Teori perilaku konsumen (Loudon dan Bitta 1993) menjadi grand teori pada penelitian
ini. Perilaku konsumen sebagai upaya konsumen dalam membuat keputusan mengenai
sebuah produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi. Dengan demikian, teori perilaku
konsumen merupakan sebuah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang
dan jasa.
Industri green sangat penting untuk membangkitkan minat konsumen dalam membeli
sebuah produk. Proses yang dilalui konsumen untuk sampai pada minat beli tergantung pada
informasi jenis barang atau jasa yang dibeli. Semakin tinggi informasi baik yang diterima
terkait barang atau jasa tersebut maka semakin berminat konsumen untuk melakukan
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan riset pemasaran ini. Pertama adalah
merumuskan sebuah permasalahan penelitian. Hal ini sangat penting dilakukan karena sebuah
penelitian yang baik didasari oleh adanya masalah dengan tujuan untuk dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut. Kedua adalah membuat desain penelitian. Hal tersebut dilakukan
karena adanya penentuan desain ini diharapkan menjadi penentuan hasil akhir dalam
penelitian. Ketiga adalah perancangan metode untuk pengumpulan data. Penelitian ini
yang dilakukan dengan menggunakan website Google Form. Langkah terakhir adalah
melakukan analisis data serta menginterpretasikan kedalam sebuah narasi (Suwarsono, 2022).
Sebelum melakukan pembahasan yang lebih rinci, maka penulis akan melakukan
tinjauan teori mengenai variabel-variabel yang diteliti. Untuk itu pada bab ini membahas
tinjauan teori dari masing-masing variabel serta hubungan yang terjadi pada setiap variabel
Teori sustainability pertama kali dikemukakan oleh Meadows dkk., 1972 yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan generasi masa depan (WCED,
1987). Konsep sustainability saat ini semakin berkembang dan diterapkan dalam
konteks corporate sustainability (Pemer dkk., 2020). Pemer dkk. (2020) menjelaskan
konteks corporate sustainability sebagai strategi bisnis dan investasi yang dapat
kini dan masa mendatang. Konsep ini menekankan kepentingan stakeholders dengan
oleh Elkington (1997). Konsep ini berfokus pada 3P yaitu Profit, People, dan Planet
(Felisia & Limijaya, 2014). Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya
mementingkan keuntungan (profit) namun harus juga memperhatikan kesejahteraan
masyarakat sekitar (people) dan juga berkontribusi aktif dalam pelestarian lingkungan
(planet) untuk keberlangsungan sumber daya. Lingkungan dan sumber daya yang
sehingga perusahaan akan dapat keuntungan yang bersifat jangka panjang dan
solusi agar terjaganya keseimbangan ekologis sistem ekonomi, lingkungan dan sosial
yang disebabkan oleh aktivitas manusia dari bahaya lingkungan global. Hal ini
memperkuat bahwa dengan adanya teori ini dapat menjadi solusi untuk menjamin
bahwa sumber daya akan terus digunakan dengan tanggung jawab dalam memenuhi
pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang.
Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi)
dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu : (1) Tidak ada
pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources; (2)
Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat
keselamatan lingkungan dan alam sekitar atas proses bisnis yang dijalankan dan
menjamin sumber daya yang digunakan akan terus dapat digunakan di masa depan.
Penting bagi perusahaan untuk tetap sadar terhadap kelangsungan sumber daya agar
perusahaan tetap mampu beroperasi dalam jangka waktu yang lama (Tsalatsa, 2018).
konsep ini dikembangkan oleh (Elkington & Rowlands, 1999). Terdapat tiga dimensi
TBL, yakni economic, social, dan environment. Pemer dkk. (2020) menyatakan
kompetitif perusahaan.
pola hidup. Prinsip keadilan antara generasi sekarang dan generasi masa depan
berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (Pertiwi, 2017).
Berdasarkan President’s Council on Sustainable Development in the United
selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi
kebutuhan dan aspirasi manusia. Jadi tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus
akibat pembangunan yang tidak selaras. d. Suatu sistem produksi yang menghormati
yang berlanjut. g. Suatu sistem administrasi yang luwes dan mempunyai kemampuan
memperbaiki diri.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang menghubungkan
antara pembangunan ekonomi, kulitas lingkungan dan kesetaraan sosial. Rogers, et.
sistim fisik dan biologis. c. Sosial budaya, yaitu menjaga stabilitas dari sistem sosial
yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam dimensi ekonomi terdapat beberapa
tujuan yang ingin dicapai antara lain upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
dan lain-lain. Adapun dimensi lingkungan memiliki tujuan-tujuan antara lain upaya
sosial yang adil dan merata (social progress) serta keberlanjutan ekologi dalam tata
Hal serupa diuraikan dalam Keiner (2001) bahwa tiga pilar dari pembangunan
(Equity). Bank Dunia pada tahun 1994 mengembangkan model capital stock.
Modal tersebut terbagi atas modal ekologi, modal ekonomi dan modal sosial. Modal
bersih dan air sehat. Modal ekonomi meliputi materi dan finansial sedang modal
sosial yaitu jaminan kesehatan, jaminan sosial, kohesi sosial, kebebasan, keadilan,
namun juga harus dapat memprediksi dampak kerusakan ekologi yang akan terjadi
seperti menurunnya kualitas air bersih dan keanekaragaman hayati. Demikian pula
tidak merusak tatanan sosial yang baik atau dapat menimbulkan konflik sosial.
mengandung dua dimensi: Pertama adalah dimensi waktu karena keberlanjutan tidak
lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Kedua adalah
dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan
lingkungan. Pezzey (1992) melihat aspek keberlajutan dari sisi yang berbeda. Dia
dari sisi statik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dengan
laju teknologi yang konstan, sementara keberlanjutan dari sisi dinamik diartikan
sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan dengan tingkat
Karena adanya multidimensi dan multi-interpretasi ini, maka para ahli sepakat
Ada dua hal yang secara implisit menjadi perhatian dalam konsep brunland
(1998) menyatakan bahwa asumsi keberlajutan paling tidak terletak pada tiga
aksioma dasar; (1) Perlakuan masa kini dan masa mendatang yang menempatkan
nilai positif dalam jangka panjang; (2) Menyadari bahwa aset lingkungan
Konsep ini dirasakan masih sangat normatif sehingga aspek operasional dari
(2) keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam dikelola sedemikian rupa
kondisi dimana sumber daya alam (natural capital stock) tidak berkurang sepanjang
waktu (nondeclining), (4) keberlanjutan adalah kondisi dimana sumber daya alam
dikelola untuk mempertahankan produksi jasa sumber daya alam, dan (5)
sumber daya alam yang terbarukan : laju pemanenan harus sama dengan laju
harus setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan; Sumber energi yang tidak
eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
dilaksanakan pada 13 – 22 Juni 2012 di Rio Jenairo Brasil disepakati okumen The
kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common
Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002 (Fauzi et., al,
2014).
Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi
for Sustainable Development), serta (iii) kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan
berkelanjutan yaitu sosial, lingkungan dan ekonomi (Kates et., al, 2005). Azaz yang
Peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan gizi, serta upaya promosi pertanian
Tercapainya energi yang handal yang didukung dengan akses yang berkelanjutan
berkelanjutan, kesempatan kerja dan produktifitas serta pekerjaan yang layak untuk
semua. 9) Infrastruktur yang handal dan mendorong inovasi pada indutri yang
berkelanjutan 10) Ketimpangan antar negara yang semakin kecil. 11) Tercapainya
kota dan pemukiman yang aman dan berkelanjutan 12) Pola produksi dan konsumsi
dampak perubahan iklim. 14) Pelestarian sumber daya kelautan yang mendukung
pembangunan berkelanjutan.
2) People atau adanya jaminan hidup sehat, pendidikan serta inklusi wanita dan anak
lingkungan yang aman dan damai yang didukung dengan kelembagaan yang kuat. 6)
berkelanjutan.
dilakukan melalui proses dan diatur berdasrkan urutan dari fungsi manajemen.
sebuah pertukaran potensial berfikir tentang cara-cara untuk mecapai respon yang
diinginkan pihak lain (Fandiyanto & Kurniawan, 2019). Sedangkan Menurut Hasan
Menurut (Laksita & Widodo, 2020), pemasaran merupakan suatu perpaduan dari
melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk dan jasa yang bernilai serta
Armstrong & Kotler (2016) pemasaran adalah suatu proses pada saat nilai
diciptakan oleh perusahaan untuk para pelanggan dan membangun suatu hubungan
yang kuat agar perusahaan mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai timbal baliknya.
sehingga produk atau jasa bisa sesuai dengan kebutuhannya sehingga dapat terjual.
penawaran dan pertukaran produk dan jasa melalui strategi pemasaran (7P).
