Corruptio, atau Corruptus. Arti harfiah dari kata tersebut adalah penyimpangan dari kesucian (Profanity), tindakan tak bermoral, kebejatan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan. Dengan demikian, korupsi merupakan tindakan yang merugikan Negara baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan Lingkungan hidup merupakan salah satu elemen kehidupan yang paling penting bagi kehidupan manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia sangatlah bergantung pada lingkungan hidup sekitarnya, bahkan dari satu pohon saja bisa mempunyai banyak arti bagi kehidupan manusia. Pembabatan hutan secara semena-mena , alih fungsi hutan lindung tanpa mempertimbangkan dampak negatif bagi lingkungan , masuknya barang limbah berbahaya beracun (b3) secara illegal, terjadinya bencana banjir karena pembangunan yang didasarkan pada dokumen AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) hasil rekayasa, mewabahnya ragam penyakit karena pembuangan limbah yang sembrono dan sebagainya, bila ditelusuri didalamnya pasti terdapat aroma korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi bukan saja merugikan keuangan negara namun lebih jauh korupsi telah menyebabkan berbagai persoalan sosial dan lingkungan hidup. Korupsi telah menyebabkan kemiskinan karena hilangnnya akses rakyat terhadap sumber-sumber kehidupan mereka. Korupsi telah menyebabkan hilangnnya jaminan hak-hak dasar hidup warga. Bahkan korupsi berperan besar dalam hal terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan hidup yang berujung pada bencana ekologis yaitu kolapsnya pranata (sosial dan lingkungan) kehidupan masyarakat. Korupsi di sektor lingkungan hidup akan menyebabkan kerugian ekologis yang bersifat jangka panjang. Kerugian ini mungkin tidak terasa sekarang, namun bisa dibayangkan apabila lingkungan hidup di bumi ini terutama di negara kita semakin rusak, tentu saja akan banyak kerugian yang diderita oleh manusia secara keseluruhan, bisa saja alam rusak, bencana alam terjadi, manusia kehabisan sumber daya alam, efek rumah kaca dan kerugian-kerugian itu akan berdampak jauh lebih besar dibandingkan kerugian ekonomis yang diderita. Praktek korupsi telah memuluskan berbagai undang-undang dan kebijakan yang tidak berpihak kepada kepentingan keselamatan hidup warga dan lingkungan hidup. Sebagai contoh lahirnya berbagai undang-undang sektoral yang berhubungan dengan pengurusan alam seperti : 1. UU No. 22 tahun 2001 tentang Migas; 2. UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 3. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan; 4. UU No. 19 tahun 2004 tentang Kehutanan; 5. UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan; 6. UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal; 7. UU No. 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang; 8. UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan 9. UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Kendala Bagi pelestarian Lingkungan
Kuatnya jejaring pelaku korupsi yang membelit disemua ini,
pada akhirnya mengurangi efektivitas upaya pemebrantasan korupsi, baik dilakukan pemerintah maupun oleh masyarakat. Upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang di dukung oleh banyak lembaga swadaya masyarakat dalam menolak masuknya limbah B3 (Barang Berbahaya Beracun). Misalnya, tentu akan sia-sia belaka, bila oknum aparat yang melakukan pengawasan dan penindakan masih gampang disogok oleh pebisnis hitam untuk meloloskan dagangan haramnya itu. Demikian pula, bencana banjir yang menyengsarakan masyarakat banyak niscaya akan terus terjadi, bila instansi perencana dan pengawas pembangunan kota, masih dihuni oleh oknum petugas korup yang dengan semena-mena mengubah rencana pembangunan yang sudah ditata demi mengejar sedikit uang sogokan Terimakasih