Anda di halaman 1dari 60

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Komsumsi akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 7% per tahun.
Sementara itu pengembangan sarana dan prasarana ketenagalistrikan
khususnya penambahan kapasitas pembangkit listrik dalam kurun waktu
hanya tumbuh rata-rata sebesar 4,4% per tahun (Kementrian ESDM,
2015). Ketidakseimbangan antara permintaan dengan penyediaan tenaga
listrik tersebut, mengakibatkan kekurangan pasokan tenaga listrik di
beberapa wilayah di Indonesia.
Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia rata-rata masih berasal dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Minyak bumi masih menduduki
peringkat tertinggi, yaitu 51,66%. Gas alam menduduki tingkat kedua,
yakni 28,57%. Sisanya dipasok dari energi minyak sebesar 15,34% dan
energi terbarukan 4,43%.
Bukan hanya energi saja yang dihasilkan dari bahan bakar fosil
tetapi juga unsur gas yang mengandung karbon (C) yang menjadi salah
satu penyebab meningkatnya suhu permukaan bumi (Kementrian ESDM,
2015).
Untuk meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi
pedesaan, energi listrik memiliki peranan yang sangat penting.
Ketersediaan energi listrik di pedesaan sebagai salah satu bentuk energi
yang siap pakai, selain untuk penerangan tentu saja akan mendorong

2
peningkatan sarana pendidikan,kesehatan dan keamanan lingkungan serta
dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja baru.
Kurangnya sarana pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan,
serta pembangkit listrik yang masih menggunakan energi fosil membuat
para peneliti mencari sumber energi listrik baru yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dan ramah lingkungan. Tabel 1.1 memberikan data
aktual kondisi konsumsi energi tidak terbarukan di Indonesia.
Tabel 1.1 Potensi Energi Tidak Terbarukan
No

1
2
3
4
5

Jenis Energi
Minyak
Bumi
(miliar barel)
Gas Bumi
(TSCF)
Batubara
(miliar ton)
CBM
(TSCF)
Shale Gas
(TSCF)

Sumber
Daya
151

Cadangan
Potensial

Cadanga
n
Terbukti

Produks
i

7.4

3.6

0.288

Rasio
(Tahun)
26
13
50
34

487

149.3

100.3

2.97

120.5

31.35

0.435

72

453

574

Sumber : Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM), 2015


Selain menggunakan bahan bakar fosil berbagai pembangkit listrik
di Indonesia juga sudah mulai menggunakan energi terbarukan namun
masih dalam jumlah terbatas. Berdasarkan data Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral (KESDM) pada tahun 2015, rasio pembangkit
berbahan bakar fosil mencapai sekitar 79%.
Proses pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia masih
berjalan lambat hal ini karena masih tingginya ketergantungan pada

3
sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batu bara. Disamping itu
pemerintah terus memberikan subsidi terhadap energi fosil yang
cenderung terus naik setiap tahunnya.
Berdasarkan banyak penelitian ditunjukkan bahwa sebagian besar
manfaat subsidi justru dinikmati oleh golongan berpendapatan tinggi atau
mampu. Karena subsidi bahan bakar dijalankan berdasarkan hitungan
liter, dan tidak didasarkan pada perbedaan penghasilan, maka kalangan
yang paling banyak menggunakan bahan bakarlah yang paling
mendapatkan manfaat paling banyak dari subsidi.
Agar penyediaan listrik di daerah terpencil dapat tetap dilakukan,
energi terbarukan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit
listrik. Pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik di
Indonesia meliputi energi hidro, energi panas bumi, energi biomassa,
energi surya, energi angin dan hybrid, energi samudera, dan energi
uranium.

4
Data biaya besar subsidi yang diberikan pemerintah untuk berbagai
Jenis Subsidi

Tahun
2010
58,11
82,35

Tahun
2011
93,18
165,16

Tahun
2012
103,33
211,90

Subsidi Listrik
Subsidi Bahan
Bakar Minyak, LPG
dan Bahan Bakar
Nabati
140,46
258,34 315,23
Total
jenis subsidi energi tercantum dalam data tabel 1.2.

Tahun
2013
101,21
210,00

Tahun
2014
85,75
229,00

311,21

314,75

Tabel 1.2 Biaya Subsidi Pemerintah Pusat Tahun 2010 2014


(dalam triliun rupiah)

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 mencapai 254 juta


jiwa atau meningkat rata-rata sebesar 1,51% per tahun sejak tahun 2013.
Pada saat ini sekitar 56% penduduk tinggal di wilayah perkotaan.
Sedangkan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2012 mencapai 2.619
triliun Rupiah (harga konstan tahun 2000) dengan laju pertumbuhan PDB
rata-rata selama 12 tahun terakhir mencapai 5.04% (BPPT, 2015)
Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai sebesar
4.79% per tahun yang lebih rendah dari pertumbuhan pada tahun 2014
yakni sebesar 5.01%. Berdasarkan asumsi diatas dibutuhkan
pengembangan energi alternatif untuk mengurangi penggunaan BBM

5
(bahan bakar minyak) baik di sektor transportasi maupun sektor industri.
Dalam tabel diatas terlihat prospek berbagai jenis energi terbarukan
sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil seperti solar untuk
pengembangan perkebunan energi berbasis kelapa sawit, prospek CNG
sebagai bahan bakar pengganti bensin dan prospek pengembangan
bioetanol misalnya. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan permintaan
dan penawaran, akibatnya harga minyak dunia berfluktuasi. Dunia pun
mencari alternatif baru untuk mengatasi ketergantungan pada BBM fosil
tersebut.
Pada saat ini Indonesia juga mengalami keadaan tersebut. Dalam
skala besar Indonesia masih mengandalkan BBM untuk memasok
kebutuhan dalam negeri sayangnya sebagian BBM masih harus diimpor.
Padahal Indonesia mempunyai potensi yang besar dengan energi yang
terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin dan
hybrid, dan biomassa.
Penggunaan dan eksploitasi energi terbarukan tersebut yang berasal
dari tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin masih terbatas. Seperti
tenaga air yang bisa kita ketahui Indonesia mempunyai potensi yang cukup
besar dan masih dimanfaatkan hanya 10,81% dari potensi sebesar 75,000
MW (KESDM, 2015).
Penggunaan energi yang terbarukan lainnya belum besar kecuali
tenaga air, karena biaya produksinya masih belum berkompetitif
dibandingkan dengan energi konvensional lainnya. Pada umumnya harga
listrik yang dihasilkan atau dibangkitkan oleh PLTS, PLTB, dan

6
Geothermal, energi terbarukan lainnya masih mempunyai harga yang
lebih tinggi daripada listrik yang dibangkitkan dengan BBM (bersubsidi)
kecuali pembangkit listrik tipe PLTA.

