Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen diampu


oleh Ibu Dr. Mulyati Akib, S.E., (Akt)., M.Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 7: 1). Sukmawati B1C119165


2). Alni Fitrianingsih B1C119184
3). Devi Permatasari B1C119194

KELAS D

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING

1.1 Defenisi Full Costing dan Variable Costing

Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh
komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di
dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap
dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada
kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya
overhead pabriktetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum
dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk
selesai tersebut tidak dijual. Sedangkan variable costing adalah metode penentuan harga
pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai
unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel.

Menurut metode full costing, karena prosuk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP
tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai
komponen pembentuk produk tersebut. Sementara dipihak lain, variable costing beranggapan
bahwa BOP Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau
dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap dimasukkan dalam
kelompok period cost (biaya periode).

Laporan rugi-laba yang disusun berdasarkan kedua metode akan menghasilkan laba yang
berbeda. Jika pada periode tersebut terdapat perbedaan persediaan awal dan akhir produk
selesai. Hal ini disebabkan karena metode full costing memasukkan BOP Tetap sebagai
komponen harga pokok, sehingga apabila diakhiri periode terdapat persediaan produk selesai
maka akan terjadi penundaan pembebanan BOP Tetap ke periode berikutnya. Sedangkan
pada variable costing, semua BOP Tetap yang akan terjadi akan dibebankan pada periode
berjalan sebagai bagian dari periode berjalan sebagai bagian period cost. Kedua metode akan
menghasilkan laba yang sama apabila dalam periode tersebut tidak terdapat persediaan awal
dan akhir produk selesai.
1.2 Perbedaan Full Costing dan Variable Costing

Berikut ini beberapa perbedaan anatara full costing dan variable costing.

1) Penentuan harga pokok produksi


Full costing adalah metode penentuan harga pokok produk yang
membebankan seluruh biaya produksi, baik biaya variable maupun biaya tetap ke
produk. Dalam metode ini biaya overhead produk dibebankan dengan menggunakan
tarif yang telah ditentukan dimuka. Biaya overhead pabrik tetap dianggap sebagai
biaya produksi dan baru akan dilaporkan dalam laporan laba rugi apabila produk
telah terjual.
Sedangkan variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk
yang hanya memperhitungkan biaya variable, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik variable. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan
sebagai biaya produksi tapi dibebankan dalam laporan laba rugi pada periode
terjadinya (period cost).
2) Penyajian laporan laba rugi
Pada Metode variable costing, seluruh biaya overhead tetap yang terjadi
dalam periode tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi perode tersebut sehingga
akan mengurangi pendapatan pada periode tersebut.
Sedangkan metode full costing, biaya overhead tetap yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi hanya biaya overhead tetap produk yang telah terjual saja pada
periode tersebut.
3) Biaya per periode
Pada metode full costing biaya per periode dianggap sebagai biaya yang
tidak berhubungan dengan biaya produksi namun tetap mengurangi laba perusahaan.
Sedangkan biaya periode menurut metode variable costing ikut dibebankan
dalam produksi.
1.3 Kelebihan dan Kelemahan Full Costing
1.3.1. Kelebihan Full Costing

Kelebihan yang didapatakan apabila menggunakan metode full costing adalah


sebagai berikut:

1. Metode perhitungan full costing lebih tepat digunakan pada industri kecil dan
menengah karena industri ini masih menggunakan proses pencatatan biaya yang
masih relatifsederhana.
2. Pendekatan full costing yang biasa dikenal dengan pendekatan tradisional
menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya disajikan berdasarkan fungsi-
fungsi produksi, administrasi, dan penjualan.
3. Sistematika perhitungan dengan metode full costing disesuaikan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum sehingga pihak UKM akan lebih mudah dalam
melakukan perhitungan harga pokok produksi.

1.3.2. Kelemahan Full Costing

Dengan memperlakukan BOP Tetap sebagai komponen harga pokok produk pada
metode full costing, akan membawa konsekuensi dimasukannya biaya tetap ini ke dalam
rekening persediaan akhir produk selesai apabila pada periode itu kuantitas penjualan lebih
kecil daripada kuantitas produksi. Dengan demikian, BOP Tetap seperti depresiasi gedung
pabrik akan menjadi “aktiva” dalam bentuk rekening persediaan pada neraca.

Defenisi aktiva yang paling diterima umum adalah defenisi yang menekankan bahwa
yang dinamakan aktiva itu adalah “Cost” yang memilik manfaat ekonomis atau jasa potensial
atau mampu menghindarkan perusahaan dari pengeluaran biaya yang sejenis di masa yang
akan datang.

