Anda di halaman 1dari 18

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

DOSEN PENGAMPU :

Slamet Eko Budi Santoso, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH

1. Hesti Fitriyani (1602010223)


2. Rosa Dian Nita (1602010224)
3. Syifa Tsania Risqiany (1602010237)
4. Erna Fitrianingsih (1602010240)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH PURWOKERTO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan. Tujuan metode ini adalah menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan
baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Dalam metode ini, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga
pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada
pengumpulan harga pokok pesanan, di mana biaya yang dikumpulkan untuk setiap
pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya.
Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga
pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap
pesanan maupun untuk persatuan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam
pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang
dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat
dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok
pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau
pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Harga Pokok Pesanan?
2. Bagaimana HPP dalam Aliran Biaya?
3. Bagaimana skedul Harga Pokok Produksi dan Harga?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Harga Pokok Pesanan
2. Memahami HPP dalam Aliran Biaya
3. Memahami Harga Pokok Produksi dan Harga
BAB II
PEMBAHASAN

1. HARGA POKOK PESANAN


Harga pokok pesanan (job order costing) adalah cara perhitungan harga pokok
produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan.

Ciri Khusus

a. Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya
tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan
setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
b. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung
harga pokok pesanan dengan relative teliti dan adil.

Biaya produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:


a) Biaya Langsung (direct cost) meliputi biaya bahan baku (raw material) dan biaya
tenaga kerja langsung (direct labor cost) yang dihitung berdasarkan biaya sebenarnya.
b) Biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja tidak langsung yang dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan
dimuka.

c. Harga Pokok pesanan untuk setiap pesanan dihitung pada waktu pesanan selesai
diproduksi.
d. Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan yang
bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.
e. Untuk mengumpulkan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai kartu harga
pokok pesanan (job order cost method).
2. ALIRAN BIAYA
Jika membahas arus biaya, maka kita berbicara tentang cara memperlakukan biaya
dari titik dimana biaya tersebut terjadi ke titik dimana mereka diakui sebagai beban
pada laporan laba rugi, untuk lebih jelas kita bahas ilustrasi di bawah ini.

ILUSTRASI HARGA POKOK PESANAN


PT Axel adalah perusahaan kulit yang baru berdiri dan mendapat pesanan 20
ransel kulit dan 10 tas kulit selama bulan januari 2014. Karena perusahaan baru maka
tidak memiliki persediaan.
1. Pembelian bahan baku sebesar Rp.25.000.000 dengan syarat kredit.
2. Departemen produksi menghabiskan bahan baku Rp.15.000.000 (pesanan ransel
Rp.10.000.000 dan tas Rp.5.000.000)
3. Biaya tenaga kerja langsung Rp.8.500.000 (ransel membutuhkan 120 jam dengan
upah rata-rata Rp.50.000 dan tas 50 jam dengan Rp.50.000 per jam.
4. Biaya overhead di bebankan dimuka sebesar Rp.9.600.000 dan di bagi menjadi 3
kategori pembelian,permesinan,dan lain-lain.
Pembelian Rp 3.000.000 Pesanan pembelian 10
Permesinan Rp 4.200.000 Jam mesin 280
Lain-lain Rp. 2.400.000 Jam kerja langsung 480

Permintaan kedua pekerjaan untuk ketiga aktivitas


Ransel Tas
Pesanan pembelian 3 1
Jam mesin 60 30
Jam tenaga kerja langsung 120 50
5. Biaya tidak langsung selama bulan januari pembayaran lease Rp.2.000.000,
utilitas Rp.500.000. penyusutan peralatan Rp 1.000.000 temaga kerja tak langsung
Rp. 650.000.
6. Pada bulan januari seluruh ransel selesai dikerjakan.
7. Ransel di jual dengan harga jual Rp. 150 % dari biaya produksi.
Jurnal untuk mencatat transaksi di atas adalah:
1. Bahan baku 25.000.000
Utang dagang 25.000.000
(untuk mencatat pembelian bahan baku secara kredit)
2. Barang dalam proses 15.000.000
Bahan baku 15.000.000
(untuk mencatat bahan baku yang digunakan)
3. Barang dalam proses 8.500.000
Utang gaji 8.500.000
(untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung)
4. Barang dalam proses 3.400.000
Biaya overhead 3.400.000
Biaya overhead dibebankan dimuka :
Tariff overhead pembelian= 3.000.000/10 = 300.000 per pesanan
Tariff overhead permesinan= 4.200.000/280 = 15.000 per jam mesin
Tariff overhead lain-lain= 2.400.000/480 = 5.000 per jam kerja langsung
Overhead dibebankan

Ransel Tas
Pembelian 300.000X3 900.000
300.000X1 300.000
Permesinan 15.000X60 900.000
15.000X30 450.000
Lain-lain 5.000X120 600.000
5.000X50 250.000
2.400.000 1.000.000

5. Biaya Overhead 4.150.000


Utang lease 2.000.000
Utang utilitas 500.000
Akumulasi penyusutan 1.000.000
Utang gaji 650.000
(untuk mencatat biaya overhead actual)
Ket : Biaya overhead actual tidak pernah dicatat pada Barang dalam Proses.
Perhatikan bahwa biaya overhead ini mencerminkan apa yang dibelanjakan bukan
oleh aktivitas. Sumber daya tersebut digunakan untuk memungkinkan ketiga aktivitas
pembelian, permesinan dan lain-lain.

Pada akhir Januari 2004 terjadi selisih biaya overhead :


Biaya overhead actual 4.150.000
Biaya overhead dibebankan 3.400.000

Kekurangan pembebanan overhead


(underupplied overhead) 750.000

6. Barang jadi 18.400.000


Barang dalam proses 18.400.000
(untuk mencatat ransel yang telah selesai dikerjakan bulan Januari 2004)
Kartu biaya pesanan
Pekerjaan = 20 ransel
Bahan Baku 10.000.000
Tenaga kerja langsung 6.000.000
Overhead dibebankan 2.400.000
Total Biaya 18.400.000
Biaya per unit 920.000

7. Harga pokok penjualan 18.400.000


Barang jadi 18.400.000
(untuk menutup selesainya pekerjaan ransel yang akan dijual)
8. Piutang usaha 27.600.000
Pendapatan penjualan 27.600.000
(untuk mencatat penjualan dengan harga 150%)
Barang Dalam Proses
(2) 15.000.000 (6) 18.400.000
(3) 8.500.000
(4) 3.400.000
8.500.000

Barang jadi
18.400.000 (7) 18.400.0000

Bahan baku
25.000.000 (2) 15.000.000
10.000.000

Utang gaji
(3) 8.500.000

Biaya overhead
(5) 4.150.000 (4) 3.400.000
750.000

Harga Pokok Penjualan


18.400.000
513.000
18.913.000

Laporan Harga Pokok Penjualan


Persediaan awal barang jadi 0
Harga pokok produksi 18.400.000 (**)
Barang yang tersedia untuk dijual 18.400.000
(-) persediaan akhir barang jadi 0
Harga pokok penjualan normal 18.400.000
(+) overhead yang dibebankan 513.000 (*)

Harga pokok penjualan yang disesuaikan 18.913.000

Karena selisih overhead material maka dialokasikan material maka


dialokasikan pada barang dalam proses, barang jadi dan harga pokok
penjualan, maka:
Persediaan barang dalam proses 8.500.000 31,6%
Persedian barang jadi 0 0%
Harga pokok penjualan 18.400.000 68,4%
26.900.000 100%
Jurnal:
Barang dalam proses 31,6%x750.000 237.000
Harga pokok penjualan 68,4%x750.000 513.000 (*)
Biaya overhead 750.000
(untuk mengalokasikan adanya selisih overhead (underupplied overhead))

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Bahan baku langsung
Persediaan awal bahan baku 0
Pembelian bahan baku 25.000.000
(-) bahan baku akhir 10.000.000
Total bahan baku yang digunakan 15.000.000
Tenaga kerja langsung 8.500.000
Overhead
Utang lease 2.000.000