Pada table 1.3 dibawah ini diberikan data potensi energi terbarukan
yang masih dapat dikembangkan di Indonesia.
Tabel 1.3 Potensi energi terbarukan di Indonesia
No Energi Terbarukan
1
2
3

Hidro
Panas Bumi
Biomassa

4
5

Surya
Angin dan Hybrid

Samudera

Uranium
*

**
***
****

Daya Keluaran

Kapasitas

75.000 MW
28.910 MW
32.000 MW

8.111 MW
1.403,5 MW
1.740,4 MW

4,80 kWh/m2/day
3 -6 m/s

71,02 MW
3,07 MW

49 GW***

0,01 MW4****

3.000 MW*

30 MW**

Pemanfaatan
10,81%
4,9 %

di Kalan, Kalimantan Barat


Sebagai pusat penelitian, non-energi
Sumber Dewan Energi Nasional
Prototype BPPT
Energi terbarukan memainkan peran penting dalam pengembangan
pembangunan, terutama untuk memperkuat ketahanan energi. Saat ini
Indonesia baru mengeksploitasi sekitar 5% dari kapasitas energi
terbarukan. Pemerintah berupaya keras untuk mempercepat eksploitasi
energi terbarukan dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan
sebagai energi primer hingga menjadi 23% pada tahun 2025.
Sampai pada akhir tahun 2015 Indonesia menghasilkan emisi CO2
435,5 Mt atau 4,5% dari seluruh emisi di dunia. Emisi dari sektor energi

7
menyumbang 25% dari seluruh emisi CO2, di mana 42,1% berasal dari
pembangkit listrik; 21,6% industri manufaktur dan konstruksi; 29,5%
berasal dari transportasi dan 6,8% perumahan, komersial, layanan publik,
pertanian dan kehutanan. Target pengurangan emisi CO2 secara sukarela
26% dan 41% dengan bantuan internasional tahun 2020.
Berdasarkan data ESDM, total konsumsi listrik domestik mencapai
188 TWh pada tahun 2013 atau meningkat sekitar 40% dari tahun 2009.
Konsumsi listrik diperkirakan akan terus meningkat hingga 287 TWh pada
tahun 2018 dan 386 TWh pada tahun 2022, dengan rata-rata pertumbuhan
per tahun 8,3%. Sektor rumah tangga merupakan konsumen listrik terbesar
dengan pembagian 41% dari total konsumsi, diikuti industri (34%),
komersial (19%) dan pelayanan publik (6%). Jawa-Bali mengkonsumsi
listrik 144 TWh (77% konsumsi) pada tahun 2013. Share penggunaan
bahan bakar untuk pembangkit listrik yaitu: batu bara (52%), gas bumi
(24%), BBM (13%), hydro(8%) dan panas bumi (4%) (Statistik EBTKE,
2014).
Berdasarkan pertimbangan diatas, pembangkit tenaga air sangat
cocok dilakukan pengembangan, pembangunan ini memerlukan banyak
pertimbangan sehingga perlu diselidiki kemungkinan lokasi yang paling
layak secara teknis maupun ekonomi.
Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit
listrik skala kecil yang menggunakan energi air sebagai penggeraknya,
misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun dengan cara memanfaatkan
tinggi terjunnya (head) dan jumlah debit airnya. Kondisi air yang bisa

8
dimanfaatkan sebagai sebagai sumber daya penghasil listrik memiliki
kapasitas aliran maupun ketinggian tertentu. Semakin besar kapasitas
aliran maupun ketinggiannya maka semakin besar energi yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik (Penche & Minas, 1998).
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi
pembangkit listrik yang menggunakan air dengan kapasitas daya yang
dihasilkan berkisar mulai beberapa ratus watt sampai 100 kW. Sedangkan
bila daya yang dihasilkan berkisar antara 100 kW sampai 1 MW instalasi
tersebut dapat digolongkan sebagai minihidro. Parameter penting dalam
pengembangan suatu Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro
(PLTMH) adalah kapasitas aliran air (debit) dan tinggi jatuh (head) dari
sungai yang akan dikembangkan menjadi PLTMH.
Tahap awal pengembangan pembangkit listrik mikro/minihidro
tersebut dimulai dengan mengadakan survei lapangan untuk mengetahui
potensi sungai yang akan dikembangkan menjadi PLTMH.
Desa Ciasihan merupakan bagian dari Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data BPS (2015), Desa
Ciasihan berdiri diatas lahan seluas 459.042 ha/m,2 terbagi atas 55
ha/m2 luas permukiman, sementara luas persawahan mencapai 342 ha/m2,
sisanya adalah perkebunan, pemakaman, dan sebagainya.
Sebelah timur Desa Ciasihan berbatasan dengan Desa Gunung
Sari, Sebelah Barat dengan Desa Ciasmara, Sebelah utara dengan Desa
Cibitung Kulon, sementara sebelah selatan merupakan batas Kecamatan

9
Pamijahan. Desa Ciasihan terdiri atas 9 RW dan 51 RT. Kabupaten Bogori
sendiri termasuk wilayah yang berpotensi untuk pembangunan PLTMH.
Kabupaten Bogor memiliki curah hujan yang besar dengan ratarata curah hujan 2500-6000 mm/tahun dan sungai-sungai yang mengalir
sepanjang tahun (BMKG, 2016). Sebagian wilayah Kabupaten Bogor
memiliki bentuk medan dan lereng yang cukup besar untuk menghasilkan
energi yang aliran sungai yang akan diubah menjadi pasokan daya listrik
pada proses PLTMH. Kondisi topografinya memiliki bentuk medan datar
(lereng 0-2%) sekitar 12,4 %, berombak sampai bergelombang (lereng 215%) sekitar 54,5%, bergelombang sampai berbukit (lereng 15 - 40%)
sekitar 29,9%, dan berbukit sampai bergunung (lereng > 40 %) sekitar 3,2
% dari luas wilayah Kabupaten Bogor (BPS, 2015).
Untuk dapat melakukan survei tersebut perlu dilakukan beberapa
persiapan yang matang sehingga survei dapat dilaksanakan dengan baik
dengan hasil sesuai yang diharapkan.
1.2

Identifikasi Masalah
Perkembangan listrik didaerah pedesaan atau tempat terpencil yang
belum dapat diakses penuh oleh jaringan listrik interkoneksi PLN masih
tergantung pada pemakaian mesin diesel. Minat terhadap mesin diesel
telah mengalami penurunan akhir-akhir ini, karena biaya operasional
terutama harga bahan bakar yang terus meningkat dan kekurangan
kekurangan lainnya yang tidak dapat diabaikan, misalnya, pemadaman
berkala, biaya kebutuhan pemeliharaan dan kesulitan yang dialami oleh
para staf dalam melakukan pengiriman bahan bakar yang disebabkan oleh

10
keadaan jalan desa yang belum memadai dan jarak yang cukup jauh dari
agen penyuplai.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hikdro (PLTMH) merupakan
salah satu bentuk energi alternatif yang sangat mungkin untuk
dikembangkan di negara - negara dengan sumber air yang tersebar luas,
misalnya Indonesia. Di daerah pedesaan umumnya terdapat saluran irigasi
yang utama berfungsi untuk mengairi sawah dan juga berpotensi untuk
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.
1.3

Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi diatas, maka muncul pertanyaan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi fisik lokasi potensial untuk PLTMH di Sungai
Ciasihan?
2. Bagaimana daya potensial listrik yang dihasilkan oleh PLTMH di
Kabupaten Bogor?
Pada sistem pembangkit listrik tenaga air skala mikrohidro di
Indonesia banyak pilihan dan untuk aplikasi pada sungai Ciasihan adalah
sistem turbin crossflow. Perencanaan sistem turbin ini sangatlah penting
untuk dilakukan sebelum nantinya dapat diimplementasikan pada sungai
Ciasihan.

1.4

Batasan Masalah
Studi potensi dan pemanfaatan air sungai Ciasihan Kabupaten
Bogor ini terdapat batasan-batasan masalah yaitu :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro didefinisikan sebagai instalasi
yang mampu menghasilkan daya listrik skala kecil, menggunakan

11
tenaga aliran sungai. Model PLTMH yang biasa digunakan adalah
model run off river, dimana parameter yang paling utama adalah debit
aliran dan nilai lereng aliran sungai.
2. Lokasi potensial untuk pembangunan PLTMH adalah lokasi yang
memiliki kondisi fisik dan sosial ekonomi yang mendukung untuk
pembangunan PLTMH dengan berdasarkan kajian-kajian.
3. Variabel kondisi fisik dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh
dari proses perhitungan, dengan faktor utama debit aliran sungai dan
lereng aliran.
4. Variabel kondisi sosial ekonomi yaitu jarak lokasi potensial dengan
permukiman, desa kurang listrik dan sebaran lokasi di kawasan
lindung/non lindung.
1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi
sebaran lokasi potensial untuk PLTMH Ciasihan. Disamping itu studi
kelayakan PLTMH ini mempunyai tujuan yaitu menghasilkan suatu kajian
potensi energi listrik yang terkandung pada aliran sungai Ciasihan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan kajian-kajian studi kelayakan
PLTMH Ciasihan diharapkan pemanfaatan sungai akan lebih optimal
apabila ketersediaan air dimanfaatkan dalam hal selain air baku.