Bila perusahaan menumpuk persediaan dengan tujuan untuk mengantisipasi


permintaan yang tinggi di masa yang akan datang, dimana kapasitas terbatas dalam jangka
pendek, maka persediaan sebagai aktiva memang memiliki manfaat di masa yanga kan
datang. Akan tetapi dengan memperhitungkan BOP Tetap ke periode akuntansi berikutnya
sampai produk ini terjual, tidak dapat menghidarkan pengeluaran biaya yang sejenis (BOP
Tetap) di masa yang akan datang. BOP Tetap seperti depresiasi gedung pabrik akan terus
terjadi dalam periode akuntansi berikutnya tanpa dipegaruhi oleh besarnya tingkat aktivitas
perusahaan.

Kelemahan konseptual lainnya dari metode full costing ini adalah apabila ada
pengeluaran biaya yang disebabkan kapasitas menganggur atau ketidakefisienan. Biaya ini
harus dibebankan pada periode terjadinya bukan ditangguhkan ke periode yang akan datang
untuk diselaraskan dengan pendapatan pada saat itu.

Selain itu, dalam metode full costing, harga jual suatu perusahaan akan menjadi lebih
tinggi daripada menggunakan variable costing. Hal tersebut dikarenakan, metode full costing
menganggap konsumen rela membayar berapapun untuk membeli barang yang
diinginkannya.

1.4 Kelebihan dan Kelemahan Variable Costing


1.4.1. Kelebihan Variable Costing

Jika suatu perusahaan menggunakan metode variable costing, terdapat beberapa


keunggulan atau kelebihan dalam hal sebagai berikut.

a. Persediaan (Cost)
IAI (1984 : 24) menyebutkan “... harga pokok barang yang diproduksi meliputi
semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung, serta biaya produksi tidak
langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam
pengolahan”. Selanjutnya IAI (1984 : 13) juga menyebutkan pengakuan yang sedikit
fleksibel hanya terdapat pada industri ekstraktif bahwa, “ laporan keuangan harus
dinyatakan kembali secara retroaktif (berlaku surut) untuk perubahan berikut ini ...,
perubahan ke atau dari metode biaya penuh (full cost) dalam industri ekstraktif.” Jadi
pengakuan adanya laporan keuangan dalam bentuk selain full cost hanay ungkapan
tersirat (implisit), dan itupun hanya kekecualian (pada perusahaan ekstraktif).
Alasan lain adanya fleksibelitas karena industri ekstraktif dalam kegiatannya
cenderung menggunakan biaya merginal (variabel).
b. Kapasitas Menganggur (Idle Capacity)
Dalam majalah akuntansi (1989 : 5) edisi bulan September disebutkan bahwa
“kelemahan konsepsual lainnya dari metode full costing ini adalah masalah prosedur
alokasi BOPT dan jik terjadi biaya yang keluar karena tidak efisien atau adanya
kapasitas yang menganggur (idle capacity)”. Selanjutnya Hongren (1988 : 79)
menyebutkan bahwa:
... varian tidak dapat dimasukkan ke dalam persediaan (uninventoriable) dan
harus dianggap sebagai penyesuaian laba periode bersangkutan, bukan
diproratakan pada persediaan dan HPP. Dengan cara ini penilaian persediaan
akan lebih persentatif terhadap biaya yang diinginkan dan yang dapat
dicapai.
Tetapi jika terjadi varians yang cukup material maka harus dialokasikan secara
proposional ke barang selesai, barang dalam proses, dan harga pokok.
Memasukannya ke dalam barang dalam proses dan ke barang selesai mau tidak mau
akan menaikkan nilai persediaan, karena tidak efisien. Lain halnya kalau tidak
material, akan dikeluarkan seluruhnya menjadi beban tahun berjalan. Lebih jelas,
menahan kapasitas menganggur (ketidak efisienan) tidak mempunyai manfaat
ekonomis dan jasa potensial di masa yang akan datang.
c. Pelaporan Laba
Yang perlu digaris bawahi tentang kedua metode ini dikaitkan dengan pelaporan laba
yang dilaporkan berdasarkan metode full costing sangat dipengaruhi oleh perubahan
tingkat produksi. Berbeda dengan metode variable costing, laba yang dihitung sangat
dipengaruhi oleh tingkat penjualan. Besarnya tingkat penjualan adalah indikator yang
baik, untuk menilai kinerja manajer perusahaan, karena dunia bisnis sekarang sudah
benar-benar kompetitif. Dengan demikian wajarlah apabila para pemegang saham
dan kreditur menerima laporan laba yang didasarkan atas kemampuan manajer
“mempermainkan” tingkat produksi.

