Anda di halaman 1dari 18

Proposal Rencana Bisnis Menggunakan 9 Elemen Business Model Canvas(BMC)

Pada Coffe Shop TitikSeru

Oleh:

ANANDA FITRIA RAHMADANI

NIM: 2101036257

UNIVERSITAS MULAWARMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada saya yaitu membuat Proposal Rencana Bisnis Menggunakan 9 Elemen
Business Model Canva (BMC) Pada Coffe Shop TitikSeru dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada bapak Rusliansyah,SE,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan yang telah memberikan tugas kepada
saya.

Saya sangat berharap tugas yang diberikan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Proposal Rencana Bisnis
Menggunakan 9 Elemen Business Model Canva (BMC). Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapa saja yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.

Samarinda, 24 Maret 2023

Ananda Fitria Rahmadani


BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah suatu bentuk masyarakat yang
konsumsinya tinggi, khususnya di bidang kuliner. Membangun bisnis di bidang kuliner
tidak ada habisnya. Seorang pebisnis dapat terus menggunakan kreativitas dan inovasinya
untuk terus berjalan bertahan di pasar itu sendiri. Bisnis kuliner juga bisa memenuhi itu
semua dengan kebutuhan target pasar yang berbeda. Target pasarnya bukan hanya
konsumen kelas atas, tetapi juga dapat dilihat dari berbagai kalangan yang senang
mencoba makanan atau minuman baru yang inovatif seperti kalangan pelajar.Oleh karena
itu, tidak heran jika pencarian bisnis kuliner saat ini sedang marak digeluti oleh para
pengusaha.

Salah satu bisnis kuliner yang berkembang adalah bisnis Coffe Shop atau kedai kopi.
Kopi sudah menjadi kebutuhan pokok di masyarakat saat ini.Setiap hari hampir semua
orang minum kopi dari awal kegiatan sehari-hari mereka sampai mereka berhenti di
malam hari. Hal ini menjadi peluang bisnis bagi pengusaha di bidang Coffe Shop karena
terlihat dari minat masyarakat untuk mengkonsumsinya semakin meningkat.

Kopi sendiri merupakan minuman yang disukai oleh banyak orang masyarakat dunia,
termasuk kopi asli Indonesia dengan aroma, Karakteristik dan rasa yang berbeda dari satu
daerah ke daerah karena kualitas ini Kopi asli Indonesia sendiri juga diakui kualitasnya di
dunia. Rasanya enak berbeda untuk setiap biji kopi yang diproduksi di suatu wilayah
Indonesia membuat para penikmat kopi memiliki banyak pilihan rasa untuk dapat
menikmati kopi favotitnya.

Industri kopi Indonesia akhir-akhir ini sedang berkembang karena produksi kopi yang
diproses dengan cepat meningkat dan jumlah peningkatan kopi yang dihasilkan oleh
industri pengolahan kopi pertokoan di perkotaan pun meningkat dengan cepat. Selain itu,
konsumsi kopi Indonesia semakin meningkat yang didukung dengan pola sosial
masyarakat juga didukung oleh harga terjangkau, penyajian yang nyaman, serta varian
rasa atau selera yang beragam sesuai dengan selera konsumen. Dengan peningkatan
standar hidup dan perubahan budaya masyarakat urban Indonesia yang semarak membuat
kehadirannya terasa terhadap pola konsumsi kopi terutama di kalangan anak muda.

Menurut data International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi global


mencapai 166,35 juta kantong berukuran 60 kilogram pada periode 2020/2021. Jumlah itu
meningkat 1,3% dibandingkan periode sebelumnya yang sebanyak 164,2 juta kantong
berukuran 60 kilogram. Uni Eropa menjadi wilayah dengan tingkat konsumsi kopi
tertinggi di dunia, yakni 40,25 juta kantong berukuran 60 kg. Posisinya disusul Amerika
Serikat yang mengonsumsi kopi sebanyak 26,3 juta kantong berukuran 60 kg. Negara
dengan tingkat konsumsi kopi tertinggi berikutnya adalah Brasil yang mencapai 22,4 juta
kantong berukuran 60 kg. Kemudian, penduduk Jepang mengonsumsi kopi sebanyak 7,4
juta kantong berukuran 60 kg. Indonesia di urutan kelima dengan konsumsi kopi
sebanyak 5 juta kantong berukuran 60 kg. Adapun konsumsi kopi di Rusia sebanyak 4,7
juta kantong berukuran 60 kg. Kanada juga punya konsumsi kopi sebanyak 4,01 juta juta
kantong berukuran 60 kg. Sementara, konsumsi kopi di Etiopia sebesar 3,8 juta kantong
berukuran 60 kg.

