Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS MANDIRI MATA KULIAH

PANCASILA

Disusun untuk memenuhi mata kuliah

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Rabiatul Adawiyah, M.Pd

YUNITA RAHIMAH
NIM. P07124224038R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM RPL ALIH JENJANG
TAHUN 2024
Tugas Ketiga
Tanggal : Selasa, 20 Februari 2024

Soal :
1. Kenapa koperasi tidak berkembang di negara kita?
Jawaban:
Berdasarkan data Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jumlah Koperasi di
Indonesia tercatat 103.000 unit lebih dengan keanggotaan mencapai 26.000.000 orang.
Dengan data seperti ini maka seharusnya koperasi sudah dapat dikatakan sebagai salah satu
sumber devisa negara serta dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, kenyataannya berbeda jauh. Banyak koperasi di Indonesia yang sulit untuk
berkembang karena adanya beberapa faktor. Faktor utamanya adalah ketidak mampuan
koperasi menjalankan fungsi sebagai mana yang ‘dijanjikan’, serta banyak melakukan
penyimpangan atau kegiatan lain yang mengecewakan masyarakat. Kondisi ini telah
menjadi sumber citra buruk koperasi secara keseluruhan.
Koperasi sulit berkembang diantara lain disebabkan oleh:
1. Konflik kepentingan antara pemilik organisasi (yang seharusnya kepentingan
pemiliklah yang mendominasi) dengan kepentingan mereka yang mengontrol atau
mengelola organisasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
koperasi.
2. Dalam segi permodalan, suatu koperasi tentu harus memiliki modal yang cukup untuk
membangun koperasi tersebut serta menjalankan koperasi dengan manajemen yang
tepat pula. Suatu Koperasi di Indonesia yang kesulitan berkembang bias saja karena
permodalannya lemah, dengan modal yang minim maka akan sulit untuk berproduksi
sehingga hasil yang didapat juga akan minim pula, contohnya adalah dalam hal
meminjam uang di Bank, tingginya suku bunga bank membuat koperasi sulit
berkembang.
3. Kurangnya Promosi dan Sosialisasi.
Promosi diperlukan agar masyarakat tahu tentang koperasi tersebut. Pemerintah dengan
gencarnya melalui media massa mensosialisasikan Koperasi kepada masyarakat namun
jika sosialisasi hanya dilakukan dengan media massa mungkin hanya akan “numpang
lewat” saja. Dalam masalah promosi barang yang dijual di suatu koperasi juga
mengalami kendala seperti kurangnya promo yang ditawarkan dan kurang kreatifnya
koperasi untuk mempromosikan sehingga minat masyarakat juga berkurang untuk
dapat ikut serta dalam koperasi.
4. Kesadaran Masyarakat Untuk Berkoperasi Masih Lemah.
Masyarakat masih sulit untuk sadar berkoperasi, terutama anak-anak muda. Kesadaran
yang masih lemah tersebut bias disebabkan kurang menariknya koperasi di Indonesia
untuk dijadikan sebagai suatu usaha bersama. Selain itu para pemuda-pemudi lebih
sukamenghabiskan waktu di luar daripada melakukan kegiatan didalam koperasi
karena bagi pemuda terkesan “Kuno”.
5. Harga Barang di Koperasi Lebih Mahal Dibandingkan Harga Pasar
Masyarakat jadi enggan untuk membeli barang dikoperasi karena harganya yang lebih
mahal dibandingkan harga pasar. Bagi masyarakat Indonesia konsumen akan memilih
untuk membeli suatu barang dengan harga yang murah dengan kualitas yang sama atau
bahkan lebih baik dibandingkan dengan koperasi. Dengan enggannya masyarakat
untuk bertransaksi di koperasi sudah pasti laba yang dihasilkan oleh koperasi-pun
sedikit bahkan merugi sehingga perkembangan koperasi berjalan lamban bahkan tidak
berjalan sama sekali.
6. Sulitnya Anggota Untuk Keluar dari Koperasi
Seorang anggota koperasi maupun pemilik koperasi akan sulit untuk melepaskan
koperasi tersebut, kenapa ? Karena sulitnya menciptakan regenerasi dalam koperasi.
Dengan sulitnya regenerasi maka seseorang akan merasa jenuh saat terlalu dalam posisi
yang ia tempati namun saat ingin melepaskan jabatannya sulit untuk mendapatkan
pengganti yang cocok yang bias mengembangkan koperasi tersebut lebih lanjut.
