Anda di halaman 1dari 51

PENGARUHTANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN,KESADARAN

LINGKUNGAN, NORMA PRIBADI DAN INFORMASI MEDIA

SOSIAL TERHADAP NIAT PEMBELIAN BIOFUELDI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

oleh:

NIM.

MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUHTANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN,KESADARAN

LINGKUNGAN, NORMA PRIBADI DAN INFORMASI MEDIA

SOSIAL TERHADAP NIAT PEMBELIAN BIOFUELDI DAERAH

ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI
diajukan oleh :

NIM.

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh :

Yogyakarta, November 2020


Dosen Pembimbing I

Dr. Yuni Istanto, M.Si.


NIP. 19580601 198603 1 002

Yogyakarta, November 2020


Dosen Pembimbing II

Dr. Dyah Sugandini, S.E., M.Si.


NIK. 2 7106 95 0021 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“To live is to consume” yang artinya “hidup berarti mengkonsumsi” dan

konsekuensi alaminya tidak dapat dihindari, seperti yang dinyatakan oleh Borgmann

(2000), meskipun aktivitas konsumsi yang kuat dan bertumbuh dilihat sebagai

indikator utama dari masyarakat yang sejahtera dan percaya diri (Borgmann, 2000),

hal ini menimbulkan beban lingkungan ganda; pertama dengan pengurangan sumber

daya alam yang tidak dapat diperbarui, dan kedua dengan pencemaran air dan tanah di

udara. Konsep kelestarian dan perlindungan lingkungan telah menjadi topik utama

dalam penelitian dan agenda kebijakan dalam beberapa dekade terakhir karena

perubahan iklim merupakan faktor paling kritis yang menyebabkan dampak buruk

terhadap pembangunan berkelanjutan ekonomi global (Zhou et al., 2015). Kerusakan

lingkungan, meningkatnya permintaan energi, dan kelangkaan sumber energi tak

terbarukan telah memaksa negara-negara untuk beralih dari sumber energi

konvensional ke sumber energi terbarukan di seluruh dunia (Amir et at., 2019).

Sebagian besar energi diproduksi dengan bahan bakar fosil di seluruh dunia, tetapi

sumber daya bahan bakar fosil tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang

diinginkan, dan harga yang tidak stabil berdampak negatif pada perekonomian dunia

(Coyle & Simmons, 2014). Ketergantungan yang meningkat pada penggunaan bahan

bakar fosil yang berlebihan akan sangat merusak lapisan ozon dan menghasilkan

tingkat kontaminasi yang lebih besar dengan emisi karbon, sulfur dioksida, dan gas

berbahaya lainnya. Meskipun bahan bakar fosil memiliki dampak yang merugikan
terhadap lingkungan, dunia masih menggunakan sumber tenaga tak terbarukan

tersebut dalam skala besar (Wang et al., 2020).

Transportasi bertanggung jawab atas sebagian besar konsumsi energi tak

terbarukan yang terbatas dan oleh karena itu, merupakan salah satu industri konsumsi

energi utama yang berdampak negatif pada lingkungan hidup. Selain itu, bertanggung

jawab atas produksi hampir 27% dari total emisi karbon, sektor transportasi telah

menjadi penyumbang karbon terbesar kedua karena ketergantungannya yang tinggi

pada bahan bakar fosil (IEA, 2017). Transportasi adalah salah satu industri yang

menghasilkan jumlah emisi yang tumbuh paling cepat (Timilsina & Shrestha, 2009).

Olehkarenaitu, konsumsi dan penggunaan bahan bakar alternatif seperti biofuel,

tenaga surya, dan sel bahan bakar telah diusulkan sebagai strategi untuk mengatasi

tingginya konsumsi bahan bakar fosil di bidang transportasi (Zailani et al., 2019).

Kesenjangan antara permintaan dan penawaran energi menciptakan

hambatan dalam pertumbuhan ekonomi, pembangunan, kemakmuran dan

pembangunan berkelanjutan, yang berdampak buruk pada sumber daya air,

lingkungan, kesehatan manusia, dan produktivitas industri di suatu negara (Arshad et

al., 2018). Menanggapi masalah tersebut, pemerintahtelah memperkenalkan peraturan

baru dan peluang pendanaan untuk merangsang inisiatif lingkungan. Hal ini penting

agar perlindungan lingkungan dan produk lingkungan secara khusus diterima secara

luas oleh masyarakat (Majuri, 2016; Liu et al., 2017; Sakr & Sena, 2017). Pemerintah

Indonesia telah membuat Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan

(RUU EBT). RUU EBT ini menjadi langkah untuk segera meninggalkan

ketergantungan terhadap energi fosil, yang tidak ramah lingkungan dan beralih ke

energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.


Bahan bakar nabati merupakan salah satu bahan bakar substitusi potensial

yang telah menarik perhatian para peneliti dan pembuat kebijakan (Zailani et al.,

2019). Biofuel dianggap sebagai alternatif yang paling menjanjikan dalam

menghadapi masalah emisi karbon dan konsumsi energi (Xu et al., 2018). Mengenai

bahan bakar pengganti dalam transportasi, Kumari & Singh (2018) mengatakan

bahwa saat ini, sebagaian besar produk biofuel yang membawa manfaat komersial

dihasilkan dari minyak nabati, seperti minyak sawit.

Pemerintah Indonesia telah menggalakkan program bahan bakar nabati sejak

tahun 2015. Pada tahun 2015, pemerintah menerapkan biodiesel 15% atau B15 yang

menggunakan campuran bahan bakar nabati sebesar 15%, kemudian pada tahun 2016

digunakan B20. Sedangkan tahun 2020 ini sudah berlaku B30. Pemerintah

menargetkan Indonesia bisa menghasilkan B100% agar bisa mengurangi penggunaan

bahan bakar fosil dengan mengoptimalkan industri kelapa sawit domestik. Walaupun

memiliki kelebihan, ternyata Biosolar B30 juga memiliki beberapa kekurangan.

Sejumlah masalah disebut akan timbul jika mengisi mesin diesel dengan Biosolar

B30, terutama bagi mesin diesel modern. Ferins J Fediaz (Kompas, 2020), pengurus

komunitas Pajero Indonesia ONE chapter Jakarta, mengatakan, potensi masalah yang

timbul ketika menggunakan Biosolar B30 yaitu performa mesin yang tidak bisa

maksimal. Selain itu, indikator engine check menyala pada layar informasi juga jadi

risiko penggunaan Biosolar B30. Hini terjadi karena sensor membaca telah terjadi

penumpukan kotoran pada filter solar.

Masalah baru yang muncul adalah dampak pandemi Covid-19 yang

menyebabkan harga bahan bakar turun. Berdasarkan data dari International

Renewable Energy Agency (IRENA) pertumbuhan kapasitas energi terbarukan

menunjukan perlambatan, dari 179 GW di tahun 2019 menjadi 176GW. Turunnya


harga minyak akan menjadi tantangan baru dalam perkembangan biofuel. Rendahnya

harga bensin dan bahan bakar minyak secara langsung akan membuat biofuel yang

cenderung memiliki harga lebih tinggi menjadi kurang kompetitif.

Seperti yang disebutkan oleh Moser (2016), tidak ada kesepakatan di antara

konsumen mengenai kesediaan mereka untuk memilih produk yang ramah lingkungan

yang cenderung lebih mahal. Pada tahun 2016, biofuel hanya menyumbang 4% dari

total konsumsi bahan bakar dunia (Letcher, 2019). Lim & Lee (2012) sependapat

bahwa hal tersebu tdisebabkan oleh proses produksi biofuel yang mahal dibandingkan

dengan bahan bakar fosil yang dikonsumsi dalam transportasi. Untuk itu penting

memahami bagaimana sikap konsumen terhadap produk biofuels. Jansson et al.

(2017) telah meneliti faktor-faktor pendorong adopsi kendaraan bahan bakar

alternatif. Namun demikian, tampaknya masih banyak kekurangan pada penelitian

tentang perspektif konsumen mengenai konsumsi biofuel (Jansson et al., 2017).

Zailani et al. (2019) mengatakan bahwa sangat jarang untuk menemukan studi

komprehensif yang secara teoritis dan empiris mengeksplorasi dan menggambarkan

bagaimana kemauan konsumen untuk bersedia membayar produk biofuel.

Theory of Planned Behaviour (TPB) adalah model klasik untuk menjelaskan

atau memprediksi perilaku dan perubahan perilaku (Ajzen, 1991). TPB telah

digunakan untuk memprediksi proses pengambilan keputusan psikologis pada

perilaku lingkungan. Behavioral intention (BI) / niat seseorang untuk berperilaku

mencerminkan indikasi kesiapan individu untuk melakukan tindakan tertentu.Biofuel

behavior intentionatau niat seseorang untuk berperilaku hemat energi dengan beralih

mengkonsumsi biofuels dikaitkan dengan model TPB yang mengukur kecenderungan

individu dan mengevaluasi persepsi individu baik secara positif atau negatif terhadap

penghematan energi (Pedersen, 2008). Model ini telah banyak digunakan dalam studi
di berbagai perilaku pro-lingkungan termasuk konservasi energi (Chen, 2016). Namun

demikian, masih terdapat kesenjangan (gap) pada penemuan model TPB. Penelitian

sebelumnya telah berhasil menggunakan TPB untuk memprediksi niat untuk

mengurangi penggunaan energi khususnya pada bahan bakar minyak dan perilaku

transportasi yang berkelanjutan (Liu et al., 2017). Sementara itu, pada penelitian yang

telah dilakukan oleh Jackson (2005), model TPB gagal memberikan pemahaman yang

jelas tentang aspek kognitif, normatif dan afektif dari perilaku manusia. Selain itu,

niat positif pun tidak selalu menghasilkan perilaku pro lingkungan, karena hal ini

tergantung pada faktor situasional seperti kemampuan finansial, waktu, dan sumber

daya yang tersedia, antara lain (Kollmuss et al., 2002).