dalam tim pemasaran; 2) Sebagai alat ukur hasil pemasaran berdasarkan standar
prestasi yang telah ditentukan; 3) Sebagai dasar logis dalam mengambil keputusan
Pada dasarnya tujuan akhir dari marketing itu tetap akan bermuara pada
tercapainya kepuasan konsumen (Haque-Fawzi et., al, 2022). Berikut ini adalah 5
Konsep Strategi Pemasaran: 1) Segmentasi Pasar Setiap konsumen pasti memiliki
pasar yang sifatnya heterogen menjadi satua-satuan pasar yang bersifat homogen; 2)
Market Positioning. Tidak ada perusahaan yang bisa menguasai seluruh pasar. Itulah
alasannya mengapa perusahaan harus punya pola spesifik untuk mendapatkan posisi
kuat dalam pasar, yaitu memilih segmen yang paling menguntungkan; 3) Market
Entry Strategy adalah strategi perusahaan untuk bisa masuk pada segmen pasar
tertentu. Bebebrapa cara yang sering dilakukan adalah: a) Membeli Perusahaan Lain
Strategy. Marketing Mix adalah kumpulan dari beberapa variabel yang telah
perlu melakukan berbagai persiapan yang baik di bidang produksi, dan menentukan
bauran pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
bentuk instrumen pemasaran yang dapat dikendalikan oleh pemasar yang digunakan
untuk melakukan komunikasi dengan konsumen dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran pemasaran sesuai dengan target pasar yang ditujunya (Kotler, 2007).
manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran adalah memenuhi kebutuhan
secara menguntungkan. McCarthy mengklasifikasikan alat-alat ini menjadi empat
kelompok besar, yang disebutnya empat (4)P tentang pemasaran yaitu produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) (McCharty, 1996
dalam Kotler dan Keller, 2007). Wardhana (2021), bauran pemasaran terdiri dari 7P
(product, price, place, promotion, people, process & physical evidence). Bauran
sebagai berikut:
1. Product (produk). Uzeme dan Ohen (2015) Produk dapat berupa jasa (services),
barang (goods), kegunaan (utilities), tidak hanya barang berwujud atau jasa
namun segala sesuatu yang terkait dengan apa yang ditawarkan produsen.
Menurut Kotler & Hansen (2019), produk adalah segala sesuatu yang dapat
sejenis. c. Product style and desain (gaya dan desain produk) menjelaskan
penampilan produk yang sensasional dan bernilai seni akan mendapat perhatian
komsumen. d. Product variety (varian produk) merupakan varian tipe atau jenis
Brand name (nama produk) merupakan nama produk yang dibuat perusahaan
(kemasan) merupakan desain kreatif dari wadah atau kemasan untuk produk
yang dihasilkan. g. Sizes (ukuran) merupakan bentuk atau berat produk yang
2. Price (harga). Uzeme dan Ohen (2015), dan Kotler & Hansen (2019)
membayar untuk memperoleh produk maupun jasa atau sejumlah uang yang
ditukarkan konsumen atas nilai dari suatu produk guna memperoleh manfaat
bauran pemasaran yang paling fleksibel yang dapat berubah dengan cepat dalam
jasa tersebut.
harga yang lebih tinggi dengan adanya perbedaan kualitas. c. Daya saing harga
yang dirasakan lebih tinggi atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk
perbandingan harga suatu produk dengan produk lainnya, dimana dalam hal ini
tersebut.
dengan produk atau jasa yang baru melalui iklan, penjualan pribadi, promosi
bentuk promosi ide, barang atau jasa nonpersonal oleh pihak tertentu yang
produk atau jasa. c. Event and experiences, yaitu aktivitas perusahaan yang
produk dan jasa. f. Mobile marketing, suatu bentuk khusus dari pemasaran
(distribution mix) yang terdiri dari: sistem saluran, daya jangkau, lokasi,
5. People (karyawan). Menurut Kotler & Hansen (2019) yaitu proses seleksi,
6. Physical evidence (bukti fisik). Menurut Kotler & Hansen (2019) yaitu bukti
fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa sebagai nilai tambah yang ditujukan
7. Process (proses). Menurut Kotler & Hansen (2019) yaitu semua prosedur
aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas sistem penyajian jasa kepada konsumen.
Menurut Kotler dan Keller (2012) minat beli konsumen adalah sebuah perilaku
biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada umumnya akan beralih
konsumen dalam memilih suatu merek kategori produk suatu dalam situasi
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
al, 2018).
rencana pembelian suatu produk dengan merek tertentu (Penitasari, 2017). Menurut
(Phillip & Keller, 2012), minat beli konsumen adalah seberapa besar kemungkinan
konsumen untuk membeli suatu merek atau berpindah dari satu merek ke merek
lainnya.
Minat beli adalah keinginan untuk menggunakan suatu produk yang berupa
barang maupun jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan, dimana keinginan
tersebut muncul karena adanya dorongan dari luar berupa ajakan, pemberitahuan
2020).
merupakan sebuah sikap keinginan konsumen dalam membeli suatu produk yang
muncul dari dorongan luar berupa ajakan dan pemberitahuan untuk menggunakan
dipengaruhi oleh banyaknya banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa
yang digunakan untuk memproses rangsangan tersebut sangat kompleks dan salah
Menurut Almuarief (2016) minat beli konsumen dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu: a. Sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang
disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negatif orang
lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain; b. Faktor situasi yang tidak terantisipasi. Faktor ini
Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri
Ada 2 faktor yang dapat memengaruhi minat beli masyarakat, yaitu perilaku
orang lain dan keadaan yang tidak terprediksi sebelumnya (Kurniadin, et.,al, 2020).
memengaruhi minat beli terdiri dari dua faktor eksternal, yaitu perilaku orang lain
dan situasi tidak terduga. Minat dianggap sebagai rangsangan internal yang kuat dan
memotivasi tindakan.
memengaruhi minat beli adalah sikap orang lain dan keadaan yang tidak
diperkirakan sebelumnya.
2.1.3.3 Jenis Minat Beli
Kecenderungan seseorang untuk membeli suatu produk. Hal ini bermaksud yakni
konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian suatu poduk tertentu
mereferensikan produk kepada orang lain. Hal ini bermaksud yakni seorang
konsumen yang telah memiliki minat untuk membeli akan menyarankan orang
preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti dengan
yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk tersebut.
Dimensi minat beli adalah melalui model stimulasi AIDA yang berusaha
terhadap suatu rangsangan tertentu yang diberikan oleh pemasar, yaitu sebagai
mengenai produk yang dikeluarkan perusahaan. Jadi dalam tahap ini masyarakat
mengenal produk karena sudah mendengar atau melihat promosi yang dilakukan
oleh perusahaan. Hal ini juga ditandai dengan perhatian konsumen ketika melihat
atau mendengar tentang promosi tersebut pertama kalinya; 2) Minat (Interest). Minat
Dalam tahap ini masyarakat maju satu tingkat dari sekedar tertarik akan produk.
Tahap ini ditandai dengan hasrat yang kuat dari masyarakat untuk membeli dan
positif atas penawaran perusahaan. Pada tahap ini, masyarakat yang sudah melihat
atau mendengar tentang promosi tersebut dan telah melewati tahapan desire benar-
sebagai berikut:
orang lain.
preferensial utama pada produk tersebut. Preferensi ini dapat diganti jika
informasi mengenai prouk yang diminati dan mencari informasi lain yang
Menurut (Phillip & Keller, 2012), minat beli dapat diidentifikasikan dengan
memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat
al 2018).
Ada beberapa indikator yang disintesiskan untuk mengukur minat beli, yaitu
sebagai berikut:
tinggi dalam pembelian produk ramah lingkungan. Sementara itu, merek hijau
lingkungan yang merugikan dan penciptaan kesan positif pada konsumen dengan
membangun kepedulian lingkungan mereka (Suki, 2016). Lebih lanjut, citra merek
dengan masalah ramah lingkungan dan keberlanjutan (Doszhanov & Ahmad, 2015).
sebagaimana yang dicerminkan oleh merek itu sendiri ke dalam memori ketika
seorang konsumen melihat merek tersebut. Low & Lamb (2000:4) menyatakan
Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. Lebih dalam Kotler & Keller (2012)
mendefinisikan Green Brand Image sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan
Menurut (Osiyo, 2017) mengatakan bahwa image adalah persepsi yang relatif
konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Pada dasarnya Green Brand
Images, yakni diskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek
tertentu.
merek sebagaimana yang dicerminkan oleh merek itu sendiri ke dalam memori
ketika seorang konsumen melihat merek tersebut. Untuk memahami citra merek
citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang timbul di benak konsumen
dan membentuk keyakinan serta kesan ramah lingkungan di benak konsumen yang
Menurut Chen et al. (2017) citra merek hijau memiliki 5 konstruksi sebagai
lingkungan dari merek luar biasa; 3) Performa lingkungan atas merek dikatakan
Agar dapat berfungsi bagi perusahaan maka penyampaian citra merek harus
disampaikan pada saluran komunikasi pemasaran yang ada pada merek tersebut.
Manfaat citra merek yang positif sebagaimana (Yahya, 2022) yaitu: a. Konsumen
mengembangkan lini produk pada merek produk lama; c. Dengan citra merek positif
perusahaan juga dapat juga menentukan kebijakan family branding dan leverage
branding.
Komponen Green Brand Image Menurut (Osiyo, 2017), Green Brand Image
yang membuat suatu produk atau jasa; 2. Citra Pemakai (User Image) merupakan
menggunakan suatu barang atau jasa; 3. Citra Produk (Product Image) merupakan
Brand Image adalah: keunggulan produk, kekuatan merek, dan keunikan merek.
(corporate image), yang secara efektif dapat memengaruhi brand equity terdiri dari
a. Atribut produk, manfaat, dan perilaku secara umum, terkait kualitas dan inovasi;
menyenangkan
Indikator Brand Image menurut (Nofiasari & Yasri, 2019) adalah: Functional
image, Symbolic image, Experiental Image. Indikator brand image (Hisam et., al,
Istilah green marketing atau yang biasa dikenal dengan strategi pemasaran
yang ramah lingkungan menjadi istilah yang lazim digunakan beberapa tahun
terakhir ini (Kusuma et., 2017). Berkembangnya strategi pemasaran hijau bermula
pada saat The American Marketing Association (AMA) pada tahun 1975
perubahan proses produksi yang ramah lingkungan, dan juga pengemasan produk
dalam hal ini kemasan produk yang ramah lingkungan (Yazdanifard dan Mercy,
2011).
potensial sebagai strategi bisnis dan telah digunakan sebagai poros strategi
bagi perusahaan saja, melainkan juga dampaknya pada lingkungan sekitar. Tujuan
Green Marketing adalah mampu memberikan dampak positif bagi produk yang
ditawarkan. Dengan memproduksi barang yang ramah lingkungan baik bahan yang
Menurut Pasal (2016 : 33), green marketing sebagai pemasaran yang ramah
perubahan proses produk, kemasan, strategi iklan dan juga meningkatkan kesadaran
dengan dampak minimal pada kerusakan lingkungan alam, Ini terjadi karena
menuntut adanya tanggung jawab pelaku bisnis dalam melakukan aktivitas bisnis.
Kepedulian pada lingkungan diintegrasikan pada strategi, kebijakan dan proses pada
organisasi. Hal ini menuntun pengaruh aktivitas pemasaran pada lingkungan alami,
adalah konsistensi dari semua aktifitas dan keinginan manusia, dengan tidak
Green marketing adalah bagian dari strategi korporat dari keseluruhan karena
harus menerapkan bauran pemasaran konvensional (marketing mix) yang terdiri dari
produk, harga, tempat atau saluran distribusi, dan promosi (Kusuma, 2017).
lingkungan, energi yang efisien, dan menggunakan bahan dari sumber daya
yang dapat diperbaharui. Proses produksi dilakukan dengan suatu cara untuk
mengurangi dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan, mulai dari
b. Harga premium
konsumen hanya akan siap untuk membayar nilai tambah jika ada persepsi
nilai produk tambahan. Nilai ini dapat meningkatkan kinerja, fungsi, desain,
daya tarik visual, atau rasa. Green marketing harus mengambil semua fakta ini
dengan harga produk pesaing. Faktor yang menyebabkan harga produk ramah
Pilihan dimana dan kapan untuk membuat produk selalu tersedia dapat
saja. Penjual yang ingin mencapai kesuksesan dalam penjualan produk yang
menjadi menggunakan tas daur ulang yang dapat digunakan berkali-kali dan
adalah ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. 2. Harga premium (Green Price)
dengan indikator yang digunakan adalah harga produk sejenis, harga sesuai kinerja,
dan harga sesuai desain. 3. Saluran distribusi ramah lingkungan (Green Place)
dengan indikator yang digunakan adalah mudah dijangkau dan kelengkapan produk.
1) Green Products
2) Green Price
2) Green Distributif
3) Green Promotion
Harga sesuai 5
desain
Green Produk mudah 6
Distribution dijangkau
Kelengkapan 7
produk
Green Pesan 8
Promotion lingkungan
Memotivasi 9
konsumen
terdiri dari empat macam tanggung jawab, yaitu ekonomi, hukum, sosial, dan
lingkungan.
tersebut maka dapat diartikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak hanya
bisnis perusahaan dan bentuk tanggung jawab sosial dan juga hubungan terhadap
Gozali, & Putranti, 2016). CSR menjadi bagian terpenting dalam penyusunan
budaya, dan ekonomi (Rudito, Budimanta, & Prasetijo, 2004). CSR yang dilakukan
dengan baik tidak selalu memberikan hasil kontribusi yang positif pada sikap,
Nugraha, 2021).
komunitas melalui tindakan bebas untuk menentukan praktek bisnis dan kontribusi
sumber daya perusahaan (Semuel & Wijaya, 2008). Maksud dari bebas menentukan
praktek bisnis bukan berarti melanggar hukum atau tidak bermoral melainkan
tindakan sukarela dari sebuah perusahaan untuk berkontribusi secara sosial terhadap
sekitarnya.
Menurut versi Uni Eropa, CSR adalah sebuah konsep dimana sebuah
perusahaan dan dalam interaksinya dengan stakeholders. Menurut versi Bank Dunia,
dalam skala besar untuk meningkatkan kualitas hidup sehingga baik untuk bisnis
konsep triple bottom line, dalam istilah economic prosperity, environmental quality,
dan social justice. Dalam konsep ini dikatakan bahwa perusahaan tidak hanya
mengejar profit semata, mereka juga harus terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
sebagai dimensi penting dalam membangun merek perusahaan yang kuat (Porter dan
dalam satu jenis usaha yang sama. Faktor-faktor yang berbeda dalam memengaruhi
komite audit dan ukuran dewan direksi. Namun pada penelitian ini peneliti memilih
b. Dimensi sosial
c. Dimensi lingkungan
Indikator setiap dimensi (Semuel & Wijaya, 2008) diantaranya sebagai berikut:
a) Dimensi ekonomi diukur oleh product, service dan avoiding actions that
damage trust
friendly product.
Pada dasarnya, suatu penelitian tidak berangkat dari awal. Akan tetapi telah
tentunya memiliki topik yang relevan, agar dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan bagi peneliti. Begitu pula halnya dengan penelitian ini, juga terdapat
berbagai penelitian terdahulu dengan topik mengenai green marketing, corporate
untuk variabel green marketing diperoleh nilai C.R sebesar 14,790 > 1,96 dengan p-
value 0,000 < 0,05 serta Koefisien Standardrized sebesar 0,968. Hasil tersebut
bran image. Dengan demikian hipotetsis pertama yaitu “Terdapat pengaruh positif
green marketing terhadap brand image air minum dalam kemasan Ades” diterima.
green marketing maka semakin baik juga brand image air minum dalam kemasan
merek Ades.
antara variabel green marketing terhadap variabel brand image. Adanya pengaruh
tersebut dibuktikan dengan uji hipotesis yang dilakukan dengan uji-t. dari hasil uji
tersebut diketahui hasil nilai thitung (20,306) lebih besar dibandingkan dengan ttabel
antara green marketing terhadap brand image KFC Naughty by Nature Senopati
Jakarta Selatan.
marketing perusahaan terhadap brand image diperoleh nilai signifikan sebesar 0,001
dengan nilai koefisien beta 0,568. Nilai signifikan 0,001 < 0,05 mengindikasikan
bahwa H₀ ditolak dan H₁ diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa green
marketing terhadap brand image produk lampu LED Philips. Hal ini berarti secara
umum green marketing pada produk lampu LED Philips telah dilakukan dengan
Kemudian responden menilai proses brand image dari produk lampu LED Philips di
kota Bandung sudah dilakukan dengan baik. Dimana brand image akan tercipta
dapat diketahui bahwa green marketing berpengaruh signifikan terhadap minat beli
konsumen produk Love Beauty and Planet. Hal ini dapat dilihat dari hasil hitung uji
t, dimana t hitung lebih besar dari ttabel. Sehingga menunjukkan bahwa variabel
bahwa nilai koefisien beta signifikan 0,276 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000
(kurang dari 0,05) memiliki arti bahwa diterima. Hasil penelitian ini
Penelitian (Laksita & Widodo, 2020), menyatakan bahwa hasil pengolahan data
terhadap green brand memiliki nilai t-statistic sebesar 19,918 > t-table sebesar
1,649. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel Corporate
brand.
model structural, menemukan bawa adanya pengaruh dari persepsi CSR dengan
berbanding lurus dengan persepsi nasabah terhadap Citra merek toko The Body
Shop. Nilai rata-rata dari salah satu item yang berkontribusi pada sosial lingkungan
dijabarkan dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilakukan
dilakukan salah satunya pada tahun 2000 dengan tema “Pilih Energi Positif”
tersebut.
produk, pembedaan, penetapan harga, promosi produk dan layanan yang memenuhi
marketing dapat meningkatkan niat beli pelanggan (Chen dan Chang, 2012).
minat beli.
untuk variabel green marketing diperoleh C.R sebesar 5,873 > 1,96 dengan p-value
0,000 < 0,05 serta Koefisien Standardrized sebesar 0,641. Hasil tersebut
minat beli. Dengan demikian hipotesis kedua yaitu “Terdapat pengaruh positif green
marketing terhadap minat beli air minum dalam kemasan Ades” diterima. Koefisien
marketing Ades maka semakin baik minat beli air minum dalam kemasan Ades.
marketing (X1) terhadap green purchase intention produk kecantikan dengan uji T,
dapat diketahui bahwa nilai koefisien variabel green marketing sebesar 0,706 dan
nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1
purchase intention.
bahwa “green marketing berpengaruh positif terhadap minat beli Amdk merek Aqua
Terbukti. Karna hasil statistik pada uji hipotesis diperoleh t hitung sebesar 3.670 > t
tabel 2.276 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000<0.05. Ini menunjukkan bahwa
variabel green marketing (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
minat beli (Y). Selain itu berdasarkan pengamatan peneliti, kosumen cukup setuju
dengan produk Aqua yang memiliki kemasan yang ramah ingkungan sehingga
meminimalkan penggunaan plastik yang berbahaya bagi lingkungan. Hal ini berarti
green marketing berpengaruh postif terhadap minat beli AMDK merek Aqua
penelitian yang menunjukkan bahwa empat kategori bauran pemasaran hijau yaitu:
Green Product, Green Price, Green Place dan Green Promotion memiliki hubungan
positif dan signifikan dengan Minat Beli. Yang diungkapkan oleh Mahasiswa MBA
di Universitas Sudan.
