Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif

-------------------------------
Hubungan antara Iklim Komunikasi, Kepuasan Komunikasi, dan Kepuasan Kerja pada
Tingkat Manajer dan Non Manajer pada PT XYZ

Organisasi

Max Weber mengembangkan teori mengenai struktur otoritas, yaitu bentuk-bentuk


dominasi yang sah dan diterima oleh orang-orang tertentu. Weber mendefinisikan dominasi
sebagai “probabilitas bahwa perintah-perintah spesifik (atau semua perintah) akan dipatuhi oleh
sekelompok orang tertentu” (Ritzer, 2012:219). Ada tiga basis yang melandasi pengesahan
otoritas bagi para pengikutnya, yaitu: rasional, tradisional, dan karismatik. Menurut Weber,
birokrasi merupakan otoritas legal dengan dasar rasional, yaitu suatu tipe organisasi yang
dicirikan dengan adanya pembagian kerja yang jelas, hierarki jabatan dengan lingkup kompetensi
khusus pada tiap jenjang jabatan, terdapat arahan-arahan dan aturan-aturan tertulis, serta
hubungan impersonal antar anggota organisasi.

Birokrasi sesuai penjelasan Max Weber di atas, sangat mirip dengan prinsip-prinsip
manajemen Frederick W. Taylor tentang organisasi perusahaan, yaitu adanya pembagian kerja
dan tanggung jawab secara jelas antara manajer dan pekerja, serta terdapat peraturan kerja yang
dikembangkan secara ilmiah.

Komunikasi dalam Organisasi


Secara sederhana, dalam suatu tindakan komunikasi antar manusia terdapat dua tindakan
yang terjadi, yaitu: (1) penciptaan pertunjukan pesan, dan (2) penafsiran pesan. Istilah
“pertunjukan” berarti menempatkan sesuatu sehingga dapat dilihat secara jelas, lengkap, dan
menyenangkan.
Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari
unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules, 1998:31).
Di dalam suatu organisasi, komunikasi merupakan mekanisme di mana para anggotanya
berbagi informasi mengenai organisasi tersebut. Seorang manajer penjualan harus memperoleh

1
informasi yang tepat tentang suatu produk sebelum dapat mengambil sebuah keputusan untuk
menjual produk tersebut kepada pelanggan. Demikian pula informasi tentang berapa target
produksi seorang pekerja di lini perakitan menjadi dasar bagi yang bersangkutan untuk
melakukan pekerjaannya. Selain itu, bisa juga seorang penyelia suatu tim berbagi informasi
tentang rencana kerja dan kegiatan degan penyelia dari tim yang lain. Tanpa komunikasi, tidak
ada yang dapat diselesaikan dalam organisasi.
Dengan demikian, aliran informasi di dalam suatu organisasi bisa berupa komunikasi ke
bawah (dari jabatan berotoritas tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah), komunikasi
ke atas (dari tingkat yang lebih rendah ke jabatan berotoritas tinggi), komunikasi horizontal
(penyampaian informasi di antara rekan sejawat dengan otoritas yang sama), komunikasi
diagonal (melintasi wilayah kerja dan hierarki organisasi), serta komunikasi informal (tanpa
mengindahkan posisi dalam organisasi).

Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi – suatu evaluasi-makro-
mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya,
harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam
organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim
komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang terjadi dalam
organisasi.
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur organisasi dan
pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini didefinisikan, disepakati,
dikembangkan dan dikokohkan secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota
organisasi lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan individu, dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai organisasi.
Terdapat enam faktor utama yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace dan
Faules, 1998:159), yaitu:
1. Kepercayaan – Personel disemua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan
dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan
kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

2
2. Pembuatan keputusan bersama – Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus
diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah
kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedukan mereka. Para pegawai di semua
tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di
atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan
tujuan.
3. Kejujuran – Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai
hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “apa yang
ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman
sejawat, bawahan, atau atasan.
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah – Kecuali untuk keperluan informasi rahasia,
anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan
langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
mengoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan
yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin dan rencana-
rencana.
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas – Personel di setiap tingkat dalam organisasi
harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan
personel disetiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan
dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk
dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi – Personel di semua tingkat dalam
organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi –
produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah – demikian pula menunjukkan
perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Kepuasan Komunikasi
Istilah kepuasan komunikasi digunakan untuk menyatakan “keseluruhan tingkat kepuasan
yang dirasakan pegawai dalam lingkungan total komunikasinya.” (Redding dalam Pace dan
Faules, 1998:164). Kepuasan komunikasi berhubungan dengan persepsi individu atas hasil-hasil
yang diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi.

3
Iklim komunikasi merupakan deskripsi kondisi eksternal bagi individu, sedangkan
kepuasan komunikasi menggambarkan evaluasi pribadi atas kondisi afektif internal. Dengan kata
lain, kepuasan komunikasi menggambarkan konsep mikro, sedangkan iklim komunikasi
merupakan konsep makro.
Menurut Downs dan Hazen (dalam Pace dan Faules, 1998:164), terdapat delapan dimensi
kepuasan komunikasi yang dapat diukur :
1. Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai
untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi;
2. Sejauh mana para penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan, dan menawarkan
bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan;
3. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu;
4. Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan tertulis, singkat, dan
jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup;
5. Sejauh mana terjadinya desas-desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir
bebas,
6. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai;
7. Sejauh mana para bawahan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan
kebutuhan penyelia; dan
8. Sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan
bagaimana kinerja mereka dihargai.

Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merujuk pada sikap yang lazim ditunjukkan seorang karyawan terhadap
pekerjaannya (Robbins dan Coulter, 2010:36). Seseorang dengan kepuasan kerja yang tinggi
akan memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya. Pada umumnya, kepuasan kerja akan
berdampak positif kepada perusahaan atau organisasi, seperti naiknya produktivitas, sikap yang
baik terhadap pelanggan, dan rendahnya angka ketidakhadiran dan perputaran karyawan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Elton Mayo (Kajian Hawthorne) di Western Electric di
tahun 1927 menemukan bahwa imbalan atau insentif tidak begitu berpengaruh pada kinerja
karyawan dibandingkan dengan faktor-faktor sosial seperti tekanan kelompok, penerimaan rekan
sejawat, atau aturan-aturan kelompok.

4
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai
berikut:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:


1. Hubungan antara iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi pada PT XYZ
2. Hubungan antara kepuasan komunikasi pada hierarki manajer dan non manajer PT XYZ
3. Hubungan antara iklim komunikasi dan kepuasan komunikasi dengan kepuasan kerja
karyawan PT XYZ

Daftar Pustaka

Pace, R. Wayne dan Faules, Don F (1998). Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan (editor : Deddy Mulyana, MA, PhD, terjemahan). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Ritzer, George (2012). Teori Sosiologi, Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern (Saut Pasaribu, Rh. Widodo, Eka Adinugroho, terjemahan). Jakarta: Pustaka
Pelajar

Robbins, Stephen P, dan Coulter, Mary (2010), Manajemen, Edisi Kesepuluh, Jilid 1 dan 2 (Bob
Sabran, MM dan Devri Barnadi Putra, SE, terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai