Anda di halaman 1dari 4

Universitas Muhammadiyah Malang

Magister Sains Sosiologi


-----------------------------------------------------------------------------

1. Menyangkut globalisasi terdapat pendapat “pro” dan “cons”. Berangkat dari dua pendapat
tersebut bagaimana menurut anda masyarakat seharusnya menanggapi arus globalisasi?. Jelaskan
secara argumentatif disertai contoh kasus!

Menurut pihak “pro”, globalisasi adalah suatu realitas dunia yang tidak perlu disangkal
keberadaannya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membuat interaksi masyarakat dunia
menjadi semakin intensif. Proses interaksi akan berdampak positif pada pemahaman ide-ide tentang hak
asasi manusia, kemajuan dan modernitas. Teknologi transportasi mendorong kelancaran mobilitas
manusia dan barang antar negara. Modal dan investasi bergerak antar Negara. Perekonomian menjadi
terhubung dan saling tergantung satu sama lain. Pada akhirnya akan tercipta sebuah kebudayaan global
dan ekonomi global yang akan membawa kemakmuran umat manusia secara menyeluruh.

Sementara itu, terdapat pihak “cons” yang berpendapat bahwa globalisasi dewasa ini hanyalah
mitos belaka. Teknologi industri dan keterbukaan ekonomi sudah menyebar ke seluruh dunia sejak abad
ke 19. Lalu lintas modal tidak berarti perpindahan investasi dari Negara maju ke Negara berkembang.
Tidak ada struktur ekonomi internasional baru yang timbul setelah globalisasi berjalan. Negara industri
maju tetap saja memegang kendali atas proses utama, sedangkan Negara berkembang berfungsi sebagai
pendukung saja.

Dari dua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa globalisasi memang sudah terjadi sejak abad
ke 19. Namun dengan pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini, proses globalisasi berlangsung
dengan lebih cepat dan dengan jangkauan yang lebih luas. Mengenai dampak, pihak “pro” berpendapat
globalisasi adalah baik untuk semua pihak. Sedangkan bagi pihak “cons”, dampak positif globalisasi
sebagian besar dinikmati oleh Negara maju, jadi ada isu ketidakadilan di globalisasi.

Di Indonesia, dampak globalisasi bisa dipahami dari tingginya konsumsi masyarakat terhadap
gadget elektronik. Melalui ide penggunaan smartphone sebagai gaya hidup modern dan kemudahan
komunikasi, Indonesia telah menjadi pangsa pasar yang amat menggiurkan untuk para produsen. Tentu
saja produsen smartphone yang berada di negara-negara maju, seperti Samsung (Korea), Apple
(Amerika), Blackberry (Kanada), atau Sony (Jepang), yang mendapat keuntungan terbesar. Masyarakat
hanya menjadi target konsumen saja. Dengan kata lain, posisi masyarakat kita dalam globalisasi adalah
masih berperan menjadi obyek dan belum menjadi subyek. Masyarakat perlu memahami bahwa
globalisasi bersifat ekspolitatif, dan bahwa masih banyak hal yang lebih penting dibanding mengikuti pola
gaya hidup yang ditawarkan negara maju. Tanpa adanya kesadaran tersebut, masyarakat Indonesia hanya
akan menjadi korban hegemoni budaya dan dominasi ekonomi negara-negara kaya saja.

2. Terdapat tiga perspektif teori tentang globalisasi ekonomi yaitu perspektif Liberal, Merkantilis
dan Neo-Marxis. Menurut anda teori/perspektif mana yang paling bisa menjelaskan kasus Indonesia.
Jelaskan disertai contoh!
Perspektif liberal bersumber dari paradigma pemikiran ekonomi klasik Adam Smith yang
meyakini bahwa mekanisme pasar bebas dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien. Pemikiran
rasional para pelaku pasar akan mendorong kerjasama dan kemakmuran bersama, sehingga seolah-olah
ada “invisible hand” yang mengatur proses ekonomi. Dalam perspektif ini, globalisasi ekonomi adalah
suatu sistem ekonomi yang bersifat global yang berdasar pada prinsip pasar bebas tanpa campur tangan
Negara. Dengan demikian, Negara akan semakin kehilangan arti penting dan relevansinya dalam
perekonomian, karena setiap bentuk intervensi akan selalu berhadapan dengan penilaian dan sanksi
pasar internasional.

