,AK
Mata kuliah : Akuntansi Biaya
MAKALAH
“VARIABLE COSTING”
DI SUSUN OLEH :
NURHALIJA 19320042
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “variable costing”
dengan tepat waktu. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad S.A.W. yang telah menjadi guru terbaik dan menjadi suri tauladan bagi umat
Islam di seluruh dunia.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi syarat penilaian
pada mata kuliah Akuntansi Biaya. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk saya
pribadi maupun para pembacanya.
Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan Untuk itu saran dan kritik sangat saya harapkan berkenaan dengan pembuatan
makalah ini, demi kesempurnaannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
a. .kesimpulan......................................................................................................... 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
variablecosting adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-
biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Dengan dipisahkan informasi
biaya menurut prilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode
variablecosting mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam
perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik, dan pengambilan
keputusan jangka pendek. Hal ini dimungkinkan karena dalam jangka pendek, biaya tetap
tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen. Jika biaya tetap terpengaruh dalam pengambilan keputusan jangka pendek,
metode variablecosting dapat menyajikan dampak keputusan terdebut terhadap biaya tetap
dan laba.
Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh sistem variablecosting memperlihatkan margin
kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam
pengambilan keputusan. Variablecostingkadangkala disebut juga directcosting (penentuan
biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya pokok marginal). Dalam
metode penentuan biaya pokok variable (variablecosting, hanya biaya-biaya produksi
variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat
aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka biaya-biaya variable biasanya
terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umumnya
tidak dipengaruhi oleh inti produk yang dipriduksi. Oleh karena itu dalam metode penentuan
biaya pokok variable, biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlukan sebagai biaya
produk.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Identivikasi masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam metode fullcosting, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan
di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk
dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai
biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead
pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan
overhead lebih (overappliedfactoryoverhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang
(underappliedfactoryoverhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum
laku dijual maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan
untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan
tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi).
5
Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih
atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan rugi-laba sebelum produknya laku dijual.
Variablecosting sama dengan Directcosting tetapi tidak sama dengan directcost (biaya
langsung). Biaya langsung (directcost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau
diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu
jenis produk, maka semua biaya produksi adalah merupakan biaya langsung dalam
hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya langsung dalam
hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel.
Metode fullcosting menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai hanya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik
yang berprilaku tetap maupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada
persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode variablecosting tidak
menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata
lain tidak menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk.
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan
sebgaiperiodcosts dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead
pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya
overhead pabrik tetap di dalam metode variablecosting tidak melekat pada persediaan produk
yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Menurut metode variablecosting, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika
dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya hanya yang sama dalam
periode yang akan datang.
Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka pendek tidak
berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Biaya tetap ini merupakan
fungsi waktu dan bukan merupakan fungsi produksi. Ada atau tidak ada produksi, biaya ini
tetap terjadi. Jadi penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut dan
memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva tidak bermanfaat, jika dalam periode yang akan
datang biaya overhead pabrik tetap tersebut akan tetap terjadi.
6
Metode variablecosting biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai periodcost,
yaitu biaya yang dibebankan di dalam periode terjadinya. Pengertian periodcost di dalam
metode fullcosting dengan variablecosting adalah berbeda. Fullcosting mengadakan
pemisahan antara biaya produksi dengan periodcost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat
diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan periodcost adalah biaya-biaya
yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya. Biaya yang termasuk dalam periodcost menurut fullcosting adalah : biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum (baik yang berprilaku tetap maupun variabel).
Menurut metode variablecosting, periodcost adalah biaya untuk mempertahankan
tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk. Dalam metode variabel
costing, periodcosts meliputi seluruh biaya tetap atau seluruh biaya kapasitas (capacitycost).
Dengan demikian periodcost menurut pengertian variablecosting adalah biaya yang dalam
jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang
meliputi : biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum
tetap.
Perbedaan Metode FullCosting dengan Metode VariableCosting Ditinjau dari Sudut
Penyajian Laporan Rugi Laba
Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode variablecosting
dengan fullcosting adalah terletak apda klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-
labaa tersebut. Laporan rugi-laba yang disusun dengan metode fullcosting menitikberatkan
pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya menurut biaya dengan fungsi-
fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-costclassification). Tapi di lain oihak
laporan rugi-laba metode variabkecosting lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai
dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
(classificationbycostbehaviour).
7
Data Produksi dan Biaya PT. El Sari Bulan Januari, Februari, dan Maret 19X1
Keterangan Januari Februari Maret Total
Persediaan awal 30 Unit 40 unit 15 unit 30 Unit
Produksi 200 165 165 530
Penjualan 190 190 165 545
Persediaan akhir 40 15 15 15
Rp.
Harga jual per unit 100 Rp. 100 Rp.100
Biaya bahan baku
per unit 20 20 20
Biaya tenaga kerja
per unit 10 10 10
Biaya overhead
pabrik tetap
sesungguhnya 1.700 1.700 1.700 Rp.5.100
Biaya overhead
pabrik variabel
sesungguhnya 800 660 660 2120
Tarif biaya
overhead pabrik
per unit produk :
-Tarif variabel 4 4 4
-Tarif tetap 8 8 8
Biaya adm. &
umum :
Variabel per unit
yang dijual 3 3 3
Tetap 400 400 400 1.200
Biaya Pemasaran :
Variabel per unit
yang dijual 10 10 10 6.150
Tetap 1.000 1.000 1.000 3.000
8
Harga Pokok Per unit Produk Menurut Metode FullCosting dan VariableCosting
FullCosting VariableCosting
9
Pabrik Pabrik
Variabel Variabel
Biaya
Overhead
Pabrik Tetap 1600 1320 1320
Harga Pokok Harga Pokok
Produk Siap Produk Siap
Dijual 9660 8610 7560 Dijual 7820 6970 6120
Persediaan Persediaan
Akhir 1680 630 630 Akhir 1360 510 510
Hg. Pk. Penj. Harga Pokok
Sebelum Penjualan
Disesuaikan 7980 7980 6930 Variabel 6460 6460 5610
Biaya Ov.
Pabrik Biaya Adm.
(Lebih) & Umum
Kurang
Dibebankan 100 380 380 Variabel 570 570 495
Harga Pokok Biaya
Penjualan Pemasaran
Setelah
Disesuaikan 8080 8360 7310 Variabel 1900 1900 1650
Total Biaya
Variabel 8930 8930 7755
Laba
Laba Bruto 10920 10640 9190 Kontribusi 10070 10070 8745
Biaya
Komersial Biaya Tetap
Biaya Adm. Biaya Ov.
& Umum : Pabrik Tetap 1700 1700 1700
Biaya Adm.
Variabel 570 570 495 & Um. Tetap 400 400 400
Biaya
Pemasaran
Tetap 400 400 400 Tetap 1000 1000 1000
Biaya
10
Pemasaran
Variabel 1900 1900 1650
Tetap 1000 1000 1000
Jml Biaya Jumlah
Komersial 3870 3870 Biaya Tetap 3100 3100 3100
Laba Bersih 7050 6770 5645 Laba Bersih 6970 6970 5645
11
3. Jika volume penjualan lebih kecil dari volume produksi (a<b), maka rumus c/d (a-b)
hasilnya negatif yang berarti metode full costing membebankan biaya overhead
panrik tetap lebih kecil jika di bandingkan dengan yang di bebankan dengan metode
variable costing. Yang mengakibatkan laba full costing tinggi rendah di bandingkan
variable costing.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat pertama kali dalam rekening
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal unruk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. xxx
Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik dianalisis perilakunya (dengan
menggunakan metode regresi misalnya) untuk dipisahkan ke dalam biaya overhead pabrik
tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya overhead
pabrik sesungguhnya kemudian dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya ke dalam rekening Biaya
Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya.
12
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai
berikut :
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesunggunya Rp.xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx
Pencatatan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum serupa dengan
pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Biaya pemasaran dan administrasi & umum
yang terjadi dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp. xxx
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. Xxx
Pada akhir periode akuntansi, biaya pemasaran dan administrasi & umum dianalisis
perilakunya untuk dipisahkan ke dalam biaya yang berperilaku tetap dan biaya yang
berperilaku variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya pemasaran kemudian dipindahkan
dari rekening Biaya Pemasaran ke dalam rekening Biaya Pemasaran Variabel dan Biaya
Pemasaran Tetap. Begitu pula dengan biaya administrasi dan umum. Jurnal untuk mencatat
biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum menurut perilakunya adalah sebagai berikut
:
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Pemasaran Tetap Rp.xxx
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp.xxx
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp.xxx
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp.xxx
13
e. Manfaat informasi yang di hasilkan oleh metode variable costing
14
Di dalam metode variablecosting, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak
menghasilkan laba kontribusi sama sekali.
f. Kelemahan variable costing
Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan ,
karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan
biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi :
Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah
Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi
Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok :
Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer
produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.
Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor
yang dikontrakkan untuk jangka panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua
biaya adalah berprilaku variabel.
Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas
dasar metode fullcosting, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga
pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok
produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead
pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode
fullcosting memang lebih ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern
perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variablecosting dengan
cara mengubah laporan rugi-laba variablecosting ke dalam laporan rugi-laba fullcosting
seperti telah diuraikan di muka.
Dalam metode variablecosting, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-
perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman,
variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode
tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan
rugi-laba bulanan yang disajikan berdasarkan metode variablecosting diragukan manfaatnya
bila dibandingkan dengan laporan rugi-laba yang disusun atas dasar metode fullcosting.
Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok
persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah,
sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis
keuangan.
15
BAB III
PENUTUP
· A. Kesimpulan
1. Biaya Variabel (variablecost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
2. Variablecosting adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan
biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk.
3. Metode variablecosting mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang
lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.
4. Dalam metode variablecosting, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-
perubahan dalam penjualannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
- http://alfiqrimawaddah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-variabel-costing.html
17