba kontribusi.
Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena
kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan
oleh manajemen. Sebagai contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar
Rp 3.000.000/bulan. Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang
tetap dikeluarkan yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang
perusahaan seperti biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan
organisasi pokok. Contohnyaseperti biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan
gaji karyawan inti. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam
kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen
dapat memperoleh informasi directionary fixed costs terpisah dari commited
fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek
dilakukan oleh manajemen.
e. Evaluasi Profitabilitas dari multiproduk
Perhitungan biaya langsung didesain untuk memperbaiki kegunaan
dari laporan laba rugi bagi manajemen. Dengan perhitungan full costing,
biaya produksi tetap dialokasikan ke persediaan di neraca dan harga pokok
penjualan di laporan laba-rugi. Dengan demikian, hubungan dalam laporan
laba-ruhi antara biaya dan pendapatan menjadi kabur. Alokasi semacam itu
tidak terjasi dalam perhitungan variable costing.
17
2.5 Penentuan Harga Pokok Variabel
a. Harga Pokok Produksi Pesanan
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per
pesanan dengan menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian
rekening kontrol barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan
biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk
tersebut, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan
dicatat. Rekening kontrol yang digunakan adalah:
a. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku (Variabel)
b. Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung (Variabel)
c. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik (Variabel)
d. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
e. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel
f. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap
g. Biaya Overhead yang DibebankanVariabel
h. Biaya Pemasaran
i. Biaya Pemasaran Variabel
j. Biaya Pemasaran Tetap
k. Biaya administrasi & umum
l. Biaya administrasi & umum Variabel
m. Biaya administrasi & umum Tetap
Karena harga pokok variabel menghendaki biaya diklasifikasikan
berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, akuntansi biaya produksi dan biaya non-produksi adalah:
a. Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan
mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu
harga pokok produk pesanan yang bersangkutan.
b. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening
barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan.
c. Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan
18
mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir
bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya
tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal:
e. Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali
dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya
pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya
variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal:
19
Pesanan Pesanan Pesanan Total
#101 #102 #103
Biaya Bahan Baku 150.000 125.000 115.000 365.000
Biaya Tenaga 130.000 100.000 75.000 330.000
Kerja Langsung
Biaya Overhead 65.000 50.000 37.500 152.500
Pabrik Variabel
Jumlah Rp240.000
20
Biaya tenaga kerja tidak Rp 50.000
langsung
kerja
Biaya tenaga kerja tidak langsung berperilaku tetap. Biaya tenaga kerja
pemasaran dan administrasi & umum dipisahkan menurut perilakunya:
Variabel Tetap
Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 75.000 Rp 50.000
Biaya tenaga kerja administrasi Rp 100.000 Rp 40.000
&umum
Tetap Biaya Rp175.000 Rp 90.000
5. Pesanan no 101, 102 dan 103 selesai diproduksi Januari 20X1. Pesanan no
101 dan 102 diserahkan dengan harga jual:
Pesanan #101 Rp 750.000
Jumlah Rp 1.400.000
21
Pesanan no 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di gudang
sebagai produk jadi. Pesanan no 104 masih dalam proses pengolahan.
Penyelesaian:
Pabrik Variabel
22
5. Pencatatan pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam
biaya variabel dan biaya tetap
23
Pemisahan biaya non-produksi menurut perilakunya dicatat dengan
jurnal :
Biaya Pemasarann Variabel BiayaRp 75.000
Pemasaran Tetap
Rp 50.000
Biaya Administrasi & Umum Variabel
Rp 100.000
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Pemasaran Rp 40.000
Rp 125.000
Kas/Piutang Rp 1.400.000
Penjualan Rp 1.400.000
24
BBB 100 %, BkV 70% 9.000 kg -
BTK 40%, BOPV 80% - 3.000 kg
Harga Pokok PDP awal
Harga Pokok Produk dari Dept 1 - Rp 11.150.000
BBB Rp 1.800.000
BTKV Rp 1.200.000 Rp 1.152.000
BOPV Rp 1.920.000 Rp 4.140.000
Biaya Produksi
BBB Rp 20.200.000 -
BTKV Rp 29.775.000 Rp 37.068.000
BBOP V Rp 37.315.000 Rp 44.340.000
BBOP tetap Rp 22.000.000 Rp 33.000.000
Biaya Non Produksi
Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000
Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000
Biaya Adm & Umum Variabel Rp 7.000.000
Biaya Adm & umum tetap Rp 12.000.000
Data Penjualan
Jumah Produk yang di jual 30.000 kg
Penjualan Rp 240.000.000
Unit ekuivalensi
Unit ekuivalensi
25
BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
Unit Ekuivalensi
Data Produksi Jumlah unit
BBB 35.000 + (100% x 9.000) 44.000
BTKV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300
BBOPV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300
Jumlah 126.600
Rp 15.210.000
26
PT X
Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 1
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah produk yang diolah 44.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept 2 35.000 kg
Produk selesai dalam proses akhir 9.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam dept 1 Total Per Unit
27
BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
Unit Ekuivalensi
Data Produksi Jumlah unit
HP dari Dept 1 6.000 + 35.000 41.000
BTKV 38.000 + (40% x 3.000) 39.200
BBOPV 38.000 + (80% x 3.000) 40.400
Jumlah 12.400
28
38.000 x Rp 4.325 Rp 164.350.000
Harga Pokok BDP akhir
HP dari Dept 1 (3.000 x Rp 2.150) Rp 6.450.000
BTKV (40% x 3.000x Rp 975) Rp 1.170.000
BBOPV(40%x 3.000x Rp 1.200) Rp 2.880.000
Rp 10.500.000
29
Harga Pokok BDP akhir
HP dari Dept 1 Rp 6.450.000
BTKV Rp 1.170.000
BOPV Rp 2.880.000
Rp 10.500.000
30
BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000
8. Mencatat Penjualan
Penjualan Rp 240.000.000
31
9. Pencatatan Biaya Komersial
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Apabila masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku mahasiswa mohon maaf dan mohon dapat memberikan kritik yang dapat
membangun supaya kedepannya dapat membuat makalah lebih baik lagi.
33
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Heidia & Indriati Sumarni. 2020. Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi Dengan Metode Variable Costing Dalam Menetapkan Harga
Jual Produk Stik Keju Ikan Haruan (Studi Pada UKM Gugah Selera Desa
Mantuil Kecamatan Muara Harus Kabupaten Tabalong). Jurnal
Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis. 3 (2) : 871-877
Kusuma, Ratna Anindia. 2014. Penentuan Harga.Pokok Variabel. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Latansa Mashiro
Mulyadi, Akuntansi Biaya, 2000, edisi 6, Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah
Mada
Purniawan, Yuda. 2019. Penerapan Metode Variable Costing Dalam Perhitungan
Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga Jual (Studi Kasus Pada
UD. Karunia). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember
Sari, Novita Vanda & Fazli Syam BZ. 2016. Analisis Penerapan Metode Variable
Costing Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Pada UKM Di Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (IMEKA). 1 (2) : 103-
107
Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, edisi revisi, Yogyakarta: PEnerbit, AMUS
Yogyakarta dan Maheneko Total Design
34