Anda di halaman 1dari 37

METODE HARGA POKOK POKOK VARIABEL

Penulis
Nama : Andi Adam Rahmanto (1813031022)
Aulia Syahrotun Ulfani (1813031056)

P.S : Pendidikan Ekonomi

Mata kuliah : Akuntansi Biaya

Dosen : Drs. Nurdin, M.Si.


Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Metode Harga Pokok
Pokok Variabel”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik
dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka penulis sangat mengharapkan
kritikkan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di hari yang akan
datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini penulis mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Bandar Lampung, 07 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

METODE HARGA POKOK POKOK VARIABEL ......................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Pengertian Harga Pokok Variabel ................................................................... 3
2.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel ....................................................... 4
2.3 Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing .............................. 4
2.4 Manfataar Informasi Yang di Hasilkan oleh Harga Pokok Variabel ................ 7
2.5 Penentuan Harga Pokok Variabel ................................................................. 18
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 33
3.2 Saran ............................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam membebankan harga pokok kepada produk dapat digunakan
salah satu dari dua metode pembebanan harga pokok produk. Yang pertama
yaitu metode penentuan harga pokok penuh (full costing) atau biasa juga
disebut dengan metode penentuan harga pokok diserap (absorption costing).
Yang kedua yaitu metode penentuan harga pokok variabel (variable costing)
atay biasa juga disebut dengan metode penentuan harga pokok langsung (dicert
costing). Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan digunakan
sesuai dengan kepentingan dari manajemen. Dalam kapasitas produksi normal
yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan pendekatan yang memusatkan
perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang berubah sesuai
dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek.
Pendekatan yang dimaksud ini adalah metode variable costing, yaitu
sebuah metode perhitungan harga pokok produksi yang tidak
memperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok
produksi. Makalah ini akan membahas tentang metode penentuan harga pokok
variabel yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam
jangka pendek, seperti perencanaan laba dan pengambilan keputusan jangka
pendek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian Harga Pokok Variabel?
2. Apasajakah Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel?
3. Bagaimanakah Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing?
4. Apa Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel?
5. Bagaimanakah Penentuan Harga Pokok Variabel?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari harga pokok variabel.
2. Untuk mengetahui tujuan dari penentuan harga pokok variabel.
3. Untuk mengetahui perbandingan harga pokok variabel dengan full costing.
4. Untuk mengetahui manfaat dari informasi yang dihasilkan oleh harga
pokok variabel.
5. Untuk mengetahui bagaimanakan penentuan harga pokok variabel.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Harga Pokok Variabel


Mulyadi (2007:10) menyatakan bahwa harga pokok produksi merupakan
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Dalam
penentuan harga pokok produksi terdapat dua metode yang sering digunakan,
yaitu metode full costing dan metode variable costing. Pembahasan dalam
makalah ini yaitu tentang penentuan harga pokok produksi dengan metode
variable costing atau dikenal juga sebagai harga pokok variabel.
Pengertian harga pokok variabel menurut Kautsar Riza Salman
(2013:168) “variable costing adalah salah satu pendekatan pembebanan biaya
overhead variabel dalam penentuan tarif yang ditentukan dimuka. Mulyadi
(2012:122), didalam bukunya menjelaskan bahwa variable costing merupakan
metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel. Sedangkan unsur biaya produksi bersifat tetap diperlakukan bukan
sebagai harga pokok produk melainkan sebagai unsur biaya periodik yang
langsung dibebankan kepada rugi laba periode terjadinya dan tidak
diperlakukan sebagai biaya produksi. Jadi metode variable costing adalah
metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya
produksi variabel saja kedalam harga pokok produk. Dengan adanya
pemisahan tersebut metode variable costing mampu menghasilkan informasi
yang bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Samryn (2012:78-79), berpendapat bahwa metode variable costing lebih
banyak memberikan manfaat bagi keperluan internal manajemen, diantaranya:
 Laba periodik tidak dipengaruhi oleh tingkat persediaan.
 Dengan mengggunakan variable costing biaya produksi per unit tidak
mengandung biaya tetap.

3
 Biaya pabrik dan laporan laba rugi dalam bentuk variable costing lebih
dekat dalam mengikuti pemikiran manajemen.
Pendekatan ini memungkinkan manajemen mengidentifikasi biaya-biaya yang
dpat dan tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek.

2.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel


Tujuan dari penentuan harga pokok variabel adalah untuk memenuhi
kebutuhan manajemen dalam memperoleh informasi yang berorientasi pada
pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu :
 Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution
margin) yang sangat berguna untuk perencanaan laba melalui analisa
hubungan biaya-volume-laba dan untuk pengambilan keputusan (decision
making) yang berhubungan dengan kebijaksanaan manajemen jangka
pendek.
 Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi
operasional yang sedang berjalan serta menetapkan penilaian dan
pertanggungjawaban kepada departemen atau divisi tertentu dalam
perusahaan.
Untuk pihak internal variable costing digunakan untuk perencanaan laba,
penentuan harga jual produk, pengambilan keputusna oleh manajemen, serta
pengendalian biaya

2.3 Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing


Penentuan harga pokok variabel dan full costing memiliki perbedaan
konsep yang terletak pada tujuan utamanya. Tujuan utama Harga pokok
variabel adalah untuk pelaporan internal, sedangkan full costing memiliki
sebuah tujuan untuk pelaporan eksternal. Dari perbedaan tersebut menjadikan
perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang mempengaruhi:
1. Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk
Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun
variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya
harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw
material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), biaya

4
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada
harga pokok variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan
dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga
pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), dan biaya overhead
pabrik variabel.