Perspektif merkantilis berpendapat bahwa pada dasarnya tidak ada model ekonomi global yang
benar-benar berbeda dari ekonomi internasional pada abad-abad terdahulu, yaitu kumpulan dari
perekonomian bangsa-bangsa. Kepentingan utama dalam hubungan ekonomi internasional adalah
kemakmuran nasional. Untuk itu, Negara berperan aktif melalui berbagai macam kebijakan untuk
melindungi kepentingan nasionalnya. Dewasa ini, penggunaan tariff untuk melindungi perekonomian
dalam negeri sudah mulai berkurang. Sebagai gantinya, penerapan kebijakan non tarif menjadi semakin
populer, misalnya pembatasan kuota, anti dumping, standar mutu yang ketat, atau penerapan prosedur
teknis dan administratif yang rumit dan memerlukan waktu panjang untuk menyelesaikannya.

Sedangkan perspektif neo-marxis berpendapat bahwa globalisasi ekonomi memiliki 2 sisi dari
perspektif liberal dan merkantilis. Kemajuan teknologi informasi dan transportasi telah mendorong
munculnya ekonomi global. Dewasa ini, arus modal, perdagangan, dan migrasi pekerja merupakan
realitas yang tidak dapat dibantah lagi. Namun demikian, globalisasi ekonomi tidak serta merta
membawa pada kesejahteraan dunia secara merata. Melalui keunggulan kapasitas dan kemampuan
untuk menpengaruhi kebijakan ekonomi di Negara berkembang, pemerintah Negara maju dan
perusahaan multi nasional cenderung mendominasi perekonomian global sekaligus mengeksploitasi
sumber daya di Negara berkembang. Pada akhirnya, globalisasi ekonomi akan berjalan dengan tidak
merata, hirarkis, dimana sebagian besar keuntungan mengalir ke negara-negara industri maju.

Saat krisis ekonomi melanda di sekitar tahun 1997, Indonesia telah membuka diri terhadap
proses globalisasi sebagai prasyarat IMF dalam memberikan bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi
saat itu. Sejak saat itu, arus modal semakin deras mengalir ke Indonesia. Sebagai contoh, data BKPM
menyebutkan realisasi penanaman modal asing di Indonesia Jan-Sep 2013 sebesar 199T yang berarti
telah meningkat dari tahun 2010 sebesar Rp 148T. Penyerapan tenaga kerja langsung dari penanaman
modal asing tahun 2013 adalah sebesar 861.496 orang. BKPM juga menyebutkan bahwa penanaman
modal asing juga akan menyerap tenaga kerja tidak langsung sebanyak 4 kali lipat tenaga kerja langsung.
Sehingga dari sudut ketenagakerjaan dapat dikatakan penanaman modal asing dapat mengurangi angka
pengangguran di Indonesia. Namun demikian, hal tersebut menjadikan modal asing semakin merajalela
menguasai perekonomian Indonesia. Banyak perusahaan yang memiliki brand kuat dan pangsa pasar
yang luas saat ini telah menjadi bagian dari perusahaan asing. Mulai dari air minum Aqua (milik Danone),
rokok Sampoerna (Phillip Morris), teh Sariwangi (Unilever), retail Alfamidi (Carrefour), dan sebagainya.
Pertambangan besar pun kebanyakan dimiliki dan dikelola oleh modal asing, seperti Freeport atau
Newmont. Jadi, meskipun Indonesia tertolong dari pengangguran, laba yang didapat dari pangsa pasar
yang luas dan sumber daya alam akan tersedot ke Negara asing. Dengan kata lain, bangsa Indonesia
hanya akan menjadi bangsa kuli yang mengabdi pada modal asing. Oleh karena itu, perspektif neo-
marxis cocok untuk kondisi Indonesia saat ini.

