Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Akuntansi Trisakti ISSN : 2339-0832 (Online)

Volume. 10 Nomor. 2 September 2023 : 319-342


Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jat.v10i2.15899

PENGARUH PENGUNGKAPAN EMISI KARBON DAN KINERJA


LINGKUNGAN TERHADAP REAKSI INVESTOR DENGAN
MEDIA EXPOSURE SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Sanggi Asyari1*
Erna Hernawati2
1,2
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
*Korespondensi: erna_hernawati@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of disclosure of carbon emissions
and environmental performance on investor reactions with media exposure as a
moderating variable. The population used were manufacturing companies in the food
and beverage industry sub-sector, the cement sub-sector, and the tobacco sub-sector
which were listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2020. The number of samples
in this study was 63 using the purposive sampling method. The research data used is
secondary data in the form of annual reports obtained from the IDX and issuer websites.
The analytical method used is multiple linear regression analysis. The results of the study
show that disclosure of carbon emissions has a significant negative effect on investor
reactions. This is due to the low perception of investors regarding disclosure of carbon
emissions, and is only considered as an advertisement. Meanwhile, environmental
performance has a significant positive effect on investor reactions. Bad news media
exposure weakens disclosure of carbon emissions to investor reactions, while bad news
media exposure strengthens environmental performance to investor reactions.

Keywords: Bad News; Disclosure of carbon emissions; Environmental performance;


Investor reaction; Media Exposure.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan emisi
karbon dan kinerja lingkungan terhadap reaksi investor dengan media exposure sebagai
variabel pemoderasi. Populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
subsektor industri makanan dan minuman, subsektor semen, dan subsektor tembakau
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020. Jumlah sampel dalam
penelitian sebanyak 63 dengan menggunakan metode purposive sampling. Sedangkan
data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan diperoleh
dari website BEI dan emiten. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan emisi karbon
berpengaruh signifikan negatif terhadap reaksi investor. Hal ini disebabkan masih
rendahnya persepsi investor terhadap pengungkapan emisi karbon, dan hanya dianggap
sebagai iklan. Sedangkan kinerja lingkungan berpengaruh signifikan positif reaksi
investor. Bad news media exposure memperlemah pengungkapan emisi karbon terhadap

319
320 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

reaksi investor, sedangkan bad news media exposure memperkuat kinerja lingkungan
terhadap reaksi investor.

Kata kunci: Berita Buruk; Kinerja lingkungan; Media Exposure; Pengungkapan emisi
karbon; Reaksi investor.

Submission date: 18-01-2023 Accepted date: 30-09-2023

PENDAHULUAN

Para investor memerlukan informasi yang lengkap untuk membuat keputusan


terkait kegiatan investasi yang akan dilakukannya, sehingga dapat memperoleh return
dari hasil investasi tersebut. Informasi yang diperlukan tidak hanya terbatas pada
informasi keuangan, namun juga informasi non keuangan diantaranya informasi tentang
tanggung jawab lingkungan. Harga saham juga dapat mengalami fluktuasi akibat adanya
arus informasi seperti rumor. Informasi asing dan nasional, faktor ekonomi, politik dan
sosial dapat mempengaruhi harga saham yang berada pada pasar modal. Informasi yang
diperlukan investor anatar lain tentang status keuangan dan non keuangan emiten,
laporan tahunan perusahaan, pembagian dividen, alokasi biaya, laporan analisis pasar,
ekuitas dan momentum. Informasi yang relevan, akurat, lengkap serta tepat waktu
dibutuhkan guna menjadi dasar pengambilan keputusan tersebut. Dalam mengambil
keputusan saat melakukan investasi, investor akan memiliki kecondongan untuk
berinvestasi kepada suatu perusahaan yang menangani masalah sosial serta lingkungan
(Zuhroh & Sukmawati, 2003). Suatu perusahaan yang melakukan publikasi informasi
lingkungan serta sosial yang lebih banyak, tentunya akan berdampak dalam mendapatkan
kepercayaan publik karena informasi tersebut diperlukan investor untuk membuat
keputusan dalam berinvestasi. Kepercayaan publik akan berpengaruh terhadap
peningkatan volume perdagangan saham serta return saham, sehingga dapat memicu
reaksi investor dalam membuat keputusan investasi.
Revolusi industry memberikan dampak positif, diantaranya berupa
penghematan biaya, dan meningkatkan pendapatan. Namun revolusi industry juga
memberikan dampak negatif antara lain berupa pengurangan ketersediaan sumber daya
alam dan menimbulkan kerusakan lingkungan, seperti polusi air dan udara. Hal ini
memperlihatkan bahwa suatu sistem ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam saling
ketergantungan (Andarini et al., 2016). Pertumbuhan industri yang tidak terkendali
hingga kita mengakibatkan retensi karbon serta gas rumah kaca meningkat hingga waktu
yang tidak ditentukan. Kondisi ini bisa terjadi dikarena aktivitas perindustrian yang
mengalihfungsikan hutan menjadi industri serta pemanfaatan energi fosil yang
berlebihan (Suhardi & Purwanto, 2015).
Analisis Kuznet menjelaskan kemunculan sebab awal dari teori environmental
kuznet curve. Teori ini memperlihatkan keterkaitan diantara pertumbuhan perekonomian
dengan degradasi lingkungan. Teori ini juga menjelaskan jika pendapatan yang dimiliki
oleh sebuah negara rendah, maka peningkatan pendapatan perlu diperhatikan lebih lanjut,
sehingga produksi dan investasi dapat dinaikkan hingga beberapa persen dengan tidak
bersikap abai pada kualitas lingkungan. Adanya peningkatan produktivitas masyarakat
akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan
terjadinya kerusakan lingkungan dan polusi. Sumber daya alam yang tersedia semakin
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 321

berkurang, pendapatan akan mengalami penurunan akibat degradasi lingkungan dan


perubahan iklim.
Dampak perubahan iklim akibat produktivitas industri semakin terlihat. Badai,
kebakaran, dan banjir menjadi lebih besar dan lebih sering. Ekosistem global sedang
berubah, termasuk sumber daya alam dan pertanian tempat manusia bergantung.
Perubahan iklim dunia diperkirakan akan menghadapin konsekuensi bencana, kecuali
emisi gas rumah kaca global dihilangkan dalam waktu 30 tahun (Rolnick et al., 2022).
Namun tahun demi tahun, emisi ini semakin meningkat. Mengatasi perubahan iklim
melibatkan mitigasi (pengurangan emisi) dan adaptasi (mempersiapkan konsekuensi
yang tidak dapat dihindari). Mitigasi emisi gas rumah kaca memerlukan perubahan pada
sistem kelistrikan, transportasi, bangunan, industri, dan tata guna lahan. Adaptasi
membutuhkan perencanaan untuk ketahanan dan manajemen bencana, mengingat
pemahaman tentang iklim dan kejadian ekstrem.
Indonesia harus berkomitmen untuk mengurangi dampak dari degradasi
lingkungan dan perubahan iklim. Pada tahun 2015, dalam Nationally Determined
Contribution Indonesia terlibat pada pengurangan emisi gas rumah kaca mulai sebesar
29%-41%. Komitmen yang dicanangkan ini hanya berlaku sampai dengan tahun 2030.
Agar dapat menurunkan kenaikan suhu rerata gobal dibawah 5 derajat, maka Indonesia
perlu menambahkan pembaharuan serta merencanakan target iklim yang lebih baik
dengan berbasis ilmiah yang sesuai dengan keadaan Indonesia. Pemerintah Indonesia
tentunya sudah turut berpartisipasi dalam rangka penurunan Gas Rumah Kaca yang
dominan disebabkan oleh emisi karbon sektor industri dan energi, yaitu dengan PP No.
61 dan 71 tahun 2011, Permen Energi dan sumber Daya Mineral RI No. 22 tahun 2019,
serta yang terbaru adalah partisipasi dari World Resources Institute, yang meluncurkan
Aplikasi Nol Emisi Indonesia, menyediakan sarana yang mudah diakses bagi masyarakat
Indonesia untuk menghitung emisi dan mempelajari emisi karbon dioksida dan
pengaruhnya terhadap lingkungan dan masyarakat. Saat ini sedang dilakukan transisi ke
pihak energi bersih untuk menginisiasi inovasi dan adaptasi metode dan teknologi yang
menghargai lingkungan. Lebih penting lagi, memperkuat ketahanan energi Indonesia.
Indonesia telah berhasil mengendalikan kebakaran lahan dan mengalami penurunan
sebesar 82% pada tahun 2020. Namun World Resources Institute tahun 2020,
menyatakan bahwa Indonesia masih termasuk ke dalam 10 negara dengan emisi gas
rumah kaca tertinggi global. Kebanyakan emisi gas rumah kaca Indonesia yang
didapatkan dari bidang industri dan energi.
Di sisi lain apabila dilihat dari sudut pandang perusahaan, permasalahan ini
dapat dijadikan inisiatif dalam hal pelaporan non akuntansi, yaitu tema-tema lingkungan
dan sosial misalnya pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan. Saat ini dalam
permasalahan pengungkapan emisi karbon serta kinerja lingkungan, secara langsung
maupun tidak langsung harus melibatkan akuntansi, sehingga dibutuhkan komitmen
yang besar untuk dapat menekan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan iklim.
Pengungkapan informasi lingkungan perusahaan dipahami sebagai pendekatan yang
masuk akal bagi perusahaan untuk mengintegrasikan kepedulian dan komitmen
lingkungan mereka ke dalam tujuan, nilai, dan budaya mereka. Pengungkapan aktif
membantu mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pemangku kepentingan
(Zhang et al., 2022).
Pengungkapan emisi karbon serta kinerja lingkungan merupakan hal yang
sangat diperhatikan saat ini, dikarenakan informasi yang disampaikan oleh perusahaan
tentunya berpengaruh pada reputasi maupun kelangsungan perusahaan dikemudian hari.
322 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan pengungkapan secara transparan terkait
dengan kegiatan lingkungan yang dilakukan stakeholder terkait demi reputasi dan
keberlangsungan usahanya. Yang paling terpengaruh oleh pembatasan emisi serta
pengungkapan emisi karbon ini adalah perusahaan yang beroperasi dengan menghasilkan
emisi CO2 tinggi, atau dengan kegiatan yang terkait dengan perusahaan dalam rantai
nilai yang memiliki emisi CO2 tinggi. Mengingat perkembangan ini, masyarakat dan
investor akan berharap untuk melihat risiko sehubungan dengan emisi karbon yang
tercermin dalam penampang pengembalian saham (Bolton & Kacperczyk, 2021a).
Media Exposure merupakan bentuk pengungkapan kegiatan dan nilai-nilai
positif perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan untuk meningkatkan reputasi
perusahaan, sehingga akan dinilai sebagai good news bagi investor dan publik. Begitu
pula sebaliknya, apabila terdapat informasi dan memiliki nilai negatif perusahaan maka
akan dinilai sebagai bad news. Hingga saat ini, media exposure masih terbilang cukup
sedikit untuk menjadi suatu variabel dalam penelitian, tetapi sangat relevan dengan
pengungkapan CSR khususnya tanggung jawab lingkungan perusahaan. Karena hingga
kini, beberapa perusahaan telah menggunakan media internet sebagai bentuk exposure
pada aktivitas CSR untuk mempublikasikan dan menyampaikan kepada publik dan
menarik investor. Sehingga publik dan investor akan semakin mudah untuk melihat
kegiatan dan tanggung jawab lingkungan perusahaan, maka dari itu hal ini akan
meningkatkan citra perusahaan dan menjadi berita baik bagi investor.
Fenomena ini mengarah pada Corporate Social Responsibility (CSR), yang
menegaskan terkait tanggungjawab sosial perusahaan tidak hanya tentang menghasilkan
keuntungan melainkan juga tentang tanggung jawab sosial, termasuk adalah salah
satunya lingkungan. Proses untuk mengungkapkan CSR pada sebuah perusahaan dapat
mempengaruhi perilaku investor. Dengan adanya pengungkapan CSR melalui media
perusahaan, menjadi sebuah keuntungan pula bagi perusahaan karena dapat memenuhi
ekspektasi masyarakat sehingga hal ini juga menjadi perhatian lebih dan menarik bagi
investor. Sejumlah studi yang dilakukan pada beberapa negara maju menemukan fakta
jika investor merupakan salah satu kunci dari stakeholder, dimana kinerja sosial dan
lingkungan perusahaan perlu dipertimbangkan secara lebih lanjut sebelum menentukan
keputusan investasi (Nurdin dan Cahyandito, 2006). Penetapan keputusan bidang
ekonomi ini tidak tergantung dari kinerja keuangan sebuah entitas, dikarenakan
kesimpulan mengenai kebaikan maupun keburukan dari kinerja entitas bisa juga diamati
berdasarkan besaran keuntungan yang dihasilkan. CSR akan meningkatkan kinerja
perusahaan, dimana pada perusahaan yang menerapkan CSR mereka dengan baik, maka
cenderung mendapatkan banyak investor (Astuti & Nugrahanti, 2015)
Media exposure dalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel moderasi yang
mengandung berita buruk atau bad news akan dijadikan sebagai tolak ukur penelitian.
Kewaspadaan mengenai dampak yang mungkin terjadi akibat adanya media tentunya
akan terkait secara langsung dengan nilai maupun reputasi dari suatu perusahaan. Krisis
perusahaan yang menjadi bad news seringkali memiliki banyak penjelasan, ambiguitas
mengenai tanggung jawab dan potensi kerusakan kedepannya. Di bawah kondisi
ketidakpastian yang tinggi, sebagian besar investor dan masyarakat akan mengandalkan
informasi yang melampaui peristiwa itu sendiri, termasuk reputasi perusahaan yang
menguntungkan, untuk membentuk dasar evaluasi mereka saat mereka berusaha
memahami situasi perusahaan dengan cepat (OuYang et al., 2017). Dengan demikian,
dalam situasi krisis, perhatian investor dan masyarakat kemungkinan besar akan
diarahkan pada reputasi media pada awal krisis. Peran liputan media sebagai infomediary
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 323

dan secara langsung terkait dengan evaluasi investor terhadap perusahaan selama adanya
krisis perusahaan atau bad news karena investor mengasosiasikan reputasi dengan
kualitas organisasi.
Dengan adanya fenomena ini, isu-isu mengenai lingkungan hidup seperti
pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan serta pertanggungjawaban sektor
terhadap lingkungannya menjadi sebuah perhatian lebih bagi publik dan investor, hal ini
juga dapat mempengaruhi keberlangsungan sektor dikemudian hari. Perdebatan
akademis yang sedang berlangsung dan meningkatnya tekanan institusional telah
menghasilkan skema pengurangan karbon yang diprakarsai oleh banyak perusahaan yang
dimaksudkan untuk menandakan transparansi dan responsivitas dalam mengurangi emisi
gas rumah kaca (Tan et al., 2022). Perusahaan yang lebih komprehensif dan lebih luas
dalam pengungkapan emisi karbonnya dapat meningkatkan nilainya di mata investor atau
calon investor dengan menarik perhatian investor dan calon investor (Alfayerds &
Setiawan, 2021). Reaksi pasar terkait dengan exposure maupun disclosure bisa diamati
atas adanya harga saham maupun kegiatan volume perdagangan saham yang mengalami
perubahan (Nurdin dan Fani, 2006 dalam Falichin, 2010). Apabila investor mempunyai
asumsi jika berita yang mereka terima merupakan berita baik, maka tanggapan investor
dapat diobservasi melalui harga saham serta volume perdagangan yang semakin
meningkat. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menganggap informasi tersebut
merupakan bad news maka akan terjadi penurunan volume perdagangan saham maupun
harga saham itu sendiri. CSR perlu untuk diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan,
dikarenakan hal ini tergolong pada berita baik yang dapat meningkatkan respon investor
akan pasar dan perusahaan (Listiyanti, 2011).
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian dari (Asmaranti & Lindrianasari,
2018a; Matsumura et al., 2014; Nurdin & Cahyandito, 2006), yang menyatakan jika
pengungkapan terhadap emisi karbon perusahaan akan mempengaruhi secara positif
pada reaksi dari investor. Begitu pula pada penelitian (Benkraiem et al., 2022), yang
menerangkan bahwa kinerja karbon secara positif memengaruhi nilai pasar perusahaan,
sehingga menunjukkan bahwa investor memberi penghargaan kepada perusahaan
dengan tingkat emisi karbon yang rendah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
perusahaan dengan peringkat atas dan polusi tinggi terus meningkatkan upaya mereka
untuk mejadi perusahaan dengan konsep berkelanjutan, yang meningkatkan efek positif
dari kinerja karbon pada nilai perusahaan. Dalam penelitian Tan et al (2016), menyatakan
jika media exposure mempengaruhi reaksi investor. Pada penelitian Prabandari, (2014),
menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap reaksi investor. Sedangkan
menurut (Balabanis et al., 1998; Edwin, 2016a; Kelvin et al., 2019), perusahaan yang
melaksanakan pengungkapan aktivitas sosial serta lingkungan yang tinggi tidak
mempengaruhi reaksi investor. Menurut penelitian ini juga, pengungkapan aktivitas
sosial dan lingkungan relative baru di Indonesia, serta sebagian besar investor
mempunyai asumsi yang rendah akan hal yang dimaksud, investor juga menganggap
perusahaan hanya melakukan pengungkapan tersebut sebagai bagian dari iklan. Dalam
penelitian Anggreni, (2016) jaga menunjukan bahwa media exposure tidak berpengaruh
terhadap reaksi investor.
Penelitian inidilakukan karena penelitian mengenai pengungkapan emisi
karbon dan media exposure dengan pengukuran bad news di Indonesia masih terbilang
cukup sedikit dengan hasil yang berbeda, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
pengungkapan emisi karbon terhadap kinerja lingkungan dan reaksi investor dengan
324 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

media exposure sebagai variabel pemoderasi. Kontribusi penelitian ini antara lain adalah
memberikan dasar bagi regulator kalam merumuskan kebijakan mengenai kelestarian
lingkungan dan menjadi dasar bagi para pelakubisnis untuk mempertimbangkan
informasi non keuangan kalam pengambilan keputusan bisnisnya.