Hal ini juga didukung oleh perkembangan teknologi yang pesat mempengaruhi gaya
hidup masyarakat, terutama pencarian dan penemuan Informasi tentang kebutuhan
mereka, seperti GO-JEK dan GRAB. Di dalam Aplikasi GO-JEK dan GRAB memiliki
fungsi yang terpisah sesuai kebutuhan misalnya, aplikasi GOJEK memiliki GO-FOOD
yang valid membantu masyarakat untuk memesan dan membeli makanan atau minuman
apa yang mereka inginkan tanpa membuang waktu mengunjungi tempat-tempatm akanan
atau minuman itu dijual karena kurir GO-FOOD sendiri yang akan mengirimkan pesanan
ke lokasi yang diminta oleh pelanggan, di mana dalam fitrur GRAB artinya GRAB
FOOD

Berdasarkan hal tersebut, penulis mendapatkan ide untuk membuat kopi dengan biji
kopi asli Indonesia yang kaya keunikan untuk dicoba tentunya dengan harga yang cukup
terjangkau untuk dinikmati dari semua kelompok. Untuk mendukung hal tersebut, penulis
juga ingin membangun suasana yang menyenangkan dan santai sehingga para
pengunjung juga merasa nyaman dan tidak cepat bosan. Penulis juga menggunakan
layanan GO-FOOD dan GRAB FOOD di toko retail memudahkan menjangkau pembeli
tanpa mengunjungi pembeli kafe. Penulis memberi nama Coffe Shop ini dengan nama
Coffe Shop Titikseru.

Coffe Shop Titikseru adalah sebuah kafe yang tidak hanya menjual, tapi juga
memperkenalkan kopi asli Indonesia kepada berbagai kalangan.Untuk kisaran harga yang
dipatok ole Coffe Shope Titikseru,seharusnya dapat dijangkau oleh semua golongan baik
golongan bawah, menengah, maupun atas karena Coffe Shop Titikseru menawarkan
sajian kopi dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu, Coffe Shop Titikseru juga
menawarkan makanan dan minuman lainnya seperti minuman non kopi, rice bowl dan
makanan ringan lainnya seperti coffe snack yang merupakan makanan rimgan berbahan
dasar kopi. Oleh karena itu, pemilik Coffe Shop Titikseru mempunyai rencana untuk
melakukan Bisnis Model yang tepat dan realistis agar bisa memperbaiki kekurangan yang
ada. Salah satu metode untuk membuat model bisnis adalah dengan menggunakan
Business Model Canvas yang dapat menjadi pendekatan yang mudah diimplementasikan
oleh organisasi bisnis dalam upaya melakukan evaluasi dan perubahan atau pembenahan
terhadap model bisnis perusahaan sehingga tercipta model bisnis baru yang lebih tepat
dan sesuai untuk diaplikasikan oleh perusahaan (Osterwalder & Pigneur2010).

Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), melihat ulang model bisnis secara
keseluruhan sangat penting, tapi melihat setiap komponennya secara detail juga
merupakan cara yang efektif untuk inovasi dan pembaharuan. Sebuah cara yang efektif
untuk melakukan ini adalah dengan menggabungkan kekuatan (strenghts), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam analisis SWOT
dengan Business Model Canvas. Tujuannya adalah memformulasikan model bisnis pada
Coffe Shop Titikseru dengan pendekatan Business Model Canvas agar pembenahan
fundamental dapat diimplementasikan secara tepat dan berkelanjutan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana Meredesain Bisnis Model
Coffe Shop Titikseru, sehingga mampu memperkuat value preposition Coffe Shop
Titikseru untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik ?”

1.3 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

1. Mengidentifikasi kelemahan bisnis dari Coffe Shop Titikseru


2. Mendefinisikan faktor-faktor yang menjadi prioritas perbaikan
3. Mendesain faktor-faktor perbaikan tersebut dalam kerangka peta Bisnis Model
Canvas (BMC)

1.4 MANFAAT

2. Sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja bisnis Coffe Shop Titikseru secara
berkelanjutan melalui proses redesain yang sesuai sebagai hasil akhir yang
diharapkan.
3. Membantu terciptanya cita-cita Coffe Shop Titikseru yang tertuang dalam visi dan
misi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN COFFE SHOP

Coffee shop ialah tempat yang sangat mudah untuk dijumpai di hampir setiap kota di
Indonesia maupun dunia. Kebiasaan minum kopi untuk mengisi waktu luang di coffee
shop bagi masyarakat indonesia seakan sudah menjadi gaya hidup untuk berbagai
kalangan. Saat ini coffee shop tidak hanya menyediakan minuman kopi saja, namun
berbagai fasilitas juga seperti Wifi, TV, live musik, bahkan sampai layar lebar untuk
menonton pertandingan sepakbola.