The norm activation model (NAM) diusulkan oleh Schwartz (1977), banyak

digunakan para peneliti dalam psikologi sosial untuk mempelajari perilaku pro-

lingkungan. NAM dianggap sebagai model yang berguna untuk mempelajari perilaku

perilaku pro-lingkungan seperti kegiatan pelestarian energi (Wittenberg et al., 2018)

dan keluhan tentang sikap terhadap lingkungan yang berkelanjutan (Zhang et al.,

2018). Model NAM memuat tiga variabel, yaitu: ascription of responsibility (askripsi

tanggung jawab), awareness of consequences (kesadaran akan konsekuensi) dan

personal norms (norma pribadi). Ascription of responsibility digambarkan sebagai

perasaan tanggung jawab moral untuk efek negatif atau berbahaya dari tidak

melakukan perilaku pro-lingkungan (de Groot et al., 2009). Personal norms

didefinisikan sebagai melakukan tanggung jawab moral dengan tindakan tertentu, dan

elemen norma ini model aktivasi berguna untuk memprediksi perilaku pro-lingkungan

secara instan (Schwartz & Howard, 1981). Awareness of consequences mencerminkan

apakah seseorang sadar atau tidak efek merugikan dari tindakannya pada masyarakat

atau sadar tentang nilai-nilai yang tidak pro lingkungan (de Groot et al., 2009). Dari
ketiga variabel NAM tersebut, ascription of responsibility dan awareness of

consequences merupakan variabel anteseden dari personal norms yang dapat

mempengaruhi niat individu untuk berperilaku (Hopper et al., 1991).

Menurut Wang et al. (2020), model TPB dan NAM hanya meneliti faktor

internal yang ada di dalam setiap individu dan mengabaikan faktor eksternal yang ada

di luar individu itu sendiri. Jaini et al. (2019) juga mengatakan bahwa terdapat

kesenjangan hasil penelitian dalam hubungan antara personal norms dan behavior

intention khususnya pada kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi bahan bakar

terbaharukan, yang berarti bahwa perlunya faktor eksternal dalam hubungan ini.

Penelitian ini menggunakan variabel social media sebagai faktor eksternal yang

mempengaruhi keputusan mereka dalam berperilaku hemat energi dan beralih ke

konsumsi biofuel.

Media sosial memainkan peran penting dalam memberikan informasi yang

cukup akurat untuk mempromosikan kepada masyarakat tentang masalah lingkungan

(Yu et al., 2017). Perkembangan media sosial ini tidak hanya mempengaruhi niat

individu tetapi juga perilaku konsumen (Wang, 2017). Pembenaran untuk berperilaku

hemat energi yang disarankan oleh kelompok sosial / komunitas tertentu sangat

mempengaruhi orang lain untuk mengkonsumsi produk yang dapat diperbaharui

sekaligus ramah lingkungan. Masyarakat umum dapat dengan mudah melihat perilaku

pro lingkungan melalui media sosial, dan memotivasi orang lain untuk terlibat dalam

kegiatan pro lingkungan (Grevet & Mankoff, 2008). Ditemukan bahwa saluran media

memiliki pengaruh langsung perilaku konsumen terhadap berbagai jenis masalah

lingkungan seperti gas rumah kaca, krisis energi dan kerusakan lingkungan

(Muralidharan et al., 2016).


Meskipun media digital menjadi alat yang sangat populer dan mengesankan

untuk tindakan atau gerakan langsung, keberhasilannya dalam menggalakkan

tindakanperubahan lingkungan atau kebijakan perlindungan lingkungan masih banyak

diteliti lebih lanjut oleh para peneliti (Young et al., 2017). Penelitian Huang (2016)

pada penduduk Taiwan telah menemukan bahwa informasi terkait pemanasan global

dari media terutama berfokus pada televisi, surat kabar, dan internet, secara individu

akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan mereka. Lee (2011) juga menunjukkan

bahwa kontak media memang memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku

pro-lingkungan remaja dalam kerangka model behavioral intention. Demikian pula,

Ho (2015) menemukan hubungan antara ketergantungan media dan perilaku

pembelian produk ramah lingkungan.

Berdasarkan beberapa fenomena serta masalah yang muncul dan adanya

kesenjangan penemuan yang telah dilakukan oleh peneliti terdaulu, maka peneliti

tertarik untuk menguji pengaruh Norm Activation Model (NAM) dan Social Media

terhadap Biofuel Behavior Intention pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Kontribusi penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: (1)

Peningkatan generalisasi temuan dari beberapa penelitian yang menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi biofuel behavior intention. (2) Penelitian ini mencoba

mengkaji ulang model dari TPB dan NAM. (3) Penelitian ini memberikan kontribusi

praktis terhadap arah strategi pemasaran yang tepat bagi para manajer, pemerintah dan

masyarakat tentang cara meningkatkan promosi tentang biofuel behavior intention.


B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, rumusan masalah dalampenelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah Aspiration of Responsibility berpengaruh terhadap Personal Norms pada

konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Apakah Awareness of Consequences berpengaruh terhadap Personal Norms pada

konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta?

3. Apakah Personal Norms berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Biofuel Behavior Intention pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa

Yogyakarta?

4. Apakah Social Media Information berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Biofuel Behavior Intention pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa

Yogyakarta?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk menganalisis pengaruh Aspiration of Responsibility terhadap Personal

Norms pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk menganalisis pengaruh Awareness of Consequences terhadap Personal

Norms pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Untuk menganalisis pengaruh Personal Norms terhadap Biofuel Behavior

Intention pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Untuk menganalisis pengaruh Social Media Information berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap Biofuel Behavior Intention pada konsumen biofuel

di Daerah Istimewa Yogyakarta.


D. Manfaat

1. Aspek Empiris

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi, dan pertimbangan

bagi perusahaan dan pemerintah dalam menentukan langkah dan tindakan untuk

menjalankan praktik green marketing dan social marketing terkait peningkatakn

perilaku konsumen atas penghematan energi bahan bakar fosil yang tidak dapat

diperbaharui. Penelitian ini juga dapat memberikan arahan bagi perusahaan

maupun pemerintah dalam mengkampanyekan perilaku altruistik atau pro-

lingkungan untuk tujuan penyelamatan lingkungan dengan mempertimbangkan

sistem media informasi sebagai media informasi dalam membentuk niat

masyarakat luas untuk berperilaku hemat energi dengan beralih dari produk bahan

bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui ke produk biofuel yang dapat

diperbaharui.

2. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti

selanjutnya yang meneliti tentang pengaruh Norm Activation Model (NAM) dan

Social Media terhadap Biofuel Behavior Intention pada konsumen biofuel di

Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga mendapatkan hasil yang jauh lebih baik

dan lebih mendalam mengenai subjek penelitian yang sama. Penelitian ini

menyediakan generalisasi temuan terkait dengan perilaku altruistik atau pro-

lingkungan pada konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Biofuel

Biofuel adalah salah satu sumber energi terbarukan yang paling tersedia

dan melimpah, yang juga memiliki dampak yang ramah terhadap lingkungan

(Taghizadeh-Alisara et al., 2016). Biofuel mampu memenuhi permintaan energi

yang terus meningkat. Istilah 'biofuel' mencakup semua bahan bakar cair dan gas

dalam transportasi yang sebagian besar berasal dari biomassa (bahan yang berasal

dari makhluk hidup) (Demirbas, 2007). Biodiesel, biomethanol, bioethanol dan

bio-oil adalah contoh biofuel. Biodiesel dan bioetanol saat ini dianggap sebagai

dua bahan bakar nabati yang paling menjanjikan dalam transportasi sebagai

pengganti bahan bakar fosil konvensional. Penerapan biodiesel memiliki

keuntungan tanpa perlu modifikasi apapun pada mesin. Begitu juga bioetanol

bermanfaat menggantikan bensin pada mesin bensin dan tidak memerlukan

memodifikasi apapun pada mesin karena semua kendaraan dapat mengemudi

dengan menggunakan campuran bahan bakar nabati. Namun demikian, produksi

biofuel biasanya memerlukan tahapan pretreatment tambahan, yang akan

meningkatkan biaya produksi secara keseluruhan. Seperti dibahas oleh Salmela

dan Varho (2006), konsumen belum mengadopsi energi ramah lingkungan

terutama karena harga yang lebih tinggi, yang merupakan akibat dari biaya

produksi yang lebih tinggi. Menurut survei opini publik, 30% konsumen akan

setuju untuk membayar harga premium untuk energi yang ramah bagi lingkungan

(Eurobarometer, 2005). Kesediaan masyarakat luas untuk menggunakan campuran


bahan bakar nabati sangat penting dalam mempromosikan penggunaan bahan

bakar nabati. Hal ini karena masyarakat merupakan konsumen utama bahan bakar

fosil konvensional dan keengganan mereka untuk beralih ke biofuel dapat

mengakibatkan kegagalan strategi (Flynn, 2002).

