Sanggi Asyari1*
Erna Hernawati2
1,2
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
*Korespondensi: erna_hernawati@gmail.com
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of disclosure of carbon emissions
and environmental performance on investor reactions with media exposure as a
moderating variable. The population used were manufacturing companies in the food
and beverage industry sub-sector, the cement sub-sector, and the tobacco sub-sector
which were listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2020. The number of samples
in this study was 63 using the purposive sampling method. The research data used is
secondary data in the form of annual reports obtained from the IDX and issuer websites.
The analytical method used is multiple linear regression analysis. The results of the study
show that disclosure of carbon emissions has a significant negative effect on investor
reactions. This is due to the low perception of investors regarding disclosure of carbon
emissions, and is only considered as an advertisement. Meanwhile, environmental
performance has a significant positive effect on investor reactions. Bad news media
exposure weakens disclosure of carbon emissions to investor reactions, while bad news
media exposure strengthens environmental performance to investor reactions.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan emisi
karbon dan kinerja lingkungan terhadap reaksi investor dengan media exposure sebagai
variabel pemoderasi. Populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
subsektor industri makanan dan minuman, subsektor semen, dan subsektor tembakau
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020. Jumlah sampel dalam
penelitian sebanyak 63 dengan menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan
data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan diperoleh
dari website BEI dan emiten. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan emisi karbon
berpengaruh signifikan negatif terhadap reaksi investor. Hal ini disebabkan masih
rendahnya persepsi investor terhadap pengungkapan emisi karbon, dan hanya dianggap
sebagai iklan. Sedangkan kinerja lingkungan berpengaruh signifikan positif reaksi
investor. Bad news media exposure memperlemah pengungkapan emisi karbon terhadap
319
320 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________
reaksi investor, sedangkan bad news media exposure memperkuat kinerja lingkungan
terhadap reaksi investor.
Kata kunci: Berita Buruk; Kinerja lingkungan; Media Exposure; Pengungkapan emisi
karbon; Reaksi investor.
PENDAHULUAN
Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan pengungkapan secara transparan terkait
dengan kegiatan lingkungan yang dilakukan stakeholder terkait demi reputasi dan
keberlangsungan usahanya. Yang paling terpengaruh oleh pembatasan emisi serta
pengungkapan emisi karbon ini adalah perusahaan yang beroperasi dengan menghasilkan
emisi CO2 tinggi, atau dengan kegiatan yang terkait dengan perusahaan dalam rantai
nilai yang memiliki emisi CO2 tinggi. Mengingat perkembangan ini, masyarakat dan
investor akan berharap untuk melihat risiko sehubungan dengan emisi karbon yang
tercermin dalam penampang pengembalian saham (Bolton & Kacperczyk, 2021a).
Media Exposure merupakan bentuk pengungkapan kegiatan dan nilai-nilai
positif perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan untuk meningkatkan reputasi
perusahaan, sehingga akan dinilai sebagai good news bagi investor dan publik. Begitu
pula sebaliknya, apabila terdapat informasi dan memiliki nilai negatif perusahaan maka
akan dinilai sebagai bad news. Hingga saat ini, media exposure masih terbilang cukup
sedikit untuk menjadi suatu variabel dalam penelitian, tetapi sangat relevan dengan
pengungkapan CSR khususnya tanggung jawab lingkungan perusahaan. Karena hingga
kini, beberapa perusahaan telah menggunakan media internet sebagai bentuk exposure
pada aktivitas CSR untuk mempublikasikan dan menyampaikan kepada publik dan
menarik investor. Sehingga publik dan investor akan semakin mudah untuk melihat
kegiatan dan tanggung jawab lingkungan perusahaan, maka dari itu hal ini akan
meningkatkan citra perusahaan dan menjadi berita baik bagi investor.
Fenomena ini mengarah pada Corporate Social Responsibility (CSR), yang
menegaskan terkait tanggungjawab sosial perusahaan tidak hanya tentang menghasilkan
keuntungan melainkan juga tentang tanggung jawab sosial, termasuk adalah salah
satunya lingkungan. Proses untuk mengungkapkan CSR pada sebuah perusahaan dapat
mempengaruhi perilaku investor. Dengan adanya pengungkapan CSR melalui media
perusahaan, menjadi sebuah keuntungan pula bagi perusahaan karena dapat memenuhi
ekspektasi masyarakat sehingga hal ini juga menjadi perhatian lebih dan menarik bagi
investor. Sejumlah studi yang dilakukan pada beberapa negara maju menemukan fakta
jika investor merupakan salah satu kunci dari stakeholder, dimana kinerja sosial dan
lingkungan perusahaan perlu dipertimbangkan secara lebih lanjut sebelum menentukan
keputusan investasi (Nurdin dan Cahyandito, 2006). Penetapan keputusan bidang
ekonomi ini tidak tergantung dari kinerja keuangan sebuah entitas, dikarenakan
kesimpulan mengenai kebaikan maupun keburukan dari kinerja entitas bisa juga diamati
berdasarkan besaran keuntungan yang dihasilkan. CSR akan meningkatkan kinerja
perusahaan, dimana pada perusahaan yang menerapkan CSR mereka dengan baik, maka
cenderung mendapatkan banyak investor (Astuti & Nugrahanti, 2015)
Media exposure dalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel moderasi yang
mengandung berita buruk atau bad news akan dijadikan sebagai tolak ukur penelitian.
Kewaspadaan mengenai dampak yang mungkin terjadi akibat adanya media tentunya
akan terkait secara langsung dengan nilai maupun reputasi dari suatu perusahaan. Krisis
perusahaan yang menjadi bad news seringkali memiliki banyak penjelasan, ambiguitas
mengenai tanggung jawab dan potensi kerusakan kedepannya. Di bawah kondisi
ketidakpastian yang tinggi, sebagian besar investor dan masyarakat akan mengandalkan
informasi yang melampaui peristiwa itu sendiri, termasuk reputasi perusahaan yang
menguntungkan, untuk membentuk dasar evaluasi mereka saat mereka berusaha
memahami situasi perusahaan dengan cepat (OuYang et al., 2017). Dengan demikian,
dalam situasi krisis, perhatian investor dan masyarakat kemungkinan besar akan
diarahkan pada reputasi media pada awal krisis. Peran liputan media sebagai infomediary
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 323
dan secara langsung terkait dengan evaluasi investor terhadap perusahaan selama adanya
krisis perusahaan atau bad news karena investor mengasosiasikan reputasi dengan
kualitas organisasi.
Dengan adanya fenomena ini, isu-isu mengenai lingkungan hidup seperti
pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan serta pertanggungjawaban sektor
terhadap lingkungannya menjadi sebuah perhatian lebih bagi publik dan investor, hal ini
juga dapat mempengaruhi keberlangsungan sektor dikemudian hari. Perdebatan
akademis yang sedang berlangsung dan meningkatnya tekanan institusional telah
menghasilkan skema pengurangan karbon yang diprakarsai oleh banyak perusahaan yang
dimaksudkan untuk menandakan transparansi dan responsivitas dalam mengurangi emisi
gas rumah kaca (Tan et al., 2022). Perusahaan yang lebih komprehensif dan lebih luas
dalam pengungkapan emisi karbonnya dapat meningkatkan nilainya di mata investor atau
calon investor dengan menarik perhatian investor dan calon investor (Alfayerds &
Setiawan, 2021). Reaksi pasar terkait dengan exposure maupun disclosure bisa diamati
atas adanya harga saham maupun kegiatan volume perdagangan saham yang mengalami
perubahan (Nurdin dan Fani, 2006 dalam Falichin, 2010). Apabila investor mempunyai
asumsi jika berita yang mereka terima merupakan berita baik, maka tanggapan investor
dapat diobservasi melalui harga saham serta volume perdagangan yang semakin
meningkat. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menganggap informasi tersebut
merupakan bad news maka akan terjadi penurunan volume perdagangan saham maupun
harga saham itu sendiri. CSR perlu untuk diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan,
dikarenakan hal ini tergolong pada berita baik yang dapat meningkatkan respon investor
akan pasar dan perusahaan (Listiyanti, 2011).
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian dari (Asmaranti & Lindrianasari,
2018a; Matsumura et al., 2014; Nurdin & Cahyandito, 2006), yang menyatakan jika
pengungkapan terhadap emisi karbon perusahaan akan mempengaruhi secara positif
pada reaksi dari investor. Begitu pula pada penelitian (Benkraiem et al., 2022), yang
menerangkan bahwa kinerja karbon secara positif memengaruhi nilai pasar perusahaan,
sehingga menunjukkan bahwa investor memberi penghargaan kepada perusahaan
dengan tingkat emisi karbon yang rendah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
perusahaan dengan peringkat atas dan polusi tinggi terus meningkatkan upaya mereka
untuk mejadi perusahaan dengan konsep berkelanjutan, yang meningkatkan efek positif
dari kinerja karbon pada nilai perusahaan. Dalam penelitian Tan et al (2016), menyatakan
jika media exposure mempengaruhi reaksi investor. Pada penelitian Prabandari, (2014),
menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap reaksi investor. Sedangkan
menurut (Balabanis et al., 1998; Edwin, 2016a; Kelvin et al., 2019), perusahaan yang
melaksanakan pengungkapan aktivitas sosial serta lingkungan yang tinggi tidak
mempengaruhi reaksi investor. Menurut penelitian ini juga, pengungkapan aktivitas
sosial dan lingkungan relative baru di Indonesia, serta sebagian besar investor
mempunyai asumsi yang rendah akan hal yang dimaksud, investor juga menganggap
perusahaan hanya melakukan pengungkapan tersebut sebagai bagian dari iklan. Dalam
penelitian Anggreni, (2016) jaga menunjukan bahwa media exposure tidak berpengaruh
terhadap reaksi investor.