7. Kurang Adanya Keterpaduan dan Konsistensi
Dengan kurang adanya keterpaduan dan Konsistensi antara program pengembangan
koperasi dengan program pengembangan sub-sektor lain, maka program
pengembangan sub-sektor koperasi seolah-olah berjalan sendiri, tanpa dukungan dan
partisipasi dari program pengembangan sektor lainnya.
8. Kurang Dirasakan Peran dan Manfaat Koperasi Bagi Anggota dan Masyarakat
Peran dan Manfaat koperasi belum dapat dirasakan oleh anggotanya serta masyarakat
karena Koperasi belum mampu meyakinkan anggota serta masyarakat untuk
berkoperasi dan kurang baiknya manajemen serta kejelasan dalam hal keanggotaan
koperasi.
9. Harga Barang di Koperasi Lebih Mahal Dibandingkan Harga Pasar
Masyarakat jadi enggan untuk membeli barang dikoperasi karena harganya yang lebih
mahal dibandingkan harga pasar. Bagi masyarakat Indonesia konsumen akan memilih
untuk membeli suatu barang dengan harga yang murah dengan kualitas yang sama atau
bahkan lebih baik dibandingkan dengan koperasi. Dengan enggannya masyarakat
untuk bertransaksi di koperasi sudah pasti laba yang dihasilkan oleh koperasi-pun
sedikit bahkan merugi sehingga perkembangan koperasi berjalan lamban bahkan tidak
berjalan sama sekali.
10. Masalah yang Berkaitan dengan Aspek Usaha.
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan usaha koperasi berkaitan erat dengan
masalah yang terdapat dalam aspek kelembagaan, terutama mengenai alat
perlengkapan organisasi dan kemampuan para pengelola usaha koperasi seperti
diuraikan di atas. Masalah strategis lainnya yang sangat berkaitan dengan
pengembangan usaha mencakup masalah kebutuhan modal dan kerja sama koperasi
dengan badan usaha yang lain.
11. Masalah lain yang dihadapi adalah eratnya keterkaitan kehidupan koperasi dengan
lingkungannya, seperti lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya dan lain-lain.
12. Selain itu yang perlu ditangani secara mendasar dalam Repelita V adalah kekurangan
tenaga pembina koperasi di lapangan baik dalam jumlah maupun mutunya. Kurangnya
penelitian yang diperlukan untuk penyusunan studi kelayakan dan penen tuan
kebijaksanaan koperasi juga merupakan masalah ang masih perlu ditangani.
2. Berikan tanggapan dari pernyataan tentang “Ekonomi di Indonesia mengarah ke
Kapital”?
Jawaban:
Untuk memahami apakah sebuah negara itu bercorak kapitalisme ataukah
sebaliknya yaitu sosialisme, maka indikator yang paling mudah untuk digunakan adalah
dengan melihat seberapa besar pihak-pihak yang menguasai sektor ekonominya. Jika
sektor-sektor ekonomi lebih banyak dikuasai oleh swasta, maka negara tersebut cenderung
bercorak kapitalisme dan sebaliknya, jika ekonomi lebih banyak dikendalikan oleh negara,
maka lebih bercorak sosialisme. Dengan menggunakan tolok ukur diatas, kita dapat
menelusuri sejauh mana cengkeraman kapitalisme telah menjalar ke Indonesia.
Sesungguhnya jejak kapitalisme diIndonesia dapat ditelusuri ketika Indonesia mulai
memasuki era pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru dimulai sejak Bulan
Maret 1966. Orientasi pemerintahan Orba sangat bertolak belakang dengan era
sebelumnya.
Kebijakan Orba lebih berpihak kepada Barat dan menjauhi ideologi sosialis.
Dengan membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat, maka arus modal
asing mulai masuk ke Indonesia, khususnya PMA (Penanaman Modal Asing) dan hutang
luar negeri mulai meningkat. Menjelang awal tahun 1970-an atas kerja sama dengan Bank
Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu
konsorsium Inter- Government Group on Indonesia (IGGI) yang terdiri atas sejumlah
negara industri maju termasuk Jepang untuk membiayai pembangunan di Indonesia. Saat
itulah Indonesia dianggap telah menggeser sistem ekonominya dari sosialisme lebih ke
arah semikapitalisme (Tambunan, 1998). Memasuki periode akhir 1980-an dan awal 1990-
an sistem ekonomi di Indonesia terus mengalami pergeseran. Menilik kebijakan yang
