BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
2
peningkatan sarana pendidikan,kesehatan dan keamanan lingkungan serta
dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja baru.
Kurangnya sarana pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan,
serta pembangkit listrik yang masih menggunakan energi fosil membuat
para peneliti mencari sumber energi listrik baru yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dan ramah lingkungan. Tabel 1.1 memberikan data
aktual kondisi konsumsi energi tidak terbarukan di Indonesia.
Tabel 1.1 Potensi Energi Tidak Terbarukan
No
1
2
3
4
5
Jenis Energi
Minyak
Bumi
(miliar barel)
Gas Bumi
(TSCF)
Batubara
(miliar ton)
CBM
(TSCF)
Shale Gas
(TSCF)
Sumber
Daya
151
Cadangan
Potensial
Cadanga
n
Terbukti
Produks
i
7.4
3.6
0.288
Rasio
(Tahun)
26
13
50
34
487
149.3
100.3
2.97
120.5
31.35
0.435
72
453
574
3
sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batu bara. Disamping itu
pemerintah terus memberikan subsidi terhadap energi fosil yang
cenderung terus naik setiap tahunnya.
Berdasarkan banyak penelitian ditunjukkan bahwa sebagian besar
manfaat subsidi justru dinikmati oleh golongan berpendapatan tinggi atau
mampu. Karena subsidi bahan bakar dijalankan berdasarkan hitungan
liter, dan tidak didasarkan pada perbedaan penghasilan, maka kalangan
yang paling banyak menggunakan bahan bakarlah yang paling
mendapatkan manfaat paling banyak dari subsidi.
Agar penyediaan listrik di daerah terpencil dapat tetap dilakukan,
energi terbarukan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit
listrik. Pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik di
Indonesia meliputi energi hidro, energi panas bumi, energi biomassa,
energi surya, energi angin dan hybrid, energi samudera, dan energi
uranium.
4
Data biaya besar subsidi yang diberikan pemerintah untuk berbagai
Jenis Subsidi
Tahun
2010
58,11
82,35
Tahun
2011
93,18
165,16
Tahun
2012
103,33
211,90
Subsidi Listrik
Subsidi Bahan
Bakar Minyak, LPG
dan Bahan Bakar
Nabati
140,46
258,34 315,23
Total
jenis subsidi energi tercantum dalam data tabel 1.2.
Tahun
2013
101,21
210,00
Tahun
2014
85,75
229,00
311,21
314,75
5
(bahan bakar minyak) baik di sektor transportasi maupun sektor industri.
Dalam tabel diatas terlihat prospek berbagai jenis energi terbarukan
sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil seperti solar untuk
pengembangan perkebunan energi berbasis kelapa sawit, prospek CNG
sebagai bahan bakar pengganti bensin dan prospek pengembangan
bioetanol misalnya. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan permintaan
dan penawaran, akibatnya harga minyak dunia berfluktuasi. Dunia pun
mencari alternatif baru untuk mengatasi ketergantungan pada BBM fosil
tersebut.
Pada saat ini Indonesia juga mengalami keadaan tersebut. Dalam
skala besar Indonesia masih mengandalkan BBM untuk memasok
kebutuhan dalam negeri sayangnya sebagian BBM masih harus diimpor.
Padahal Indonesia mempunyai potensi yang besar dengan energi yang
terbarukan seperti panas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin dan
hybrid, dan biomassa.
Penggunaan dan eksploitasi energi terbarukan tersebut yang berasal
dari tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin masih terbatas. Seperti
tenaga air yang bisa kita ketahui Indonesia mempunyai potensi yang cukup
besar dan masih dimanfaatkan hanya 10,81% dari potensi sebesar 75,000
MW (KESDM, 2015).
Penggunaan energi yang terbarukan lainnya belum besar kecuali
tenaga air, karena biaya produksinya masih belum berkompetitif
dibandingkan dengan energi konvensional lainnya. Pada umumnya harga
listrik yang dihasilkan atau dibangkitkan oleh PLTS, PLTB, dan
6
Geothermal, energi terbarukan lainnya masih mempunyai harga yang
lebih tinggi daripada listrik yang dibangkitkan dengan BBM (bersubsidi)
kecuali pembangkit listrik tipe PLTA.
Pada table 1.3 dibawah ini diberikan data potensi energi terbarukan
yang masih dapat dikembangkan di Indonesia.