Utang utilitas 500.000


Akumulasi penyusutan 1.000.000
Utang gaji (tenaga kerja tak langsung) 650.000
4.150.000
(-) overhead yang terlalu rendah dibebankan 750.000
Overhead yang dibebankan 3.400.000

Biaya produksi berjalan 26.900.000

(+) Barang dalam proses awal 0


(-) Barang dalam proses akhir 8.500.000
Harga pokok produksi (**) 18.400.000

Skedul Harga Pokok Produksi


Persediaan awal bahan langsung.................xxxx
Pembelian..........................................xxxx
dikurangkan :
Retur dan potongan pembelian.......xxx
Diskon pembelian..........................xxx +
Jumlah pengurangan...........................xxxx-
Pembelian dikurangi pengurangan........xxxx
Biaya angkutan masuk........................xxxx+
Jumlah pembelian neto ...............................xxxx +
Biaya bahan tersedia untuk digunakan..........xxxx
Persediaan akhir bahan langsung..................xxxx-
Bahan langsung yang digunakan...........................xxxx

Biaya tenaga kerja langsung................................xxxx


Biaya overhead pabrik :
...Biaya bahan tidak langsung........xxx
...Biaya tenaga kerja tidak lgs....... xxx
...Biaya-biaya pabrik.................... xxx +
Total biaya overhead pabrik..................................xxxx+
Total biaya produksi atau biaya manufaktur...........xxxx

Barang Dalam Proses, awal....................................xxxx+


Jumlah barang dalam proses yang tersedia............xxxx
Barang Dalam Proses, akhir...................................xxxx -
HARGA POKOK PRODUKSI.........................................xxxxx
DASAR-DASAR PENJURNALAN PADA SISTEM HARGA POKOK PROSES
Pada system harga pokok proses dasra-dasar penjurnalannya tidak banyak berbeda
dengan dasar penjurnalan akuntansi biaya pada umumnya. Penjurnalan akan menyangkut
penjurnalan terhadap bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.

1. Bahan Baku
Jurnal atas pemakaian bahan baku adalah:

BDP-BBB Rpxx -
Persediaan BB - Rpxx

Jika pada departemen selain departemen satu terdapat penambahan bahan baku maka
jurnalnya dapat dirinci sebagai berikut :

BDP-BBB dept. I Rpxx -


BDP-BBB dept. II Rpxx -
Persediaan BB - Rpxx

Harga (biaya) bahan baku yang dibebankan (cost of materials) dapat diperoleh dengan
beberapa cara diantaranya :

a. Berdasarkan surat permintaan bahan baku yang telah dikeluarkan, sehingga


jumlah seluruh surat permintaan bahan baku yang telah dipenuhi merupakan total
biaya bahan baku.
b. Berdasarkan jumlah pembelian bahan baku ditambah dengan persediaan awal
bahan baku dan dikurangi persediaan akhir bahan baku. Jumlah tersebut
merupakan biaya bahan baku yang akan dibebankan.
c. Berdasarkan laporan pemakaian bahan baku per periodik (misal per hari, per
minggu, per bulan, dan seterusnya). Hal ini terutama untuk bahan baku yang
digunakan selalu sama dan terus-menerus.
d. Berdasarkan spesifikasi atau rumus/formula yang digunakan untuk memproduksi
suatu produk. Hal ini terutama untuk perusahaan-perusahaan seperti perusahaan
farmasi, perusahaan jamu dan lain sebagainya.

