Anda di halaman 1dari 10

Tugas Rangkuman Budget Persediaan

Dosen
Nino Nopriandi Saleh, SE.,MM.

Disusun oleh
Andy Kurniawan
1834021003

Prodi Management S1
Universitas Krisnadwipayana
Fakultas Ekonomi
Bekasi
2020
ANGGARAN PERSEDIAAN

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi
tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali,
atau untuk suku cadang dari peralatan atau mesin.

Persediaan sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan karena biasanya mempunyai nilai yang
cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi. Perencanaan dan
pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapat perhatian khusus dari
manajemen perusahaan, agar proses produksi dapat berjalan dengan optimal. Salah satu caranya
dengan membuat sebuah anggaran persedian.

Anggaran persediaan atau inventoty budget ialah budget atau anggaran yang merencanakan secara
sistematis dan lebih terperinci tentang jumlah persediaan barang dari waktu ke waktu (bulan ke bulan)
selama periode tertentu yang akan datang. Pada umumnya barang-barang tersebut meliputi barang-
barang hasil produksi (output), bahan-bahan mentah dan bahan-bahan pembantu untuk keperluan
produksi. Jadi persediaan membentuk hubungan antara produksi dan penjualan produk. Pada
perusahaan manufaktur persediaan yang ada terdiri dari 3 jenis, yakni persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

1. Kegunaan Penganggaran Persediaan


Secara umum, semua penganggaran termasuk penganggaran persediaan, mempunyai tiga
kegunaan pokok, yaitu:
 Sebagai pedoman kerja
 Sebagai alat manajemen untuk menciptakan koordinasi kerja
 Sebagai alat manajemen untuk melakukan evaluasi dan pengawasan kerja.

Sedangkan secara khusus, penganggaran persediaan berguna sebagai dasar untuk menyusun
anggaran unit yang akan diproduksikan (persediaan barang jadi), dan anggaran pembelian
bahan mentah (persediaan bahan mentah), serta menetapkan persediaan agar tidak terlalu kecil
dan terlalu besar.

Selain itu dengan adanya persediaan juga mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri pada
perusahaan. Keuntungan meningkatkan persediaan perusahaan dapat mempengaruhi ekonomi
produksi, mempengaruhi pembelian dan dapat memenuhi pesanan dengan lebih cepat.Sedangkan
kerugian adanya persediaan adalah adanya biaya penyimpanan, biaya pemindahan, dan pengembalian
modal yang tertanam dalam bentuk persediaan.

2. Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Persediaan


Agar sesuatu anggaran dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang termuat di
dalamnya harus cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa
melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan data, informasi dan pengalaman, yang
merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.
Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran persediaan barang jadi
adalah:

a) Persediaan barang jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti


misalnya:
 Fluktuasi penjualan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang
tertuang dalam Anggaran penjualan.
Untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan meningkat, diperlukan
persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi
jumlah penjualan yang akan menurun, hanya diperlukan persediaan barang jadi
dalam jumlah sedikit.
 Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
Bilamana fasilitas penyimpanan yang tersedia cukup banyak, maka akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah
banyak pula. Sebaliknya, bilamana fasilitas yang tersedia terbatas, maka
persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
 Modal kerja yang tersedia.
Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana
modal kerja yang tersedia terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan
dalam jumlah sedikit.
 Biaya simpan barang jadi (carrying cost)
Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan
barang jadi, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan barang yang
disimpan, biaya modal yang tertanam dalam barang yang disimpan, dan
sebagainya. Bilamana biaya simpan murah, mak akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam
jumlah sedikit.
 Risiko simpan barang jadi.
Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan
karena menyimpan barang jadi, seperti misalnya rusak, kualitas turun,
volumenya susut, barang menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan
sebagainya. Bilamana resiko simpan rendah, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan baran jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam
jumlah sedikit.
 Tingkat perputaran barang jadi (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.
Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan barang jadi
rendah, maka akan mendorong penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah
banyak. Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran barang jadi tinggi, maka akan
mendorong penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.
 Lamanya waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah hingga
menjadi barang jadi.
Bilamana untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi
membutuhkan waktu lama, maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana untuk memproses bahan mentah hingga
menjadi barang jadi hanya membutuhkan waktu singkat, maka ditetapkan
persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.

b) Persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti


misalnya:
 Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang
tertuang dalam anggaran unit yang akan diproduksikan.
Untuk menghadapi jumlah produksi yang akan meningkat, diperlukan
persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi
jumlah produksi yang akan menurun, hanya diperlukan pesediaan bahan
mentah dalam jumlah sedikit.
 Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
Bilamana fasilitas penyimpanan tersedia cukup banyak, maka akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah
banyak pula. Sebaliknya, bilamana fasilitas yang tersedia terbatas, maka
persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
 Modal kerja yang tersedia.
Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana modal kerja yang tersedia terbatas, maka persediaan bahan mentah
ditetapkan dalam jumlah sedikit.
 Biaya simpan bahan mentah (carrying cost)
Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan
bahan mentah, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan, barang yang
disimpan, dan sebagainya. Bilamana biaya penyimpanan murah, maka akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah
banyak. Sebaliknya, bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan bahan
mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
 Risiko simpan bahan mentah.
Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan
karena menyimpan bahan mentah, seperti misalnya rusak, kualitas turun,
volumenya susut, barang menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan
sebagainya. Bilamana resiko simpan rendah, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan bahan mentah
ditetapkan dalam jumlah sedikit.
 Tingkat perputaran bahan mentah (Inventory turn over) di waktu-waktu yang
lalu.
Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan bahan
mentah rendah, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan mentah
dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran bahan mentah
tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan mentah dalam
jumlah sedikit.
 Lamanya tenggang waktu antara bahan mentah dipesan (dibeli), dengan bahan
mentah tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba digudang perusahaan (lead
time).
Bilamana tenggang waktunya lama, maka ditetapkan persediaan bahan mentah
dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana tenggang waktunya singkat, maka
ditetapkan persediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.

 Metode Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang dipakai/dijual atau
persediaan yang tersisa dalam suatu periode.

Terdapat tiga metode yang digunakan dalam penilaian persediaan, yaitu:

1. Metode First In First Out (FIFO)

Pada metode FIFO barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (diproses) lebih awal
pula. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan
harga beli bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih awal. Akibatnya sisa persediaan bahan
mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir.

Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila terjadi perubahan tarif
(standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses dinilai berdasarkan tarif (standar)
biaya produksi lama.

2. Metode Last In First Out (LIFO)

Pada metode LIFO barang yang masuk (dibeli) lebih akhir dianggap dikeluarkan (diproses) lebih awal. Ini
berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan harga beli
bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir. Akibatnya sisa persediaan akhir bahan mentah
akan dinilai dengan harga beli bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih awal.

Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila terjadi peubahan tarif
(standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses dinilai berdasarkan tarif (standar)
biaya produksi yang baru.

3. Metode Moving Average

Pada metode ini, barang yang dikeluarkan (diproses) dinilai berdasarkan rata-rata harga beli yang
pernah dibeli. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi dinilai
berdasarkan rata-rata harga beli bahan mentah dari pembelian-pembelian yang telah dilakukan.
Akibatnya sisa persediaan akhir bahan mentah juga akan dinilai dengan rata-rata harga beli bahan
mentah tersebut.
Penerapan metode ini pada penilaiaan barang jadi, apabila terjadi perubahan tarif (standar) biaya
produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diprose dinilai berdasarkan tarif (standar) biaya produksi
yang lama dengan tarif (standar) biaya produksi yang baru tersebut.