Nama Full Costing Harga Pokok Variabel

Biaya Bahan Baku Rp. 20 Rp. 20


Biaya Tenaga Kerja
Rp 10 Rp 10
Langsung

Biaya Overhead Rp 4 Rp 4
variabel

Biaya Overhead Tetap Rp 8 -

Biaya Produksi / unit Rp 42 Rp 34

2. Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan


Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga
pokok produk. Hal tersebut membuat sebagian biaya overhead pabrik
menjadi tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila ada persediaan
yang masih belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak
membebankan biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi
langsung dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk
dalam persediaan hanya dibebani biaya produksi variabel atau biaya
overhead pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan.
3. Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi.
Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi
metode harga pokok variabel dan full costing dapat ditinjau dari segi:
a) Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi
Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan
biaya non-produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun

5
variabel. Semua harga biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok
produk dan dipertemukan dengan penghasilan penjualan pada periode
di mana produk tersebut laku dijual dengan cara menentukan besarnya
harga pokok penjualan. Biaya non- produksi pada full costing disebut
pula biaya periode, yakni biaya semua biaya yang tidak termasuk dalam
harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung di laba rugi
periode terjadinya, yang meliputi biaya tetap maupun variabel untuk
pemasaran, administrasi dan umum, dan finansial.
Harga pokok variabel menggolongkan biaya kedalam dua
golongan yang pertama menjadi biaya varuabel dan yang jedua adalah
biaya tetap. Dalam biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah
totalnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
kegiatan, yang dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
varabel) dan biaya variabel non-produksi (biaya pemasaran variabel,
Biaya administrasi & umum variabel, dan biaya financial variabel).
Semua elemen biaya variabel produksi diperlakukan sebagai harga
pokok produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan penjualan
sebagai harga pokok penjualan variabel atas produk yang sudah laku
dijual. Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap
konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai
dengan tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya
tetap disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang
terjadi dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi
dan memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga
pokok variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial
tetap. Dalam harga pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya
tetap juga disebut sebagai biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke
laba rugi. Konsep harga pokok variabel berpendapat bahwa menunda
biaya tetap yang terjadi pada periode tertentu pada periode berikutnya

6
tidak memiliki manfaat.
b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi
Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan
fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan
dengan harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel
dan biaya produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas
penjualan. Laba/rugi kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya
komersial, selisihnya adalah laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya,
laba/rugi berseih usaha dipertemukan dengan biaya finansial atau biaya
bunga, hasilnya adalah laba/rugi bersih.
Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah pertama
yang dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah menggolongkan
biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap. Langkah kedua adalah
menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi
dan biaya non-produksi. Kemudian, penjualan dipertemukan dengan
harga pokok penjualan variabel, selisihnya adalah batas kontribusi kotor
(gross contribution margin). Batas kontribusi kotor dipertemukan
dengan biaya komersial variabel, selisihnya adalah batas kontribusi
bersih (net contribution margin). Batas kontribusi bersih dipertemukan
dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik produksi maupun
non-produksi, selisihnya adalah laba bersih.
c) Besarnya laba bersih
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila
masih ada persediaan barang yang masih belum terjual, maka dalam
harga pokok persediaan tersebut melekat biaya overhead pabrik tetap.
Sedangkan pada metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik
tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan. Dengan demikian,
penilaian harga pokok persediaan kedua metode tersebut berbeda. Nilai
harga pokok persediaan pada metode harga pokok variabel menjadi
lebih kecil sehingga harga pokok penjualan sebagai pengurang
penjualan menjadi lebih besar dan menghasilkan laba yang lebih kecil.
Hal ini berbanding terbalik dengan metode full costing.

7
PT EL SARI LAPORAN LABA RUGI
Yang berakhir pada bulan Januari

Full Costing Harga Pokok Variabel


Volume penjualan (unit) 190 Volume penjualan (unit) 190
Penjualan Rp 19.000 Penjualan Rp 19.000
Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Pejualan
Persediaan awal Rp 1.260 Persediaan awal Rp 1.260
Biaya Bahan Baku Rp 4.000 Biaya Bahan Baku Rp 4.000
Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 800 Biaya Overhead Pabrik Rp 800
Variabel Variabel
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 1.600
Harga Pokok Produk siap jualRp 9.660 Harga Pokok Produk siap jualRp 7.820
Persediaan akhir Rp 1.680 Persediaan akhir Rp 1.360
Hg.Pk.Penj. sebelum Rp 7.980 Harga Pokok Penjualan Rp 6.460
disesuaikan variabel
Biaya Overhead Pabrik Biaya Adm. & Umum Rp 570
Kurang
dibebankan Rp 100Variabel
Harga Pokok Penjualan Rp 8.080
Biaya pemasaran Variabel Rp 1.900
Total Biaya Variabel Rp 8.930
Laba Bruto Rp 10.920 Laba Kontribusi Rp 10.070
Biaya Komersial Biaya tetap
Biaya Administrasi & Umum Biaya Overhead Pabrik tetap Rp 1.700
Variabel Rp 570 Biaya Adm & Um. Tetap Rp 400
Tetap Rp 400 Biaya pemasaran tetap Rp 1.000

Biaya Pemasaran
Variabel Rp 1.900
Tetap Rp 1.000
Jumlah Biaya Komersial Rp 3.870 Jumlah Biaya tetap Rp 3.100
Laba Bersih Rp 7.050 Laba Bersih Rp 6.970

2.4 Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel


Seperti yang disinggung di awal pembahasan yaitu Harga pokok variabel
digunakan untuk memenuhi kebutuhan managerial seperti perencanaaan laba
dalam jangka pendek, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan
dan pengendalian biaya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
manfaat dari variable costing beserta contoh-contohnya.
a. Perencanaan laba jangka pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen

8
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya yang
berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing
menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel
yang terpisah dari informasi biaya tetap yang dapat memenuhi kebutuhan
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya
pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode
variable costing memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan
antara biaya, volume, dan laba. Manajemen melakukan analisis melalui
persamaan BEP (Break Event Point) atau hubungan biaya volume laba.

Contoh :
Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan
penjualan maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun.
Besarnya anggaran harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram.
Anggaran biaya variabel adalah Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas
biaya produksi variabel Rp 4,00 per kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00
per kilogram. Anggaran biaya tetap total adalah sebesar Rp 20.000,00 yang
terdiri atas biaya produksi tetap yaitu Rp 10.000,00 dan biaya pemasaran
tetap Rp 10.000,00. Dalam tahun 2010 perusahaan merencanakan dapat
menjual sebanyak 8.000 kilogram produk.
Diminta:
1. Menghitung tingkat penjualan produk pada break even
2. Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan
(sebesar 8.000 kilogram)
3. Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba
sebesar Rp 10.000,00

Penyelesaian:
1. Tingkat penjualan pada break even
Penjualan pada break even = Biaya Tetap : Harga Jual Satuan – Biaya

9
Variabel/ kilogram
= Rp 20.000 : Rp10 − Rp 6
= 5.000 kg

Penjualan pada break even = Biaya Tetap : 1 – (Biaya Variabel Satuan :


Harga Jual Satuan)
= Rp 20.000 : 1 − Rp 6/Rp 10
= Rp 20.000 : 0,4
= Rp 50.000

Laba= Penjualan − (Biaya Tetap + Biaya Variabel)


= (5000 kg x Rp 10 ) − (Rp 20.000 + (5000 kg x Rp 6)
= Rp 0,00

1. Laba perusahaan pada penjualan dianggarkan sebesar 8.000 kilogram


Laba = (8000 X Rp 10) – (Rp 20.000 + (8000 x Rp 6) = Rp 12.000

2. Tingkat penjualan pada laba diinginkan sebesar Rp 10.000,00


Penjualan pada laba diinginkan = (Biaya Tetap + Laba Diinginkan) :
(Harga Jual Satuan – Biaya Variabel
Satuan)
= (Rp 20.000 + Rp 10.000) : (Rp 10 – Rp 6)
= 7.500 kg
Atau dalam rupiah = 7.500 x Rp 10
= Rp 75.000
b. Penetapan Harga Jual Produk
Dalam pasar yang kompetitif, harga ditentukan oleh interaksi antara
pasokan dan permintaan. Harga yang optimum adalah harga uang
mengahasilkan selisih positif antara total pendapatan dengan total biaya,
volume dimana peningkatan dalam total biaya yang disebabkan oleh
penambahan satu unit setara dengan peningkatan dalam total pendapatan
yaitu titik dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal.

10
Perhitungan biaya langsung memberikan estimasi atas biaya marginal
produk, yang merupakan angka yang diperlukan untuk menentukan
volume yang memaksimalkan laba. Informasi itu berguna dalam
pengambilan keputusan penetapan harga jual jangka pendek. Penentuan
harga jual jangka pendek menggunakaan hubungan antara biaya, volume,
dan laba.

Contoh:
Perusahaan KFC dalam tahun 2009 memiliki anggaran biaya, kuantitas,
penjualan dan laba sebagai berikut:
Total Biaya Tetap Rp 300.000

Biaya Variabel Satuan Rp25


Kuantitas Penjualan Dianggarkan 40.000 satuan
Laba Dianggarkan Rp 200.000

Diminta:

Menghitung besarnya harga jual setiap satuan dianggarkan pada kuantitas


penjualan dianggarkan.

