Bahwa niat menguasai suatu negara atau nafsu imperialisme akan terus terjadi
dimuka bumi ini sejalan dengan kodrat manusia. Dengan berkembangnya strategi
perang dan memikirkan resiko kehancuran saat ini perang dilakukan dengan
skenario lain tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Skenario ini dilancarkan
dengan memaksa elite suatu bangsa agar silau dan terpengaruh terhadap faham
luar, yang pada akhirnya mengakibatkan suatu bangsa terpecah dan terkotak-
kotak kedalam tiga parameter yaitu; pertama: mayoritas masyarakat dibuat tidak
tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi, hal ini terjadi pada masyarakat
awam; kedua: sebagian masyarakat tahu namun tidak sadar atau tidak menyadari
bahwa bangsa ini berada dalam jebakan, ini terjadi pada kaum intelektual dan
yang ketiga: sebagian masyarakat tahu dan sadar apa yang sesungguhnya terjadi,
namun akibat kerakusan, mereka justru bersedia berkhianat kepada negara
bangsanya, dengan bekerja sebagai agen asing atau sebagai komprador.
TAHAP IV CUCI OTAK. Pada tahap brain wash atau cuci otak, mereka
mempengaruhi paradigma berfikir masyarakat, yakni merubah paradigma berfikir
dalam bingkai Kebangsaan (Nasionalisme) menjadi cara pandang yang universal
dengan keutamaan isu global: Demokratisasi, HAM & Lingkungan, derngan jalan
menyusupkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sadar ataupun tidak dari situasi dan kondisi saat ini, sesungguhnya sudah dan
sedang berlangsung perang modern di wilayah Indonesia, dengan menjalankan
strategi sesuai tahapan perang modern di atas; kapitalisme internasional yang
dipimpin oleh Negara maju dan sekutunya, berusaha mengkikis wawasan
kebangsaan, berusaha memecah belah persatuan bangsa Indonesia agar lemah
dan akhirnya mampu mempengaruhi berbagai kebijakan dan pelaksanaannya
untuk tujuan akhir yakni menguasai mayoritas Sumber daya alamnya (SDA).
Banyak masyarakat Indonesia tidak menyadarinya bahwa saat ini sedang dijajah
dan menjadi korban dari perang modern. Satu alasan pasti bahwa melakukan
invasi fisik sangat tidak memungkinkan sehingga mereka merubah konsep dari
konvensional menjadi non konvensional (perang modern). Perang modern,
dengan biaya yang murah namun hasilnya sangat dahsyat karena dapat merusak
sendi-sendi kekuatan negara sasaran. Hal tersebut sangat berbahaya bagi
keutuhan wilayah NKRI karena didalamnya hidup jutaan manusia yang berasal
dari berbagai macam elemen suku, agama, ras dan budaya (SARA) sehingga
sangat memungkinkan bagi mereka untuk “bermain” untuk memecah belah
struktur masyarakat yang demikian majemuk.
Lalu apa menariknya Indonesia untuk dikuasai? Faktor utama yang menjadi daya
tarik adalah kekayaan yang dimiliki Indonesia yang luar biasa besarnya. Dapat
dibayangkan jumlah penduduk lebih kurang 230 juta jiwa merupakan pasar yang
besar bagi penjualan barang-barang produksi.
Berikutnya potensi ekonomi baik dari aspek letak geografis maupun sumber daya
alam yang menjadi sasaran tujuan untuk dikuasai.
POTENSI EKONOMI
40 jt ton lalu-lintas cargo/hari. 21 juta barrel/hari lalu lintas minyak dari Timur
Tengah ke Asia Pasifik (Tahun 2030 prediksi meningkat 2x lipat). Produksi ikan
dari wilayah Timur dapat memberikan konsumsi hampir separuh penduduk dunia
— bila dikelola dengan benar. Hutan sebagai paru-paru dunia. Energi alternatif
panas bumi, hydro, solar, angin dan bifuel dari tumbuhan (jarak, sagu, tebu, ubi
kayu dll), ethanol, alcohol dll. Penghasil lada putih No. 1 dunia. Penghasil Kayu
Lapis No. 1 di dunia. Penghasil Puli dari buah Pala No. 1 di dunia. LNG No. 1 di
dunia. Penghasil Lada Hitam No. 2 di dunia. Penghasil Karet Alam No. 2 di
dunia. Penghasil Minyak Sawit (CPO) No. 2 di Dunia. Penghasil Timah No. 2 di
Dunia. Penghjasil Tembaga No. 3 di dunia. Penghasil Kopi No. 4 di dunia.
Jumlah Penduduk No. 4 di dunia. Penghasil karet Sintetik No 4 di dunia.