Penelitian inidilakukan karena penelitian mengenai pengungkapan emisi
karbon dan media exposure dengan pengukuran bad news di Indonesia masih terbilang
cukup sedikit dengan hasil yang berbeda, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
pengungkapan emisi karbon terhadap kinerja lingkungan dan reaksi investor dengan
324 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________
media exposure sebagai variabel pemoderasi. Kontribusi penelitian ini antara lain adalah
memberikan dasar bagi regulator kalam merumuskan kebijakan mengenai kelestarian
lingkungan dan menjadi dasar bagi para pelakubisnis untuk mempertimbangkan
informasi non keuangan kalam pengambilan keputusan bisnisnya.
Teori Legitimasi
Teori legitimasi bersumber pada konsep legitimasi organisasi di mana telah
didefinisikan oleh Dowling dan Pfeffer ditahun 1975. Secara mendasar, legitimasi
mengacu pada hubungan sosial tertentu yang dianggap adil. Tatanan ekonomi suatu
perusahaan adalah keadaan atau situasi yang sesuai dengan masyarakat (Harsanti, 2011).
Berdasarkan pernyataan tersebut, suatu entitas akan selalu menjamin dengan kegiatan
operasinya yang masih dalam lingkup nilai serta norma yang berlaku serta diharapkan
oleh masyarakat. Premis teori legitimasi menjelaskan jika terdapatnya "kontrak sosial"
diantara masyarakat dan perusahaan/organisasi di tempat ia beroperasi. Kontrak sosial
merupakan cara yang dapat menggambarkan harapan sosial yang luas tentang bagaimana
sebuah organisasi menjalankan bisnisnya. (Rokhlinasari, 2016).
Pada teori legitimasi, setiap perusahaan diharuskan konsisten membuktikan
bahwa tindakan mereka sesuai dengan nilai sosial. Ini bisa ditunjukkan dengan
pengungkapan pada laporan tahunan (Wilmshurst & Frost, 2000). Yang berarti teori ini
mendukung suatu organisasi untuk melakukan pengungkapan sukarela, seperti
pengungkapan emisi karbon serta kinerja lingkungan. Melihat dari landasan teori
tersebut, pengungkapan terhadap kinerja lingkungan perusahaan serta emisi karbon
menjadi tahapan yang penting agar memperoleh legitimasi dari masyarakat sekitar
perusahaan. pengakuan terhadap legitimasi publik ini adalah hal yang sangat diutamakan
perusahaan agar menunjang eksistensi perusahaan pada lingkungan sosial.
Teori Signal
Teori pelaporan (signal) yang dinyatakan Spence (1973), menegaskan jika
informasi yang dipublikasikan perusahaan sangat penting serta mempengaruhi keputusan
investasi yang dibuat oleh pihak ketiga (Kelvin et al., 2017). Maksud dari sinyal adalah
sebuah informasi yang berupa pengungkapan dan dapat memberikan sinyal baik berupa
prospek yang baik untuk perusahaan dan sebaliknya yaitu sinyal buruk (bad news) untuk
perusahaan di kemudian hari. Teori sinyal memberikan penegasan kembali terkait
informasi yang dipublikasikan perusahaan yang mempengaruhi keputusan investasi.
Informasi pada dasarnya adalah elemen yang diutamakan investor dikarenakan dapat
menampilkan catatan, informasi, serta penjelasan yang berkaitan dengan masa lalu, saat
ini, hingga di kemudian hari tentang keamanan perusahaan serta seperti apa pasarnya
(Rokhlinasari, 2016).
Dengan adanya laporan-laporan yang dipublikasikan oleh perusahaan,
menandakan adanya transparansi dalam pengungkapan informasi keuangan dan non
keuangan. Pengungkapan tersebut mengandung informasi positif yang akan
mendapatkan reaksi positif dari investor dan dapat menarik investor potensial untuk
meningkatkan reputasi perusahaan. Perusahaan mengungkapkan laporan juga sebagai
motivasi dalam hal mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan investor.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 325
Reaksi Investor
(Maristi, 2013) menyatakan bahwa investor merupakan orang perseorangan,
kelompok maupun badan hukum yang berinvestasi di unit bisnis tertentu. Efek (saham)
adalah bentuk kepemilikan perusahaan. Bukti penting bahwa suatu entitas dipanggil
sebagai pemegang saham yakni jika pemegang saham tersebut dicatat dalam suatu daftar
yang dinamai daftar pemegang saham (DPS) (Cahyono, 2018). Pemegang saham
menerima deviden atau uang dari perusahaan sebagai bentuk keuntungan. Reaksi
investor tampaknya ditandai dengan fluktuasi yang signifikan dalam harga saham suatu
perusahaan tertentu di sahamnya ketika diumumkannya laporan keuangan. Reaksi
seorang investor (pasar) dapat dilihat pada berubahnya harga suatu saham (stock return)
dari beberapa perusahaan ketika diumumkannya laba, artinya akan terjadi perbedaan
sangat besar antara hasil aktual dan hasil yang diharapkan oleh investor (Suwardjono,
2005). Pengembalian adalah hasil dari kesediaan investor untuk menerima risiko dari
investasi mereka. Pengembalian dana dapat berupa pengembalian dana yang sebenarnya
atau pengembalian yang diekspektasikan yang belum terwujud akan tetapi diestimasikan
akan terwujud di masa yang mendatang. Pengembalian yang direalisasi penting sebab
bisa dipakai sebagai tolak ukur kinerja bisnis serta sebagai dasar guna mengkalkulasi
pengembalian serta risiko yang diekspektasikan di masa yang mendatang.
Pengumuman laporan keuangan, tahunan, dan keberlanjutan adalah salah satu
sarana komunikasi yang sangat penting antara manajer perusahaan atau orang dalam dan
investor luar (Pevzner et al., 2015). Reaksi investor bisa diamati dengan indikator
abnormal return. Abnormal return ialah kelebihan yang berasal dari return
(pengembalian) aktual terhadap return normal. Dan return normal ialah pengembalian
yang diekspektasikan oleh investor. Pada penelitian saat ini, digunakan proksi
Cumulative Abnormal Return dengan model adjusted model. Maka dari itu, akan ada
abnormal return atau return kejutan pada saat laporan keuangan yang berisikan informasi
di publikasikan. Begitu pula sebaliknya, apabila dalam laporan keuangan tidak memiliki
informasi yang diharapkan oleh investor maka tidak akan memberikan abnormal return.
Kacperczyk, 2021b). Maka dari itu perusahaan harus responsif terhadap aktivitas
operasional, karena diantara suatu perusahaan dengan masyarakat ada kontrak sosial
yang sesuai dengan teori legitimasi.
Penelitian yang dilakukan saat ini, pengungkapan emisi karbon menggunakan
pengukuran indeks pengungkapan yang telah dikembangkan pada peneliti terdahulu
Choi, et al (2013) yang mana pengukuran ini sudah teridentifikasi dalam CDP (Carbon
Disclosure Project).
Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan merupakan elemen efisiensi kelestarian lingkungan yang
berhubungan dengan kegiatan dan barang lingkungan alam perusahaan (Guang-Wen &
Siddik, 2022). Ari Retno (2010) dalam penelitian Rusmana, O., & Purnaman, S. M. N.
(2020) menyatakan bahwa kinerja lingkungan merupakan turut serta perusahaan dalam
melestarikan lingkugan. Menurut Arfan (2009) dalam penelitian Prabandari, K. R., &
Suryanawa, K. (2014) kinerja lingkungan ialah manajemen perusahaan yang berupaya
guna membuat lingkungan yang serasi, seimbang, dan seimbang sehingga tercipta citra
yang baik di mata pemangku kepentingan. Informasi kinerja lingkungan yang
disampaikan oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai prospek yang baik bagi perusahaan
karena memicu sinyal baik atau good news bagi investor. Pemerintah juga sudah mulai
bertindak untuk memikirkan suatu kebijakan ekonomi makro yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan serta pelestarian alam karena proses manufaktur yang terjadi
pada perusahaan serta produk yang diproduksi bisa merusak lingkungan (Hasyim, 2011).
