Anda di halaman 1dari 72

PENENTUAN

HARGA POKOK PROSES


(Process costing)
Ciri-Ciri Perusahaan Yang Menggunakan Perhitungan
HP Proses (Process Costing)
• Produk yang dihasilkan bersifat homogen atau standar
(standardized products) dengan mengkonsumsi biaya setiap
produk relatif sama.

• Contoh perusahaan pabrik: PT Semen Padang, perusahaan


yang menghasilkan air meneral, seperti Aqua, ELBI, dan Asia
Bagus, perusahaan yang menghasilkan perabotan, seperti
Olympic, dan Ligna, dan perusahaan yang menghasilkan
telepon selular, seperti Nokia, Motorola, dan Sonny Ericsson

• Contoh perusahaan jasa: jasa kamar hotel, dan jasa


penerbangan.
Ciri-Ciri Perhitungan HP Proses
• Harga pokok produk dihitung pada akhir
periode akuntansi
• Biaya produksi (BB, BTK, BOP) dibebankan ke
produk menggunakan actual costing (BBBL,
BTKL, dan BOP dibebankan berdasarkan biaya
sesungguhnya).
• Biaya produksi dikumpulkan dengan
menggunakan media yang disebut “laporan
harga pokok produksi (cost of production
report).
• Harga pokok produknya dihitung untuk setiap
proses
• Bila produk diolah melalui satu
departemen, maka perhitungan harga
pokok per unit dihitung dengan formula
sebagai berikut:
Biaya produksi
selama periode
Harga pokok per unit = ----------------------
Unit Selesai
(Unit Setara)
• Jika produk diolah melalui beberapa
departemen produksi, maka harga pokok
produk dihitung untuk setiap departemen
produksi dengan formula sebagai berikut:
Biaya Produksi
Dept. Produksi
Selama Periode
Harga Pokok Per Unit = ---------------------------
Unit Setara
Dept. Produksi
BBB/BTK/BOP

Raw Mill Kiln Cement Mill Packing

HP Per HP Per HP Per HP Per


Unit Raw Unit Unit Unit
Mix Klinker Semen Semen
Curah Kantong

Gambar 7-1 Proses produksi pada PT Semen


Padang dan Perhitungan Harga Pokok Per Unit
Beda job order vs process costing
Job order costing Process costing
Produk Customized / Standardized/homog
Heterogen en
contoh Perabot, kantor Semen, spidol,
akuntan, tukang olimpic, konveksi, cost
jahit, cost of guest of room (hotel)
(hotel)
Pembebanan Normal costing Actual costing
biaya produksi
Pehit. HP Untuk setiap job Untuk setiap proses
Kapan dihitung Setelah job selesai Pada akhir periode
HP
Media Kartu HP Pesanan Laporan HP Produksi
(job order cost sheet) (cost of production report)
Laporan harga pokok produksi
Ada 3 bagian:
1. Data produksi (quantity schedule)
– Berisikan informasi mengenai kuantitas
– Unit BDP awal + unit masuk proses periode ini =
unit selesai + unit BDP akhir
• Unit selesai = unit BDP awal + unit masuk proses
periode ini – Unit BDP akhir
2. Biaya Dibebankan (Cost to Account For)
=> berisikan informasi tentang harga pokok
per unit untuk masing-masing komponen
biaya produksi (BBB, BTK, & BOP)
=> menghitung harga pokok per unit
tergantung pada metode penilaian
persediaan: Metode HP Rata-Rata atau FIFO
• Metode HP Rata-Rata
HP per unit = [HP BDP awal (biaya periode lalu) +
Biaya periode ini] / unit setara

Unit setara (equivalent unit): konversi BDP ke produk


selesai.
BDP akhir 400 unit dengan tingkat penyelesaian 50%.
Berapa unit setara? 50% x 400 unit = 200 unit.
Artinya: 400 unit BDP = 200 unit produk selesai

Formula dengan metode HP rata-rata:


Unit setara = unit selesai + (unit BDP akhir x tingkat
penyelesaian)
Metode FIFO
HP per unit: Biaya periode ini / Unit Setara
Unit setara: [(unit BDP awal x tambahan tingkat
penyelesaian diperlukan) + unit selesai dari unit
masuk proses periode ini + (unit BDP akhir x
tingkat penyelesaian)
Atau
Unit selesai + (unit BDP akhir X TP)- (unit PDP
awal X TP)
3. Biaya Diperhitungkan (Cost Accounted For)
=> berisikan informasi mengenai alokasi total
biaya dibebankan ke produk selesai dan BDP
akhir
=> bagaimana mengalokasikan tegantung pada
metodenya: HP rata-rata atau FIFO
Prosedur Perhitungan HP Proses
1. mengumpulkan data produksi untuk periode
tertentu