Tabel 1.3 Potensi energi terbarukan di Indonesia
No Energi Terbarukan
1
2
3
Hidro
Panas Bumi
Biomassa
4
5
Surya
Angin dan Hybrid
Samudera
Uranium
*
**
***
****
Daya Keluaran
Kapasitas
75.000 MW
28.910 MW
32.000 MW
8.111 MW
1.403,5 MW
1.740,4 MW
4,80 kWh/m2/day
3 -6 m/s
71,02 MW
3,07 MW
49 GW***
0,01 MW4****
3.000 MW*
30 MW**
Pemanfaatan
10,81%
4,9 %
7
menyumbang 25% dari seluruh emisi CO2, di mana 42,1% berasal dari
pembangkit listrik; 21,6% industri manufaktur dan konstruksi; 29,5%
berasal dari transportasi dan 6,8% perumahan, komersial, layanan publik,
pertanian dan kehutanan. Target pengurangan emisi CO2 secara sukarela
26% dan 41% dengan bantuan internasional tahun 2020.
Berdasarkan data ESDM, total konsumsi listrik domestik mencapai
188 TWh pada tahun 2013 atau meningkat sekitar 40% dari tahun 2009.
Konsumsi listrik diperkirakan akan terus meningkat hingga 287 TWh pada
tahun 2018 dan 386 TWh pada tahun 2022, dengan rata-rata pertumbuhan
per tahun 8,3%. Sektor rumah tangga merupakan konsumen listrik terbesar
dengan pembagian 41% dari total konsumsi, diikuti industri (34%),
komersial (19%) dan pelayanan publik (6%). Jawa-Bali mengkonsumsi
listrik 144 TWh (77% konsumsi) pada tahun 2013. Share penggunaan
bahan bakar untuk pembangkit listrik yaitu: batu bara (52%), gas bumi
(24%), BBM (13%), hydro(8%) dan panas bumi (4%) (Statistik EBTKE,
2014).
Berdasarkan pertimbangan diatas, pembangkit tenaga air sangat
cocok dilakukan pengembangan, pembangunan ini memerlukan banyak
pertimbangan sehingga perlu diselidiki kemungkinan lokasi yang paling
layak secara teknis maupun ekonomi.
Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit
listrik skala kecil yang menggunakan energi air sebagai penggeraknya,
misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun dengan cara memanfaatkan
tinggi terjunnya (head) dan jumlah debit airnya. Kondisi air yang bisa
8
dimanfaatkan sebagai sebagai sumber daya penghasil listrik memiliki
kapasitas aliran maupun ketinggian tertentu. Semakin besar kapasitas
aliran maupun ketinggiannya maka semakin besar energi yang bisa
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik (Penche & Minas, 1998).
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi
pembangkit listrik yang menggunakan air dengan kapasitas daya yang
dihasilkan berkisar mulai beberapa ratus watt sampai 100 kW. Sedangkan
bila daya yang dihasilkan berkisar antara 100 kW sampai 1 MW instalasi
tersebut dapat digolongkan sebagai minihidro. Parameter penting dalam
pengembangan suatu Pembangkit Listrik Tenaga Mikro/Minihidro
(PLTMH) adalah kapasitas aliran air (debit) dan tinggi jatuh (head) dari
sungai yang akan dikembangkan menjadi PLTMH.
Tahap awal pengembangan pembangkit listrik mikro/minihidro
tersebut dimulai dengan mengadakan survei lapangan untuk mengetahui
potensi sungai yang akan dikembangkan menjadi PLTMH.
Desa Ciasihan merupakan bagian dari Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data BPS (2015), Desa
Ciasihan berdiri diatas lahan seluas 459.042 ha/m,2 terbagi atas 55
ha/m2 luas permukiman, sementara luas persawahan mencapai 342 ha/m2,
sisanya adalah perkebunan, pemakaman, dan sebagainya.
Sebelah timur Desa Ciasihan berbatasan dengan Desa Gunung
Sari, Sebelah Barat dengan Desa Ciasmara, Sebelah utara dengan Desa
Cibitung Kulon, sementara sebelah selatan merupakan batas Kecamatan
9
Pamijahan. Desa Ciasihan terdiri atas 9 RW dan 51 RT. Kabupaten Bogori
sendiri termasuk wilayah yang berpotensi untuk pembangunan PLTMH.
Kabupaten Bogor memiliki curah hujan yang besar dengan ratarata curah hujan 2500-6000 mm/tahun dan sungai-sungai yang mengalir
sepanjang tahun (BMKG, 2016). Sebagian wilayah Kabupaten Bogor
memiliki bentuk medan dan lereng yang cukup besar untuk menghasilkan
energi yang aliran sungai yang akan diubah menjadi pasokan daya listrik
pada proses PLTMH. Kondisi topografinya memiliki bentuk medan datar
(lereng 0-2%) sekitar 12,4 %, berombak sampai bergelombang (lereng 215%) sekitar 54,5%, bergelombang sampai berbukit (lereng 15 - 40%)
sekitar 29,9%, dan berbukit sampai bergunung (lereng > 40 %) sekitar 3,2
% dari luas wilayah Kabupaten Bogor (BPS, 2015).
Untuk dapat melakukan survei tersebut perlu dilakukan beberapa
persiapan yang matang sehingga survei dapat dilaksanakan dengan baik
dengan hasil sesuai yang diharapkan.
1.2
Identifikasi Masalah
Perkembangan listrik didaerah pedesaan atau tempat terpencil yang
belum dapat diakses penuh oleh jaringan listrik interkoneksi PLN masih
tergantung pada pemakaian mesin diesel. Minat terhadap mesin diesel
telah mengalami penurunan akhir-akhir ini, karena biaya operasional
terutama harga bahan bakar yang terus meningkat dan kekurangan
kekurangan lainnya yang tidak dapat diabaikan, misalnya, pemadaman
berkala, biaya kebutuhan pemeliharaan dan kesulitan yang dialami oleh
para staf dalam melakukan pengiriman bahan bakar yang disebabkan oleh
10
keadaan jalan desa yang belum memadai dan jarak yang cukup jauh dari
agen penyuplai.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hikdro (PLTMH) merupakan
salah satu bentuk energi alternatif yang sangat mungkin untuk
dikembangkan di negara - negara dengan sumber air yang tersebar luas,
misalnya Indonesia. Di daerah pedesaan umumnya terdapat saluran irigasi
yang utama berfungsi untuk mengairi sawah dan juga berpotensi untuk
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik.
1.3
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi diatas, maka muncul pertanyaan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi fisik lokasi potensial untuk PLTMH di Sungai
Ciasihan?
2. Bagaimana daya potensial listrik yang dihasilkan oleh PLTMH di
Kabupaten Bogor?
Pada sistem pembangkit listrik tenaga air skala mikrohidro di
Indonesia banyak pilihan dan untuk aplikasi pada sungai Ciasihan adalah
sistem turbin crossflow. Perencanaan sistem turbin ini sangatlah penting
untuk dilakukan sebelum nantinya dapat diimplementasikan pada sungai
Ciasihan.
1.4
Batasan Masalah
Studi potensi dan pemanfaatan air sungai Ciasihan Kabupaten
Bogor ini terdapat batasan-batasan masalah yaitu :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro didefinisikan sebagai instalasi
yang mampu menghasilkan daya listrik skala kecil, menggunakan
11
tenaga aliran sungai. Model PLTMH yang biasa digunakan adalah
model run off river, dimana parameter yang paling utama adalah debit
aliran dan nilai lereng aliran sungai.
2. Lokasi potensial untuk pembangunan PLTMH adalah lokasi yang
memiliki kondisi fisik dan sosial ekonomi yang mendukung untuk
pembangunan PLTMH dengan berdasarkan kajian-kajian.
3. Variabel kondisi fisik dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh
dari proses perhitungan, dengan faktor utama debit aliran sungai dan
lereng aliran.
4. Variabel kondisi sosial ekonomi yaitu jarak lokasi potensial dengan
permukiman, desa kurang listrik dan sebaran lokasi di kawasan
lindung/non lindung.
1.5
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diharapkan memberikan informasi
sebaran lokasi potensial untuk PLTMH Ciasihan. Disamping itu studi
kelayakan PLTMH ini mempunyai tujuan yaitu menghasilkan suatu kajian
potensi energi listrik yang terkandung pada aliran sungai Ciasihan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan kajian-kajian studi kelayakan
PLTMH Ciasihan diharapkan pemanfaatan sungai akan lebih optimal
apabila ketersediaan air dimanfaatkan dalam hal selain air baku.