Coffee shop atau juga bisa disebut kedai kopi merupakan istilah bagi seseorang untuk
menamai sebuah tempat usaha yang tidak hanya menjual kopi, tapi juga berbagai macam
minuman panas atau dingin. Banyak dari kalangan mahasiswa maupun pekerja yang di
sela-sela waktu senggangnya, digunakan untuk menghabiskan waktunya di warung,
khususnya coffee shop. Baik itu sendiri maupun bersama teman.

Saat ini coffee shop memang seringkali dijadikan sebagai tempat berdiskusi, bertukar
pikiran maupun hanya tempat untuk menghilangkan penat sehari-hari. Namun, tempat
yang dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi sosial tidak hanya coffee shop, ada juga
juga kantin, taman kota, beranda masjid atau musola, dan beberapa tempat yang dapat
dijadikan ruang publik bagi masyarakat. Akan tetapi, coffee shop dirasa berbeda dan
memiliki karakteristik tersendiri bagi setiap pengunjungnya dibandingkan dengan tempat-
tempat ruang publik lannya.

Di coffee shop, pengunjung seolah memasuki dunianya sendiri yang terlepas dari
dunia luar yang tidak terikat dengan ruang dan waktu, serta tidak terikat dengan norma
dan status kedudukan yang melatarinya. Coffee shop atau coffee shop adalah tempat
meleburnya semua aksesoris-aksesoris yang melebeli setiap individu.

Pada dasarnya, kegemaran berkumpul di sebuah coffee shop sudah menjadi hal yang
lumrah atau wajar. Dikatakan lumrah karena memang sifat manusia yang memang
mahkluk sosial. Bahkan kegiatan berkumpul di coffee shop saat ini sudah menjadi suatu
kebiasaan masyarakat. Saat ini coffee shop sudah banyak memberikan fasilitas layanan
sebagai pusat-pusat interaksi sosial. Coffee shop dilihat memberi ruang anggota-anggota
sosial untuk berkumpul, berdiskusi, menulis, membaca, bercanda hingga membuang
waktu, baik secara individu maupun berkelompok.
2.2 PENGERTIAN BUSINESS MODEL CANVAS

Model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi


menciptakan, memberikan dan menangkap nilai-nilai dari suatu bisnis. Konsep dari
sebuah model bisnis harus sederhana, relevan, dan secara intuisi mudah dipahami dengan
tidak bermaksud menyederhanakan fungsi perusahaan yang sangat kompleks
(Osterwalder & Pigneur, 2010).

Osterwalder dan Pigneur (2010) mengatakan cara efektif untuk menilai integritas
keseluruhan model bisnis adalah dengan mengombinasikan analisis klasik tentang
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) melalui Business Model Canvas
(BMC).

Business Model Canvas adalah alat yang menjanjikan untuk membuat dan
mengevaluasi model bisnis baru dengan mudah dan cepat (Wallin, Chirumalla, dan
Thomson, 2013).

Pengertian yang lain dijelaskan oleh Moris et al,. (2005) business model adalah
sebuah representasi singkat tentang bagaimana sekumpulan variabel keputusan dalam
area strategi usaha, arsitektur, dan ekonomi saling berhubungan untuk menciptakan
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di pasar.

Business Model Canvas menawarkan kerangka kerja yang sangat berguna untuk
menganalisis elemen elemen dari model bisnis karena mengandung banyak elemen
penting dalam bisnis (Anu H., 2010).

Business Model Canvas mendeskripsikan dari nilai yang ditawarkan perusahaan


kepada beberapa segmen pelanggan dan mitra kerja untuk membuat, memasarkan, dan
memberikan aliran pendapatan yang menguntungkan dan berkelanjutan (Osterwalder,
Pigneur & Tucci, 2005)

Business Model Canvas merupakan alat yang sering digunakan untuk menilai suatu
model bisnis dan telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan model bisnis pada
suatu organisasi. Business Model Canvas (BMC) juga lebih difokuskan pada pelaksanaan
dari sebuah ide dalam hal menciptakan nilai pada suatu organisasi (Bastian & Coes,
2014).

Tujuan dari model bisnis canvas adalah untuk memperkenalkan cara standar dalam
menilai suatu model bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahaan. Dengan konsep
model bisnis yang harus mudah dipahami dan dapat dengan mudah dikomunikasikan
melalui desain yang bagus, ini tidak berbicara tentang pengembangan model bisnis tetapi
menilai suatu model bisnis yang baik (Osterwalder & Pigneur, 2012).

