Anda di halaman 1dari 20

JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No.

1, 2020

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN DIMENSI


EKONOMI, EKOLOGI, DAN SOSIAL DI INDONESIA
Erna Emawati Chotim
Universitas Nasional, Indonesia
Email: erna.chotim@civitas.unas.ac.id

ABSTRAK

Pemahaman tentang pembangunan berkelanjutan, yang berusaha mengungkapkan


bahwa lingkungan dan ekonomi adalah dua elemen penting yang tidak saling
bertentangan dalam diskusi perjuangan dengan permasalahan lingkungan yang muncul
sebagai akibat dari interaksi masyarakat dengan lingkungan. telah menjadi bidang studi
penting dari banyak disiplin ilmu sejak 1980-an. Dengan adanya definisi konsep di
tingkat kelembagaan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, terlihat bahwa pembahasan
tentang keberlanjutan semakin meningkat. Jika definisi yang dibuat oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa dikaji, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
mempunyai tiga dimensi dasar: ekonomi, ekologi dan sosial. Tujuan dari studi ini
adalah untuk mengkaji dimensi ekonomi, ekologi dan sosial dari pembangunan
berkelanjutan dan untuk mengungkapkan arti dari setiap dimensi tersebut. Dalam studi
tersebut, pertama-tama, pembangunan berkelanjutan telah dikaji secara rinci dalam
poros proses sejarah dan definisi PBB. Kemudian, konsep pembangunan berkelanjutan
dengan dimensi ekonomi, ekologi dan sosialnya dibahas dan apa arti masing-masing
dimensi tersebut disebutkan.

Konsep Utama : Keberlanjutan; Pembangunan Berkelanjutan; Dimensi Pembangunan


Berkelanjutan

PENDAHULUAN
Sejak lahir, interaksi yang bersifat intim dimulai antara manusia dan lingkungan.
Dengan interaksi ini, orang-orang telah terpengaruh oleh lingkungan dan telah
mempengaruhi lingkungan (Rosana, 2018). Proses interaksi ini tidak selalu berpihak
pada lingkungan. Orang dengan sengaja atau tidak sadar telah merusak lingkungan
tempat mereka tinggal (Purba, 2018). Sementara kerusakan yang disebabkan oleh
manusia terhadap lingkungan pada awalnya tidak signifikan, industrialisasi, urbanisasi,
penggunaan bahan bakar fosil dan pertambahan penduduk yang terus menerus mencapai
tingkat yang sangat tinggi, dan terutama sejak paruh kedua abad kedua puluh, hal itu
telah terjadi disebut sebagai bencana (Muktianto, 2018).
Dengan meningkatnya permasalahan lingkungan, banyak penelitian lokal,
regional dan global telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Di antara
studi-studi tersebut, Konferensi Stockholm 1972 sangat penting karena merupakan

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 462


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

pertemuan pertama tentang lingkungan di tingkat global (Rahadian, 2016). Selain itu,
salah satu isu penting yang dibahas dalam konferensi tersebut adalah bagaimana
mencapai kompromi antara pembangunan ekonomi dan lingkungan. Faktanya, dapat
dikatakan bahwa setelah konferensi ini, langkah-langkah besar mulai diambil dalam
memerangi masalah lingkungan di seluruh dunia (Supardi & Fahrudin, 2017). Komisi
Lingkungan dan Pembangunan Dunia PBB (UNEP) didirikan oleh PBB pada tahun
1983 untuk mencari solusi atas masalah lingkungan dan ekonomi, yang merupakan
masalah kontroversial pada konferensi tersebut, dan Perdana Menteri Norwegia saat itu.
Gro Harlem Brundtland diangkat sebagai kepalanya. Komisi telah melakukan berbagai
studi di seluruh dunia dan mempresentasikan laporan akhirnya kepada Sidang Umum
PBB pada tahun 1987 (Wibowo, 2015).
Laporan bertajuk “World Environment and Development Commission Report”
atau yang lebih dikenal dengan “Our Common Future” ini penting untuk membawa
konsep “pembangunan berkelanjutan” ke dalam agenda (Yorisca, 2020). Pembangunan
berkelanjutan telah menimbulkan banyak perdebatan di seluruh dunia, dengan
pembelaannya bahwa tidak ada konflik antara ekonomi dan lingkungan dan bahwa
proses pembangunan ekonomi tidak akan merusak lingkungan selama itu berkelanjutan.
Seiring dengan pembahasan tersebut, konsep pembangunan berkelanjutan telah
memasuki bidang minat berbagai disiplin ilmu, dari ekonomi ke lingkungan, dari
hukum ke ekologi, dari urbanisasi ke sosiologi, dan keduanya telah mempengaruhi dan
mulai dipengaruhi oleh disiplin ilmu tersebut.
Pertumbuhan Ekonomi Dan Berkelanjutan di Indonesia
Faktor sosial ekonomi, pembangunan manusia, dan sosial politik sangat terkait
dengan pembangunan berkelanjutan (Fitriah & Rindayani, 2020). Kinerja ekonomi yang
kuat meningkatkan kekayaan, terutama melalui investasi modal yang dihasilkan, seperti
infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan tinggi. Hubungan antara perkembangan
ekonomi dan perubahan komposisi kekayaan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa
pangsa modal alam telah menurun, sedangkan modal yang diproduksi dan modal tidak
berwujud meningkat, mengikuti perkembangan manufaktur dan jasa (Nengsih, 2020).
Meskipun demikian, jalur ekonomi saat ini bermasalah bagi generasi mendatang karena
disertai dengan menipisnya banyak sumber daya alam dan kemerosotan berbagai jasa

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 463


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

lingkungan, seperti yang tercermin dari intensitas ekologi kesejahteraan (Wurlianty,


