Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khairudin Trusta Aditama

NIM : 202214547
Kelas : AF
Matkul : Sumber Daya Energi
Dosen : Bapak Andi Makkulau, ST, M.I.Kom, MT, MOS

TUGAS 1
Mempelajari potensi energi nuklir dalam global warming menurut riset dari MIT 2003 dan Oxford
Research Group 2007

 Potensi tenaga nuklir dalam global warming menurut riset dari MIT tahun 2003.

Pembangkitan listrik dari bahan bakar fosil, terutama gas alam dan batu bara, merupakan
kontributor utama dalam peningkatan emisi karbon dioksida atau gas rumah kaca
yang berkontribusi secara signifikan terhadap pemanasan global.

Dari laporan MIT 2003, setidaknya untuk beberapa dekade mendatang hanya ada beberapa
opsi realistis untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik:

1) meningkatkan efisiensi pembangkitan dan penggunaan listrik;


2) memperluas penggunaan sumber energi terbarukan seperti angin, matahari, biomassa,
dan panas bumi;
3) mengurangi emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil
(terutama batubara);
4) dan meningkatkan penggunaan tenaga nuklir.

Tujuan dari studi MIT ini bukan untuk memprediksi opsi mana yang akan menang atau
kalah atau paling unggul, karena kemungkinan keempat opsi diatas masih dibutuhkan,
sehingga menjadi kesalahan jika ada yang dikecualikan dari opsi ini dalam melakukan
pengelolaan emisi karbon penyebab global warming. Justru studi MIT berusaha
mengeplorasi dan mengevaluasi tindakan yang dapat diambil untuk mempertahankan tenaga
nuklir sebagai salah satu pilihan yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia di
masa depan dengan biaya rendah dan dengan cara yang dapat diterima lingkungan.
Pada tahun 2002, tenaga nuklir memasok 20% dari Amerika Serikat dan 17% dari konsumsi
listrik dunia. Para ahli memproyeksikan konsumsi listrik di seluruh dunia akan meningkat
secara substansial dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara berkembang.
Berikut ini adalah beberapa hal penting atau yang disoroti dalam riset MIT 2003 terutama
yang berhubungan dengan potensi tenaga nuklir ditahun-tahun mendatang dan potensinya
terhadap terhadap global warming:
1. Potensi tenaga nuklir dalam mengurangi emisi gas rumah kaca:
Menurut laporan MIT, tenaga nuklir dapat menjadi sumber energi yang bersih dan
berkelanjutan yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam beberapa
dekade terakhir, penggunaan tenaga nuklir di beberapa negara telah membantu
mengurangi emisi karbon dioksida sebesar ratusan juta ton setiap tahunnya.

2. Tantangan pengembangan teknologi nuklir:


Namun, laporan tersebut juga menyoroti tantangan yang terkait dengan pengembangan
teknologi nuklir, seperti biaya, keamanan, pengelolaan limbah radioaktif, dan risiko non-
proliferasi nuklir. Oleh karena itu, laporan ini menekankan perlunya pengembangan
teknologi dan regulasi yang lebih baik untuk memastikan pengembangan tenaga nuklir
yang aman dan terpercaya.

3. Potensi pengembangan teknologi nuklir yang lebih efisien:


Laporan ini juga menyatakan bahwa pengembangan teknologi nuklir yang lebih aman dan
efisien serta pengurangan biaya operasional dapat membuat tenaga nuklir menjadi sumber
energi yang kompetitif, lebih menarik, lebih aman dan terjangkau bagi pasar energi global.

4. Perlunya pendekatan yang berkelanjutan dalam pengembangan energi:


Dalam konteks ini, laporan ini menyimpulkan bahwa tenaga nuklir dapat menjadi sumber
energi yang penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan
iklim, tetapi harus diimbangi dengan pengembangan sumber energi alternatif yang
berkelanjutan dan regulasi yang tepat. Oleh karena itu, pendekatan yang berkelanjutan dan
terpadu harus menjadi fokus utama dalam pengembangan dan penggunaan sumber energi.

5. Faktor-faktor ekonomi:
Laporan ini juga menyoroti faktor-faktor ekonomi yang terkait dengan pengembangan
tenaga nuklir, seperti biaya modal, biaya operasional, dan persaingan dari sumber energi
alternatif. Laporan ini juga menunjukkan bahwa pengembangan teknologi nuklir yang
lebih efisien dan pengurangan biaya operasional dapat membuat tenaga nuklir menjadi
lebih terjangkau dan kompetitif.
Saat ini, memang tenaga nuklir bukanlah pilihan yang kompetitif secara ekonomi. Selain
itu, tidak seperti teknologi energi lainnya, tenaga nuklir membutuhkan keterlibatan
pemerintah yang signifikan karena masalah keamanan, proliferasi, dan limbah. Namun,
jika di masa depan emisi karbon dioksida membawa "harga" yang signifikan, energi nuklir
bisa menjadi pilihan yang penting bahkan vital untuk menghasilkan listrik. Sehingga opsi
tenaga nuklir harus dipertahankan, justru karena ini merupakan sumber energi bebas
karbon yang berpotensi memberikan kontribusi signifikan terhadap pasokan listrik di masa
depan.
6. Potensi pengembangan nuklir di negara-negara berkembang:
Laporan ini juga menyoroti potensi pengembangan tenaga nuklir di negara-negara
berkembang, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan energi.

Sehingga untuk melestarikan opsi nuklir di masa depan, perlunya mengatasi empat tantangan
penting yaitu biaya, keamanan, proliferasi, dan limbah. Tantangan-tantangan ini
akan meningkat jika pembangkit listrik tenaga nuklir akan dibangun di
semakin banyak negara. Upaya untuk mengatasi tantangan ini, akan didiberikan hanya jika
tenaga nuklir berpotensi memberikan kontribusi yang signifikan
untuk mengurangi pemanasan global (global warming), yang memerlukan perluasan tenaga
nuklir secara besar-besaran.

Untuk mengeeksplorasi masalah ini peneliti mendalilkan scenario pertumbuhan global bahwa
pertengahan abad akan terlihat 1.000 hingga 1.500 reaktor dengan kapasitas 1.000 megawatt-
listrik (MWe) yang masing-masing digunakan diseluruh dunia, dibandingkan dengan
kapasitas yang setara dengan 366 reaktor yang tahun 2002 beroperasi. Ekspansi tenaga nuklir
pada skala ini membutuhkan leadership dari U.S. dan komitmen dari Jepang, Korea dan
Taiwan, Eropa dan penyebaran tenaga nuklir yang lebih luas di seluruh dunia. Gambaran
1000 reaktor, dibawah ini adalah scenario yang tercantum dalam table berikut.

Skenario tersebut akan menggantikan sejumlah besar pembangkit bahan bakar fosil penghasil
karbon. Pada tahun 2022, emisi karbon dari aktifitas manusia adalah sekitar 6.500 juta ton per
tahun; emisi ini mungkin akan meningkat lebih dari 2x lipat pada tahun 2050. Tenaga nuklir
1000 GWe yang didalilkan disini akan menghindari setiap tahun sekitar 800 juta ton karbon
jika pembangkit listrik yang digantikan yaitu berbahan bakar gas dan menghindarkan 1.800
juta ton karbon jika pembangkit berbahan batu bara yang digantikan, dengan asumsi tidak ada
penangkapan atau penyerapan karbon dioksida dari sumber pembakaran.
Sehingga dalam konteks ini, riset ini menyimpulkan bahwa tenaga nuklir dapat menjadi
sumber energi yang penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab global
warming dan memerangi perubahan iklim, tetapi harus diimbangi dengan pengembangan
sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan regulasi yang tepat. Oleh karena itu,
pendekatan yang berkelanjutan dan terpadu harus menjadi fokus utama dalam pengembangan
dan penggunaan sumber energi.

 Potensi tenaga nuklir dalam global warming menurut riset "Secure Energy: Civil
Nuclear Power and Global Warming" yang diterbitkan oleh Oxford Research Group
pada tahun 2007.