Salah satu analisis model bisnis yang banyak digunakan oleh analisis industri adalah
Business Model Canvas (BMC). Osterwalder dan Pigneur (2010) menawarkan sebuah
kanvas yaitu Business Model Canvas (BMC) juga digunakan untuk memvisualisasikan
gagasan, logika berpikir, atau kerangka kerja para desainer untuk memudahkan pelaku
dan pengambil keputusan bisnis meliputi merancang, mengevaluasi, mengelola business
modelnya. Kelebihan yang dimiliki oleh model BMC ini adalah hasil analisa dapat
membantu melihat lebih akurat bagaimana rupa usaha yang sedang atau akan dijalankan.
Melalui BMC ini maka analisis dapat melihat bisnis dari gambaran besar namun tetap
lengkap dan mendetail tentang apa saja elemen-elemen kunci terkait dengan bisnis
sehingga dapat dilihat gambaran utuh yang sangat membantu dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis yang dijalankan. Dengan mengevaluasi satu demi
satu elemen-elemen kunci, maka akan menjadi lebih mudah menganalisis hal-hal yang
kurang tepat dan pada akhirnya kita bisa diambil langkah-langkah perbaikan untuk
mencapai tujuan bisnis yang dijalankan. Kelebihan lain dari BMC adalah dapat
mengubah konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana.

Dalam buku Business Model Generation Alexander Osterwalder menjelaskan dengan


baik dan sederhana agar mudah dimengerti, bahwa intinya model bisnis terdiri dari 9
elemen yang disebut dengan 9 building blocks, yaitu Customer Segments, Value
Proposition, Channels, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key
Activities, Key Partnership, dan Cost Structure.

2.3 IDENTIFIKASI ELEMEN BUSINESS MODEL CANVAS

1. Customers Segments

Coffe Shop Titikseru menerapkan harga yang menargetkan pasar menengah


keatas. Sebagai contoh menu yang disediakan Coffe Shop Titikseru adalah Cappucino
seharga Rp 20.000,00/porsi dan untuk Ox-Tounge Rica-rica seharga Rp
35.000.,00/porsi. Coffe Shop Titikseru menargetkan pelanggan yang berusia sekitar
umuran 18- 50 tahun dimana mereka sudah memiliki kebiasaan untuk minum kopi
sebaga gaya hidup mereka. Saat ini customer segment Coffe Shop Titikseru masuk
kedalam kategori segmented. Segmented merupakan model bisnis yang diarahkan
untuk melayani pelanggan berdasarkan kebutuhan pelanggan tersebut, seperti cita
rasa kopi dari Coffe Shop Titikseru yang memiliki ciri khas dan tempat yang nyaman.
Segmen pelanggan dari Monopole terfokus pada pelanggan yang berdomisili di
Surabaya. Selama ini perusahaan tidak mengalami hambatan yang begitu besar dari
konsumen, karena mereka selalu membagikan comment card kepada pelanggan,
sehingga perusahaan dapat melakukan eveluasi dan memperbaiki kinerja perusahaan.
Dalam melihat persaingan bisnis, Coffe Shop Titikseru lebih menganggap competitor
sebagai mitra bisnis bukan sebagai kompetitor karena dengan adanya bisnis yang
sejenis dapat saling mengedukasi dan berbagi pengalaman tentang kopi, pelanggan,
dan informasi tentang bisnis café satu sama lain.)

2. Value Proposition

Value proposition terdiri dari beberapa nilai yang turut dijabarkan yaitu :
1. Newness
Menggunakan kopi dengan biji kopi asli Indonesia yang kaya keunikan

2. Performance
Coffe Shop Titikseru berusaha untuk menggunakan bahan baku yang berkualitas
baik sehingga dapat memberikan produk yang baik kepada pelanggan. Dari sisi
tenaga kerja Coffe Shop Titikseru selalu berusaha agar para staff dapat melayani
pelanggan dengan baik.

3. Customization
Coffe Shop Titikseru dapat memberikan pelayanan khusus dari pelanggan yang
menginginkan sesuatu yang berbeda untuk setiap pesanan. Contohnya kreasi latte
art atau gambar diatas kopi yang dibuat khusus sesuai permintaan pelanggan.

4. Getting the job done


Coffe Shop Titikseru mengatasi permasalahan yang dihadapi café dengan
memberikan apa yang menjadi permintaan dan saran dari pelanggan
5. Design
Coffe Shop Titikseru mendesign suasana interior café dengan sangat baik,
sehingga dapat membuat pelanggan merasa nyaman dan mendukung untuk
menikmati kopi
6. Price
Penetapan harga yang diberikan oleh Coffe Shop Titikseru didasarkan pada
suasana,kualitas, dan harga bahan baku biji kopi, karena Coffe Shop Titikseru
menggunakan biji kopi yang memiliki kualitas baik sehingga dapat memberikan
cita rasa kopi yang terbaik dengan harga yang terjangkau.

7. Cost Reduction and Accsibility


Untuk pemesanan menu, pelanggan dapat memilih sendiri apa yang menjadi
keinginan para pelanggan.

8. Risk Reduction
Untuk memuaskan keinginan pelanggan, Coffe Shop Titikseru selalu berusaha
memberikan kualitas pelayanan dan produk yang baik.

Berdasarkan penjabaran value proposition diatas beberapa nilai difokuskan oleh


perusahaan yaitu performance, dan price. Performance yang ingin diberikan Coffe
Shop Titikseru kepada pelanggannya meliputi mutu produk yang baik, bahan baku
yang berkualitas baik, dan pelayanan yang baik kepada para pelanggan.

3. Channel

Coffe Shop Titikseru diperkenalkan kepada pelanggan melalui media sosial yaitu
berupa instagram, selain itu juga melalui cara word of mouth ( mulut ke mulut ) dari
pelanggan yang sudah pernah datang ke Coffe Shop Titikseru, cara ini dinilai cukup
efektif dengan adanya cara ini Coffe Shop Titikseru lebih dikenal , karena para
pelanggan yang sudah pernah datang ke Coffe Shop Titikseru akan menceritakan
kepada orang lain tentang apa yang pelanggan terima di Coffe Shop Titikseru.

4. Customer Reletionship

Hubungan tersebut dapat diklasifikasikan mulai dari hubungan personal hingga


hubungn yang tercipta secara otomatis. Dalam menjalin hubungan dengan pelanggan,
Coffe Shop Titikseru menerapkan kepada setiap staff agar dapat berkomunikasi
dengan baik pelanggan, dengan demikian pelanggan dapat merasa lebih nyaman.
Serta mereka juga akan terus menjaga kualitas dari produk mereka karena menurut
para narasumber, dengan kualitas yang terus terjaga maka pelanggan akan terus
datang ke Monopole lagi. Coffe Shop Titikseru juga menjaga hubungan baik dengan
pelanggan melalui evaluasi kritik dan saran yang diberikan oleh pelanggan. Hal ini
dikarenakan kritikan yang diberikan oleh pelanggan dapat memberikan dampak yang
baik bagi café. Dengan demikian, perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya.

5. Revenue Stream

Selain menjual produk berupa minuman kopi, Coffe Shop Titikseru juga
memperoleh keuntungan dari hasil menjual susu murni yang mereka dapatkan
melalui hasil kerja sama dengan petani lokal, selain itu mereka juga menjual kue-kue
yang biasanya digunakan sebagai teman minum kopi. Bagi para pelanggan yang ingin
belajar cara membuat kopi, Coffe Shop Titikseru juga membuka Barista Class yang
biasanya dilakukan selama 3 hari. Barista Class ini tidak dibuka untuk pelanggan
saja, jika ada barista lain atau owner dari café lain mereka juga tetap akan
menerimanya. Ini bertujuan agar bisnis café dapat berkembang dengan pesat dan
tidak kalah dengan kota-kota lainnya.

6. Key Resources

Key Resources yang paling penting untuk diperhatikan berupa staff dan bahan
baku pembuatan kopi. Hasil wawancara menunjukkan bahwa key resource menjadi
elemen penting dalam pembuatan model bisnis, di dalam key resources terdapat hal
penting berupa staff dan bahan baku pembuatan kopi berupa biji kopi. Dalam
memilih staff Coffe Shop Titikseru cukup ketat, harus melalui test-test yang cukup
panjang. Selain test yang bertujuan untuk melihat kemampuan intellektual dari staff,
Coffe Shop Titikseru juga melakukan test yang bertujuan untuk melihat attitude yang
dimiliki oleh para staff sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
setiap pelanggan. Bahan baku utama dari Coffe Shop Titikseru berupa biji kopi yang
didapatkan dari perusahaan yang ada di Jakarta, bernama PT. Kopi Prima Indonesia.
Biji kopi yang digunakan merupakan biji kopi pilihan dari biji kopi lokal serta biji
kopi yang berasal dari luar negeri Dari hasil wawancara yang dilakukan key resources
digunakan berupa staff dan bahan baku kopi dari perusahaan rekanan di Jakarta.
Dalam pemilihan staff , Coffe Shop Titikseru melakukan pemilihan cukup ketat untuk
karyawannya karena mereka lebih melihat attitude atau kepribadian dari calon
staffnya. Hal ini bertujuan agar staff yang mereka miliki dapat ramah menghadapi
semua pelanggan.