Selain itu, metode penentuan harga pokok berdasarkan variable costing mempunyai kegunaan
bagi intern dan ekstern sesuai dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Bagi pihak
intern, metode ini dapat dipakai sebagai penentuan harga jual, perencanaan laba dan
pembuatan keputusan.
a. Penentuan Harga Jual
Teori ekonomi mikro menyebutkan bahwa proses terjadinya harga adalah karena
adanya dua kekuatan yang saling dominan yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran. Dengan demikian perusahaan tidak mampu mengendalikan harga produk
yang dilempar ke pasar, karena keadaan pasar itu sendiri. Walaupun sampai pada
batas-batas tertentu perusahaan dapat mengontrol harga jualnya, tetapi kontrol itu
tidak menjadi sedemikian kuatnya sehingga harga pokok masih merupakan satu-
satunya faktor penentu penetapan harga jual. Dalam keadaan seperti ini variable
costing memberikan pedoman bagi manajemen sampai seberapa harga jual dapat
berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi.
b. Perencanaan Laba
Metode variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai contribution
margin, yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya variabel. Bila
cotntribution margin dapat dihitung dalam bentuk presentase dari hasil penjualan,
maka diperoleh contribution margin ratio atau marginal income ratio. Contribution
margin merupakan data penting untuk membentuk manajemen di dalam mengambil
keputusan apabila suatu produk lain harus dihentikan produksinya. Contribution
margin ratio dapat membantu manajemen di dalam mengambil keputusan produk
mana yang perlu di dorong dan produk mana yang dikurangi produksinya. Di
samping itu, dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel di dalam
metode variabel costing, maka hal ini memungkinkan untuk melakukan analisa
biaya, volume dan laba.
c. Pembuatan Keputusan
Manajemen sering dihadapkan pada masalah alternatif, dimana alternatif tersebut
mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan.
Bantuan Variabel Cost sangat tepat dalam hal usaha untuk memasuki pasar-pasar
baru, perluasan usaha, membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku
cadang tertentu, keputusan memproses lebih lanjut produk sebelum dijual atau
menjualnya setelah proses terdahulu, keputusan menghentikan suatu produk atau
meneruskannya. Untuk tujuan-tujuan ini elemen biaya variabellah yang merupakan
penganalisaan lebih lanjut sebelum keputusan diambil.
Atau dengan kata lain, unsur-unsur biaya yang relevan dengan tujuanlah yang
mendapat perhatian manajemen. Walaupun biaya relevan tidak selamanya
merupakan biaya variabel, namun dalam tujuan-tujuan seperti yang telah disebutkan
di atas, relevan merupakan biaya variabel.

1.4.2. Kelemahan Variable Costing

Setelah diuraikan kebaikan variable costing, berikut ini akan diuraikan kelemahan-
kelemahan variable costing.

1. Pemisahan biaya-biaya ke dalam variabel dan biaya tetap sebenarnya sulit


dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar
tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai biaya variabel apabila asumsi sebagai berikut
ini dipenuhi:
a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah.
b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah.
c. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi.

Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi 2 kelompok:

a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manjer
produksi, pemasaran, keuangan dan pembukuan.
b. Biaya tetap dalam jangka panjang tetap konstan misalnya beban depresiasi dan
sewa kantor yang dikontrak untuk jangka panjang.

Tetapi dalam jangka panjang semua biaya bersifat variabel.

1) Metode variable costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (di
Indonesia Prinsip Akuntansi), sehingga laporan keuangan untuk kepentngan
pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar full costing. Menurut
pendukung full costing adalah tidak wajar apabila BOP Tetap tidak
diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga penjualan. BOP Tetap
seperti halnya BOP Variabel diperlukan untuk menghasilkan produk oleh karena
harus dibebankan sebagai biaya produksi.
2) Tidak diperhitungkan BOP Tetap dalam harga pokok persediaan akan
mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengrangi modal
kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisa keuangan.
2. Metode Variable costing lebih cocok digunakan hanya untuk kepentingan pihak
intern perusahaan saja.
3. Kurang cocok digunakan di perusahaan yang kegiatan usahanya brsifat musiman,
karena akan menyajikan kerugian yang berlebihan pada satu periode dan laba yang
tidak normal pada periode lainnya.