BAB II
12
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Elektrifikasi Desa
Elektrifikasi suatu desa merupakan sebuah proses penyediaan
layanan listrik untuk daerah pedesaan. Pada umumnya daerah dengan
tingkat populasi masyarakat yang sedikit dimana mata pencaharian mereka
dominannya adalah pertanian, peternakan, dan perkebunan. Elektrifikasi
ini akan sangat mensejahterakan masyarakat pedalaman, dimana akan
meningkatkan kualitas hidup mereka dan juga akan meningkatkan
tingkat keamanan, produktifitas, informasi, kesehatan, hiburan, dan
pendidikan. seperti yang telah kita ketahui bahwa di negara Indonesia ini,
masih banyak daerah-daerah terpencil yang belum pernah menikmati
penerangan, ini karena kemampuan pembangkit-pembangkit listrik
yang masih terbatas dan jauhnya jarak antara populasi dengan pembangkit
listrik sehingga listrik tidak bisa sampai ke pedalaman/pedesaan.
2.2
13
Dengan demikian mesin penggerak generator sesungguhnya
melakukan konversi energi primer menjadi energi mekanik penggerak
generator.
2.3
2.4
14
Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggian dan lerengnya
maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Tidak semua aliran sungai dapat digunakan sebagai PLTMH
dengan model Run Off River. Model Run Off River mensyaratkan sungai
yang mempunyai debit konsisten atau relatif konstan dalam periode waktu
tertentu. Keberlangsungan aliran sungai menjadi hal yang paling utama
untuk menghasilkan listrik yang konstan sepanjang tahun dalam model
Run Off River. Faktor debit yang relatif konstan dan lereng yang cukup
menjadi modal utama untuk menghasilkan energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini bekerja dengan cara
memanfaatkan semaksimal mungkin energi potensial air. Energi ini secara
perlahan diubah menjadi energi kinetik saat melalui nozzle yang
ditembakkan untuk memutar sudu-sudu turbin. Energi mekanis dari
putaran turbin akhirnya diubah menjadi energi listrik melalui putaran
generator, karena besar tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air
bergantung pada tinggi jatuh/lereng dan debit air, maka total energi yang
tersedia dari suatu reservoir air merupakan energi potensial air.
PLTMH dengan model Run Off River mempunyai kelebihan dalam
hal biaya operasi yang rendah jika dibandingkan dengan Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), karena PLTMH ini memanfaatkan energi
sumber daya alam yang dapat diperbarui, yaitu sumber daya air.
Dengan ukurannya yang kecil penerapan mikro hidro relatif mudah
dan tidak merusak lingkungan. Rentang penggunaannya cukup luas,
15
terutama untuk menggerakkan peralatan atau mesin-mesin yang tidak
memerlukan persyaratan stabilitas tegangan yang akurat.
Analisa hidrologi hidrologi sangat diperlukan dalam merencanakan
PLTMH model Run Off River,yaitu untuk menentukan debit andalan dan
debit pembangkit yang diperlukan untuk menentukan kapasitas dan energi
yang dihasilkan oleh PLTMH tersebut.
2.5
16
1. Jika pelanggan yang menggunakan listrik berlebih, maka kualitas
listrik menurun dan membahayakan peralatan.
2. Hanya wilayah tertentu saja yang memiliki aliran sungai, lereng dan
beda tinggi yang cukup, yang dapat dibangun PLMTH.
3. Jarak antar lokasi PLMTH dan pembangkit listrik yang efisien kurang
dari 2 km.
2.6
17
akan mengalami infiltrasi dan sebagian membentuk simpanan air
permukaan.
Apabila lapisan tanah telah jenuh, air hujan yang semuanya
tertahan di permukaan menjadi limpasan air permukaan. Berdasarkan
uraian proses perjalanan air hujan tersebut dapat diketahui bahwa jenis dan
kerapatan penutup lahan berfungsi sebagai penghambat, air hujan yang
akan membentuk aliran permukaan. Sifat dan jenis tanah, batuan dan luas
penyebarannya akan mempengaruhi air hujan yang akan mengalami
infiltrasi. Kondisi lereng, jenis dan kerapatan penutup lahan, alur-alur
sungai, danau atau telaga mempengaruhi air hujan yang akan membentuk
aliran permukaan.
Aliran permukaan yang berlebihan menunjukan bahwa komponenkomponen fisik permukaan tersebut sudah tidak mampu lagi menghambat
atau mengurangi air hujan yang membentuk aliran permukaan yang terjadi.
2.7
18
P=gQH
2.8
(2.1)
Debit Andalan
19
Perencanaan hidrologi selalu berkaitan dengan karakteristik suatu
daerah aliran sungai. Hujan dan karakteristik daerah aliran sungai tersebut
sangat mempengaruhi kondisi debit aliran sungai. Kenyataannya untuk
mendapatkan data debit aliran sungai pada banyak daerah aliran sungai
datanya sering tidak lengkap, sehingga para perencanaan PLTMH sering
kesulitan untuk mendapatkan data debit aliran sungai secara lengkap yang
berupa data seri dalam waktu yang panjang. Ketersediaan data debit aliran
sungai jangka waktu panjang di lokasi bangunan pengambilan sangat
diperlukan untuk keperluan perencanaan PLTMH.
Dikarenakan fungsi bangunan air tersebut sangat bergantung
dengan kebutuhan air sepanjang musim. Sehingga untuk mendapatkan
kesinambungan persediaan air sesuai perencanaan diperlukan perhitungan
debit andalan.
Debit andalan adalah debit yang diharapkan selalu tersedia
sepanjang tahun dengan resiko kegagalan yang diperhitungkan sekecil
mungkin. Data debit andalan pada umumnya diperlukan untuk
perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga air, yaitu untuk
menentukan perhitungan persediaan air pada bangunan pengambilan.
Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit hujan sungai.
Dalam perencanaan PLTMH ini, dikarenakan minimalnya data maka
metode perhitungan debit andalan menggunakan metode simulasi
ketersediaan air, dengan metode pengukuran debit langsung. Dalam
penentuan debit rancangan, jika memungkinkan, dipersiapkan Flow
Duration Curve Methode (FDC) yang menggunakan data debit aliran air
20
selama setahun. Metoda standar yang berlaku dipergunakan dalam
menentukan FDC ini.
Jika FDC diproduksi pada tahun basah maka harus diketahui nilai
koreksi untuk tahun keringnya. Secara umum pengambilan sampel debit
pada musim paling kering diperkenankan untuk penentuan debit
rancangan. Paling tidak dilakukan dua set pengukuran pada musim paling
kering di lokasi tersebut (IMIDAP, 2008).
Metode pengukuran debit secara langsung yang boleh digunakan
adalah metode garam, current meter, floating, rectangular weir dan lain
sebagainya. Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yang paling umum dan mudah dilakukan yaitu: pengukuran debit dengan
metode pengukuran kecepatan dan luas penampang aliran air atau dengan
metoda weir. Untuk metode pertama, alat utama yang digunakan yaitu
current meter dan meteran atau pelampung, stopwatch dan meteran.
2.9.1
2.8.1
Dengan:
Q = debit air, dalam [m/s].
(2.2)
21
A
(2.3)
Dengan:
v
22
interval jarak sama sepanjang arah melintang sungai. Jumlah titik harus
ganjil.
Kemudian dapat digunakan rumus berikut ini untuk menghitung
luas penampang aliran air:
A= ( 4 d 1+2 d 2+ 4 d 3+ 4 dn ) (w /3)
(2.4)
Dengan:
A
(2.5)
Dengan:
A= luas penampang aliran air, [m2]
W = lebar sungai atau saluran, [m].
d ratarata
23
2.9.3
Pengukuran Debit Air dengan Metode Weir
Metoda ini memerlukan suatu konstruksi bendungan sementara
yang dipasang melintang di sungai atau saluran air. Bentuk-bentuk yang
akan digunakan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
24
(2.5)
(2.7)
Dimana :
Q = debit air yang melalui ,[m/detik]
25
untuk kebutuhan PLTMH. Daya yang terbangkit dapat di hitung dengan
rumus :
P=g . Q. h .
(2.8)
Dimana :
P = perkiraan daya yang dihasilkan, [kW]
g = gravitasi ,[m/detik]
2.10
26
3. Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur
kecepatannya kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran 0,2;
0,6; dan 0,8 dari permukaan air seperti ditunjukkan pada gambar 2.3
27
28
perencanaan bangunan sipil, dimana Hnetto diukur dari perbedaan tinggi
titik (saluran masuk air) dengan ujung (pipa pesat).
Metoda pengukuran tinggi jatuh air pada prinsipnya sama dengan
pengukuran ketinggian suatu tempat dari titik yang satu (atas) ke titik yang
lain (bawah). Pada potensi PLTMH ini, pengukuran dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik dan peralatan sebagai berikut :
1. Metoda Klinometer
Klinometer berfungsi untuk mengukur sudut elevasi suatu tempat.