Pengungkapan lingkungan mengacu pada semua pengungkapan perusahaan mengenai
tanggung jawab mereka terhadap lingkungan alam. Biasanya, informasi ini merupakan
bagian dari laporan biasa perusahaan seperti laporan tahunan, laporan terintegrasi,
formulir informasi tahunan, dan laporan keberlanjutan (Cormier & Gomez-Gutierrez,
2018)
Sebagai bentuk kontribusi terkait pengelolaan lingkungan dan pelestarian alam
bagi industri, pemerintah membuat Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). PROPER adalah program yang
dilakukan atas kemauan sendiri (sukarela) yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan
Hidup yang mengevaluasi pengelolaan lingkungan perusahaan dan memberikan
peringkat atas hasil evaluasi tersebut. Perusahaan yang menjadi peserta pada program ini
ialah perusahaan yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan, diperdagangkan
secara publik di Bursa Efek dan memiliki produk yang dirilis atau digunakan oleh
masyarakat luas (Kusumo & Nugrahanti, 2017). Sekretariat Kementerian Lingkungan
Hidup menyatakan bahwa dalam pemberian peringkat PROPER dibuat berdasarkan atas
pemberian nilai kinerja penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan berupa pencegahan
dalam pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, penanggulangan atas
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dan pemulihan dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Pengembangan Hipotesis
yang sangat tidak pasti di mana penyebab dan akibat tidak diketahui (Pearson & Clair,
1998). Ketika sebuah perusahaan terlibat dalam krisis, investor secara aktif mencari
informasi tentang perusahaan ini untuk menilai kualitas yang tidak dapat diamati.
Akibatnya, asimetri informasi diantara manajemen perusahaan serta investor luar pada
saat krisis perusahaan menciptakan konteks di mana reputasi perusahaan dapat menjadi
sinyal yang menerangkan kepada investor dalam mengukur kualitas perusahaan, dan
dengan demikian menentukan sinyal yang dimanfaatkan investor dalam memberikan
evaluasi atas kinerja keuangan (Godfrey et al., 2009). Hal tersebut sejalan dengan teori
signal, apabila perusahaan memberikan informasi positif maka investor dapat
memberikan sinyal positif yaitu dengan menginvestasikan modal untuk perusahaan.
Sebaliknya, apabila terdapat berita buruk maka akan menjadi sinyal buruk dalam
menanamkan modal di perusahaan bagi investor. Media berperan dalam memaksa
perusahaan untuk memenuhi berbagai kontrak sosial dengan berbagai pemangku
kepentingan perusahaan (Ulupui et al., 2020). Keterbukaan informasi belakangan ini
perlu dilaksanakan agar dapat mempublikasikan komitmen perusahaan mengenai
permasalahan sosial maupun lingkungan. Dalam penelitian (Abdullah, 2020), liputan
media (media exposure) tidak mampu mendorong keterbukaan informasi perusahaan
kepada masyarakat dan investor.
Maka peneliti ingin membuktikan apakah media exposure dengan pengukuran
bad news dapat memoderasi dengan memperlemah kinerja lingkungan terhadap reaksi
investor, dan dapat disimpulkan:
H4: Media Exposure memperlemah hubungan antara kinerja lingkungan dan reaksi
investor.
Pengungkapan Emisi
Karbon (X1)
Reaksi Investor (Y)
Kinerja Lingkungan
(X2)
Media Exposure
(Moderasi)
Gambar 1.
Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Tabel 1
Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur subsektor industri makanan dan minuman, 48
semen, dan tembakau yang terdaftar di BEI pada periode 2018-
2020
2. Perusahaan manufaktur IPO di tahun 2019 (10)
3. Perusahaan manufaktur IPO di tahun 2020 (4)
4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan paling sedikit (13)
1 dari 18 item
5. Jumlah sampel 21
6. Jumlah Periode Pengamatan 3
7 Jumlah data observasi 63
Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu reaksi investor. Reaksi Investor
adalah gambaran reaksi positif dan reaksi negatif terhadap perusahaan (Daromes & Jao,
2020). Reaksi investor diproksikan dengan Cumulative Abnormal Return (CAR) dengan
metode Market Adjusted Model (Single Index Model) atau model sesuaian pasar. Dalam
membuat estimasi pengembalian terbaik suatu sekuritas adalah pada saat peristiwa
terjadi. Proksi yang digunakan penelitian ini, sesuai dengan penelitian terdahulu,
Asmaranti & Lindrianasari (2018). Abnormal return dijelaskan sebagai selisih diantara
return sesungguhnya dari suatu saham (Rit) dan return yang diharapkan oleh investor
E(Rit). CAR (Cumulative Abnormal Return) adalah total dari abnormal return dari tiap
perusahaan emiten. Perhitungan CAR pada tiap emiten adalah hasil dari akumulasi
abnormal return dalam waktu 11 hari, dimana 5 hari sebelum laporan tahunan
dipublikasi, 1 hari pada peristiwa pelaporan tahunan, serta 5 hari setelah laporan tahunan
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 331
dipublikasi. Skala dalam pengukuran variabel ini adalah skala rasio CAR dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅𝑖𝑡 = 7 𝐴𝑅𝑖𝑡
!"%$
Keterangan
CARit : Cumulative abnormal return untuk saham i pada periode t
ARit : Abnormal return saham i pada periode t.