2. Biofuel Behavior Intention

a. Definisi Biofuel Behavior Intention

Behavior Intention (BI) didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa

seseorang dianggap atau "kemungkinan subjektif bahwa dia akan terlibat

dalam perilaku tertentu" (National Institutes of Health, 2018). Biofuel

behavior intention atau niat seseorang untuk berperilaku hemat energi dengan

beralih mengkonsumsi biofuels dikaitkan dengan model TPB yang mengukur

kecenderungan individu dan mengevaluasi persepsi individu baik secara postif

maupun negatif terhadap penghematan energi (Pedersen, 2008). TPB adalah

model klasik untuk menjelaskan atau memprediksi perilaku dan perubahan perilaku

(Ajzen, 1991). Niat sebagai faktor TPB adalah motivasi, upaya individu untuk

melakukan perilaku jika mereka mengontrol apakah akan melakukan atau

tidak untuk melakukan perilaku tersebut. Niat dapat secara langsung

memprediksi pencapaian perilaku secara positif (Mufidah et al., 2018).

Semakin kuat niat individu terhadap perilaku, semakin mungkin ia

menunjukkan perilaku tersebut (Ajzen & Madden, 1986). Oleh karena itu,

model ini telah banyak digunakan dalam studi tentang berbagai perilaku pro-

lingkungan, termasuk konservasi energi (Chen, 2016; Menezes et al., 2012;

Wang et al., 2014).


b. Indikator Biofuel Behavior Intention

Wang et al. (2020) mengukur variabel biofuel behavior intention dengan

indikator sebagai berikut:

a. Bersedia menggunakan produk biofuel yang ramah bagi lingkungan.

b. Berencana menggunakan produk biofuel yang ramah bagi lingkungan.

c. Akan mencoba menggunakan produk biofuel yang ramah bagi lingkungan.

3. Norm Activation Model (NAM)

Norm Activation Model (NAM) diusulkan oleh Schwartz (1977), dan

cukup populer dalam psikologi sosial untuk mempelajari perilaku altruistik atau

pro-lingkungan. Menurut model aktivasi norma, norma pribadi dianggap sebagai

konstruksi penting yang mendorong perasaan atau keadaan emosional dari

tanggung jawab moral pribadi untuk berperilaku dengan cara tertentu (Schwartz &

Howard, 1981). NAM dianggap model yang berguna untuk mempelajari perilaku

altruistik dan telah banyak digunakan untuk memeriksa perilaku pro-lingkungan

seperti kegiatan pelestarian energi (Wittenberg et al., 2018) dan sikap keluhan

lingkungan yang berkelanjutan (Zhang et al., 2018). Model ini memuat tiga

variabel: norma pribadi (personal norms), askripsi tanggung jawab (ascription of

responsibilty), dan kesadaran akan konsekuensi (awareness of consequences).

Dari ketiga variabel tersebut, anggapan tanggung jawab dan kesadaran

konsekuensi merupakan variabel anteseden dari norma-norma pribadi yang dapat

mempengaruhi niat, rencana atau tindakan individu (Hopper, 1991). Secara

umum, jika seseorang sadar bahwa perilakunya membawa konsekuensi negatif

pada orang lain dan lingkungan alam (awareness of consequences), kemudian

orang itu merasa bertanggung jawab atas efek negatif yang muncul, sehingga dia
percaya bahwa dengan berperilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan akan

membantu meringankan masalah lingkungan (ascription of responsibilty) dan

akibatnya mengaktifkan / menentukan tingat aktivasi norma pribadi orang tersebut

(personal norms) (Steg & Groot, 2010).

a. Personal Norms

1) Pengertian Personal Norms

Menurut NAM, perilaku pro lingkungan seseorang ditentukan oleh derajat

tanggung jawab pribadinya atas perilaku tersebut, yang tercermin dalam

personal norms (PN) (Liu et al., 2017). Personal Norms (PR) atau norma

pribadi didefinisikan sebagai tanggung jawab moral dari tindakan tertentu,

dan elemen model aktivasi norma ini berguna untuk memprediksi perilaku

pro lingkungan (Schwartz & Howard, 1981). Norma pribadi mengacu pada

konsep diri seseorang yang merasakan kewajiban moral untuk melakukan

suatu perilaku tertentu dan dapat dikatakan sebagai bentuk disiplin diri

yang dikaitkan dengan perilaku pro lingkungan (Thøgersen, 2006).

Dengan kata lain, jika seseorang menyadari masalah yang muncul akibat

dari perilaku tertentu, kesadaran ini diikuti dengan pertimbangan

kontribusinya sendiri untuk masalah tersebut dan apakah dia dapat

membantu memecahkan masalah tersebut atau tidak (Liu et al., 2017).

Oleh karena itu, kewajiban moral ini dalam norma pribadi seseorang dapat

berfungsi sebagai faktor pendorong yang terlibat dalam perilaku pro

lingkungan. Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa norma pribadi

merupakan faktor penting yang mempengaruhi berbagai perilaku pro

lingkungan, seperti penghematan energi (Seyranian et al., 2015).


2) Indikator Personal Norms

Wang et al. (2020) mengukur variabel personal norms dengan indikator

sebagai berikut:

a. Kewajiban moral untuk melestarikan sumber daya energi tak

terbarukan dan melindungi lingkungan.

b. Kewajiban moral untuk menggunakan sumber energi tak terbarukan

sesedikit mungkin.

c. Kewajiban moral untuk beralih menggunakan sumber energi

terbarukan daripada sumber energi tak terbarukan.

d. Melakukan segala yang cara untuk mengurangi penggunaan sumber

energi tak terbarukan.

b. Aspiration of Responsibility

1) Pengertian Ascription of Responsibilty

Ascription of responsibilty (AR) digambarkan sebagai perasaan

tanggung jawab moral untuk efek negatif atau berbahaya dari tidak tampil

pro-lingkungan (de Groot & Steg, 2009). Askripsi tanggung jawab

mengacu pada perasaan pribadi seseorang tentang apakah dia bertanggung

jawab atas akibat yang akan terjadi dari perilakunya (de Groot, 2009).

Orang-orang yang menganggap tanggung jawab pada diri mereka sendiri

pada masalah yang berhubungan dengan lingkungan lebih cenderung

mendukung dan menunjukkan perilaku pro-lingkungan (Steg, 2005).

2) Indikator Ascription of Responsibilty

Wang et al. (2020) dan Fang et al. (2019) mengukur variabel

ascription of responsibilty dengan indikator sebagai berikut:


a. Bertanggung jawab atas habisnya bahan bakar fosil.

b. Bertanggung jawab atas kontribusi penggunaan sumber daya energi

tak terbarukan terhadap pemanasan global.

c. Bertanggung jawab atas kontribusi penggunaan sumber daya energi tak

terbarukan untuk kerusakan ekologi.

d. Bertanggung jawab atas konsekuensi negatif penggunaan

sumber energi tak terbarukan.

c. Awareness of Consequences

1) Pengertian Awareness of Consequences

Awareness of Consequences (AC) mencerminkan apakah seseorang

sadar atau tidak efek buruk dari tindakannya pada masyarakat atau sadar

tentang nilai-nilai yang tidak pro lingkungan (de Groot & Steg, 2009).

Orang lebih cenderung terlibat dalam masalah lingkungan dan

menunjukkan perilaku pro lingkungan ketika mereka menyadari

konsekuensi buruk dari tindakan mereka bagi orang lain dan diri mereka

sendiri (Hansla, 2008). Studi sebelumnya telah menguji dampak kesadaran

konsekuensi pada perilaku pro-lingkungan (Fang et al., 2019).

2) Indikator Awareness of Consequences

Wang et al. (2020) mengukur variabel awareness of consequences

dengan indikator sebagai berikut:

a. Kesadaran untuk mengkonsumsi biofuel yang dapat menurunkan

penggunaan sumber daya alam tak terbaharukan.

b. Kesadaran mengkonsumsi biofuel yang dapat mengurangi kerusakan

lingkungan.
c. Kesadaran mengkonsumsi biofuel dapat mengurangi pemanasan

global.

4. Social Media Information

a. Pengertian Social Media Information

Media diyakini dapat mempengaruhi perilaku pro lingkungan dengan

meningkatkan kepedulian lingkungan masyarakat dan informasi lingkungan.

Penelitian pada masa lalu hanya berfokus pada dampak media tradisional

(seperti televisi, radio, dan surat kabar) terhadap perilaku pro lingkungan.

Namun, seiring berkembangnya zaman, internet kemudian dimasukkan dalam

lingkup akademis. Media sosial memungkinkan perilaku kecil dalam

kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan pemahaman publik tentang

perilaku mereka sendiri dan perilaku orang lain dalam mempromosikan

perilaku pro-lingkungan. Dalam beberapa tahun terakhir dalam konteks

perkembangan media sosial, orang sudah mulai memperhatikan dampaknya.

Banyak peneliti mengakui potensi dampak media social terhadap perilaku pro

lingkungan (Han & Xu, 2020). Penelitian Huang (2016) terhadap penduduk

Taiwan juga menemukan bahwa perolehan informasi pemanasan global dari

media secara individu akan mempengaruhi perilaku pro-lingkungan mereka.

Studi oleh Ho (2015) dan Holbert et al. (2003) fokus pada dampak

media tradisional pada perilaku pro-lingkungan. Holbert (2003) menemukan

bahwa televise memainkan peran penting dalam kepedulian lingkungan dan

perilaku pro-lingkungan. Penelitian Huang (2016), yang terutama berfokus

pada televisi, surat kabar, dan internet, menunjukkan bahwa informasi terkait
pemanasan global yang diperoleh dari ketiga jenis media ini sangat

memengaruhi perilaku pro lingkungan.

b. Indikator Social Media Information

Wang et al. (2020) mengukur variabel social media information dengan

indikator sebagai berikut:

a. Berita yang memuat pernyataan yang mengacu pada lingkungan muncul di

berandaakun media sosial.

b. Video/siaran tentang peristiwa yang merusak lingkungan karena sumber

energi tak terbarukan muncul di beranda berita terkini akun media sosial.

c. Tautan/situs web tentang teknologi energi terbarukan muncul di beranda

berita akun media sosial.


B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Tujuan Penelitian Variabel yang Metode Hasil


Peneliti Digunakan Analisis Data
1. Zailani et al. Applying the Untuk mengetahui Variabel Dependen: Partial Hasil analisis menunjukkan bahwa
(2019) Theory of pengaruh nilai yang willingness to pay Least functional value, conditional
Consumption berbeda yang for biofuels Squares value, emotional value dan
Publish on: Values to Explain mempengaruhi Technique epistemic value merupakan faktor
Sustainability Drivers’Willingn kesediaan pengemudi Variabel Independen: utama yang mempengaruhi
e ss to Pay for untuk membayar functional value, kesediaan pengemudi willingness
Biofuels biofuel. social value, emotional to pay for biofuels. Social value
value, conditional terbukti tidak menjadi faktor yang
value, epistemic value signifikan.

2. Wang et al. Determining the Untuk mengetahui niat Variabel Dependen: Partial Hasil penelitian menunjukkan
(2020) Influencing petani dalam intention to adopt Least bahwa awareness of
Factors of mengadopsi teknologi biogas technology Square consequences, ascription of
Publish on: Biogas biogas di Pakistan Structural responsibility, environmental
International Technology dengan menggunakan Variabel Moderator: Equation concern dan perceived consumer
Journal of Adoption Norm Activation social media Modelling effectiveness secara positif dan
Environmen Intention in Model (NAM). signifikan mempengaruhi norma
t al Pakistan: Variabel Independen: pribadi petani. Akibatnya, norma
Research The awareness of pribadi memengaruhi intention to
and Public Moderating consequences, adopt biogas technology petani di
Health Role of Social ascription of Pakistan. Peran moderasi social
Media responsibility, media juga dikonfirmasi oleh hasil
environmental tersebut.
concern, perceived
consumer
effectiveness
3. Han & Xu A Comparative Untuk membandingkan Variabel Multiple 1) Traditional mediahampir
(2020) Study of the Role peran komunikasi Dependen: pro- Regressio tidak berpengaruh pada
of Interpersonal interpersonal, media environmental n Analysis pro- environmental
Publish on: Communication, tradisional, dan media behavior behavior;
International Traditional sosial yang berbeda 2) Interpersonal influence dapat
Journal of Media and dalam mempengaruhi Variabel Moderator: mempengaruhi pro-
Environmen Social Media hubungan antara information environmental behavior
t al in Pro- persepsi risiko exposure(traditional melalui persepsi risiko
Research Environmenta lingkungan masyarakat, media, interpersonal lingkungan secara signifikan;
and Public l Behavior: A kesediaan untuk influence, social media) 3) Social mediamempengaruhi
Health China-Based berkontribusi pada pro-environmental
Study lingkungan, Variabel Independen: behaviorterutama dengan
lingkungan. individual environment memperkuat efek
pengetahuan, masalah interpersonal influence.
lingkungan, dan
perilaku pro-
lingkungan.

4. Sugandini et The Effect of Untuk memperkuat Variabel Dependen: AMOS 4.0. 1) Integrated marketing
al. (2018) Integrated hubungan komunikasi behavior intention communication dan
Marketing pemasaran terintegrasi, environmental resposibility
Publish on: Communication, tanggung jawab Variabel Mediasi: berpengaruh positif signifikan
Internationa Environmental lingkungan yang voluntariness terhadap voluntariness, dan
l Journal of Responsibility dirasakan, dan 2) Voluntariness berpengaruh
Civil and kesukarelaan dalam Variabel Independen: positif signifikan terhadap
Engineering Voluntariness niat berperilaku. integrated marketing behavior intention.
and
Toward communication,
Technology
Electricity Saving environmental
Behavior responsibility
Intention
5. Liu et al. Integrating Liu et al. (2020) Variabel Dependen: Partial Hasil penelitian menunjukkan
(2020) Norm Activation mengusulkan model intention to reduce Least bahwa tiga variabel perceived
Model and terintegrasi berdasarkan car- travel Square norm, attitude, dan perceived
Publish on: Theory norm activation model behavioral control atas
International of Planned danthe theory of Varibel Mediasi: pengurangan angkutan mobil,
Journal of Behavior to planned personal norms secara signifikan mempengaruhi
Environmen Understand behaviordengan intention to reduce car-travel.
t al Sustainable menggabungkan faktor Variabel Independen: Perceived norm memediasi
Research Transport normatif dan rasional awareness of hubungan antara awareness of
and Public Behavior: untuk memprediksi niat consequence, consequence, ascription of
Health Evidence individu untuk ascription of responsibility, subjective norm,
from China mengurangi responsibility, dan intention to reduce car-
penggunaan mobil. subjective norm, travel.
perceived behavioral
control, attitude,
perceived norm
C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Aspiration of Responsibility dengan Personal Norms

Anggapan tanggung jawab terhadap diri sendiri adalah salah satu yang

menentukan norma pribadi, dan pada gilirannya menentukan apakah individu

berperilaku altruistik (perilaku pro lingkungan) atau tidak (Schwartz, 1977).

Orang-orang yang menganggap tanggung jawab untuk diri mereka sendiri pada

masalah yang berhubungan dengan lingkungan lebih cenderung mendukung dan

menunjukkan perilaku pro-lingkungan (Steg et al., 2005). Ketika individu

menyadari dampak negatif dari perilaku tidak pantas mereka pada orang lain,

mereka secara spontan mengembangkan rasa tanggung jawab (Zhang et al., 2020).

2. Hubungan Awareness of Consequences dengan Personal Norms

Kesadaran akan konsekuensi dari perilaku seseorang adalah salah satu

faktor yang menentukan norma pribadi, dan ini pada gilirannya menentukan

apakah individu berperilaku altruistik atau tidak (Schwartz, 1977). Orang lebih

cenderung terlibat dalam masalah lingkungan dan menunjukkan perilaku pro

lingkungan ketika mereka menyadari konsekuensi buruk dari tindakan /

kelambanan mereka pada orang lain dan diri mereka sendiri (Hansla et al., 2008).

Kesadaran konsekuensi dan anggapan tanggung jawab membantu individu untuk

membangun norma pribadi (Zhang et al., 2020).

3. Hubungan Personal Norms dengan Biofuel Behavior Intention

Norma pribadi, yaitu perasaan kewajiban moral untuk melakukan perilaku

tertentu, oleh karena itu dipandang sebagai anteseden langsung dari perilaku pro

sosial (Okumah et al., 2020). Schwartz (1977) berpendapat bahwa ketika orang

menyadari konsekuensi (atau tidak) terlibat dalam perilaku prososial tertentu dan
juga menganggap tanggung jawab tersebut untuk diri mereka sendiri, mereka

lebih cenderung untuk bertindak positif. Ini mungkin karena norma pribadi

berfungsi sebagai tolok ukur untuk apa yang dianggap pantas atau tidak patut oleh

seseorang dan pada gilirannya dapat mengatur perilaku orang tersebut.

4. Hubungan Social Media Information dengan Biofuel Behavior Intention

Lee (2011) menunjukkan bahwa kontak media memang memiliki dampak

yang signifikan terhadap perilaku pro-lingkungan remaja dalam kerangka model

sikap-niat-perilaku. Survei Chan (1998) terhadap 173 rumah tangga Hong Kong

menegaskan bahwa media massa memengaruhi norma subjektif penduduk.

Penelitiannya adalah contoh efektif penerapan model analitis teori perilaku

terencana. Demikian pula, Ho (2015) menemukan hubungan antara

ketergantungan media dan perilaku pembelian produk ramah lingkungan.

Faktanya, pengaruh media pada perilaku pro-lingkungan jelas mempengaruhi

pada tahap perkembangan media. Sebuah studi oleh Han et al. (2018)

menunjukkan bahwa konten lebih cenderung mendapatkan kepercayaan public

daripada informasi resmi. Informasi ini berperan penting dalam mengaktifkan

regulasi pro lingkungan, pembentukan komunitas online pro lingkungan, dan

peningkatan partisipasi public dalam perilaku lingkungan. Ada alasan untuk

meyakini bahwa media sosial memainkan peran yang berbeda dari media

tradisional, termasuk internet, dengan menghubungkan komposisi media dengan

kontak interpersonal (Han & Xu, 2020). Fungsi siaran dari rekaman media social

memungkinkan orang untuk memiliki perasaan intuitif tentang penghematan

energy dan kinerja lingkungan mereka sendiri serta mempromosikan perilaku

lingkungan mereka (Oakley & Chen, 2008; Manko et al., 2010).


D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah dasar

kerangka dari penelitian Wang (2008). Kerangka konseptual pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Aspiration of Responsibility
H1

Personal Norms
H3

Biofuel Behavior
Awareness of Consequences H2 Intention

Social Media Information H4

E. Hipotesis

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pernyataan. Maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H1 : Aspiration of Responsibility berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Personal Norms.

