Anda di halaman 1dari 12

PENYUSUTAN

KELOMPOK 2
PENYUSUN : 1. Dwi Aviani
2. Muhammad Iqbal Fadhillah
PENGERTIAN PENYUSUTAN

Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat
yang diberikan dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aset
dibebankan secara bertahap.  Aset tetap biasanya memiliki masa pemakaian
lebih dari satu tahun, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama. Namun, manfaat yang
diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin menurun manfaatnya
secara terus menerus, dan menyebabkan terjadi penyusutan (depreciation).
          
Karakteristik Dari Aset Yang Dapat
Disusutkan

1. Digunakan dalam kegiatan usaha


Aset yang boleh disusutkan adalah aset yang dipakai dalam usaha atau
menjalankan usaha.

2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.

3. Nilainya menurun secara bertahap


Nilai asset yang dapat disusutkan harus diturunkan secara bertahap, baik karena
semakin buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya tidak menurun
secara bertahap maka tidak dapat disusutkan tetapi langsung dibiayakan.

4. Aset berwujud dan tidak berwujud


Asset berwujud maupun asset tidak berwujud yang mempunyai manfaat lebih
dari satu periode dapat disusutkan. Untuk asset tidak berwujud penyusutannya
disebut dengan amortisasi.
Penyusutan Berdasarkan Peraturan
Perpajakan

Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap


dilakukan secara individual per aset, tidak lagi secara gabungan
( berdasarkan golongan ) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk
alat-alat kecil yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan
secara golongan.
Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan
saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan
fiskal harus dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya
dapat terjadi karena hal-hal brikut ini.
• Harta/asset yang masih dalam proses pengerjaan
• Harta/asset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
• Wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.
Pengelompokan Harta Berwujud

Harta berwujud Harta berwujud kelompok


kelompok bukan bangunan
bangunan

Kelompok bukan Masa manfaat


bangunan
Kelompok 1 4 tahun
Kelompok barang bangunan Masa manfaat
Kelompok 2 8 tahun Bangunan permanen 20 tahun

Kelompok 3 16 tahun Bangunan tidak permanen 10. tahun

Kelompok 4 20 tahun
Metode Penyusutan Fiskal

Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode


penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode
saldo menurun ganda atau metode garis lurus. Metode mana yang akan
dipakai bergantung pada Wajib Pajak,
Satu yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih harus diterapkan
terhadap seluruh kelompo harta. Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat
menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok yang satu dan
menerapkan metode garis lurus terhadap kelompok lainnya. Dalam hal Wajib
Pajak memilih metode saldo menurun maka, pada tahun terakhir masa
manfaat nilai sisa buku harta yang bersangkutan disusutka seluruhnya. Aset
tetap bangunan hanya menggunakan satu metode yaitu metode garis lurus.
Sebagai akibat dari adanya dua metode penyusutan ini, timbul perbedaan
presentase penyusutan fiskal.
 Tarif Penyusutan Fiskal

Aset Tetap Bukan Harta berwujud kelompok


Bangunan bangunan

Kelompok Tarif penyusutan


bukan Metode Metode saldo menurun
bangunan garis lurus Kelompok banguna Tarif penyusutan (Metode
garis lurus )

Kelompok 25,00% 50,00% Bangunan permanen 5%

Kelompok 12,50% 25,00% Bangunan tidak 10%


permanen
Kelompok 6,25% 12,50%

Kelompok 5,00% 10,00%


Penyusutan Berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan

Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aset Tetap
dan Aset Lain-lain.
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut
kriteria berikut ini:

A. Berdasarkan waktu
• Metode Garis lurus (straight line method)
• Metode jumlah angka tahun (sum of year digit method)
• Metode saldo menuru dan saldo menurun ganda (declining/double declining balance
method)

B. Berdasarkan penggunaan
• Metode jam jasa (service hour method)
• Metode jumlah unit produksi (productive output method)
Perencanaan Pajak Untuk
Penyusutan
Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan dalam perencanaan
pajak, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat modal. Berdasarkan pasal 11
Undang-Undang Pajak Penghasilan metode penyusutan dapat digunakan untuk
melakukan penyusutan terhadap aset tetap bukan bangunan adalah metode garis lurus
atau saldo menurun. Untuk lebih jelas, hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Contoh Soal Perencanaan Pajak Atas Penyusutan
PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan
Rp1.000.000.000,00. Mesin tersebut dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban
penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 :
Besar beban penyusutan per tahun dihitung dengan metode garis lurus dan saldo
menurun.
Jenis aset              :  Mesin          
Harga perolehan   :  Rp. 1.000.000.000.00
Umur                    :  4 tahun
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun
1         250.000.000         500.000.000
2         250.000.000         250.000.000
3         250.000.000         125.000.000
4         250.000.000         125.000.000
Akum. Penyusutan      1.000.000.000      1.000.000.000

                 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa besarnya beban


penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa manfaat
(tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga
dalam perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal
dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference/temporary
difference). Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa
manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama, namun jika
ditinjau dari nilai tunai (present value) jumlahnya akan menjadi
berbeda. Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value)
tingkat diskon yang digunakan adalah 20%. (Lihat tabel 2) berikut.
Metode Penyusutan

Tahun Garis Lurus Saldo Menurun Tingkat

Nominal PV PV Nominal PV PV Diskon (20%)

1 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000,00 416.666.666,70 0,833333

2 250.000.000 173.611.111,10 250.000.000,00 173.611.111,10 0,694444

3 250.000.000 144.675.925,90 120.500.000,00 72.337.963,00 0,578703

4 250.000.000 120.563.271,60 120.500.000,00 60.281.636,80 0,482253

1.000.000.000 647.183.642,90 1.000.000.000,00 722.897.377,60

                 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat
perolehannya sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan pada akhir masa manfaat
(tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah nilai tunai (present value) dari
akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis lurus
sebesar Rp 647.183.642,00 dan menggunakan metode saldo menurun sebesar
Rp 722.897.76,50.
                 Tabel 3 (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis
lurus dan metode saldo menurun dengan tingkat diskonto 20%).
Garis Lurus Saldo Menurun
Keterangan
Nominal PV PV Nominal PV PV

Harga Perolehan 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 500.000.000   416.666.666,70

Biaya Penyusutan 1.000.000.000,00 647.183.641,98 1.000.000.000   722.897.376,54

PPh 30% 300.000.000,00 194.115.092,59 300.000.000   216.869.212,96

Penghematan Pajak = 216.869.212,96 – 194.155.092,59 = 22.714.120,37

                 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan


pajak yang dapat dilakukan jika perusahaan memilih metode saldo menurun
dalam menghitung besarnya beban peyusutan. Tarif pajak yang digunakan
adalah tarif pajak tertinggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa perusahaan
telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000. Dengan tingkat diskon 20% besar
penghematan pajak adalah  Rp 216.869.212,96 – Rp 194.115.092,59 = Rp
22.714.120,37.

Anda mungkin juga menyukai