Persediaan BDP awal xxx


Produk masuk proses periode ini xxx
Total unit yang diproses xxx
Persediaan BDP akhir (xxx)
Produk selesai xxx
2. Menghitung unit setara (equivalent
units)
3. Mengumpulkan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik selama periode tertentu.
4. Menghitung harga pokok per unit untuk
setiap unsur biaya produksi
5. Menghitung harga pokok produk selesai
yang dipindahkan ke gudang atau ke
departemen berikutnya dan harga pokok
produk yang belum selesai pada akhir
periode (persediaan BDP akhir).
Perlakuan Persediaan BDP Awal

Dua metode yang umum digunakan untuk


memperlakukan persediaan BDP awal:
– metode harga pokok rata-rata (average cost
method),
– metode masuk pertama, keluar pertama /
MPKP (first in, first out / FIFO) ). Kedua
metode ini dijelaskan berikut ini.
Metode Harga Pokok Rata-Rata

1. Produk selesai dan barang dalam


proses akhir tidak dibedakan apakah
berasal dari BDP awal atau produk
masuk proses periode ini.
2. Total biaya untuk setiap elemen biaya
produksi dihitung dengan
menambahkan masing-masing elemen
biaya BDP awal (biaya produksi yang
terjadi periode lalu) dengan biaya
produksi yang terjadi periode ini.
Metode Masuk Pertama, dan Keluar
Pertama
1. Persediaan barang dalam proses awal
diasumsikan diproses lebih dahulu dan
setelah selesai, baru dilakukan pemrosesan
terhadap produk masuk proses periode ini.
2. Biaya produksi (harga pokok) BDP awal
dipisahkan dari biaya produksi yang terjadi
pada periode ini.
Gambar 7-3 Arus Produksi Dengan Metode
MPKP
Berasal dari
BDP awal 40.000 liter BDP Awal

10.000 liter selesai 10.000 Liter

Proses Berasal dari

60.A000 Unit masuk


proses
liter periode ini
30.000 liter
50.000 liter 20.000 unit
masuk BDP akhir
proses
Laporan HP Produksi
Data Produksi (Quantity Schedule)
Persediaan BDP awal (persentase penyelesaian)……10.000
Produk masuk proses periode ini…………… 50.000
Total produk yang diproses………………… 60.000
Produk selesai dan ditransfer ke gudang 40.000
Persediaan BDP akhir (persentase penyelesaian)..… 20.000
Total produk yang diproses………………… 60.000
Biaya Dibebankan (Cost To Account For)
• Bila perusahaan menggunakan metode harga pokok
rata-rata (average cost method), penyajian elemen
biaya produksinya adalah sebagai sebagai berikut:

HP Biaya Produksi Total Biaya


BDP Awal Periode Ini Produksi
BBB Rp xxx Rp xxx Rp xxx
BTK xxx xxx xxx
BOP xxx xxx xxx
Total Rp xxx Rp xxx Rp xxx
• Bila perusahaan menggunakan metode MPKP,
penyajian elemen biaya produksinya adalah
sebagai berikut:

Total Biaya Produksi


Harga pokok BDP Awal Rp xxx
Biaya periode ini:
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx
Total Rp xxx
Unit Setara (Equivalent Units).
• Unit setara adalah perkiraan unit selesai
dengan menggunakan biaya yang telah terjadi.
Contoh 2
PT Malenggang Alam memiliki persediaan BDP
awal 10.000 liter (BB 100%, BTK 50%, dan BOP
40%), produk masuk proses 50.000 liter, produk
selesai 40.000 liter, dan persediaan BDP akhir
20.000 liter (BB 100%, BTK 60%, dan BOP 30%).
Berapa unit setara untuk masing-masing
elemen biaya produksi dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata?
Rumus unit setara dengan metode rata-rata:
Unit Setara = Produk Selesai + (Persediaan
BDP Akhir x Tingkat Penyelesaian)

BBB: 40.000 + 20.000 (100%) = 60.000 liter


BTK: 40.000 + 20.000 (60%) = 52.000 liter
BOP: 40.000 + 20.000 (30%) = 46.000 liter
Rumus Unit Setara dengan Metode FIFO:
Unit Setara = Persediaan BDP Awal x Tambahan
Tingkat Penyelesaian Yang Diperlukan +
Produk Selesai Dari Proses Periode Ini +
Persediaan BDP Akhir x Tingkat Penyelesaian.