H2 : Awareness of Consequences berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Personal Norms.

H3 : Personal Norms berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Biofuel

Behavior Intention.

H4 : Social Media Information berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Biofuel Behavior Intention.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan pendekatan survey.

Pendekatan survei dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel

dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan

berbagai aspek dari populasi (Faenkel dan Wallen, 1990). Untuk memudahkan

peneliti maka peneliti membagikan kuesioner guna untuk mengetahui respon

mengenai “Pengaruhtanggung Jawab Lingkungan, Kesadaran Lingkungan, Norma

Pribadi dan Informasi Media Sosial terhadap Niat Pembelian Biofuel di Daerah

Istimewa Yogyakarta”.

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini adalah penelitian untuk pengujian

hipotesis. Menurut Sekaran dan Bougie (2016), pengujian hipotesis yaitu penelitian

yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan independen, atau variabel

lain yang saling mempengaruhi satu variabel ke variabel lainnya. Penelitian ini bisa

disimpulkan sebagai penelitian kausal yaitu jenis penelitian yang dirancang untuk

menjelaskan bahwa variabel X adalah penyebab variabel Y. Namun, berdasarkan

horizon waktu, penelitian ini juga diklasifikasikan sebagai satu waktu atau studi

cross-sectional. Definisi studi cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan hanya

dalam satu waktu melalui periode waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif.


A. Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian

dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2020 yaitu bulan September sampai dengan

bulan Desember 2020 dengan alokasi waktu sebagai berikut:

Tabel 3.1
Waktu Penelitian

Bulan Pelaksaan
No. Keterangan
September Oktober November Desember
1. Survey Awal
Penyusunan Proposal
Skripsi (Bab I - Bab III)
3. Kuesioner
4. Olah Data
5. Penyusunan Laporan
Skripsi (Bab IV dan Bab
V)

B. Populasi
Populasi mengacu pada seluruh kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal

menarik yang ingin peneliti simpulkan (Sekaran dan Bougie, 2016). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian konsumen di Daerah Istimewa

Yogyakarta yang sudah berperilaku ramah lingkungan. Pengambilan sampel

dilakukan menggunakan metode non probability sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengumpulan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Kriteria responden

adalah individu yang sudah pernah melakukan atau terlibat dalam aktivitas perilaku
lingkungan dan individu ini terlibat di dalam proses pengambilan keputusan.

Responden dapat berperan sebagai inisiator, pemberi pengaruh, pengguna, atau

pengambil keputusan. Jumlah sampel yang diambil mengacu pada pendapat Hair et

al., (2013) yang menyatakan bahwa jumlah minimal sampel agar sebuah pengujian

data memiliki statistical power yang dapat dipertanggung jawabkan adalah lima

sampai dengan sepuluh kali parameter yang dianalisis.

D. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut

Sugiyono (2015), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data. Data yang diperoleh pada penelitian ini berdasarkan jawaban

responden terhadap kuisioner yang diberikan secara online menggunakan google

formulir dan secara offline dengan kuesioner yang telah dicetak. Prosedur yang

dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah membagikan link atau

alamat kuesioner secara online dan kuesiner cetak secara offline kepada konsumen

biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. Metode Perolehan Data

Metode perolehan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2015). Responden diminta secara sukarela menyelesaikan kuesioner

dengan imbalan souvenir yang diberikan oleh peneliti. Responden pada awalnya

diminta mengisi bagian pertanyaan penelitian sebagai kriteria seseorang bisa menjadi

responden dalam penelitian ini. Jika kriteria responden dapat dipenuhi, maka

responden dapat menlanjutkan mengisi identitas responden dan kemudian menjawab


kuesioner. Jika responden tidak memenuhi salah satu kriteria untuk menjadi sampel

maka pengisian kuesioner tidak dapat dilanjutkan. Seluruh jawaban responden secara

online kemudian dikirim dan hasilnya terekam di akun google drive peneliti,

sedangkan secara offline akan direkap dalam tabel Microsoft Excel.

F. Klasifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Independen/Eksogen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Pada variabel eksogen ini, tidak

ada variabel lain yang mendahului atau menjadi sebab timbulnya variabel ini.

Variabel independen pada penelitian ini adalah Aspiration of Responsibility,

Awareness of Consequences, dan Social Media Information.

2. Variabel Mediasi/Endogen 1

Variabel mediasi adalah variabel yang terletak diantara variabel independen dan

variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung menjelaskan atau

mempengaruhi variabel dependen. Variabel ini juga merupakan variabel endogen

karena ada variabel lain yang mendahului atau menjadi sebab timbulnya variabel

ini. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel mediasi yaitu Personal Norms.

3. Variabel Dependen/Endogen 2

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel independen. Variabel ini juga merupakan variabel endogen

karena ada variabel lain yang mendahului atau menjadi sebab timbulnya variabel

ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Biofuel Behavior Intention.
G. Definisi Operasional

Operasional variabel menjelaskan mengenai variabel yang diteliti, definisi

variabel, indikator, sumber dari masing-masing variabel dan indikator tersebut dari

siapa, tahun berapa dan skala pengukuran yang digunakan. Tujuannya adalah untuk

memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi dalam penelitian.

Berdasarkan judul dari penelitian ini yaitu “Pengaruhtanggung Jawab Lingkungan,

Kesadaran Lingkungan, Norma Pribadi dan Informasi Media Sosial terhadap Niat

Pembelian Biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta”, maka definisi operasional

variabel pada penelitian ini digambarkan pada Tabel 3.2 yaitu sebagai berikut:
Table 3.2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Sumber


Aspiration of Ascription of responsibilty (AR) a. Bertanggung jawab atas habisnya bahan bakar fosil. Wang et al.
Responsibilit digambarkan sebagai perasaan b. Bertanggung jawab atas kontribusi (2020); Fang et
y (X1) tanggung jawab moral untuk efek penggunaan sumber daya energi tak terbarukan al. (2019)
negatif atau berbahaya dari tidak terhadap pemanasan global.
tampil pro-lingkungan (de Groot & c. Bertanggung jawab atas kontribusi penggunaan
Steg, 2009). sumber daya energi tak terbarukan untuk
kerusakan ekologi.
d. Bertanggung jawab atas konsekuensi
negatif penggunaan sumber energi tak
terbarukan.
Awareness of Awareness of Consequences (AC) a. Kesadaran untuk mengkonsumsi biofuel yang Wang et al.
Consequence mencerminkan apakah seseorang dapat menurunkan penggunaan sumber daya alam (2020)
s (X2) sadar atau tidak efek buruk dari tak terbaharukan.
tindakannya pada masyarakat atau b. Kesadaran mengkonsumsi biofuel yang
sadar tentang nilai-nilai yang tidak dapat mengurangi kerusakan lingkungan.
pro lingkungan (de Groot & Steg, c. Kesadaran mengkonsumsi biofuel dapat
2009). mengurangi pemanasan global.

Personal Norms Personal Norms (PR) atau norma a. Kewajiban moral untuk melestarikan sumber Wang et al.
(Z) pribadi didefinisikan sebagai daya energi tak terbarukan dan melindungi (2020)
tanggung jawab moral dari tindakan lingkungan.
tertentu, dan elemen model aktivasi b. Kewajiban moral untuk menggunakan sumber
norma ini berguna untuk energi tak terbarukan sesedikit mungkin.
memprediksi perilaku pro lingkungan c. Kewajiban moral untuk beralih menggunakan
(Schwartz & Howard, 1981). sumber energi terbarukan daripada sumber energi tak
terbarukan.
d. Melakukan segala yang cara untuk
mengurangi penggunaan sumber energi tak
terbarukan.
Social Media diyakini dapat mempengaruhi a. Berita yang memuat pernyataan yang mengacu Wang et al.
Media perilaku pro lingkungan dengan pada lingkungan muncul di beranda akun media (2020)
Information meningkatkan kepedulian lingkungan sosial.
(X3) masyarakat dan informasi lingkungan b. Video/siaran tentang peristiwa yang merusak
serta mengarah pada perilaku kecil lingkungan dampak sumber energi tak terbarukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk muncul di beranda berita terkini akun media sosial.
meningkatkan pemahaman publik c. Tautan/situs web tentang teknologi energi
tentang perilaku mereka sendiri dan terbarukan muncul di beranda berita akun media
perilaku orang lain dalam sosial.
mempromosikan perilaku pro-
lingkungan (Han & Xu, 2020).