2. Tenaga Kerja

Jurnal atas penggunaan tenaga kerja adalah:

BDP-BTK Rpxx -
Biaya gaji dan upah - Rpxx

Jika departemen produksi lebih dari satu maka perlu dirinci per departemen produksi
yang ada , karena hampir dapat dipastikan tiap departemen produksi mempunyai
biaya tenaga kerja maka jurnalnya :

BDP-BTK dept. I Rpxx -


BDP-BTK dept. II Rpxx -
BDP-BTK dept. III Rpxx -
Biaya gaji dan upah - Rpxx

Jumlah biaya tenaga kerja yang dibebankan pada tiap departemen didasarkan pada
hasil distribusi biaya gaji dan upah yang telah dikeluarkan. Misalnya saudara Alif
bekerja di departemen I maka biaya tenaga kerjanya dibebankan pada departemen I.
Dalam sistem pengumpulan biaya produksi pesanan biaya, tenaga kerja Saudara Alif
akan dibebankan ke produk-produk yang dipesan yang dikerjakan olehnya. Dengan
demikian dalam sistem harga pokok proses pekerjaan pembebanan ke jenis produk
yang dihasilkan tidak diperlukan dan dalam sistem ini sebagaimana biaya bahan baku
tidak dibedakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.

3. Overhead pabrik
Jurnal atas pembebanan biaya overhead pabrik tergantung pada penentuan biaya
overhead pabrik itu sendiri.Biaya overhead pabrik ada yang ditentukan di muka dan
ada pula yang tidak ditentukan di muka tetapi berdasar biaya sesungguhnya.Yang
umumnya digunakan adalah yang ditentukan di muka.
Bila menggunakan tarif ditentukan di muka maka jurnal pembebanannya adalah
sebagai berikut:

BDP-OP Rpxx _

BOP dibebankan _ Rpxx

Bila departemen produksi lebih dari satu maka jurnalnya adalah:

BDP-OP dept.I Rpxx _


BDP-OP dept.II Rpxx _
BDP-OP dept.III Rpxx _
BOP dibebankan dept.I _ Rpxx
BOP dibebankan dept.II _ Rpxx
BOP dibebankan dept.III _ Rpxx

Bila berdasar biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka jurnal pembebanannya adalah:

BDP-OP dept.I Rpxx _


BDP-OP dept.II Rpxx _
BDP-OP dept.III Rpxx _
BOP sesungguhnya dept.I _ Rpxx
BOP sesungguhnya dept.II _ Rpxx
BOP sesungguhnya dept.III _ Rpxx

Pada saat biaya overhead pabrik terjadi maka jurnalnya adalah:


BOP-sesungguhnya Rpxx _
Macam-macam kredit _ Rpxx

Atau bila departemen produksi lebih dari satu,jurnalnya:


BOP-sesungguhnya dept.I Rpxx _
BOP-sesungguhnya dept.II Rpxx _
BOP-sesungguhnya dept.III Rpxx _
Macam-macam kredit _ Rpxx

Jika biaya overhead pabrik ditentukan di muka,maka dapat dipastikan bias terjadi
selisih antara yang dibebankan dengan yang sesungguhnya.Selisih tersebut dibuatkan
rekening selisih biaya overhead pabrik yang timbul pada saat memindahkan biaya
overhead pabrik dibebankan ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.Selisih
tersebut bias rugi (sesungguhnya lebih besar dari yang dibebankan),bias pula laba
(sesungguhnya lebih kecil dari yang dibebankan).
Jurnal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BOP dibebankan dept.I Rpxx _
BOP dibebankan dept.II Rpxx _
BOP dibebankan dept.III Rpxx _
Selisih BOP Rpxx _ (jika rudi)
Selisih BOP _ Rpxx (jika laba)
BOP-sesungguhnya dept.I _ Rpxx
BOP-sesungguhnya dept.II _ Rpxx
BOP-sesungguhnya dept.III _ Rpxx

Untuk memperjelas dasar-dasar penjurnalan dalam sistem harga pokok proses ini
berikut diberikan contoh penerapannya.