Unit setera untuk masing-masing elemen biaya produksi


dengan metode MPKP adalah sebagai berikut:
BBB: 10.000 (0%) + 30.000 + 20.000 (100%) = 50.000 lt
BTK: 10.000 (50%) + 30.000 + 20.000 (60%) = 47.000 lt
BOP: 10.000 (60%) + 30.000 + 20.000 (30%) = 42.000 lt
• Harga Pokok Produk Per Unit = Total biaya /
unit setara
Harga pokok produk per unit dengan metode
harga pokok rata-rata adalah sebagai berikut:
BBB: Rp 18.000.000 / 60.000 liter = Rp 300
BTK: Rp 5.200.000 / 52.000 liter = 100
BOP: Rp 9.200.000/ 46.000 liter = 200
Total harga pokok per liter =Rp 600
• Harga pokok produk per unit dengan metode
MPKP hanya dihitung untuk biaya produksi
yang terjadi pada period ini. Biaya produksi
yang terjadi pada periode lalu untuk
persediaan barang dalam proses awal tetap
menjadi miliki periode lalu. Harga pokok per
uni dihitung sebagai berikut:
BBB: Rp 15.000.000 / 50.000 liter = Rp 300
BTK: Rp 4.000.000 / 47.000 liter = 85,11
BOP: Rp 6.000.000 / 42.000 liter = 142,86
Total harga pokok per liter Rp 527,97
Biaya Diperhitungkan (Costs Accounted For)
• Bila perusahaan menggunakan metode harga pokok rata-rata,
maka perhitungan harga pokoknya adalah sebagai berikut:
– Harga Pokok Produk Selesai:
40.000 liter x Rp 600 Rp 24.000.000
– Harga pokok BDP akhir (20.000 liter):
BBB: 20.000 (100%) x Rp 300 Rp 6.000.000
BTK: 20.000 (60%) x Rp 100 1.200.000
BOP: 20.000 (30%) x Rp 200 1.200.000
Total harga pokok BDP Akhir 8.400.000
Total biaya yang diperhitungkan Rp 32.400.000
• Bila perusahaan menggunakan metode MPKP, maka
perhitungan harga pokoknya adalah sebagai berikut:
– Harga pokok produk selesai dari BDP awal (10.000 liter):
Biaya periode lalu Rp 7.400.000
Tambahan biaya:
BTK: 10.000 (50%) x Rp 85,11 425.550
BOP: 10.000 (60%) x Rp 142,86 857.160
Jumlah Rp 8.682.710
– Harga Pokok Produk Selesai periode ini:
30.000 liter x Rp 527,97 15.838.810*)
Total harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke gudang: 40.000 liter Rp 24.521.520
• Harga pokok BDP akhir (20.000 liter):
BBB: 20.000 (100%) x Rp 300 Rp 6.000.000
BTK: 20.000 (60%) x Rp 85,11 1.021.320
BOP: 20.000 (30%) x Rp 142,86 857.160
Total harga pokok BDP Akhir 7.878.480
Total biaya yang diperhitungkan Rp 32.400.000
*) pembulatan ke bawah Rp 290.
Gambar 7 - 4
PT Malenggang Alam
Laporan HP Produksi – Metode HP Rata-Rata
Januari 200x

Data Produksi:
BDP Awal (BBB100%, BTK 50%, BOP 40%) 10.000 liter
Produk masuk proses 50.000 liter 60.000 liter

Produk selesai dan ditransfer ke gudang 40.000 liter


BDP akhir (BBB100%, BTK 60%, BOP 30%) 20.000 liter 60.000 liter

Biaya Dibebankan:
B. BDP AWal B. Bulan ini Total EU Biaya/liter
BBB Rp 3.000.000 Rp 15.000.000 Rp 18.000.000 60.000 Rp 300
BTK 1.200.000 4.000.000 5.200.000 52.000 100
BOP 3.200.000 6.000.000 9.200.000 46.000 200
Total Rp 7.400.000 Rp25.000,000 Rp 32.400.000 Rp 600
Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok produk selesai
yang ditransfer ke gudang 40.000 liter x Rp 600 Rp 24.000.000
Harga pokok BDP akhir (20.000 liter)
- BBB 20.000 (100%) x Rp 300 Rp 6.000.000
- BTK 20.000 (60%) x Rp 100 1.200.000
- BOP 20.000 (30%) x Rp 200 “ 1.200,000
“ 8.400.000
Total biaya diperhitungkan Rp 32.400.000
=========
Gambar 7-5
PT Malenggang Alam
Laporan HP Produksi – Metode FIFO
Januari 200x

Data Produksi:
BDP Awal (BBB 100%, BTK 50%, BOP 40%) 10.000 liter
Unit masuk proses 50.000 liter 60.000 liter