Penyelesaian: x.p = a + bx + L

Keterangan:
x = kuantitas penjualan
p = harga jual satuan
a = total biaya tetap
b = biaya variabel satuan
L = laba

11
40.000 p = Rp 300.000 + (Rp 25 x 40.000) + Rp 200.000

40.000 p = Rp 1.500.000

P = Rp 1.500.000
40.000

= Rp 37,50

Jadi, harga jual satuan agar diperoleh laba Rp 200.000,00 adalah


Rp 37,50 setiap satuan.
Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh manajemen
dalam rangka menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan
khusus yang mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek,
agar perusahaan tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut.
Syarat-syarat pesanan khusus yang dapat diputuskan dengan penentuan
harga pokok variabel adalah:
1. Kapasitas produksi maupun penjualan perusahaan masih ada yang
menganggur (belum penuh), karena apabila melampaui kapasitas
penuh akan berakibat jumlah biaya tetap akan berubah.
2. Adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan
untuk melayani pesanan khusus, agar harga jual yang biasa di mana
umumnya lebih tinggi, tidak menjadi terpengaruh ikut turun.
Misalnya produk tersebut akan dipakai sendiri oleh pembeli.
Contoh:
Perusahaan “PERTAMINI” dalam tahun 2001 memiliki kapasitas
produksi maupun penjualan sebesar 100.000 satuan Anggaran rugi – laba
mula-mula dalam tahun 2001 adalah :
Penjualan ( 80.000 @ Rp 10) = Rp 800.000

Biaya Variabel ( 80.000 @ Rp 6) = Rp 480.000

Biaya Kontribusi 80.000 x (Rp 10 - Rp 6) = Rp 320.000

Biaya Tetap = Rp 120.000


Laba = Rp 200.000

Apabila dalam tahun 2001 di samping penjualan yang biasa diterima

12
pesanan khusus sebesar 20.000 satuan produk, berapa harga jual minimal
dari pesanan khusus tersebut ?

Penyelesaian:
Pesanan khusus tersebut akan dilayani apabila harga jual minimalnya
setiap satuan sebesar biaya variabel setiap satuan. Dalam hal ini apabila

Harga jual satuan < biaya Dari pesanan khusus,


variabel pesanan khusus perusahaan menderita rugi.
satuan

Harga jual satuan = biaya Dari pesanan khusus perusaha tidak


variabel pesanan khusus  memperoleh laba/ rugi
satuan

Harga jual satuan > biaya Dari pesanan khusus, perusahaan akan
variabel pesanan khusus  memperoleh laba.
satuan

Besarnya kenaikan laba dari pesanan khusus adalah sebesar batas kontribusi
dari pesanan khususyang bersangkutan.
Bukti
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 5,00 per satuan, jadi lebih
kecil dibanding biaya variabel satuan, anggaran rugi laba adalah

Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah


Penjualan Rp 800.000 20.000 x Rp 5 = Rp 100.000 Rp 900.000
Biaya Variabel Rp 480.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Rp 600.000
Batas Kontribusi Rp320.000 20.000 x (Rp 5-Rp 6) =(Rp20.000) Rp 300.000
Biaya Tetap Rp120.000 - Rp 120.000
Laba Bersih Rp200.000 = (Rp 20.000) Rp 180.000

13
Dari contoh tersebut pesanan khusus mengalami kerugian Rp 20.000,00
sehingga laba total turun menjadi Rp 180.000,00.

Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 6,00 sebuah, atau sebesar
biaya variabel satuan, maka laba perusahaan tetap sama jumlahnya, yaitu :

Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah


Penjualan Rp 800.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Rp 920.000
Biaya Variabel Rp 480.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Rp 600.000
Biaya Kontribusi Rp 320.000 20.000 x (Rp 6 – Rp 6)= 0 Rp 320.000
Biaya Tetap Rp 120.000 - Rp 120.000
Laba Bersih Rp 200.000 Rp 200.000

Misalnya harga jual pesanan khusus Rp 8 sebuah, atau lebih besar dibanding
biaya variabel satuan, maka laba perusahaan akan lebih besar jumlahnya,
yaitu:
Keterangan Awal Pesanan khusus Jumlah
Penjualan Rp800.000 20.000 x Rp 8 = Rp 160.000 Rp 960.000
Biaya Variabel Rp480.000 20.000 x Rp 6 = Rp 120.000 Rp 600.000
Batas Kontribusi Rp320.000 20.000 x(Rp 8 – Rp 6) = Rp 40.000 Rp 360.000
Biaya Tetap Rp120.000 Rp 120.000
Laba Bersih Rp 200.000 Rp 40.000 Rp 240.000

c. Pengambilan Keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah
dengan adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan
keputusan yang menggunakan konsep variable costing misalnya:
a. Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk

14
b. Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu
c. Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan
d. Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu

Contoh: keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk

PT “TANI MUNDUR” memproduksi alat pertanian mekanis, dalam tahun


2014 diperkirakan perusahaan akan memerlukan suku cadang “A” untuk
keperluan produksi alat-alat pertanian sebanyak 5.000 buah. Untuk
memenuhi kebutuhan suku cadang “A” perusahaan memiliki dua alternatif
untuk memproduksi sendiri atau membeli dari pihak luar. Taksiran biaya
produksi apabila suku cadang “A” diproduksi sendiri oleh perusahaan
adalah:

Unsur Biaya Biaya (Per Buah) Total Biaya (5.000 buah)


Bahan baku Rp 10 Rp 50.000

Tenaga kerja langsung Rp 16 Rp 80.000

Overhead pabrik variabel Rp 8 Rp 40.000

Overhead pabrik tetap:

Dapat dihindari Rp 1 Rp 5.000

Tidak dapat dihindari Rp 5 Rp. 25.000


Jumlah Rp 40 Rp 200.000

Penawaran yang diterima dari supplier apabila suku cadang “A” dibeli dari
pihak luar dengan harga faktur Rp 36,00 per buah dan biaya pembelian yang
diperkirakan terjadi sebesar Rp 2,00 untuk setiap buah suku cadang “A”
yang dibeli.
Diminta:

Memilih alternatif memproduksi sendiri suku cadang “A” atau membeli dari
supplier.