3. Salah satu global issues adalah masalah keamanan (security). Jelaskan secara argumentatif
disertai contoh tentang signifikansi konsep keamanan kontemporer dikaitkan dengan nasib masyarakat
lokal di tengah globalisasi!

Dahulu, ancaman terhadap keamanan secara sederhana didefinisikan sebagai ancaman terhadap
kemerdekaan, kedaulatan, serta persatuan dan kesatuan bangsa. TAP MPR No.IV/MPR/1978 tentang
GBHN mendefinisikan ketahanan nasional sebagai kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk
menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Paradigma ini memandang
keamanan dari sudut pandang ancaman terhadap Negara yang berasal dari agresi militer Negara lain.
Karena sifat dan asal ancaman tersebut, maka tanggung jawab untuk merespons ancaman ada pada
aparat militer Negara.

Di era globalisasi ini, kehidupan yang semakin terhubung membuat dampak suatu peristiwa atau
tindakan manusia menjadi semakin luas jangkauannya. Kenaikan harga bahan jagung di suatu Negara
adalah dampak dari pengalihan penggunaan tanaman pangan tersebut menjadi sumber bahan bakar
ramah lingkungan di Negara lain. Polusi industri membawa dampak efek rumah kaca dan pemanasan
global yang membahayakan umat manusia. Kebakaran hutan dapat mengirim asap ke Negara tetangga
sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan. Ketegangan politik di suatu Negara dapat menyebabkan
banyaknya imigran gelap atau pencari suaka ke Negara lain. Penembakan rakyat sipil oleh tentara Israel
di Palestina bisa mengakibatkan pengeboman di Indonesia.

Contoh-contoh tersebut di atas menujukkan bahwa ancaman terhadap umat manusia dewasa ini
tidak hanya berasal dari agresi militer Negara lain saja, namun juga bisa berasal dari aktor-aktor non
Negara dan berbagai macam aspek non militer. Aktor non Negara tidak mengenal batas-batas teritorial
dalam menjalankan aksinya dan seringkali bergerak di bawah tanah, sehingga terdapat kesulitan
melakukan identifikasi pihak yang terlibat. Sedangkan ancaman non militer begitu luas, mulai dari
perdagangan narkoba, human trafficking, kelangkaan energi, pemanasan global, dll. Hal-hal tersebut
menjadikan isu-isu keamanan di era globalisasi menjadi lebih kompleks dan luas, tidak hanya
mengancam kedaulatan Negara namun juga mengancam individu-individu masyarakat.

Sementara itu, globalisasi juga telah menyebarkan konsep tentang Hak Asasi Manusia. Hal ini
membawa konsep baru yaitu human security, yang cakupannya lebih luas dari konsep keamanan
terdahulu. Human security berkenaan dengan keamanan individual, berbeda dengan keamanan nasional
yang berfokus pada Negara. Sangat mugkin terjadi suatu Negara aman secara nasional, namun individu
warga negaranya menderita karena kelaparan atau mengalami represi secara politis. Masyarakat pun
menjadi semakin sadar akan hak-haknya sebagai warga. Tuntutan terhadap kemanan individual semakin
mengemuka sehingga menjadikan penting untuk memasukkan konsep keamanan indivivual ini ke dalam
keamanan Negara. Dengan kompleks dan luasnya aspek kemanan di era global, tanggung jawab
keamanan tidak akan mampu dipikul oleh Negara saja. Para individu juga memiliki andil di dalam
masalah keamanan ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu konsep kemanan yang komprehensif yang
melibatkan Negara dan individu dalam masyarakat untuk mengatasi ancaman di era globalisasi.

Paling lambat dikumpulkan hari Sabtu tanggal 23 November 2013

Anda mungkin juga menyukai