Biofuel Biofuel behavior intention atau niat a. Bersedia menggunakan produk biofuel yang Ajzen (2002);
Behavior seseorang untuk berperilaku hemat ramah bagi lingkungan. Persada (2016)
Intention energi dengan beralih mengkonsumsi b. Berencana menggunakan produk biofuel yang
(Y) biofuels dikaitkan dengan model TPB ramah bagi lingkungan.
yang mengukur kecenderungan c. Akan mencoba menggunakan produk biofuel
individu dan mengevaluasi persepsi yang ramah bagi lingkungan.
individu baik secara postif maupun
negatif terhadap penghematan energi
(Pedersen, 2008).
H. Skala Pengukuran Variabel
Menurut Sugiyono (2015), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang

digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada

dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan

menghasilkan data kuantitatif. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala Likert, yang mana skala tersebut digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala Likert, maka variabel dapat diukur dan dijabarkan menjadi indikator

variabel yang kemudian dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyususn instrumen

berupa pertanyaan-pertanyaan. Untuk keperluan analisis kuantitatif digunakan

jawaban skor 1-5. Berikut adalah tabel skor skala likert:

Tabel 3.3
Skor Skala
Likert

No. Skala Skor


1. Sangat Setuju (SS) 5
2. Setuju (S) 4
3. Netral (N) 3
4. Tidak Setuju (TS) 2
5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Setelah mengetahui hasil skor skala likert tersebut, kemudian dicari nilai rata-

rata yang dikelompokkan dalam kelas interval dengan jumlah kelas 5, sehingga

intervalnya sebagai berikut:

nilai maksimal - nilai minimal


interval  banyaknya kelas
5 -1
interval 
5
interval  0,8
Berdasarkan perhitungan diatas, adapun kategori masing-masing interval

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4
Kategorisasi Variabel
Interval Kategori
1,00 s/d 1,80 Sangat Rendah
1,81 s/d 2,61 Rendah
2,62 s/d 3,42 Sedang
3,43 s/d 4,22 Tinggi
4,23 s/d 5,00 Sangat Tinggi

I. Uji Instrumen

Menurut Sekaran dan Bougie (2016), instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam

penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas sebagai uji instrumen

penelitian.

1. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat kesesuaian antara suatu batasan konseptual yang

diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan. Uji validitas ini

digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner

dikatakan valid jika pada pertanyaannya mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2015). Validitas yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah seberapa baik konstruk penelitian yang didefinisikan

oleh variabel pengukuran yang digunakan. Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi yang mengevaluasi sejauh mana indikator-

indikator mengukur sebuah konsep.


a. Convergent Validity

Nilai convergent validity adalah nilai outer loading pada variabel laten dengan

indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan > 0.7. Namun menurut Ghozali

(2015) untuk penelitian tahap awal pengembangan skala pengukuran, nilai

loading 0.5–0.6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan

menggunakan batas loading factor sebesar 0.7.

b. Discriminant Validity

Nilai ini merupakan nilai cross loading factor yang berguna untuk mengetahui

apakah variabel memiliki diskriminan yang memadai yaitu dengan cara

membandingkan nilai loading pada variabel yang dituju harus lebih besar

dibandingkan dengan nilai loading dengan variabel yang lain.

c. Average Variance Extracted (AVE)

Selain mengamati nilai cross loading, uji validitas juga dapat diketahui

melalui metode lainnya, yaitu dengan melihat nilai average variant axtracted

(AVE). Hussein (2015) mengatakan nilai AVE yang diharapkan > 0.5. Uji

validitas pada penelitian dilakukan dengan menggunakan software Smart PLS

3.0.

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat akurasi dari jawaban

yang mungkin dari beberapa pertanyaan. Uji reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pengukuran memberikan hasil yang konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas diukur menggunakan uji statistik

composite reliability dan Cronbach’s Alpha (α). Uji reliabilitas dilakukan dengan

softwareSmart PLS 3.0.Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari 30 responden

yang ditampilkan pada Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 sebagai berikut:
a. Composite Reliability

Suatu variabel dapat dikatakan memenuhi syarat composite reliability apabila

memiliki nilai composite reliability> 0.6 (Ghozali, 2015).

b. Cronbach Alpha

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai (α) > 0.7

(Nunnally & Bernstein, 1994).

J. Teknik Analisis Data


1. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2015), analisis deskriptif merupakan analisis dan

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau digeneralisasi. Analisis deskriptif dalam penelitian meliputi

karakteristik responden dan persepsi responden terhadap variabel-variabel

penelitian.

2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least

Square (PLS). Menurut Ghozali (2015) PLS merupakan salah satu teknik

Structural Equation Modeling (SEM) yang mampu menganalisis variabel laten,

variabel indikator dan kesalahan pengukuran secara langsung. PLS dapat

digunakan dengan jumlah sampel yang kecil dan dapat diterapkan pada semua

skala data. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penggunaan model evaluasi

PLS (Ghozali, 2015) sebagai berikut :


a. Model Pengukuran atau Outer Model

Pada penelitian ini indikator yang terbentuk dari variabel laten adalah

model indikator reflektif. Indikator reflektif menempatkan bahwa perubahan

pada variabel laten akan mempengaruhi perubahan indikator. Outer model

disebut juga dengan uji indikator, dimana outer model dengan indikator

reflektif dievaluasi melalui convergent validity, discriminant validity,

composite reliability, AVE dan cronbach alpha. Outer model atau uji

indikator dilakukan untuk menilai reliabilitas dan validitas model.

b. Model Struktural atau Inner Model

Inner model atau biasa disebut dengan uji pengaruh atau uji hipotesis

bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Inner model

dapat dievaluasi dari beberapa indikator meliput:

1) Coefficient Determination (R-squares)

Coefficient Determination (R-Square) digunakan untuk mengukur

seberapa banyak variabel endogen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Chin

menyebutkan hasil R2 sebesar 0.67 ke atas untuk variabel laten endogen

dalam model struktural mengindikasikan pengaruh variabel eksogen (yang

mempengaruhi) terhadap variabel endogen (yang dipengaruhi) termasuk

dalam kategori baik. Sedangkan jika hasilnya sebesar 0.33 - 0.67 maka

termasuk dalam kategori sedang, dan jika hasilnya sebesar 0.19 - 0.33

maka termasuk ke dalam kategori lemah (Hussein, 2015).

2) Predictive Relevance (Q-square)

Nilai Q-Square sebagaiGoodness of fit (GoF) memiliki arti yang sama

dengan coefficient determination (R-Square) pada analisis regresi, dimana

semakin tinggi Q-Square, maka model dapat dikatakan semakin baik atau
semakin fit dengan data. Nilai Q-Square > 0 menunjukkan bahwa nilai-

nilai yang diobservasi sudah direkonstruksi dengan baik dengan

mempunyai relevansi prediktif (Hussein, 2015). Sedangkan Q-Square < 0

menunjukkan tidak adanya relevansi prediktif . Adapun perhitungan nilai

Q-Square adalah sebagai berikut:

Q-Square = 1 - [(1 - R 12) (1 - R 22) … (1 - R p2)]

3) P-value

P-value sebagai nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model

struktural harus signifikan, yang dapat diperoleh dengan prosedur

bootstrapping. Nilai inner model yang ditunjukkan oleh P value < 0,05

(signifikansi 5%) (Hussein, 2015).

c. Pengujian Hipotesis

Signifikasi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat

berguna untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai probabilitasnya dan t-

statistik nya. Untuk nilai probabilitas Hussein (2015), mengatakan nilai p-

value dengan α sebesar 5% adalah < 0.05. Nilai t-tabel untuk α 5% adalah

1.960. Sehingga kriteria penerimaan hipotesa adalah ketika t-statistik > t-tabel.

Pengujian hipotesis dengan metode Smart PLS 3.0 dilakukan dengan cara

melakukan proses bootstrapping. Besarnya efek langsung akan diamati dari

nilai standardized direct effect, sehingga diperoleh hubungan pengaruh

variabel eksogen terhadap variabel endogen.

H1 : Aspiration of Responsibility berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Personal Norms.


Hipotesis diterima jika nilai t-statistik > t-tabel (1.960) dan nilai p-value< 0.5.

Artinya Aspiration of Responsibility berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Personal Norms. Besarnya efek langsung akan diamati dari nilai path

coefficients yang diperoleh dari program Smart PLS 3.0.

H2 : Awareness of Consequences berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Personal Norms.

Artinya Awareness of Consequences berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Personal Norms. Besarnya efek langsung akan diamati dari nilai path

coefficients yang diperoleh dari program Smart PLS 3.0.

H3 : Personal Norms berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Biofuel Behavior Intention.

Artinya Personal Norms berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Biofuel Behavior Intention. Besarnya efek langsung akan diamati dari nilai

path coefficients yang diperoleh dari program Smart PLS 3.0.

H4 : Social Media Information berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Biofuel Behavior Intention.

Hipotesis diterima jika nilai t-statistik > t-tabel (1.960) dan nilai p-value< 0.5.

Artinya Social Media Information berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap Biofuel Behavior Intention. Besarnya efek langsung akan diamati dari

nilai path coefficients yang diperoleh dari program Smart PLS 3.0.
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. Constructing a TPB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.


Conference Proceeding. 2002. Available online:
https://pdfs.semanticscholar.org/0574/b20bd58130dd5a961f1a2db10fd1fcbae95d.pdf
(accessed on 22 March 2018).

Ajzen, I. The theory of planned behavior.Organ. Behav. Hum. Decis. Process. 1991, 50, 179–
211.
Ajzen, I., & Madden, T. J. (1986). Prediction of goal-directed behavior: Attitudes, intentions,
and perceived behavioral control. Journal of Experimental Social Psychology, 22(5),
453–474. https://doi.org/10.1016/0022-1031(86)90045-4

Amir, S.M.; Liu, Y.; Shah, A.A.; Khayyam, U.; Mahmood, Z. Empirical study on influencing
factors of biogas technology adoption in Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. Energy
Environ. 2019, 31, 1–22.

Arshad, M.; Bano, I.; Khan, N.; Imran, M.; Younus, M. Electricity generation from biogas of
poultry waste: An assessment of potential and feasibility in Pakistan. Renew. Sustain.
Energy Rev. 2018, 81, 1–6.

Borgmann, A. (2000). “The Moral Complexion Of Consumption”. Journal of Consumer


Research, vol. 26(4), pp. 418-422.
Chan, K. Mass communication and pro-environmental behaviour: Waste recycling in Hong
Kong. J. Environ. Manag. 1998, 52, 317–325.