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS

Teori Legitimasi
Teori legitimasi bersumber pada konsep legitimasi organisasi di mana telah
didefinisikan oleh Dowling dan Pfeffer ditahun 1975. Secara mendasar, legitimasi
mengacu pada hubungan sosial tertentu yang dianggap adil. Tatanan ekonomi suatu
perusahaan adalah keadaan atau situasi yang sesuai dengan masyarakat (Harsanti, 2011).
Berdasarkan pernyataan tersebut, suatu entitas akan selalu menjamin dengan kegiatan
operasinya yang masih dalam lingkup nilai serta norma yang berlaku serta diharapkan
oleh masyarakat. Premis teori legitimasi menjelaskan jika terdapatnya "kontrak sosial"
diantara masyarakat dan perusahaan/organisasi di tempat ia beroperasi. Kontrak sosial
merupakan cara yang dapat menggambarkan harapan sosial yang luas tentang bagaimana
sebuah organisasi menjalankan bisnisnya. (Rokhlinasari, 2016).
Pada teori legitimasi, setiap perusahaan diharuskan konsisten membuktikan
bahwa tindakan mereka sesuai dengan nilai sosial. Ini bisa ditunjukkan dengan
pengungkapan pada laporan tahunan (Wilmshurst & Frost, 2000). Yang berarti teori ini
mendukung suatu organisasi untuk melakukan pengungkapan sukarela, seperti
pengungkapan emisi karbon serta kinerja lingkungan. Melihat dari landasan teori
tersebut, pengungkapan terhadap kinerja lingkungan perusahaan serta emisi karbon
menjadi tahapan yang penting agar memperoleh legitimasi dari masyarakat sekitar
perusahaan. pengakuan terhadap legitimasi publik ini adalah hal yang sangat diutamakan
perusahaan agar menunjang eksistensi perusahaan pada lingkungan sosial.

Teori Signal
Teori pelaporan (signal) yang dinyatakan Spence (1973), menegaskan jika
informasi yang dipublikasikan perusahaan sangat penting serta mempengaruhi keputusan
investasi yang dibuat oleh pihak ketiga (Kelvin et al., 2017). Maksud dari sinyal adalah
sebuah informasi yang berupa pengungkapan dan dapat memberikan sinyal baik berupa
prospek yang baik untuk perusahaan dan sebaliknya yaitu sinyal buruk (bad news) untuk
perusahaan di kemudian hari. Teori sinyal memberikan penegasan kembali terkait
informasi yang dipublikasikan perusahaan yang mempengaruhi keputusan investasi.
Informasi pada dasarnya adalah elemen yang diutamakan investor dikarenakan dapat
menampilkan catatan, informasi, serta penjelasan yang berkaitan dengan masa lalu, saat
ini, hingga di kemudian hari tentang keamanan perusahaan serta seperti apa pasarnya
(Rokhlinasari, 2016).
Dengan adanya laporan-laporan yang dipublikasikan oleh perusahaan,
menandakan adanya transparansi dalam pengungkapan informasi keuangan dan non
keuangan. Pengungkapan tersebut mengandung informasi positif yang akan
mendapatkan reaksi positif dari investor dan dapat menarik investor potensial untuk
meningkatkan reputasi perusahaan. Perusahaan mengungkapkan laporan juga sebagai
motivasi dalam hal mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan investor.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 325

Reaksi Investor
(Maristi, 2013) menyatakan bahwa investor merupakan orang perseorangan,
kelompok maupun badan hukum yang berinvestasi di unit bisnis tertentu. Efek (saham)
adalah bentuk kepemilikan perusahaan. Bukti penting bahwa suatu entitas dipanggil
sebagai pemegang saham yakni jika pemegang saham tersebut dicatat dalam suatu daftar
yang dinamai daftar pemegang saham (DPS) (Cahyono, 2018). Pemegang saham
menerima deviden atau uang dari perusahaan sebagai bentuk keuntungan. Reaksi
investor tampaknya ditandai dengan fluktuasi yang signifikan dalam harga saham suatu
perusahaan tertentu di sahamnya ketika diumumkannya laporan keuangan. Reaksi
seorang investor (pasar) dapat dilihat pada berubahnya harga suatu saham (stock return)
dari beberapa perusahaan ketika diumumkannya laba, artinya akan terjadi perbedaan
sangat besar antara hasil aktual dan hasil yang diharapkan oleh investor (Suwardjono,
2005). Pengembalian adalah hasil dari kesediaan investor untuk menerima risiko dari
investasi mereka. Pengembalian dana dapat berupa pengembalian dana yang sebenarnya
atau pengembalian yang diekspektasikan yang belum terwujud akan tetapi diestimasikan
akan terwujud di masa yang mendatang. Pengembalian yang direalisasi penting sebab
bisa dipakai sebagai tolak ukur kinerja bisnis serta sebagai dasar guna mengkalkulasi
pengembalian serta risiko yang diekspektasikan di masa yang mendatang.
Pengumuman laporan keuangan, tahunan, dan keberlanjutan adalah salah satu
sarana komunikasi yang sangat penting antara manajer perusahaan atau orang dalam dan
investor luar (Pevzner et al., 2015). Reaksi investor bisa diamati dengan indikator
abnormal return. Abnormal return ialah kelebihan yang berasal dari return
(pengembalian) aktual terhadap return normal. Dan return normal ialah pengembalian
yang diekspektasikan oleh investor. Pada penelitian saat ini, digunakan proksi
Cumulative Abnormal Return dengan model adjusted model. Maka dari itu, akan ada
abnormal return atau return kejutan pada saat laporan keuangan yang berisikan informasi
di publikasikan. Begitu pula sebaliknya, apabila dalam laporan keuangan tidak memiliki
informasi yang diharapkan oleh investor maka tidak akan memberikan abnormal return.

Pengungkapan Emisi Karbon


Emisi karbon ialah suatu senyawa yang dilepaskan menuju atmosfer bumi
dengan kandungan karbon, yang berasal dari pembakaran senyawa karbon seperti CO2
dan bahan bakar lainnya. Pelepasan karbon ke atmosfer ini menyebabkan terbentuknya
emisi gas rumah kaca sehingga akan mengakibatkan peningkatan suhu di bumi atau
pemanasan global. Dalam penelitiannya, (Martinez, 2005) mengungkapkan bahwa gas
rumah kaca diklasifikasikan ke dalam dua kategori apabila berdasarkan sumbernya,
yakni gas rumah kaca alami serta gas rumah kaca industri. Pertama, gas rumah kaca alami
termasuk dalam bagian siklus alam yang bisa dengan gampang dinetralkan oleh
tumbuhan serta laut. Gas rumah kaca alami memiliki manfaat untuk makhluk hidup
sebab bisa menjaga suhu global sekitar 6 derajat Celcius, di sisi lain gas rumah kaca
industri berasal dari kegiatan industri manusia.
Emisi gas rumah kaca yang berasal dari kerja operasional perusahaan industri
adalah salah satu penyebab emisi karbon terbesar di Indonesia. Dengan itu, agar
mendapatkan legitimasi masyarakat perusahaan diharapkan mengungkapkan
aktivitasnya yang menyebabkan emisi karbon, yang disebut dengan pengungkapan emisi
karbon. Bagi seorang investor pengungkapan emisi karbon juga merupakan sebuah
pertanyaan apakah emisi karbon mewakili risiko material bagi investor yang tercermin
dalam penampang pengembalian saham dan kepemilikan portofolio (Bolton &
326 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Kacperczyk, 2021b). Maka dari itu perusahaan harus responsif terhadap aktivitas
operasional, karena diantara suatu perusahaan dengan masyarakat ada kontrak sosial
yang sesuai dengan teori legitimasi.
Penelitian yang dilakukan saat ini, pengungkapan emisi karbon menggunakan
pengukuran indeks pengungkapan yang telah dikembangkan pada peneliti terdahulu
Choi, et al (2013) yang mana pengukuran ini sudah teridentifikasi dalam CDP (Carbon
Disclosure Project).

Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan merupakan elemen efisiensi kelestarian lingkungan yang
berhubungan dengan kegiatan dan barang lingkungan alam perusahaan (Guang-Wen &
Siddik, 2022). Ari Retno (2010) dalam penelitian Rusmana, O., & Purnaman, S. M. N.
(2020) menyatakan bahwa kinerja lingkungan merupakan turut serta perusahaan dalam
melestarikan lingkugan. Menurut Arfan (2009) dalam penelitian Prabandari, K. R., &
Suryanawa, K. (2014) kinerja lingkungan ialah manajemen perusahaan yang berupaya
guna membuat lingkungan yang serasi, seimbang, dan seimbang sehingga tercipta citra
yang baik di mata pemangku kepentingan. Informasi kinerja lingkungan yang
disampaikan oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai prospek yang baik bagi perusahaan
karena memicu sinyal baik atau good news bagi investor. Pemerintah juga sudah mulai
bertindak untuk memikirkan suatu kebijakan ekonomi makro yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan serta pelestarian alam karena proses manufaktur yang terjadi
pada perusahaan serta produk yang diproduksi bisa merusak lingkungan (Hasyim, 2011).
Pengungkapan lingkungan mengacu pada semua pengungkapan perusahaan mengenai
tanggung jawab mereka terhadap lingkungan alam. Biasanya, informasi ini merupakan
bagian dari laporan biasa perusahaan seperti laporan tahunan, laporan terintegrasi,
formulir informasi tahunan, dan laporan keberlanjutan (Cormier & Gomez-Gutierrez,
2018)
Sebagai bentuk kontribusi terkait pengelolaan lingkungan dan pelestarian alam
bagi industri, pemerintah membuat Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). PROPER adalah program yang
dilakukan atas kemauan sendiri (sukarela) yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan
Hidup yang mengevaluasi pengelolaan lingkungan perusahaan dan memberikan
peringkat atas hasil evaluasi tersebut. Perusahaan yang menjadi peserta pada program ini
ialah perusahaan yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan, diperdagangkan
secara publik di Bursa Efek dan memiliki produk yang dirilis atau digunakan oleh
masyarakat luas (Kusumo & Nugrahanti, 2017). Sekretariat Kementerian Lingkungan
Hidup menyatakan bahwa dalam pemberian peringkat PROPER dibuat berdasarkan atas
pemberian nilai kinerja penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan berupa pencegahan
dalam pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, penanggulangan atas
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dan pemulihan dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Bad Bews Media Exposure