Penyelesaian:

15
Dalam memilih alternatif antara memproduksi sendiri atau membeli dari
pihak luar suatu suku cadang adalah perbandingan antara biaya yang dapat
dihindarkan apabila tidak memproduksi dengan biaya yang terjadi apabila
dibeli dari supplier. Biaya yang dapat dihindarkan apabila suku cadang tidak
diproduksi adalah meliputi semua unsur biaya variabel (yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) dan
biaya overhead pabrik tetap yang dapat dihindari.

Perbandingan biaya yang dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi sendiri


dengan biaya yang terjadi apabila dibeli adalah:
Keterangan Biaya satuan Biaya total
Biaya dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi
sendiri:
Biaya bahan baku Rp 10 Rp 50.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 16 Rp 80.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 8 Rp 40.000
Biaya overhead pabrik tetap dapat dihindari Rp 1 Rp 5.000
Jumlah biaya dapat dihindari Rp 35 Rp 175.000

Biaya apabila suku cadang dibeli:


Harga faktur suku cadang Rp 36 Rp 180.000
Biaya pembelian Rp 2 Rp 10.000
Jumlah biaya apabila membelix Rp 38 Rp 190.000

Selisih menguntungkan apabila suku cadang Rp 3 Rp 15.000


diproduksi sendiri

Dari perbandingan biaya tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:


Biaya yang dihindarkan apabila perusahaan tidak memproduksi besarnya
Rp 35,00 per buah atau total Rp 175.000,00, jumlahnya lebih kecil
dibandingkan dengan biaya yang timbul apabila membeli yaitu sebesar Rp
38,00 per buah atau total Rp 190.000,00. Jadi bagi perusahaan lebih
menguntungkan apabila suku cadang “A” diproduksi sendiri

16
d. Pengendalian Biaya
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang
dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik
dibebankan sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen
kehilangan perhatian terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam
variabel costing, biaya overhead tetap disajikan secara terpisah dalam
laporan laba-rugi sebagai pengurangan terhadap laba kontribusi.
Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena
kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan
oleh manajemen. Sebagai contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar
Rp 3.000.000/bulan. Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang
tetap dikeluarkan yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang
perusahaan seperti biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan
organisasi pokok. Contohnyaseperti biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan
gaji karyawan inti. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam
kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen
dapat memperoleh informasi directionary fixed costs terpisah dari commited
fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek
dilakukan oleh manajemen.
e. Evaluasi Profitabilitas dari multiproduk
Perhitungan biaya langsung didesain untuk memperbaiki kegunaan
dari laporan laba rugi bagi manajemen. Dengan perhitungan full costing,
biaya produksi tetap dialokasikan ke persediaan di neraca dan harga pokok
penjualan di laporan laba-rugi. Dengan demikian, hubungan dalam laporan
laba-ruhi antara biaya dan pendapatan menjadi kabur. Alokasi semacam itu
tidak terjasi dalam perhitungan variable costing.

17
2.5 Penentuan Harga Pokok Variabel
a. Harga Pokok Produksi Pesanan
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per
pesanan dengan menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian
rekening kontrol barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan
biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk
tersebut, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan
dicatat. Rekening kontrol yang digunakan adalah:
a. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku (Variabel)
b. Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung (Variabel)
c. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik (Variabel)
d. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
e. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel
f. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap
g. Biaya Overhead yang DibebankanVariabel
h. Biaya Pemasaran
i. Biaya Pemasaran Variabel
j. Biaya Pemasaran Tetap
k. Biaya administrasi & umum
l. Biaya administrasi & umum Variabel
m. Biaya administrasi & umum Tetap
Karena harga pokok variabel menghendaki biaya diklasifikasikan
berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, akuntansi biaya produksi dan biaya non-produksi adalah:
a. Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan
mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu
harga pokok produk pesanan yang bersangkutan.
b. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening
barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam kartu
harga pokok pesanan yang bersangkutan.
c. Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan

18
mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir
bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya
tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel Rp xxx


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx

d. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama


periode tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel
sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih/kurang biaya
overhead pabrik variabel.

e. Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali
dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya
pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya
variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal:

Biaya Pemasaran Variabel Rp xxx

Biaya Pemasaran Tetap Rp xxx


Biaya Pemasaran Rp xxx

Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp xxx


Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp xxx

Contoh penggunaan metode harga pokok variabel adalah sebagai


berikut.
PT Eliona melakukan produksi berdasarkan pesanan dari langganan dan
harga pokok produksinya dilakukan dengan metode harga pokok
variabel. Pada awal bulan Januari 20x1, persediaan produk dalam proses
Rp 847.500,- dengan rincian sebagai berikut.