Laporan tersebut mencatat bahwa bahan bakar fosil masih menjadi sumber energi utama di
seluruh dunia dan menghasilkan sebagian besar emisi gas rumah kaca, yang menjadi
penyebab utama dari global warming dan perubahan iklim. Namun, dengan kenaikan harga
minyak dan kekhawatiran atas ketidakpastian pasokan, penggunaan sumber energi alternatif,
termasuk tenaga nuklir, telah menjadi semakin penting.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa tenaga nuklir dapat menjadi salah satu sumber energi
bersih dan dapat memainkan peran penting dalam mengurangi ketergantungan pada bahan
bakar fosil dan mengurangi emisi karbon dioksida. Selain itu, tenaga nuklir juga dapat
menjadi sumber energi yang andal dan dapat memenuhi kebutuhan energi global di masa
depan.

Tabel. Emisi CO2 dari sumber energi per kilowatt hour (gCO2/kWh)

Dari tabel yang dikutip dari oxford research group tahun 2007 diatas menunjukkan gram
dari CO2 per kilowatt hour listrik (gCO2/kWh) yang dihasilkan oleh setiap jenis energi.
Sekalipun tenaga nuklir dikatakan rendah karbon, kontribusinya terhadap upaya
pengurangan emisi CO2 global akan masih dapat diabaikan karena tanaga nuklir
menyumbang kurang dari 2,2 % untuk kebutuhan energi dunia. Sehingga untuk memberikan
kontribusi yang signifikan, pembangkit tenaga nuklir harus meningkat secara drastis dan
cepat, ratusan hingga ribuan rector nuklir harus dibangun secara global selama beberapa
dekade mendatang.
Bagaimanapun tenaga nuklir tidak bebas CO2, tetapi kontribusinya untuk mengurangi CO2
memang adalah salah satu langkah yang terbaik untuk mengurangi ketergantungan pada
bahan bakar fosil. Selain itu, tenaga nuklir juga dapat menjadi sumber energi yang andal dan
dapat memenuhi kebutuhan energi global di masa depan.

Namun, laporan tersebut juga mengakui bahwa pengembangan tenaga nuklir memiliki
tantangan dan risiko. Beberapa tantangan tersebut meliputi keamanan, pengelolaan limbah
radioaktif, biaya, dan pengembangan teknologi. Oleh karena itu, laporan ini menekankan
pentingnya regulasi dan kebijakan yang tepat untuk memastikan pengembangan tenaga nuklir
yang aman, berkelanjutan, dan dapat diterima oleh masyarakat.

Laporan tersebut juga menyoroti pentingnya pengembangan sumber energi alternatif yang
berkelanjutan dan peningkatan efisiensi energi sebagai bagian dari solusi untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim. Dalam konteks ini, tenaga nuklir
dapat menjadi bagian dari energi yang berkelanjutan.

Laporan riset tersebut juga mengungkapkan bahwa penggunaan tenaga nuklir telah
meningkat secara signifikan di beberapa negara, seperti China dan India. Namun, penggunaan
tenaga nuklir masih belum tersebar secara merata di seluruh dunia.

Laporan tersebut juga mempertimbangkan beberapa pendekatan alternatif, seperti energi


terbarukan (dalam laporan ini yang dibahas adalah tenaga angin dan surya fotovoltaik saja)
dan peningkatan efisiensi tenaga nuklir, seperti : reaktor generasi keempat (IV), pembakar
bahan bakar nuklir, dan sistem pembuangan limbah radioaktif., yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengurangan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, laporan ini menekankan
pentingnya pendekatan yang berkelanjutan dan terpadu dalam pengembangan dan
penggunaan sumber energi nuklir.

Secara keseluruhan, laporan riset "Secure Energy: Civil Nuclear Power and Global Warming"
oleh Oxford Research Group tahun 2007 menyimpulkan bahwa tenaga nuklir memiliki
potensi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab globar warming dan memerangi
perubahan iklim, tetapi perlu diperhatikan dengan baik tantangan dan risiko yang terkait serta
diimbangi dengan pengembangan sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan regulasi
yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai