Anda di halaman 1dari 16

SUMBER ENERGI TERBARUKAN DAN TAK TERBARUKAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketersediaan sumber energi fosil, seperti minyak bumi, gas alam, dan batu
bara, menjadi landasan utama dalam memenuhi kebutuhan energi dunia. Meskipun
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, ketersediaan sumber energi fosil
terbatas dan membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaannya yang
berlebihan telah menyebabkan pemanasan global, perubahan iklim, dan degradasi
lingkungan (Herlambang & Sariman, 2022). Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk mencari sumber alternatif yang berkelanjutan.
Penggunaan sumber energi terbarukan, seperti energi matahari, angin, dan
biomassa, menawarkan solusi yang lebih ramah lingkungan. Keuntungan utama
dari sumber energi terbarukan, yaitu jumlahnya yang berlimpah dan tidak terbatas
(Herlambang & Sariman, 2022). Pemanfaatan sumber energi terbarukan dapat
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, mengurangi jejak karbon
rumah tangga, dan mengurangi dampak dari polusi udara yang disebabkan oleh
pembakaran sumber energi konvensional.
Pemerintah dan para peneliti secara aktif mendorong dan menfasilitasi
pengembangan sumber energi alternatif, termasuk hydro, matahari, panas bumi,
biomassa, dan angin (Mulkan, 2022). Langkah-langkah ini bertujuan untuk
mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan (Mulkan, 2022). Pengembangan teknologi energi
alternatif menjadi kunci untuk menciptakan sumber energi yang lebih berkelanjutan
dan efisien.
Pemanfaatan sumber energi terbarukan juga dapat diintegrasikan dalam
industri, seperti pembuatan kendaraan ramah lingkungan dan peralatan listrik
(Herlambang & Sariman, 2022). Penggunaan energi matahari dan angin, misalnya,
dapat membantu mengurangi biaya operasional dan dampak lingkungan dalam
proses produksi. Melalui pendekatan ini, industri dapat berperan aktif dalam
mendukung keberlanjutan dan menyumbang pada upaya global dalam menghadapi
tantangan energi dan lingkungan.
Untuk mewujudkan reformasi hijau dengan beralih kepada energi
terbarukan, dibutuhkan wawasan yang mendalam mengenai sumber energi dan
pemanfaatannya. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih belum teredukasi
mengenai topik ini. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu upaya untuk mengedukasi
masyarakat akan isu-isu ini.
Makalah ini memposisikan dirinya sebagai sumber referensi yang
membahas lebih lanjut mengenai potensi dan tantangan sumber energi terbarukan
dan tak terbarukan, serta bagaimana pemanfaatannya dapat diintegrasikan dalam
berbagai industri dan memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat.
Diharapkan dengan adanya makalah ini masyarakat akan mendapatkan pengetahuan
mengenai pembagian sumber energi menjadi sumber energi terbarukan dan tak
terbarukan, dan penggunannya.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana ketersediaan dan dampak penggunaan energi tak terbarukan,
terutama dalam bentuk sumber daya fossil dan nuklir?
b. Bagaimana pengertian, perkembangan, dan bentuk-bentuk energi terbarukan,
khususnya energi matahari, air, dan angin?
c. Bagaimana peran dan perkembangan pembangkit listrik, seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dan lainnya, dalam menghadirkan
solusi berkelanjutan di sektor energi?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Menyelidiki ketersediaan dan dampak penggunaan energi tak terbarukan,
dengan fokus pada sumber daya fossil dan nuklir, guna memberikan
pemahaman menyeluruh tentang kontribusinya terhadap kebutuhan energi dan
dampak lingkungan.
b. Menguraikan pengertian, perkembangan, dan berbagai bentuk energi
terbarukan, terutama energi matahari, air, dan angin, untuk menyoroti potensi
dan keunggulan masing-masing sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan.
c. Menganalisis peran serta perkembangan pembangkit listrik, seperti PLTB,
PLTA, PLTN, dan sejenisnya, dalam mendukung transisi ke sumber energi
yang lebih ramah lingkungan, serta mengevaluasi kontribusinya dalam
memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Energi tak terbarukan


2.1.1. Pengertian
Energi tak terbarukan, sering disebut sebagai energi yang tidak dapat
diperbaharui, tergolong ke dalam kategori sumber daya yang memiliki keterbatasan
sumber daya dan tidak dapat diperbarui dengan cepat, bahkan beberapa memerlukan
waktu yang sangat lama untuk dapat diperbaharui (Dehbi & Martin, 2011). Menurut
Andriani (2018), sumber energi tak terbarukan atau non-renewable, diartikan sebagai
sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui atau dipulihkan secara alami.
Meskipun sejumlah sumber energi tak terbarukan dapat secara teoretis diperbaharui,
namun waktu yang dibutuhkan untuk regenerasi mereka sangat panjang. Saat ini,
meskipun telah terjadi pergeseran ke arah sumber energi alternatif, sumber energi tak
terbarukan masih mendominasi sebagai sumber energi utama yang banyak digunakan.
Contoh konkretnya adalah sumber energi yang berasal dari fosil, seperti minyak
bumi dan batu bara. Meskipun secara teoretis bisa diperbaharui, tetapi proses
regenerasinya memakan waktu jutaan tahun karena berasal dari organisme hidup yang
mati dan terkubur dalam lapisan tanah selama jutaan tahun (Nurlaila, 2019). Sumber
daya ini terus dieksploitasi dalam skala besar, meskipun ada peningkatan dalam
penggunaan sumber energi alternatif.
Selain itu, sumber energi tak terbarukan juga dapat berasal dari mineral alam,
seperti uranium yang dapat menghasilkan energi nuklir setelah melalui serangkaian
proses tertentu. Walaupun dapat dimanfaatkan, proses pemanfaatan ini membutuhkan
teknologi yang kompleks dan melibatkan risiko lingkungan yang signifikan. Meskipun
demikian, sebagian besar masyarakat masih sangat tergantung pada sumber energi tak
terbarukan, dan tantangan dalam beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan
masih menjadi kenyataan yang dihadapi.
Energi tak terbarukan merujuk kepada sumber daya energi yang tidak dapat
diperbaharui dalam skala waktu manusia, seperti bahan bakar fosil dan uranium.
Ketergantungan yang besar pada energi tak terbarukan mendorong penelitian dan
pengembangan sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan, seperti energi
matahari, angin, dan air (Parvez, dkk., 2023). Hal ini disebabkan oleh habisnya sumber
energi tak terbarukan dalam beberapa waktu mendatang. Beberapa penelitian juga
menyoroti pentingnya reformulasi undang-undang untuk memfasilitasi transisi ke energi
baru terbarukan guna menghadapi perubahan iklim. Selain itu, analisis juga dilakukan
terkait penggunaan sampah organik sebagai sumber energi alternatif biogas terbarukan
(Hasanah & Sudarti, 2022). Di Provinsi Sumatera Utara, terdapat upaya pemilihan
energi baru terbarukan sebagai substitusi bahan bakar untuk pembangkit listrik, dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial (Barus & Sriwana, 2022).

2.1.2. Perkembangan
Analisis bibliometrik menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi
baru dan terbarukan yang besar, termasuk geothermal, hidro dan mikro-mini hidro,
bioenergi, tenaga surya, angin, dan gelombang laut. Pemerintah Indonesia juga telah
mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan sumber energi terbarukan, seperti
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil (Tupan, 2022; Wulandari, dkk., 2023). Selain itu, ketergantungan yang besar
pada energi tak terbarukan mendorong penelitian dan pengembangan sumber energi
alternatif dari bahan-bahan alam yang bersifat terbarukan. Beberapa penelitian juga
menyoroti pentingnya reformulasi undang-undang untuk memfasilitasi transisi ke energi
baru terbarukan guna menghadapi perubahan iklim (Parvez, dkk., 2023). Selain itu,
terdapat upaya pemilihan energi baru terbarukan sebagai substitusi bahan bakar untuk
pembangkit listrik di berbagai wilayah di Indonesia (Kristofer, 2015).

