Anda di halaman 1dari 17

Dosen : Sri Sumantri,S.E.,M.AK.

,AK
Mata kuliah : Akuntansi Biaya

MAKALAH
“VARIABLE COSTING”

DI SUSUN OLEH :

NURHALIJA 19320042

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKSANUDDIN
BAUBAU
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “variable costing”
dengan tepat waktu. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad S.A.W. yang telah menjadi guru terbaik dan menjadi suri tauladan bagi umat
Islam di seluruh dunia.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi syarat penilaian
pada mata kuliah Akuntansi Biaya. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat, baik untuk saya
pribadi maupun para pembacanya.

Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan Untuk itu saran dan kritik sangat saya harapkan berkenaan dengan pembuatan
makalah ini, demi kesempurnaannya.

Bau bau, 17 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
a. LatarBelakang ..................................................................................................... 4
b. Rumusa nmasalah ................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 5

a. Perbandingan metode full costing dengan metode variable costing ...................... 5


b. Perhitungan laba rugi menurut metode variable costing ....................................... 7
c. Pengumpulan biaya dalam metode variable costing ............................................. 12
d. Penyajian laporan laba rugi kepada pihak luar perusahaan ................................... 13
e. Kelemahan metode variable costing ..................................................................... 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16

a. .kesimpulan......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

variablecosting adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-
biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Dengan dipisahkan informasi
biaya menurut prilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode
variablecosting mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam
perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik, dan pengambilan
keputusan jangka pendek. Hal ini dimungkinkan karena dalam jangka pendek, biaya tetap
tidak relevan karena tidak terpengaruh oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen. Jika biaya tetap terpengaruh dalam pengambilan keputusan jangka pendek,
metode variablecosting dapat menyajikan dampak keputusan terdebut terhadap biaya tetap
dan laba.

Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh sistem variablecosting memperlihatkan margin
kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam
pengambilan keputusan. Variablecostingkadangkala disebut juga directcosting (penentuan
biaya pokok langsung) atau marginal costing (penentuan biaya pokok marginal). Dalam
metode penentuan biaya pokok variable (variablecosting, hanya biaya-biaya produksi
variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan. Ketika tingkat
aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka biaya-biaya variable biasanya
terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas produktif pabrik dan umumnya
tidak dipengaruhi oleh inti produk yang dipriduksi. Oleh karena itu dalam metode penentuan
biaya pokok variable, biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlukan sebagai biaya
produk.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identivikasi masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:

a) Bagaimana Perbandingan metode full costing dengan metode variable costing?


b) Bagaimana Perhitungan laba rugi menurut metode variable costing?
c) Bagaimana Pengumpulan biaya dalam metode variable costing?
d) Bagaimana Penyajian laporan laba rugi kepada pihak luar perusahaan?
e) Apa saja Kelemahan metode variable costing?

4
BAB II

PEMBAHASAN

a. Perbandingan metode full costing dan variable


Metode full costing maupun variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut adalah terletak terletak
pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berprilaku tetap. Adanya perbedaan terhadap
biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada :
1. Perhitungan harga pokok produksi
2. Penyajian laporan rugi-laba.

Perbedaan Metode FullCosting dengan Metode VariableCosting Ditinjau dari Sudut


Penentuan Harga Pokok Produksi
Fullcosting atau sering pula disebut absorption atau conventionalcosting adalah
metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik
yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Harga pokok produksi menurut
metode fulcosting terdiri dari :
Biaya bahan baku Rp.xxx
Biaya tenga kerja langsung Rp.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp.xxx
Harga pokok produk Rp. Rp.xxx

Dalam metode fullcosting, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap
maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan
di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk
dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai
biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead
pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan
overhead lebih (overappliedfactoryoverhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang
(underappliedfactoryoverhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum
laku dijual maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan
untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan
tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi).

5
Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih
atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap
perhitungan rugi-laba sebelum produknya laku dijual.

Variablecosting adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan


biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk
menurut metode variablecosting terdiri dari :
Biaya bahan baku Rp. xxx
Biaya tenaga kerja variabel Rp. xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx
Harga pokok produk Rp. Xxx

Variablecosting sama dengan Directcosting tetapi tidak sama dengan directcost (biaya
langsung). Biaya langsung (directcost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau
diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu
jenis produk, maka semua biaya produksi adalah merupakan biaya langsung dalam
hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya langsung dalam
hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel.
Metode fullcosting menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai hanya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik yang terjadi, baik
yang berprilaku tetap maupun variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada
persediaan) sebelum persediaan tersebut terjual. Sebaliknya metode variablecosting tidak
menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut (atau dengan kata
lain tidak menyetujui pembebanan biaya overhead tetap kepada produk.
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan
sebgaiperiodcosts dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead
pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya
overhead pabrik tetap di dalam metode variablecosting tidak melekat pada persediaan produk
yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Menurut metode variablecosting, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika
dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya hanya yang sama dalam
periode yang akan datang.
Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka pendek tidak
berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Biaya tetap ini merupakan
fungsi waktu dan bukan merupakan fungsi produksi. Ada atau tidak ada produksi, biaya ini
tetap terjadi. Jadi penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut dan
memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva tidak bermanfaat, jika dalam periode yang akan
datang biaya overhead pabrik tetap tersebut akan tetap terjadi.

6
Metode variablecosting biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai periodcost,
yaitu biaya yang dibebankan di dalam periode terjadinya. Pengertian periodcost di dalam
metode fullcosting dengan variablecosting adalah berbeda. Fullcosting mengadakan
pemisahan antara biaya produksi dengan periodcost. Biaya produksi adalah biaya yang dapat
diidentifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan periodcost adalah biaya-biaya
yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya. Biaya yang termasuk dalam periodcost menurut fullcosting adalah : biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum (baik yang berprilaku tetap maupun variabel).
Menurut metode variablecosting, periodcost adalah biaya untuk mempertahankan
tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk. Dalam metode variabel
costing, periodcosts meliputi seluruh biaya tetap atau seluruh biaya kapasitas (capacitycost).
Dengan demikian periodcost menurut pengertian variablecosting adalah biaya yang dalam
jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang
meliputi : biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum
tetap.
Perbedaan Metode FullCosting dengan Metode VariableCosting Ditinjau dari Sudut
Penyajian Laporan Rugi Laba
Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode variablecosting
dengan fullcosting adalah terletak apda klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-
labaa tersebut. Laporan rugi-laba yang disusun dengan metode fullcosting menitikberatkan
pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya menurut biaya dengan fungsi-
fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-costclassification). Tapi di lain oihak
laporan rugi-laba metode variabkecosting lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai
dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
(classificationbycostbehaviour).

b. Perhitungan laba rugi menurut variable costing


Berikut ini disajikan contoh perhitungan rugi-laba menurut metode fullcosting dan
metode variablecosting untuk jangka waktu tiga bulan berturut-turut.
Contoh 1
PT El Sari memproduksi satu jenis produk. Data produksi dan biaya bulan Januari,
Februari, dan Maret 19X1 disajikan pada Gambar di bawah ini.
Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar unit produk yang
dihasilkan. Tarif biaya overhead pabrik dihitung atas dasar kapasitas produksi nirmal per
bulan sebanyak 200 kg. Dengan taksiran biaya overhead pabrik variabel sebesar Rp. 800 dan
biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp. 1.600 sebulan. Tarif standar biaya overhead pabrik
tersebut berasal dari perhitungan berikut ini :
Tarif biaya overhead pabrik variable : Rp.800:200-Rp.4 per kg
Tarif biaya overhead pabrik sesungguhnya: Rp1600:200-Rp 8 per kg