7. Key Activities

Key Activities yang akan di teliti berupa aktivitas yang dijalankan, dan aktivitas
lain dari perusahaan, dan efektivitas dari aktivitas. Key Activitis berupa menjual
makanan, dan minuman, roasting kopi yang dilakukan di lab Coffe Shop Titikseru,
dan membuat sebuah event seperti mengumpulkan para komunitas mobil yang gemar
untuk minum kopi sehingga dapat berbincang-bincang yang dilakukan tiga bulan
sekali dengan mengumpulkan komunitas tertentu untuk berkumpul dan sekedar
berbincang bersama. Dari hasil wawancara terdapat dua kegiatan berupa kegiatan
internal dan eksternal. Kegiatan internal berupa menjual makanan dan minuman,
melakukan eksplore biji kopi di lab pribadi yang bertujuan untuk mengembangkan
perusahaan dan keahlian dari barista agar dapat meningkat. Kegiatan eksternal berupa
mengadakan sebuah event yang rutin dilakukan selama tiga bulan sekali, dan
menerima bahan baku yang dikirim oleh supplier. Coffe Shop Titikseru juga cukup
sering mengikuti perlombaan barista atau Coffee Art. Mereka mengikutsertakan para
barista yang sudah mempunyai keahlian yang lebih mengenai cara membuat kopi
dibandingkan rekan-rekan yang lainnya. Coffe Shop Titikseru sudah berhasil menang
beberapa kali perlombaan yang mereka ikuti tersebut.

8. Key Partnership

Key partnership yang dibahas kali ini mengenai partner dari Coffe Shop Titikseru
dan jenis kemitraan. Coffe Shop Titikseru bekerja sama dengan perusahaan kopi yang
bertempat di Jakarta, perusahaan ini bergerak di bidang roasting kopi dan ad juga PT.
Mesin Kopi Esspresso Indonesia sebagai supplier untuk peralatan mesin kopi. Jenis
kerjasama pada perusahaan ini lebih kearah hubungan antara pemasok dan pembeli
saja, untuk kerjasama ini lebih mengarah pada mendapatkan sumber daya dan
peralatan mesin kopi. Sumber daya yang didapatkan berupa biji kopi yang sudah di
roasting dan peralatan mesin kopi yang akan dijual kembali. Coffe Shop Titikseru
juga merambah bisnis yang menggunakan mobil atau yang sekarang lebih dikenal
dengan “FoodTruck” dalam bisnis ini mereka melakukan kerjasama dengan
“CarsandCoffee” yang sudah tersebar dibeberapa kota di Indonesia.

9. Cost Structure

Pengertian dari cost structure adalah “All costs incurred to operate a business
model” (Alexander Osterwalder & Yves Pigneur, 2010). Dalam artian lain cost
structure merupakan semua biaya yang dikeluarkan perusahaan yang digunakan
untuk mengoperasikan model bisnis. Cost Structure pada pembahasan kali ini dibagi
menjadi dua yaitu Fixed Cost dan Variable Cost. Berdasarkan hasil wawancara Fixed
Cost berupa gaji karyawan, pajak, sewa gedung. Variable Cost berupa biaya listrik,
bahan baku, maintenance cost. Biaya-biaya yang mereka atur dan mereka keluarkan
selama ini sudah efisien. Coffe Shop Titikseru selama ini tidak berusaha untuk
melakukan penekanan biaya untuk bahan dasar dari minuman kopi, karena dengan
adanya penekanan biaya akan berdampak pada rasa dari kopi yang dikeluarkan
nantinya sehingga bisa berdampak pada penurunan kualitas dari produk mereka.
Coffe Shop Titikseru juga selalu menyisihkan biaya yang mereka siapkan setiap
bulannya untuk biaya-biaya yang tak terduga, seperti rusaknya mesin kopi atau gelas
yang tanpa sengaja dipecahkan oleh karyawan mereka. Biaya-biaya yang mereka atur
pada setiap bulannya ini sudah termasuk untuk biaya gaji karyawan yang sudah tidak
bisa dilakukan penekanan lagi, Coffe Shop Titikseru hanya bisa melakukan penakan
pada biaya listrik saja seperti penggantian lampu dari yang halogen diubah menjadi
lampu LED ( Light Emitting Diode) yang memiliki daya listrik yang kecil tetapi
memiliki tingkat keterangan yang sama.

2.4 ANALISIS SWOT SETIAP ELEMEN BUSINESS MODEL CANVAS

1. Customer Segments
1. Strenghts
a) Coffe Shop Titikseru memiliki cita rasa kopi yang khas dan tempat yang
nyaman.
b) Memiliki hubungan yang baik dengan konsumen sehingga lebih mudah
bagi konsumen menjalin hubungan yang loyal terhadap cafe
2. Weaknesses
a) Dikarenakan lokasi yang terletak di Samarinda, segmentasi pasar hanya
menjangkau konsumen di Samarinda.
3. Opportunities
a) Jumlah konsumsi kopi yang semakin meningkat setiap harinya sebagai
gaya hidup.
b) Besarnya peluang pasar café yang mengandalkan cita rasa kopi lokal dan
luar negeri
4. Threats
a) Banyaknya pesaing baru yang terjun ke dunia bisnis yang sama