 Biaya – biaya Persediaan

Persediaan pada dasarnya akan menimbulkan biaya-biaya. Biaya - biaya yang ditimbulkannya
tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variable. Menurut Bambang Rianto (1995) “menyatakan
bahwa untuk tujuan perencanaan besarnya persediaan kita hanya memperhatikan yang variabelnya saja
dari biaya-biaya persediaan tersebut yang secara langsung akan terpengaruh oleh rencana tersebut”.

Biaya Variabel dari persediaan tersebut dapat digolongkan kedalam:

1. Biaya penyimpanan persediaan atau Carrying Cost

Carrying cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan. Penentuan besarnya
carrying cost didasarkan pada “Average Inventory” (persediaan rata-rata), dan biaya ini dinyatakan
dalam persentase dari nilai dalam rupiah dari average inventory. Biaya-biaya yang termasuk kedalam
carrying cost adalah:

a) Biaya penggunaan/sewa ruangan Gudang


b) Biaya pemeliharaan material dan allowances untuk kemungkinan rusak
c) Biaya untuk menghitung atau menimbang barang yang dibeli
d) Biaya asuransi
e) Biaya modal
f) Biaya absolecence
g) Pajak dari persediaan yang ada dalam gudang

Total biaya penyimpanan:

 TCC = C. P. A

Persediaan rata-rata

 A=Q/2

= (S / N) / 2

Keterangan:

Q = kuantitas pesanan

S = Penjualan tahunan

N = Frekuensi pemesanan

C = Biaya penyimpanan

P = Harga beli per unit


2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost

Ordering cost adalah biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang terdiri dari:

a) Biaya selama proses pesanan


• Persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pemesanan
• Penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan
b) Biaya pengiriman pesanan
c) Biaya penerimaan barang yang dipesan
• Pembongkaran dan pemasukan ke Gudang
• Pemeriksaan material yang diterima
• Mempersiapkan laporan penerimaan
• Mencatat kedalam “Material Record Card”
d) Biaya-biaya processing pembayaran
• Auditing dan perbandingan antara laporan penerimaan dengan pesanan yang asli
• Persiapan pembuatan cheque untuk pembayaran
• Pengiriman cheque dan kemudian auditnya

Total biaya pemesanan:

• TOC = F (S / Q)

Keterangan:

Q = kuantitas pesanan

S = Penjualan tahunan

F = Biaya tetap

Total Biaya Persediaan

• TIC = TCC + TOC

Atau

• TIC = C. P. ( Q / 2 ) + F. ( S / Q)

3. Biaya Kehabisan Bahan atau Stockout Costs

Biaya Kehabisan Bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan karena
persediaan yang tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini meliputi biaya pesan secara cepat atau khusus
dan biaya produksi karena adanya operasi ekstra.

 Kuantitas Pemesanan yang Optimal


Bahan mentah merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Oleh karena itu,
penyediaan bahan mentah yang tepat, baik dalam arti jumlah maupun waktu, akan sangat mendukung
kelancaran proses produksi. Persediaan bahan yang minim memungkinkan terjadinya kekurangan
bahan. Kekurangan bahan mentah yang tersedia (stock-out) dapat berakibat terhentinya proses
produksi karena kehabisan bahan untuk diproses. Namun, dilihat dari sisi positif, jumlah persediaan
bahan yang rendah dapat menghemat biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya persediaan
dan dapat mengurangi risiko kerusakan bahan akibat terlalu lama disimpan. Di sisi lain, persediaan
bahan mentah yang terlalu besar jumlahnya (over-stock) memang dapat menjamin kelancaran proses
produksi karena bahan senantiasa tersedia dalam jumlah yang cukup, namun bila dilihat dari segi
finansial, persediaan bahan yang terlalu besar akan meningkatkan biaya persediaan dan risiko
kerusakan.

Persoalan dalam pengaturan persediaan bahan mentah adalah bagaimana berusaha menyediakan
bahan mentah yang diperlukan untuk proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan lancar
dengan biaya persediaan yang minimal. Tujuan pengawasan persediaan bahan mentah adalah untuk
menjawab persoalan tersebut baik dalam artian jumlah, kualitas maupun waktu.