Media exposure ialah aktivitas mendengarkan, melihat, serta membaca media
massa atau mengalami pesan yang disampaikan dan memperhatikan pesan yang mungkin
muncul pada tingkat individu atau kelompok. Menurut (Shore & McAnany, 1980) dalam
penelitiannya, media exposure lebih rumit daripada akses karena menyangkut tidak
hanya apakah seseorang benar-benar dalam jangkauan media massa tertentu, melainkan
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 327

juga apakah seseorang sungguh-sungguh mengekspos pesan yang disampaikan. Ekspos


adalah mendengar, melihat, membaca atau lebih umum mengalami dengan rasa minat
terhadap pesan media. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa media exposure adalah
sungguh-sungguh dalam medengar, melihat, menonton, serta berpartisipasi dalam
pembauran dengan isi media yang disampaikan. Dengan begitu, media exposure dapat
disebut sebagai perilaku komunikasi.
Media Exposure sangat berperan penting dalam mengkomunikasikan informasi
dan berita. Karena berdampak terhadap suatu pendapat publik serta membantu
menciptakan tekanan publik (Andreas & Liani, 2015). Dengan adanya media exposure
juga akan menaikkan visibilitas perusahaan yang menjadikanperusahaan sebagai objek
pengawasan publik. Sehingga akan sangat sensitive apabila terdapat berita buruk atau
bad news mengenai perusahaan tersebut. Karena ketika perusahaan berada dalam
keadaan krisis, investor akan mencari informasi dan kabar akan berita tersebut.
Walaupun media tidak dapat segera memutuskan sikap dan opini publik, tetapi media
mampu secara tidak langsung mempengaruhi cara pandang khalayak dan keputusan
masyarakat dengan memberikan informasi tertentu, akibatnya akan mengubah perhatian
publik terhadap beberapa fakta dan opini (Feng et al., 2013). Akibatnya apabila terdapat
isu dan informasi negative mengenai kondisi internal maupun eksternal perusahaan, akan
dijadikan sebagai pertimbangan dan sinyal valid oleh investor untuk mengukur kualitas
dan menetapkan keputusan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut.

Pengembangan Hipotesis

Pengungkapan Emisi Karbon terhadap Reaksi Investor


Pengungkapan emisi karbon pada suatu perusahaan sejalan dengan teori
legitimasi. Emisi karbon ialah suatu gas yang bersumber dari proses terbakarnya suatu
senyawa yang di dalamnya terkandung karbon. Maka dari itu emisi karbon dapat
dikatakan sebagai pelepasan karbon ke atmosfer. Gas ini juga sebagai sebab adanya
perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca. Melihat dari teori legitimasi, suatu
perusahaan yang beroperasi di lingkungan masyarakat atau publik harus sesuai dengan
nilai dan norma serta bertanggung jawab atas kegiatan operasinya. Dengan perusahaan
melakukan pengungkapan emisi karbon, maka publik akan mendapatkan informasi
terkait tanggung jawab perusahaan akan lingkungannya. Dalam penelitian Asmaranti &
Lindrianasari, (2018) menunjukan pengungkapan emisi karbon mempengaruhi secara
positif pada reaksi investor. Hal ini menunjukan perusahaan akan mendapatkan
legitimasi dan meningkatkan citra perusahaan atas reaksi positif investor untuk
keberlanjutan usahanya.
Berdasarkan hal tersebut dan penelitian sebelumnya, peneliti hendak
membuktikan apakah pengungkapan emisi karbon berpengaruh terhadap reaksi investor,
serta bisa disimpulkan hipotesis seperti dibawah ini:
H1: Pengungkapan emisi karbon berpengaruh signifikan positif terhadap reaksi investor.

Kinerja Lingkungan terhadap Reaksi Investor


Environmental Performance (Kinerja Lingkungan) merupakan usaha dari
perusahaan agar dapat melaksanakan perwujudan lingkungan yang seimbang, selaras,
serta selaris untuk meningkatkan citra positifnya pada pandangan stakeholders
(Prabandari & Suryanawa, 2014). Kualitas kinerja lingkungan perusahaan di Indonesia
bisa diukur melalui program penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
328 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Lingkungan Hidup (PROPER) yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.


Berdasarkan teori legitimasi, jika perusahaan menerapkan pengungkapan kinerja
lingkungan sesuai dengan aturan dan sukarela, maka publik akan merasakan manfaatnya.
Dengan begitu citra perusahaan akan meningkat dan perusahaan mendapatkan legitimasi
dari public untuk keberlangsungan usahanya. Informasi ini juga akan memberikan sinyal
positif, dan dapat memberikan reaksi positif dari investor. Dalam penelitian Nurdin &
Cahyandito, (2006), menjelaskan jika tema sosial (kinerja lingkungan) mempengaruhi
terhadap reaksi investor. (Murguia & Lence, 2015) menyatakan hasil penelitiannya
bahwa investor pada saham yang diperdagangkan di AS tertarik pada kinerja lingkungan
perusahaan.
Atas uraian di atas serta hasil dari penelitian sebelumnya mengenai
pengungkapan kinerja lingkungan terhadap reaksi investor, oleh karena itu peneliti ingin
melakukan pembuktian apakah pengungkapan kinerja lingkungan berpengaruh terhadap
reaksi investor, dan dapat disimpulkan hipotesis seperti dibawah ini:
H2: Kinerja lingkungan berpengaruh signifikan positif terhadap reaksi investor

Media Exposure Memoderasi Hubungan Pengungkapan Emisi Karbon terhadap


Reaksi Investor
Berita dan sentimen publik mengenai perusahaan besar menjadi perhatian
khusus bagi investor. Dari berita tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran pergerakan
saham, maka pasar dapat disebut sebagai hakim. Dengan demikian, berita dan sentimen
publik dapat dijadikan penilaian secara individu (Koppel & Shtrimberg, 2006). Sesuai
dengan teori signal, apabila terdapat berita buruk (bad news) maka dapat memberikan
sinyal negatif kepada investor dan publik, yang akan menurunkan volume perdagangan
saham perusahaan.
Sesuai dengan teori legitimasi, apabila perusahaan tidak menjalankan
operasinya sesuai dengan nilai dan norma, maka perusahaan tidak akan mendapatkan
legitimasi dari masyarakat. Dengan adanya media exposure yang dikembangkan oleh
perusahaan, masyarakat dapat dengan mudah memastikan pengungkapan tanggung
jawab perusahaan. Sehingga masyarakat dapat mengetahui dengan mudah apabila
terdapat informasi atau berita buruk mengenai perusahaan tersebut. Hal ini dapat
menurunkan citra perusahaan dimata investor dan masyarakat. Media sebagai sumber
informasi yang mem berperan sangat penting untuk memberikan pengaruh pada
penetapan keputusan dari stakeholders (Simon, 1992). Dalam penelitian Anggreni &
Budiasih (2016), media exposure tidak mempengaruhi terhadap reaksi investor.
Berdasarkan hal tersebut dan penelitian sebelumnya, peneliti ingin
membuktikan apakah media exposure dengan pengukuran bad news dapat memoderasi
dengan memperlemah pengungkapan emisi karbon terhadap reaksi investor, dan dapat
disimpulkan hipotesis seperti dibawah ini:
H3: Media Exposure memperlemah hubungan antara pengungkapan emisi karbon dan
reaksi investor.

Media Exposure Memoderasi Hubungan Kinerja Lingkungan terhadap Reaksi


Investor
Selama dekade terakhir, telah terjadi peningkatan intens dalam kesadaran
publik tentang peran perusahaan dan kontribusinya bagi masyarakat. Namun terdapat
beberapa perusahaan yang dikritik sebab telah membuat masalah atau dinilai buruk oleh
masyarakat. Krisis yang menjadi berita buruk perusahaan dispekulasikan sebagai situasi
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 329

yang sangat tidak pasti di mana penyebab dan akibat tidak diketahui (Pearson & Clair,
1998). Ketika sebuah perusahaan terlibat dalam krisis, investor secara aktif mencari
informasi tentang perusahaan ini untuk menilai kualitas yang tidak dapat diamati.
Akibatnya, asimetri informasi diantara manajemen perusahaan serta investor luar pada
saat krisis perusahaan menciptakan konteks di mana reputasi perusahaan dapat menjadi
sinyal yang menerangkan kepada investor dalam mengukur kualitas perusahaan, dan
dengan demikian menentukan sinyal yang dimanfaatkan investor dalam memberikan
evaluasi atas kinerja keuangan (Godfrey et al., 2009). Hal tersebut sejalan dengan teori
signal, apabila perusahaan memberikan informasi positif maka investor dapat
memberikan sinyal positif yaitu dengan menginvestasikan modal untuk perusahaan.
Sebaliknya, apabila terdapat berita buruk maka akan menjadi sinyal buruk dalam
menanamkan modal di perusahaan bagi investor. Media berperan dalam memaksa
perusahaan untuk memenuhi berbagai kontrak sosial dengan berbagai pemangku
kepentingan perusahaan (Ulupui et al., 2020). Keterbukaan informasi belakangan ini
perlu dilaksanakan agar dapat mempublikasikan komitmen perusahaan mengenai
permasalahan sosial maupun lingkungan. Dalam penelitian (Abdullah, 2020), liputan
media (media exposure) tidak mampu mendorong keterbukaan informasi perusahaan
kepada masyarakat dan investor.
Maka peneliti ingin membuktikan apakah media exposure dengan pengukuran
bad news dapat memoderasi dengan memperlemah kinerja lingkungan terhadap reaksi
investor, dan dapat disimpulkan:
H4: Media Exposure memperlemah hubungan antara kinerja lingkungan dan reaksi
investor.