2. Value Proposition
1. Strenghts
a) Adanya promosi yang baik dari sebelum berdirinya café sehingga terjadi
peningkatan reputasi.
b) Adanya penggunaan biji kopi impor sehingga meningkatkan prestige
pelanggan.
c) Pengolahan biji kopi yang baik sehingga memiliki cita rasa enak dan
berbeda dengan coffee shop lainnya.
d) Memiliki cita rasa kopi yang khas karena adanya pencampuran biji lokal
dan biji kopi dari luar negeri.
2. Weaknesses
a) Jumlah menu standard an monoton yang masih cukup banyak
dibandingkan inovasi terbaru.
b) Ciri khas produk café masih terbatas pada beberapa menu saja
3. Opportunities
a) Memiliki cita rasa kopi yang berbeda dengan tempattempat lainnya
4. Threats
a) Mulai banyak café pesaing yang berdiri dan memiliki inovasi dan ciri
khas yang lebih baik

3. Channel
1. Strenghts
a) Karena rasa yang dimiliki sesuai dengan permintaan pelanggan dan
reputasi yang baik, Coffe Shop Titikseru cukup sering digunakan sebagai
lokasi pengadaan event untuk tempat berkumpul para komunitas.
b) Adanya upaya pelayanan yang ramah kepada setiap konsumennya
c) Saluran distribusi yang dilakukan secara mandiri oleh Coffe Shop
Titikseru
d) Pemakaian media sosial yang sudah efektif
2. Weaknesses
a) Pemasaran hanya melalui media sosial saja b)
b) Tidak dapat menjangkau semua tempat di daerah surabaya
c) Tidak ada supplier untuk bahan baku lainnya
3. Opportunities
a) Tingginya frekuensi pengadaan event pada café menjadi salah satu media
yang baik sebagai ajang promosi.
b) Lebih sering lagi mengadakan event-event agar dapat diketahui oleh
banyak orang
c) Mengikuti bazar-bazar yang sedang marak diadakan di mall akan mnjadi
salah satu media yang baik untuk melakukan promosi.
4. Threats
a) Channel memiliki sejumlah kandidat café yang dicalonkan sehingga
meningkatkan persaingan Coffe Shop Titikseru untuk menjadi lokasi
pengadaan event.
b) Café baru yang menawarkan harga yang jauh lebih murah untuk
pengadaan event.

4. Customer Relationship
1. Strenghts
a) Hubungan yang baik dengan para pelanggan
b) Mempunyai pelanggan loyal yang sudah mulai banyak
c) Banyak mendapat kritikan yang sifatnya membangun sehingga dapat
memperbaiki kualitas dari menu yang disajikan
d) Banyak konsumen yang loyal
2. Weaknesses
a) Sulit untuk mengajak bicara konsumen dengan baik bagi staff yang baru
b) Tidak semua konsumen ingin diajak berbicara sehingga timbulnya rasa
tidak nyaman
3. Opportunities
a) Pelanggan yang loyal membantu dalam promosi produk perusahaan
e) Kembalinya para pelanggan yang loyal kepada Coffe Shop Titikseru
4. Threats
a) Adanya reward yang diberikan kepada pelanggan oleh tempat lain yang
dapat membuat tertarik para konsumen
b) Dapat dengan mudah menyebarkan informasi yang negative karena tidak
puasnya konsumen yang ada

5. Revenue Stream
1. Strenghts
a) Pendapatan setiap bulannya dapat menutup semua keperluan café
b) Metode pembayaran yang cukup mudah untuk dilakukan oleh semua
pelanggan
c) Keuntungan yang diperoleh dapat menjadi modal untuk membangun
cabang baru
2. Weaknesses
a) Tidak dapat memprediksi pendapatan pasti setiap harinya
3. Opportunities
a) Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas yang diberikan sehingga
pelanggan tidak akan ragu untuk datang kembali
4. Threats
a) Banyak café-café yang memiliki harga yang lebih murah

6. Key Resources
1. Strenghts
a) Coffe Shop Titikseru sudah mempunya peralatan yang mendukung
operasional café sehari-hari
b) Tingkat kenyamanan karyawan yang cukup tinggi
c) Sistem sanksi bagi karyawan sudah cukup jelas
d) Peraturan perusahaan yang sifatnya tidak mengikat
e) Turnover karyawan yang kecil
2. Weaknesses
a) Butuh waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang barista yang
handal
b) Susahnya dalam mencari aset fisik seperti mesin kopi, peralatan-
peralatan dengan kualitas baik namun dengan harga yang terjangkau
3. Opportunities
a) Menciptakan tenaga kerja ahli
b) Dapat membuka lapangan kerja baru
4. Threats
5. a) Kemungkinan dalam melakukan pengambilan staff oleh pendatang baru
dengan memberikan gaji yang lebih

