Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH KELOMPOK AKUNTANSI MANAJEMEN

“PENENNTUAN HARGA POKOK VARIABEL ”

Disusun Oleh:
Mentari Permata Hati 118040287
Uum Umihani 118040290

Dosen Pengampu:
Irwan Sutirman Wahdiat,SE.,MM.,M.Ak.,CA

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNUNG JATI
Jl.Pemuda No.32,Cirebon ,jawa barat- Indonesia

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lancar. makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi
Manajemen sebagai salah satu penilaian terhadap proses pembelajaran mata kuliah
Akuntansi Manajemen.Meski dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha
dengan maksimal, namun penulis masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah
ini, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran pembaca makalah ini. penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat begi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amiin

Cirebon,9 Januari 2021

2
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar …………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………….. 5
1.3 Tinjauan Pembuatan Masalah ……………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pembahasan …………………………….............. 6
2.2 Perbandingan Harga Pokok Variabel……………………….. 6
2.3 Manfaat Informasi yang dihasilkan ………………………… 10
2.4 Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel…………………... 15
2.5 Keunggulan dan Kelemahan Variabel Costing…………...… 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………. 19
3.2 Saran ………………………………………………………... 19
Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di dalam membebankan harga pokok kepada produk dapat digunakan salah
satu dari dua metode pembebanan harga pokok - produk. Yang pertama yaitu
metode penentuan harga pokok penuh (full costing) atau juga sering disebut
dengan metode penentuan harga pokok diserap (absorption costing). Yang kedua
yaitu metode penentuan harga pokok variabel (variable costing) atau bisa juga
disebut dengan metode penentuan harga pokok langsung (direct costing) atau
juga bisa disebut dengan metode penentuan harga pokok batas (marginal costing).
Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan digunakan, sesuai dengan
kepentingan dari manajemen.
Metode penentuan harga pokok penuh (full costing) akan membebankan
semua unsur biaya produksi, baik unsur biaya produksi yang bersifat tetap
maupun yang bersifat variabel ke dalam penentuan harga pokok produksi. Oleh
karena itu, unsur biaya produksi pada metode penentuan harga pokok penuh
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga
pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial contro di dalam
jangka pendek.
Misalnya untuk perencanaan laba, untuk pengambilan keputusan jangka
pendek, dan untuk menganalisa perubahan biaya volume laba jangka pendek,
dalam kapasitas produksi normal yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan
pendekatan yang memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya
relevan yang berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka
pendek. Pendekatan yang dimaksud tersebut adalah metode variabel. Yaitu
sebuah metode penghitungan harga pokok produksi yang tidak memperhitungkan
semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produksi. Metode
perhitungan harga pokok produksi ini hanya memperhitungkan biaya produksi

4
variabel saja di dalam penentuan harga pokok produksi. Metode variable costing
ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam jangka pendek.
Seperti perencanaan laba dan pengambilan keputusan jangka pendek.

1.2. Rumusan Masalah


Makalah ini memuat rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perbandingan antara Harga Pokok Variabel dengan Full
Costing?
b. Bagaimana manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel?
c. Bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel?

1.3. Tujuan Pembuatan Makalah


Makalah ini memuat tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana perbandingan antara Harga Pokok
Variabel dengan Full Costing.
b. Untuk mendeskripsikan manfaat informasi yang dihasilkan oleh Harga
Pokok Variabel

5
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Pengantar Pembahasan
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan caramemasukkan
seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biayaproduksi variabel
saja. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortioncosting dan Variable
costing/direct costing.
Full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan
memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Akan
tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga pokok penuh
seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di dalam jangka pendek.
Untuk memenuhi kebutuhan managerial maka diperlukan pendekatan yang
memusatkan perhatian pada unsur biaya variable, yaitu biaya relevan yang
berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek. Oleh
karena itu managerial biasanya melakukan pendekatan dengan menggunakan
harga pokok variabel (variable costing).
Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga
pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periodik. Sehingga
biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi melainkan
diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan vdibebankan dalam laporan
laba-rugi.