Chen, M.F. Extending the theory of planned behavior model to explain peopleʹs energy
savings and carbon reduction behavioral intentions to mitigate climate change
inTaiwan–moral obligation matters. J. Clean. Prod. 2016, 112, 1746–1753.
Coyle, E.D.; Simmons, R.A. Understanding the Global Energy Crisis; Purdue University
Press: West Lafayette, IN, USA, 2014.

de Groot, J.; Steg, L. Morality and prosocial behavior: The role of awareness, responsibility,
and norms in the norm activation model. J. Soc. Psychol. 2009, 149, 425–449.

Demirbas, A. Progress and recent trends in biofuels. Prog. Energy Combust. Sci. 2007, 33, 1–
18.
Eurobarometer. “Attitudes Towards Energy”, A Report Produced by The European
Commission for the Directorate-General for Research; Eurobarometer: Luxembourg,
2005.

Fang, W.-T.; Chiang, Y.-T.; Ng, E.; Lo, J.-C. Using the Norm Activation Model to Predict
the Pro-Environmental Behaviors of Public Servants at the Central and Local
Governments in Taiwan. Sustainability 2019, 11, 3712.
Flynn, P.C. Commercializing an alternate vehicle fuel: Lessons learned from natural gas for
vehicles. Energy Policy 2002, 30, 613–619.

Fraenkel, Jack. R and Norman E. Wallen. (1990). How to Design and Evaluate Research in
EducationUSA, San Fransisco State University.

Ghozali, Imam. 2015. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least
Square (PLS). Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Grevet, C.; Manko_, J. Motivating Sustainable Behavior through Social Comparison on
Online Social Visualization. Available online:
https://pdfs.semanticscholar.org/693d/4134daad1f174a30d5205d335d395da00622.pdf
(accessed on 18 March 2020).

Hair, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., &Sarstedt, M. (2013). “A Primer on Partial Least
Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM)”. Thousand Oaks: Sage.
Han, W. Online Travel UGC as Persuasive Communication: Explore Its Informational and
Normative Influence on Pro-Environmental Personal Norms and Behavior. Ph.D.
Thesis, University of Nottingham, Nottingham, UK, 2018.

Hansla, A.; Gamble, A.; Juliusson, A.; Gärling, T. The relationships between awareness of
consequences,environmental concern, and value orientations.J. Environ. Psychol.
2008,28, 1–9.

Ho, S.S.; Liao, Y.; Rosenthal, S. Applying the theory of planned behavior and media
dependency theory: Predictors of public pro-environmental behavioral intentions in
Singapore. Environ. Commun. 2015, 9, 77–99.

Holbert, R.L.; Kwak, N.; Shah, D.V. Environmental concern, patterns of television viewing,
and pro-environmental behaviors: Integrating models of media consumption and
e_ects. J. Broadcasting Electron. Media 2003, 47, 177–196.

Hopper, J.R.; Nielsen, J.M. Recycling as altruistic behavior: Normative and Behavioral
Strategies to Expand Participation in a Community Recycling Program. Environ.
Behav. 1991, 23, 195–220.

Huang, H. Media use, environmental beliefs, self-e_cacy, and pro-environmental behavior. J.


Bus. Res. 2016, 69, 2206–2212.

Huang, H. Media use, environmental beliefs, self-e_cacy, and pro-environmental behavior. J.


Bus. Res. 2016, 69, 2206–2212.

Hussein, A. S. (2015). “Penelitian Bisnis dan Manajemen Menunggunakan Partial Least


Square (PLS) dengan smartPLS 3.0”.Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
International Energy Agency (IEA). Energy Technology Perspectives 2017; International
Energy Agency: Paris, France, 2017.
Jackson, T. (2005). Motivating Sustainable Consumption: a review of evidence on consumer
behaviour and behavioural change. Sustainable Development Research Network.

Jaini, A.; Quoquab, F.; Mohammad, J.; Hussin, N. ‘I buy green products, do you : : : ?’: The
moderating e_ect of eWOM on green purchase behavior in Malaysian cosmetics
industry. Int. J. Pharm. Healthc. Mark. 2019.

Jansson, J.; Nordlund, A.; Westin, K. Examining drivers of sustainable consumption: The
influence of norms and opinion leadership on electric vehicle adoption in Sweden. J.
Clean. Prod. 2017, 154, 176–187.

Kollmuss, Anja and Julian Agyeman (2002), “Mind the Gap: Why Do People Act
Environmentally and What Are the Barriers to Proenvironmental Behavior?”
Environmental Education Research, 8 (3), 239–60.

Kumari, D.; Singh, R. Pretreatment of lignocellulosic wastes for biofuel production: A


critical review. Renew. Sustain. Energy Rev. 2018, 90, 877–891.

Lee, K. The role of media exposure, social exposure and biospheric value orientation in the
environmental attitude-intention-behavior model in adolescents. J. Environ. Psychol.
2011, 31, 301–308.

Letcher, T.M. Why do we have global warming? In Managing Global Warming; Elsevier:
New York, NY, USA,2019; pp. 3–15.

Lim, S.; Lee, K.T. Implementation of biofuels in Malaysian transportation sector towards
sustainable development: A case study of international cooperation between Malaysia
and Japan. Renew. Sustain. Energy Rev. 2012, 16, 1790–1800.

Liu, Hu-Chen & You, Xiao-Yue & Xue, Yixi & Luan, Xue. (2017). Exploring critical factors
influencing the diffusion of electric vehicles in China: A multi-stakeholder
perspective. Research in Transportation Economics. 10.1016/j.retrec.2017.10.001.

Majuri, Pirjo. (2016). Ground source heat pumps and environmental policy – The Finnish
practitioner's point of view. Journal of Cleaner Production. 139.
10.1016/j.jclepro.2016.08.017.
Manko_, J.; Fussell, S.R.; Dillahunt, T.; Glaves, R.; Grevet, C.; Johnson, M.; Matthews, D.;
Matthews, H.S.; McGuire, R.; Thompson, R.; et al. StepGreen.org: Increasing energy
saving behaviors via social networks. In Proceedings of the Fourth International
AAAI Conference onWeblogs and Social Media,Washington, DC, USA, 23–26 May
2010.

Menezes, A.C.; Tetlow, R.; Beaman, C.P.; Cripps, A.; Bouchlaghem, D.; Buswell, R.
Assessing the Impactof Occupant Behaviour on Electricity Consumption for Lighting
and Small Power in Office Buildings.In Proceedings of the International Conference
of Architecture Engineering and Construction (AEC2012),Sao Paulo, Brazil, 15–17
August 2012.
Moser, A.K. Consumers’ purchasing decisions regarding environmentally friendly products:
An empiricalanalysis of German consumers. J. Retail. Consum. Serv. 2016, 31, 389–
397.

Mufidah, Ilma & Jiang, Bernard & Lin, Shu-Chiang & Chin, Jacky & Rachmaniati, Yulia &
Persada, Satria. (2018). Understanding the Consumers’ Behavior Intention in Using
Green Ecolabel Product through Pro-Environmental Planned Behavior Model in
Developing and Developed Regions: Lessons Learned from Taiwan and Indonesia.
Sustainability. 10. 1423. 10.3390/su10051423.

Muralidharan, S.; Rejón-Guardia, F.; Xue, F. Understanding the green buying behavior of
younger Millennials from India and the United States: A structural equation modeling
approach. J. Int. Consum. Mark. 2016, 28, 54–72.

National Institutes of Health. Consumer Health Informatics Research Resource. Available


online: https://chirr.nlm.nih.gov/ (accessed on 22 March 2018).

Nunnally, J.C. and Bernstein, I.H. (1994) The Assessment of Reliability. Psychometric
Theory, 3, 248-292.
Oakley, I.; Chen, M.; Nisi, V.; Motivating sustainable behavior. On Ubiquitous Computing.
2008, p. 174. Available online: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.297.7503&rep=rep1&type= pdf#page=182 (accessed on 2 March 2020).

Pedersen, M. 2008. Segmenting residential customers: energy and conservation behaviours.


Proceedings of the 2008 ACEEE Summer Study on Energy Efficiency in Buildings,
Pacific Grove, CA, USA 7 229–41
Persada, S. Pro Environmental Planned Behavior Model to Explore the Citizens’
Participation Intention inEnvironmental Impact Assessment: An Evidence Case in
Indonesia; National Taiwan University of Science& Technology: Taipei, Taiwan,
2016.

