Anda di halaman 1dari 6

ENERGI BERSIH DAN TERJANGKAU

TUGAS ESSAY

Oleh :

Rifky Rifaldi
NIM :

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BTH
TAHUN 2023-2024
Energi merupakan kebutuhan mendasar yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi penyediaan serta distribusinya
menjadi hal yang penting. Kebutuhan energi akan terus meningkat seiring meningkatnya
jumlah penduduk, dan sumber energi yang digunakan jumlahnya terbatas sehingga perlu
dicari dan mulai digunakan energi alternatif yang lebih berkelanjutan.

Energi saat ini menjadi topik yang menarik perhatian sebagian besar masyarakat
dunia. Seiring dengan perkembangan zaman, sumber daya energi memiliki peranan penting
bagi keberlangsungan hidup sehari-hari manusia, seperti penggunaan minyak bumi untuk
sektor transportasi atau penggunaan energi batu bara untuk penopang kegiatan industri.
Energi juga berperan dalam menopang kemajuan perekonomian suatu negara. Penggunaan
energi dalam aktivitas perekonomian sebuah negara dapat mempengaruhi maju tidaknya
suatu negara. Negara-negara di dunia saat ini sangat bergantung pada energi karena negara
bisa menjadi produsen, konsumen, pengekspor, dan pengimpor energi (Margareta, 2018).
Pentingnya peran energi bagi kehidupan manusia secara langsung mempengaruhi tingkat
permintaan energi yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Permasalahan yang
dihadapi dengan adanya peningkatan permintaan energi adalah adanya ketidakseimbangan
antara jumlah permintaan dan penawaran energi. Ketidakseimbangan antara permintaan dan
penawaran tersebut terjadi karena semakin menipisnya ketersediaan sumber daya alam yang
menjadi sumber dari energi primer, mahalnya biaya produksi energi, semakin kompleksnya
aktivitas ekonomi dan meningkatnya jumlah populasi penduduk di dunia (Reksohadiprodjo,
2007).

International Energy Outlook (2017) memperkirakan bahwa total konsumsi energi


dunia akan meningkat sebesar 28 persen, dari 575 kuadriliun British thermal unit (Btu) pada
2015 menjadi 736 kuadriliun Btu pada 2040. Grafik yang menunjukkan total konsumsi energi
primer di dunia pada tahun 2008 hingga tahun 2018.

Berdasarkan data dari British Petroleum Statistical Review of World Energy (2019),
konsumsi energi primer di dunia selama sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami
peningkatan dari 11.705,1 million tonnes oil equivalent (Mtoe) pada tahun 2008 menjadi
13.864,9 million tonnes oil equivalent (Mtoe) pada tahun 2018 Peningkatan konsumsi energi
ini dapat terjadi karena dilatar belakangi oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, adanya
peningkatan kemudahan akses pemasaran energi, dan petumbuhan populasi yang cepat
mengarah pada permintaan energi. Sumber energi primer sendiri terbagi menjadi sumber
energi terbarukan dan sumber energi tidak terbarukan. Sumber energi terbarukan merupakan
energi yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti angin, panas
bumi, dan matahari sedangkan energi tidak terbarukan merupakan energi yang berasal dari
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti fosil. Kedua energi ini dapat
digunakan sebagai sumber energi primer untuk menghasilkan energi yang bermanfaat seperti
panas atau digunakan untuk menghasilkan sumber energi alternatif seperti pembangkit listrik.
Meskipun energi terbarukan dan energi alternatif adalah sumber energi yang sedang
berkembang cepat di dunia, namun bahan bakar fosil yang merupakan energi tidak terbarukan
diperkirakan akan tetap mendominasi konsumsi energi di dunia. Hal tersebut ditandai dengan
total konsumsi energi primer pada tahun 2018 mencapai 81,12 kuadralium Btu atau sekitar 81
persen dari total konsumsi energi primer dunia didominasi oleh bahan bakar fosil, seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam sedangkan sisanya adalah konsumsi energi alternatif
(nuklir) sebesar 2,68 kuadralium Btu dan energi terbarukan sebesar 11,52 kuadralium Btu.
Hal ini terjadi berkaitan dengan adanya penggunaan bahan bakar fosil untuk keperluan
beberapa sektor seperti industri, rumah tangga, swasta/komersial dan transportasi.

