Disusun Oleh:
Mentari Permata Hati 118040287
Uum Umihani 118040290
Dosen Pengampu:
Irwan Sutirman Wahdiat,SE.,MM.,M.Ak.,CA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNUNG JATI
Jl.Pemuda No.32,Cirebon ,jawa barat- Indonesia
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar. makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi
Manajemen sebagai salah satu penilaian terhadap proses pembelajaran mata kuliah
Akuntansi Manajemen.Meski dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha
dengan maksimal, namun penulis masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah
ini, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran pembaca makalah ini. penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat begi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amiin
2
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar …………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 5
1.3 Tinjauan Pembuatan Masalah ……………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pembahasan …………………………….............. 6
2.2 Perbandingan Harga Pokok Variabel……………………….. 6
2.3 Manfaat Informasi yang dihasilkan ………………………… 10
2.4 Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel…………………... 15
2.5 Keunggulan dan Kelemahan Variabel Costing…………...… 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
variabel saja di dalam penentuan harga pokok produksi. Metode variable costing
ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam jangka pendek.
Seperti perencanaan laba dan pengambilan keputusan jangka pendek.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Pengantar Pembahasan
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan caramemasukkan
seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biayaproduksi variabel
saja. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortioncosting dan Variable
costing/direct costing.
Full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan
memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Akan
tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga pokok penuh
seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di dalam jangka pendek.
Untuk memenuhi kebutuhan managerial maka diperlukan pendekatan yang
memusatkan perhatian pada unsur biaya variable, yaitu biaya relevan yang
berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek. Oleh
karena itu managerial biasanya melakukan pendekatan dengan menggunakan
harga pokok variabel (variable costing).
Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga
pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periodik. Sehingga
biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi melainkan
diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan vdibebankan dalam laporan
laba-rugi.
6
tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang
mempengaruhi:
1) Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk
Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun
variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya
harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada harga pokok
variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan dibebankan ke
dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga pokok produk pada
metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja
langsung (direct labor cost), dan biaya overhead pabrik variable.
2) Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan
Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga
pokok produk. Hal tersebut mengakibatkan sebagian biaya overhead pabrik
tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila ada persediaan yang masih
belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak membebankan
biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi langsung
dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk dalam
persediaan hanya dibebani biaya produksi variabel atau biaya overhead pabrik
tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan.
3) Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi.
Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi
metode harga pokok variabel dan full costing dapat ditinjau dari segi:
a) Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi
Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan biaya
non-produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. Semua
harga biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan
dipertemukan dengan penghasilan penjualan pada periode di mana produk
7
tersebut laku dijual dengan cara menentukan besarnya harga pokok
penjualan. Biaya non- produksi pada full costing disebut pula biaya
periode, yakni biaya semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok
produk sehingga harus dibebankan langsung di laba rugi periode
terjadinya, yang meliputi biaya tetap maupun variabel untuk pemasaran,
administrasi dan umum, dan finansial.
Pada harga pokok variabel, biaya digolongkan menjadi biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah totalnya
berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan,
yang dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik varabel) dan biaya
variabel non-produksi (biaya pemasaran variabel, Biaya administrasi &
umum variabel, dan biaya financial variabel). Semua elemen biaya
variabel produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan akan
dipertemukan dengan penghasilan penjualan sebagai harga pokok
penjualan variabel atas produk yang sudah laku dijual.
Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan
tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan
tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya tetap
disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang terjadi
dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi dan
memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga
pokok variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran
tetap, Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial tetap. Dalam
harga pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya tetap juga
disebut sebagai biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke laba rugi.
Konsep harga pokok variabel berpendapat bahwa menunda biaya tetap
yang terjadi pada periode tertentu pada periode berikutnya tidak memiliki
manfaat.
8
b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi
Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan
fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan dengan
harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel dan biaya
produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas penjualan. Laba/rugi
kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya komersial, selisihnya
adalah laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya, laba/rugi berseih usaha
dipertemukan dengan biaya finansial atau biaya bunga, hasilnya adalah
laba/rugi bersih.Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah
pertama yang dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah
menggolongkan biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
Langkah kedua adalah menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap
ke dalam biaya produksi dan biaya non-produksi. Kemudian, penjualan
dipertemukan dengan harga pokok penjualan variabel, selisihnya adalah
batas kontribusi kotor (gross contribution margin). Batas kontribusi kotor
dipertemukan dengan biaya komersial variabel, selisihnya adalah batas
kontribusi bersih (net contribution margin). Batas kontribusi bersih
dipertemukan dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik produksi
maupun non-produksi, selisihnya adalah laba bersih
9
lebih besar dan menghasilkan laba yang lebih kecil. Hal ini berbanding
terbalik dengan metode full costing.
Contoh:
Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan
penjualan maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun.
Besarnya anggaran harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram. Anggaran
biaya variabel adalah Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas biaya produksi
variabel Rp 4,00 per kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00 per kilogram.