Penghasil Ikan No. 6 di dunia. Penghasil Biji-bijian No. 6 di dunia. Penghasil Teh
No. 6 di dunia. Penghasil Natural Gas No. 6 di Dunia. Penghasil Emas No. 8 di
dunia. Penghasil Batu-bara No. 9 di dunia. Penghasil Minyak Bumi No. 11 di
dunia. Negara dengan luas No. 15 di dunia. Penghasil Aspal. Penghasil Bauxit.
Penghasil Nikel. Penghasil Granit. Penghasil Perak. Penghasil Uranium.
Penghasil Marmer & Mineral ikutan lainnya. Pasir besi kualitas terbaik di dunia
Faktor inilah yang mengundang pihak asing ingin menguasai Indonesia, dengan
strategi penguasaan secara tidak langsung yang dibungkus dengan cara
mempengaruhi baik cara hidup maupun cara berpikir masyarakat melalui
globalisasi komunikasi, media, kebudayaan, ekonomi, keuangan, sosial dan
politik.
Sejalan dengan tujuan dari perang modern maka sasaran antaranya adalah
melemahnya wawasan kebangsaan serta menghilangkan jati diri dimana
berikutnya akan muncul persoalan-persoalan kebangsaan mulai dari pelecehan
terhadap negara, tumbuhnya terorisme, penguasaan dan pengelolaan sumberdaya
alam oleh pemodal asing, konflik horizontal terutama di masyarakat kelas bawah,
korupsi merajalela, perseteruan antar lembaga negara dan banyak lagi contoh
persoalan yang memprihatinkan. Demikian juga adanya campur tangan asing
dalam pembuatan berbagai undang-undang merupakan bagian dari agenda perang
modern untuk merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembelajaran dari invasi yang di motori oleh Amerika Serikat (AS) terhadap
negara-negara Timur Tengah khususnya Irak dengan dalih mencari senjata
pemusnah massal dan terorisme adalah bukti nyata dari digelarnya konsep perang
modern. Pada mulanya invasi ke Irak dilakukan dengan pengerahan kekuatan
senjata, tetapi karena tidak bisa dikuasai ataupun dikontrol secara penuh sehingga
skenario invasi diganti dengan cara menggulingkan pemerintahannya yang
kemudian digantikan oleh pemerintahan baru yang pro AS sehingga lebih mudah
untuk mengontrol sesuai dengan keinginan mereka. Untuk menutupi operasi
perang yang dilancarkan, maka dicari alasan pembenar di mata internasional
dengan dalih pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Sasaran berikutnya
masyarakat Irak dipecah belah dan dikotak-kotakan (Sunni dan Syiah) sehingga
pada saat di invasi, Irak dalam posisi lemah karena tidak ada persatuan.
Semua persoalan bangsa yang disebutkan tidak terjadi begitu saja mengikuti
perkembangan yang ada namun pasti ada sumber pemicunya atau bagian dari
agenda pihak asing untuk menguasai bangsa Indonesia. Sebagai contoh polemik
pemberantasan korupsi dan isu terorisme dapat dijadikan alasan pembenar bahwa
Indonesia belum mampu menjadi negara demokratis.
Lalu apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya agar Indonesia tidak
terjebak dalam skenario perang modern tersebut ? Pengalaman negara-negara
yang mengalami kehancuran akibat skenario ini bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan mereka terpecah adalah tidak adanya kesatuan dan persatuan baik
bahasa maupun tindakan menghadapi demokratisasi dan kebebasan yang
dihembuskan. Berikutnya nasionalisme yang merupakan roh suatu bangsa luntur
berakibat pada kewaspadaan nasionalnya menurun, kehilangan martabat dan jati
diri, kesetiakawanan dan kerelaan berkorban ikut hilang.
Bagi Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai namun lebih cinta kemerdekaan,
mempertahankan kedaulatan negara dan eksistensi NKRI adalah keharusan.
Tetapi dalam mempertahankan kedaulatannya haruslah tetap membangun
kemampuan alutsistanya. Berkaitan dengan kenyataan bahwa ancaman invasi
fisik sangat kecil kemungkinannya pada era globalisasi ini, Indonesia harus
senantiasa siap dan waspada walaupun dapat diperhitungkan apabila maju ke
medan perang dengan kondisi alutsista yang ada saat ini maka pada pertempuran
udara Indonesia akan kalah dalam hitungan jam sedangkan di laut akan kalah
dalam hitungan hari. Namun di darat maka seribu tahun peperangan Indonesia
tetap eksis dengan satu catatan TNI dan rakyatnya harus bersatu dalam bahasa
pikiran dan tindakan.