Total Konsumsi Energi Primer Dunia Berdasarkan Sumber Energi Periode 2008-2018
Konsumsi energi primer dapat digunakan pada berbagai macam sektor. Sektor tersebut antara
lain adalah sektor rumah tangga, sektor industri, sektor komersial/swasta, dan sektor
transportasi. Konsumsi energi primer di sektor industri merupakan konsumsi energi yang
terbesar di antara ketiga sektor lainnya. Pada tahun 2018, dapat diketahui bahwa konsumsi
energi primer di sektor industri mencapai 32.616,96 triliyun Btu atau sekitar 32 persen dari
total konsumsi energi primer di dunia. Menurut Abimanyu (1998) besarnya tingkat konsumsi
energi pada sektor industri salah satunya disebabkan oleh meningkatnya jumlah industri baru
dan adanya perluasan dari industri yang sudah ada.

Total konsumsi energi primer dunia berdasarkan wilayah ditunjukkan pada Gambar
1.4. Berdasarkan wilayah, Asia Pasifik merupakan salah satu wilayah yang memiliki total
konsumsi energi primer tertinggi di dunia. Total konsumsi energi di wilayah Asia Pasifik
mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir yaitu dari 4.316,2 million tonnes oil
equivalent (Mtoe) pada tahun 2008 menjadi 5.985,8 million tonnes oil equivalent (Mtoe)
pada tahun 2018 (Gambar 1.4). Kawasan ASEAN yang merupakan bagian dari wilayah Asia
Pasifik merupakan salah satu kawasan yang memiliki pengaruh besar bagi sektor energi.
Menurut The ASEAN Post (2019), kawasan ASEAN menjadi salah satu daerah dengan
perkembangan ekonomi tercepat di dunia, sehingga menimbulkan kekhawatiran terhadap
ketersediaan energinya. Permintaan energi ASEAN telah tumbuh sebesar 60 persen selama 15
tahun terakhir dan diperkirakan akan tumbuh dua pertiga lagi pada tahun 2040. Kawasan
ASEAN memiliki populasi gabungan lebih dari 600 juta orang dan ekonomi bernilai hampir
3 triliun US$. World Economic Forum (WEF) memperkirakan bahwa kawasan Asia Tenggara
akan menjadi wilayah dengan perekonomian terbesar kelima di dunia pada tahun 2020. Di
kawasan ASEAN sendiri, ASEAN-6 yang terdiri dari negara Indonesia, Thailand, Filipina,
Singapura, Malaysia, dan Vietnam merupakan negara-negara dengan perekonomian terbesar
di ASEAN (World Bank, 2019).

Dalam rangka mencapai tujuan untuk menjamin akses energi yang terjangkau, andal,
berkelanjutan, dan modern untuk semua lapisan masyarakat pada tahun 2030, ditetapkan 5
target yang diukur melalui 6 indikator. Target-targetnya meliputi akses universal layanan
energi yang terjangkau, andal dan modern, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam
bauran energi global dan melakukan perbaikan efisiensi energi di tingkat global.

Masalah terkait energi dan sumber daya alam masih menjadi permasalahan dan belum
menemukan solusi yang tepat hingga saat ini. Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk
Indonesia dan makin majunya perkembangan teknologi membuat pemanfaatan energi
semakin meningkat. Masyarakat masih banyak menggunakan sumber energi yang berasal dari
fosil yang tidak terbarukan dan semakin lama semakin habis. Di indoneisa ketersediaan
bahan bakar yang berasal dari fosil akan habis hingga 67 tahun dan 41,6 tahun lagi (Tauhid,
2018). Selain itu pemanfaatan energi fosil juga berpengaruh pada lingkungan karena
menyebabkan pemanasan global.

Hingga pada tanggal 21 Oktober 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


merancang Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mengatasi masalah lingkungan,
sosial, dan ekonomi dunia. SDGs memilki 17 tujuan utama dan 169 target berseifat global
dan dapat diaplikasikan secara universal. Salah satu tujuan tersebut yaitu energi bersih dan
terjanagkau yang memiliki 3 target yaitu terjaminnya akses universal terhadap energi yang
berkelanjutan, tiap negara berkembang memiliki infrastruktur yang menyediakan energi
bersih di tahun 2031, dan perluasan teknologi untuk menunjang pertumbuhan lingkungan tiap
negara (Desti & Desti, 2022). Sehingga perlu adanya energi alternatif yang memiliki dampak
lingkungan yang minim dan dapat menjamin keberlanjutan energi untuk masa depan.

Energi bersih dan terbarukan digunakan untuk menganti penggunaan energi fosil yang
sering digunakan manusia dimana energi ini terbatas dan memiliki dampak pada lingkungan.
Energi bersih dan terbarukan dapat berupa energi air, energi angin, energi panas bumi dan
solar cell, dan lainnya yang dapat digunakan terus menurus. Energi-energi tersebut sangat
banyak ditemukan di Indonesia dan apabila dimanfaatkan dengan baik akan dapat berpotensi
menggantikan energi fosil dan dapat meminimalisir kerusakan lingkungan.

Beberapa energi bersih dan terbarukan seperti energi surya yang banyak di Indonesia
karena Indonesia termasuk pada negara tropis dan berada di wilayah garis katulistiwa.
Pemanfaatan energi surya berupa solar thermal untuk pemanasan dan solar photovoltaic yang
digunakan sebagai pembangkit listrik. Sumber energi ini dapat mengganti batu bara dalam
pembangkitan listrik di Indonesia. selain itu energi surya juga mudah diterima di masyarakat
karena tidak memiliki dampak lingkungan dan mengancam kesehatan manusia, perawatannya
mudah, listrik yang dihasilkan dapat disimpan dalam baterai dan dalam penggunaannya
sederhana dan mudah dipahami (Artiningrum & Havianto, 2019). Pemanfaatan energi surya
berupa Pembangkit Listrik tenaga Surya (PLTS) yang sudah ada sejak tahun 1987 di
Indoneisa.

Selain energi surya juga terdapat energi angin yang berasal dari udara akibat
pemanasan radiasi yang menimbulkan perubahan pada temperatur udara. Energi ini biasanya
digunakan untuk pembangkit listrik dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Di Indonesia pemanfaatan energi ini belum dimanfaatkan dengan baik dan masih
membutuhkan riset untuk pengembangannya yang sesuai dengan potensi angin di Indonesia.
Terdapat juga energi laut yang berasal dari gelombang di permukaan laut akibat hembusan
dari angin. Di indonesia potensi energi laut banyak ditemukan di sepanjang pantai selatan
Jawa hingga Nusa Tenggara.

Energi panas bumi atau gheotermal juga menjadi energi yang dimanfaatkan untuk
menganti energi fosil. Di Indonesia energi ini sangat didorong untuk dimanfaatkan karena
Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat melimpah namun potensi tersebut belum
dimanfaatkan dengan maksimal. Limbah yang dihasilkan pun berupa air sehingga dapat
dimasukkan ke dalam tanah dan tidak merusak lingkungan atmosfer serta polusi yang
dikeluarkan lebih rendah dibanding energi yang berasal dari fosil. Kemudahan lainnya dari
energi panas bumi yaitu tidak perlu adanya variasi rekayasa buatan untuk menggali energi ini
karena sudah terbentuk dari alam, investasi yang dibutuhkan juga lebih murah, dan energi ini
banyak dihasilkan di Indonesia dibanding negara lainnya.
Peraturan di Indonesia terkait energi baru dan terjangkau juga diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 59 Tahun 2017 jo Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pengimpelmentasian dari
peraturan ini berupa gerakan dari masyarakat mulai dari tingkat desa yang diinialisasi oleh
aktivis lingkungan. Salah satu contohnya di Desa Rawasari, Jambi yang memanfaatkan
pembangkit listrik tenaga surya (Nugraha, 2022). Dari gerakan gerakan kecil di desa
diharapkan dapat memajukan energi baru dan terjangkau di Indonesia.

Di antara tahun 1990 dan 2010, jumlah orang dengan akses pada listrik naik sebesar
1,7 miliar. Kemajuan ini patut kita banggakan. Akan tetapi, dengan pertumbuhan penduduk
dunia, masih banyak pula orang yang membutuhkan energi murah untuk menerangi rumah
dan jalan mereka, menggunakan telepon dan komputer, dan berkegiatan sehari-hari. Sumber
listrik itulah yang kini menjadi tantangan: bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca
menyebabkan perubahan drastis pada iklim. Akibatnya, setiap benua mengalami masalah
besar. Untuk itu, kita perlu menghemat energi dan lebih banyak berinvestasi pada sumber
energi bersih seperti surya dan angin. Dengan begitu, kebutuhan listrik terpenuhi dan
lingkungan terlindungi.

Anda mungkin juga menyukai