Anda di halaman 1dari 7

KEMBALI PADA JATIDIRI & MELAKUKAN SINERGI

SEBAGAI UPAYA KOPERASI INDONESIA


DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING GLOBAL
Oleh :Sony Teguh Trilaksono.*)

Sejak bertahun-tahun yang lalu Koperasi sudah diakui oleh para ahli maupun
pelaku ekonomi dunia sebagai pilar utama ekonomi sebuah bangsa. International
Co-operative Alliance (ICA) menyatakan bahwa peran koperasi di berbagai negara
dari tahun ke tahun terus meningkat secara signifikan. Sebagai indikatornya , tercatat
dalam data ICA tahun 2007 bahwa anggota Koperasi dunia telah mencapai 800 juta
orang, mempekerjakan lebih dari 100 juta orang dan memberikan jaminan kehidupan
kepada lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia. Indikator lainnya adalah partisipasi
dan kepercayaan masyarakat kepada Koperasi di banyak negara dari tahun ke tahun
terus meningkat. Yang menarik tingkat pertumbuhan Koperasi yang paling besar
terjadi pada lingkungan masyarakat di Negara yang berazaskan ekonomi kapitalis.
Tercatat rasio anggota Koperasi di banding jumlah rakyat di beberapa negara sebagai
berikut; Singapura 50 % , New Zeland 40 %,Canada 40 %,Jepang 33,%, Jerman 25
%, Amerika 25 %, Malaysia 24 %, Kenya 20 %,India 17 %, Thailand 14 % (ICA
2007).

Bila kita kaji daftar 300 Koperasi besar dunia sebagaimana bagan dibawah ini ,
ternyata 15 peringkat tertinggi berada di negara-negara berbasis ekonomi kapitalis
seperti: Prancis, Jepang, Amerika,Jerman, Belanda, Itali, Swis, Inggris, Findlandia,
Korea Norwegia, Canada, Swedia, Spanyol dan Denmark.
Data tersebut menunjukkan bahwa Koperasi yang merupakan badan usaha
berbasis ekonomi kerakyatan ternyata diterima dan lebih berkembang di lingkungan
masyarakat yang menganut ekonomi kapitalisme. Gambaran tersebut juga semakin
membuktikan bahwa Koperasi lebih mampu dan berperan dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sebuah Negara secara lebih luas
dan merata, dibanding dengan badan usaha yang berbasis sistem ekonomi kapitalis
yang hanya mampu memberikan kesejahteraan berlimpah kepada segelintir atau
sekelompok orang.

Kedua fenomena tersebut, itu mungkin menjadi salah satu jawaban mengapa
sistem ekonomi kapitalisme makin tidak populer dewasa ini, bahkan banyak kalangan
menduga dan menengarai sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi dan
kemiskinan global yang berkepanjangan di dunia.

Melihat kondisi perkembangan perkoperasian dunia yang menggembirakan


tersebut, mari kita tengok perkembangan perkoperasian di Indonesia. Berdasarkan
data Kementrian Koperasi dan UKM ( Juli 2012), tercatat 192.443 unit Koperasi,
dengan total anggota mencapai 33.687.417 orang (termasuk 71.365 unit KSP dengan
anggota 6.125.766). Data tersebut menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat
Indonesia dalam koperasi baru mencapai rasio 13 % (asumsi penduduk Indonesia 251
Juta Jiwa), lalu bandingkan dengan rasio negara lain.

Walaupun dari waktu ke waktu perkoperasian Indonesia mengalami


pertumbuhan yang berkesinambungan, namun bila dibanding dengan negara-negara
lain di dunia bahkan di Asia Tenggara pertumbuhannya masih sangat
memprihatinkan, padahal dukungan dan perhatian Pemerintah sudah cukup signifikan
terutama pada aspek regulasi dan kelembagaan. Perkoperasian Indonesia diatur secara
sistematis dalam Undang-undang (UU No : 25, tahun 1992), dan dalam pembinaan
operasionalnya dilakukan oleh institusi Pemerintah setingkat Departemen/Menteri.
Tidak adanya korelasi yang baik antara dukungan Pemerintah dan perkembangan
Koperasi di Indonesia, tentunya perlu dikaji dan di evaluasi secara lebih konperhensif
lagi untuk mendapat jawaban dan solusinya di lapangan.

Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan pengalaman, pengamatan penulis


sebagai salah satu pelaku Koperasi, dan juga berdasarkan diskusi dan masukan dari
pelaku koperasi lainnya, penulis mencoba membuat analisa kwalitatif potensi
perkoperasi Indonesia yang mencakup aspek; kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan (SWOT). Hasil analisa dapat di jelaskan sebagai berikut :

Kekuatan (Strength)
 Adanya dukungan yang kuat dari Pemerintah (regulas dan kelembagaan)
 Dikenal oleh masyarakat, di percayai sebagai gerakan ekonomi nasional
 Terbukti sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat/anggota
 Jumlahnya sangat signifikan dengan jenis usaha yang beragam
Kelemahan (Weakness)
 Sebagai badan usaha memiliki citra yang kurang kondusif (dikelola apa adanya,
kurang profesional)
 Partisipasi anggota yang rendah
 Visi –misi dan inovasi bisnis yang lemah
 Jaringan usaha yang sangat terbatas
 Birokrasi yang tinggi
 Tidak bersatu (bersinergi)
 Terbatasnya sumberdaya (SDM, Modal, Sistem, Bahan baku produk, Sarana,
Jaringan Bisnis dan Informasi)
 Lemah dalam penguasaan teknologi untuk pendukung bisnis
 Filosofi-Jatidiri Koperasi tidak diimplementasikan secara konsisten konsekuen

Peluang (Opportunity)
 Menjadi badan usaha besar karena memiliki potensi pasar (di DN/LN) yang
masih sangat terbuka dan luas
 Karena jenis usaha yang beragam dan terkait dengan kebutuhan masyarakat,
sehingga memiliki peluang bisnis yang masih besar
 Menjadi distributor yang besar karena jumlahnya yang banyak dan menyebar di
seluruh Indonesia
 Menjadi konglomerasi Koperasi
 Menjadi sokoguru perekonomian dan sumber penyerapan tenaga kerja Indonesia
 Menguasai pasar nasional khusunya untuk penyediaan komoditas berbasis
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan, dll

Tantangan (Threat)
 Menghadapi persaingan yang makin keras (globalisasi)
 Tuntutan penerapan iptek dalam proses bisnis Koperasi (sebagai daya/nilai saing)
 Kepercayaan pelaku ekonomi lain kepada Koperasi sebagai mitra usaha masih
rendah
 Kurangnya kesadaran, pemahaman, kepedulian, kepercayaan dan dukungan
masyarakat terhadap Koperasi
 Bila tidak melakukan perubahan signifikan dikhawatirkan akan kalah dalam
kompetisi global.

Mengacu hasil analisa tersebut dan berdasarkan hasil diskusi dengan para pelaku
Koperasi besar di beberapa wilayah saat penyelengaraan Pelatihan Synergy Building
untuk Koperasi-Koperasi besar diwilayah : Jabodetabek, Jabar, Jateng, DIY dan
Jatim, maka penulis mencoba menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat
menjadi solusi aplikatip terhadap ketertinggalan perkoperasian di Indonesia. Beberapa
saran dimaksud adalah:
1. Koperasi Harus Kembali Pada Jatidirinya

Saat ini banyak Koperasi dalam pengelolaannya baik dengan segaja ataupun tidak
telah meninggalkan Jatidirinya, dan cederung mengikuti konsep usaha kapitalisme
(usaha individualis), sehingga menghasilkan kinerja yang rendah karena kurang
didukung oleh anggota. Untuk itu Koperasi harus kembali pada Jatidiri
pendiriannya yang merupakan nilai universal dan diyakini merupakan filosofi dan
strategi dasar untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan Koperasi. Untuk itu setiap
koperasi harus:

a. Menerapkan nilai-nilai dasar Koperasi secara konsisten dan konsekuen,


yakni :

Mandiri, berwatak sosial, demokrasi, kesetaraan, adil, solider, jujur, terbuka


dan Bertanggung jawab.

b. Menerapkan perinspi-perinsip dasar Koperasi secara konsisten dan


konsekuen, yakni:

Keanggotaan yang sukarela dan terbuka, pengendalian anggota secara


demokratis, partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi, otonomi dan
kebebasan, mengedepankan pendidikan dan latihan serta informasi, kerjasama
diantara koperasi, kepedulian terhadap komunitas/masyarakat
(KEPEPAROTPEKEKE).