Produk selesai dan ditransfer ke gudang 40.000 liter


BDP akhir (BBB100%, BTK 60%,BOP 30%) 20,000 liter 60.000 liter

Biaya Dibebankan:
Total Unit Setara Biaya/liter
BDP Awal Rp 7.400.000
Biaya periode ini:
BBB 15.000.000 50.000 liter Rp 300
BTK 4.000.000 47.000 liter 85,11
BOP 6.000,000 42.000 liter 142,86
Total Rp 32.400.000 Rp 527,97
Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok BDP Awal:
- Biaya bulan lalu Rp 7.400.000
- Tambahan biaya:
BTK 10.000 (50%) x Rp 85,11 725.550
BOP 10.000 (60%) x Rp 142,86 857.160
Total harga pokok BDP Awal Rp 8.682.710
Harga pokok unit selesai dari periode berjalan:
30.000 x Rp 527,97 15.838.810*)
Harga pokok unit selesai yg ditransfer ke gudang:
40.000 liter @ Rp 613,04 **) Rp 24.521.520
Harga pokok BDP akhir (20.000 liter)
- BBB 20.000 (100%) x Rp 300 Rp 6.000.000
- BTK 20.000 (60%) x Rp 85,11 1.021.320
- BOP 20.000 (30%) x Rp 142,86 “ 857.160
“ 7.878.480
Total biaya diperhitungkan Rp 32.400.000
============
*) Dibulatkan ke bawah Rp 290
**) Rp 24.521.520 / 40.000 liter = Rp 178,71
Ayat Jurnal
• Mencatat biaya produksi
Persediaan BB 15.000.000
B. Gaji dan Upah 4.000.000
BOP 6.000.000
Hutang dagang 15.000.000
Hutang Gaji dan Upah 4.000.000
Berbagai rek. Dikredit 6.000.000

• Mencatat pembebanan biaya produksi ke produk


Persediaan BDP 25.000.000
Persediaan BB 15.000.000
B. Gaji dan Upah 4.000.000
BOP 6.000.000
• Mencatat produk selesai dan ditransfer ke gudang (misalkan
menggunakan metode HP rata-rata)
Persediaan Barang Jadi 24.000.000
Persediaan BDP 24.000.000
SOAL
PT X memiliki BDP awal dengan tingkat penyelesaian BB 90%, dan BK
60% sebanyak 400 unit, dan persediaan BDP akhir dengan
tingkat penyelesaian BB 80%, BTK 60%, dan BOP 40% sebanyak
500 unit. Produk selesai yang ditransfer ke gudang 4.500 unit.
BDP awal telah menyerap biaya BB Rp 300.000, BTK Rp 500.000,
dan BOP Rp 200.000. Biaya produksi bulan ini sbb: BBB Rp
2.000.000, BTK Rp 1.500.000, dan BOP Rp 500.000.
Diminta:
a. Susun laporan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata dan FIFO
b. Berapa harga jual per unit jika laba diinginkan 40% dari harga
pokoknya dengan metode rata-rata dan FIFO
c. Buat jurnal yang diperlukan
Produk Hilang (Lost Units)
• Produk hilang adalah produk yang
menguap, mengkristal, dan menyusut
dalam proses produksi karena sifat
bahannya (terjadinya bersifat normal),
seperti gas, garam, dan gula.
• Produk hilang dapat terjadi pada awal
proses (beginning of process), pada saat
diproses (midpoint of the process), atau
pada akhir proses (end of process).
Produk Hilang Awal Proses
• Produk hilang belum menyerap biaya
produksi.
• Produk hilang tidak perlu dihitung harga
pokoknya.
• Bila produk hilang terjadi pada
departemen berikutnya, maka harga
pokok per unit dari departemen
sebelumnya perlu disesuaikan (HP per
unit menjadi lebih tinggi karena unit yang
dihasilkan berkurang).
• produk hilang tidak diperhitungkan
dalam formula unit setara.
Unit Hilang Akhir Proses
• Produk hilang telah menyerap biaya produksi
• Produk hilang perlu dihitung harga pokoknya
• HP produk hilang dibebankan ke HP PS
• Produk hilang diperhitungkan dalam formula unit
setara.

Metode HP Rata-Rata:
Unit Setara: Produk Selesai + Produk Hilang Akhir +
(BDP Akhir xTingkat Penyelesaian)
Metode MPKP:
Unit Setara: (BDP Awal xTambahan tingkat
penyelesaian diperlukan) + Produk Selesai
Proses Periode Ini + Produk Hilang akhir + (BDP
Akhir xTingkat Penyelesaian)
Produk Cacat (Defective Units)
• Produk cacat adalah produk yang tidak
memenuhi spesifikasi atau standar
kualitas dan masih dapat diperbaiki
secara ekonomis.
• Perlakuan biaya pebaikan produk cacat
dipengaruhi oleh penyebab produk cacat
itu sendiri, apakah produk cacat terjadi
secara normal atau tidak normal
(abnormal).
Perlakuan Biaya Perbaikan Produk Cacat
(Rework Costs)
1. Jika produk cacat terjadinya bersifat normal
(sulitnya pengerjaan), maka biaya perbaikan produk
cacat akan menambah biaya produksi.
– Misalnya, biaya produksi untuk 100 unit produk sebesar
Rp 1.000.000. Produk cacat sebanyak 10 unit. Biaya
perbaikan produk cacat Rp 50.000.