7
Data Produksi dan Biaya PT. El Sari Bulan Januari, Februari, dan Maret 19X1
Keterangan Januari Februari Maret Total
Persediaan awal 30 Unit 40 unit 15 unit 30 Unit
Produksi 200 165 165 530
Penjualan 190 190 165 545
Persediaan akhir 40 15 15 15
Rp.
Harga jual per unit 100 Rp. 100 Rp.100
Biaya bahan baku
per unit 20 20 20
Biaya tenaga kerja
per unit 10 10 10
Biaya overhead
pabrik tetap
sesungguhnya 1.700 1.700 1.700 Rp.5.100
Biaya overhead
pabrik variabel
sesungguhnya 800 660 660 2120

Tarif biaya
overhead pabrik
per unit produk :
-Tarif variabel 4 4 4
-Tarif tetap 8 8 8
Biaya adm. &
umum :
Variabel per unit
yang dijual 3 3 3
Tetap 400 400 400 1.200
Biaya Pemasaran :
Variabel per unit
yang dijual 10 10 10 6.150
Tetap 1.000 1.000 1.000 3.000

8
Harga Pokok Per unit Produk Menurut Metode FullCosting dan VariableCosting

FullCosting VariableCosting

Biaya Bahan Baku Rp. 20 Rp. 20


Biaya Tenaga Kerja 10 10
Biaya overhead variabel 4 4
Biaya overhead pabrik
tetap 8

Biaya produksi per unit Rp. 42 Rp. 34

Perhitungan Laba Menurut RUGI Metode Variable dan FullCosting


PT EL SARI
Laporan Rugi-Laba Bulan Januari, Februari, Maret 19X1

FullCosting Variabel Costing


Januari Februari Maret Januari Februari Maret
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Volume
Penjualan
(unit) 190 190 165 190 190 165
Hasil Hasil
penjualan penjualan
Volume x Volume x
Rp. 100 19000 19000 16500 Rp. 100 19000 19000 16500

Hrg pokok Biaya


penjualan Variabel
Persediaan Persediaan
awal 1260 1680 630 awal 1020 1360 510
Biaya Bahan Biaya Bahan
Baku 4000 3300 3300 Baku 4000 3300 3300
Biaya
Biaya Tenaga
Tenaga Kerja 2000 1650 1650 Kerja 2000 1650 1650
Biaya Biaya
800 660 660 800 660 660
Overhead Overhead

9
Pabrik Pabrik
Variabel Variabel
Biaya
Overhead
Pabrik Tetap 1600 1320 1320
Harga Pokok Harga Pokok
Produk Siap Produk Siap
Dijual 9660 8610 7560 Dijual 7820 6970 6120
Persediaan Persediaan
Akhir 1680 630 630 Akhir 1360 510 510
Hg. Pk. Penj. Harga Pokok
Sebelum Penjualan
Disesuaikan 7980 7980 6930 Variabel 6460 6460 5610
Biaya Ov.
Pabrik Biaya Adm.
(Lebih) & Umum
Kurang
Dibebankan 100 380 380 Variabel 570 570 495
Harga Pokok Biaya
Penjualan Pemasaran
Setelah
Disesuaikan 8080 8360 7310 Variabel 1900 1900 1650
Total Biaya
Variabel 8930 8930 7755

Laba
Laba Bruto 10920 10640 9190 Kontribusi 10070 10070 8745

Biaya
Komersial Biaya Tetap
Biaya Adm. Biaya Ov.
& Umum : Pabrik Tetap 1700 1700 1700
Biaya Adm.
Variabel 570 570 495 & Um. Tetap 400 400 400
Biaya
Pemasaran
Tetap 400 400 400 Tetap 1000 1000 1000
Biaya

10
Pemasaran
Variabel 1900 1900 1650
Tetap 1000 1000 1000
Jml Biaya Jumlah
Komersial 3870 3870 Biaya Tetap 3100 3100 3100
Laba Bersih 7050 6770 5645 Laba Bersih 6970 6970 5645

Penjelasan Perbedaan Perhitungan Rugi-Laba Metode FullCosting dengan Metode


VariableCosting
1. Perbedaan pokok antara metode fullcosting dengan variablecosting adalah terletak
pada perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap. Jika misalnya :

a = volume penjualan dalam satuan kuantitas


b = volume produksi dalam satuan kuantitas
c = biaya overhead pabrik tetap per periode
Jumlah biaya overhead pabrik tetap per satuan yang dibebankan kepada produk
adalah sebesar c/b. Dalam metode fullcosting, biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan
kepada produk per periode adalah sebesar hasil kali biaya overhead pabrik tetap per satuan
produk (c/b) dengan jumlah produk yang dijual dalam periode tersebut (a). Metode
variablecosting membebankan seluruh biaya overhead pabrik tetap (c) ke dalam periode
terjadinya dan dipertemukan dengan pendapatan (revenues) yang diperoleh dalam periode
tersebut. Dengan demikian selisih laba rugi yang dihitung menurut meodefullcosting dan
variablecosting dihitung dengan rumus berikut ini :
Beban biaya overhead pabrik tetap menurut fullcosting (c/b) . a
Beban biaya overhead pabrik tetap menurut variablecosting c
Selisih laba rugi menurut fullcosting dengan variablecosting c /b (a-b)*
*(c/b . a) – c = (c/b . a) – (cb/b) = c/b (a-b)
1. Jika volume penjualan sama dengan volume produksi (a=b) maka c/b (a-b) hasilnya
sama dengan 0. Dengan demikian laba atau rugi yang dihitung dengan fullcosting
sama dengan laba atau rugi yang dihitung dengan metode variablecosting.Jika
volume penjualan lebih besar dari volume produksi (a dibebankan dengan metode
variablecosting , yang mengakibatkan laba fullcosting lebih rendah dibandingkan
dengan laba variablecosting.
2. Jika volume penjualan lebih besar dari volume produksi (a>b), maka rumus c/d (a-b)
hasilnya positif yang berarti metode full costing membebankan biaya overhead
panrik tetap lebih besar di bandingkan dengan yang di bebankan dengan metode
variable costing. Yang mengakibatkan laba full costing lebih rendah di bandingkan
variable costing.

11
3. Jika volume penjualan lebih kecil dari volume produksi (a<b), maka rumus c/d (a-b)
hasilnya negatif yang berarti metode full costing membebankan biaya overhead
panrik tetap lebih kecil jika di bandingkan dengan yang di bebankan dengan metode
variable costing. Yang mengakibatkan laba full costing tinggi rendah di bandingkan
variable costing.

c. Pengumpulan biaya dalam metode variable costing


Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat dibagi
menjadi tiga golongan : biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Biaya tetap
adalah biaya yang dalam kisar perubahan kegiatan tertentu tidak berubah dengan adanya
perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung
unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
Jika perusahaan menggunakan variablecosting di dalam akuntansi biaya produksinya,
biaya produksi dan biaya nonproduksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam rekening buku besar perlu pula
disediakan rekening-rekening kontrol untuk menampung dan memisahkan biaya tetap dan
biaya variabel.
Rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan untuk mencatat biaya
overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di
muka. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut :
Barang Dalam Proses–Biaya Overhead pabrik Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan Rp. Xxx

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat pertama kali dalam rekening
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal unruk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. xxx
Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik dianalisis perilakunya (dengan
menggunakan metode regresi misalnya) untuk dipisahkan ke dalam biaya overhead pabrik
tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya overhead
pabrik sesungguhnya kemudian dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya ke dalam rekening Biaya
Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya dan Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya.

12
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai
berikut :
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp. xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesunggunya Rp.xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx
Pencatatan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum serupa dengan
pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Biaya pemasaran dan administrasi & umum
yang terjadi dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp. xxx
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. Xxx

Pada akhir periode akuntansi, biaya pemasaran dan administrasi & umum dianalisis
perilakunya untuk dipisahkan ke dalam biaya yang berperilaku tetap dan biaya yang
berperilaku variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya pemasaran kemudian dipindahkan
dari rekening Biaya Pemasaran ke dalam rekening Biaya Pemasaran Variabel dan Biaya
Pemasaran Tetap. Begitu pula dengan biaya administrasi dan umum. Jurnal untuk mencatat
biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum menurut perilakunya adalah sebagai berikut
:
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Pemasaran Tetap Rp.xxx
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp.xxx
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp.xxx
Biaya Pemasaran Rp. xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp.xxx

d. Penyajian laporan laba rugi kepada pihak luar perusahaan


Jika perusahaan menggunakan metode variablecosting dalam akuntansi biayanya, untuk
menyajikan laporan rugi-laba bagi kepentingan pihak luar perlu dilakukan perubahan unsur
biaya yang diperhitungkan ke dalam harga pokok persediaan produk dalam proses,
persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan. Perubahan ini tidak perlu dicatat dalam
catatan akuntansi, namun hanya dilakukan untuk mengubah laporan rugi-laba yang disusun
menurut metode variablecosting ke dalam laporan rugi-laba menurut metode fullcosting.

13
e. Manfaat informasi yang di hasilkan oleh metode variable costing

1. Manfaat Informasi VariableCosting Dalam Perencanaan Laba Jangka Pendek


Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi
biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volum
ekegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode variablecosting yang menghasilkan
laporan rugi-laba yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi
biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.
Laporan rugi-laba variablecosting menyajikan dua ukuran penting : (1) Laba kontribusi dan
(2) Operatingleverage. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam
laporan rugi-laba metode variablecosting, hal ini memungkinkan manajemen melakukan
analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba.

2. Manfaat infomasi variable costing dalam Pengendalian biaya


Variablecosting menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan periodcosts
dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh fullcosting. Dalam fullcosting biaya overhead
pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur
biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap periodcosts (biaya
overhead pabrik tetap) tertentu dapat dikendalikan. Didalamvariablecosting, periodcosts yang
terdiri biaya yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan
rugi-laba sebagai pengurang terhadap laba kontribusi. Discretionaryfixedcosts merupakan
biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen. Biaya ini dalam jangka pendek
daoat dikendalikan oleh manajemen. Commitedfixedcosts merupakan semua biaya yang tetap
dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan. Dalam jangka pendek
commitedfixedcosts tidak dapat dikendalikan oleh manajemen. Dengan dipisahkannya biaya
tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba variablecosting, manajemen dapat
memperoleh informasi directionaryfixedcosts terpisah dari commitedfixedcosts, sehingga
pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh manajemen.

3. Manfaat Informasi VariableCosting dalam Pengambilan keputusan


Variablecosting menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka
pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan
volume kegiatan, periodcosts tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan
volume kegiatan. Variablecosting khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka
pendek.Dan jika ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara fullcosting dan
variablecosting adalah terletak pada konsep penutupan biaya (conceptofcostrecovery).
Menurut metode fullcosting, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap
di dalamnya.

14
Di dalam metode variablecosting, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak
menghasilkan laba kontribusi sama sekali.
f. Kelemahan variable costing
Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan ,
karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan
biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi :
 Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah
 Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
 Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi
Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok :
 Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer
produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.
 Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor
yang dikontrakkan untuk jangka panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua
biaya adalah berprilaku variabel.

Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas
dasar metode fullcosting, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga
pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok
produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead
pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode
fullcosting memang lebih ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern
perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variablecosting dengan
cara mengubah laporan rugi-laba variablecosting ke dalam laporan rugi-laba fullcosting
seperti telah diuraikan di muka.
Dalam metode variablecosting, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-
perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman,
variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode
tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan
rugi-laba bulanan yang disajikan berdasarkan metode variablecosting diragukan manfaatnya
bila dibandingkan dengan laporan rugi-laba yang disusun atas dasar metode fullcosting.
Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok
persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah,
sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis
keuangan.

15
BAB III

PENUTUP

· A. Kesimpulan

1. Biaya Variabel (variablecost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas.
2. Variablecosting adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan
biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk.
3. Metode variablecosting mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek, pengendalian biaya tetap yang
lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek.
4. Dalam metode variablecosting, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-
perubahan dalam penjualannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

- Mulyadi.Akuntansi Manajemen. STIE YKPN. Yohyakarta 1997

- http://alfiqrimawaddah.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-variabel-costing.html

17

Anda mungkin juga menyukai