Pengungkapan Emisi
Karbon (X1)
Reaksi Investor (Y)
Kinerja Lingkungan
(X2)

Media Exposure
(Moderasi)

Gambar 1.
Model Penelitian

METODE PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur subsektor industri


makanan dan minuman, subsektor semen, dan subsektor tembakau yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia berturut-turut pada tahun 2018-2020. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling dengan rincian sebagai berikut:
330 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Tabel 1
Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur subsektor industri makanan dan minuman, 48
semen, dan tembakau yang terdaftar di BEI pada periode 2018-
2020
2. Perusahaan manufaktur IPO di tahun 2019 (10)
3. Perusahaan manufaktur IPO di tahun 2020 (4)
4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan paling sedikit (13)
1 dari 18 item
5. Jumlah sampel 21
6. Jumlah Periode Pengamatan 3
7 Jumlah data observasi 63

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data


sekunder. Data yang dipakai berupa annual report dan Sustainable Development Report
tahun 2018-2020 yang diperoleh dari didapatkan dari dokumen dan pelaporan yang
didapatkan dari website BEI. Teknik analisis yang digunakan kalam penelitian ini berupa
analisis regresi linier berganda untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Uji asumsi klasik pada penelitian ini adalah, uji normalitas,
heteroskedastisitas, multikoleniaritas. Agar bisa mengamati bagaimana pengaruh yang
ditimbulkan oleh variabel independen pada variabel dependen oleh karena itu, dipakai
analisis regresi berganda. Pada penelitian saat ini terdapat model analisis regresi linear
berganda, model ditujukan dalam menguji hipotesis 1 sampai dengan 4 dengan rumus
yakni
𝑌𝑎𝑟 = 𝑎 + 𝛽! 𝑃𝐸𝐾 + 𝛽" 𝐾𝐿 + (𝛽! (𝑃𝐸𝐾) . 𝑀) + (𝛽" (𝐾𝐿). 𝑀) + 𝑒𝑖 ; 1,2,3,4…;n
Keterangan:
(1) = Persamaan statistik analisis regresi linier pertama
(2) = Persamaan statistik analisis regresi linier kedua
a = Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi
e = Standar Error
n = Sampel
PEK = Pengungkapan Emisi Karbon
KL = Kinerja Lingkungan
M = Media Exposure (Moderasi)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu reaksi investor. Reaksi Investor
adalah gambaran reaksi positif dan reaksi negatif terhadap perusahaan (Daromes & Jao,
2020). Reaksi investor diproksikan dengan Cumulative Abnormal Return (CAR) dengan
metode Market Adjusted Model (Single Index Model) atau model sesuaian pasar. Dalam
membuat estimasi pengembalian terbaik suatu sekuritas adalah pada saat peristiwa
terjadi. Proksi yang digunakan penelitian ini, sesuai dengan penelitian terdahulu,
Asmaranti & Lindrianasari (2018). Abnormal return dijelaskan sebagai selisih diantara
return sesungguhnya dari suatu saham (Rit) dan return yang diharapkan oleh investor
E(Rit). CAR (Cumulative Abnormal Return) adalah total dari abnormal return dari tiap
perusahaan emiten. Perhitungan CAR pada tiap emiten adalah hasil dari akumulasi
abnormal return dalam waktu 11 hari, dimana 5 hari sebelum laporan tahunan
dipublikasi, 1 hari pada peristiwa pelaporan tahunan, serta 5 hari setelah laporan tahunan
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 331

dipublikasi. Skala dalam pengukuran variabel ini adalah skala rasio CAR dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Tahapan dalam perhitungan Cumulative Abnormal Return :


1. Actual Return
𝑃𝑡 − 𝑃𝑡 − 1
𝑅𝑖𝑡 =
𝑃𝑡 − 1
Keterangan :
Rit : Actual return saham i pada waktu t
Pt : Harga saham pada waktu ke-t
Pt-1 : Harga saham pada hari sebelumnya
2. Return Pasar (Return Ekspektasian)
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 1
𝑅𝑚𝑡 =
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 1
Keterangan :
Rmt : Return pasar (return ekspektasi)
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada tanggal t
IHSGt-1: Indeks Harga Saham Gabungan pada tanggal t-1
3. Meregres return saham individual dan return pasar harian agar mendapatkan 𝛼 (alfa)
serta 𝛽 (beta) pada tiap saham dengan memakai Single Index Model
𝑅𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖𝑅𝑚𝑡 + 𝑒𝑖
Keterangan :
Rit : Return saham i pada periode t
Rmt : Return IHSG pada periode t
𝛼𝑖 : Bagian return saham i yang tidak mendapatkan pengaruh dari kinerja pasar
𝛽𝑖 : Sensitivitas return saham i mengenai perubahan pasar
ei : Kesalaham residual
4. Expected Return
𝐸(𝑅𝑖𝑡) = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑖𝐸(𝑅𝑚𝑡)
Keterangan :
E(Rit) : Expected return saham i pada periode t
𝛼𝑖 : Bagian return saham i yang tidak mendapatkan pengaruh dari pasar
𝛽𝑖 : Sensitivitas return saham i mengenai perubahan pasar
E(Rmt) : E(Rmt) pasar tiap periode t (memakai data Rmt dalam tiap periode peristiwa)
5. Abnormal Return
𝐴𝑅𝑖𝑡 = 𝑅𝑖𝑡 − 𝐸(𝑅𝑖𝑡)
Keterangan :
ARit : Abnormal return saham i pada periode t
Rit : Return saham i pada periode t
E(Rit) : Expected return saham i pada periode t
6. Cumulative Abnormal Return
!"#$

𝐶𝐴𝑅𝑖𝑡 = 7 𝐴𝑅𝑖𝑡
!"%$
Keterangan
CARit : Cumulative abnormal return untuk saham i pada periode t
ARit : Abnormal return saham i pada periode t.

Variabel Independen
Pengungkapan emisi karbon ialah salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial
perusahaan yang diperlihatkan pada laporan tahunan dan Sustainable Development
332 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Report. Pengukuran pengungkapan emisi karbon menggunakan item pengungkapan dari


penelitian Choi, et al (2013) yang terdiri dari 5 kelompok dengan akumulasi setiap
kelompok sebanyak 18 item yang teridentifikasi. Penghitungan indeks Pengungkapan
Emisi Karbon dengan tahapan sebagai berikut :

1. Dalam tiap item pengungkapan akan diberikan skor.


2. Setiap item bernilai skor 1 jika perusahaan mengungkapan pengungkapan yang
ada dalam setiap item pengungkapan. Agar skor minimal menjadi 1, serta skor
maksimal menjadi 18.
3. Skor dalam tiap perusahaan lalu di total dan dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛


𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐸𝑚𝑖𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa kinerja lingkungan


merupakan output dari suatu kebijakan pengelolaan sumber daya alam serta lingkungan
yang untuk mendorong pencapaian pembangunan yang berkelanjutan serta mempertegas
ekonomi hijau (Herawaty, 2018). Pengukuran kinerja lingkungan diproksikan dengan
pemeringkatan PROPER (Program penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan). Pemeringkatan PROPER menggunakan 5 warna, yaitu emas
: 5, hijau : 4, biru : 3, merah : 2, hitam : 1, skor 0 diberikan pada entitas yang tidak
memperoleh peringkat proper sehingga skor minimal yaitu 0 dan skor maksimal yaitu 6.
Kemudian kinerja lingkungan akan dihitung dengan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑅𝑂𝑃𝐸𝑅


𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Variabel Moderasi
Variabel moderasi yang dipakai di penelitian ini yaitu Media Exposure (paparan
media) yang mempunyai fungsi dalam mengendalikan kegiatan perusahaan dari
manajemen perusahaan atas informasi-informasi kegiatan dan berita yang dapat dinilai
oleh masyarakat publik dan investor. Saat ini, investor bisa melakukan pencarian
informasi di tempat apapun serta kapan pun. Karena kenyataan bahwa semua platform
dan saluran digital baru ini memberikan kesempatan untuk menyampaikan pesan yang
menghubungkan perusahaan dengan tujuan kemanusiaan yang lebih luas, solusi
lingkungan, atau masalah ekonomi dengan sangat mudah, mereka menjadi lingkungan
yang menentukan untuk strategi komunikasi (Testarmata et al., 2018). Dengan semua
kemudahan tersebut, akan sangat sensitif apabila terdapat informasi buruk dan asimetri
informasi. Karena investor menganggap bahwa informasi tersebut merupakan
terjemahan nilai dan kinerja perusahaan, yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
keputusan. Untuk mengetahui apakah berita buruk mengenai suatu perusahaan dapat
memperlemah reaksi investor atas pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan
maka varibel ini diproksikan dengan melihat kuantitas perusahaan dalam mengulas
aktivitas yang mengandung berita buruk (bad news) mengenai keseluruhan kegiatan pada
website perusahaan setiap tahunnya. Variabel ini akan diukur dengan mengihitung
jumlah informasi buruk suatu perusahaan di setiap tahunnya.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 333

HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Reaksi Investor 63 -0,2228301 0,2325582 -0,0044892 0,0921359

Pengungkapan
63 0,0556 0,7222 0,2910095 0,1873873
Emisi Karbon
Kinerja
63 0 1 0,5079365 0,3023038
Lingkungan

Media Exposure 63 0 5 0,9365079 1,189646

Sumber : Output Stata v. 14.1

Berdasarkan Tabel di atas pengamatan pada penelitian ini sejumlah 63 sampel.