Variabel Independen
Pengungkapan emisi karbon ialah salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial
perusahaan yang diperlihatkan pada laporan tahunan dan Sustainable Development
332 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________
Variabel Moderasi
Variabel moderasi yang dipakai di penelitian ini yaitu Media Exposure (paparan
media) yang mempunyai fungsi dalam mengendalikan kegiatan perusahaan dari
manajemen perusahaan atas informasi-informasi kegiatan dan berita yang dapat dinilai
oleh masyarakat publik dan investor. Saat ini, investor bisa melakukan pencarian
informasi di tempat apapun serta kapan pun. Karena kenyataan bahwa semua platform
dan saluran digital baru ini memberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan yang
menghubungkan perusahaan dengan tujuan kemanusiaan yang lebih luas, solusi
lingkungan, atau masalah ekonomi dengan sangat mudah, mereka menjadi lingkungan
yang menentukan untuk strategi komunikasi (Testarmata et al., 2018). Dengan semua
kemudahan tersebut, akan sangat sensitif apabila terdapat informasi buruk dan asimetri
informasi. Karena investor menganggap bahwa informasi tersebut merupakan
terjemahan nilai dan kinerja perusahaan, yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
keputusan. Untuk mengetahui apakah berita buruk mengenai suatu perusahaan dapat
memperlemah reaksi investor atas pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan
maka varibel ini diproksikan dengan melihat kuantitas perusahaan dalam mengulas
aktivitas yang mengandung berita buruk (bad news) mengenai keseluruhan kegiatan pada
website perusahaan setiap tahunnya. Variabel ini akan diukur dengan mengihitung
jumlah informasi buruk suatu perusahaan di setiap tahunnya.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 333
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Reaksi Investor 63 -0,2228301 0,2325582 -0,0044892 0,0921359
Pengungkapan
63 0,0556 0,7222 0,2910095 0,1873873
Emisi Karbon
Kinerja
63 0 1 0,5079365 0,3023038
Lingkungan
dominan dari reaksi investor negative, yang menandakan bahwa investor melihat adanya
prospek masa depan perusahaan yang baik.
Nilai maksimum CAR dalam penelitian ini sebesar 0,2325582 atau 23% tingkat
pengembalian perusahaan ke investor. Nilai tersebut terjadi Wismilak Inti Makmur Tbk
pada tahun 2019, yang menandakan bahwa terjadi perubahan harga saham diseputar hari
pengungkapan informasi perusahaan. Pengungkapan informasi ini dapat meyakinkan
investor sehingga terjadinya abnormal return positif sebesar 0,23 atau 23% yang
disebabkan reaksi investor atas indikasi prospek suatu perusahaan yang positif di masa
depan.
Pada variabel pengungkapan emisi karbon memiliki nilai minimun 0,0556 pada
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2018, nilai maximum sebesar 0,7222 terjadi
pada Semen Indonesia (Persero) Tbk di tahun 2020, nilai mean sebesar 0,2910095, dan
nilai standar deviation sebesar 0,1873873.
Tabel 3
Sebaran Frekuensi Kinerja Lingkungan
No. Total Skor Hasil Frekuensi Presentase
1 0 0,0000 15 24%
2 1 0,2000 0 0%
3 2 0,4000 1 2%
4 3 0,6000 31 49%
5 4 0,8000 15 24%
6 5 1,000 1 2%
TOTAL 63 100%
Pada variabel moderasi media exposure, nilai minimum sebesar 0 terdapat pada
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2019. Nilai maksimum dengan nilai 5 terdapat pada
Delta Djakarta Tbk tahun 2020. Nilai mean media exposure sebesar 0,9365079. Yang
artinya nilai rata-rata terdapatnya media exposure berita negative terbilang rendah yang
dipublikasikan oleh website perusahaan. Dan nilai standar deviation adalah 1,189646.
Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Dependent Variable : RI
Adjusted R Square 0.1419
Sumber : Output Stata v. 14.1
Pada tabel 4 di atas, nilai Adjusted R Square ialah 0.1419. Hal ini artinya variabel
independen yakni, pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan dapat
menjelaskan variabel dependen yaitu reaksi investor sebesar 0.1419 atau 14.19% serta
selisihnya sebesar 85.81% diterangkan oleh variabel lain yang bukan merupakan bagian
yang diteliti pada penelitian ini.
Uji F
Tabel 5
Hasil Uji F
Keterangan Sig
Prob (F Statistic) 0.0102
Sumber : Output Stata v. 14.1
Berdasarkan Tabel 5, nilai sig yang diperoleh adalah sebesar 0.0102 < 0,1 (alpha
10%) yang artinya bahwa variabel independen yaitu pengungkapan emisi karbon dan
kinerja lingkungan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu reaksi investor.