Contoh 1:
PT ROY yang memproduksi produk “X” mempunyai sebuah departemen
produksi.Pada setiap akhir bulan bagian akuntansi biaya membuat laporan harga
pokok produksi bulan yang bersangkutan.
Berikut ini adalah informasi biaya produksi bulan Januari 19XA
_ Pemakaian bahan baku Rp 60.000,00
_ Pembayaran tenaga kerja 58.000,00
_ Overhead pabrik dibebankan 29.000,00
Rp 147.000,00

Informasi produksi dan penjualan:

_ Masuk 15.000 unit

_ Selesai 12.500 unit

_ Dalam proses 2.500 unit

_ Tingkat penyelesaian barang dalam proses:

= Bahan baku = 100%

= Tenaga kerja = 80%

= Overhead pabrik = 80%

Penjualan 11.000 Unit @ Rp16,00

Biaya overhead pabrik sesungguhnya:Rp30.000,00

Diminta :

1. Membuat laporan harga pokok produksi dan


2. Jurnal-jurnal atas biaya produksi tersebut.
Jawab :

PT ROY

Laporan Harga Pokok Produksi

Bulan Januari 19XA

 Skedul kuantitas : 15.000 unit


Masuk proses produksi
Produk selesai 12.500 unit
Masih dalm proses 2.500 unit
15.000 unit
0 unit

 Pembebanan biaya :

Elemen Jumlah Per unit


Bahan baku Rp. 60.000,00 Rp. 4,001)
Tenaga kerja 58.000,00 4,002)
Overhead pabrik 29.000,00 2,003)
Rp. 147.000,00 Rp. 10,00

 Perhitungan biaya :
Produk selesai 12.500 unit @ Rp10,00 = Rp125.000,00
Barang dalam proses : (2.500 unit)
100% BB: 2.500 unit @ Rp4,00 = Rp10.000,00
80% TK: 2.000 unit @ Rp4,00 = 8.000,00
80% OP: 2.000 unit @ Rp2,00 = 4.000,00
22.000,00
Jumlah Rp147.000,00

Keterangan :
- Unit ekuivalen (unit selesai + unit dalam proses x persentase penyelesaian)
BBB = 12.500 + 2.500 (100%) = 15.000
BTK = 12.500 + 2.500 ( 80%) = 14.500
BOP = 12.500 + 2.500 ( 80%) = 14.500
- Biaya per unit
1. Bahan baku
= (60.000 : 15.000) x Rp1,00 = Rp4,00
2. Tenaga kerja
= (58.000 : 14.500) x Rp1,00 = Rp4,00
3. Overhead pabrik
= (29.000 : 14.500) x Rp1,00 – Rp2,00

2. Jurnal-jurnal:

a.

BDP-BBB Rp60.000,00 _
BDP-BTK 58.000,00
Persediaan BB _ Rp60.000,00
Biaya gaji dan upah _ 58.000,00
(mencatat pemakain BB dan TK)

b.

BDP-OP Rp29.000,00 -
BOP dibebankan - Rp29.000,00
(mencatat BOP dibebankan)

c.

BOP- sesungguhnya Rp30.000,00 -


Macam-macam kredit - Rp30.000,00
(mencatat BOP sesungguhnya)
d.

BOP dibebankan Rp29.000,00 -


BOP-SS - Rp29.000,00
(mencatat pemindahan BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya)

e.

Persediaan produk selesai Rp125.000,00 -


Persediaan BDP 22.000,00 -
BDP-BBB - Rp60.000,00
BDP-BTK - 58.000,00
BDP-BOP - 29.000,00
(mencatat persediaan produk selesai dan persediaan barang dalam proses akhir)

f.

Piutang dagang Rp176.000,00 -


Penjualan - Rp176.000,00
(mencatat adanya penjualan 11.000 x Rp16,00)

HPP Rp110.000,00 -
Persediaan PS - Rp110.000,00
(mencatat harga pokok produk untuk 11.000 unit @ Rp 10,00 = Rp110.000,00)
DAFTAR PUSTAKA
Backer, Morton dan Jacobsen,Lyle E,Cost Accounting,A Manajerial
Approach,Mc.Graw-Hill Book Company New York: 1964.
Cashin, James A dan Polimeni, Ralph S, Cost Accounting, Mc Graw-
Hill International Book Company, International student edition
Kogakusha: 1981.
Barbara Wheat,Chuck Mils,Mike Carnell,2004.Learning Into Six Sigma:
Perjalanan Menuju Sigma dan Lean Enterprise,PT.Bhuana Ilmu
populer

Anda mungkin juga menyukai