1.5 Laporan Keuangan Full Costing dan Variable Costing


1.5.1. Full Costing

Perhitungan harga pokok prodksi pada metode full costing dilakukan dengan
membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri dari hal-hal berikut:

a. Hasil Penjualan
Jumlah uang yang berhasil didapatkan oleh perusahaan dari hasil penjualan produk
perusahaan.
b. Harga Pokok Produksi/Penjualan
Harga dasar per unit dari produksi/penjualan suatu barang.
c. Laba Kotor
Perusahaan mendapatkan laba kotor yang berasal dari keuntungan penjualan, namun
belum dikurangi dengan biaya/beban perusahaan. Di mana untuk mendapatkan laba
kotor, perusahaan bisa mendapatkannya dengan cara menghitung selisih antara hasil
penjualan dan harga pokok produksi/penjualan.
d. Laba Bersih
Laba yang didapatkan keuangan dengan cara menghitung selisih antara laba kotor
yang telah didapatakan sebelumnya dengan jumlah total dari biaya pemasaran suatu
variabel yang telah dikalikan dengan unit produk yang terjual, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap.
e. Biaya Pemasaran Variabel
Uang yang dikeluarkan untuk melakukan pemasaran dari variabel-variabel suatu
produk oleh perusahaan.
f. Biaya Pemasaran Tetap
Perusahaan mengeluarkan uang untuk memasarkan suatu produk dengan jumlah yang
tetap atau tidak berubah-ubah.
g. Biaya Administrasi dan Umum Variabel
Sejumlah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung proses produksi.
h. Biaya Administrasi dan Umum Tetap
Nominal uang untuk mendukung proses produksi perusahaan yang dikeluarkan oleh
perusahaan.

1.5.2. Variabel Costing

Perhitungan harga pokok produksi pada metode variabel costing dilakukan dengan
membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri dari hal-hal berikut ini:

a. Biaya Bahan Baku


Segala pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk membeli bahan baku suatu
produk.
b. Biaya Tenaga Kerja
Pengeluaran perusahaan untuk membayar gaji para karyawan perusahaan.
c. Biaya Overhead Pabrik Variabel
Kelebihan biaya tidak terduga yang terjadi dalam sebuah perusahaan yang tidak
diperhitungkan sebelumnya.
d. Biaya Pokok Produksi
Biaya produksi yang dibutuhkan untuk membuat barang yang dihitung per unit.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah Mundir, S.E., M.M. 2012. Full Costing vs Variable Costing. Online
(https://manajemenakuntansi.wordpress.com/2012/05/15/full-costing-vs-
variable-costing/#:~:text=Metode%20full%20costing%20adalah
%20metode,seluruh%20biaya%20produksi%20kepada
%20produk.&text=Sedangkan%20metode%20variable%20costing
%20adalah,membebankan%20biaya%20variable%20ke%20produk, diakses
19 Maret 2021)

Agni Haryanto. 2021. Full Costing dan Variable Costing – Pengertian, Perbedaan,
Kelemahan, dan Kelebihannya. Online (Full Costing dan Variable Costing -
Pengertian, Perbedaan, Kelemahan dan Kelebihannya jojoblog (jojonomic.com),
diakses 20 Maret 2021)

Erwin T. Simampow. Tentang Manfaat Variable Costing. Akuntansi. Februari 1989

Fitri Anggasari. 2017. Full Costing dan Variabel Costing, Apa Itu?. Online
(https://blog.zahiraccounting.com/full-costing-dan-variabel-costing-apa-itu/,
diakses 19 Maret 2021)

Heri Enjang Syahputra, S.E., M.Ak . Modul Akuntansi Manajemen. Medan: Online
(file:///C:/Users/ACER/Downloads/Modul_Akuntansi_Manajemen_Heri_Enja
ng.pdf, diakses 19 Maret 2021)

Hongren, Charles T, Forester, George. 1988. Akuntansi Biaya I. Terjemahan Marianus


Sinaga. Jakarta: Erlangga

Machvoedz, Mas’ud. 1988. Akuntansi Manajemen. BPFE EGM Yogyakarta

Madani. Pelaporan Ekstern Dengan Metode Variable Costing. Akuntansi. September 1989
Mulyadi. Akuntansi Manajemen Bab 1-10. Online
(file:///C:/Users/ACER/Downloads/akuntansi-manajemen-mulyadi-bab-1-
10_compress%20(1).pdf, diakses 19 Maret 2021)

Soemarso SR, Drs., Ak., Peranan Harga Pokok Dalam Penentuan Harga Jual. GSD. 1982

Anda mungkin juga menyukai