Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA

METODE HARGA POKOK PENUH (FULL COSTING)

DAN VARIABEL (VARIABLE COST)

DISUSUN OLEH :

LISA SIMANJUNTAK

HERLINA SIMANJUNTAK

IRA YOLANDA

DESI CLAUDIA LUBIS

OBBY FEBRIANSYAH

LIZA NASRANI SIRAIT

PROGRAM STUDY MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MEDAN AREA


2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini dibuat agar dapat memenuhi tugas “AKUNTANSI BIAYA”. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat. Karena keterbatasan pengetahuan saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga pokok produksi sangat berpengaruh untuk mengetahui seberapa laba


perusahaan serta untuk menentukan harga jual. Menurut Sukirno (2000:207) harga
pokok produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan yang akan diproduksi oleh perusahaan tersebut. Penentuan kos produksi
per unit menjadi sangat penting di dalam menentukan harga jual produk yang
dihasilkan karena sebelum menentukan harga jual suatu produk, terlebih dahulu harus
menghitung kos produksinya.

Metode perhitungan harga pokok produksi berdasarkan perlakuan biaya overhead ada
dua, yaitu menggunakan metode full costing dan variable costing (Blocher, et all.
2007:147-149). Penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing yaitu
semua biaya yang berhubungan dengan produksi dibebankan ke dalam biaya produksi
dan kemudian tersaji pada perhitungan harga pokok produksi dan laporan laba rugi.
Kelebihan dari metode full costing adalah semua unsur biaya yang berkaitan langsung
dengan produksi dapat langsung dimasukkan dalam perhitungan,.

Metode penentuan kos produksi ini memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos
produksi dalam memperhitungkan unsur unsur biaya tersebut terdapat 2 pendekatan
yaitu metode pendekatan full costing dan variabel costing. Biaya variabel merupakan
biaya yang berubah secara total berubah sebanding dengan aktivitas dan atau volume
produksi tetapi per unit bersifat tetap. Perhitungan harga pokok produksi merupakan
biaya-biaya yang dikorbankan untuk memperoleh dan mengolah suatu barang mentah
menjadi barang jadi. Harga pokok produksi dapat membantu menentukan harga jual
dan persentasi laba yang dinginkan.

iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari full costing dan variable costing
2. Bagaimana karakteristik harga pokok?
3. Bagaimana perbandingan full costing dan variable costing?
4. Perhitungan laba rugi menurut variable costing dan full costing ?
5. Apa kelebihan full costing dan variabel costing?
6. Apa kelemahan full costing dan variabel costing?

1.3 Tujuan
 Untuk memahami pengertian dari full costing dan variable costing
 Untuk memahami karakteristik harga pokok
 Untuk memahami perbandingan full costing dan variable costing
 Untuk mengetahui Perhitungan laba rugi menurut variable costing dan full costing
 Untuk mengetahui full costing dan variabel costing
 Untuk mengetahui full costing dan variabel costing

iv
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Harga pokok penuh dan harga pokok variabel


Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya semua kedalam kos/ produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.
Variable Costing (penentuan harga pokok variabel) merupakan metode penentuan harga
pokok produk yang membebankan unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja.
Unsur biaya produksi bersifat tetap diperlakukan bukan sebagai harga pokok produk
melainkan sebagai unsur biaya periodik.

1.2 Karakteristik metode harga pokok pesanan


Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan tersebut di atas
berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Metode pengumpulan biaya
produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang
produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi


pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara
individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk
menjadidua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung

v
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya
overbead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan
tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead
pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan
cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut
dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

1.3 Perbandingan Harga pokok penuh dan variabel

Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead tetap xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Harga pokok produk Rp xxx

Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan
di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk
dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dinggap sebagai
biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah dijual.

Karena biaya overhead telah dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead
pabrik yang sesunguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi
pembebanan overhead lebih atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang. Jika semua

vi
produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku di jual maka pembebanan biaya
tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam
persediaan tersebut ( baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi)
namun dalam satu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang.
Maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi
sebelum produknya dijual.

Variabel costing atau harga pokok variabel adalah penentuan harga pokok produksi
yang hanya membebankan biaya produksi variabel saja kedalam harga pokok produk. Maka
variabel costing terdiri dari

Biaya bahan baku Xxx

Biaya tenaga kerja variabel Xxx

Biaya overhead variabel Xxx

Harga pokok produk Rp xxx

Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai
period cost dan bukan unsur harga produk, sehingga BOP tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya Overhead pabrik tetap didalam variabel
costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung
dinaggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Dalam period dan sebagai unsur harga pokok produk, biaya overhead tetap dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya pabrik tetap dalam metode
variable costing melekat pada persediaan yang belum laku tetapi langsung dianggap sebagai
dalam periode terjadinya.

Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik sebagai sampai saat
produk yang bersangkutan dijual. biaya overhead pabrik yang baik yang berperilaku maupun
yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum
persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode costing tidak menyetujui penundaan
pembebanan biaya overhead pabrik tersebut (atau dengan kata tidak pembebanan overhead
tetap kepada produk).

vii
Menurut metode variabel costing, penundaan pembebanan suatu biaya bermanfaat
jika penundaan tersebut dapat dihindari terjadinya yang sama dalam periode yang akan dating
Sebagai contoh pada akhir tahun perusahaan memiliki 100 kg produk dalam proses yang
telah menelan biaya produksi sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. 5.000

Biaya tenaga kerja variabel 25.000

BOP variabel 50.000

BOP tetap 30.000

Jumlah biaya produksi Rp. 110.000

Biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang telah dikonsumsikan didalam pengolahan
100 produk tersebut baru dapat menyelesaikan 45%, sedangkan bahan baku tersebut akan
dapat menyelesaikan 100 kg produk tersebut menjadi produk selesai.