Uji t
Tabel 6
Hasil Uji t
Prediksi
Variabel Coefficient Prob Kesimpulan
Arah
(Constant) 0.0496088 0.101
Pengungkapan Emisi
Positif -9.140424 0.004 H1 Ditolak
Karbon
Prediksi
Variabel Coefficient Prob Kesimpulan
Arah
investor selalu melihat apakah perusahaan melakukan kewajiban dari organisasi guna
memperoleh nilai yang maksimal dari dampak positifnya serta memperoleh nilai minimal
dari dampak negatifnya terhadap masyarakat. Karena itulah, perusahaan
mengungkapkan pengungkapan kinerja lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab
lingkungan dan sosialnya. Namun terdapat faktor lain yang menjadi penentu
pengambilan keputusan investor, yaitu berita dan informasi terkait perusahaan. Karena
berita merupakan salah satu cara investor mengetahui keadaan internal dan operasional
manajemen perusahaan.
Dalam kasus pada penelitian ini, investor tidak terpengaruh dengan adanya berita
buruk atau negative tentang perusahaan terhadap pengungkapan kinerja lingkungan yang
diumumkan oleh perusahaan. Hal ini disebakan adanya kepercayaan akan kredibilitas
perusahaan yang dipercayai oleh investor. Perusahaan yang telah mengungkapkan
tanggung jawab lingkungannya secara berkala setiap tahunnya, membuat persepsi
investor menjadi lebih positif. Kepercayaan di sisi lain, dapat dianggap sebagai kesediaan
manajemen untuk mengungkapkan informasi secara jujur. Khususnya, ini mengacu pada
sejauh mana penerima pesan percaya bahwa konten yang dikomunikasikan
mencerminkan pernyataan yang dianggap valid oleh manajemen perusahaan (Hovland et
al., 1953). Mempublikasikan informasi positif atau juga negatif adalah keputusan
manajerial. Oleh karena itu, kesediaan manajemen untuk mengungkap informasi negatif
sangat penting. Hal ini lah bentuk persepsi investor terhadap perusahaan, yaitu
kepercayaan dan kredibilitasnya, sehingga investor tidak terlalu terpengaruh dengan
berita buruk.
Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan emisi karbon tidak
berpengaruh positif terhadap reaksi investor, sedangkan kinerja lingkungan berpengaruh
positif terhadap reaksi investor. Media exposure (bad news) sebagai variabel pemoderasi,
tidak dapat memperlemah hubungan antara pengungkapan emisi karbon dan kinerja
lingkungan terhadap reaksi investor.
Keterbatasan
Terdapatnya unsur subjektivitas ketika menentukan indeks kinerja lingkungan,
disebabkan belum adanya ketetapan standar yang dapat dibuat standar acuan, akibatnya
penentuan indeks yang digunkan untuk indikator kinerja lingkungan dapat berbeda-beda
antara masing-masing penelitian. Indeks kinerja lingkungan yang digunakan peneliti
masih sedikit, sehingga ada kemungkinan terdapat item-item kinerja lingkungan yang
terbaru. Perusahaan manufaktur yang mengungkapkan tentang kerangka kerja dan
verifikasi gas rumah kaca bagi organisasi masih sangat sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, P. C., Merrill, C. B., & Hansen, J. M. (2009). The relationship between
corporate social responsibility and shareholder value: An empirical test of the risk
management hypothesis. Strategic Management Journal, 30(4), 425–445.
Guang-Wen, Z., & Siddik, A. B. (2022). Do Corporate Social Responsibility Practices
and Green Finance Dimensions Determine Environmental Performance? An
Empirical Study on Bangladeshi Banking Institutions. Frontiers in
Environmental Science, 858.
Harsanti, P. (2011). Corporate social responbility dan teori legitimasi. Mawas.
Hasyim, M. (2011). Akuntansi Lingkungan: Apakah Sebuah Pilihan Atau Kewajiban.
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Herawaty, V. (2018). The effect of environmental performance and accounting
characteristics to earnings informativeness. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 106(1), 012077.
Hovland, C. I., Janis, I. L., & Kelley, H. H. (1953). Communication and persuasion.
Jahn, J., & Brühl, R. (2019). Can bad news be good? On the positive and negative effects
of including moderately negative information in CSR disclosures. Journal of
Business Research, 97, 117–128.
Kelvin, C., Pasoloran, O., & Randa, F. (2019). Mekanisme Pengungkapan Emisi Karbon
dan Reaksi Investor (Carbon Emission Disclosure Mechanisms and Investor
Reactions). Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 14(2), 155–168.
Koppel, M., & Shtrimberg, I. (2006). Good news or bad news? let the market decide. In
Computing attitude and affect in text: Theory and applications (pp. 297–301).