2.1.3. Bentuk-bentuk (Fossil, Nuklir)


Bentuk-bentuk sumber energi tak terbarukan melibatkan pemanfaatan bahan
bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara, serta uranium yang diterapkan
dalam pembangkit listrik tenaga nuklir. Adanya ketergantungan yang signifikan pada
sumber energi tak terbarukan telah mendorong adanya penelitian dan pengembangan
dalam eksplorasi sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan, termasuk energi
matahari, angin, dan air (Parvez, dkk., 2023). Selain itu, penelitian juga melibatkan
analisis terhadap potensi penggunaan sampah organik sebagai sumber energi alternatif
berupa biogas yang bersifat terbarukan (Taufiqurrahman & Yusuf, 2022).
Berdasarkan beberapa referensi, berikut penjelasan bentuk-bentuk energi tak
terbarukan:
Berikut adalah ragam jenis sumber daya alam yang bersifat tidak terbarukan:
1) Batu Bara
Batu bara, sebagai bahan bakar fosil, memiliki struktur berupa batuan sedimen
yang dapat terbakar. Batu bara terbentuk melalui proses pengendapan bahan organik,
khususnya sisa-sisa tumbuhan, dengan komposisi unsur utama karbon, hidrogen, dan
oksigen.
2) Minyak Bumi
Minyak bumi, sebagai bahan bakar fosil dalam bentuk cairan kental berwarna
hitam atau coklat gelap, mudah terbakar. Minyak bumi terdiri dari campuran
hidrokarbon yang kompleks dan berasal dari dekomposisi materi organik, termasuk
sisa-sisa tumbuhan dan hewan.
3) Gas Alam
Gas alam, juga dikenal sebagai gas bumi, merupakan jenis bahan bakar fosil
berwujud gas dengan kandungan utama berupa metana. Metana dihasilkan melalui
proses pembusukan bahan-bahan organik oleh bakteri anaerobik. Gas metana ini
memiliki dampak sebagai gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global
ketika dilepaskan ke atmosfer bebas.

4) Nuklir
Energi nuklir adalah bentuk energi yang dihasilkan melalui proses reaksi fisi dan
fusi pada inti atom. Bahan bakar nuklir utamanya terdiri dari uranium dan plutonium,
yang diperoleh melalui ekstraksi dari tambang bawah tanah. Oleh karena itu, bahan
bakar nuklir termasuk ke dalam kategori bahan bakar yang tidak dapat diperbarui.

2.2. Energi Terbarukan


2.2.1. Pengertian
Menurut International Energy Agency (IEA), energi baru dan terbarukan
didefinisikan sebagai jenis energi yang dihasilkan melalui proses alam yang
berlangsung secara berkelanjutan, memungkinkan penggunaannya sebagai sumber
energi alternatif (Finland, 2007). Energi terbarukan memiliki perbedaan mendasar
dengan energi yang berasal dari sumber fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu
bara. Perbedaan utamanya terletak pada ketiadaan emisi gas rumah kaca, seperti karbon
dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, yang timbul akibat pembakaran energi fosil.
Beberapa jenis energi terbarukan, seperti energi matahari atau panas bumi, angin,
biomassa, biogas, biofuel, geothermal, hydropower, dan energi yang dihasilkan dari
laut, dapat diandalkan untuk mengurangi dampak efek rumah kaca. Jenis-jenis energi ini
menyajikan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berpotensi untuk mengatasi
tantangan lingkungan yang dihadapi akibat penggunaan energi fosil.
Energi terbarukan dapat dianalisis dari dua perspektif utama, yaitu sumber dan
pemanfaatannya. Pertama, terdapat energi terbarukan yang dihasilkan oleh proses alam
secara berkelanjutan. Dalam kategori ini, berbagai sumber energi terbarukan dapat
ditemukan baik secara langsung dari alam maupun dengan campur tangan manusia.
Contohnya meliputi sinar matahari yang dapat diubah menjadi energi surya, panas bumi
yang dapat dimanfaatkan secara alami, energi pasang-surut dan gelombang air laut,
angin, serta biomassa.
Di sisi lain, terdapat juga energi terbarukan yang memerlukan konversi agar
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi lainnya. Proses ini melibatkan transformasi
energi menjadi bentuk yang lebih praktis untuk digunakan. Contohnya adalah biogas
yang dapat diubah menjadi pembangkit listrik, bahan bakar untuk kendaraan, dan gas
yang dapat digunakan dalam kegiatan memasak. Pemahaman mengenai kedua
perspektif ini memperluas wawasan tentang beragam cara sumber energi terbarukan
dapat ditemukan dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi berkelanjutan.

2.2.2. Perkembangan
Energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak
terbatas, seperti energi surya, energi angin, energi air, biomassa, dan lain-lain. Di
Indonesia, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi
terbarukan, seperti energi surya dan energi angin, untuk mengurangi ketergantungan
pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Kebijakan energi
nasional Indonesia menekankan pentingnya memaksimalkan penggunaan energi bersih
terbarukan, meminimalkan penggunaan minyak bumi, mengoptimalkan pemanfaatan
gas bumi dan energi baru, mengandalkan batubara sebagai andalan pasokan energi
nasional, dan memanfaatkan nuklir sebagai pilihan terakhir (Ferdyson & Windarta,
2023). Terdapat juga program-program non-profit yang diimplementasikan di beberapa
kota di Indonesia untuk memanfaatkan potensi energi angin dan energi surya
(Wulandari, dkk., 2023). Selain itu, telah dilakukan analisis bibliometrik untuk
mengetahui perkembangan potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia (Tupan,
2022). Internet of Things (IoT) juga memiliki potensi untuk meningkatkan konsumsi
energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi (Prawiyogi & Anwar, 2023).

2.2.3. Bentuk-bentuk (matahari, air, angin)


Sumber energi terbarukan, sebagaimana diuraikan dalam Buku Panduan Energi
Terbarukan (2011), mencakup berbagai jenis sebagai berikut:
a. Biomassa
Biomassa merupakan materi organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik,
dapat berupa produk atau limbah. Contoh biomassa mencakup tanaman, rumput, ubi,
limbah pertanian, limbah hutan, dan kotoran ternak. Kelebihan dari sumber energi
biomassa meliputi keberlanjutan karena sifatnya yang dapat diperbaharui secara terus-
menerus (Kurniawan & Danoedoro, 2017).
Bahan bakar bio, atau biofuel, merujuk pada bahan bakar yang diperoleh dari
biomass, yaitu organisme atau produk dari metabolisme hewan, termasuk kotoran sapi
dan sejenisnya. Biofuel merupakan salah satu bentuk sumber energi yang dapat
diperbaharui. Umumnya, biomass dibakar untuk melepaskan energi kimia yang
terkandung di dalamnya, kecuali saat biofuel digunakan sebagai bahan bakar dalam fuel
cell seperti direct methanol fuel cell dan direct ethanol fuel cell.
Biomassa dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai bahan bakar atau
diproses untuk menghasilkan jenis bahan bakar lain seperti biodiesel, bioetanol, atau
biogas, tergantung pada sumbernya. Biomassa dalam bentuk biodiesel, bioetanol, dan
biogas dapat digunakan dalam mesin pembakaran dalam atau pendidih dengan syarat
tertentu. Ini membuka peluang untuk diversifikasi penggunaan biomass sebagai bahan
bakar yang dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional dan
berpotensi lebih ramah lingkungan.
b. Matahari
Energi matahari berasal dari cahaya panas yang diterima dari matahari. Selain
memanaskan air, energi matahari dapat dikonversi menjadi listrik. Energi surya
merupakan bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari cahaya matahari.
Meskipun matahari tidak memberikan energi yang konstan pada setiap titik di bumi,
energi surya tetap menjadi sumber daya yang sangat potensial. Tenaga surya memiliki
berbagai penerapan, termasuk menghasilkan listrik melalui sel surya, menara surya,
pemanasan langsung gedung, pemanasan gedung dengan menggunakan pompa panas,
dan memasak dengan oven surya. Meskipun terdapat batasan terkait ketersediaan sinar
matahari yang tidak konsisten, terus berkembangnya teknologi panel surya dan sistem
penyimpanan energi menjadi kunci dalam mengoptimalkan pemanfaatan energi surya
untuk keberlanjutan dan efisiensi yang lebih baik.
c. Air
Tenaga air diperoleh dari air yang mengalir atau terjun. Menggunakan baling-
baling atau turbin, energi mekanis yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi listrik
melalui generator.
d. Angin
Angin, ketika bertiup, membawa energi kinetik yang dapat dimanfaatkan untuk
melakukan pekerjaan. Misalnya, turbin angin di puncak menara menghasilkan energi
mekanik yang dikonversi menjadi energi listrik.
e. Panas Bumi
Energi panas bumi berasal dari dalam bumi, dihasilkan oleh peluruhan partikel
radioaktif di dalam batuan. Ketika air panas bertekanan tinggi mencapai permukaan
melalui retakan di kulit bumi, terbentuklah sumber air panas atau uap panas yang dapat
dimanfaatkan.
f. Pasang Surut Air Laut
Energi air pasang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik dengan
menahan air di belakang bendungan pada saat pasang dan mengalirkan air laut melalui
turbin pada saat surut.
g. Nuklir
Sumber energi nuklir berasal dari tambang yang dapat dibudidayakan melalui
proses fisi dan fusi. Meskipun bersih, energi nuklir memiliki risiko bahaya radiasi yang
memerlukan pengolahan ekstra hati-hati dan investasi modal yang besar (Buku Panduan
Energi yang Terbarukan, 2011).