Dalam penentuan persediaan yang optimal dapat digunakan model kuantitas pemesanan yang
ekonomis. EOQ (Economic Order Quantity) adalah Kuantitas persediaan yang optimal atau yang
menyebabkan biaya persediaan mencapai titik terendah

Model EOQ adalah suatu rumusan untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimumkan
biaya persediaan. Dua dasar keputusan dalam model EOQ:

1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu dibeli kembali
(Replenishment cycle)
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali (reorder point)

Model EOQ

EOQ =

Keterangan:

P = Harga beli per unit

S = Penjualan tahunan

F = Biaya tetap

C = Biaya penyimpanan

Asumsi Model EOQ

• Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk
penggunaan selama satu tahun atau satu periode
• Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
• Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety stock
• Harga konstan selama periode tersebut

a) Pemesanan Ulang atau Reorder Point

Titik dimana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi persediaan

Titik pemesanan ulang = (Waktu tunggu x tingkat penggunaan) + Safety Stock

b) Persediaan Pengaman – Safety Stocks

Persediaan tambahan yang dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat penjualan atau
kelambatan produksi – pengiriman.

Persediaan awal = EOQ + Safety stock

Persediaan rata – rata = (EOQ / 2) + safety stock

Contoh Kasus

• Perusahaan A penjualan 2,6 juta kg terigu, biaya pemesanan Rp 5.000, biaya penyimpanan 2 %
dari harga beli dan harga beli Rp 5 /kg.
• Persediaan pengaman 50.000 kg dan waktu pengiriman 2 minggu dan setiap pemesanan terigu
harus dengan kelipatan 2.000 kg
• EOQ
=Ö (2 x 5.000 x 2.600.000) / (0.02 x 5)

= 509.902 Kg

= 510.000 Kg

• Reorder Point
Safety Stock = 50.000
Lead time (2/50) x 2.600.000 = 104.000
Reorder point = 154.000
• Biaya Penyimpanan
TCC = C. P. A atau TCC = C.P. (Q/2)
TCC = (0,02) x ( Rp 5) x (510.000 / 2)
= 0,1 x 255.000
= Rp 25.500
• Biaya Pemesanan
TOC = F. (S / Q)
= Rp 5000 x (2.600.000 / 510.000)
= Rp 5000 x (5,098)
= Rp 25.490,20
• Biaya Safety Stock
= C. P. (safety stock)

= (0,02) x ( Rp 5 ) x ( 50.000 )
= 0,1 x ( 50.000 )

= Rp 5.000

• Total Biaya Persediaan – TIC


= Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan + Biaya safety stock
= Rp 25.500 + Rp 25.490,20 + Rp 5.000
= Rp 55.990, 20

Jika perusahaan A membeli terigu sebanyak 650.000 Kg maka biaya pengiriman

ditangung oleh perusahaan pengolahan gandum sebesar Rp 3.500.

Apakah penawaran ini menguntungkan atau tidak?

Biaya Persediaan – TIC

Biaya pemesanan = Rp 5.000 - Rp 3.500 = Rp 1.500

TCC = (0,02) x (Rp 5) x (650.000 / 2)

= 0,1 x 325.000

= Rp 32.500

TOC = Rp 1.500 x (2.600.000 / 560,000)

= Rp 1.500 x 4,64

= Rp 6.960

TIC = Rp 32.500 + Rp 6.960 + Rp 5.000

= Rp 44.460

• Jika pesanan sejumlah

– 510.000 Kg Biaya persediaan Rp 55.990,20

– 650.000 Kg Biaya persediaan Rp 45.147

• Penawaran dari perusahaan pengolahan gandum perlu dipertimbangkan

• Pemesanan dalam satu tahun = 2.600.000 / 650.000 = 4 kali atau 13 minggu

Anda mungkin juga menyukai