Total biaya produksi setelah perbaikan produk cacat


adalah Rp 1.050.000 (Rp 1.000.000 + Rp 50.000), atau
sebesar Rp 10.500 per unit (Rp 1.050.000 / 100 unit) atau
naik sebesar Rp 500 per unit (Rp 10.500 – Rp 10.000).
Produk cacat yang sudah diperbaiki, menjadi produk baik.
Ayat jurnal untuk mencatat biaya perbaikan
produk cacat sbb.:
Persediaan BDP 50.000
Persediaan Bahan Baku xxx
Biaya Gaji dan Upah xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx

2. Jika produk cacat terjadi tidak bersifat


normal/abnormal, karena keteledoran, maka
biaya perbaikan produk cacat diperlakukan
sebaga Rugi Produk Cacat (Loss on Defective
Units) dilaporkan pada lap. Laba rugi pada
bagian beban lain-lain.
Ayat jurnal mencatat perbaikan produk cacat
tidak normal:
Rugi Produk Cacat 50.000
Persediaan Bahan Baku xxx
Biaya Gaji dan Upah xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx

PRODUK CACAT YANG SUDAH DIPERBAIKI, MENJADI


PRODUK YANG BAIK YANG AKAN DITRANSFER KE
DEPT. BERIKUTNYA ATAU KE GUDANG BARANG JADI
Produk Rusak (Spoiled Units)
• Produk rusak adalah produk yang tidak
memenuhi spesifikasi atau standar kualitas,
dan secara ekonomis tidak mungkin
diperbaiki.
• Harga pokok produk rusak perlu dihitung
karena sudah menyerap biaya produksi.
• Metode Rata-rata:
– Unit Setara: Prduk Selesai + Produk Rusak + BDP
Akhir (%-tase Penyelesaian)
• Metode MPKP:
– Unit Setara: BDP Awal (%-tase Penyelesaian
Diperlukan) + Produk Selesai Periode Ini + Produk
Rusak + BDP Akhir (%-tase Penyelesaian)
Perlakuan Harga Pokok Produk Rusak
1. Jika produk rusak terjadinya bersifat normal, yaitu karena
sulitnya pengerjaan produk, maka harga pokok produk rusak
menambah harga pokok produk yang baik.
HP produk selesai yang baik:
100 unit x Rp 100.000 Rp 10.000.000
HP produk selesai yang rusak:
10 unit x Rp 100.000 “ 1.000.000
Total HP produk selesai yang baik Rp 11.000.000

HP per unit: Rp 11.000.000 / 100 unit = Rp 110.000 atau naik


sebesar Rp 10.000 (Rp 110.000 – Rp 100.000).
• Ayat jurnal untuk mencatat produk selesai
adalah sebagai berikut:
Persediaan Barang Jadi 11.000.000
Persediaan BDP 11.000.000
• Jika produk rusak normal laku dijual, maka
pendapatan penjualannya diperlakukan sebagai
pengurang harga pokok persediaan barang jadi.
Misalnya, produk rusak laku dijual dengan
harga sebesar Rp 250.000. Ayat jurnal untuk
mencatat penjualan produk rusak adalah
sebagai berikut:
Kas / Piutang Dagang 250.000
Persediaan Produk Jadi 250.000
2. Jika produk rusak terjadinya bersifat tidak
normal, yaitu karena kelalaian pekerja, maka
harga pokok produk rusak diperlakukan
sebagai Rugi Produk Rusak (Loss on Spoiled
Units) dan langsung disajikan pada laporan
laba rugi di bagian biaya lain-lain (other
expenses).
– Ayat jurnal untuk mencatat produk selesai adalah
sebagai berikut:
Persediaan Barang Jadi 10.000.000
Persediaan BDP 10.000.000
• Ayat jurnal untuk mencatat produk rusak
adalah sebagai berikut:
Rugi Produk Rusak 1.000.000
Persediaan BDP 1.000.000

• Ayat jurnal untuk mencatat penjualan


produk rusak sebesar Rp 250.000 adalah
sebagai berikut:
Kas / Piutang Dagang 250.000
Rugi Produk Rusak 250.000
PH Awal PH akhir PC PR
1. HP PH tidak 1. HP PH 1. PC normal, 1.HP PR dihitung.
Biaya
dihitung. dihitung. Perbaikan 2.PR normal, HP PR
2. PH awal pada 2. PH akhir menambah menambah HP PS.
biaya Produksi.
dept. proses 2. PC tidak 3.PR tidak normal,
berikutnya masuk normal, Biaya HP PR
mengakibatkan dalam perbaikan
diperlakukan sbg
diperlakkan
penyesuaian formula sebagai rugi Rugi PR.
HP per unit dari unit setara PC.
4.Penjualan PR
Dept. 3. HP PH
3. PC yang sudah
mengurangi HP PS
diperbaiki,
sebelumnya menambah menjadi produk (normal) atau
HP PS yang baik yang
mengurangi rugi
ditransfer ke
dept berikutnya PR (tidak normal).
atau ke gudang
5.PR masuk dalam
formula unit setara.