Penelitian (Abdillah et.al, 2018), asil statistik uji t menyatakan bahwa “Terdapat
pengaruh positif CSR terhadap minat beli pada konsumen lampu Philips LED
rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan
dari lingkungannya. Menurut Redman (2015), Tanggung Jawab Sosial (CSR) dapat
Penelitian (Laksita & Widodo, 2020), menyatakan bahwa hasil pengolahan data
terhadap minat beli memiliki nilai t-statistic sebesar 19,044 > ttable sebesar 1,649.
penelitian ini menguatkan bukti empiris yang ada yang mendukung hubungan
langsung antara persepsi CSR dan niat beli. Dampak sosial perusahaan yang
dirasakan tanggung jawab atas niat membeli bersifat positif lintas generasi (Gen X
dan Y).
Penelitian (Lee & Lee, 2018) mengemukakan bahwa mengenai CSR tingkat
perusahaan, persepsi timbal balik peserta secara positif dan langsung mempengaruhi
niat beli. Penelitian (Chalimatuz et al, 2017) menyatakan bahwa Corporate social
responsibility memiliki pengaruh terhadap niat beli. Tanggung jawab yang didukung
untuk variabel brand image diperoleh nilai C.R sebesar 3,459 > 1,92 dengan p-value
0,000 < 0,05 serta Koefisien Standardrized sebesar 0,305. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat
beli. Dengan demikian hipotesis ketiga yaitu “Terdapat pengaruh positif brand
image terhadap minat beli air minum dalam kemasan Ades” diterima. Nilai koefisien
Standardrized yang positif menunjukkan bahwa semakin baik brand image air
minum dalam kemasan Ades maka semakin baik juga minat beli pada Ades.
menggunakan indikator produsen, reputasi baik, citra baik. Skor rata-rata tertinggi
terdapat pada pernyataan “Produk AMDK AQUA memiliki reputasi baik dimata
konsumen dan terendah ada pada pernyataan “Produk AMDK AQUA mempunyai
citra baik”. Penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu oleh Rachmawati,
dkk (2020) yang menyatakan bahwa Brand Image berpengaruh positif dan signifikan
penelitian ini diketahui bahwa citra merek memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap Minat beli sebesar 0,854 dengan t hitung variabel Kepercayaan sebesar
15,314 dan memiliki nilai sebesar 0,000 lebih kecil 0,05. Maka dapat
di tarik kesimpulan bahwa Brand Image berpengaruh signifikan kepada Minat beli
Jika dilihat dari nilai beta yang diperoleh maka variabel citra merek berpengaruh
SEM-PLS menunjukkan bahwa pada pengaruh green brand terhadap minat beli
memiliki nilai t-statistic sebesar 11,566 > t-table sebesar 1,649. Dengan demikian
H0 ditolak dan H2 diterima. Artinya variabel green brand berpengaruh positif dan
bahwa variabel Green Brand Image (X) berpengaruh positif terhadap Green
Purchase Intention (Y2) karena memiliki nilai probalitas (0,000) < 0,05 yang berarti
Agar konsumen dapat berminat untuk melakukan pembelian yang tepat dan
menciptakan citra konsumen terhadap merek, maka pengelola bisnis harus dapat
menetapkan strategi pemasaran yang efektif. Kesadaran konsumen akan produk yang
ramah lingkungan semakin meningkat, untuk itu perusahaan harus cermat dalam
lingkungan.
minimal pada perusakan lingkungan alam. Saat ini mulai banyak perusahaan yang
mengadopsi strategi green marketing sejalan dengan mulai banyaknya konsumen dan
tengah-tengah isu lingkungan seperti saat ini penggunaan strategi green marketing akan
menerapkan green marketing tentu memiliki beberapa poin nilai lebih dibandingkan
Dalam pasar masa kini, sebagian perusahaan menyediakan produk yang serupa.
Hal ini dapat membingungkan konsumen dalam memilih produk mana yang akan
dipilih (Pribadi, 2012). Rangkuti (2012) berpendapat bahwa pada umumnya sebagian
besar konsumen tidak ingin direpotkan oleh banyak informasi mengenai karakteristik
suatu produk. Hal ini disebabkan karena konsumen tidak ingin membeli semua
dari produk tersebut. Dengan demikian pemilihan produk akan jadi sangat subjektif dan
Konsumen cenderung memilih produk yang sudah dikenal baik atau sudah
memiliki citra merek yang baik. Jadi apabila suatu produk memiliki citra diri yang
positif dimata konsumen dan diyakini dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen, maka minat membeli suatu produk akan timbul dalam diri konsumen.
strategi pemasaran ramah lingkungan yang diterapkan oleh perusahaan maka semakin
baik citra merek yang dimiliki oleh perusahaan. Begitupun (Khrisna, 2016) yang
membuat produk yang ramah lingkungan berhasil meningkatkan brand image pada
bisnis secara keseluruhan. hal ini sejalan dengan penelitian (Santoso & Ardani, 2017)
brand image.
citra merek pada sebuah perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan
dengan tujuan untuk menciptakan citra merek yang baik. Juga dengan hasil penelitian
brand image pada produk Tupperware di kota Padang (Nofiasari & Yasri, 2019).
Tupperware maka semakin tinggi pula brand image konsumen dan masyarakat
dan ramah lingkungan. Hal ini akan membentuk ketertarikan konsumen terhadap
produk. Begitupun (Almuarief, 2016), semakin baik penerapan green marketing maka
semakin baik minat beli yang dimiliki konsumen. Penelitian (Kurniadin, 2021)
Beli. Semakin baik Green Marketing maka minat beli konsumen akan semakin
2019). Konsumen cukup setuju dengan produk Aqua yang memiliki kemasan yang
lingkungan. Hal ini berarti green marketing berpengaruh postif terhadap minat beli
Universitas Mataram. Hal ini sejalan dengan penelitian (Mahmoud O.T et al, 2017)
dan (Sani, 2022) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh green marketing
Tanggung Jawab Sosial (CSR) dapat menarik minat konsumen, perilaku pembelian
konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar
Begitupun (Sugiarti, 2015), tanggung jawab sosial dipengaruhi oleh minat beli.
Semakin baik perusahaan melakukan tanggung jawab sosial maka semakin tinggi
pangsa pasar dan mendongkrak penjualan. Juga didukung oleh penelitian dari
(Septiani, 2016) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh The Body Shop. Dengan demikian
yang luas sehingga pembelian produk The Body Shop akan menghasilkan keuntungan
mempengaruhi peningkatan niat beli pelanggan (Chalimatuz et al, 2017). Hal ini
sejalan dengan penelitian (Arachci & Mendis, 2021) dan (Lee & Lee, 2018)
purchase intention.
Green brand image memengaruhi minat beli (Almuarief, 2016). Semakin baik
brand image maka semakin baik juga minat beli konsumen terhadap produk.
beli. Semakin baik citra merek maka minat beli konsumen akan semakin meningkat,
Adanya pengaruh variabel green brand image terhadap variabel green purchase
memberikan peningkatan terhadap Green Purchase Intention. Hal ini sejalan dengan
penelitian (Laksita & Widodo, 2020) dan (Hisam et al, 2019) yang menyatakan bahwa
2.2.6 Pengaruh Green Marketing terhadap Purchase Intention melalui Green Brand
Image
produk yang akan dibeli telah menerapkan produk yang ramah lingkungan sehingga
tidak hanya untuk kecantikan konsumen tetapi juga ikut serta merawat bumi ini.
Konsumen lebih tertarik membeli produk ketika citra merek perusahan semakin bagus
dan mengarah ke hal positif serta strategi pemasaran produk yang ramah lingkungan
Minat Beli Hal ini disebabkan karena pemasaran ramah lingkungan yang relatif
banyak, maka akan mempengaruh terhadap Minat Beli melalui Brand Image. Hal ini
sejalan dengan penelitian (Hisam et al, 2019) menyatakan bahwa green marketing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli melalui brand image.
menerapkan tanggung jawab sosial yang baik sehingga menciptakan citra merek yang
positif. Kesan baik dari konsumen tentang adanya tanggung jawab sosial perusahaan
yang dirasakan akan menciptakan rasa nyaman dan persepsi yang baik terhadap citra
merek perusahaan. Persepsi yang baik tentang tanggung jawab sosial perusahaan akan
merubah citra merek yang pada awalnya biasa-biasa saja, kini muncul ketertarikan
untuk membeli. Hal ini sejalan dengan penelitian (Laksita & Widodo, 2020)
signifikan terhadap minat beli dengan green brand sebagai variabel intervening.
image.
Green
Marketing H3
(X1)
H1
Green Brand Purchase
Image H5 Intention
(Y) (Z)
H2 H7
H6
Corporate H4
Social
Responsibility Keterangan:
(X2)
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tidak Langsung
Gambar 2.1 Model Penelitian
2.2.9 Hipotesis Penelitian
H1 : Diduga ada pengaruh langsung green marketing terhadap green brand image
brand image pada konsumen merek produk Love Beauty and Planet
H3 : Diduga ada pengaruh langsung green marketing terhadap purchase intention
H5 : Diduga ada pengaruh langsung green brand image terhadap purchase intention
intention melalui green brand image pada konsumen merek produk Love
purchase intention melalui green brand image pada konsumen merek produk