Pada variabel reaksi investor memiliki nilai minimum -0,2228301 yang dimiliki oleh
Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk pada tahun 2018, nilai maximum sebesar
0,2325582 dimiliki oleh Wismilak Inti Makmur Tbk pada tahun 2019, nilai mean sebesar
-0,0044892. Dan standar deviation sebesar 0,0921359. Reaksi investor diukur dengan
return sebagai perubahan harga dengan menggunakan abnormal retun. Dalam
menganalisa abnormal return, dapat dilakukan dengan melihat pergerakan pola. Apabila
investor mengantisipasi informasi perusahaan, maka akan terdapat dua respon investor,
positif dan negartif. Yaitu respon positif oleh investor diharapkan akan memberikan
return positif (+), dan sebaliknya informasi negative perusahaan tidak akan menimbulkan
return atau abnormal return dari perusahaan untuk investor atau return bernilai negative
(-). Sementara apabila investor tidak mengantisipasi informasi yang dipublikasi maka
CAR atau ¬¬abnormal return akan bernilai nol (0). Dalam pola CAR pada penelitian ini,
terdapat 13 perusahaan yang terindikasi memiliki pola CAR menurun, yang berarti
bahwa dalam 3 tahun periode penelitian ini akumulasi abnormal return cenderung
menurun atau negative (-). Hal ini menandakan bahwa pengungkapan informasi
perusahaan dianggap sinyal negative oleh investor, artinya investor mengantisipasi
peristiwa pengungkapan informasi yang mengindikasikan prospek masa depan yang
buruk. Sementara 7 perusahaan lainnya memiliki pola CAR meningkat atau positif (+),
yang berarti pengungkapan informasi perusahaan dianggap sinyal positif dan investor
mengantisipasi bahwa peristiwa pengungkapan informasi tersebut mengindikasikan
prospek masa depan yang baik.
Dalam penelitian ini, dari 63 sampel, terdapat 28 sampel atau sebanyak 44% yang
terindikasi CAR negatif (-). Hal ini menandakan bahwa terjadinya penyusutan abnormal
return tersebut terus terjadi hingga dengan hari pengumuman atau pengungkapan
informasi. Dan pengungkapan informasi ini dianggap sinyal buruk atau negatif oleh
investor. Investor mengantisipasi pengungkapan informasi terindikasi prospek masa
depan perusahaan yang buruk. Sebaliknya 35 sampel atau 56% dalam penelitian ini
terindikasi CAR positif (+), yang menandakan bahwa terjadi peningkatan abnormal
return sampai dengan hari pengungkapan informasi perusahaan dan direspon positif oleh
investor. Maka dari itu dalam penelitian ini, sampel dengan reaksi investor positif lebih
334 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

dominan dari reaksi investor negative, yang menandakan bahwa investor melihat adanya
prospek masa depan perusahaan yang baik.
Nilai maksimum CAR dalam penelitian ini sebesar 0,2325582 atau 23% tingkat
pengembalian perusahaan ke investor. Nilai tersebut terjadi Wismilak Inti Makmur Tbk
pada tahun 2019, yang menandakan bahwa terjadi perubahan harga saham diseputar hari
pengungkapan informasi perusahaan. Pengungkapan informasi ini dapat meyakinkan
investor sehingga terjadinya abnormal return positif sebesar 0,23 atau 23% yang
disebabkan reaksi investor atas indikasi prospek suatu perusahaan yang positif di masa
depan.
Pada variabel pengungkapan emisi karbon memiliki nilai minimun 0,0556 pada
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2018, nilai maximum sebesar 0,7222 terjadi
pada Semen Indonesia (Persero) Tbk di tahun 2020, nilai mean sebesar 0,2910095, dan
nilai standar deviation sebesar 0,1873873.

Tabel 3
Sebaran Frekuensi Kinerja Lingkungan
No. Total Skor Hasil Frekuensi Presentase
1 0 0,0000 15 24%
2 1 0,2000 0 0%
3 2 0,4000 1 2%
4 3 0,6000 31 49%
5 4 0,8000 15 24%
6 5 1,000 1 2%
TOTAL 63 100%

Pada Tabel di atas, variabel kinerja lingkungan mempunyai nilai minimum


sebesar 0 oleh PT. Sariguna Primatirta Tbk di tahun 2018, nilai maximum sebesar 1 oleh
Indocement Tunggal Prakasa Tbk di tahun 2020, nilai mean sebesar 0,5079365, dan nilai
standar deviation 0,3023038.
Penilaian PROPER pada skor 5 memiliki nilai sangat sangat baik, yang mana
dalam penelitian ini terdapat 1 sampel yang mencapai skor tersebut. Sehingga sampel ini
telah bertanggung jawab atas aktivitas yang secara terus menerus menampilkan
kunggulan lingkungan pada proses produksi ataupun jasa. Untuk skor 4 memiliki nilai
sangat baik, yang mana dalam penelitian ini terdapat 15 sampel yang mencapai skor
tersebut. Sehingga perusahaan telah mencapai lebih dari pengelolaan lingkungan yang
dipersyaratkan oleh regulasi dengan menerapkan system pengelolaan lingkungan dan
efisiensi sumber daya. Lalu terdapat 31 yang mencapai skor 3 dengan nilai baik, yang
mana berarti perusahaan tersebut sudah melakukan upaya yang diperlukan untuk
memenuhi ketentuan UU lingkungan hidup. Dalam penelitian terdapat 2 sampel yang
mendapatkan skor PROPER 1 dengan nilai buruk. Artinya, perusahaan itu tidak
melaksanakan pengelolaan terhadap lingkungan hidup berdasarkan atas persyaratan
perundang-undangan. Sementara masih terdapat 15 sampel yang tidak mendapatkan
peringkat PROPER dari kementerian lingkungan hidup.
Berdasarkan uraian diatas, 47 sampel atau 74% sampel yang dipakai pada
penelitian ini memiliki kinerja lingkungan yang baik dan telah sesuai dengan persyaratan
perundang-undangan.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 335

Pada variabel moderasi media exposure, nilai minimum sebesar 0 terdapat pada
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk tahun 2019. Nilai maksimum dengan nilai 5 terdapat pada
Delta Djakarta Tbk tahun 2020. Nilai mean media exposure sebesar 0,9365079. Yang
artinya nilai rata-rata terdapatnya media exposure berita negative terbilang rendah yang
dipublikasikan oleh website perusahaan. Dan nilai standar deviation adalah 1,189646.

Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Dependent Variable : RI
Adjusted R Square 0.1419
Sumber : Output Stata v. 14.1

Pada tabel 4 di atas, nilai Adjusted R Square ialah 0.1419. Hal ini artinya variabel
independen yakni, pengungkapan emisi karbon dan kinerja lingkungan dapat
menjelaskan variabel dependen yaitu reaksi investor sebesar 0.1419 atau 14.19% serta
selisihnya sebesar 85.81% diterangkan oleh variabel lain yang bukan merupakan bagian
yang diteliti pada penelitian ini.

Uji F

Tabel 5
Hasil Uji F
Keterangan Sig
Prob (F Statistic) 0.0102
Sumber : Output Stata v. 14.1

Berdasarkan Tabel 5, nilai sig yang diperoleh adalah sebesar 0.0102 < 0,1 (alpha
10%) yang artinya bahwa variabel independen yaitu pengungkapan emisi karbon dan
kinerja lingkungan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu reaksi investor.

Uji t
Tabel 6
Hasil Uji t
Prediksi
Variabel Coefficient Prob Kesimpulan
Arah
(Constant) 0.0496088 0.101
Pengungkapan Emisi
Positif -9.140424 0.004 H1 Ditolak
Karbon

Kinerja Lingkungan Positif 4.311591 0.027 H2 Diterima

PEK*M negatif 7.327002 0.048 Ha Ditolak


336 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Prediksi
Variabel Coefficient Prob Kesimpulan
Arah