Suatu titik pada permukaan tertentu diukur sudutnya dibandingkan
dengan titik lain yang akan dianggap datar. Lubang lihat yang terdapat
pada alat klinometer akan membandingkan tempat berdiri pengukur
dengan titik sasaran yang dituju menjadi sudut tertentu, kemudian H
(head) diukur dengan metoda sinus, berikut diberikan gambar dan
tabel pengukuran seperti di bawah ini.
29
sehingga setelah ditemukan harga tekanan (P) di tempat tersebut,
didapat h dengan rumus :
h=P .10
(2.9)
Dengan:
h = beda tinggi, dalam m
P = tekanan hidrostatis yang terbaca pada pressure gauge, [kgf/cm.]
30
tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak
diantara dua buah titik lapangan.
31
Power Output
> 100 [MW]
1 10 [MW]
32
2.13
Mikro
5 100 [KW]
Piko
< 5 [kW]
Turbin Air
2.11.1 Pengertian Turbin Air
Fungsi turbin yaitu untuk mengubah energi air potensial, tekanan
dan kinetik menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran
gagang dari roda ini dapat digunakan untuk memutar berbagai macam alat
mekanik seperti penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut, atau
untuk mengoperasikan generator listrik. Mesin-mesin atau alat-alat, yang
diberi tenaga oleh skema hidro, disebut dengan `Beban' (Load).
Turbin-turbin hidraulik, berhubungan erat dengan generator, fungsi
utamanya adalah mengubah energi air menjadi tenaga listrik. Air mengalir
melalui turbin, memberi tenaga pada penggerak (runner) dari turbin dan
membuatnya berputar. Corong dari penggerak berhubungan langsung
dengan generator, asalkan tenaga mekanik yang penting tersalur pada
generator.
2.12.1 Klasifikasi Turbin Air
Turbin air dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis berdasarkan dari kerja
turbin dalam hal mengubah tinggi jatuh yaitu :
1. Turbin Impuls
Energi tekanan seluruhnya diubah menjadi energi kinetik, air
menumbuk sudu pada tekanan atmosfer sehingga tidak adaperubahan
33
tekaanan antara inlet dan outlet. Turbin impuls adalah turbin air
yang cara kerjanya merubah seluruh energi air yang
terdiri dari energi potensial,tekanan dan kecepatan yang
tersedia menjadi energi kinetik untuk memutar turbin,
sehingga menghasilkan energi kinetik. Turbin impuls
adalah turbin tekanan sama karena aliran airyang keluar
dari nozle tekanannya adalah sama dengan tekanan
atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan
tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah
menjadi energi kecepatan. Contoh turbin impuls
adalah turbin Pelton.
2. Turbin reaksi
Turbin reaksi adalah turbin yang cara kerjanya merubah
seluruh energi air yang tersedia menjadi energi kinetik.
Turbin jenis ini adalah turbin yang paling
banyak digunakan. Sudu pada turbin reaksi mempunyai
profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan
tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini
memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian
turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang
bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai
turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup
dalam air dan berada dalam rumah turbin.
34
2.13
Gambar 2.11 Pemilihan turbin berdasarkan head dan debit rencana [m3/detik]
35
Dari grafik diatas pemilihan jeni turbin dapat melalui data tinggi
jatuh (head) dan debit aliran air sungai, pada penelitian ini dengan debit
andalan di air Sungai Ciasihan. Debit air yang digunakan adalah debit
sungai Campar yang terletak di Bogor. Dalam proses perencanaan sebuah
PLTMH direncanakan untuk pembangkit listrik di kecamatan Pamijahan,
kabupaten Bogor yang mengambil sumber energi potensial sungai
Ciasihan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan potensi daya listrik
sebagai salah satu peluang yang baik dalam menjadikan desa yang mandiri
akan kebutuhan tenaga listrik.
Aplikasi penggunaan turbin berdasarkan tinggi head yang
didapatkan berdasarkan Tabel 2.2 dibawah ini.
2.14
Klasifikasi Turbin
2<H<40
Francis
10<H<350
Pelton
50<H<1300
3<H<250
Turgo
50<H<250
36
Osberger yang merupakan perusahaan yang memproduksi turbin
crossflow. Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 0.3-10
[m3/detik].
Sistem turbin crossflow mmiliki beberapa keunggulan apabila
dibandingkan dengan turbin jenis lain pada umumnya yaitu pada
pembuatan dan pemasangan konstruksi sangat sederhana, dan biaya
pembuatan yang terjangkau
2.15
(2.10)
Dimana :
Hn
Hg
intake
menuju turbin, [m]
H tl
37
Q=v . A
(2.11)
Dimana :
Q = debit air, [m3/detik]
v
Pt
(2.12)
Dimana :
Pt
= daya, [kW]
Hn
transformer
2.15.4 Perhitungan Efisiensi Turbin (
38
2C u1 1+
t =
cos 2
u1
(cos 1 )
c os 1
V1
V1
(2.13)
Dimana :
C
u1
sudut serang
(2.14)
N s =N Pt /H n5 / 4
(2.15)
39
N=513.25 H n
0.745
/ Pt
(2.16)
Dimana :
N
Ns
D0
w D0 2 n D0
=
2
120
(2.18)
D0
te
(2.19)
40
Ketebalan dari jet entrance (
te
Dimana nilai
t e=t b . sin 1
(2.20)
t b=
k . D0
sin 1
(2.21)
Sehingga jarak blade, jarak antara ujung dua bilah berdekatan pada
pinggiran luar dapat dirumuskan menjadi :
t b=0.174 D0
(2.22)
Dimana :
te
k = konstanta (0.087)
1
tb
dalam (
ri
r0
) dan radius
41
a=0.17 D 0
(2.23)
2.15.10
(2.24)
tj
(2.25)
Dimana :
tj
Aj
vj
42
L D0 =0.81Q / H n
(2.26)
(2.27)
(2.28)
2.15.12
(2.29)
y1
y1
) dapat
2.15.13
(2.30)
43
Jarak antara water jet and the inner periphery of runner (
y2
(2.31)
Dimana :
y2
= jarak antara water jet and the inner periphery of runner, [m]
2.15.14
Di
(2.32)
Dimana :
Di
2.15.15
rc
rc
) dapat ditentukan
(2.33)
ditentukan berdasarkan :
Q= A C 1
(2.34)
C1 =C v 2 gh
(2.35)
44
Dimana :
C1
Cv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini dapat dibagi menjadi 3 sub bab yaitu
sistematika penelitian, rencana rangkaian kegiatan dan teknik
pengumpulan data dan pengolahan data.
3.1
Sistematika Penelitian
45
Penelitian studi kelayakan sungai Ciasihan untu mengeksplorasi
seberapa besar potensi PLTMH di Kabupaten Bogor berdasarkan
parameter kondisi fisik dan kondisi sosial ekonomi. Parameter kondisi
fisik berdasarkan dari nilai perhitungan debit air pada sungai Ciasihan.
Debit diperoleh dari model perhitungan debit andalan karena keterbatasan
data debit pada pengukuran di lapang.
3.2
Mulai
Studi Literatur
Survei Lokasi
PLTMH
46
Perancangan PLTMH
Ya
Revisi
Tidak
Hasil berupa kapasitas turbin air,
jumlah turbin,sudut serang dan
sudut buang
Selesai
47
tinggi jatuh air (head) dikerjakan dengan Theodolite merek TOPCON tipe
TL-20 DP.
Theodolite dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut
mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang
dinamakan dengan sudut vertikal. Hasil pengukuran pada gambar 3.2.
48
Y (m)
X (m)
7,3
8,8
11,2
21,1
26,7
49
Pengukuran debit sungai Ciasihan dilakukan dengan metode
pengukuran langsung (sesaat). Lebar sungai Ciasihan pada daerah
pengukuran adalah 2 m yang dibagi dalam 6 segmen dengan jarak antar
penampang 0.5 m.
50
Berikut gambar untuk pengukuran kecepatan arus air sungai
Ciasihan, kecamatan Pamijahan, Bogor.
Titik
Kedalaman
[m]
1
0.35
2
0.33
3
0.32
4
0.29
Luas Penampang Total
Luas Penampang
[m2 ]
0.35
0.33
0.32
0.29
1.29
51
Titik
0
1
Pengukuran
Waktu tempuh
Kecepatan
ke 0
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
[s]
0
1.92
1.87
1.66
1.56
1.88
1.53
1.59
1.52
1.67
1.64
1.55
1.48
[m/s]
0
0.52
0.53
0.60
0.64
0.53
0.65
0.63
0.66
0.60
0.61
0.65
0.68
Kecepatan
rata-rata
[m/s]
0
0.35
0.61
0.43
0.65
Metode perhitungan debit dapat dihasilkan dari tabel 3.1 dan 3.2
yaitu kecepatan aliran [m/s] dengan luas penampang melintang sungai [m].