Springer.
Kusumo, V. W., & Nugrahanti, Y. W. (2017). Reaksi Pasar Di Seputar Pengumuman
Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup). Jurnal Ekonomi, 22(3).
Lee, S., Park, Y., & Klassen, R. D. (2015). Market responses to firms’ voluntary climate
change information disclosure and carbon communication. Corporate Social
Responsibility and Environmental Management, 22(1), 1–12.
Luh, N., Anggreni, P. M., Ayu, G., & Budiasih, N. (n.d.). Peran Media Exposure Bagi
Pasar Modal Indonesia.
Maristi, A. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Dan Kebijakan
Dividen Terhadap Reaksi Investor. Jurnal Akuntansi, 1(1).
Martinez, L. H. (2005). Post industrial revolution human activity and climate change:
Why The United States must implement mandatory limits on industrial
greenhouse gas emmissions. Journal of Land Use & Environmental Law, 403–
421.
Matsumura, E. M., Prakash, R., & Vera-Munoz, S. C. (2014). Firm-value effects of
carbon emissions and carbon disclosures. The Accounting Review, 89(2), 695–
724.
Murguia, J. M., & Lence, S. H. (2015). Investors’ reaction to environmental
performance: a global perspective of the Newsweek’s “Green Rankings.”
Environmental and Resource Economics, 60(4), 583–605.
Nurdin, E., & Cahyandito, M. F. (2006). Pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan
dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor. Unpublished
Undergraduate Thesis, Universitas Padjadjaran, Sulawesi Tenggara.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 341
OuYang, Z., Xu, J., Wei, J., & Liu, Y. (2017). Information asymmetry and investor
reaction to corporate crisis: Media reputation as a stock market signal. Journal of
Media Economics, 30(2), 82–95.
Patell, J. M., & Wolfson, M. A. (1982). Good news, bad news, and the intraday timing
of corporate disclosures. Accounting Review, 509–527.
Pearson, C. M., & Clair, J. A. (1998). Reframing crisis management. Academy of
Management Review, 23(1), 59–76.
Perks, K. J., Farache, F., Shukla, P., & Berry, A. (2013). Communicating responsibility-
practicing irresponsibility in CSR advertisements. Journal of Business Research,
66(10), 1881–1888.
Pevzner, M., Xie, F., & Xin, X. (2015). When firms talk, do investors listen? The role of
trust in stock market reactions to corporate earnings announcements. Journal of
Financial Economics, 117(1), 190–223.
Prabandari, K. R., & Suryanawa, K. (2014). Pengaruh Environmental Performance Pada
Reaksi Investor Di Perusahaan High Profile Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayanauntansi, 2(7.2), 299–312.
Reimsbach, D., & Hahn, R. (2015). The effects of negative incidents in sustainability
reporting on investors’ Judgments–an experimental study of Third-party versus
Self-disclosure in the realm of sustainable development. Business Strategy and
the Environment, 24(4), 217–235.
Rokhlinasari, S. (2016). Teori-teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social
Responbility Perbankan. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syari’ah,
7(1).
Rolnick, D., Donti, P. L., Kaack, L. H., Kochanski, K., Lacoste, A., Sankaran, K., Ross,
A. S., Milojevic-Dupont, N., Jaques, N., & Waldman-Brown, A. (2022). Tackling
climate change with machine learning. ACM Computing Surveys (CSUR), 55(2),
1–96.
Shore, L., & McAnany, E. G. (1980). Mass media for development: A reexamination of
access, exposure and impact. Communications in the Rural Third World. The
Role of Information in Development, Praeger, New York, 19–45.
Simon, F. L. (1992). Marketing green products in the triad. Columbia Journal of World
Business, 27(3–4), 268–285.
Skinner, D. J. (1994). Why firms voluntarily disclose bad news. Journal of Accounting
Research, 32(1), 38–60.
Suhardi, R. P., & Purwanto, A. (2015). Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Emisi Karbon di Indonesia (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Diponegoro Journal of Accounting,
4(2), 836–848.
Suwardjono, T. A. (2005). Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Tan, A., Benni, D., & Liani, W. (2016). Determinants of corporate social responsibility
disclosure and investor reaction. International Journal of Economics and
Financial Issues, 6(4S).
Tan, D., Komal, B., Ezeani, E., Usman, M., & Salem, R. (2022). Carbon emission
disclosures and financial reporting quality: Does ownership structure and
economic development matter? Environmental Science & Policy, 137, 109–119.
Testarmata, S., Fortuna, F., & Ciaburri, M. (2018). The communication of corporate
social responsibility practices through social media channels. Corporate Board
Role Duties and Composition, 14(1), 34–49.
342 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________