2.3. Pembangkit Listrik (PLTB, PLTU, PLTN, dsb)


a. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit listrik tenaga uap merupakan jenis pembangkit listrik yang
memanfaatkan energi kinetik dari uap air guna menghasilkan energi listrik. Proses
operasionalnya melibatkan penggunaan siklus Rankine. Siklus Rankine, sebuah
siklus termodinamika, berfungsi untuk mengubah panas menjadi kerja. Pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU) menjalani 3 tahap konversi energi selama operasinya,
yaitu:
1) Konversi energi kimia dari bahan bakar ke dalam bentuk uap bertemperatur dan
bertekanan tinggi.
2) Konversi energi panas menjadi energi mekanik untuk memutar generator.
3) Konversi energi mekanik tersebut menjadi energi listrik.
b. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) menggunakan energi potensial air sebagai
bahan bakarnya. Produksi energi listrik dari PLTA bergantung pada dua variabel
utama, yaitu tinggi jatuh air dan debit air. Pembangkit ini menghasilkan lima jenis
daya, meliputi daya maksimum, daya pasti, daya puncak, daya puncak khusus, dan
daya penyediaan.
c. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pembangkit listrik tenaga gas adalah salah satu jenis pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan sumber energi terbarukan sebagai bahan bakarnya. Gas metana, baik
dalam bentuk cair maupun gas, merupakan bahan bakar utama yang digunakan oleh
pembangkit listrik tenaga gas. Proses operasionalnya melibatkan transformasi
energi kimia yang dihasilkan dari ledakan bahan bakar menjadi energi mekanik
dengan bantuan turbin, dan selanjutnya, energi mekanik tersebut diubah menjadi
energi listrik oleh generator.
d. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
Pembangkit listrik tenaga gas dan uap adalah kategori pembangkit listrik yang
menggunakan sumber energi terbarukan sebagai bahan bakar utamanya.
Pembangkit ini merupakan evolusi dari pembangkit listrik tenaga gas, di mana pada
pembangkit sebelumnya, setelah gas bertekanan melewati turbin, gas tersebut
langsung dikeluarkan.
e. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Pembangkit listrik tenaga diesel adalah salah satu bentuk pembangkit tenaga listrik
konvensional yang menggunakan minyak sebagai bahan bakar utamanya. Cara
kerja dari pembangkit listrik tenaga diesel melibatkan penggunaan energi mekanik
yang dihasilkan dari ledakan bahan bakar diesel di dalam ruang bakar.
f. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah pembangkit listrik yang
memanfaatkan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik. Di
Indonesia, terdapat upaya pengembangan PLTB untuk memanfaatkan potensi
energi angin sebagai sumber energi terbarukan. Misalnya, sebuah penelitian di
Kabupaten Nganjuk menganalisis potensi PLTB di wilayah tersebut (Prasetya, dkk.,
2023).
g. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pembangkit listrik tenaga surya adalah jenis pembangkit tenaga listrik yang
mengandalkan sumber energi terbarukan, yaitu cahaya matahari, sebagai bahan
bakarnya. Pembangkit listrik tenaga surya beroperasi dengan memanfaatkan panas
matahari (dengan menggunakan concentrated solar panel) atau cahaya matahari
(dengan menggunakan photovoltaic), yang kemudian diubah menjadi panas atau
energi listrik.
h. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak (PLTO)
Pembangkit listrik tenaga ombak merupakan bentuk pembangkit energi listrik yang
mengandalkan sumber energi terbarukan sebagai bahan bakarnya. Proses
operasionalnya melibatkan pemanfaatan gerakan pada gelombang air laut untuk
menghasilkan energi listrik.
i. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Cara kerja pembangkit listrik tenaga nuklir melibatkan pemanfaatan reaksi fisi dan
fusi nuklir untuk menghasilkan energi panas. Energi panas yang dihasilkan
kemudian digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan dengan bantuan
boiler.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber energi fosil
memiliki ketersediaan terbatas dan dampak negatif terhadap lingkungan, menyebabkan
pergeseran ke sumber energi terbarukan. Penggunaan energi terbarukan, seperti
matahari, angin, dan biomassa, dianggap lebih menguntungkan karena melimpah dan
tidak terbatas. Pemerintah dan peneliti mendorong pengembangan sumber energi
alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan dampak lingkungan.
Pemanfaatan energi terbarukan dalam industri dapat mengurangi biaya operasional dan
dampak negatif. Makalah ini menjelaskan lebih lanjut tentang potensi dan tantangan
sumber energi terbarukan dan tak terbarukan serta cara pemanfaatannya dalam berbagai
sektor industri dan kebutuhan energi.