Sakr, D. & Sena, A.. (2016). Cleaner production status in the Middle East and North Africa
region with special focus on Egypt. Journal of Cleaner Production. 141.
10.1016/j.jclepro.2016.09.160.
Salmela, S.; Varho, V. Consumers in the green electricity market in Finland. Energy Policy
2006, 34, 3669–3683.
Schwartz, S.H. Normative influences on altruism. InAdvances in Experimental Social
Psychology; AcademicPress Inc.: New York, NY, USA, 1977; pp. 221–279.
Schwartz, S.H.; Howard, J.A. A Normative Decision-Making Model of Altruism. Available
online:https://www.semanticscholar.org/paper/A-Normative-Decision-Making-
Model-of-Altruism-Schwartz-
Howard/6c216e91935e53153633a8d07531ed03af4c269b (accessed on 18 March
2020).
Sekaran,U., & Bougie, R. J. 2016. Research Methods for Business:A Skill Building
Approach (7th ed.). John Wiley & Sons, Inc.
Seyranian, V.; Sinatra, G.M.; Poliko_, M.S. Comparing communication strategies for
reducing residential water consumption. J. Environ. Psychol. 2015, 41, 81–90.
Steg, L.; Dreijerink, L.; Abrahamse, W. Factors influencing the acceptability of energy
policies: A test of VBNtheory.J. Environ. Psychol. 2005, 25, 415–425.
Sugiyono. (2015). “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D)”. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Taghizadeh-Alisaraei, A., Assar, H. A., Ghobadian, B., & Motevali, A. (2017). Potential of
biofuel production from pistachio waste in Iran. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 72, 510-522.
Taghizadeh-Alisaraei, Ahmad & Hosseini, Seyyed Hassan & Ghobadian, Barat & Motevali,
Ali. (2016). Biofuel production from citrus wastes: A feasibility study in Iran.
Renewable and Sustainable Energy Reviews. 10.1016/j.rser.2016.09.102.

Thøgersen, J. Norms for environmentally responsible behaviour: An extended taxonomy. J.


Environ. Psychol. 2006, 26, 247–261.

Timilsina, G.R.; Shrestha, A. Transport sector CO2 emissions growth in Asia: Underlying
factors and policy options. Energy Policy 2009, 37, 4523–4539.

Wang, C.L. 2008. ‘Entrepreneurial orientation, learning orientation,&firm performance’.


Entrepreneurship Theory&Practice, 32(1), 635-657.

Wang, T. Social identity dimensions and consumer behavior in social media. Asia Pacific
Manag. Rev. 2017, 22, 45–51.

Wang, Z.; Zhang, B.; Li, G. Determinants of energy-saving behavioral intention among
residents in Beijing:Extending the theory of planned behavior. J. Renew. Sustain.
Energy, 2014, 6, 053127.
Wang, Zan-xin & Ali, Saqib & Akbar, Ahsan & Rasool, Farhan. (2020). Determining the
Influencing Factors of Biogas Technology Adoption Intention in Pakistan: The
Moderating Role of Social Media. International Journal of Environmental Research
and Public Health. 17. 10.3390/ijerph17072311.
Wittenberg, I.; Blobaum, A.; Matthies, E. Environmental motivations for energy use in PV
households: Proposal of a modified norm activation model for the specific context of
PV households. J. Environ. Psychol. 2018, 55, 110–120.

Xu, K.; Lv, B.; Huo, Y.-X.; Li, C. Toward the lowest energy consumption and emission in
biofuel production: Combination of ideal reactors and robust hosts. Curr. Opin.
Biotechnol. 2018, 50, 19–24.

Young, C.W.; Russell, S.V.; Barkemeyer, R. Social media is not the ‘silver bullet’ to
reducing household food waste, a response to Grainger and Stewart (2017). Resour.
Conserv. Recycl. 2017, 122, 405–406.

Yu, T.Y.; Yu, T.K.; Chao, C.M. Understanding Taiwanese undergraduate students’ pro-
environmental behavioral intention towards green products in the fight against climate
change. J. Clean. Prod. 2017, 161, 390–402.

Zailani, Suhaiza & Iranmanesh, Mohammad & Hyun, Sunghyup & Ali, Mohd Helmi. (2019).
Applying the Theory of Consumption Values to Explain Drivers' Willingness to Pay
for Biofuels. Sustainability. 21. 1-13. 10.3390/su11030668.
Zhang, Leibao & Hu, Qiuxian & Zhang, Shuai & Zhang, Wenyu. (2020). Understanding
Chinese Residents’ Waste Classification from a Perspective of Intention–Behavior
Gap. Sustainability. 12. 4135. 10.3390/su12104135.
Zhang, X.; Liu, J.; Zhao, K. Antecedents of citizens’ environmental complaint intention in
China: An empirical study based on norm activation model. Resour. Conserv. Recycl.
2018, 134, 121–128.

Zhou, K.; Yang, S.; Shen, C.; Ding, S.; Sun, C. Energy conservation and emission reduction
of China’s electric power industry. Renew. Sustain. Energy Rev. 2015, 45, 10–19.

https://otomotif.kompas.com/read/2020/01/16/080200815/potensi-masalah-yang-timbul-jika-
mesin-diesel-pakai-biosolar-b30
KUESIONER SKRIPSI 2020

oleh:

NIM.

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2020
Identitas responden serta hasil pengisian kuesioner akan dirahasiakan
Nama Responden :

* Pilih salah satu dengan memberi tanda centang (V) atau silang (X)

Jenis Kelamin : [ ] Perempuan

[ ] Laki-laki

Usia : [ ] > 22 tahun

[ ] 22 - 35 tahun

[ ] 36 – 60 tahun

[ ] > 60 tahun

Pendidikan terakhir : [ ] SD/SMP

[ ] SMA

[ ] Diploma/Sarjana

[ ] Magister

[ ] Doktor/Profesor

Status Profesi: [ ] Pegawai (PNS/Swasta/dll)

[ ] Wirausaha

[ ] Ibu Rumah Tangga

[ ] Mahasiswa

Tingkat Pendapatan: [ ] < Rp. 1.000.000,-

[ ] Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-

[ ] > Rp. 3.000.000,-


Apakah Anda anggota komunitas Konsumen Hijau?: [ ] Ya

[ ] Tidak

Jika Iya, sebutkan nama komunitas dan alamat

...................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................
Sebelum anda mengisi kuesioner, bacalah petunjuk umum terlebih dahulu.

Petunjuk Umum

1. Bacalah terlebih dahulu Petunjuk Pengisian kuesioner sebelum Saudara/i mengisi


kuesioner.
2. Pastikan Saudara/i telah mengisi identitas responden dengan benar dan Saudara/i adalah
konsumen biofuel di Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Isilah kuesioner dengan mengikuti petunjuk untuk setiap bagian kuesioner.
4. Berikan catatan yang berupa catatan dan informasi yang menurut Saudara/i penting
terhadap kuesioner.
5. Setelah Saudara/i mengisi kuesioner bubuhkan tanda tangan pada bagian terakhir
kuesioner ini.
6. Selamat mengisi kuesioner. Terima kasih dan sebagai tanda terima kasih kami, mohon
kesediaannya menerima souvenir penelitian dari peneliti.
Petunjuk Pengisian Jawaban
Saudara/i diminta untuk menilai pernyataan tentang apa yang dirasakan Saudara/i terkait
perilaku pro lingkungan dengan beralih dari mengkonsumsi bahan bakar fosil yang tidak
dapat diperbaharui ke biofuel yang dapat diperbaharui. Beri tanda X (silang) pada kotak
angka yang paling mendekati dengan pendapat Saudara/i. Penelitian ini menggunakan skala
penilaian lima butir dengan batas terendah angka 1 (SANGAT TIDAK SESUAI/STS) dan
batas tertinggi angka 5 (SANGAT SESUAI/SS).
STS SS

Variabel Pernyataan 1 2 3 4 5
Saya merasa bertanggung jawab
atas habisnya bahan bakar fosil.
Saya merasa bertanggung jawab
atas kontribusi penggunaan
sumber daya energi tak
Aspiration of terbarukan terhadap pemanasan
Responsibilit global.
y Saya merasa bertanggung jawab
atas kontribusi penggunaan
(X1) sumber daya energi tak
terbarukan untuk kerusakan
ekologi lokal.
Saya merasa bertanggung jawab
atas konsekuensi negatif
penggunaan sumber energi tak
terbarukan.
Saya sadar bahwa dengan
mengkonsumsi biofuel dapat
Awareness of menurunkan penggunaan sumber
Consequence daya alam tak terbaharukan.
s Saya sadar bahwa degan
mengkonsumsi biofuel dapat
(X2) mengurangi kerusakan
lingkungan.
Variabel Pernyataan 1 2 3 4 5
Saya sadar bahwa dengan
mengkonsumsi biofuel dapat
mengurangi pemanasan global.
Saya merasa memiliki kewajiban
moral untuk melestarikan
sumber daya energi tak
terbarukan dan melindungi
lingkungan.
Saya merasa memiliki kewajiban
Personal moral untuk menggunakan
Norms sumber energi tak terbarukan
sesedikit mungkin.
(Z) Saya merasa memiliki kewajiban
moral untuk beralih
menggunakan sumber energi
terbarukan daripada sumber
energi tak terbarukan.
Adalah salah satu orang yang
akan melakukan segala cara
untuk mengurangi penggunaan
sumber energi tak terbarukan.
Berita yang memuat pernyataan
yang mengacu pada lingkungan
muncul di beranda akun media
sosial saya.
Social Video/siaran tentang peristiwa
Media yang merusak lingkungan
Information dampak sumber energi tak
terbarukan muncul di beranda
(X3) berita terkini akun media sosial
saya.
Tautan/situs web tentang
teknologi energi terbarukan
muncul di beranda berita akun
media sosial saya.
Saya bersedia menggunakan
produk biofuel yang ramah
Biofuel bagi
Behavio lingkungan.
r Saya berencana menggunakan
Intentio produk biofuel yang ramah
bagi
n
lingkungan.
(Y) Saya akan mencoba
menggunakan produk biofuel
yang ramah bagi lingkungan.
CATATAN PENTING

Tuliskan catatan penting yang menurut Saudara/i penting untuk disampaikan pada kolom di
berikut ini.

Kuesioner telah selesai diisi

pada tanggal:

Nama Responden:

– TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA  –

Anda mungkin juga menyukai