BAB II

12

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Elektrifikasi Desa
Elektrifikasi suatu desa merupakan sebuah proses penyediaan
layanan listrik untuk daerah pedesaan. Pada umumnya daerah dengan
tingkat populasi masyarakat yang sedikit dimana mata pencaharian mereka
dominannya adalah pertanian, peternakan, dan perkebunan. Elektrifikasi
ini akan sangat mensejahterakan masyarakat pedalaman, dimana akan
meningkatkan kualitas hidup mereka dan juga akan meningkatkan
tingkat keamanan, produktifitas, informasi, kesehatan, hiburan, dan
pendidikan. seperti yang telah kita ketahui bahwa di negara Indonesia ini,
masih banyak daerah-daerah terpencil yang belum pernah menikmati
penerangan, ini karena kemampuan pembangkit-pembangkit listrik
yang masih terbatas dan jauhnya jarak antara populasi dengan pembangkit
listrik sehingga listrik tidak bisa sampai ke pedalaman/pedesaan.

2.2

Pemodelan Pembangkitan Energi Listrik


Pembangkitan daya listrik sebagaian besar dilakukan dengan cara
memutar generator sinkron sehingga didapat tenaga listrik dengan
tegangan bolak balik tiga fasa. Energi mekanik yang diperlukan untuk
memutar generator sinkron didapat dari mesin penggerak generator atau
penggerak mula (prime mover).
Mesin penggerak generator dalam praktiknya banyak digunakan
mesin diesel, turbin uap, turbin air dan turbin gas. Energi yang didapat
mesin-mesin penggerak generator ini didapat dari :
1. Proses pembakaran bahan bakar (untuk mesin-mesin termal).
2. Air terjun (untuk turbin air)

13
Dengan demikian mesin penggerak generator sesungguhnya
melakukan konversi energi primer menjadi energi mekanik penggerak
generator.
2.3

Potensi Tenaga Air


Air merupakan sumber energi yang efektif dan relatif mudah
didapat, karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan
energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air adalah energi yang
diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang dimiliki air dapat
dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun energi
listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan
kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun atau
aliran air di sungai.
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung
pada besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air
maka head adalah beda ketinggian antara muka air pada reservoir dengan
muka air keluar dari kincir air/turbin air.

2.4

Pembangkit Listrik Mikro Hidro Model Run Off River


Sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) adalah
pembangkit listrik skala kecil yang memanfaatkan energi air sebagai
penggeraknya, misalnya sungai atau air terjun dengan cara memanfaatkan
tinggi terjunnya (head), lereng dan jumlah debit airnya. Kondisi air yang
bisa dimanfaatkan sebagai sebagai sumberdaya penghasil listrik memiliki
kapasitas aliran maupun ketinggian dan lereng tertentu.

14
Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggian dan lerengnya
maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Tidak semua aliran sungai dapat digunakan sebagai PLTMH
dengan model Run Off River. Model Run Off River mensyaratkan sungai
yang mempunyai debit konsisten atau relatif konstan dalam periode waktu
tertentu. Keberlangsungan aliran sungai menjadi hal yang paling utama
untuk menghasilkan listrik yang konstan sepanjang tahun dalam model
Run Off River. Faktor debit yang relatif konstan dan lereng yang cukup
menjadi modal utama untuk menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini bekerja dengan cara
memanfaatkan semaksimal mungkin energi potensial air. Energi ini secara
perlahan diubah menjadi energi kinetik saat melalui nozzle yang
ditembakkan untuk memutar sudu-sudu turbin. Energi mekanis dari
putaran turbin akhirnya diubah menjadi energi listrik melalui putaran
generator, karena besar tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air
bergantung pada tinggi jatuh/lereng dan debit air, maka total energi yang
tersedia dari suatu reservoir air merupakan energi potensial air.
PLTMH dengan model Run Off River mempunyai kelebihan dalam
hal biaya operasi yang rendah jika dibandingkan dengan Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), karena PLTMH ini memanfaatkan energi
sumber daya alam yang dapat diperbarui, yaitu sumber daya air.
Dengan ukurannya yang kecil penerapan mikro hidro relatif mudah
dan tidak merusak lingkungan. Rentang penggunaannya cukup luas,

15
terutama untuk menggerakkan peralatan atau mesin-mesin yang tidak
memerlukan persyaratan stabilitas tegangan yang akurat.
Analisa hidrologi hidrologi sangat diperlukan dalam merencanakan
PLTMH model Run Off River,yaitu untuk menentukan debit andalan dan
debit pembangkit yang diperlukan untuk menentukan kapasitas dan energi
yang dihasilkan oleh PLTMH tersebut.
2.5

Kelebihan dan Kelemahan Teknologi PLTMH


Dalam buku yang dituliskan oleh M.M Dandekar (1991), mengenai
langkah pembangunan PLTMH, dituliskan beberapa kelebihan dan
kelemahan PLTMH bagi masyarakat.
Kelebihan PLTMH :
1. Teknologi PLTMH ini memanfaatkan sumber daya yang terbarukan,
maka biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah dibandingkan
dengan mesin diesel yang menggunakan energi fosil (BBM).
2. Cocok digunakan di wilayah yang susah untuk dibangun instalasi
listrik seperti pegunungan yang memiliki wilayah dengan lereng yang
terjal.
3. Penerapannya relatif mudah dan ramah lingkungan, tidak
menimbulkan polusi udara dan suara.
4. Efisiensinya tinggi.
5. Apabila teknologi ini di gunakan untuk memutar pompa air, aman
karena pompa tidak digerakan dengan motor listrik. Disamping itu
efisiensinya menjadi lebih baik.
6. Masyarakat yang menikmati manfaat PLTMH dapat membantu
menjaga kondisi lingkungan daerah tangkapan airnya.
Kekurangan PLTMH :

16
1. Jika pelanggan yang menggunakan listrik berlebih, maka kualitas
listrik menurun dan membahayakan peralatan.
2. Hanya wilayah tertentu saja yang memiliki aliran sungai, lereng dan
beda tinggi yang cukup, yang dapat dibangun PLMTH.
3. Jarak antar lokasi PLMTH dan pembangkit listrik yang efisien kurang
dari 2 km.
2.6

Pengaruh Karakteristik Daerah Aliran Sungai terhadap Limpasan


Permukaan
Suatu daerah aliran sungai (DAS) adalah kesatuan daerah yang
dibatasi topografi berupa punggunganpunggungan bukit dimana jika air
hujan jatuh maka airnya mengalir ke dalam sungai yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang menentukan pembentukan DAS adalah :
1. Topografi.
2. Iklim.
3. Tanah.
4. Geologi.
5. Tata guna lahan.
Faktor-faktor tersebut membentuk subsistem dan bertindak sebagai
variabel dalam mengubah presipitasi secara alami, menjadi limpasan air di
bumi.
Hubungan antara karakteristik lingkungan fisik DAS dan proses
hidrologi dapat ditelusuri melalui fase-fase dalam daur hidrologi. Air hujan
yang jatuh dengan lama dan intensitas hujan tertentu, pertama kali akan
membasahi permukaan daun.
Air hujan yang jatuh pada permukaan daun, sebagian akan menjadi
simpanan intersepsi dan kemudian mengalami evaporasi, sebagian lagi
akan membentuk aliran pada batang (steam flow) dan aliran tajuk (through
fall) yang kemudian menyokong aliran permukaan. Air hujan yang jatuh
pada permukaan tanah setelah membasahi permukaan tanah kemudian

17
akan mengalami infiltrasi dan sebagian membentuk simpanan air
permukaan.
Apabila lapisan tanah telah jenuh, air hujan yang semuanya
tertahan di permukaan menjadi limpasan air permukaan. Berdasarkan
uraian proses perjalanan air hujan tersebut dapat diketahui bahwa jenis dan
kerapatan penutup lahan berfungsi sebagai penghambat, air hujan yang
akan membentuk aliran permukaan. Sifat dan jenis tanah, batuan dan luas
penyebarannya akan mempengaruhi air hujan yang akan mengalami
infiltrasi. Kondisi lereng, jenis dan kerapatan penutup lahan, alur-alur
sungai, danau atau telaga mempengaruhi air hujan yang akan membentuk
aliran permukaan.
Aliran permukaan yang berlebihan menunjukan bahwa komponenkomponen fisik permukaan tersebut sudah tidak mampu lagi menghambat
atau mengurangi air hujan yang membentuk aliran permukaan yang terjadi.
2.7

Prinsip kerja PLTMH


Prinsip dasar mikrohidro adalah memanfaatkan energi potensial
yang dimiliki oleh aliran air pada jarak ketinggian tertentu dari tempat
instalasi pembangkit listrik Sebuah skema mikrohidro memerlukan dua
hal yaitu, debit air dan ketinggian jatuh (head) untuk menghasilkan tenaga
yang dapat dimanfaatkan. Hal ini adalah sebuah sistem konversi energi
dari bentuk ketinggian dan aliran (energi potensial) ke dalam bentuk energi
mekanik dan energi listrik.
Daya listrik yang dibangkitkan dari suatu turbin air merupakan
hubungan antara tinggi jatuh dan debit air seperti pada persamaan dibawah
ini yaitu :

18
P=gQH

2.8

(2.1)

Definisi Sistem PLTMH


Sebuah PLTMH adalah sebuah sistem pembangkit listrik yang
memanfaatkan tenaga air sebagai sumber primernya dan memiliki
komponen-komponen paling tidak adalah sebagai berikut :
1. Bangunan dan bendung serta perlengkapannya.
2. Bangunan pengendap pertama serta perlengkapannya.
3. Saluran pembawa serta perlengkapannya.
4. Bangunan pengendap kedua dan serta perlengkapannya.
5. Serta perlengkapannya atau rumah turbin.
6. Turbin Air dan sistem transmisi mekaniknya.
7. Kontrol beban dan atau kontrol turbin serta variasinya.
8. Generator Listrik.
9. Sistem jaringan dan distribusi listrik dan
10. Sistem keselamatan dalam semua komponen di atas.
11. Sambungan rumah hingga pada pembatas atau meter.
Skema untuk sebuah PLTMH diberikan dalam gambar 2.1 dibawah
ini.

Gambar 2.1 Skema sebuah PLTMH (Penche dan Minas, 1998)


2.9

Debit Andalan

19
Perencanaan hidrologi selalu berkaitan dengan karakteristik suatu
daerah aliran sungai. Hujan dan karakteristik daerah aliran sungai tersebut
sangat mempengaruhi kondisi debit aliran sungai. Kenyataannya untuk
mendapatkan data debit aliran sungai pada banyak daerah aliran sungai
datanya sering tidak lengkap, sehingga para perencanaan PLTMH sering
kesulitan untuk mendapatkan data debit aliran sungai secara lengkap yang
berupa data seri dalam waktu yang panjang. Ketersediaan data debit aliran
sungai jangka waktu panjang di lokasi bangunan pengambilan sangat
diperlukan untuk keperluan perencanaan PLTMH.
Dikarenakan fungsi bangunan air tersebut sangat bergantung
dengan kebutuhan air sepanjang musim. Sehingga untuk mendapatkan
kesinambungan persediaan air sesuai perencanaan diperlukan perhitungan
debit andalan.
Debit andalan adalah debit yang diharapkan selalu tersedia
sepanjang tahun dengan resiko kegagalan yang diperhitungkan sekecil
mungkin. Data debit andalan pada umumnya diperlukan untuk
perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga air, yaitu untuk
menentukan perhitungan persediaan air pada bangunan pengambilan.
Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit hujan sungai.
Dalam perencanaan PLTMH ini, dikarenakan minimalnya data maka
metode perhitungan debit andalan menggunakan metode simulasi
ketersediaan air, dengan metode pengukuran debit langsung. Dalam
penentuan debit rancangan, jika memungkinkan, dipersiapkan Flow
Duration Curve Methode (FDC) yang menggunakan data debit aliran air

20
selama setahun. Metoda standar yang berlaku dipergunakan dalam
menentukan FDC ini.
Jika FDC diproduksi pada tahun basah maka harus diketahui nilai
koreksi untuk tahun keringnya. Secara umum pengambilan sampel debit
pada musim paling kering diperkenankan untuk penentuan debit
rancangan. Paling tidak dilakukan dua set pengukuran pada musim paling
kering di lokasi tersebut (IMIDAP, 2008).
Metode pengukuran debit secara langsung yang boleh digunakan
adalah metode garam, current meter, floating, rectangular weir dan lain
sebagainya. Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yang paling umum dan mudah dilakukan yaitu: pengukuran debit dengan
metode pengukuran kecepatan dan luas penampang aliran air atau dengan
metoda weir. Untuk metode pertama, alat utama yang digunakan yaitu
current meter dan meteran atau pelampung, stopwatch dan meteran.
2.9.1
2.8.1

Pengukuran Debit Air dengan Digital Water Current Meter atau


Pelampung
Pengukuran debit air dengan digital water current meter atau

pelampung disebut juga pengukuran dengan metoda kecepatan dan luas


penampang aliran, karena yang diukur dalam metoda ini adalah kecepatan
dan luaspenampang aliran air. Rumus debit air adalah :
Q= A . v

Dengan:
Q = debit air, dalam [m/s].

(2.2)

21
A

= luas penampang aliran air, [m].

= kecepatan aliran air, [m/s].

Data kecepatan aliran air dapat diperoleh dengan melakukan


pengukuran menggunakan meter atau pelampung. Pengukuran kecepatan
aliran air dengan metoda meter adalah dengan cara membaca langsung
pada ketika bagian propeller dari meter dimasukkan ke dalam air.
Sedangkan pada metoda pelampung, kecepatan aliran air diperoleh
dengan meletakkan pelampung pada aliran air dan mencatat waktu (t) serta
jarak (d) tempuh pelampung masing-masing dalam satuan detik dan meter.
Kecepatan aliran air dihitung dengan rumus:
d
v =c .( )
t

(2.3)

Dengan:
v

= jarak tempuh pelampung, [m].

= jarak tempuh pelampung, [m].

= waktu tempuh pelampung, [detik].

c = faktor koreksi, 0,75 atau 0,95 masing-masing untuk pelampung


ada permukaan air atau cukup dalam di bawah permukaan air.
2.9.2
Pengukuran Luas Penampang Sungai
Data luas penampang aliran air diperoleh dengan melakukan
pengukuran kedalaman sungai atau saluran air pada beberapa titik dengan

22
interval jarak sama sepanjang arah melintang sungai. Jumlah titik harus
ganjil.
Kemudian dapat digunakan rumus berikut ini untuk menghitung
luas penampang aliran air:
A= ( 4 d 1+2 d 2+ 4 d 3+ 4 dn ) (w /3)

(2.4)

Dengan:
A

= luas penampang aliran air, [m2].

dn = kedalaman sungai atau saluran air, [m]

w = lebar interval antar titik pengukuran kedalaman sungai atau


saluran, [m].
Alternatif menentukan luas penampang aliran air adalah dengan
cara mengukur lebar sungai atau saluran (W) dan kedalaman rata-rata
sungai atau saluran (drata-rata), sehingga diperoleh luas penampang
tersebut dengan rumus:
A=W . d rata rata

(2.5)

Dengan:
A= luas penampang aliran air, [m2]
W = lebar sungai atau saluran, [m].
d ratarata

= kedalaman rata-rata sungai atau saluran, [m].

Dibawah ini diberikan contoh formulir untuk pengukuran debit air


menggunakan pelampung.

23

Gambar 2.2 Formulir pengukuran debit air DAS

2.9.3
Pengukuran Debit Air dengan Metode Weir
Metoda ini memerlukan suatu konstruksi bendungan sementara
yang dipasang melintang di sungai atau saluran air. Bentuk-bentuk yang
akan digunakan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

24

Gambar 2.3 Kriteria disain Weir untuk pengukuran debit


Berdasarkan gambar di atas bentuk-bentuk dapat digolongkan
menjadi tiga bagian jenis weir: (persegi panjang), (segitiga), siku-siku
Cipoletti.

Pada berbentuk rectangular (persegi panjang) rumus yang


digunakan untuk menghitung debit air:
Q=1.8 . ( L0.2 h ) . h3/ 2

(2.5)

Pada berbentuk segitiga (triangular) siku-siku rumus yang


digunakanuntuk menghitung debit air :
Q=1.4 . h5 /2
(2.6)

Pada berbentuk Cipoletti rumus yang digunakan untuk menghitung


debit air :
Q=1.9 . h3 /2

(2.7)

Dimana :
Q = debit air yang melalui ,[m/detik]

L = panjang tempat pelimpahan air pada weir, [m]


h = tinggi air yang melimpah pada weir , [m]

Dengan diketahuinya besarnya debit air selama beberapa waktu


maka dapat ditentukan debit rancangan atau desain yang akan digunakan

25
untuk kebutuhan PLTMH. Daya yang terbangkit dapat di hitung dengan
rumus :
P=g . Q. h .

(2.8)

Dimana :
P = perkiraan daya yang dihasilkan, [kW]
g = gravitasi ,[m/detik]

Q = debit air, [m/detik]


h = tinggi jatuhan efektif, [m]

2.10

= efisiensi total pembangkit

Lokasi dan Pelaksanaan Pengukuran Debit


Pemilihan lokasi dan pelaksanaan pengukuran debit dilakukan
dengan memenuhi aspek atau ketentuan sebagai berikut :
1. Palung sungai atau saluran sedapat mungkin harus lurus dengan arah,
dan kecepatan aliran seragam atau sejajar.
2. Apabila rencana PLTMH berada di sungai, maka dipilih lokasi
pengukuran pada dasar sungai yang tidak berubah-ubah, bebas dari
batuan besar atau bangunan air yang menyebabkan aliran tidak
seragam atau sejajar. Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata
sehingga saat perhitungan menghasilkan nilai yang sebenarnya.
Memilih lokasi semacam itu sangat sulit namun harus diupayakan
lokasi terbaik dari keadaan yang ada.

26
3. Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur
kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran 0,2;
0,6; dan 0,8 dari permukaan air seperti ditunjukkan pada gambar 2.3

Gambar 2.4 Kedalaman pengukuran


4. Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai ke setiap garis pengukuran
vertikal. Kegiatan ini berulang untuk setiap perpindahan jalur vertikal,
kemudian hasil pengukuran dicatat pada formulir pencatatan hasil
pengukuran debit.

27

Gambar 2.5 Penampang pengukuran vertikal


2.11

Pengukuran Tinggi Jatuhan (Head)


Pengertian head adalah perbedaan ketinggian muka air antara
rencana lokasi bak forebay dan turbin airnya. Ada beberapa cara untuk
mengukurnya. Metode pengukuran dapat digambarkan sesuai skema
dibawah ini.

Gambar 2.6 Skema pengukuran head PLTMH


Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan peta topografi,
tetapi hasil yang diperoleh sangat kasar. Pengukuran head yang akurat
dilakukan di lapangan. Setelah didapatkan perkiraan Hgross ( kotor), maka
dilakukan penentuan Hnetto (bersih) yang berhubungan dengan

28
perencanaan bangunan sipil, dimana Hnetto diukur dari perbedaan tinggi
titik (saluran masuk air) dengan ujung (pipa pesat).
Metoda pengukuran tinggi jatuh air pada prinsipnya sama dengan
pengukuran ketinggian suatu tempat dari titik yang satu (atas) ke titik yang
lain (bawah). Pada potensi PLTMH ini, pengukuran dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik dan peralatan sebagai berikut :
1. Metoda Klinometer
Klinometer berfungsi untuk mengukur sudut elevasi suatu tempat.
Suatu titik pada permukaan tertentu diukur sudutnya dibandingkan
dengan titik lain yang akan dianggap datar. Lubang lihat yang terdapat
pada alat klinometer akan membandingkan tempat berdiri pengukur
dengan titik sasaran yang dituju menjadi sudut tertentu, kemudian H
(head) diukur dengan metoda sinus, berikut diberikan gambar dan
tabel pengukuran seperti di bawah ini.

Gambar 2.7 Pengukuran Head antara dua titik X dan Y dengan


metode Klinometer
2. Metoda Pressure Gauge (Alat Pengukur Tekanan)
Metoda ini amat mudah dilakukan dan keakuratannya dapat dijamin
bila angka gravitasi (g) di tempat tersebut dapat diketahui dengan
tepat. Sebagai pendekatan, dapat digunakan g = 9,8 [m/detik],

29
sehingga setelah ditemukan harga tekanan (P) di tempat tersebut,
didapat h dengan rumus :
h=P .10

(2.9)

Dengan:
h = beda tinggi, dalam m
P = tekanan hidrostatis yang terbaca pada pressure gauge, [kgf/cm.]

Metoda pengukuran tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut


dibawah ini :

Gambar 2.8 Metode pengukuran head dengan pressure gauge

3. Pengukuran dengan Theodolite


Theodolite adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu
sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut sudut

30
tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak
diantara dua buah titik lapangan.

Gambar 2.9 Pengukuran head dengan theodolite


4. Pengukuran head dengan Waterpas
Pengukuran dengan waterpas untuk mengukur head. Metode ini
disebut juga stepping dan paling akurat untuk tanah curam dan
bergelombang. Tidak ada perhitungan tambahan yang diperlukan untuk
mendapatkan perbedaan ketinggian. Titik di tanah di bawah ujung
bebas dari batang lurus, paling bagus diletakkan dengan bandul atau
menggunakan batang ukur sebagai tali bandul. Metode ini
direkomendasikan untuk pengukuran head yang rendah. Dibawah ini
diberikan skema pengukuran dengan alat waterpas.

31

Gambar 2.10 Pengukuran head sederhana dengan waterpas


2.12

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)


Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro adalah istilah yang
digunakan untuk pembangkitan energi listrik dengan mengandalkan tenaga
atau energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya
(resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian
tertentu dan instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun
ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Klasifikasi pembangkit listrik tenaga mikro hidro berdasarkan


Power Output yang dapat di hasilkan seperti terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi Pembangkit Listrik
Klasifikasi
Besar
Kecil

Power Output
> 100 [MW]
1 10 [MW]

32

2.13

Mikro

5 100 [KW]

Piko

< 5 [kW]

Turbin Air
2.11.1 Pengertian Turbin Air
Fungsi turbin yaitu untuk mengubah energi air potensial, tekanan
dan kinetik menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran
gagang dari roda ini dapat digunakan untuk memutar berbagai macam alat
mekanik seperti penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut, atau
untuk mengoperasikan generator listrik. Mesin-mesin atau alat-alat, yang
diberi tenaga oleh skema hidro, disebut dengan `Beban' (Load).
Turbin-turbin hidraulik, berhubungan erat dengan generator, fungsi
utamanya adalah mengubah energi air menjadi tenaga listrik. Air mengalir
melalui turbin, memberi tenaga pada penggerak (runner) dari turbin dan
membuatnya berputar. Corong dari penggerak berhubungan langsung
dengan generator, asalkan tenaga mekanik yang penting tersalur pada
generator.
2.12.1 Klasifikasi Turbin Air
Turbin air dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis berdasarkan dari kerja
turbin dalam hal mengubah tinggi jatuh yaitu :
1. Turbin Impuls
Energi tekanan seluruhnya diubah menjadi energi kinetik, air
menumbuk sudu pada tekanan atmosfer sehingga tidak adaperubahan

33
tekaanan antara inlet dan outlet. Turbin impuls adalah turbin air
yang cara kerjanya merubah seluruh energi air yang
terdiri dari energi potensial,tekanan dan kecepatan yang
tersedia menjadi energi kinetik untuk memutar turbin,
sehingga menghasilkan energi kinetik. Turbin impuls
adalah turbin tekanan sama karena aliran airyang keluar
dari nozle tekanannya adalah sama dengan tekanan
atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan
tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah
menjadi energi kecepatan. Contoh turbin impuls
adalah turbin Pelton.
2. Turbin reaksi
Turbin reaksi adalah turbin yang cara kerjanya merubah
seluruh energi air yang tersedia menjadi energi kinetik.
Turbin jenis ini adalah turbin yang paling
banyak digunakan. Sudu pada turbin reaksi mempunyai
profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini
memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian
turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang
bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai
turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup
dalam air dan berada dalam rumah turbin.

34
2.13

Kriteria Pemilihan Jenis Turbin


Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan
kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang
PLTMH yang sangat spesifik. Pada tahap awal, jenis turbin dapat
diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang
khususnya bisa mempengaruhi sistem operasi turbin, bisa dilihat sebagai
berikut :
1. Faktor tinggi jatuh aliran air efektif (Net Head) dan debit air yang akan
dimanfaatkan untuk operasi turbin harus yang melalui pemilihan jenis
turbin.
2. Faktor daya yang diinginkan berkaitan dengan debit dan head yang
tersedia.

Gambar 2.11 Pemilihan turbin berdasarkan head dan debit rencana [m3/detik]

35
Dari grafik diatas pemilihan jeni turbin dapat melalui data tinggi
jatuh (head) dan debit aliran air sungai, pada penelitian ini dengan debit
andalan di air Sungai Ciasihan. Debit air yang digunakan adalah debit
sungai Campar yang terletak di Bogor. Dalam proses perencanaan sebuah
PLTMH direncanakan untuk pembangkit listrik di kecamatan Pamijahan,
kabupaten Bogor yang mengambil sumber energi potensial sungai
Ciasihan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan potensi daya listrik
sebagai salah satu peluang yang baik dalam menjadikan desa yang mandiri
akan kebutuhan tenaga listrik.
Aplikasi penggunaan turbin berdasarkan tinggi head yang
didapatkan berdasarkan Tabel 2.2 dibawah ini.

2.14

Klasifikasi Turbin

Range Head [m]

Kaplan dan Propeller

2<H<40

Francis

10<H<350

Pelton

50<H<1300

Michel Banki atau Crossflow

3<H<250

Turgo

50<H<250

Tabel 2.2 Turbin berdasarkan head


Turbin Crossflow
Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin
Michell-Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin

36
Osberger yang merupakan perusahaan yang memproduksi turbin
crossflow. Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 0.3-10
[m3/detik].
Sistem turbin crossflow mmiliki beberapa keunggulan apabila
dibandingkan dengan turbin jenis lain pada umumnya yaitu pada
pembuatan dan pemasangan konstruksi sangat sederhana, dan biaya
pembuatan yang terjangkau
2.15

Desain Turbin Crossflow


2.15.1 Perhitungan Head net (Hn)
Persamaan head net dapat dihitung dengan (Mockmore, C. A. dkk.,
1949) :
H n=H gH tl

(2.10)

Dimana :
Hn

= head net, [m]

Hg

= head gross, merupakan jarak vertikal antara permukaan air dari

intake
menuju turbin, [m]
H tl

= head total losses, merupakan jumlah losses pada open channel,


trash back, intake, penstock, dan gate or value. Nilai diambil 6%
dari head gross, [m]

2.15.2 Perhitungan Debit ( Q )


Debit dapat diketahui dengan persamaan (Mockmore, C. A. dkk.,
1949) :

37
Q=v . A

(2.11)

Dimana :
Q = debit air, [m3/detik]
v

= kcepatan air, [m/detik]

= luas penampang, [m2]

2.15.3 Perhitungan Daya Turbin (

Pt

Daya turbin dapat diketahui dengan persamaan (Mockmore, C. A.


dkk., 1949) :
Pt =. g . H n . Q .

(2.12)

Dimana :
Pt

= daya, [kW]

g = percepatan gravitasi, [m/s2]

= massa jenis air, [kg/m3]

Hn

= perbedaan ketinggian, [m]

= efisiensi total yaitu efisiensi dari turbin, generator, gearbox dan

transformer
2.15.4 Perhitungan Efisiensi Turbin (

Efisiensi maksimum pada turbin dapat dihitung dengan persamaan


(Mockmore, C. A. dkk., 1949) :

38

2C u1 1+
t =

cos 2
u1
(cos 1 )
c os 1
V1

V1

(2.13)

Dimana :
C

= koefesien nozzle (0.98)

= koefisien kekasaran blade (0.98)

= sudut serang (diasumsikan 160)

= blade inlet angle, [0]

= blade exit angle, [0]

u1

= kecepatan tangensial keliling bagian luar runner.


Dari persamaan (2.4) di atas dapat dilihat bahwa semakin kecil

sudut serang

(angle of attack) maka semakin tinggi efisiensi turbin.

2.15.5 Perhitungan Kecepatan Putar Turbin ( N )


Hubungan kecepatan putar spesifik dan kecepatan putar turbin
pada turbin crossflow (Layman., 1998) dinyatakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut :
N s =513.25/H n0.505

(2.14)

N s =N Pt /H n5 / 4

(2.15)

Dari persamaan (2.14) dan (2.15) dapat dihitung kecepatan turbin


yaitu :

39
N=513.25 H n

0.745

/ Pt

(2.16)

Dimana :
N

= kecepatan putar turbin, [rpm]

Ns

= kecepatan spesifik, [rpm]

2.15.6 Perhitungan Diameter Luar Runner (

D0

Saat efisiensi maksimum, kecepatan tangensial pada runner didapat


dengan persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :
v t =0.5 C 2 g H n cos
(2.17)
vt =

w D0 2 n D0
=
2
120

(2.18)

Dari persamaan (2.17) dan (2.18) diatas dapat dihitung diameter


luar runner yaitu :
D0=40 H n / N
Dimana :
vt

= kecepatan tangensial, [m/s]

D0

= diameter luar runner, [m]

2.15.7 Perhitungan Jarak Blade (

te

(2.19)

40
Ketebalan dari jet entrance (

te

) dapat dihitung dengan

persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :


t e=k . D0

Dimana nilai

t e=t b . sin 1

(2.20)

sehingga persamaan mencari jarak

tangensial blade menjadi (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :

t b=

k . D0
sin 1

(2.21)

Sehingga jarak blade, jarak antara ujung dua bilah berdekatan pada
pinggiran luar dapat dirumuskan menjadi :
t b=0.174 D0

(2.22)

Dimana :
te

= ketebalan jet entrance, [m]

k = konstanta (0.087)
1
tb

= blade inlet angle (300)


= jarak tangensial blade, [m]

2.15.8 Perhitungan Lebar radial rim ( a )


Lebar rim yaitu perbedaan antara radius luar (

dalam (

ri

r0

) dan radius

) pada runner turbin, (Mockmore, C. A. dkk., 1949) yaitu :

41
a=0.17 D 0

(2.23)

2.15.9 Perhitungan Jumlah blade ( n )


Banyaknya jumlah blade dapat dihitung dengan persamaan
(Mockmore, C. A. dkk., 1949) :
n= D0 /t b

2.15.10

(2.24)

Perhitungan Ketebalan water jet (

tj

Dapat didefiniskan sebagai lebar nozel yang dihitung dengan


persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :
Q
Aj vj
Q
0.233 Q
t j= = =
=
L
L C 2 g Hn L L Hn

(2.25)

Dimana :
tj

= ketebalan water jet, [m]

Aj

= Area jet, [m2]

L = panjang runner, [m]

vj

= Kecepatan jet sebelum masuk, [m]

2.15.11 Perhitungan Panjang runner ( L )


Panjang runner dapat dihitung dengan persamaan (Mockmore, C.
dkk., 1949) :

42
L D0 =0.81Q / H n

(2.26)

Subsitusi persamaan (2.19) ke persamaan diatas (2.26) menjadi :


L=QN /50 H n

(2.27)

Subsitusi persamaan (2.27) ke persamaan diatas (2.25) menjadi :


t j=11.7 H n / N

(2.28)

Kemudian subsitusi persamaan (2.19) ke persamaan diatas (2.28)


menjadi :
t j=0.29 D0

2.15.12

(2.29)

Perhitungan Jarak antara water jet dan the center of


runner
shaft (

y1

Jarak antara water jet dan the center of runner shaft (

y1

) dapat

ditentukan dengan persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :


y 1=0.11 D0
Dimana :
y1

= jarak antara water jet dan shaft center, [m]

2.15.13

Perhitungan Jarak antara water jet and the inner


periphery of
y
runner ( 2 )

(2.30)

43
Jarak antara water jet and the inner periphery of runner (

y2

dapat ditentukan dengan persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :


y 2=0.05 D0

(2.31)

Dimana :
y2

= jarak antara water jet and the inner periphery of runner, [m]

2.15.14

Perhitungan diameter dalam runner (

Di

Dengan persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) diperoleh


persamaan dalam menentukan diameter dalam runner :
Di=D0 2a

(2.32)

Dimana :
Di

= diameter dalam runner, [m]

2.15.15

Perhitungan radius blade curvature (


Penentuan nilai radius blade curvature (

rc

rc

) dapat ditentukan

dengan persamaan (Mockmore, C. A. dkk., 1949) :


r c =0.163 D0
2.15.16

(2.33)

Desain Diameter Pipa Penstock


Untuk penentuan diameter pipa pesat pada turbin crossflow

ditentukan berdasarkan :
Q= A C 1

(2.34)

C1 =C v 2 gh

(2.35)

44
Dimana :
C1

= kecepatan absolut fluida pada sisi masuk atau kecepatan fluida


keluar dari nozel, [m/s]

Cv

= koefisien kecepatan nozel

= luas penampang pipa penstock, [m2]

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 sub bab yaitu
sistematika penelitian, rencana rangkaian kegiatan dan teknik
pengumpulan data dan pengolahan data.
3.1

Sistematika Penelitian

45
Penelitian studi kelayakan sungai Ciasihan untu mengeksplorasi
seberapa besar potensi PLTMH di Kabupaten Bogor berdasarkan
parameter kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi. Parameter kondisi
fisik berdasarkan dari nilai perhitungan debit air pada sungai Ciasihan.
Debit diperoleh dari model perhitungan debit andalan karena keterbatasan
data debit pada pengukuran di lapang.
3.2

Rencana Rangkaian Kegiatan


Penelitian ini berdasarkan keterjangkauan lokasi yang akan
dibangun sistem PLTMH dengan permukiman, rumah tangga desa yang
belum terjangkau listrik dan sebaran lokasi potensial PLTMH di kawasan
desa Ciasihan Kecamatan Pamijahan. Dalam penelitian ini, data yang
diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil
dokumentasi lapang menggunakan kamera dijital, sedangkan data
sekunder diperoleh dari beberapa sumber, baik instansi pemerintah dan
swasta, atau dari buku dan jurnal ilmiah.
Dibawah ini adalah alur kerja penelitian untuk studi kelayakan
PLTMH Sungai Ciasihan, Kecamatan Pamijahan Bogor.

Mulai

Studi Literatur

Survei Lokasi
PLTMH

46

Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Kala Ulang Metode Gumbel
Pengukuran Debit Sungai Ciasihan
Kedalaman Sungai, Lebar Sungai

Perancangan PLTMH

Ya

Revisi

Tidak
Hasil berupa kapasitas turbin air,
jumlah turbin,sudut serang dan
sudut buang

Selesai

Gambar 3.1 Alur Kerja Penelitian


3.3

Pengukuran dan Perhitungan Potensi Debit Aliran Sungai Ciasihan


Daerah penelitian untuk studi kelayakan perancangan PLTMH
berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Lokasi Astronomis
desa Ciasihan berada pada koordinat 106.6628221 BT/6.65407 LS. Debit
aliran sungai Ciasihan dapat diketahui data kecepatan aliran dengan luas
area aliran sungai. Pengukuran ketinggian kontur antara bagian hilir atau

47
tinggi jatuh air (head) dikerjakan dengan Theodolite merek TOPCON tipe
TL-20 DP.
Theodolite dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut
mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang
dinamakan dengan sudut vertikal. Hasil pengukuran pada gambar 3.2.

Gambar 3.1 Pengukuran ketinggian jatuh air sungai Ciasihan

48

Y (m)

X (m)
7,3

8,8

11,2

21,1

Gambar 3.2 Profil memanjang untuk head air sungai Ciasihan

26,7

49
Pengukuran debit sungai Ciasihan dilakukan dengan metode
pengukuran langsung (sesaat). Lebar sungai Ciasihan pada daerah
pengukuran adalah 2 m yang dibagi dalam 6 segmen dengan jarak antar
penampang 0.5 m.

Gambar 3.3 Penampang melintang sungai Ciasihan


Kemudian dilakukan pengerjaan pengukuran kecepatan arus sungai
Ciasihan menggunakan pelampung gabus dengan dibagi menjadi beberapa
segmen untuk memperoleh hasil yang akurat. Waktu tempuh gabus untuk
menuju patok titik diukur menggunakan stopwatch.

50
Berikut gambar untuk pengukuran kecepatan arus air sungai
Ciasihan, kecamatan Pamijahan, Bogor.

Gambar 3.4 Pengukuran kecepatan air sungai Ciasihan


Hasil pengukuran penampang melintang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pengukuran Luas Penampang Sungai Ciasihan

Titik

Kedalaman

[m]
1
0.35
2
0.33
3
0.32
4
0.29
Luas Penampang Total

Luas Penampang
[m2 ]
0.35
0.33
0.32
0.29
1.29

Untuk pengukuran kecepatan air sungai Ciasihan menggunakan


metode di sub bab (2.91). Hasil pengukuran kecepatan air diberikan di
tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Pengukuran Kecepatan air Sungai Ciasihan

51

Titik
0
1

Pengukuran

Waktu tempuh

Kecepatan

ke 0
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

[s]
0
1.92
1.87
1.66
1.56
1.88
1.53
1.59
1.52
1.67
1.64
1.55
1.48

[m/s]
0
0.52
0.53
0.60
0.64
0.53
0.65
0.63
0.66
0.60
0.61
0.65
0.68

Kecepatan
rata-rata
[m/s]
0
0.35

0.61

0.43

0.65

Metode perhitungan debit dapat dihasilkan dari tabel 3.1 dan 3.2
yaitu kecepatan aliran [m/s] dengan luas penampang melintang sungai [m].
Hasil debit terdapat pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Debit Air Sungai Ciasihan

52

Luas
Titik

0
1
2
3
4

Penampan
g

Kecepatan rata-rata

Debit Air Sungai

[m2 ]
0
0.35
0.33
0.32
0.29

[m/s]
0
0.35
0.61
0.43
0.65

[m3/s]
0
0.12
0.20
0.14
0.19
0.65

Debit Total

Dari tabel 3.3 diperoleh hasil pengukuran untuk debit air sungai
3
Ciasihan sebesar Q=0.65 [m / s] .

3.4

Perhiitungan Potensi Hidrolik Sungai Ciasihan

53
Parameter utama dalam menentukan potensi hidrolik (

Ph

adalah besar debit sungai ( Q ) dan beda tinggi ( h ). Maka besar


potensi hidrolik dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Ph=9.8 xQxh

(3.1)

Dimana :
Ph

= Potensi hidrolik, [kW]

Q = Debit air sungai, [m3/s]

h = beda tinggi, [m]


Dengan mengasumsikan bahwa energi yang ada pada air dapat
diubah menjadi tenaga dan memasukkan parameter debit 650 liter/detik
dan beda tinggi sebesar 24 meter ke dalam persamaan diatas maka
diperoleh Potensi hidrolik PLTMH Ciasihan sebesar :
Ph=9.8 xQxh
Ph=9.8 x 0.65 x 6.65
Ph=42
3.5

[kW]

Pemilihan Jenis Turbin


Berdasarkan tabel 2.2 terlihat untuk jenis turbin yang dipilih
berdasarkan Net Head 6.65 meter yaitu Turbin Crossflow untuk net head
pada range 3 s.d 250 meter.

3.6

Penentuan Debit Rencana

54
Dengan menggunakan grafik dibawah ini untuk pemilihan turbin
berdasarkan head dan debit air.

6.5[m]

0.65[m /s ]

Gambar 3.5 Pemilihan turbin berdasarkan debit dan tinggi jatuh

55
Jenis turbin yang terpilih turbin crossflow pada head 6.5 [m] dan
debit 0.65 [m3/s]. Pada kedua model pemilihan jenis turbin maka yang
terpilih adalah turbin air jenis crossflow. Turbin air jenis cross flow dipilih
karena cross flow merupakan jenis turbin yang paling cocok untuk
diterapkan pada turbin kapasitas rendah. Pada pembangkit listrik skala
mikro, turbincross flow sangat baik digunakan.
3.7

Perhitungan Turbin Crossflow


3.7.1

Perhitungan Head net (Hn)

Perhitungan head net dapat ditentukan dengan persamaan (2.10) :


H n=H gH tl
Dimana :
Hg

= 6,65 [m]

H tl =6 x H g=0.06 x 6.65[m]=0.4 [m]


H n=6.650.4 [m]=6.25[m]
3.7.2

Perhitungan Daya Turbin

Pt =turbin x transmisi x generator x P h


Pt =0.895 x 0.95 x 0.80 x 42[kW ]
28.568[kW ]

3.7.3

Perhitungan Efisiensi Turbin (

56

2C u1 1+
t =

Pada persamaan diatas dianggap

cos 2
u1
(cos 1 )
cos 1
V1

V1

1= 2

dan

tan 1=2 tan 1

persamaan diatas menjadi :


u
2C 2 u1 ( 1+ ) (cos 1 1 )
V1
t =
V1
Nilai efesiensi maksimum diperoleh dengan melakukan pendekatan
u1 /V 1

maka persamaan menjadi :

t =0.5 C2 (1+ )cos2 1


Dimana :
C

= 0.98

= 0.98

= berada pada rentang 140 sampai 300


Hasil input data sudut serang dan sudut buang untuk menentukan

efesiensi

ditampilkan dalam tabel dibawah ini.

Sudut Serang

1
14
15
16
17
18
19

Sudut Buang

Perhitungan Efesie

cos1

cos1

cos2

0.9702957
0.9659258
0.9612617
0.9563048
0.9510565
0.9455186

26.503414
28.186785
29.833873
31.444175
33.017398
34.553444

0.894908
0.881412
0.867471
0.853149
0.838505
0.823597

26.503
28.187
30.00
31.444
33.017
34.553

0.89491
0.88141
0.86603
0.85315
0.83851
0.82360

0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98

0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98

Ef

57
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

0.9396926
0.9335804
0.9271839
0.9205049
0.9135455
0.9063078
0.898794
0.8910065
0.8829476
0.8746197
0.8660254

36.052389
37.514461
38.940029
40.329580
41.683702
43.003072
44.288436
45.540602
46.760423
47.948786
49.106605

0.808479
0.793200
0.777804
0.762334
0.746827
0.731317
0.715834
0.700404
0.685050
0.669795
0.654654

36.052
37.514
38.94
40.33
41.684
43.003
44.288
45.541
46.76
47.949
49.107

0.80848
0.79320
0.77780
0.76233
0.74682
0.73132
0.71584
0.70040
0.68506
0.66979
0.65465

0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98

0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98

Tabel 3.4 Perhitungan efesiensi turbin dengan varian


sudut serang dan sudut buang

58
3.7.4 Perhitungan Kecepatan Turbin (N)
Berdasarkan persamaan (2.16) untuk menentukan kecepatan turbin
(N) yaitu :
N=513.25 H n
N=513.25 x ( ( 6.65 ) [ m ] )

0.745

0.745

/ Pt
0.5

/( ( 28.568 ) [ kW ] )

N=394 [rpm]
Menentuan kecepatan spesifik turbin dengan menggunakan
persamaan (2.15) yaitu :
N s =N Pt /H n5 / 4

0.5

5/ 4

N s =394 [ rpm ] x ( ( 28.568 ) [ kW ] ) /( ( 6.65 ) [ m ] )

N s =197[rpm]

3.7.5 Perhitungan Diameter Luar Runner (

D0

Berdasarkan persamaan (2.19) untuk menentukan kecepatan turbin


(N) yaitu :
D0=40 H n / N
0.5

D0=40 ( ( 6.65 ) [ m ] ) /394 [rpm]


D0=0.26 [ m]

3.7.6 Perhitungan Jarak Blade (

te

59
Perhitungan menentukan

te

dapat dicari dengan persamaan

(2.22) yaitu
t b=0.174 D0

t b=0.174 x 0,26[m]
t b=0.05[m]
3.7.7 Perhitungan Lebar Radial Rim ( a )
Lebar radial rim adalah perbedaan antara jari-jari luar dan
jari-jari dalam. Zona ini dimulai dari radius luar dan berakhir di bagian
yang dalam. Persamaan untuk mencari lebar radial rim menggunakan
persamaan (2.23) yaitu :
a=0.17 D0

a=0.17 x 0,26 [m]

a=0.05[m]

3.7.8 Perhitungan Jumlah Blade ( n )


Perhitungan jumlah blade menggunakan persamaan (2.24) yaitu :

n= D0 /t b

n=3.14 x 0.26 [m]/0.05 [m]

n=16 buah

3.7.9 Perhitungan Ketebalan Water Jet (

tj

60
Perhitungan ketebalan water jet menggunakan persamaan (2.29)
diatas yaitu :
t j=0.29 D0
t j=0.29 x 0.26 [ m ]

t j=0.0754 [ m ]
3.7.9 Perhitungan Panjang Runner ( L )
Perhitungan untuk menentukan panjang runner dapat menggunakan
persamaan (2.27) yaitu :
L=QN /50 H n

L=0.65 x 394 [rpm]/50 x 6.65[m]

L=0.8 [m]

Anda mungkin juga menyukai