Anda di halaman 1dari 15

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP)

DENGAN METODE FULL COSTING


(Kasus Pada Mie Balap Ummi )

Tulisan Ilmiah yang Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah Management Akuntansi

Oleh
Nazri

1615310032

Program Magister Management


Universitas Panca Budi Medan
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan yang telah berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga
kelangsungan hidupnya, untuk itu pihak manajemen perusahaan perlu membuat
kebijakan yang mengacu pada terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja. Kebijakan
tersebut dapat berupa penetapan harga pokok produksi, yaitu dengan cara menekan
biaya produksi serendah mungkin dan tetap menjaga kualitas dari barang atau
produk yang dihasilkan, sehingga harga pokok produk satuan yang dihasilkan
perusahaan lebih rendah dari yang sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat
bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang tepat dengan laba yang ingin
diperoleh perusahaan, sehingga perusahaan tersebut dapat bersaing dengan
perusahaanperusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya
tidak terlepas dari tujuan didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang
ditanamkan dalam perusahaan dapat terus berkembang atau dengan kata lain
mendapatkan laba semaksimal mungkin.
Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan
penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan
produk sejenis yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah
akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua

hal tersebut dapat diatasi dengan penentuan harga pokok produksi dan harga jual
yang tepat.

1.2 Perumusan Masalah


Karangan ilmiah ini akan menyajikan dan membahas secara sederhana
akuntansi biaya dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Dan secara lebih
khusus, pembahasan akan memperlihatkan data harga pokok produksi melalui
metode full costing atau biaya penuh. Adapun data yang disajikan merupakan data
hasil survey langsung kepada pelaku usaha, yakni pedagang Mie balap

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian yang dilakukan dalam karangan ilmiah ini bertujuan antara lain:
a. Mempelajari dan menyajikan akuntansi biaya secara sederhana.
b. Sebagai langkah awal dan sarana pembelajaran dalam penyusunan
karangan ilmiah.
c. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Management Akuntansi .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi Biaya


Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan
penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara
tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

2.2 Pengertian Biaya Produksi


Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya,
secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).

2.2.1 Biaya Bahan Baku


Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk
bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam
kalkulasi biaya produk. Contoh bahan baku langsung adalah kayu untuk

pembuatan meubel dan tanah liat untuk pembuatan genteng. Pertimbangan utama
dalam mengelompokkan bahan ke dalam bahan baku langsung adalah kemudahan
penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai menjadi barang jadi.
Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan meubel merupakan bagian dari
barang jadi, namun agar perhitungan biaya meubel tersebut bisa dilakukan secara
cepat, bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.

2.2.2 Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja langsung adalah karyawan atau karyawati yang
dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini
meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.

2.2.3 Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik disebut juga biaya produk tidak langsung, yaitu
kumpulan dari semua biaya untuk membuat suatu produk selain biaya bahan baku
langsung dan tidak langsung.
Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak
langsung, pekerja tidak langsung, dan bahan pabrik lainnya yang tidak secara
mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan produk atau tujuan
akhir biaya.
Biaya overhead pabrik (FOH) terdiri dari biaya FOH tetap dan biaya FOH
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu, biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Ada juga yang dinamakan

biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.

2.3 Penghitungan Harga Pokok Produksi


Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga
pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Konsep harga pokok
tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul
konsep lain yang tidak diperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen
harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri
sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu
Full/Absortion/Conventional

Costing

dan

Variable/Marginal/Direct

Costing.

Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan
terhadap biaya produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap
FOH Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk
dan penyajian laporan rugi-laba.

2.3.1 Metode Full Costing


Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan
memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya
overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk
yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas norma

atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya
overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai
yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok
penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata
menyerap jasa FOH Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila
biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut.

2.3.2 Metode Variable Costing


Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya
memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga
pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel.
Variable costing beranggapan bahwa FOH Tetap tadi tidak secara langsung
membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga
pokok. Sebaiknya FOH Tetap dimasukkan dalam kelompok period cost (biaya
periode).

BAB III
OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Objek Penelitian


Penelitian yang penyusun lakukan melibatkan pedagang Mie Balap yang
memiliki kios baso di daerah Simpang Gaperta lengkapnya di Jalan Abdul Manaf
Lubis Medan Helvetia ,Kios tersebut diberi nama Kios Mie Balap Ummi
Adapun pengelolanya, ketika penyusun mengadakan penelitian, merupakan suami
istri kepala rumah tangga adalah Mustafawali dan istrinya adalah Ummi Wardani
Harahap.

