Anda di halaman 1dari 3

FRONT PERJUANGAN RAKYAT(FPR)

SEKRETARIAT: JL Mutiara No. 1, Kel. Jati,


Kec. Pulogadung, Jakarta Timur 13220.
Telp/Fax : +6221.29568913, Kontak Person :
Rudi HB Daman +6281213172878,Symphati Dimas
+6285311348678,Email
fpr1mei.indonesia@gmail.com
Website : http://fprsatumei.wordpress.com,

Pernyataan Sikap
Front Perjuangan Rakyat (FPR)

Hari Kaum Tani Tidak Punya Tanah (Day of the Landless) – 29 Maret 2022

Hari Kaum Tani Tidak Punya Tanah (Day of the Landless) lahir dari inisiatif
berbagai organisasi di Asia yang tergabung dalam Koalisi Petani Asia (Asian
Peasant Coalition/APC). Di Indonesia, Aliansi Gerakan Reforma Agraria
(AGRA), anggota APC sekaligus anggota FPR menjadi inisiator penetapan Hari
Kaum Tani Tidak Punya Tanah. Satu momentum yang dibangun untuk memperkuat
dan memperluas perjuangan kaum tani dalam merebut hak atas tanah dan
kehidupan yang lebih maju.
Di tahun 2022 ini, Day of the Landless diperingati di tengah perang
imperialis Rusia versus Ukraina yang ditopang Amerika Serikat dan NATO.
Perang yang pasti terjadi sebagai puncak krisis imperialisme yang sekarat,
parsitis. Rakyat Ukraina, kaum buruh, petani, pemuda, perempuan dan anak-
anak menjadi korban dan hidup semakin sengsara.
Imperialis Amerika Serikat meningkatkan intervensi untuk meraup keuntungan
semakin besar dari situasi perang ini. Amerika Serikat telah mengucurkan
bantuan sebesar USD 1,2 miliar untuk Ukraina dalam bentuk alutsista, pasokan
pangan untuk militer, hingga pembukaan camp-camp pengungsian. Semua demi
memperluas kekuasaan territorial, penguasaan sumber daya alam, energi dan
eksploitasi manusia.
Amerika Serikat menginisiasi KTT Luar Biasa NATO pada 24 Maret 2022 di
Brussels, Belgia. Melalui KTT ini, imperialis AS memperkuat kepemimpinan dan
kontrolnya, terutama terhadap negara-negara sekutu Uni Eropa. Di sisi lain,
KTT ini memperkuat upaya isolasi terhadap Rusia melalui berbagai sanksi, dan
memastikan Ukraina bekerja sebagai negeri boneka AS. Presiden Amerika
Serikat, Joe Biden melancarkan provokasi bahwa Rusia sedang mengembangkan
senjata biologis. Ini menambah dalih bagi AS-NATO untuk mengalirkan keuangan
dan persenjataan ke Ukraina. Joe Biden juga mendesak seluruh negara anggota
G-20 untuk mengeluarkan Rusia dari G-20. Semua ini memperburuk proses
negosiasi untuk perdamaian. Negosiasi yang memang dijalankan hanya untuk
memastikan dominasi imperialis AS atas kedaulatan Ukraina dan memerosotkan
kekuatan Rusia. Perdamaian di bawah dominasi imperialisme adalah palsu.
Perang Rusia-ukraina terus berlanjut, kesengasaraan rakyat semakin berlipat,
sedangkan keuntungan dari ladang bisnis perang berkelanjutan mengalir deras
bagi kekuatan imperialis, utamanya Amerika Serikat.
Di Indonesia, kaum tani dan seluruh rakyat tertindas dan terhisap sangat
relevan memperingati Hari Kaum Tani Tidak Punya Tanah. Daratan di Indonesia
begitu luas, mencapai 1,91 juta km2, tetapi mayortas dimonopoli oleh tuan
tanah besar, 1% tuan tanah besar menguasai hingga 59% tanah di Indonesia.
Sistem setengah feudal mempertahankan pertanian terbelakang dengan tenaga
utamanya yakni tani miskin, buruh tani dan tani sedang bawah. Indonesia
terus menjadi pemasok komoditas pertanian murah bagi pasar imperialis, di
sisi lain membiarkan kaum tani hidup miskin hanya bermodalkan upah rata-
rata sebesar Rp 57.771 per hari.
Monopoli tanah oleh tuan tanah besar merupakan masalah nasional yang
secepatnya harus diselesaikan. Tidak hanya memiskinkan, keberadaan tuan
tanah besar juga merusak tenaga produktif kaum tani. Tani miskin, buruh tani
dan tani sedang bawah tidak memiliki pilihan selain ikut dalam arus produksi
pertanian komoditas yang diinginkan oleh tuan tanah.
Perkebunan besar kelapa sawit kini menjadi tanaman komoditas utama di
Indonesia, mencaplok tanah hingga 15 juta hektar. Di Sumatera dan Kalimantan,