Hasil debit terdapat pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Debit Air Sungai Ciasihan
52
Luas
Titik
0
1
2
3
4
Penampan
g
Kecepatan rata-rata
[m2 ]
0
0.35
0.33
0.32
0.29
[m/s]
0
0.35
0.61
0.43
0.65
[m3/s]
0
0.12
0.20
0.14
0.19
0.65
Debit Total
Dari tabel 3.3 diperoleh hasil pengukuran untuk debit air sungai
3
Ciasihan sebesar Q=0.65 [m / s] .
3.4
53
Parameter utama dalam menentukan potensi hidrolik (
Ph
(3.1)
Dimana :
Ph
[kW]
3.6
54
Dengan menggunakan grafik dibawah ini untuk pemilihan turbin
berdasarkan head dan debit air.
6.5[m]
0.65[m /s ]
55
Jenis turbin yang terpilih turbin crossflow pada head 6.5 [m] dan
debit 0.65 [m3/s]. Pada kedua model pemilihan jenis turbin maka yang
terpilih adalah turbin air jenis crossflow. Turbin air jenis cross flow dipilih
karena cross flow merupakan jenis turbin yang paling cocok untuk
diterapkan pada turbin kapasitas rendah. Pada pembangkit listrik skala
mikro, turbincross flow sangat baik digunakan.
3.7
= 6,65 [m]
3.7.3
56
2C u1 1+
t =
cos 2
u1
(cos 1 )
cos 1
V1
V1
1= 2
dan
= 0.98
= 0.98
efesiensi
Sudut Serang
1
14
15
16
17
18
19
Sudut Buang
Perhitungan Efesie
cos1
cos1
cos2
0.9702957
0.9659258
0.9612617
0.9563048
0.9510565
0.9455186
26.503414
28.186785
29.833873
31.444175
33.017398
34.553444
0.894908
0.881412
0.867471
0.853149
0.838505
0.823597
26.503
28.187
30.00
31.444
33.017
34.553
0.89491
0.88141
0.86603
0.85315
0.83851
0.82360
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
Ef
57
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
0.9396926
0.9335804
0.9271839
0.9205049
0.9135455
0.9063078
0.898794
0.8910065
0.8829476
0.8746197
0.8660254
36.052389
37.514461
38.940029
40.329580
41.683702
43.003072
44.288436
45.540602
46.760423
47.948786
49.106605
0.808479
0.793200
0.777804
0.762334
0.746827
0.731317
0.715834
0.700404
0.685050
0.669795
0.654654
36.052
37.514
38.94
40.33
41.684
43.003
44.288
45.541
46.76
47.949
49.107
0.80848
0.79320
0.77780
0.76233
0.74682
0.73132
0.71584
0.70040
0.68506
0.66979
0.65465
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
0.98
58
3.7.4 Perhitungan Kecepatan Turbin (N)
Berdasarkan persamaan (2.16) untuk menentukan kecepatan turbin
(N) yaitu :
N=513.25 H n
N=513.25 x ( ( 6.65 ) [ m ] )
0.745
0.745
/ Pt
0.5
/( ( 28.568 ) [ kW ] )
N=394 [rpm]
Menentuan kecepatan spesifik turbin dengan menggunakan
persamaan (2.15) yaitu :
N s =N Pt /H n5 / 4
0.5
5/ 4
N s =197[rpm]
D0
te
59
Perhitungan menentukan
te
(2.22) yaitu
t b=0.174 D0
t b=0.174 x 0,26[m]
t b=0.05[m]
3.7.7 Perhitungan Lebar Radial Rim ( a )
Lebar radial rim adalah perbedaan antara jari-jari luar dan
jari-jari dalam. Zona ini dimulai dari radius luar dan berakhir di bagian
yang dalam. Persamaan untuk mencari lebar radial rim menggunakan
persamaan (2.23) yaitu :
a=0.17 D0
a=0.05[m]
n= D0 /t b
n=16 buah
tj
60
Perhitungan ketebalan water jet menggunakan persamaan (2.29)
diatas yaitu :
t j=0.29 D0
t j=0.29 x 0.26 [ m ]
t j=0.0754 [ m ]
3.7.9 Perhitungan Panjang Runner ( L )
Perhitungan untuk menentukan panjang runner dapat menggunakan
persamaan (2.27) yaitu :
L=QN /50 H n
L=0.8 [m]