7. Key Activities
1. Strenghts
a) Struktur organisasi yang sudah teratur sehingga dapat dengan mudah
menyelesaikan semua aktivitas secara baik dan lancar
b) Kualitas produk menjadi hal yang teramat penting
c) Melakukan coffee lab sendiri untuk kemajuan dari Coffe Shop Titikseru
2. Weaknesses
a) Inventory café berupa peralatan yang menunjang operasional menjadi
tanggung jawab bersama sehingga dapat terjadi kelalaian dalam
pemeriksaan barang.
3. Opportunities
a) Lebih sering dalam mengadakan event karena dapat membantu
pemasaran cafe
4. Threats a) Kualitas bahan baku yang kurang baik sehingga dapat
menghambat proses produksi

8. Key Partnership
1. Strenghts
a) Dengan adanya hubungan sosial yang baik, Coffe Shop Titikseru dapat
menjalin hubungan baik dengan mitra kerja.
2. Weaknesses
a) Tidak ada upaya dari Coffe Shop Titikseru dalam menarik supplier biji
kopi baru dengan harga yang murah
3. Opportunities
a) Dengan adanya hubungan yang baik dengan mitra kerja, Coffe Shop
Titikseru dapat menjadi distributor dari alat mesin kopi untuk wilayah
jawa timur 4. Threats a. Adanya mitra lain yang bisa digunakan sebagai
pembanding dengan mita kerja saat ini sehingga mampu menjadi
sumber konflik antara café dengan mitra perusahaan.

9. Cost Structure
1. Strenghts
a) Perencanaan anggaran / RAB yang detail
b) Jumlah biaya tak terduga dapat terkendali dengan baik
2. Weaknesses
a) Biaya tetap berupa bahan baku yang cenderung tinggi
3. Opportunities
4. a) Café dapat menginvestasikan uang lebih dalam anggaran untuk membeli
mesin baru sehingga mampu mningkatkan produktivitas maupun kualitas
produksi.
5. Threats
a) Kenaikan dari biaya tetap dan biaya variable yang dapat menganggu
proses bisnis
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Model bisnis merupakan sesuatu yang menggambarkan dan menjelaskan


mengenai bisnis Start – Up itu sendiri dengan tujuan agar bisa membantu dalam
melakukan pertimbangan perubahan dan kemajuan bisnis secara profesional. BMC
merupakan satu alat untuk membantu kita melihat lebih akurat bagaimana rupa usaha
yang sedang atau kita jalani. Dalam model bisnis ini pun mengubah konsep model bisnis
yang pertamanya rumit menjadi sederhana. Dimana terdapat kerangka bisnis (BMC), dan
cara mengembangkan bisnis yang tepat menggunakan 9 elemen BMC.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander Osterwalder & Yves Pigneur. (2010). Business Model Canvas. (T.
Clark, Ed.). New Jersey: john wiley & sons, inc.

Amanullah, Aziz, Hadi, Ibrahim. (2015). Comparison of Business Model Canvas


(BMC) Among the Three Consulting Companies. Retrieved Mei 15, 2017, from
http://www.researchpublish.com/download.php?file=The %20
Business%20Model%20Canvas%20BMC%20Comparis on%20Among-1591.pdf&act.

Bateman, T.S., Snell, S.A. (2009). Management. New York: McGraw Hill

Chesbrough,H., Rosenbloom R. (2002). The Role of The Business Model In


Capturing Value form Innovation : Evidence Rom Xerox Corporation's Technology Spin
off Companies. Retrieved Mei 12, 2017, from
http://www.sce.carleton.ca/faculty/tanev/TTMG_5005_T
/Session_9_Mar_10_2008/Chesbrough_ICC_2002.pdf

Ching H.Y., Fauvel C. (2013). Criticisms, Variations and Experiences with


Business Model Canvas. Retrivd April 10, 2017, from http://
www.eajournals.org/journals/international-journal-ofsmall-business-and-
enterprenuership-research-ijsber/vol1-issue-4-december-2013/criticims-
variationsexperiences-business-model-canvas-3/

Coes B. (2014) Critically Assessing the Strengths and Limitations of the Business
Model Canvas. Retrieved Mei 16, 2017, from
http://essay.utwente.nl/64749/Coes_MA_MB.pdf

Jackson, W. T., Scott, D. J., & Schwagler, N. (2015). Using the Business Model
Canvas As a Methods Approach To Teaching Entrepreneurial Finance. Journal of
Entrepreneurship Education, 18(2), 99–112. Retrieved
fromhttp://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true
&db=bth&AN=111483020&site=ehost-live

Anda mungkin juga menyukai