10
Anggaran biaya tetap total adalah sebesar Rp 20.000,00 yang terdiri atas biaya
produksi tetap yaitu Rp 10.000,00 dan biaya pemasaran tetap Rp 10.000,00.
Dalam tahun 2010 perusahaan merencanakan dapat menjual sebanyak 8.000
kilogram produk.
Diminta:
a) Menghitung tingkat penjualan produk pada break even
b) Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan
(sebesar 8.000 kilogram)
c) Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba
sebesar Rp 10.000,00
Penyelesaian:
11
3) Tingkat penjualan pada laba diinginkan sebesar Rp 10.000,00
Penjualan pada laba diinginkan = Biaya Tetap + Laba Diinginkan
Harga Jual Satuan – Biaya Variabel Satuan
= Rp 20.000 + Rp 10.000
Rp 10 – Rp 6
= 7.500 kg
Atau dalam rupiah = 7.500 x Rp 10 = Rp 75.000
12
b) Adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan
untuk melayani pesanan khusus, agar harga jual yang biasa di mana
umumnya lebih tinggi, tidak menjadi terpengaruh ikut turun. Misalnya
produk tersebut akan dipakai sendiri oleh pembeli.
3. Pengambilan Keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan keputusan
yang menggunakan konsep variable costing misalnya:
a) Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk
b) Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu
c) Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan
d) Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu
4. Pengendalian Biaya
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang dihasilkan
oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik dibebankan
sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian
terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam variabel costing, biaya
overhead tetap disajikan secara terpisah dalam laporan laba-rugi sebagai
pengurangan terhadap laba kontribusi
Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed
cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen.
Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Sebagai
contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000/bulan.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang tetap dikeluarkan
13
yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan seperti biaya yang timbul
dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok.
Contohnya seperti biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti.
Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen.Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri
dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh
informasi directionary fixed costs terpisah dari commited fixed costs,
sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh
manajemen.
a) Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan
mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu
harga pokok produk pesanan yang bersangkutan.
b) Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening
barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan
c) Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan
mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir
bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya
tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal:
14
e) Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali
dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya
pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya
variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal:
15
tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang disusun atas dasar
variable costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu, menjadi laporan
yang disusun atas dasar konsep harga pokok penuh (full costing), sebab
konsep variable costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
16
tujuan perusahaan yaitu tercapainya laba pada tingkat yang
dikehendaki.
Dengan variabel costing penetapan harga jual dapat lebih mudah
dilakukan. Konsep margin kontribusi memudahkan perusahaan untuk
menentukan harga jual yang dapat menutup biaya-biaya tetap seperti
biaya gaji, biaya sewa, pajak dan lain sebagainya.
c) Penentuan titik impas atau peluang pokok
Bila margin kontribusi dan biaya tetap diketahui ada cara
perhitungan yang sederhana untuk menentukan suatu keadaan
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi.
Istilah keadaan yang demikian dikenal dengan peluang pokok atau
impas atau Break Even.
d) Alat pengendalian manajemen
Laporan-laporan yang didaftarkan pada variabel costing jauh
lebih efektif dari pada full costing untuk pengendalian manajemen.
Hal ini disebabkan oleh karena laporan-laporan tersebut dapat
dihubungkan secara lebih langsung dengan sasaran laba atau anggaran
dalam periode yang bersangkutan. Penyimpangan dari standar yang
ditentukan dapat lebih mudah diketahui dan lebih cepat dibetulkan.
Selain itu dengan variabel costing dapat ditunjukan dengan jelas
tanggung jawab sesuai dengan garis organisasi, pretasi individu daoat
dievaluasi dari periode yang berjalan.
17
Dalam prinsip akuntansi indonesia 1984 (Ikatan Akuntan
Indonesia) disebutkan bahwa “harga pokok barang yang diproduksi
meliputi semua biaya bahan baku langsung yang dipakai, upah
langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan
memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam
pengolahan”. Hal ini berarti bahwa untuk perhitungan dan pelaporan
biaya produksi didasarkan pada konsep full costing.
18
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan:
a. Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen
harga pokok produk.
b. Pemilihan penggunaan metode full costing dan harga pokok variabel akan
mempengaruhi besarnya harga pokok produk, besarnya harga pokok
persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang dihasilkan.
c. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka
pendek, penetapan harga jual produk, pengambilan keputusan, pengendalian
biaya, dan evaluasi profitabilitas dari multiproduk.
d. Penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok variabel bisa
diterapkan pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan dan
harga pokok proses.
3.2 Saran
Penerapan Harga Pokok secara umum sudah baik, namun perusahaan harus
dapat menyajikan terlebih dahulu estimasi / taksiran biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pembuatan suatu pesanan agar lebih efektif dalam membandingka
dengan realisasi yang terjadi sesungguhnya, sehingga tercapai penetapan laba yang
maksimal.
19
DAFTAR PUSTAKA
20