3.1.1 Sejarah Singkat Mie Balap Ummi


Kios Mie Balap Ummi ini pertama kali dibuka pada tahun 2005 , saat itu
yang bersangkutan masih mengontrak di sebuah Ruko yg terletak di jalan Abdul
Manaf Lubis yang sampai saat ini masih berjualan ditempat tersebut, seiring dengan
perjalanan waktu usaha tersebut terus berkembang dan sekarang sudah mempunyai
3 unit usaha mie balap yang terletak di kota medan, didaerah Kelurahan Skip,
Gaperta dan Helvetia, awal mulanya usaha ini dijalankan hanya berdua saja dengan
modal seadanya, tetapi perkembangan usahanya sangat pesat sehingga sekarang
sudah dapat mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 18 orang, terdiri dari 5 orang
peria dan 13 orang wanita, dari tugas tukang masak dan pelayan untuk
menghidangkanya kepada konsumen.

3.1.2 Struktur Organisasi


Cukup sederhana untuk menggambarkan struktur organisasi Mie Balap
Ummi ini karena usaha perorangan, maka pucukm pimpinan ada pada pemilik
usaha, dimana pembagian tugasnya adalah Suami sebagai pengelola usaha, istri
sebagai penjamin mutu rasa dimana tugas dan tanggung jawabnya sebagai peracik
bumbu, 2 orang tenaga kerja bertuga untum mengawasi kualitas rasa, 6 orang
tukang masak dan selebihnya sebagai pelayanan kepada konsumen baik pelayanan
secara hidangan maupun dibungkus untuk dibawa pulang.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Bahan dan Alat Produksi
a. Bahan
Secara umum bahan-bahan untuk pembuatan semangkok baso bukan suatu
hal yang bersifat rahasia. Hampir semua penikmat dan penggemar baso, pasti
mengetahuinya. Hanya saja, ada rahasia tersendiri bagi para pedagang baso untuk
meracik bumbu-bumbu baso tersebut.
Bahan utama untuk membuat baso urat yaitu daging yang dicampur urat.
Secara terperinci bahan yang digunakan untuk membuat baso adalah:

Tabel 1 Bahan pembuatan Mie Balap

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Keterangan
Mie Putih
Mie Tiaw
Mie kuning
Tomat
Sayuran (toge, sawi,)
Bawang Putih
Bawang Merah
Kecap
Cabe
Udang pukul
Garam
Penyedap rasa ( rempah-rempah lainnya )
Bahan penolong (air)

b. Alat
Berkenaan dengan peralatan yang digunakan pada usaha Mie Balap ini,
penyusun mengkategorikan peralatan tersebut menjadi dua bagian, yaitu alat
produksi dan alat/item pendukung.
Alat produksi ini berhubungan langsung dengan proses pembuatan baso.
Alat produksi tersebut adalah :
Tabel 2 Alat Produksi
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Keterangan
Tungku masak
Kuali dan sutil
Kayu bakar
Panci masak air
Baskom besar
Wajan
Pisau
Talenan
Sendok
Saringan
Wadah bumbu

Adapun peralatan dan item pendukung yang digunakan adalah :


Tabel 3 Alat/item pendukung
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Keterangan
Baskom besar
Sendok penjepit mie
Lap
Meja
Kursi
Piring
Sendok
Garpu
Tempat Sendok
Gelas
Wadah tisu
Sapit Bambu
Asbak

3.2.2 Siklus Produksi


Asumsi dasar yang penyusun gunakan berkenaan dengan siklus produksi
dalam penelitian ini adalah siklus penjualan harian. Dengan kata lain, siklus ini
dimulai dari belanja bahan-bahan, buka kios, penjualan Mie balap, hingga kios
tutup.

3.2.3 Data Biaya dan Volume Produksi


Untuk perlu diketahui, bahwa usaha Mie balap ini merupakan usaha yang
menggunakan model usahaPerorangan, dimana pekerja dibayar beerdasarkan
perhitungan harian, yang dibayar mingguan dan bulanan.
a. Data Biaya

Tabel 4 Biaya bahan-bahan


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan
Mie Putih
Mie Tiaw
Mie kuning
Bawang Merah
Bawang putih
Sayuran
Kecap
Tomat