19
Pesanan Pesanan Pesanan Total
#101 #102 #103
Biaya Bahan Baku 150.000 125.000 115.000 365.000
Biaya Tenaga 130.000 100.000 75.000 330.000
Kerja Langsung
Biaya Overhead 65.000 50.000 37.500 152.500
Pabrik Variabel

Biaya Total 345.000 275.000 227.500 847.500

Transaksi dalam bulan Januari 20x1 sebagai berikut:


1. Pemakaian bahan baku dan penolong untuk menyelesaikan produk
dalam proses awal dan pengolahan pesanan #104 adalah:
Pesanan #101 Rp50.000

Pesanan #102 Rp40.000


Pesanan #103 Rp20.000

Pesanan #104 Rp 130.000

Jumlah Rp240.000

Pemakaian bahan penolong Rp 25.000 berperilaku tetap.

2. Jumlah jam kerjauntukmengerjakanberbagaipesananselamaJanuari


20x1:

Nomor Pesanan Jam TKL Upah Langsung


Pesanan #101 75 jam Rp75.000

Pesanan #102 30 jam Rp30.000

Pesanan #103 55 jam Rp55.000

Pesanan #104 100 jam Rp100.000

Jumlah biaya tenaga 260 jam Rp 260.000


kerja langsung

20
Biaya tenaga kerja tidak Rp 50.000
langsung

Biaya tenaga kerja Rp 125.000


pemasaran

Biaya tenaga kerja Rp 140.000


administrasi & umum

Jumlah biaya tenaga Rp 575.000

kerja

Biaya tenaga kerja tidak langsung berperilaku tetap. Biaya tenaga kerja
pemasaran dan administrasi & umum dipisahkan menurut perilakunya:

Variabel Tetap
Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 75.000 Rp 50.000
Biaya tenaga kerja administrasi Rp 100.000 Rp 40.000
&umum
Tetap Biaya Rp175.000 Rp 90.000

3. Tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ditentukan menurut


anggaran sebesar Rp 500 per jam tenaga kerja langsung.

4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya (lecuali biaya bahan penolong sebesar


Rp 25.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik sebesar Rp 50.000)
sebesar Rp 192.000. biaya overhead pabrik variabel Rp 142.000 dan biaya
overhead pabrik tetap Rp 50.000.

5. Pesanan no 101, 102 dan 103 selesai diproduksi Januari 20X1. Pesanan no
101 dan 102 diserahkan dengan harga jual:
Pesanan #101 Rp 750.000

Pesanan #102 Rp 650.000

Jumlah Rp 1.400.000

21
Pesanan no 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di gudang
sebagai produk jadi. Pesanan no 104 masih dalam proses pengolahan.

Penyelesaian:

Untuk menentukan biaya produksi dan non-produksi dengan menggunakan


harga pokok variabel adalah sebagai berikut.

1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan baku penolong Barang


Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 240.000

Persediaan Bahan Rp 240.000

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 25.000

Persediaan Bahan Rp 25.000

2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung

Barang Dalam Proses – Biaya Tng Kerja Langsung Rp 260.000

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 50.000

Biaya Pemasaran Rp 125.000

Biaya Administrasi dan Umum Rp 140.000

Gaji dan Upah Rp 575.000

3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel kepada produk.

Pembebanan dilakukan berdasarkan tarif biaya overhead Rp 500 per jam


tenaga kerja langsung. (260 jam x Rp 500 = Rp 130.000)

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Rp 130.000

Pabrik Variabel

Biaya Overhead Pabrik Variabel yg Dibebankan Rp 130.000


4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 192.000
Berbagai Rekening Yang Dikredit Rp 192.000

22
5. Pencatatan pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam
biaya variabel dan biaya tetap

Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 130.000

Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Rp 125.000


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 255.000
6. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi
Dari kartu harga pokok produk, dapat diketahui bahwa pesanan yang
diselesaikan memiliki harga pokok produk Rp 1.197.500. Sehingga,
dijurnal sebagai berikut.
Persediaan Produk Jadi Rp 1.197.500
BDP – Biaya Bahan Baku Rp 500.000
BDP– Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 465.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 232.500
7. Pencatatan penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang
dibebankan
Penutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan dicatat
dengan jurnal:
BOPV yang Dibebankan Rp 130.000
Pembebanan Lebih/Kurang BOP Rp 12.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 142.500
Pada akhir periode, rekening pembebanan lebih/kurang biaya overhead
pabrik tersebut ditutup ke rekening harga pokok penjualan dengan
jurnal:
Harga Pokok Penjualan Rp 12.000
Pembebanan Lebih/Kurang Biaya Overhead Pabrik Rp
12.000
8. Pencatatan biaya komersial
Biaya non-produksi dicatat sebagai berikut:
Biaya Pemasaran Rp 125.000

Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000


Berbagai Rekening yang dikredit Rp 265.000

23
Pemisahan biaya non-produksi menurut perilakunya dicatat dengan
jurnal :
Biaya Pemasarann Variabel BiayaRp 75.000
Pemasaran Tetap
Rp 50.000
Biaya Administrasi & Umum Variabel
Rp 100.000
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Pemasaran Rp 40.000

Rp 125.000

Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000

9. Pencatatan penyerahan produk pada pemesan 102 dan 103

Kas/Piutang Rp 1.400.000

Penjualan Rp 1.400.000

Harga Pokok Penjualan Rp 867.500

Persediaan Produk Jadi Rp 867.500

b. Harga Pokok Produksi Proses


PT X
Data Produksi, Biaya Produksi, dan Biaya Non Produksi
Bulan Januari 20X1
Data Produksi Dep 1 Dep 2
Produk dalam proses awal
BBB 100%, BKV 40 % 4.000 kg -
BTK 20 %, BOPV 60% - 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses periode ini 40.000 kg
Unit yang di transfer ke Dep 2/ yang diterima 35.000 kg 35.000 kg
dari
Dep 1
Produk yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg
Produk dalam proses akhir

24
BBB 100 %, BkV 70% 9.000 kg -
BTK 40%, BOPV 80% - 3.000 kg
Harga Pokok PDP awal
Harga Pokok Produk dari Dept 1 - Rp 11.150.000
BBB Rp 1.800.000
BTKV Rp 1.200.000 Rp 1.152.000
BOPV Rp 1.920.000 Rp 4.140.000
Biaya Produksi
BBB Rp 20.200.000 -
BTKV Rp 29.775.000 Rp 37.068.000
BBOP V Rp 37.315.000 Rp 44.340.000
BBOP tetap Rp 22.000.000 Rp 33.000.000
Biaya Non Produksi
Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000
Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000
Biaya Adm & Umum Variabel Rp 7.000.000
Biaya Adm & umum tetap Rp 12.000.000
Data Penjualan
Jumah Produk yang di jual 30.000 kg
Penjualan Rp 240.000.000

PT X memproduksi produknya melalui 2 departemen produksi. Dibawah ini


adalah data produksi, biaya produksi dan biaya non produksi selama bulan
Januari.

Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1

Rumus perhitungan harga pokok produksi variabel/satuan produk pertama.

 BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang

Unit ekuivalensi

 BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang

Unit ekuivalensi

25
 BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang

Unit ekuivalensi

Unit Ekuivalensi
Data Produksi Jumlah unit
BBB 35.000 + (100% x 9.000) 44.000
BTKV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300
BBOPV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300

Jumlah 126.600

Harga Pokok Produksi Variabel/unit


Elemen biaya Yang melekatPeriode Total Biaya Unit Biaya/unit
pada BDP sekarang Ekuivalensi
awal
BBB Rp 1.800.000 Rp 20.200.000 Rp 22.000.000 44.000 Rp 500
BTKV Rp 1.200.000 Rp 29.775.000 Rp 30.975.000 41.300 Rp 750
BBOPV Rp 1.920.000 Rp 37.315.000 Rp 39.235.000 41.300 Rp 950

Jumlah Rp 4.920.000 Rp 87.290.000 Rp 92.210.000 126.600 Rp 2.200

Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel


Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2
35.000 x Rp 2.200 Rp 77.000.000
Harga Pokok BDP akhir
BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000
BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000
BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000

Rp 15.210.000

Jumlah biaya produksi variabel departemen 1 Rp 92.210.000

Laporan Biaya Produksi Departemen 1

26
PT X
Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 1
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah produk yang diolah 44.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept 2 35.000 kg
Produk selesai dalam proses akhir 9.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 44.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam dept 1 Total Per Unit

Biaya Bahan Baku Rp 22.000.000 Rp 500


Biaya tenaga Kerja Variabel Rp 30.975.000 Rp 750
Biaya Overhead pabrik Variabel Rp 39.235.000 Rp 950
Jumlah biaya variabel yang dibebankan dalam Rp 92.210.000 Rp 2.200
dept 1
Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke
departemen 2
35.000 @ Rp 2.200 Rp 77.000.000
Harga Pokok BDP akhir
BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000
BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000
BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000
Rp 15.210.000

Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1


Rumus perhitungan biaya produksi variabel per unit
 Harga pokok produk/satuan = HP awal + HP yang ditransfer dari
departemen 1 BDP awal +produk transfer

27
 BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi

 BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang


Unit ekuivalensi

 BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang


Unit ekuivalensi

Unit Ekuivalensi
Data Produksi Jumlah unit
HP dari Dept 1 6.000 + 35.000 41.000
BTKV 38.000 + (40% x 3.000) 39.200
BBOPV 38.000 + (80% x 3.000) 40.400

Jumlah 12.400

Harga Pokok Produksi Variabel/unit


Elemen Yang Periode Total Biaya Unit Biaya/uni
biaya melekat sekarang Ekuivale t
pada BDP n
awal si
HP dari Rp Rp Rp 41.000 Rp 2.150
dept 1 11.150.000 77.000.000 88.150.000
BTKV Rp Rp Rp 39200 RP 975
1.152.000 37.068.000 38.330.000
BBOPV Rp Rp Rp 40.400 Rp 1.200
4.140.000 44.340.000 48.480.000

Jumlah Rp Rp158.408.0 Rp 120.600 Rp 4.325


16.442.000 00 174.850.000

Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel


Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke gudang

28
38.000 x Rp 4.325 Rp 164.350.000
Harga Pokok BDP akhir
HP dari Dept 1 (3.000 x Rp 2.150) Rp 6.450.000
BTKV (40% x 3.000x Rp 975) Rp 1.170.000
BBOPV(40%x 3.000x Rp 1.200) Rp 2.880.000