Biaya bahan baku sebesar Rp. 5.000 tersebut dibebankan sebagai harga pokok produk
dalam proses dan melekat pada harga pokok persediaan yang dicantumkan dalam neraca per
31 desember 2021. Biaya bahan baku tersebut tidak dibebankan sebagi biaya dalam tahun
2021, tetapi ditunda pembebanannya sebgai biaya dalam tahun 2021 dianggap sebagi aktiva.
Dalam 2022 perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya bahan baku untuk 100 kg persediaan
yang pada tanggal 31 desember 2021 masih dalam proses tersebut. Penundaan pembebanan
biaya bahan baku tersebut memang bermanfaat, karena penundaan biaya tersebut dapat
menghindarkan dikeluarkannya biaya bahan baku untuk 100 kg produk dalam proses tersebut
dalam tahun 2022 demikian juga biaya overhead dan pabrik variabel.

1.4 Metode full costing dan metode variabel costing ditinjau dari sudut
penyajian laporan laba rugi

Ditinjau dari penyajian laporan laba rugi , perbedaan pokok antra metode variabel costing
dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan
laba-rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing
menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-
fumgsi pokok yang ada dalam perusahaan .
viii
Hasil penjualan 500.000

Harga pokok penjualan 250.000-

(termasuk biaya overhead pabrik tetap)

Laba bruto 250.000

Biaya administrasi dan umum 50.000

Biaya pemasaran 75.000

Laba bersih usaha 125.000

Laba bersih usaha Rp.125.000

Laporan laba rugi tersebut disajikan menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok produksi
dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum.

Dilain pihak laporan laba rugi metode variabel costing lebih menitikberatkan pada
penyajian baiya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan

Hasil penjualan Rp. 500.000

Dikurangi biaya-biaya variabel :

Biaya produksi variabel Rp. 150.000

Biaya pemasaran variabel 50.000

Biaya administrasi dan umum variabel 30.000

230.000

Laba kontribusi /margin kontribusi Rp. 270.000

Dikurangi biaya tetap

Biaya produksi tetap 125.000

Biaya pemasaran tetap 25.000

Biaya administrasi dan umum tetap 20.000

145.000

ix
Laba bersih usaha Rp. 125.000

Dalam laporan laba rugi varibel costing tersebut diatas biaya tetap disajikan dalam
satu kelompok tersendiri yang harus ditutup dari laba kontribusi yang diperoleh perusahaan,
sebelum timbul laba bersih. Dengan menyajikan semua biaya tetap dalam satu kelompok
tersendiri dalam laporan laba rugi ini dapat melakukan pengawasan terhadap biaya tersebut,
baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

1.5 Kelebihan full costing dan variabel costing

1) Bisa tampilkan jumlah biaya overhead secara komprehensif


2) Terdapat dua jenis biaya dalam metode ini yaitu biaya overhead tetap dan variabel.
3) Bisa melakukan penundaan dalam beban biaya overhead, ketika produk belum laku
terjual.
Kelebihan Metode Variable Costing
1) Bisa merencanakan biaya-biaya untuk memperoleh laba dalam kurun waktu yang
singkat.
2) Bisa digunakan untuk mengendalikan biaya.
3) Metode variable costing terbagi dua atas biaya tetap yakni discretionary fixed
cost dan committed fixed cost.
4) Bisa digunakan sebagai bahan rujukan, terlebih dalam mengambil keputusan untuk
melakukan order pesanan yang bersifat khusus.

1.6 Kelemahan Full Costing dan Variable Costing

x
Meski banyak memiliki kelebihan, kedua metode ini juga ternyata memiliki kelemahan.
Berikut ini adalah kelemahan dari metode full costing dan variable costing.
Kelemahan Full Costing
 Harga jual produk kamu akan menjadi lebih tinggi daripada menggunakan
metode variable costing
 Metode full costing membuat konsumen mau membayar berapapun untuk barang
yang mereka inginkan.
 Hanya bisa digunakan dalam bisnis bidang produksi bahan pokok masyarakat pada
umumnya.
Kelemahan Variable Costing
 Discretionary fixed cost dan committed fixed cost akan sulit untuk dilakukan pada
metode variable costing.
 Metode ini akan menyebabkan naik turunnya suatu laba, disebabkan terjadinya
perubahan dalam penjualan suatu produk.
 Variable costing tidak cocok digunakan untuk perusahaan yang sifatnya lebih
musiman.

BAB III

KESIMPULAN

xi
3.1 Kesmipulan
Jika ditarik kesimpulan, arti dari istilah full costing adalah metode akuntansi
yang menunjukkan seluruh biaya, yang dikeluarkan di dalam proses produksi.
Seperti biaya variabel, biaya tetap, biaya langsung, biaya investasi dan seluruh biaya
yang dimanfaatkan.
Sementara metode variable costing adalah metode perhitungan di mana
seluruh biayanya digunakan untuk membuat suatu produk. Biaya yang gunakan
tersebut jumlahnya bisa terus berubah sesuai dengan volume kegiatan bisnis.

xii

Anda mungkin juga menyukai