Harga
(Rp)
600.000
100.000
320.000
20.000
12.000
30.000
21.000
18.000

No
9
10
11
12
13

Harga

Keterangan
Cabe
Udang pukul
Garam
Penyedap rasa
bahan penolong lainnya
Total

(Rp)
45.000
85.000
2.000
10.500
23.000
1.286.500

Tabel 5 Biaya Peralatan


Keterangan :
No
Keterangan

Banyak
hari

Tenda masak

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Tungku masak
Kuali dan sutel
Panci air
Dandang
Baskom besar
Ember
Pisau
Talenan
Sendok Sapit
Saringan
Wadah bumbu
Rak piring
Lap
Meja
Kursi
Piring
Sendok
Garpu
Tempat Sendok
Gelas
Wadah tisu
Dispenser
Asbak
Total

6
6
3
3
9
2
2
1
2
1
4
1
6
4
16
30
30
30
4
30
4
1
4

Harga

Total

Masa

Per bulan

(Rp)
25.000

(Rp)
834

24.167
30834
16.250
4.167
417
2.917
833
417
833
833
2.500
4.167
3.333
8.333
15.333
3.125
729
729
667
1.042
1.667
8.333
417
157.043

806
1.028
542
139
14
97
28
14
28
28
83
139
111
278
511
104
24
24
22
35
56
278
14
5.237

1.500.00 1.500.000
0
145.000
870.000
185.000 1.110.000
65.000
195.000
150.000
50.000
5.000
5.000
35.000
35.000
2.500
5.000
5.000
5.000
10.000
10.000
10.000
10.000
7.500
30.000
100.000
100.000
3.333
20.000
50.000
200.000
23.000
368.000
2.500
75.000
583
17.500
583
17.500
4.000
16.000
833
25.000
10.000
40.000
100.000
100.000
2.500
10.000
4.774.000

*) per tahun dan habis pakai


**) metode yang digunakan adalah metode rata-rata

3
3
1
1
1
1
0,5
1
1
1
1
2
0,5
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2

Per

Tabel 6 Biaya lain-lain


No
1
2
3
4

Keterang

Per bln (Rp)

Biaya sewa gedung***)


Biaya listrik
Biaya Air
BBM/ kayu bakar
Biaya Tenaga Kerja 18 Orang

Per hari (Rp)

500.000
1.000.000
850.000

16.667
33.334
28.333
17.500
500.000
595.834

15.000.000

Keterangan :
***) Biaya sewa gedung adalah Rp 6.000.000,00 per tahun

3.2.4 Perhitungan HPP Total


Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa asumsi dasar yang
digunakan adalah asumsi penjualan harian, sehingga HPP total yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah HPP per hari.

Tabel 7 HPP Total


No
1
2

Keterangan
Biaya bahan-bahan
Biaya Overhead
- BBM/ kayu bakar
- Biaya sewa gedung
- Biaya listrik
- Biaya Air
- Biaya Penyusutan
Total

Per hari
(Rp)
1.286.500
17.500
16.666
33.334
28.333
5.237
1.387.570

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa HPP total pada Mie balap adalah sebesar
Rp1.387.570,-

3.2.5 Perhitungan HPP Per Satuan

Untuk HPP per satuan yang penyusun maksudkan disini adalah HPP untuk
menghasilkan sepiring Mie balap, sehingga perhitungan HPP per satuan untuk
Mie balap adalah HPP total harian dibagi dengan jumlah mie balap yang dihasilkan
dalam satuan piring,.. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

HPP Per Satuan =

HPP Total Harian


Jumlah mie balap dalam satuan piring

Sementara, untuk jumlah mie balap yang dihasilkan dengan bahan-bahan


yang dipaparkan di atas, dapat menghasilkan rata-rata 450 piring mie balap.
Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa HPP per satuan pada Mie balap
Ummi adalah sebesar Rp3.083,00.. Perhitungannya adalah:

HPP Per Satuan =

1.387.570
450

= 3.083,-

BAB IV
KESIMPULN

Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga


jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena
perhitungan HPP pun menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap
perusahaan.
Salah satu unit usaha dari Mie balap Ummi yang terletak di tiga lokasi
dengan pusat di jalan Abdul Manaf Lubis medan Helvetia yang terkenal dengan
sebutan simpang Gria Gaperta, setelah dilakukan penelitian sederhana berkenaan
dengan perhitungan HPP dengan metode full costing, telah diketahui bahwa HPP
total hariannya adalah Rp1.387.570,- dan HPP per satuan atau HPP per
mangkoknya adalah Rp3.083,-. Dengan penjualan dengan harga Rp5.000,00 per
piringnya, Mie balap Ummi masih mendapatkan keuntungan sebesar Rp1.917,-.

Anda mungkin juga menyukai