Rp 10.500.000

Jumlah biaya produksi variabel Rp 174.850.000


departemen 2

laporan Biaya Produksi Departemen 2


PT X
Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 2
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari dept 1 35.000 kg

Jumlah produk yang diolah 41.000 kg


Produk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk selesai dalam proses akhir 3.000 kg

Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg


Biaya yang dibebanlan dalam dept 2 Total Per Unit
HP dari dept 1 Rp 88.150.000 Rp 2.150
BTKV Rp 38.330.000 RP 975
BBOPV Rp 48.480.000 Rp 1.200
Jumlah biaya variabel yang dibebankan Rp 174.850.000 Rp 4.325
dalam dept 2
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai ditransfer ke
gudang
38.000 @ Rp 4.325 Rp 164.350.000

29
Harga Pokok BDP akhir
HP dari Dept 1 Rp 6.450.000
BTKV Rp 1.170.000
BOPV Rp 2.880.000
Rp 10.500.000

Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp 174.850.000


departemen 2

Pencatatan ke dalam Jurnal

1. Pemakaian Bahan Baku

BDP – Biaya Bahan Baku Deept 1 Rp 20.200.000

Persediaan Bahan Baku Rp 20.200.000

2. Mencatat Biaya Tenaga Kerja

BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 1 Rp 29.775.000

BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 2 Rp 37.068.000

Gaji & Upah Rp 66.843.000

3. Mencatat BOP Sesungguhnya

BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 9.315.000

BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000

Berbagai rekening kredit Rp 136.655.000

Mencatat pembagian biaya overhead pabrik

BDP – BOPV Dept 1 Rp 37.315.000

BDP – BOP tetap Dept 1 Rp 22.000.000

BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 58.315.000

BDP – BOPV Dept 2 Rp 44.340.000

BDP – BOP tetap Dept 2 Rp 33.000.000

30
BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000

4. Mencatat produk yang selesai diproduksi dept 1

BDP – BBB Dept 2 Rp 77.000.000

BDP-BBB Dept 1 Rp 17.500.000

BDP-BTK Dept 1 Rp 26.250.000

BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 33.250.000

5. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 1

Persediaan BDP – Dep 1 Rp 15.210.000

BDP-BBB Dept 1 Rp 4.500.000

BDP-BTK Dept 1 Rp 4.725.000

BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 5.985.000


6. Mencatat Harga Pokok Produksi Jadi ditransfer ke gudang
Persediaan Barang Jadi Rp 164.350.000
BDP-BBB Dept 2 Rp 81.700.000
BDP-BTK Dept 2 Rp 37.050.000
BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 45.600.000
7. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 2
Persediaan BDP – Dep 2 Rp 10.500.000
BDP-BBB Dept 2 Rp 6.450.000
BDP-BTK Dept 2 Rp 1.170.000
BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 2.880.000

8. Mencatat Penjualan

Piutang Dagang Rp 240.000.000

Penjualan Rp 240.000.000

Harga Pokok Penjualan Rp 129.750.000

Persediaan Barang Jadi Rp 129.750.000

31
9. Pencatatan Biaya Komersial

Biaya pemasaran Rp 25.200.000

Biaya Administrasi & Umum Rp 19.000.000

Berbagai rekening yang dikredit Rp 44.200.000

Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000

Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000

Biaya Adm. & Umum variabel Rp 7.000.000

Biaya Adm. & Umum Tetap Rp 12.000.000

Biaya Pemasaran Rp 25.200.000

Biaya Adm. & Umum Rp 19.000.000

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa harga


pokok variabel merupakan suatu penentuan harga pokok produksi yang
menggunakan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk.
Dengan menggunakan metode full costing dan harga pokok variabel dapat
memberikan pengaruh terhadap besarnya harga pokok produk, besarnya harga
pokok persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang
dihasilkan.

3.2 Saran
Apabila masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami
selaku mahasiswa mohon maaf dan mohon dapat memberikan kritik yang dapat
membangun supaya kedepannya dapat membuat makalah lebih baik lagi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Heidia & Indriati Sumarni. 2020. Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi Dengan Metode Variable Costing Dalam Menetapkan Harga
Jual Produk Stik Keju Ikan Haruan (Studi Pada UKM Gugah Selera Desa
Mantuil Kecamatan Muara Harus Kabupaten Tabalong). Jurnal
Administrasi Publik dan Administrasi Bisnis. 3 (2) : 871-877
Kusuma, Ratna Anindia. 2014. Penentuan Harga.Pokok Variabel. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Latansa Mashiro
Mulyadi, Akuntansi Biaya, 2000, edisi 6, Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah
Mada
Purniawan, Yuda. 2019. Penerapan Metode Variable Costing Dalam Perhitungan
Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga Jual (Studi Kasus Pada
UD. Karunia). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember
Sari, Novita Vanda & Fazli Syam BZ. 2016. Analisis Penerapan Metode Variable
Costing Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Pada UKM Di Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (IMEKA). 1 (2) : 103-
107
Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, edisi revisi, Yogyakarta: PEnerbit, AMUS
Yogyakarta dan Maheneko Total Design

34

Anda mungkin juga menyukai