Dengan menerapkan kembali Jatidiri Koperasi, diharapakan kelemahan-kelemahan


Koperasi yang ada saat ini dapat dikurangi dan mendapatkn solusi atau jalan
keluarya, sehingga berbagai tatantangan yang ada dapat di hadapi dengan lebih
baik.

2. Membangun Kekuatan Bersama Melalui Gerakan Sinergi Antar Koperasi

Untuk menciptakan dan membangun kekuatan serta meningkatkan peran Koperasi


Indonesia dalam pertumbuhan ekonomi nasional/Global dimana pada akhirnya
akan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota /masyarakat, maka Koperasi
Indonesia harus segera melakukan gerakan sinergi (membangun kekuatan
bersama) baik dalam upaya mengejar ketertingalannya maupun untuk
meningkatkan daya saing global, utamanya dalam menghadapi persaingan dengan
badan usaha yang menganut sistem ekonomi kapitalis. Sinergi Koperasi akan
menghasilkan kekuatan yang dahsyat karena akan mampu menciptakan,
membangun dan mengendalikan pasar
Ada lima aspek, yang menjadi tujuan dan prioritas utama dalam gerakan sinergi
koperasi, yakni ;

a. Menghasilkan sistem manajemen yang lebih modern dan profesional


b. Peningkatan SDM sesuai dengan kompetensi yang di butuhkan
c. Pengembangan jaringan bisnis dan pemasaran,
d. Pendanaan dan kerjasama bisnis,
e. Penerapan dukungan teknologi komunikasi dan informasi untuk peningkatan
kualitas pelayanan dan penetrasi pasar secara lebih luas dan cepat.

Dengan melaksanakan kedua hal tersebut (Jatidiri dan Sinergi) secara


konsekuen, konsisten dan terpadu, diharapkan perkoperasian di Indonesia akan
tumbuh lebih cepat sehingga mampu mengejar ketertinggalannya dan tentunya akan
lebih berperan dalam perekonomian Nasional maupun Global.

Memang tidak mudah melaksanakannya, karena untuk menerapkannya perlu


proses perubahan yang harus dilakukan secara sistemik dan terpadu serta
membutuhkan komitmen semua pihak. Semua perubahan merupakan tantangan,
untuk itu perlu pemahaman dan pengorbanan dari para insan Koperasi Indonesia,.
Semua pengorbanan tidak akan sia-sia, karena nantinya Koperasi Indonesia akan
lebih maju dan berkembang serta diperhitungkan dalam jajaran elit koperasi besar
dunia.
Untuk terjadi dan terlaksanannya gerakan sinergi Koperasi dengan sekala yang
luas (Nasional), maka sangat diharapkan peran aktif dari Koperasi-koperasi besar
dalam melaksanakan gerakan sinergi.

Koperasi besar yang jumlahnya kurang lebih dari 300 unit, selain memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dan sumberdaya yang lebih baik, juga
dijadikan tolok ukur dan panutan bagi Koperasi-koperasi lainnya. Karenanya upaya
sinergi yang saat ini tengah dirintis oleh beberapa Koperasi besar, diharapkan mampu
memotivasi dan berperan sebagai mesin penggerak untuk gerakan sisnergi koperasi-
koperasi lainnya secara nasional.

Mengakhiri tulisan ini penulis mengutip beberapa nasehat-nasehat bijak


berkaitan dengan proses perubahan, yang bila dibaca lebih cermat memiliki arti
strategis bagi suksesnya gerakan sinergi koperasi ;

Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka akan
mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri (Surat Ar-ra’ad : 11)

Kita akan membuat kesalahan bila kita beranggapan bahwa masa depan adalah
kelanjutan masa lalu sebab masa depan itu akan sangat berbeda dengan masa lalu.
Kita harus meninggalkan cara lama agar kita sukses menghadapi masa depan
(Charles Handy,1997)

Hasil kerja kelompok atau antar kelompok secara sinergis, akan lebih efektif dan
menghasilkan kekuatan yang hebat, dari pada hasil kerja perorangan atau kelompok
kecil (S. Kossen, 1983)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
*). Penulis adalah Mantan Direktur Utama dan Anggota Koperasi Karyawan Indosat,
Fasilitator dan Penggagas Sinergi Koperasi Besar Indonesia (SKBI),
Senior Staff PT Indosat, Executive Commission Komite Olimpiade Indonesia, Ketua
Umum Ormas Orang Indonesia (Oi) yang memiliki anggota 9,8 Juta di seluruh
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai