DISUSUN OLEH :
LISA SIMANJUNTAK
HERLINA SIMANJUNTAK
IRA YOLANDA
OBBY FEBRIANSYAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini dibuat agar dapat memenuhi tugas “AKUNTANSI BIAYA”. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat. Karena keterbatasan pengetahuan saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Metode perhitungan harga pokok produksi berdasarkan perlakuan biaya overhead ada
dua, yaitu menggunakan metode full costing dan variable costing (Blocher, et all.
2007:147-149). Penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing yaitu
semua biaya yang berhubungan dengan produksi dibebankan ke dalam biaya produksi
dan kemudian tersaji pada perhitungan harga pokok produksi dan laporan laba rugi.
Kelebihan dari metode full costing adalah semua unsur biaya yang berkaitan langsung
dengan produksi dapat langsung dimasukkan dalam perhitungan,.
Metode penentuan kos produksi ini memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos
produksi dalam memperhitungkan unsur unsur biaya tersebut terdapat 2 pendekatan
yaitu metode pendekatan full costing dan variabel costing. Biaya variabel merupakan
biaya yang berubah secara total berubah sebanding dengan aktivitas dan atau volume
produksi tetapi per unit bersifat tetap. Perhitungan harga pokok produksi merupakan
biaya-biaya yang dikorbankan untuk memperoleh dan mengolah suatu barang mentah
menjadi barang jadi. Harga pokok produksi dapat membantu menentukan harga jual
dan persentasi laba yang dinginkan.
iii
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari full costing dan variable costing
2. Bagaimana karakteristik harga pokok?
3. Bagaimana perbandingan full costing dan variable costing?
4. Perhitungan laba rugi menurut variable costing dan full costing ?
5. Apa kelebihan full costing dan variabel costing?
6. Apa kelemahan full costing dan variabel costing?
1.3 Tujuan
Untuk memahami pengertian dari full costing dan variable costing
Untuk memahami karakteristik harga pokok
Untuk memahami perbandingan full costing dan variable costing
Untuk mengetahui Perhitungan laba rugi menurut variable costing dan full costing
Untuk mengetahui full costing dan variabel costing
Untuk mengetahui full costing dan variabel costing
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya
overbead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan
tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead
pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang
ditentukan di muka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan
cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut
dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan
di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk
dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dinggap sebagai
biaya ( unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah dijual.
Karena biaya overhead telah dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead
pabrik yang sesunguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi
pembebanan overhead lebih atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang. Jika semua
vi
produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku di jual maka pembebanan biaya
tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam
persediaan tersebut ( baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi)
namun dalam satu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang.
Maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi
sebelum produknya dijual.
Variabel costing atau harga pokok variabel adalah penentuan harga pokok produksi
yang hanya membebankan biaya produksi variabel saja kedalam harga pokok produk. Maka
variabel costing terdiri dari
Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai
period cost dan bukan unsur harga produk, sehingga BOP tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya Overhead pabrik tetap didalam variabel
costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung
dinaggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Dalam period dan sebagai unsur harga pokok produk, biaya overhead tetap dibebankan
sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya pabrik tetap dalam metode
variable costing melekat pada persediaan yang belum laku tetapi langsung dianggap sebagai
dalam periode terjadinya.
Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik sebagai sampai saat
produk yang bersangkutan dijual. biaya overhead pabrik yang baik yang berperilaku maupun
yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum
persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode costing tidak menyetujui penundaan
pembebanan biaya overhead pabrik tersebut (atau dengan kata tidak pembebanan overhead
tetap kepada produk).
vii
Menurut metode variabel costing, penundaan pembebanan suatu biaya bermanfaat
jika penundaan tersebut dapat dihindari terjadinya yang sama dalam periode yang akan dating
Sebagai contoh pada akhir tahun perusahaan memiliki 100 kg produk dalam proses yang
telah menelan biaya produksi sebagai berikut:
Biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang telah dikonsumsikan didalam pengolahan
100 produk tersebut baru dapat menyelesaikan 45%, sedangkan bahan baku tersebut akan
dapat menyelesaikan 100 kg produk tersebut menjadi produk selesai.
Biaya bahan baku sebesar Rp. 5.000 tersebut dibebankan sebagai harga pokok produk
dalam proses dan melekat pada harga pokok persediaan yang dicantumkan dalam neraca per
31 desember 2021. Biaya bahan baku tersebut tidak dibebankan sebagi biaya dalam tahun
2021, tetapi ditunda pembebanannya sebgai biaya dalam tahun 2021 dianggap sebagi aktiva.
Dalam 2022 perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya bahan baku untuk 100 kg persediaan
yang pada tanggal 31 desember 2021 masih dalam proses tersebut. Penundaan pembebanan
biaya bahan baku tersebut memang bermanfaat, karena penundaan biaya tersebut dapat
menghindarkan dikeluarkannya biaya bahan baku untuk 100 kg produk dalam proses tersebut
dalam tahun 2022 demikian juga biaya overhead dan pabrik variabel.
1.4 Metode full costing dan metode variabel costing ditinjau dari sudut
penyajian laporan laba rugi
Ditinjau dari penyajian laporan laba rugi , perbedaan pokok antra metode variabel costing
dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan
laba-rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing
menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-
fumgsi pokok yang ada dalam perusahaan .
viii
Hasil penjualan 500.000
Laporan laba rugi tersebut disajikan menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok produksi
dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi
administrasi dan umum.
Dilain pihak laporan laba rugi metode variabel costing lebih menitikberatkan pada
penyajian baiya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan
230.000
145.000
ix
Laba bersih usaha Rp. 125.000
Dalam laporan laba rugi varibel costing tersebut diatas biaya tetap disajikan dalam
satu kelompok tersendiri yang harus ditutup dari laba kontribusi yang diperoleh perusahaan,
sebelum timbul laba bersih. Dengan menyajikan semua biaya tetap dalam satu kelompok
tersendiri dalam laporan laba rugi ini dapat melakukan pengawasan terhadap biaya tersebut,
baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
x
Meski banyak memiliki kelebihan, kedua metode ini juga ternyata memiliki kelemahan.
Berikut ini adalah kelemahan dari metode full costing dan variable costing.
Kelemahan Full Costing
Harga jual produk kamu akan menjadi lebih tinggi daripada menggunakan
metode variable costing
Metode full costing membuat konsumen mau membayar berapapun untuk barang
yang mereka inginkan.
Hanya bisa digunakan dalam bisnis bidang produksi bahan pokok masyarakat pada
umumnya.
Kelemahan Variable Costing
Discretionary fixed cost dan committed fixed cost akan sulit untuk dilakukan pada
metode variable costing.
Metode ini akan menyebabkan naik turunnya suatu laba, disebabkan terjadinya
perubahan dalam penjualan suatu produk.
Variable costing tidak cocok digunakan untuk perusahaan yang sifatnya lebih
musiman.
BAB III
KESIMPULAN
xi
3.1 Kesmipulan
Jika ditarik kesimpulan, arti dari istilah full costing adalah metode akuntansi
yang menunjukkan seluruh biaya, yang dikeluarkan di dalam proses produksi.
Seperti biaya variabel, biaya tetap, biaya langsung, biaya investasi dan seluruh biaya
yang dimanfaatkan.
Sementara metode variable costing adalah metode perhitungan di mana
seluruh biayanya digunakan untuk membuat suatu produk. Biaya yang gunakan
tersebut jumlahnya bisa terus berubah sesuai dengan volume kegiatan bisnis.
xii