2020).
Negara-negara dengan pertumbuhan PDB yang lebih rendah memiliki tingkat
tabungan bersih yang disesuaikan rendah atau negatif. Sebuah negara yang kaya akan
sumber daya alam relatif terhadap populasi dan modal cenderung tumbuh lebih lambat
dan mengalami fluktuasi pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan lebih merusak.
Beberapa studi yang dilakukan di Indonesia mengkaji hubungan antara
lingkungan dan pertumbuhan ekonomi secara berbeda. Saat menyelidiki degradasi
ekonomi dan lingkungan, Kesenjangan besar antara kemajuan ekonomi Indonesia saat
ini dan titik di mana Indonesia dapat mengikuti jalur pembangunan berkelanjutan
(Yusuf & Kamal, 2016). Di sektor energi, meskipun potensi energi terbarukan Indonesia
sangat besar, pangsa bahan bakar fosil saat ini sekitar 96% dari total konsumsi energi
primer (Pratama, 2018). Banyak upaya telah dilakukan untuk mengeksploitasi kekayaan
keragaman sumber daya terbarukan negara; Upaya-upaya tersebut telah mencakup
pengembangan kebijakan dan regulasi energi, tanpa hasil yang memuaskan (Randu &
Hartono, 2020). Kekayaan sumber daya alam Indonesia relatif terhadap populasi dan
persediaan modalnya berada di antara tingkat rendah di Asia Timur Laut dan tingkat
tinggi di sebagian besar negara berkembang (Reza, 2020). Meskipun Indonesia bukan
salah satu negara dengan ekonomi sumber daya paling intensif di dunia, pembangunan
negara ini sangat dipengaruhi oleh ledakan sumber daya alam global (Yorisca, 2020).
Penelitian ini terdiri dari empat bagian termasuk pendahuluan dan kesimpulan.
Pada bagian pertama studi ini, konsep pembangunan berkelanjutan dibahas dalam
penjelasan teoretis (Winata & Maryani, 2020). Pada bagian ini, pertama-tama,
pembangunan berkelanjutan dibahas dalam proses sejarah, dan kemudian definisi dan
isi PBB yang terkait dengan konsep tersebut diberikan. Kemudian, pembangunan
berkelanjutan dianggap sebagai keberlanjutan yang positif, normatif, lemah dan kuat
(Hasporo, 2020). Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji konsep pembangunan
berkelanjutan yang telah dipelajari oleh banyak disiplin ilmu dari segi dimensi ekonomi,
ekologi dan sosial, dan untuk mengungkap apa arti dimensi-dimensi tersebut dalam
rangka menciptakan masyarakat yang berkelanjutan.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 464


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

METODE PENELITIAN
Metode adalah suatu cara kerja yang dapat digunakan untuk memperoleh sesuatu.
Sedangkan metode penelitian dapat diartikan sebagai tata cara kerja di dalam proses
penelitian, baik dalam pencarian data ataupun pengungkapan fenomena yang ada
(Zulkarnaen, W., et al., 2020:229). Dalam studi ini, peneliti menggunakan metode
analitis-kualitatif dengan mempertimbangkan modal alam yang dapat diperbarui dan
tidak dapat diperbarui. Data yang digunakan untuk merencanakan program
pembangunan berkelanjutan dan bayangan modal manusia, produksi, dan alam. Data
dikumpulkan dari sumber sekunder, basis produktif yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa yang menentukan kesejahteraan orang Indonesia saat ini.
Selain itu, barang dan jasa yang tidak dihitung dalam PDB tetapi berkontribusi secara
signifikan terhadap kesejahteraan. Ukuran sumber daya manusia mencakup aspek
pendidikan, pendapatan, dan demografis seperti harapan hidup. Modal yang dihasilkan
terdiri dari infrastruktur negara dan aset fisik, seperti peralatan, mesin, dan jalan.
Kemudian dapat dievaluasi apakah pembangunan ekonomi di Indonesia telah memenuhi
kriteria pembangunan berkelanjutan, yang berdampak langsung pada ekologi, ekonomi,
dan dimensi sosial.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan Berkelanjutan
Jelas terlihat bahwa konsumsi sumber daya yang berlebihan dan pencemaran
lingkungan, yang telah dirangkum secara singkat di atas, mengancam kehidupan dan
bahwa masalah lingkungan tidak dapat diabaikan dan penyelesaiannya tidak dapat
ditunda lagi. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa gagasan pembangunan
berkelanjutan bermula dari kekhawatiran akan penggunaan sumber daya alam dan
lingkungan yang berlebihan (Octavia & Ginoga, 2020). Perdebatan pertama tentang
pembangunan berkelanjutan sampai pada kesimpulan bahwa sambil menekankan
batasan aktivitas ekonomi yang ditentukan oleh lingkungan fisik, spesies dan ekosistem
harus digunakan dengan cara yang memungkinkan mereka untuk terus memperbarui diri
(Reza, 2020). Pembangunan berkelanjutan dalam konteks masyarakat yang
berkelanjutan adalah konsep yang muncul pada tahun 1980-an sebagai hasil dari upaya
untuk menutup kesenjangan antara kepedulian sosial-politik dan kepedulian lingkungan

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 465


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

dalam konsekuensi ekologis dari kegiatan manusia dan masalah pembangunan manusia
(Arief & Pradini, 2020).
Umat ​ ​ manusia memiliki kekuatan untuk membuat pembangunan
berkelanjutan. Sambil memastikan bahwa sumber daya mencukupi untuk kebutuhan
hari ini, adalah mungkin untuk tidak mengambil kesempatan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Pawiengla & Adenan, 2020). Ada beberapa
batasan dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Tidak ada batasan yang tegas, tetapi
batasan teknologi, sumber daya lingkungan, organisasi sosial, kemampuan untuk
menyerap dan menghancurkan dampak aktivitas manusia dari biosfer. Tetapi teknologi
dan organisasi sosial dapat dikelola dan ditingkatkan sedemikian rupa sehingga dapat
memulai era baru pertumbuhan ekonomi yang memfokuskan perhatiannya pada
populasi, ketahanan pangan, hilangnya spesies dan sumber daya genetik, energi, industri
dan perumahan, dan menetapkan bahwa semuanya saling terkait dan tidak dapat
dianggap terpisah (Wurlianty, 2020).
Pembangunan berkelanjutan adalah untuk memenuhi kebutuhan hari ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Konsep ini mencakup dua sub-konsep: (1) Konsep “kebutuhan”, terutama kebutuhan
dasar orang miskin Indonesia, harus diprioritaskan di atas segalanya; dan (2)
Pertimbangan keterbatasan teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan.Dengan demikian,
dalam menentukan tujuan pembangunan ekonomi dan sosial, keberlanjutan harus
dijadikan dasar di semua negara yang maju atau berkembang, berorientasi pada
ekonomi pasar atau perencanaan pusat. Interpretasi dapat bervariasi, tetapi penting
bahwa beberapa kualitas umum sama, ada konsensus tentang konsep dasar
pembangunan berkelanjutan dan kerangka strategis yang luas untuk mencapainya
(Rosardi & Juhadi, 2020).
Pembangunan berkelanjutan mencakup lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengubah kualitas pertumbuhan dalam pembangunan, perlu dilakukan
perubahan pendekatan terhadap upaya pembangunan dan memperhitungkan semua
akibatnya. Misalnya, pembangkit listrik tenaga air seharusnya tidak hanya dilihat
sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak listrik, tetapi dampak pembangkit listrik