2. 2 Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing


Perbedaan konsep penentuan harga pokok variabel dan full costing terletak pada
tujuan utamanya. Harga pokok variabel memiliki tujuan utama untuk pelaporan
internal, sedangkan full costing bertujuan untuk pelaporan eksternal. Perbedaan

6
tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang
mempengaruhi:
1) Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk
Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun
variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya
harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada harga pokok
variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan dibebankan ke
dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga pokok produk pada
metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material cost), biaya tenaga kerja
langsung (direct labor cost), dan biaya overhead pabrik variable.
2) Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan
Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga
pokok produk. Hal tersebut mengakibatkan sebagian biaya overhead pabrik
tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila ada persediaan yang masih
belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak membebankan
biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi langsung
dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk dalam
persediaan hanya dibebani biaya produksi variabel atau biaya overhead pabrik
tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan.
3) Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi.
Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi
metode harga pokok variabel dan full costing dapat ditinjau dari segi:
a) Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi
Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan biaya
non-produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. Semua
harga biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan
dipertemukan dengan penghasilan penjualan pada periode di mana produk

7
tersebut laku dijual dengan cara menentukan besarnya harga pokok
penjualan. Biaya non- produksi pada full costing disebut pula biaya
periode, yakni biaya semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok
produk sehingga harus dibebankan langsung di laba rugi periode
terjadinya, yang meliputi biaya tetap maupun variabel untuk pemasaran,
administrasi dan umum, dan finansial.
Pada harga pokok variabel, biaya digolongkan menjadi biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah totalnya
berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan,
yang dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik varabel) dan biaya
variabel non-produksi (biaya pemasaran variabel, Biaya administrasi &
umum variabel, dan biaya financial variabel). Semua elemen biaya
variabel produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan akan
dipertemukan dengan penghasilan penjualan sebagai harga pokok
penjualan variabel atas produk yang sudah laku dijual.
Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan
tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan
tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya tetap
disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang terjadi
dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi dan
memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga
pokok variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran
tetap, Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial tetap. Dalam
harga pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya tetap juga
disebut sebagai biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke laba rugi.
Konsep harga pokok variabel berpendapat bahwa menunda biaya tetap
yang terjadi pada periode tertentu pada periode berikutnya tidak memiliki
manfaat.

8
b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugi
Konsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan
fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan dengan
harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel dan biaya
produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas penjualan. Laba/rugi
kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya komersial, selisihnya
adalah laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya, laba/rugi berseih usaha
dipertemukan dengan biaya finansial atau biaya bunga, hasilnya adalah
laba/rugi bersih.Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah
pertama yang dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah
menggolongkan biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
Langkah kedua adalah menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap
ke dalam biaya produksi dan biaya non-produksi. Kemudian, penjualan
dipertemukan dengan harga pokok penjualan variabel, selisihnya adalah
batas kontribusi kotor (gross contribution margin). Batas kontribusi kotor
dipertemukan dengan biaya komersial variabel, selisihnya adalah batas
kontribusi bersih (net contribution margin). Batas kontribusi bersih
dipertemukan dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik produksi
maupun non-produksi, selisihnya adalah laba bersih

c) Besarnya laba bersih


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila
masih ada persediaan barang yang masih belum terjual, maka dalam harga
pokok persediaan tersebut melekat biaya overhead pabrik tetap.
Sedangkan pada metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik tetap
tidak melekat pada harga pokok persediaan. Dengan demikian, penilaian
harga pokok persediaan kedua metode tersebut berbeda. Nilai harga pokok
persediaan pada metode harga pokok variabel menjadi lebih kecil
sehingga harga pokok penjualan sebagai pengurang penjualan menjadi

9
lebih besar dan menghasilkan laba yang lebih kecil. Hal ini berbanding
terbalik dengan metode full costing.

2. 3 Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel


Seperti yang disinggung di awal pembahasan yaitu Harga pokok variabel
digunakan untuk memenuhi kebutuhan managerial seperti perencanaaan laba
dalam jangka pendek, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan dan
pengendalian biaya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai manfaat dari
variable costing beserta contoh-contohnya:
1) Perencanaan laba jangka pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya yang
berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing
menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel
yang terpisah dari informasi biaya tetap yang dapat memenuhi kebutuhan
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya
pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode
variable costing memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan
antara biaya, volume, dan laba. Manajemen melakukan analisis melalui
persamaan BEP (Break Event Point) atau hubungan biaya volume laba

Contoh:
Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan
penjualan maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun.
Besarnya anggaran harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram. Anggaran
biaya variabel adalah Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas biaya produksi
variabel Rp 4,00 per kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00 per kilogram.

10
Anggaran biaya tetap total adalah sebesar Rp 20.000,00 yang terdiri atas biaya
produksi tetap yaitu Rp 10.000,00 dan biaya pemasaran tetap Rp 10.000,00.
Dalam tahun 2010 perusahaan merencanakan dapat menjual sebanyak 8.000
kilogram produk.
Diminta:
a) Menghitung tingkat penjualan produk pada break even
b) Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan
(sebesar 8.000 kilogram)
c) Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba
sebesar Rp 10.000,00

Penyelesaian:

1) Tingkat penjualan pada break even


Penjualan pada break even = Biaya Tetap
(dalam satuan) Harga Jual Satuan – Biaya Variabel/ kilogram
=Rp 20.000 = 5.000 kg
Rp10 − Rp 6
Penjualan pada break even = Biaya Tetap
(dalam rupiah) 1 −Biaya Variabel Satuan
Harga Jual Satuan
= Rp 20.000
1−Rp 6
Rp 10
= Rp 20.000 = Rp 50.000
0,4
Laba = Penjualan − (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
Laba = (5000 kg x Rp 10 ) − (Rp 20.000 + (5000 kg x Rp 6) = Rp 0,00

2) Laba perusahaan pada penjualan dianggarkan sebesar 8.000 kilogram


Laba = (8000 X Rp 10) – (Rp 20.000 + (8000 x Rp 6) = Rp 12.000

11
3) Tingkat penjualan pada laba diinginkan sebesar Rp 10.000,00
Penjualan pada laba diinginkan = Biaya Tetap + Laba Diinginkan
Harga Jual Satuan – Biaya Variabel Satuan
= Rp 20.000 + Rp 10.000
Rp 10 – Rp 6
= 7.500 kg
Atau dalam rupiah = 7.500 x Rp 10 = Rp 75.000

2. Penetapan Harga Jual Produk


Dalam pasar yang kompetitif, harga ditentukan oleh interaksi antara
pasokan dan permintaan. Harga yang optimum adalah harga uang
mengahasilkan selisih positif antara total pendapatan dengan total biaya,
volume dimana peningkatan dalam total biaya yang disebabkan oleh
penambahan satu unit setara dengan peningkatan dalam total pendapatan yaitu
titik dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal. Perhitungan
biaya langsung memberikan estimasi atas biaya marginal produk, yang
merupakan angka yang diperlukan untuk menentukan volume yang
memaksimalkan laba. Informasi itu berguna dalam pengambilan keputusan
penetapan harga jual jangka pendek. Penentuan harga jual jangka pendek
menggunakaan hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh manajemen dalam
rangka menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus yang
mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan
tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut.Syarat-syarat pesanan
khusus yang dapat diputuskan dengan penentuan harga pokok variabel adalah:
a) Kapasitas produksi maupun penjualan perusahaan masih ada yang
menganggur (belum penuh), karena apabila melampaui kapasitas penuh
akan berakibat jumlah biaya tetap akan berubah.

12
b) Adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan
untuk melayani pesanan khusus, agar harga jual yang biasa di mana
umumnya lebih tinggi, tidak menjadi terpengaruh ikut turun. Misalnya
produk tersebut akan dipakai sendiri oleh pembeli.

3. Pengambilan Keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan keputusan
yang menggunakan konsep variable costing misalnya:
a) Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk
b) Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu
c) Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan
d) Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu

4. Pengendalian Biaya
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang dihasilkan
oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik dibebankan
sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian
terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam variabel costing, biaya
overhead tetap disajikan secara terpisah dalam laporan laba-rugi sebagai
pengurangan terhadap laba kontribusi
Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed
cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen.
Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Sebagai
contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000/bulan.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang tetap dikeluarkan

13
yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan seperti biaya yang timbul
dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok.
Contohnya seperti biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti.
Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen.Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri
dalam laporan rugi-laba variable costing, manajemen dapat memperoleh
informasi directionary fixed costs terpisah dari commited fixed costs,
sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh
manajemen.
a) Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan
mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu
harga pokok produk pesanan yang bersangkutan.
b) Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening
barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan
c) Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan
mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir
bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya
tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel Rp xxx


Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx

d) Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama


periode tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel
sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih/kurang biaya
overhead pabrik variabel.

14
e) Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali
dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya
pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya
variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal:

Biaya Pemasaran Variabel Rp xxx


Biaya Pemasaran Tetap Rp xxx
Biaya Pemasaran Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp xxx

2. 4 Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel


Penentuan harga pokok variabel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manajemen dalam memperoleh informasi yang berorientasi pada pengambilan
keputusan jangka pendek, yaitu:
a) Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution
margin) yang sangat berguna untuk perencanaan laba melalui analisa
hubungan biaya-volume-laba (cost-profit-volume) dan untuk pengambilan
keputusan (decision making) yang berhubungan dengan kebijaksanaan
manajemen jangka pendek.
b) Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi
operasional yang sedang berjalan serta menetapkan penilaian dan
pertanggungjawaban kepada departemen atau divisi tertentu dalam
perusahaan.
c) Bagi pihak internal, variable costing digunakan untuk tujuan-tujuan:
perencanaan laba; penentuan harga jual produk; pengambilan keputusan
oleh manajemen; dan pengendalian biaya.
d) Bagi pihak eksternal, variable costing dapat digunakan untuk tujuan:
penentuan harga pokok persediaa serta; penentuan laba. Tujuan eksternal

15
tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang disusun atas dasar
variable costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu, menjadi laporan
yang disusun atas dasar konsep harga pokok penuh (full costing), sebab
konsep variable costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.

2. 5 Keunggulan dan Kelemahan Variabel Costing


Sebagai salah satu metode dalam penentuan harga pokok produk, variabel
costing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Secara umum keunggulan
variabel costing adalah menutupi kelemahan full costing. Kelemahan utama
variabel costing adalah tidak dapat digunakan untuk pelaporan pada pihak ekstern
perusahaan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan
variabel costing.
1. Keunggulan Variabel Costing
a) Alat perencanaan operasi
Rencana operasi atau rencana anggaran, meliputi semua aspek
operasi dimasa yang akan datang yang dirancang untung mencapai
sasaran laba yang telah ditetapkan. Dengan variabel costing lebih
mudah menghimpun data untuk perencanaan laba yang telah
ditetapkan. Tersedianya data tentang biaya variabel dan margin
kontribusi memungkinkan manajemen untuk mengambil keputusan
secara cepat mengenai persoalan-persoalan biaya yang dihadapi setiap
hari.
b) Penetapan harga jual
Harga jual produk yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, tentu
harga jual dapat bersaing dipasaran. Penentuan harga jual yang dapat
bersaing bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Harga jual yang
terlalu tinggi dapat berakibat kalahnya perusahaan dalam persaingan,
sedangkan harga yang terlalu rendah dapat berakibat tidak tercapainya

16
tujuan perusahaan yaitu tercapainya laba pada tingkat yang
dikehendaki.
Dengan variabel costing penetapan harga jual dapat lebih mudah
dilakukan. Konsep margin kontribusi memudahkan perusahaan untuk
menentukan harga jual yang dapat menutup biaya-biaya tetap seperti
biaya gaji, biaya sewa, pajak dan lain sebagainya.
c) Penentuan titik impas atau peluang pokok
Bila margin kontribusi dan biaya tetap diketahui ada cara
perhitungan yang sederhana untuk menentukan suatu keadaan
perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi.
Istilah keadaan yang demikian dikenal dengan peluang pokok atau
impas atau Break Even.
d) Alat pengendalian manajemen
Laporan-laporan yang didaftarkan pada variabel costing jauh
lebih efektif dari pada full costing untuk pengendalian manajemen.
Hal ini disebabkan oleh karena laporan-laporan tersebut dapat
dihubungkan secara lebih langsung dengan sasaran laba atau anggaran
dalam periode yang bersangkutan. Penyimpangan dari standar yang
ditentukan dapat lebih mudah diketahui dan lebih cepat dibetulkan.
Selain itu dengan variabel costing dapat ditunjukan dengan jelas
tanggung jawab sesuai dengan garis organisasi, pretasi individu daoat
dievaluasi dari periode yang berjalan.

2. Kelemahan Variabel Costing


a) Kesulitan dalam pemisahan biaya tetap dan variable
Untuk dapat diterapkan variabel costing, biaya semi variabel
harus dipisahkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Secara
teoritis memang tidak sulit namun dalam praktiknya tidak sepenuhnya
dapat diterapkan.
b) Tidak dapat diterima unuk pelaporan ekstern

17
Dalam prinsip akuntansi indonesia 1984 (Ikatan Akuntan
Indonesia) disebutkan bahwa “harga pokok barang yang diproduksi
meliputi semua biaya bahan baku langsung yang dipakai, upah
langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan
memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam
pengolahan”. Hal ini berarti bahwa untuk perhitungan dan pelaporan
biaya produksi didasarkan pada konsep full costing.

18
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan:
a. Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen
harga pokok produk.
b. Pemilihan penggunaan metode full costing dan harga pokok variabel akan
mempengaruhi besarnya harga pokok produk, besarnya harga pokok
persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang dihasilkan.
c. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka
pendek, penetapan harga jual produk, pengambilan keputusan, pengendalian
biaya, dan evaluasi profitabilitas dari multiproduk.
d. Penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok variabel bisa
diterapkan pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan dan
harga pokok proses.

3.2 Saran
Penerapan Harga Pokok secara umum sudah baik, namun perusahaan harus
dapat menyajikan terlebih dahulu estimasi / taksiran biaya-biaya produksi yang
dikeluarkan untuk pembuatan suatu pesanan agar lebih efektif dalam membandingka
dengan realisasi yang terjadi sesungguhnya, sehingga tercapai penetapan laba yang
maksimal.

19
DAFTAR PUSTAKA

- Charles F Horngren, 2003, George Fork and Srikant M. Datar, CostAccounting : A


Manajerial Emphasis, Eleventh Edition, Upper Saddle River New Jersey: Penerbit
Prentice-Hall Inc.
- Hansen, Don. R and Mowen, Marryanne. M, 2004, Akuntansi Manajemen,edisi 7,
Jilid 1, Alih Bahasa Dewi F. Deni Arnos K, Jakarta:Salemba Empat.
- Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:Salemba
Empat.
- Mulyadi, Akuntansi Biaya, 2000, edisi 6, Yogyakarta: PEnerbit Universitas Gadjah
Mada.
- Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, edisi revisi, Yogyakarta: PEnerbit,AMUS
Yogyakarta dan Maheneko Total Design.
- Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta

20

Anda mungkin juga menyukai