kaum tani yang sudah frustasi dengan harga komoditas karet, menggantinya
dengan kelapa sawit. Tuan tanah besar menggunakan kekuasaanya untuk
mempermainkan harga komoditas, disamping terus mempromosikan kelapa sawit
sebagai tanaman masa depan. Semua itu dilakukan untuk menjamin ekspor kelapa
sawit secara berkelanjutan. Produksi CPO terbesar di dunia, namun
menyediakan minyak goreng murah dan berkualitas saja tidak sanggup dilakukan
pemerintah. Setelah rakyat dipaksa berbaris sumpek dalam antrian minyak
goreng subsidi bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Kini rakyat dihadapkan
dengan harga minyak goreng hingga Rp 25.000 per liter. Perkebunan besar
komoditas seperti kelapa sawit, tidak hanya merampas tanah, tetapi juga
memiskinkan rakyat, merusak sungai, hutan, hingga danau. Masalah minyak
goreng, hingga kerusakan lingkungan hidup hanya bisa diselesaikan dengan
menghancurkan kekuasaan dan dominasi dari tuan tanah besar.
Selain perkebunan dan pertambangan, proyek pembangunan infrastruktur
merupakan cara bagi pemerintah RI untuk merampas tanah rakyat, membodohi
rakyat dengan mengatakan untuk kepentingan umum. Pembangunan Sirkuit MotoGP
Mandalika dan proyek Bendungan Bener yang berdampak pada penambangan batu
andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,
penggusuran di Pantai Merpati Bulukumba, dan berbagai proyek lainnya secara
massif memperluas perampasan tanah di Indonesia.
Perampasan tanah akan terus berlanjut, jika mendapat hadangan dari gerakan
rakyat, maka pemerintah tidak pernah segan memukul, membubarkan, menangkap,
memenjarakan, bahkan menembak. Seperti yang terjadi di Parigi Moutong,
Sulawesi Tengah. Seorang warga yang ikut dalam demonstrasi menolak
pertambangan emas, meninggal dunia usai mendapat tembakan dari aparat
kepolisian. Monopoli tanah akan tetap eksis selama kapital milik imperialis
dalam bentuk utang ataupun investasi tetap diberikan kepada tuan tanah besar.
Kapital tersebut dipergunakan untuk memperluas perkebunan komoditas,
pertambangan, hingga pembangunan berbagai proyek infrastrktur.
Bagi FPR, memperingati Hari Kaum Tani Tidak Punya Tanah/29 Maret sama dengan
hari kebangkitan perlawanan kaum tani yang memiliki sedikit tanah sangat
terbatas, begitu juga buruh tani yang tidak bertanah, akibat perampasan dan
monopoli tanah. Di Indonesia, pembebasan kaum tani dari sistem pertanian
terbelakang setengah feudal berbasis monopoli tanah harus menjadi program
perjuangan yang fundamental bagi seluruh rakyat terhisap dan tertindas.
FPR dengan tegas menuntut agar seluruh bentuk perampasan tanah dihentikan,
yang dilakukan secara terbuka maupun terselubung, melalui kekerasan maupun
penipuan, yang akan tuan tanah besar gunakan untuk perkebunan besar,
pertambangan, hingga pembangunan infrastruktur. Kaum tani harus
terorganisasi, secara perlahan belajar untuk menanam tanaman pangan untuk
pemenuhan kebutuhan bangsa dan rakyat Indonesia sendiri. Organisasikan kaum
tani, kaum buruh, suku bangsa minoritas, pemuda, perempuan, rakyat miskin
di perkotaan dan seluruh sektor dan golongan rakyat tertindas dan terhisap.
Majukan perjuangan demokratis nasional, hancurkan monopoli tanah dan
kekuasaan tuan tanah besar berbasis pada perjuangan dan kemenangan
landreform sejati dan pembangunan industri nasional.

Jakarta, 29 Maret 2022


Hormat kami
Front Perjuangan Rakyat (FPR)

Rudi HB. Daman


Koordinator Umum

Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA), Gabungan Serikat Buruh Indonesia


(GSBI), Pemuda Baru Indonesia (PEMBARU-Indonesia), Serikat Perempuan
Indonesia (SERUNI), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Serikat Demokratik
Mahasiswa Nasional (SDMN), Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia (KABAR
BUMI), Institute for National and Democracy Studies (INDIES)

Anda mungkin juga menyukai