3.2. Saran
Makalah ini memberikan pemahaman mendalam tentang perbedaan antara
sumber energi terbarukan dan tidak terbarukan. Dengan membahas konsep,
perkembangan, dan bentuk-bentuk energi di kedua kategori, pembaca akan
mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang kompleksitas tantangan dan potensi di
bidang energi. Pemilihan topik-topik seperti pengembangan sumber energi alternatif,
pemanfaatan dalam industri, dan dampak lingkungan memberikan perspektif yang
seimbang. Makalah ini memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kesadaran
akan keberlanjutan dan peralihan ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Kevin Herlambang, F., & Sariman, S. (2022). Analisa Performa BLDC Motor untuk
Ban Sepeda dengan menggunakan Solar Cell Polycrystalline sebagai Sumber
Energi Matahari. Jurnal Health Sains.
Mulkan, A. (2022). Analisis Pemanfaatan Energi Angin Sebagai Sumber Pembangkit
Energi Listrik. Jurnal Ilmiah Teknik Unida.
Dehbi, A., & Martin, S. (2011). CFD simulation of particle deposition on an array of
spheres using an Euler/Lagrange approach. Nuclear Engineering and
Design, 241(8), 3121-3129.
Nurlaila, A. T. Y. (2019). Perkembangan Energi Terbarukan di Beberapa Negara.
In Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir (Vol. 16).
Parvez, A., Ismail, R.N., Asathin, S.A., & Saputra, A. (2023). Reformulation
Rancangan Undang-Undang Energi Baru Terbarukan for Transition to Eco-
Friendly Energy Based by Green Legislation. Ikatan Penulis Mahasiswa Hukum
Indonesia Law Journal.
Hasanah, A., & Sudarti, S. (2022). Analisis berbagai sampah organik sebagai energi
alternatif biogas terbarukan. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah.
Barus, W.H., & Sriwana, I.K. (2022). Pemilihan energi baru terbarukan sebagai
substitusi bahan baku pltu batubara di provinsi Sumatera Utara menggunakan
metode fuzzy analitycal hierarchy process (F-AHP). Jurnal Ilmiah Teknik
Industri.
Wulandari, J., Sudarti, & Yushardi (2023). Analisis Perkembangan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) Sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan Di
Indonesia. Jurnal Pendidikan, Sains Dan Teknologi.
Tupan, T. (2022). Analisis bibliometrik perkembangan potensi energi baru dan
terbarukan di Indonesia menggunakan R Biblioshiny dan VosViewer. Daluang:
Journal of Library and Information Science.
Kristofer, I. (2015). Desain dan Implementasi Multiple Input Buck - Boost Converter
pada Sel Surya dan Termoelektrik.
Andriani, A. (2018). Saya Indonesia, Negara Maritim Jati Diri Negaraku. CV Jejak
(Jejak Publisher).
Taufiqurrohman, M., & Yusuf, M. (2022). Pemanfaatan Energi Terbarukan dalam
Pengolahan Daur Ulang Limbah. Jurnal MENTARI: Manajemen, Pendidikan
dan Teknologi Informasi.
Finland, F. (2007). International Energy Agency.
Ferdyson, F., & Windarta, J. (2023). Overview Pemanfaatan dan Perkembangan
Sumber Daya Energi Surya Sebagai Energi Terbarukan di Indonesia. Jurnal
Energi Baru dan Terbarukan.
Author, C., Prawiyogi, A.G., & Anwar, A.S. (2023). Perkembangan Internet of Things
(IoT) pada Sektor Energi : Sistematik Literatur Review. Jurnal MENTARI:
Manajemen, Pendidikan dan Teknologi Informasi.
Kurniawan, R., & Danoedoro, P. (2017). Pengaruh koreksi radiometri terhadap akurasi
indeks vegetasi dalam estimasi biomassa di atas permukaan tanah pada topografi
bergunung wilayah Gunung Api Lawu. Jurnal Bumi Indonesia, 6(2).
Prasetya, D. P., Sunaryantiningsih, I., & Laksono, R. D. (2023). Analisis Potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Di Wisata Sumber Klampok
Kabupaten Nganjuk. Set-up: Jurnal Keilmuan Teknik, 1(2), 151-159.

Anda mungkin juga menyukai