banyak ditempuh pemerintah, kita dapat menilai bahwa ada sebuah mainstream sistem
ekonomi telah dipilih atau telah ‘dipaksakan' kepada negara kita.
Isu-isu ekonomi politik banyak dibawa ke arah libelarisasi ekonomi, baik
libelarisasi sektor keuangan, sektor industri maupun sektor perdagangan. Sektor swasta
diharapkan berperan lebih besar karena pemerintah dianggap telah gagal dalam
mengalokasikan sumberdaya ekonomi untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan
ekonomi, baik yang berasal dari eksploitasi sumberdaya alam maupun hutang luar negeri.
Pakto '88 dapat dianggap sebagai titik tonggak kebijakan libelarisasi ekonomi di Indonesia.
Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti dengan terjadinya
transaksi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta yang sangat pesat, mewarnai
percaturan ekonomi Indonesia saat itu. 25 Masa pembangunan ekonomi Orde Baru-pun
akhirnya berakhir. Puncak dari kegagalan dari pembangunan ekonomi Orba ditandai
dengan meledaknya krisis moneter, yang diikuti dengan ambruknya seluruh sendi- sendi
perekonomian Indonesia.
Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian
Indonesia tidak bergeser sedikitpun dari pola sebelumnya. Bahkan semakin liberal. Dengan
mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF, Indonesia benar-benar telah menuju
libelarisasi ekonomi.
Dari hasil uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem ekonomi
kapitalis di Indonesia masih berlangsung sampai saat ini, karena ada beberapa faktor yang
tetap dilaksanakan oleh pemerintah, adalah sebagai berikut:
1. Dihapuskannya berbagai subsidi dari pemerintah secara bertahap. Berarti, harga dari
barang- barang strategis yang selama ini penentuannya ditetapkan oleh pemerintah,
selanjutnya secara berangsur diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar.
2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate). Sesuai dengan
kesepakatan dalam LoI dengan pihak IMF, penentuan nilai kurs rupiah tidak boleh
dipatok dengan kurs tetap (fix rate). Dengan kata lain, besarnya nilai kurs rupiah
harus dikembalikan pada mekanisme pasar.
3. Privatisasi BUMN. Salah satu ciri ekonomi yang liberal adalah semakin kecilnya
peran pemerintah dalam bidang ekonomi, termasuk didalamnya adalah kepemilikan
asset-asset produksi. Dengan dijualnya BUMN kepada pihak swasta, baik swasta
nasional maupun asing, berarti perekonomian Indonesia semakin liberal.
4. Peran serta pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan perjanjian GATT. Dengan
masuknya Indonesia dalam tata perdagangan dunia tersebut, semakin memperjelas
komitmen Indonesia untuk masuk kubangan libelarisasi ekonomi dunia atau
kapitalisme global.
Indonesia menjalankan roda perekonomian dengan menganut Sistem Ekonomi Pancasila.
Meski begitu siapa yang menyangka jika di Indonesia pun sebetulnya telah banyak terjadi
praktek kapitalisme. Kapitalisme di Indonesia sudah ada sejak masa penjajahan yaitu pada
saat berlakunya sistem tanam paksa yang dilakukan oleh Belanda. Sistem ini merupakan
bentuk konkrit kapitalisme karena Belanda mengeksploitasi kekayaan Indonesia demi
keuntungan negaranya.Setelah merdeka kapitalisme tetap berkembang di Indonesia yaitu
pada masa orde baru. Saat itu aliran modal asing semakin banyak masuk ke pasar keuangan
Indonesia dan kesenjangan antara pelaku bisnis yang memiliki modal dan yang tidak
memiliki modal pun semakin tinggi. Sampai saat ini praktek kapitalisme pun masih banyak
terjadi, inilah beberapa contoh kapitalisme di Indonesia dalam kehidupan sehari-hari

1. Masyarakat semakin konsumtif karena berbagai macam inovasi yang dilakukan oleh
perusahaan teknologi
2. Banyaknya minimarket yang letaknya sangat berdekatan dengan pasar tradisional
3. Eksploitasi pertambangan untuk meraup keuntungan yang besar namun mengabaikan
kondisi lingkungan.
4. Jual beli saham di pasar saham dengan tujuan peningkatan modal, dan masih banyak
lagi.
8

Anda mungkin juga menyukai