KL*M negatif -1.707258 0.555 Ha Ditolak

Sumber : Output Stata v. 14.1

Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon terhadap Reaksi Investor


Pengungkapan emisi karbon ialah salah satu pengungkapan yang menjadi bagian
corporate social responsibility suatu perusahaan, mengungkapkan karbon yang
dihasilkan perusahaan, energi terbarukan yang digunakan perusahaan, serta strategi
untuk mengurangi karbon dari yang dihasilkan. Pengungkapan emisi karbon pada
penelitian yang dilakukan saat ini diukur dengan memakai item-item yang diangkat dari
penelitian Choi, et al (2013). Terdapat 18 item pengungkapan, dan akan berikan skor 1
pada setiap item apabila perusahaan mengungkapkannya. Maka dari itu, pengungkapan
emisi karbon diukur dengan membandingkan total item yang diungkapkan perusahaan
terhadap total keseluruhan item pengungkapan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengungkapan emisi karbon tidak berpengaruh positif terhadap reaksi investor. Hal ini
menunjukkan bahwa walaupun terdapat pengungkapan emisi karbon paling sedikit satu
item dalam laporan tahunan perusahaan, tidak menyebabkan meningkatnya respon
positif investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan. Alasan yang paling
memungkinkan atas pengungkapan emisi karbon yang berpengaruh signifikan negatrif
terhadap reaksi investor adalah karena berita mengenai gas rumah kaca, emisi karbon,
dan pengungkapan emisi karbon perusahaan belum tersosialisasikan dengan baik ke para
investor. Sehingga dengan adanya pengungkapan yang diinformasikan oleh perusahaan,
investor tidak memberikan perhatian lebih terhadap informasi tersebut. Selain itu, karena
rendahnya persepsi investor atas pengungkapan emisi karbon di negara Indonesia saat
ini masih dominan. Investor menganggap perusahaan yang menjalankan pengungkapan
emisi karbon ialah sebagai bagian dari iklan (Edwin, 2016b), dan pemenuhan kebijakan
pemerintah saja dengan berasumsi pengungkapan emisi karbon tidak membawa untung
bagi kepentingan pihak investor untuk jangka panjang, karena dengan adanya
pengungkapan emisi karbon ini dinilai oleh investor sebagai penambahan biaya yang
tidak memiliki manfaat (Firmansyah et al., 2021). Karena perhitungan dan
pengungkapan emisi karbon ini membutuhkan strategi dan biaya yang besar, sehingga
dari total sampel perusahaan yang diteliti dari penelitian ini, hanya 33% perusahaan yang
mendekati hasil sempurna atas pengungkapan emisi karbon.
Hal ini sesuai dengan hasil perolehan dari uji statistik deskriptif yang
menunjukkan bahwasannya pengungkapan emisi karbon di Indonesia masih terbilang
rendah. Pengungkapan jenis informasi ini masih belum familiar di kelompok investor
yang akibatnya perusahaan menjadi ragu untuk memperoleh tanggapan positif saat
mengungkapkan informasi yang lebih banyak seputar emisi karbon kepada investor. Hal
ini juga dapat disebabkan dari kurangnya kebijakan yang tegas mengenai kewajiban
perusahaan untuk mengungkapkan emisi karbon, karena pengungkapan emisi karbon
masih menjadi voluntary disclosure sehingga implementasinya masih tidak sering
dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan yang menghasilkan karbon. Selain itu,
investor melihat berita emisi karbon sebagai berita yang tidak baik karena mereka tidak
berpikir bahwa dana yang dikeluarkan lebih tinggi untuk bisnis daripada pemanasan
global adalah hal yang baik. (Lee et al., 2015). Oleh karena itu, adanya keinginan baik
atas pengungkapan lebih yaitu berupa pengungkapan emisi karbon dari perusahaan tidak
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 337

selaras dengan perspektif investor. Maka harus ditingkatkan sosialisasi pengungkapan


emisi karbon dan gas rumah kaca kepada masyarakat dan investor, agar dari sisi pasar
juga dapat melihat control emisi karbon yang dikelola oleh perusahaan dan bagaimana
pertanggunjawabannya.

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Reaksi Investor


Kontrol aspek-aspek lingkungan dan manajemen lingkungan suatu perusahaan
dapat dilihat dari kinerja lingkungannya. Seberapa besar tingkat kerusakan lingkungan
sekitar perusahaan akan menunjukan kinerja lingkungan perusahaan tersebut. Kinerja
lingkungan pada penelitian ini diukur dengan skor dari PROPER. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja lingkungan yang baik akan
menyebabkan meningkatnya respon positif investor untuk melakukan investasi di
Perusahaan tersebut. Hal ini sejalan terhadap teori signal yang menjadi dasar teori dalam
penelitian ini, yang menyatakan bahwa informasi berupa pengungkapan dan dapat
memberikan sinyal baik berupa prospek yang baik maka akan memperoleh tanggpan atau
respon yang positif dari pihak luar, yaitu investor maupun pengguna laporan tahunan
perusahaan. Perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik yang dicerminkan dari
peringkat PROPER, maka perusahaan akan memperoleh image yang baik pula dari
pandangan investor yang terlihat dari respon pasar yang positif melalui fluktuatif harga
saham dan diikuti dengan meningkatkan return saham. Maka dari itu investor juga
mengutamakan kinerja lingkungan, tidak hanya kinerja keuangan perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdin & Cahyandito,
(2006), menjelaskan jika tema sosial (kinerja lingkungan) mempengaruhi terhadap reaksi
investor. (Murguia & Lence, 2015) menyatakan hasil penelitiannya bahwa investor pada
saham yang diperdagangkan di AS tertarik pada kinerja lingkungan perusahaan.

Bad News Media Exposure Memoderasi Hubungan Pengungkapan Emisi Karbon


terhadap Reaksi Investor
Investor dalam halnya mengontrol suatu perusahaan yang ia tanamkan modalnya
akan sangat sensitif dengan informasi atau berita yang menyangkut dengan perusahaan
tersebut. Adapun berita itulah yang dapat menjadi salah satu penentu pengambilan
keputusan terkait keberlanjutan penanaman modal. Hal inilah yang disebut dengan reaksi
investor, yaitu reaksi positif apabila terdapat berita baik, dan reaksi negatif apabila
terdapat berita buruk (bad news). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berita buruk
mengenai perusahaan tidak dapat memperlemah hubungan antara pengungkapan emisi
karbon dengan reaksi investor. Hal ini disebabkan karena berita baik sering kali konsisten
dengan insentif dari perusahaan penerbit karena hal itu menyajikan produk, pencapaian,
atau kemampuan perusahaan secara positif. Namun berita buruk belum tentu mengurangi
insentif perusahaan karena perusahaan dapat menutupi berita buruk tersebut dengan
pengungkapan informasi kinerja positif lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa respon harga saham ini dapat berkontribusi pada interpretasi
perilaku waktu yang sistematis sebagai upaya untuk mengurangi paparan publik dari
peristiwa yang tidak menguntungkan (Patell & Wolfson, 1982).

Bad News Media Exposure Memoderasi Hubungan Kinerja Lingkungan terhadap


Reaksi Investor
Perusahaan menyadari kebutuhan untuk menjaga hubungan baik dengan sebagian
besar investor karena kepuasan mereka menciptakan nilai finansial. Maka dari itu,
338 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

investor selalu melihat apakah perusahaan melakukan kewajiban dari organisasi guna
memperoleh nilai yang maksimal dari dampak positifnya serta memperoleh nilai minimal
dari dampak negatifnya terhadap masyarakat. Karena itulah, perusahaan
mengungkapkan pengungkapan kinerja lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab
lingkungan dan sosialnya. Namun terdapat faktor lain yang menjadi penentu
pengambilan keputusan investor, yaitu berita dan informasi terkait perusahaan. Karena
berita merupakan salah satu cara investor mengetahui keadaan internal dan operasional
manajemen perusahaan.
Dalam kasus pada penelitian ini, investor tidak terpengaruh dengan adanya berita
buruk atau negative tentang perusahaan terhadap pengungkapan kinerja lingkungan yang
diumumkan oleh perusahaan. Hal ini disebakan adanya kepercayaan akan kredibilitas
perusahaan yang dipercayai oleh investor. Perusahaan yang telah mengungkapkan
tanggung jawab lingkungannya secara berkala setiap tahunnya, membuat persepsi
investor menjadi lebih positif. Kepercayaan di sisi lain, dapat dianggap sebagai kesediaan
manajemen untuk mengungkapkan informasi secara jujur. Khususnya, ini mengacu pada
sejauh mana penerima pesan percaya bahwa konten yang dikomunikasikan
mencerminkan pernyataan yang dianggap valid oleh manajemen perusahaan (Hovland et
al., 1953). Mempublikasikan informasi positif atau juga negatif adalah keputusan
manajerial. Oleh karena itu, kesediaan manajemen untuk mengungkap informasi negatif
sangat penting. Hal ini lah bentuk persepsi investor terhadap perusahaan, yaitu
kepercayaan dan kredibilitasnya, sehingga investor tidak terlalu terpengaruh dengan
berita buruk.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan emisi karbon tidak
berpengaruh positif terhadap reaksi investor, sedangkan kinerja lingkungan berpengaruh
positif terhadap reaksi investor. Media exposure (bad news) sebagai variabel pemoderasi,
tidak dapat memperlemah hubungan antara pengungkapan emisi karbon dan kinerja
lingkungan terhadap reaksi investor.

Keterbatasan
Terdapatnya unsur subjektivitas ketika menentukan indeks kinerja lingkungan,
disebabkan belum adanya ketetapan standar yang dapat dibuat standar acuan, akibatnya
penentuan indeks yang digunkan untuk indikator kinerja lingkungan dapat berbeda-beda
antara masing-masing penelitian. Indeks kinerja lingkungan yang digunakan peneliti
masih sedikit, sehingga ada kemungkinan terdapat item-item kinerja lingkungan yang
terbaru. Perusahaan manufaktur yang mengungkapkan tentang kerangka kerja dan
verifikasi gas rumah kaca bagi organisasi masih sangat sedikit.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya


Modifikasi model penelitian dengan menambahkan variabel moderasi atau
mediasi serta variabel kontrol untuk menyempurnakan temuan penelitian. Menambahkan
variabel lain yang kemungkinan bisa memengaruhi reaksi investor dari laporan tahunan
perusahaan misalnya media exposure dan ukuran perusahaan
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 339

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. W. (2020). Carbon emission disclosure in Indonesian firms: The test of


media-exposure moderating effects. 670216917.
Alfayerds, W. D., & Setiawan, M. A. (2021). Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon
Dan Annual Report Readability Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Eksplorasi
Akuntansi, 3(2), 349–363.
Ameici, A. (2014). Pengaruh Environmental Performance dan Hard Environmental
Disclosure terhadap Return Saham.”.
Andarini, A., Idris, I., & Ariusni, A. (2016). Pengaruh Kegiatan Sektor Industri,
Pertambangan dan Transportasi terhadap Kualitas Lingkungan Ditinjau dari
Emisi CO2 di Indonesia. Ecosains: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Pembangunan,
5(2), 125–136.
Andreas, D., & Liani, W. (2015). The Effect of Firm Size, Media Exposure and Industry
Sensitivity to Corporate Social Responsibility Disclosure and Its Impact on
Investor Reaction. International Conference on Accounting Studies (ICAS).
Asmaranti, Y., & Lindrianasari, L. (2018). Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon
Terhadap Reaksi Investor Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Variabel
Moderasi. Prosiding Penelitian: Seminar Nasional Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Lampung, 234–242.
Benkraiem, R., Shuwaikh, F., Lakhal, F., & Guizani, A. (2022). Carbon performance and
firm value of the World’s most sustainable companies. Economic Modelling, 116,
106002.
Bolton, P., & Kacperczyk, M. (2021a). Do investors care about carbon risk? Journal of
Financial Economics, 142(2), 517–549.
Bolton, P., & Kacperczyk, M. (2021b). Do investors care about carbon risk? Journal of
Financial Economics, 142(2), 517–549.
Cormier, D., & Gomez-Gutierrez, L. (2018). On the search for mimetic patterns in
environmental disclosure: an international perspective. International Journal of
Sustainable Development & World Ecology, 25(7), 655–671.
Crowley, A. E., & Hoyer, W. D. (1994). An integrative framework for understanding
two-sided persuasion. Journal of Consumer Research, 20(4), 561–574.
Daromes, F. E., & Jao, R. (2020). Peran mediasi kinerja keuangan pada hubungan dewan
direksi dengan reaksi investor. Jurnal Akuntansi, 10(1), 77–92.
Edwin, M. (2016a). CSR disclosure in Real Estate and Property sector’s companies listed
at Indonesian Stock Exchange (IDX). Інститут Бухгалтерського Обліку,
Контроль Та Аналіз в Умовах Глобалізації, 1, 108–116.
Edwin, M. (2016b). CSR disclosure in Real Estate and Property sector’s companies listed
at Indonesian Stock Exchange (IDX). Інститут Бухгалтерського Обліку,
Контроль Та Аналіз в Умовах Глобалізації, 1, 108–116.
Feng, L., Yi-jun, L., & Xian-wei, L. (2013). Research on the interactive effect of media
attention and trading volume on stock return. 2013 International Conference on
Management Science and Engineering 20th Annual Conference Proceedings,
1734–1738.
Firmansyah, A., Jadi, P. H., Febrian, W., & Fasita, E. (2021). Respon Pasar Atas
Pengungkapan Emisi Karbon Di Indonesia: Bagaimana Peran Tata Kelola
Perusahaan? Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol, 8(2).
340 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Godfrey, P. C., Merrill, C. B., & Hansen, J. M. (2009). The relationship between
corporate social responsibility and shareholder value: An empirical test of the risk
management hypothesis. Strategic Management Journal, 30(4), 425–445.
Guang-Wen, Z., & Siddik, A. B. (2022). Do Corporate Social Responsibility Practices
and Green Finance Dimensions Determine Environmental Performance? An
Empirical Study on Bangladeshi Banking Institutions. Frontiers in
Environmental Science, 858.
Harsanti, P. (2011). Corporate social responbility dan teori legitimasi. Mawas.
Hasyim, M. (2011). Akuntansi Lingkungan: Apakah Sebuah Pilihan Atau Kewajiban.
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Herawaty, V. (2018). The effect of environmental performance and accounting
characteristics to earnings informativeness. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 106(1), 012077.
Hovland, C. I., Janis, I. L., & Kelley, H. H. (1953). Communication and persuasion.
Jahn, J., & Brühl, R. (2019). Can bad news be good? On the positive and negative effects
of including moderately negative information in CSR disclosures. Journal of
Business Research, 97, 117–128.
Kelvin, C., Pasoloran, O., & Randa, F. (2019). Mekanisme Pengungkapan Emisi Karbon
dan Reaksi Investor (Carbon Emission Disclosure Mechanisms and Investor
Reactions). Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 14(2), 155–168.
Koppel, M., & Shtrimberg, I. (2006). Good news or bad news? let the market decide. In
Computing attitude and affect in text: Theory and applications (pp. 297–301).
Springer.
Kusumo, V. W., & Nugrahanti, Y. W. (2017). Reaksi Pasar Di Seputar Pengumuman
Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup). Jurnal Ekonomi, 22(3).
Lee, S., Park, Y., & Klassen, R. D. (2015). Market responses to firms’ voluntary climate
change information disclosure and carbon communication. Corporate Social
Responsibility and Environmental Management, 22(1), 1–12.
Luh, N., Anggreni, P. M., Ayu, G., & Budiasih, N. (n.d.). Peran Media Exposure Bagi
Pasar Modal Indonesia.
Maristi, A. (2013). Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Dan Kebijakan
Dividen Terhadap Reaksi Investor. Jurnal Akuntansi, 1(1).
Martinez, L. H. (2005). Post industrial revolution human activity and climate change:
Why The United States must implement mandatory limits on industrial
greenhouse gas emmissions. Journal of Land Use & Environmental Law, 403–
421.
Matsumura, E. M., Prakash, R., & Vera-Munoz, S. C. (2014). Firm-value effects of
carbon emissions and carbon disclosures. The Accounting Review, 89(2), 695–
724.
Murguia, J. M., & Lence, S. H. (2015). Investors’ reaction to environmental
performance: a global perspective of the Newsweek’s “Green Rankings.”
Environmental and Resource Economics, 60(4), 583–605.
Nurdin, E., & Cahyandito, M. F. (2006). Pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan
dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor. Unpublished
Undergraduate Thesis, Universitas Padjadjaran, Sulawesi Tenggara.
__________________________________________Sanggi Asyari/Erna Hernawati 341

OuYang, Z., Xu, J., Wei, J., & Liu, Y. (2017). Information asymmetry and investor
reaction to corporate crisis: Media reputation as a stock market signal. Journal of
Media Economics, 30(2), 82–95.
Patell, J. M., & Wolfson, M. A. (1982). Good news, bad news, and the intraday timing
of corporate disclosures. Accounting Review, 509–527.
Pearson, C. M., & Clair, J. A. (1998). Reframing crisis management. Academy of
Management Review, 23(1), 59–76.
Perks, K. J., Farache, F., Shukla, P., & Berry, A. (2013). Communicating responsibility-
practicing irresponsibility in CSR advertisements. Journal of Business Research,
66(10), 1881–1888.
Pevzner, M., Xie, F., & Xin, X. (2015). When firms talk, do investors listen? The role of
trust in stock market reactions to corporate earnings announcements. Journal of
Financial Economics, 117(1), 190–223.
Prabandari, K. R., & Suryanawa, K. (2014). Pengaruh Environmental Performance Pada
Reaksi Investor Di Perusahaan High Profile Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayanauntansi, 2(7.2), 299–312.
Reimsbach, D., & Hahn, R. (2015). The effects of negative incidents in sustainability
reporting on investors’ Judgments–an experimental study of Third-party versus
Self-disclosure in the realm of sustainable development. Business Strategy and
the Environment, 24(4), 217–235.
Rokhlinasari, S. (2016). Teori-teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social
Responbility Perbankan. Al-Amwal: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syari’ah,
7(1).
Rolnick, D., Donti, P. L., Kaack, L. H., Kochanski, K., Lacoste, A., Sankaran, K., Ross,
A. S., Milojevic-Dupont, N., Jaques, N., & Waldman-Brown, A. (2022). Tackling
climate change with machine learning. ACM Computing Surveys (CSUR), 55(2),
1–96.
Shore, L., & McAnany, E. G. (1980). Mass media for development: A reexamination of
access, exposure and impact. Communications in the Rural Third World. The
Role of Information in Development, Praeger, New York, 19–45.
Simon, F. L. (1992). Marketing green products in the triad. Columbia Journal of World
Business, 27(3–4), 268–285.
Skinner, D. J. (1994). Why firms voluntarily disclose bad news. Journal of Accounting
Research, 32(1), 38–60.
Suhardi, R. P., & Purwanto, A. (2015). Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Emisi Karbon di Indonesia (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Diponegoro Journal of Accounting,
4(2), 836–848.
Suwardjono, T. A. (2005). Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Tan, A., Benni, D., & Liani, W. (2016). Determinants of corporate social responsibility
disclosure and investor reaction. International Journal of Economics and
Financial Issues, 6(4S).
Tan, D., Komal, B., Ezeani, E., Usman, M., & Salem, R. (2022). Carbon emission
disclosures and financial reporting quality: Does ownership structure and
economic development matter? Environmental Science & Policy, 137, 109–119.
Testarmata, S., Fortuna, F., & Ciaburri, M. (2018). The communication of corporate
social responsibility practices through social media channels. Corporate Board
Role Duties and Composition, 14(1), 34–49.
342 Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Dan Kinerja______________________________

Ulupui, I. G. K. A., Maruhawa, D., & Purwohedi, U. (2020). Carbon Emission


Disclosure, Media Exposure, Environmental Performance, Characteristics of
Companies: Evidence from Non Fincancial Sectors in Indonesia.
Wilmshurst, T. D., & Frost, G. R. (2000). Corporate environmental reporting: A test of
legitimacy theory. Accounting, Auditing & Accountability Journal.
Zhang, Z., Su, Z., Wang, K., & Zhang, Y. (2022). Corporate environmental information
disclosure and stock price crash risk: Evidence from Chinese listed heavily
polluting companies. Energy Economics, 112, 106116.
Zuhroh, D., & Sukmawati, I. P. P. H. (2003). Analisis pengaruh luas pengungkapan sosial
dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor. Simposium Nasional
Akuntansi VI, 6, 1314–1326.

Anda mungkin juga menyukai