IKHTISAR PERLAKUKAN PH, PC, DAN PR


PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU
DEPARTEMEN
BBB Dept. Dept. Dept. Gudang Dijual
BTK Raw Kiln Cement Barang
Mill Mill Jadi
BOP

Persd. BDP Dept.


Persd. BDP Dept. Persd. BDP Cement Mill
Raw Mill Dept.Kiln Persd. BJ HPP

BBB HP XXX HP XXX HP XXX XXX XXX


ditransf ditransf ditransf
BTK BBB BBB
er er er
BOP BTK BTK
BOP BOP

Gambar 7-6 Arus Proses Produksi dan Arus Biaya Produksi


ILustrasi – Dua Departemen
Data yang diperoleh dari PT Semen Padang untuk Januari 200x sbb.
Dept. Kiln Dept. Cement Mill.
BDP awal (100%BB, 40%BK) 2,000 unit 1,000 unit (100%BB, 50%BK)
BDP akhir (100%BB, 60%BK) 1,500 unit 500 unit (100%BB, 30%BK)
Unit masuk proses 5,000 unit -
Unit hilang (akhir proses) 100 unit 200 unit (awal proses)
Produk cacat (normal) 400 unit -
Produk rusak (normal) 300 unit 100 unit (abnormal)
Dept. Kiln Dept. Cement Mill
Harga pokok BDP awal:
HP dari dept. Kiln Rp 200.000.000
BBB Rp 100.000.000 Rp 150.000.000
BK Rp 200.000.000 Rp 50.000.000
Biaya produksi periode ini:
BBB Rp 700.000.000 Rp 1.000.000.000
BK Rp 800.000.000 Rp 600.000.000
Biaya perbaikan kembali produk cacat:
BBB Rp 75.000.000
BK Rp 12.000.000
Diminta:
a. Susun laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen tersebut
dengan menggunakan metode FIFO.
b. Jurnal yang diperlukan
Gambar 7-7
PT Semen Padang
Laporan Harga Pokok Produksi – Metode FIFO
Departemen Kiln
Januari 200x (dalam Rp 000)
Data Produksi:
BDP awal (100% BB, 40%BK) 2,000
Unit masuk proses 5,000 7,000

Unit selesai (baik) 4,7001)


Unit selesai (cacat normal) 400
Unit selesai dan ditransfer to Cement Mill 5,100
Unit hilang (akhir proses) 100
Unit rusak (normal) 300
BDP akhir (100% BB, 60%BK) 1,500 7,000

Biaya Dibebankan:
Total EU Biaya/unit
BDP awal Rp 300,000
BBB “ 775,000 2,000(0%)+3,100+100+300+1,500(100%) = 5,000 Rp 155
BK 812,000 2,000(60%)+3,100+100+300+1,500(60%) = 5,600 145
Total Rp 1,887,000 Rp 300
Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok BDP awal:
- Biaya terjadi pada bulan lalu Rp 300,000
- Tambahan biaya: BK 2,000 (60%) x Rp145 174.000
Total harga pokok BDP awal Rp 474.000
Harga pokok produk selesai periode ini:
3,100 x Rp 300 930,000
Harga pokok produk hilang (akhir): 100 x 300 30.000
Harga pokok produk rusak (normal): 300 x 300 90.000
Harga pokok produk selesai dan ditransfer ke
Cement Mill: 5,100 units @ Rp 298,822) Rp 1.524.000
Harga pokok BDP akhir (1,500 unit)
- BBB 1,500 (100%) x Rp 155 Rp 232,500
- BK 1,500 (60%) x Rp 145 “ 130.500
“ 363.000
Total harga pokok diperhitungkan Rp 1.887.000
============
1) 7.000 – 2.300 = 4.700 unit
2) 1.524.000.000 / 5.100 = Rp 298.823,53
Gambar 7-8
PT Semen Padang
Laporan Harga Pokok Produksi – Metode FIFO
Departemen Cement Mill
Januari 200x (dalam Rp 000)
Data Produksi:
BDP awal (100% BB, 50BK) 1,000
Unit yang diterima dari Kiln 5,100 6,100

Unit selesai dan ditransfer ke gudang 5,3001)


Unit hilang (awal proses) 200
Unit rusak (abnormal) 100
BDP akhir (100% BB, 30%BK) 500 ,6,100
Biaya Dibebankan:
Total Equivalent Unit Biaya/unit
BDP awal Rp 400,000
HP dari Kiln “ 1.524.000 5,100 Rp 298,82
Unit hilang: - (200)
HP disesuai.t :1,524.000 4,900 311,02
BBB “ 1,000,000 1,000(0%)+4,300+100+500(100%) = 4,900 “ 204.08
BK “ 600,000 1,000(50%)+4,300+100+,500(30%) = 5,050 118.81
Total Rp 3,524.000 Rp 633,91
Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok BDP awal:
- Harga pokok dari bulan lalu Rp 400,000
- Tambahan biaya: BK 1,000 (50%) x 118.81 59,405,9
Total harga pokok produk selesai dari BDP awal Rp 459.405,9
Harga pokok produk selesai dari periode ini:
4,300 x Rp 633,91 2,725.829,8
Harga pokok produk selesai dan ditransfer ke gudang:
5,300 units @ Rp 600,99 3) Rp 3.185.235,82)
Harga pokok produk rusak (abnormal): 100 x 633.91 63.391,4
Harga pokok BDP akhir (500 unit)
- HP dari Kiln 500 x 311,02 Rp 155.510,2
- BBB 500 (100%) x Rp 204.08 “ 102,040,8
- BK 500 (30%) x Rp 118.81 “ 17,821.7
“ 275.372,8
Total harga pokok diperhitungkan Rp 3.524.000
=========
1) 6.100 – 800 = 5.300 unit
2) Rounded up Rp 0,1
3) 3.185.235.796 / 5.300 = Rp 600.987,89
Ayat Jurnal
• Mencatat pembebanan biaya produksi pada
departemen Kiln
Persediaan BDP – Dept. Kiln 1.500.000.000
Persediaan BB 700.000.000
Biaya konversi 800.000.000

• Mencatat biaya perbaikan kembali produk cacat


Persediaan BDP – Dept. Kiln 87.000.000
Persediaan BB 75.000.000
Biaya konversi (BK) 12.000.000
• Mencatat produk selesai di Kiln dan ditransfer ke Cement Mill.
Persediaan BDP –
Dept. Cement Mill 1.524.000.000
Persediaan BDP – Dept. Kiln 1.524.000.000

• Mencatat pembebanan biaya produksi di Cement Mill


Persediaan BDP – Dept. Cement Mill 1,600,000.000
Persediaan BB 1,000,000.000
Biaya Konversi 600,000.000
• Mencatat produk selesai di Cement Mill dan
ditransfer ke gudang
Persediaan barang jadi 3.185.235.796
Persediaan BDP – Dept. Cement Mill 3.185.235.796
• Mencatat produk rusak di dept. Cement Mill
Rugi produk rusak 63.391.392
Persediaan BDP – Dept. Cement Mill 3.391.392
Tambahan BB pada Departemen Berikutnya

• Tambahan bahan baku pada departemen


berikutnya dapat menimbulkan dua
kemungkinan:
1. Tambahan bahan baku pada departemen
berikutnya tidak menambah jumlah unit produk
yang dihasilkan. Misalnya, penambahan roda
pada kursi. Harga pokok kursi akan menjadi lebih
tinggi.
2. Tambahan bahan baku pada
departemen berikutnya menambah
jumlah unit produk yang dihasilkan.
Misalnya, penambahan thinner pada
cat akan menambah jumlah unit yang
dihasilkan.
a. Harga pokok per unit dari departemen
sebelumnya perlu disesuaikan.
b. Harga pokok per unit dari departemen
sebelumnya akan menjadi lebih rendah,
karena total harga pokok yang sama dari
departemen sebelumnya dibagi dengan
jumlah unit yang lebih banyak.
c. Oleh karena pada departemen berikutnya
ditambah bahan baku, maka biaya
produksi pada departemen berikutnya
akan menjadi lebih tinggi.

• Berdasarkan ilustrasi PT Semen Padang


dii atas, misalkan tambahan baku
(Gypsum) di Cement Mill menambah
unit yang dihasilkan sebanyak 500 unit.
Pengaruh tambahan unit pada Cement
Mill sbb. :
Gambar 7-9
PT Semen Padang
Laporan harga pokok produksi –Metode FIFO Departemen
Cement Mill
Januari 200x (dalam Rp 000)
==========================================
Data Produksi
BDP awal (100% BB, 50%BK) 1,000
Tambahan unit karena tambahan BB 500
Unit diterima dari Kiln 5,100 6,600

Unit selesai dan ditransfer ke gudang 5,8001)


Unit hilang (awal proses) 200
Unit rusak (abnormal) 100
BDP akhir (100% BB, 30%BK) 500 ,6,600
Biaya Dibebankan :
Total Equivalent Unit biaya/unit
BDP awal Rp 400,000
HP dari Kiln “ 1.524.000 5,100 Rp 298,82
Unit hilang: - (200)
Tambahan unit: - 500
B. disesuaikan:Rp 1.524.000 5,400 282,22
BBB “ 1,000,000 1,000(0%)+4,800+100+500(100%) = 5,400 “ 185.19
BK “ 600,000 1,000(50%)+4,800+100+,500(30%) = 5,550 108.11
Total Rp 3.524.000 Rp 575.52
Biaya Diperhitungkan:
Harga pokok BDP awal
- Biaya dari bulan lalu Rp 400,000
- Tamb. biaya: BK 1,000 (50%) x 108.11 54,054
Total HP produk selesai dari BDP awal Rp 454.054
Harga pokok produk selesai dari periode ini:
4,800 x Rp 575,52 2.762.474,5
Harga pokok produk selesai dan
ditransfer ke gudang 5,800 units @ Rp 554,573) Rp 3.216.528,52)
Harga pokok produk rusak: 100 x 575,52 57.551,6
Harga pokok BDP akhir (500 unit)
- Harga pokok dari Kiln
500 x 282,2 Rp 141.111,1
- BBB 500 (100%) x Rp 185.19 92,592,6
- BK 500 (30%) x Rp 108.11 16,216.2
“ 249.919,9
Total harga pokok diperhitungkan Rp 3.524.000
=========
1) 6.600 – 800 = 5.800 unit
2) Dibulatkan ke bawah Rp 0.25
3) 3.216.528.526 / 5.800 = Rp 554.573,89
Dampak Flexible Manufacturing System (FMS)
dan Just In Time (JIT) Pada Penentuan HP Proses
• Dampak FMS Pada Penentuan Harga Pokok
Proses
– Penerapan FMS mengakibatkan pergeseran dari
perhitungan harga pokok pesanan ke
perhitungan harga pokok proses.
• Dampak JIT Pada Perhitungan Harga Pokok
Proses
a. Berkurangnya pencatatan persediaan
b. Tidak perlunya perhitungan unit setara
Dampak Penerapan Konsep Pengendalian
Kualitas dan Program Cacat Nihil (Zero Defect)
pada Produk Rusak Normal dan Tidak Normal

• Akuntansi untuk produk rusak normal dan


tidak normal akan berubah sehubungan
dengan suksesnya perusahaan dalam
menerapkan konsep pengendalian kualitas
dan program cacat nihil (robust quality)
Soal Latihan
Dept. A Dept. B
BDP awal (BB 100%, BTK 60%, BOP 40% 1.000 unit
(BB 100%, BK 60%) 500 unit
Produk masuk proses bulan ini 9.000
Tambahan unit karena tambahan BB 2.000
Produk cacat 400 (normal) 500 (tidak normal)
Produk hilang 100 (akhir) 500 (awal)
Produk rusak 200 (normal) 300 (tidak normal)
BDP akhir (BB 100%, BK 60%) 1.500
(BB 100%, BK 40%) 1.000
HP BDP awal (biaya bulan lalu) Rp 1.000.000 Rp 800.000
Biaya periode ini (termasuk biaya perbaikan produk cacat):
BBB Rp 5.000.000Rp 6.000.000
BTK 3.000.000 4.000.000
BOP 2.000.000 5.000.000
Dept.A Dept. B
Biaya perbaikan produk cacat:
BTK 300.000 600.000
BOP 200.000 400.000
Diminta:
a. Susun laporan harga pokok produksi untuk setiap departemen dengan
metode FIFO/MPKP
b. Hitung harga jual per unit jika laba diinginkan 30% dari harga pokok
c. Buat ayat jurnal
d. Misalkan rincian harga pokok BDP awal sbb.:
Dept. A Dept. B
HP dari Dept. A 300.000
BBB 400.000 200.000
BTK 500.000 150.000
BOP 100.000 150.000
Total 1.000.000 800.000
Susun laporan harga pokok produksi dengan menggunakan metode HP rata-
rata (average cost method) untuk masing-masing departemen.
Soal 1
HP per unit untuk:
• BBB Rp 500
• BTK 300
• BOP 200
Produk selesai 5.000 unit
Produk rusak 500 unit
Produk hilang akhir proses 400 unit
Diminta:
Dengan mengunakan metode harga pokok rata-rata, berapa harga
pokok per unit produk selesai jika (a) produk rusak bersifat
normal, (b) produk rusak tidak bersifat normal
Soal 2
• BDP awal (BB 100%, BK 60%) 1.000 unit
• Produk selesai 10.000 unit
• BDP akhir (BB 100%, BTK 50%, BOP 40%) sebanyak 5.000 unit
• Harga pokok BDP akhir:
– BBB Rp 2.500.000
– BTK Rp 1.000.000
– BOP Rp 600.000
Diminta:
a. Hitung Biaya per unit untuk BBB, BTK, dan BOP
b. Berapa biaya bulan ini jika diketahui biaya bulan lalu untuk BBB Rp
500.000, BTK Rp 200.000, dan BOP Rp 300.000 dengan metode HP
rata-rata

Anda mungkin juga menyukai