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 466


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

tersebut terhadap lingkungan lokal dan kehidupan masyarakat lokal harus dimasukkan
dalam neraca (Revolina & Basuni, 2020).
Tema utama dari awal hingga akhir dalam strategi pembangunan berkelanjutan
adalah mengintegrasikan pertimbangan ekonomi dan ekologi dalam pengambilan
keputusan. Keduanya pada dasarnya terintegrasi dalam cara kerja dunia nyata. Hal ini
membutuhkan perubahan sikap, tujuan, dan praktik kelembagaan di semua tingkatan
(Ramadhani, 2020). Masalah ekonomi dan ekologi tidak perlu bertentangan satu sama
lain. Misalnya, penghematan dari penghematan energi dan penggunaan zat keduanya
melayani tujuan ekologis dan mengurangi biaya (Nugrahapsari & Prabawati, 2020).
Strategi pembangunan berkelanjutan yang diambil dalam arti yang seluas-luasnya
bertujuan untuk meningkatkan keharmonisan baik antara manusia maupun antara
manusia dan alam. Dalam krisis pembangunan dan lingkungan tahun 1980-an
Mengingat lembaga politik dan ekonomi nasional dan internasional tidak memainkan
peran pencegahan, hal-hal berikut diperlukan untuk memastikan pembangunan
berkelanjutan di Indonesia: (1) Sistem politik yang akan memastikan partisipasi aktif
warga negara dalam pengambilan keputusan; (2) Sistem ekonomi yang secara
berkelanjutan dapat memberikan kelebihan dan pengetahuan teknis dengan usahanya
sendiri; (3) Sistem sosial yang dapat menemukan solusi untuk ketegangan yang timbul
dari perkembangan mal-adaptif; (4) Sistem produksi yang menghormati perlindungan
dasar ekologi yang diperlukan untuk pembangunan; (5) Sistem teknologi yang terus
mencari solusi baru; (6) Sistem internasional yang mendukung ketertiban berkelanjutan
dalam perdagangan dan keuangan, dan (7) Sistem manajemen yang fleksibel dan
mampu mengoreksi diri.
Kondisi ini lebih merupakan tujuan yang akan menjadi dasar tindakan nasional
dan internasional dalam pembangunan. Yang penting adalah sejauh mana tujuan-tujuan
ini diikuti dengan baik, serta seberapa efektif mereka diperbaiki ketika penyimpangan
dari tujuan-tujuan ini terjadi. Singkatnya, konsep keberlanjutan pada dasarnya
mengungkapkan perhatian etis tentang perlunya memelihara/menyediakan infrastruktur
sosial yang sesuai untuk generasi mendatang, terutama dimensi ekonomi. Konsep
keberlanjutan sebagai prinsip universal menekankan pada tindakan dalam kerangka
orisinalitas, fleksibilitas dan penghormatan terhadap kondisi lokal, sosial, budaya,
politik dan ekologi.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 467


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

Tiga langkah hierarki dapat disebutkan dalam mencapai tujuan pembangunan


berkelanjutan. Langkah pertama adalah mencoba mencapai konsensus umum di
masyarakat tentang keberlanjutan. Ini membutuhkan penetapan tujuan etis di tingkat
komunitas. Kedua, langkah pertama adalah mengubah konsensus sosial yang tidak pasti
tentang konsensus keberlanjutan menjadi satu atau lebih tujuan antara dengan definisi
yang praktis dan tepat. Ketiga, jika satu atau lebih definisi yang pasti tentang
keberlanjutan tercapai, kerja intensif menuju tujuan menengah dimulai. Gambar 1
membahas sejauh mana ketiga langkah hierarki ini saling memengaruhi (Kharisma,
2020).
Apabila Gambar 1 dicermati, terlihat bahwa untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan, perlu adanya suatu konsensus opini untuk keberlanjutan dalam
masyarakat. Juga, menurut Gambar 1, pembangunan berkelanjutan dapat dianggap
sebagai suatu proses. Dalam arah ini, pembangunan berkelanjutan tidak boleh dianggap
sebagai hasil yang dapat dicapai masyarakat hanya satu kali, tetapi sebagai proses di
mana target baru harus ditentukan dan studi intensif harus dilakukan sejalan dengan
tujuan tersebut.
Keberlanjutan Normatif dan Positif
Keberlanjutan dapat dibagi menjadi normatif dan positif. Keberlanjutan normatif
berkaitan dengan apa itu keberlanjutan, sedangkan keberlanjutan positif memeriksa apa
konsekuensi keberlanjutan sebenarnya. Dengan kata lain, keberlanjutan positif adalah
analisis ilmiah tentang fondasi ekonomi dan ekologi dari pembangunan berkelanjutan
dan keberlanjutan. Keberlanjutan normatif menekankan apa arti pembangunan
berkelanjutan secara kelembagaan. Misalnya, dokumen yang dihasilkan oleh PBB
dengan pembangunan berkelanjutan dapat dipertimbangkan dalam kategori ini (Wadu,
2020).
Keberlanjutan yang Kuat dan Lemah
Keberlanjutan dapat dibagi menjadi dua yaitu normatif dan positif, serta kuat dan
lemah. Dasar untuk pemisahan tersebut dibuat atas dasar kemampuan substitusi.
Misalnya, mengonsumsi bahan bakar fosil adalah masalah keberlanjutan yang buruk.
Yaitu; Jika sumber energi lain diramalkan, tidak ada kewajiban untuk meninggalkan
stok minyak yang tidak berkurang untuk generasi mendatang. Di sisi lain, spesies yang
punah harus dianggap hilang dalam hal kelestarian yang kuat karena tidak dapat

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 468


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

ditemukan kembali pada tingkat pengetahuan ilmiah saat ini. Dalam konteks ini,
keberlanjutan yang kuat dapat dilihat sebagai ambang batas ekosistem yang tidak boleh
dilintasi.
Pendukung keberlanjutan yang lemah mengakui bahwa modal alam memang
mengalami depresiasi (misalnya, lahan subur, stok tanah dan ikan menurun dan air
tanah habis, cekungan tercemar). Tetapi berpendapat bahwa kerugian nilai ini dapat
diamortisasi dengan total investasi dalam perekonomian. Sebaliknya, keberlanjutan
yang kuat menyiratkan bahwa elemen modal alam diperlakukan secara individual dan
didasarkan pada asumsi bahwa modal manusia tidak dapat menggantikannya. Pada titik
ini, pemahaman yang kuat tentang keberlanjutan menolak gagasan bahwa investasi
infrastruktur secara memadai mengkompensasi kerugian ekologis generasi mendatang.
Singkatnya, dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, langkah-langkah
pembangunan negara tersebut membawa konsekuensi negatif pada kehidupan global.
Peningkatan pencemaran lingkungan telah menyebabkan perlunya pendekatan konsep
pembangunan dengan pemahaman baru, dan pada tahun 1980-an, kesadaran akan
perlindungan lingkungan mulai berkembang di dunia. Pembangunan berkelanjutan
adalah prinsip/payung panduan yang telah sering digunakan sejak kuartal terakhir abad
kedua puluh.
Dimensi Pembangunan Berkelanjutan
Ketika penjelasan tentang pembangunan berkelanjutan diperiksa, tiga dimensi
pembangunan berkelanjutan dapat disebutkan: dimensi ekonomi, ekologi dan sosial.
Pada bagian studi ini akan dijelaskan penjelasan mengenai tiga dimensi pembangunan
berkelanjutan.
Dimensi Ekonomi Pembangunan Berkelanjutan
Secara tradisional, para ekonom berasumsi bahwa sumber daya alam tidak
terbatas karena mereka terlalu menekankan pada kapasitas pasar untuk mengalokasikan
sumber daya secara efisien. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa ekonomi jarang
memperhatikan sumber daya alam jika dilihat secara historis. Definisi yang diterima
secara umum dari dimensi ekonomi keberlanjutan adalah pelestarian modal dan
pencegahannya.
Konsep kesejahteraan adalah titik sentral dalam interpretasi ekonomi tentang
keberlanjutan. Secara tradisional, perhitungan statistik nasional dan beberapa model

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 469


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

ekonomi menggunakan nilai ekonomi yang dapat diamati (barang dan jasa) sebagai
indikator kesejahteraan, sebagai indikator kesejahteraan. Perhitungan seperti itu tidak
termasuk hasil non-pasar yang berkontribusi pada kesejahteraan secara keseluruhan.
Misalnya manfaat yang diperoleh dari kegiatan waktu luang, kerja sukarela, atau
interaksi sosial yang didukung oleh berbagai modal social yang menafsirkan
keberlanjutan sebagai "usaha untuk memastikan bahwa kemakmuran dipertahankan,
setidaknya dari waktu ke waktu". Dalam konteks ini, setiap generasi harus memutuskan
berapa banyak modal yang dikonsumsi sekarang dan berapa banyak modal yang
disimpan dan dilindungi untuk generasi mendatang.
Potensi menipisnya sumber daya memainkan peran penting dalam keberlanjutan
dimensi ekonomi. Karena potensi ini, keberlanjutan selalu menjadi elemen sentral dari
ekonomi sumber daya alam terbarukan. Praktik seperti mengubah energi dan bahan
kembali menjadi bahan mentah, menggunakan lebih sedikit bahan dalam penyediaan
barang dan jasa, dan mendaur ulang limbah yang dihasilkan sebagai hasil proses
produksi oleh konsumen atau produsen dapat dievaluasi pada tahap ini.
Dimensi keberlanjutan ekonomi dapat didefinisikan berdasarkan empat atribut
berikut. Dengan kata lain, definisi/penjelasan mengenai dimensi ekonomi pembangunan
berkelanjutan ditentukan oleh empat ciri dasar berikut ini: (1) Subjek harus fokus pada
hubungan antara manusia dan alam; (2) Menuju masa depan jangka panjang dan pada
dasarnya tidak pasti; (3) Menegakkan keadilan atas dasar normatif antara manusia dan
alam serta antara generasi sekarang dan yang akan dating; dan (4) Pemahaman sebagai
pemborosan waktu menyangkut efisiensi ekonomi dalam alokasi pengganti dan
suplemen buatan manusia untuk barang dan jasa alam.
Diskusi keberlanjutan yang kuat dan lemah memiliki tempat penting dalam
dimensi ekonomi pembangunan berkelanjutan. Singkatnya, keberlanjutan yang buruk
mengungkapkan bahwa selama faktor lingkungan dapat diganti, tidak boleh ada
kekhawatiran tentang generasi mendatang. Keberlanjutan yang kuat, sebaliknya,
menolak gagasan substitusi karena modal alam melengkapi bentuk modal lain, termasuk
modal sosial, dan karena itu sebagian besar tidak dapat disubstitusi.
Pandangan ekonom neoklasik memiliki peran penting dalam keberlanjutan
dimensi ekonomi. Menurut sudut pandang ini, tujuan pembangunan berkelanjutan
adalah untuk menjaga kapasitas masyarakat untuk menghasilkan kesejahteraan ekonomi

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 470


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

dan memberikan tingkat kesejahteraan yang setara dengan generasi sekarang kepada
generasi penerus. Dalam konteks ini, keberlanjutan diartikan sebagai kesejahteraan
individu, menurut metode analisis, bahwa keuntungan pribadi, pendapatan dan
konsumsi tidak menurun dari waktu ke waktu. Hal penting yang perlu diperhatikan di
sini adalah bahwa sebagian besar ekonom telah menyederhanakan konsep tersebut
dengan mendefinisikannya sebagai memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari
konsumsi dan meningkatkan kesejahteraan.
Ekonom yang mengadopsi pendekatan modal alam berbeda dengan tren ekonomi
neoklasik, mempertimbangkan fungsi tanah dan atmosfer ibu kota; Ini terdiri dari semua
fungsi sumber daya alam dan lingkungan di dunia. Ide tentang modal alam
menunjukkan bahwa dua keputusan dapat dibuat dengan mempertimbangkan sumber
daya yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui. Aturan untuk sumber daya
terbarukan adalah membatasi konsumsi sumber daya untuk memastikan keberlanjutan
produk; Untuk sumber daya tak terbarukan, artinya menginvestasikan kembali limbah
yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya tak terbarukan dengan memanfaatkan
investasi modal alam yang terbarukan. Diakui bahwa dengan menerapkan aturan-aturan
ini, modal alam akan tetap seimbang.
Dari perspektif ekonomi, keberlanjutan terkait erat dengan keberlanjutan
lingkungan dan sosial. Itu juga menunjukkan batas-batas pertumbuhan ekonomi ini.
Dimensi Ekologi / Lingkungan dari Pembangunan Berkelanjutan
Dimensi keberlanjutan ekologi tidak mendekati lingkungan semata-mata dengan
pertimbangan ekonomi. Dalam konteks ini, sementara ekologi menyelidiki hukum
keberlanjutan sub-habitat, ia lebih berfokus pada kerangka luas di luar semua sistem
melalui ekonomi ekologi. Misalnya, tidak ada pengganti untuk udara bersih. Selain itu,
sumber daya air bukan hanya sebagai sumber ekonomi atau bahkan hanya salah satu
kondisi kehidupan. Ini adalah elemen lingkungan yang terkait dengan banyak subsistem
dan sistem kehidupan lainnya. Dalam konteks ini, kelestarian lingkungan dapat
diartikan sebagai pelestarian hal-hal atau kualitas yang bernilai dalam lingkungan fisik.
Dalam definisi yang lebih luas, kelestarian lingkungan adalah menjaga agar tidak
membahayakan kesehatan ekosistem yang menyediakannya sambil memenuhi
kebutuhan sumber daya dan layanan generasi saat ini dan yang akan datang. Pengertian
kelestarian lingkungan yang paling luas adalah tindakan yang memperhatikan prinsip

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 471


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

ketahanan, ketahanan dan konektivitas ekosistem yang memungkinkan manusia untuk


memenuhi kebutuhannya, memperhatikan karakteristik ekosistem untuk mencipta ulang
diri dan tidak mengurangi keanekaragaman hayati. Dalam konteks ini, kelestarian
lingkungan berarti menjaga skala subsistem ekonomi manusia dalam batas biofisik
ekosistem umum tempat ia bergantung, dan membutuhkan produksi dan konsumsi yang
berkelanjutan.
Ada lima kategori dasar yang berkaitan dengan dimensi ekologi kelestarian, yang
mementingkan prinsip-prinsip dasar ekosistem seperti ketahanan, fleksibilitas,
reproduksi diri, daya dukung dan keanekaragaman. Kategori tersebut coba diringkas
pada Tabel 1.
Kelestarian lingkungan juga dapat dianggap sebagai pendekatan yang
menekankan pada konsep modal alam dan konservasi. Dalam konteks ini, modal alam
pada dasarnya menekankan pada lingkungan alam masyarakat atau seluruh aset yang
disediakan oleh lingkungan (tanah, hutan, air, atmosfer, dll.), Sedangkan konsep
perlindungan mengacu pada perlindungan aset lingkungan atau pada paling tidak untuk
tidak dikonsumsi.
Empat syarat dasar harus dipenuhi untuk menjamin kelestarian lingkungan.
Kondisi tersebut untuk mengurangi konsumsi berlebihan negara-negara Nordik dan
penggunaan sumber daya lingkungan; Memastikan populasi yang seimbang di negara-
negara utara; Hal ini dapat dinyatakan sebagai memastikan pertumbuhan negara
berkembang, tetapi mencegah penurunan kesejahteraan dengan datang sebelum
pembangunan tumbuh atau mencegah melebihi daya dukung dan menjaga
keseimbangan populasi negara berkembang.
Dapat dikatakan bahwa kelestarian lingkungan memiliki empat derajat yaitu
lemah, sedang, kuat dan sangat kuat. Kelestarian lingkungan yang buruk tidak
membedakan empat jenis modal, modal alam, buatan (artifisial), sosial, dan modal
manusia. Dalam pengertian ini, kelestarian lingkungan yang buruk menerima gagasan
bahwa semua atau sebagian besar modal alam dunia dapat diubah menjadi modal atau
artefak buatan manusia. Kelestarian lingkungan yang moderat membutuhkan melihat
komposisi modal ini, yaitu apakah itu alam, buatan dan manusia, sambil mencoba
memastikan keberlanjutan dari total persediaan modal.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 472


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

Tingkat kelestarian lingkungan yang kuat menyiratkan bahwa persediaan modal


yang berbeda harus dilindungi secara terpisah. Ini mengasumsikan bahwa modal alam
dan buatan tidak benar-benar substitusi, tetapi melengkapi sebagian besar fungsi
produksi. Kelestarian lingkungan yang sangat kuat mendukung bahwa tidak ada yang
boleh dikonsumsi. Tingkat kelestarian lingkungan ini mendukung bahwa sumber daya
yang tidak dapat diperbarui tidak boleh digunakan dengan cara apa pun, dan bahwa
hanya bagian dari sumber daya yang dapat diperbarui yang berada di atas tingkat
pertumbuhan bersih tahunan yang dapat digunakan.
Ringkasnya, dimensi lingkungan dari pembangunan berkelanjutan membahas
pelestarian stok modal alam untuk generasi mendatang dengan menyoroti daya dukung
ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Dimensi Sosial/Budaya dari Pembangunan Berkelanjutan
Meskipun studi keberlanjutan selalu ditangani dalam poros pendekatan ekonomi
dan teknologi, namun dimensi masalah yang terkait dengan masyarakat dan individu
mengungkapkan pentingnya pendekatan terhadap masalah secara sosial. Dengan kata
lain, perlu dilakukan analisis terhadap dimensi sosial keberlanjutan, yang merupakan isu
yang tidak hanya terkait dengan perkembangan ekonomi dan teknologi tetapi juga
perubahan dan perkembangan sosial.
Dimensi sosial pembangunan berkelanjutan menekankan pada pemenuhan
kebutuhan dasar anggota yang hidup dalam masyarakat. Masyarakat yang berkelanjutan
secara sosial harus memiliki fleksibilitas untuk melindungi dan mengembangkan
sumber dayanya sendiri dan untuk mencegah dan/atau menyelesaikan masalah di masa
depan. Dalam konteks ini, keberlanjutan sosial dapat dianggap sebagai proses
memahami apa yang dibutuhkan orang dari tempat orang tinggal dan bekerja serta
menciptakan tempat yang berkelanjutan dan sukses yang menyediakan kesejahteraan.
Dengan kata lain, keberlanjutan sosial melibatkan penciptaan ruang fisik, budaya dan
sosial yang mendukung kesadaran sosial dan kesejahteraan sosial, dan proses interaksi
dengan masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Dalam pengertian ini, keberlanjutan
sosial dapat dilihat sebagai penjaminan keterpaduan desain ruang fisik (seperti
prasarana yang mendukung kehidupan sosial budaya, fasilitas sosial, kawasan yang
menjamin partisipasi dan perkembangan masyarakat dan pembangunan ruang) dengan
desain ruang social. Sejalan dengan pernyataan tersebut, pembangunan berkelanjutan

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 473


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

sosial, hak asasi manusia, hak tenaga kerja dan tata kelola perusahaan dan itu dapat
dianggap sebagai menyediakan / tidak mencegah akses generasi mendatang ke sumber
daya sosial sebanyak atau lebih dari generasi sekarang. Singkatnya, keberlanjutan sosial
adalah kualitas masyarakat.
Dimensi sosial keberlanjutan dapat disebutkan dalam tiga tahap: "meningkatkan
keberlanjutan", "komitmen terhadap keberlanjutan", dan "menjaga keberlanjutan".
Pembangunan keberlanjutan; penyediaan kebutuhan dasar seperti modal sosial, keadilan,
kesetaraan, dan komitmen terhadap keberlanjutan; menjaga perubahan perilaku dan
keberlanjutan untuk mencapai tujuan lingkungan; Hal tersebut mengacu pada
pelestarian karakteristik sosial budaya dalam menghadapi perubahan.
Dua sumber daya dapat disebutkan yang dibutuhkan komunitas agar berkelanjutan
secara sosial. Sumber daya ini dapat digambarkan sebagai individu/manusia dan
sosial/komunitas. Kapasitas individu atau manusia dapat didefinisikan sebagai
hubungan, jaringan dan norma yang memfasilitasi tindakan kolektif untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memastikan keberlanjutan perbaikan ini, sambil
mengekspresikan kualitas dan sumber daya yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan
individu dan masyarakat. Untuk membangun masyarakat yang efektif dan berkelanjutan,
sumber daya individu dan sosial harus dikembangkan di satu sisi, dan digunakan dalam
konteks kesetaraan, sosialisasi dan interaksi, keamanan dan kemampuan beradaptasi di
sisi lain. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa berbagai investasi harus dilakukan
untuk menjamin keberlanjutan sosial. Investasi ini; memastikan akses dan kesetaraan
dalam memperoleh berbagai manfaat sosial; akses ke kesehatan dasar, pendidikan,
energi, perumahan dan hak-hak serupa; tidak merusak mata pencaharian individu,
kelompok, dan komunitas serta tidak melakukan relokasi tanpa sengaja; Ini dapat
diringkas sebagai menyediakan kondisi kerja yang aman dan sehat dan mencegah kerja
paksa atau pekerja anak. Pada titik ini, perlu dicatat bahwa keberlanjutan sosial adalah
situasi positif yang menonjol dengan kohesi sosial yang kuat dan hak atas kesetaraan
dalam akses ke layanan dasar.
Untuk memastikan dimensi sosial dari pembangunan berkelanjutan, dapat
dikatakan bahwa pemerintah serta LSM dan sektor swasta harus bekerja sama. Lima
prinsip dasar dapat disebutkan untuk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan
secara sosial. Prinsip-prinsip ini adalah: (1) Persamaan; kesempatan yang sama bagi

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 474


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

semua anggota masyarakat, terutama mereka yang tidak mampu secara finansial dan
paling rentan; (2) Variasi; mendorong keragaman komunitas; (3) Komitmen; sistem dan
struktur yang memungkinkan keterkaitan di dalam dan di luar masyarakat pada tingkat
formal, informal dan kelembagaan harus dipromosikan dan disediakan; (4) Kualitas
hidup; Memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua anggota di tingkat
individu, kelompok dan masyarakat serta mengembangkan kualitas hidup yang baik;
dan (5) Demokrasi dan pemerintahan; proses demokrasi, struktur tata kelola yang
transparan dan akuntabel bagi masyarakat harus disediakan.
Perlu diperhatikan bahwa untuk mencapai keberlanjutan sosial dan ekologis perlu
adanya gagasan yang konkrit, komitmen dan keberagaman guna mewujudkan prinsip-
prinsip di atas. Yaitu; konkret, realistis, didefinisikan dengan pengalaman, komitmen;
tidak untuk diisolasi dengan berbagai cara, tetapi untuk memberikan kontribusi sosial
dan ekologi, keragaman; Ini mengacu pada mengatasi berbagai krisis dan stabilitas
dengan mendukung pluralisme dan keragaman, bukan homogenitas. Pada titik ini, dapat
dikatakan bahwa penetapan berbagai prinsip saja tidak cukup untuk menjamin
keberlanjutan sosial. Arti dari prinsip-prinsip ini bergantung pada percampurannya
dengan berbagai pemikiran.
Ada beberapa perubahan tema utama yang mendominasi masyarakat tradisional
dan masyarakat yang berkelanjutan secara sosial yang coba dibentuk saat ini. Dengan
kata lain, beberapa perbedaan dapat disebutkan antara masyarakat tradisional dan
masalah yang dicari penyelesaiannya oleh masyarakat yang berkelanjutan. Pada Tabel 2,
tema-tema yang diprioritaskan oleh dua tipe masyarakat yang berbeda ini dibandingkan.
Apabila Tabel 2 ditelaah, maka dapat dikatakan bahwa permasalahan yang coba
dihadapi oleh masyarakat tradisional adalah permasalahan yang lebih dangkal,
sedangkan permasalahan yang coba diatasi oleh masyarakat lestari sosial adalah
permasalahan yang lebih dalam. Singkatnya, dimensi sosial keberlanjutan
mengungkapkan berbagai prinsip dan gagasan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik bagi individu dan masyarakat, membawa analisis mendalam untuk solusi krisis
sosial dan bertujuan untuk memungkinkan generasi mendatang mendapatkan manfaat
dari peluang sosial di setidaknya sebanyak generasi sekarang.
Dimensi ekologi/lingkungan dari pembangunan berkelanjutan mendekati sumber
daya alam dalam arti kelestarian ekosistem. Dalam konteks ini, dimensi yang tidak

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 475


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

mendekati ekosistem semata-mata dengan pertimbangan ekonomi, membawa cara


pandang yang berbeda terhadap konsep substitusi, yang memiliki tempat penting dalam
dimensi ekonomi pembangunan berkelanjutan. Pandangan ini mengungkapkan bahwa
tidak ada substitusi sumber daya seperti udara bersih, sumber daya alam, air dan tanah,
dan sumber daya ini harus didekati dengan kesadaran ini. Selain itu, membawa
perspektif penting karena memperkenalkan konsep daya dukung, keanekaragaman,
perbedaan, reproduksi diri, dan ketahanan ekosistem ke dalam diskusi keberlanjutan.
Pada titik ini, dimensi ekologi pembangunan berkelanjutan tidak memandang ekosistem
sebagai sistem ekonomi yang hanya melayani manusia. Apabila diteliti kelestarian
ekologis, terlihat bahwa manusia mengungkapkan hubungannya dengan lingkungannya
dalam empat pendekatan yang berbeda, yaitu lemah, sedang, kuat, dan sangat kuat.
Pendekatan ini mengungkapkan sejauh mana hubungan masyarakat dengan lingkungan
sekaligus mendapatkan manfaat darinya. Dapat dikatakan bahwa keberlanjutan yang
lemah dan sedang membangun hubungan manusia dan lingkungan berdasarkan
kepentingan. Pada titik ini, keberlanjutan yang kuat dapat membuat perbedaan yang
signifikan dalam memerangi masalah lingkungan yang semakin berdampak setiap hari.
Keberlanjutan yang kuat berpendapat bahwa lingkungan alam dan buatan tidak
menggantikan satu sama lain dan saling melengkapi. Dapat dikatakan bahwa fakta
keberlanjutan yang sangat kuat mengungkapkan bahwa tidak ada yang boleh
dikonsumsi jauh dari mencerminkan realitas masyarakat yang terus-menerus dalam tren
konsumsi.
Dimensi sosial dari pembangunan berkelanjutan mengungkapkan perlunya
memenuhi kebutuhan dasar individu yang hidup dalam masyarakat. Selain itu, banyak
variabel seperti kesetaraan gender, pemerintahan, promosi keragaman masyarakat,
keamanan, kualitas hidup dapat disikapi dalam dimensi sosial dari pembangunan
berkelanjutan. Dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berkelanjutan secara sosial
adalah masyarakat yang kualitas hidup anggotanya saat ini dialihkan kepada generasi
yang akan datang dengan cara melestarikan atau meningkatkannya. Dimensi sosial
pembangunan berkelanjutan juga penting dalam kaitannya dengan dimensi ekonomi dan
ekologi. Yaitu; Jika beberapa keputusan yang mempertimbangkan keseimbangan
ekologis bertentangan dengan kepentingan ekonomi, keberlanjutan sosial akan dapat
mencapai kompromi antara argumen seperti kualitas hidup, keanekaragaman dan

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 476


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

keanekaragaman ekosistem. Dengan kata lain, dimensi sosial dari pembangunan


berkelanjutan menawarkan perspektif yang dapat mendamaikan konflik kepentingan
antara ekonomi dan ekologi.
Konsep pembangunan berkelanjutan yang telah banyak didiskusikan oleh
berbagai disiplin ilmu ketika masalah lingkungan mulai dirasakan dampaknya menjadi
penting dalam hal memasukkan hak-hak generasi penerus dalam proses pengambilan
kebijakan dengan dimensi ekonomi, ekologi dan sosialnya. Ke arah ini, untuk
menanggulangi masalah lingkungan, mencampurkan kebijakan ekonomi, ekologi, dan
sosial dengan gagasan pembangunan berkelanjutan, merevisi kebijakan, dan membuat
kebijakan baru dapat memberikan dampak positif dalam menanggulangi masalah
lingkungan.
KESIMPULAN
Berdasarkan definisi pembangunan berkelanjutan, telah ditentukan bahwa tiga
dimensi utama dari konsep tersebut adalah dimensi ekonomi, ekologi dan sosial.
Keterbatasan sumber daya dalam dimensi ekonomi pembangunan berkelanjutan
merupakan isu penting yang dibahas. Meskipun demikian, pandangan doktrin ekonomi
yang secara tradisional berpendapat bahwa sumber daya tidak terbatas dan bahwa
sumber daya ini harus digunakan oleh masyarakat adalah pendekatan yang diterima
secara umum. Serupa dengan pandangan ini, gerakan ekonomi neoklasik telah
menyederhanakan konsep pembangunan berkelanjutan dengan mengidentifikasi
keberlanjutan dengan peningkatan kekayaan dan konsumsi dari waktu ke waktu.
Terhadap hal ini, pendekatan modal alam berpendapat bahwa sumber daya alam terbatas
dan sumber daya alam harus dimanfaatkan dalam batas-batas tersebut. Di sini, dapat
dikatakan bahwa pendekatan ekonomi tradisional dan neoklasik lebih dekat dengan
keberlanjutan yang lemah dan pemahaman modal alam lebih dekat dengan pemahaman
keberlanjutan yang kuat. Selain itu, modal alam dan pendekatan keberlanjutan yang
kuat memiliki keunggulan penting dalam melindungi sumber daya alam dalam
memberikan nilai yang melekat. Yaitu, kedua pendekatan tersebut mencakup
pemahaman bahwa sumber daya alam harus dilindungi karena keberadaannya tidak
bergantung pada manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan harus berevolusi ke arah pendekatan modal alam dan gagasan

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 477


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

keberlanjutan yang kuat dari segi ekonomi untuk mengatasi masalah lingkungan yang
semakin meningkat saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, H., & Pradini, U. R. (2020). Analisis Kebijakan Pengembangan Berbasis
Keberlanjutan Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. IJAE (Jurnal Ilmu
Ekonomi Pertanian Indonesia), 10(1), 11-20.
Fitriah, N. A., Mujahidin, B. A., Nugraha, A., & Rindayani, W. (2020). Modal Sosial
Beas Perelek: Analisis Keberlanjutan Dan Strategi Elaborasi Di Era
Milenial. Jurnal Indonesia Sosial Sains, 1(3), 199-208.
Hapsoro, N. A., & Bangun, K. (2020). Perkembangan Pembangunan Berkelanjutan
Dilihat Dari Aspek Ekonomi Di Indonesia. Lakar: Jurnal Arsitektur, 3(2), 88-96.
Kharisma, D. B. (2020). Omnibus Law Dan Izin Lingkungan Dalam Konteks
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional, 9(1), 109.
Muktianto, R. T., & Diartho, H. C. (2018). Komoditas tembakau besuki Na-Oogst
dalam perspektif pembangunan berkelanjutan Di Kabupaten Jember. Caraka Tani:
Journal of Sustainable Agriculture, 33(2), 115-125.
Murtasidin, B., & Sigalingging, B. M. (2020). Dimensi Politik Ekologi Dalam
Kerjasama Voluntary Partnership Agreement (Vpa) Indonesia-Uni Eropa. Jdp
(Jurnal Dinamika Pemerintahan), 3(1), 1-11.
Nengsih, N. S. (2020). Penerapan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Di Daerah
Pesisir Dalam Keanekaragaman Hayati Laut Untuk Mensejahterakan
Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 1(2), 151-162.
Nugrahapsari, R. A., Setiani, R., Marwoto, B., Anwarudinsyah, J., & Prabawati, S.
(2020). Penilaian Keberlanjutan Sistem Usaha Kentang dengan Kriteria
Multidimensi: Studi Kasus di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo. Jurnal Agro
Ekonomi, 38(1), 1-13.
Octavia, D., Yeny, I., & Ginoga, K. L. (2020). Pengelolaan Hutan Secara Partisipatif
Menuju KPH Hijau Untuk Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Yogyakarta: Deepublish.
Pawiengla, A. A., Yunitasari, D., & Adenan, M. (2020). Analisis Keberlanjutan
Usahatani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Jurnal Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis, 4(4), 701-714.
Pratama, S. (2018). Dimensi Ekonomi Politik Dalam Konflik Tata Kelola Pertambangan
(Studi Kasus Surat Keputusan Gubernur Bangka Belitung Tentang Penghentian
Sementara Operasional Pertambangan Laut PT Timah, Tbk Tahun 2016). JWP
(Jurnal Wacana Politik), 3(1).
Purba, J. H. V., & Sipayung, T. (2018). Perkebunan kelapa sawit Indonesia dalam
perspektif pembangunan berkelanjutan. Masyarakat Indonesia, 43(1).
Rahadian, A. H. (2016). Strategi pembangunan berkelanjutan. In Prosiding Seminar
STIAMI, 3(1), 46-56.
Ramadhani, R. W. (2020). Strategi Komunikasi Pembangunan Pemerintah Kabupaten
Bojonegoro dalam Menerapkan Nawacita dan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Komunikasi Pembangunan, 18(02), 117-129.
Randu, M. D. S., & Hartono, B. (2020). Keberlanjutan Dimensi Ekonomi, Teknologi
Infrastruktur, dan Hukum Kelembagaan untuk Evaluasi Pengembangan Kuda

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 478


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

Sandelwood di Kabupaten Sumba Barat Daya. Jurnal Sain Peternakan


Indonesia, 15(1), 50-59.
Revolina, E., Hidayat, A., & Basuni, S. Widiatmaka.(2020). Kesesuaian Lahan dan
Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Wisata Alam Pantai Panjang di Kota
Bengkulu. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(2), 261-271.
Reza, A. I. (2020). Analisis Multi Dimensional Scalling untuk Perencanaan dan
Pembangunan Wilayah Pesisir Berkelanjutan di Kabupaten Batang. E-Jurnal
Kajen, 4(01), 47-57.
Reza, A. I. (2020). Analisis Multi Dimensional Scalling untuk Perencanaan dan
Pembangunan Wilayah Pesisir Berkelanjutan di Kabupaten Batang. E-Jurnal
Kajen, 4(01), 47-57.
Rosana, M. (2018). Kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan di Indonesia. Jurnal KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial, 1(1), 148-163.
Rosardi, R. G., Prajanti, S. D. W., Atmaja, H. T., & Juhadi, J. (2020). Nilai-Nilai
Ekologi Pada Agrowisata Sebagai Wujud Pendidikan Konservasi. In Prosiding
Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS), 3(1), 956-963.
Supardi, S., Hariyadi, S., & Fahrudin, A. (2017). Analisis Keberlanjutan Pembangunan
Kota Tepian Pantai (Studi Kasus: Kota Baubau Provinsi Sulawesi
Tenggara). Jurnal Wilayah dan Lingkungan, 5(3), 188-204.
Wadu, L. B., Ladamay, I., & Jenia, A. (2020). Penguatan Keterlibatan Warga Negara
Dalam Pembangunan Berkelanjutan Melalui Program Koperasi Serba Usaha. Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan, 10(1), 116-125.
Wibowo, A. B., Anggoro, S., & Yulianto, B. (2015). Status keberlanjutan dimensi
ekologi dalam pengembangan kawasan minapolitan berkelanjutan berbasis
perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Magelang. Saintek Perikanan:
Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 10(2), 107-113.
Winata, D. P., & Maryani, A. T. (2020). Analisis Keberlanjutan Usahatani Sayuran
Kangkung Di Kecamatan Paal Merah Kota Jambi. Jurnal Pembangunan
Berkelanjutan, 3(2), 40-46.
Wurlianty, B. (2020). Pengelolaan Ekowisata Berkelanjutan (Sustainable Ecotourism)
di Seram Utara dan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Riset
Perikanan dan Kelautan, 2(1), 135-149.
Wurlianty, B. (2020). Pengelolaan Ekowisata Berkelanjutan (Sustainable Ecotourism)
di Seram Utara dan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Riset
Perikanan dan Kelautan, 2(1), 135-149.
Yorisca, Y. (2020). Pembangunan Hukum Yang Berkelanjutan: Usaha Mencapai
Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan. Jurnal Legislasi Indonesia, 17(1), 98-
111.
Yorisca, Y. (2020). Pembangunan Hukum Yang Berkelanjutan: Usaha Mencapai
Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan. Jurnal Legislasi Indonesia, 17(1), 98-
111.
Yusuf, M., Fahrudin, A., Kusmana, C., & Kamal, M. M. (2016). Analisis faktor penentu
dalam pengelolaan berkelanjutan estuaria das tallo. Jurnal Analisis
Kebijakan, 13(1), 41-51.
Zainuddin, N., Khariri, K., Ma'arif, M., Riani, E., & Noor, S. M. (2020). Analisis
Keberlanjutan Pengelolaan Limbah Di Instalasi Karantina Hewan (IKH)
Ruminansia Besar. Jurnal Ekologi Kesehatan, 19(1), 45-58.

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 479


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

Zulkarnaen, W., Fitriani, I., & Yuningsih, N. (2020). Pengembangan Supply Chain
Management Dalam Pengelolaan Distribusi Logistik Pemilu Yang Lebih Tepat
Jenis, Tepat Jumlah Dan Tepat Waktu Berbasis Human Resources Competency
Development Di KPU Jawa Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 4(2), 222-243. https://doi.org/10.31955/mea.vol4.iss2.pp222-243.

GAMBAR DAN TABEL

Keberlanjutan Ideal

Langkah
1 Konsentrasi
Kontrol

Langkah 2 Tujuan Menengah

Konsentrasi
Kontrol

Langkah 3 Pekerjaan Intensif untuk Tujuan

Gambar 1: Tiga Langkah Hirarkis untuk Mencapai Pembangunan Berkelanjutan

Tabel 1: Kategori Keberlanjutan Ekologis

Keberlanjutan Ekologis
Kategori Deskripsi / Contoh
Proses produksi yang membutuhkan perhatian generasi mendatang
serta Mendukung tenaga kerja lokal. Mempromosikan
Kebutuhan Sosial perdagangan yang adil.
Memastikan bahwa kelestarian lingkungan adalah penentu utama
dalam produksi layanan dan produk baru.
Memilih bahan baku yang menjaga keanekaragaman hayati.
Konservasi Efisiensi energi dan
Keanekaragaman Hayati berinvestasi dalam sumber daya energi yang berkelanjutan.
Untuk menggunakan input sumber daya terbarukan, dengan
mempertimbangkan kapasitas pembaruannya. Ubah tingkat aliran
masuk sumber daya tak terbarukan dari entri sumber daya
Kapasitas Pembaruan
terbarukan.
mencoba menahan lebih sedikit.

Penggunaan Kembali Membuat desain yang dapat digunakan kembali dan/ atau didaur
dan Daur Ulang ulang. Merancang produksi dan proses bisnis sebagai sistem loop

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 480


JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi) Vol. 4 No. 1, 2020

tertutup,
mengurangi emisi dan limbah.
Mengembangkan sistem transportasi yang berdampak paling kecil
pada ekosistem. Perhitungan dampak lingkungan dari produk yang
Mengurangi Jumlah
dihasilkan di semua proses produksi hingga menjadi limbah akhir.
Sumber Daya dan
Memperhatikan limbah yang membawa daya dari lingkungan
Limbah yang Tidak
penerima, generasi mendatang akan mendapat manfaat dari
Terbarukan
lingkungan penerima ini.

Tabel 2: Tema Masyarakat Tradisional dan Sosial Berkelanjutan

Masyarakat Tradisional Masyarakat Sosial Berkelanjutan

Kebutuhan dasar (perumahan, kesehatan Transformasi demografis (usia tua, migrasi,


lingkungan, dll.) dll.)

Pelatihan dan keterampilan Kohesi sosial

Pekerjaan / Tugas Identitas, kepemilikan spasial dan budaya

Persamaan Motivasi, partisipasi dan akses karyawan

Hak asasi manusia dan gender Kesehatan dan keselamatan

Kemiskinan Modal sosial

Kesejahteraan, kebahagiaan dan kualitas


Keadilan sosial
hidup

P-ISSN; 2541-5255 E-ISSN: 2621-5306 | Page 481

Anda mungkin juga menyukai