Tanpa mengesampingkan peranan penting angkatan udara dan laut, dalam
peperangan kedua matra tersebut harus menopang pertahanan di darat sebagai
kunci sukses pertempuran. Dasar pemikiran ini berangkat dari pengalaman
bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan mengacu dari kondisi
teritorial Indonesia. Pemikiran demikian didasari oleh kekurang kemampuan
Indonesia membangun kekuatan alutsista akibat anggaran yang kurang memadai.
Oleh karena itu, sebaiknya konsep pembangunan kekuatan TNI harus disesuaikan
dengan kenyataan tersebut artinya pembangunan kekuatan alutsista dengan
mengikuti perkembangan teknologi secara paralel melakukan pembangunan
kekuatan personil dengan tingkat latihan yang melebihi dari personil reguler
untuk terciptanya perimbangan kekuatan seperti yang pernah dilakukan dengan
pembentukan batalyon raiders dimana kemampuannya tiga kali kemampuan
prajurit infantri reguler.
Kita harus bercermin dari semangat Sumpah Pemuda 1928, ketika seluruh
pemuda-pemudi dari berbagai daerah di Indonesia bertekad menyingkirkan
perbedaan-perbedaan di antara mereka untuk bersatu. Karena hanya dengan
persatuan ketika itu Indonesia merdeka dapat terwujud dan dengan kemerdekaan
bangsa Indonesia akan terbebas dari kemiskinan dan kebodohan. Kita juga harus
belajar dari sejarah bangsa dimana mempertahankan kemerdekaan dilakukan
dengan bergandengan tangan dengan seluruh elemen rakyat. Karena di zaman
serba canggih ini kemenangan dalam perang modern bukan ditentukan
kecanggihan alutsista melainkan oleh siapa yang dapat merebut hati rakyat.
Dalam tahapan perang modern dimana tahapan cuci otak adalah usaha bagaimana
mempengaruhi pikiran masyarakat sasaran. Jadi melawan ”perang modern” harus
dihindari hati dan pikiran rakyat suatu bangsa direbut. Dalam konteks ini bentuk
pertempurannya adalah menundukkan tanpa kekerasan sebagaimana negara-
negara modern, seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Cina yang pernah
melakukan operasi militer tetapi mengalami kekalahan karena tidak dapat
memenangkan hati rakyat. TNI pada masa lalu berhasil menghadapi berbagai
ancaman terhadap kedaulatan NKRI karena manunggal dengan rakyat jadi jalinan
kemanunggalan TNI dengan rakyat harus terus dipupuk dan dijaga dengan motto
berbaik-baik dengan rakyat.
Mengacu dari dua gambaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa menghadapi
ancaman perang modern terhadap NKRI ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan. Tetapi sebelumnya seluruh elemen bangsa ini harus memahami dan
menyadari dengan benar apa yang sedang terjadi terhadap bangsa ini kemudian
mengerti perannya dalam menghadapi ancaman yang artinya siapa berbuat apa.
Jadi, hal utama yang harus dilakukan adalah merapatkan barisan dalam
kebersamaan bahasa dan tindakan agar tumbuh persatuan dan kesatuan
menghadapi setiap ancaman. Berikutnya, meningkatkan wawasan nusantara agar
tumbuh ketahanan nasional karena dalam ketahanan nasional itu terkandung
unsur-unsur kekuatan bidang-bidang yang dijadikan sasaran antara dari skenario
perang modern yaitu kekuatan Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan
Pertahanan Keamanan. Kedua faktor diatas pada hakekatnya saling mengisi
karena dengan memantapkan wawasan nusantara maka akan tumbuh integrasi
dari unsur-unsur tadi sehingga akan bermuara pada persatuan dan kesatuan.
Iklim kebebasan seperti saat ini merupakan dampak negatif dari kebebasan yang
dihembuskan globalisasi dimana ia tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia
meskipun kebebasan itu merupakan tuntutan hakiki setiap manusia namun bukan
berarti sebebas-bebasnya. Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara tentu ada etikanya bukan menonjolkan kebebasan artinya sistem
ketatanegaraan harus dijalankan diatas jalur yang benar dan bermoral. Untuk itu
perlu dipahami keadaan bangsa yang sebenarnya dan diketahui ancaman dan
tantangan apa yang sedang terjadi. Yang pasti ancaman atau tantangan yang
dihadapi NKRI akan semakin berat dan tidak mungkin dilakukan oleh perorangan
atau kelompok saja melainkan harus dilakukan oleh seluruh komponen bangsa.
Sebagai anak bangsa yang memiliki bangsa ini yang akan mewariskannya kepada
generasi akan datang, harus merapatkan barisan dalam kebersamaan untuk
menyelesaikan kerapuhan ini dengan cara menolak segala hal yang tidak sesuai
dengan karakter, jati diri dan budaya bangsa ini serta jangan mau menjadi
pengkhianat bangsa.