PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan kunjungan di PT Kaltim Tv yang bergerak pada bidang
pertelevisian, maka secara garis besar ada beberapa permasalahan yang dirumuskan
yaitu:
1. Apa pengertian komunikasi?
2. Bagaimana proses komunikasi antara atasan dan bawahan dalam suatu
organisasi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi antara atasan dan bawahan
dalam organisasi dan apa saja hambatan di dalam komunikasi?
4. Bagaimana pengaruh komunikasi antara atasan dan bawahan dalam suatu
organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) mendefinisikan komunikasi sebagai the process by
which people attempt to share meaning via the transmission of symbolic messages.
Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian
atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis. Komunikasi bisa dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan berbagai media komunikasi
yang tersedia. Komunikasi langsung berarti komunikasi disampaikan tanpa penggunaan
mediator atau perantara, sedangkan komunikasi tidak langsung berarti sebaliknya.
Kelangsungan hidup suatu organisasi/perusahaan, salah satunya, bergantung pada bagaimana para
anggota saling membagi serta mengkoordinasikan tugas dan tanggung jawabnya, seperti yang
tertera dalam struktur organisasi/perusahaan. Pendeketan sistem manajemen komunikasi merupakan
salah satu alternatif yang digunakan organisasi/perusahaan untuk menjaga agar aktifitas manajemen
dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Bab ini akan akan memaparkan komunikasi organisasi sebagai
pendekatan utama. Selanjutnya dipaparkan pula pendekatan sistem manajemen komunikasi sebagai
pijakan dalam mengimplementasikan kegiatan pengelolaan organisasi/perusahaan.
A. KOMUNIKASI ORGANISASI
Edgar H. Schien (1983:17) menjelaskan bahwa suatu organisasi adalah koordinasi sejumlah
kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui
pembagian tugas dan fungsi serta wewenang dan tanggung jawab. Sedangkan Barker (1987:202)
mendefinisikan, “Organizations are defined as collected groups are of individuals constructed and
reconstructed to strive for specific goals that could not be met by individuals acting alone.”
(Organisasi didefinisikan sebagai kumpulan sekelompok individu yang memunyai konsep dan
bekerja untuk mencapai sasaran agar individu tidak melakukan kegiatan sendiri-sendiri).
Menurut Stephen P. Robbins (2003:4) Organisasi merupakan suautu unit sosial yang
dikoordinasikan secara senagaja, teridir dari dua orang atau lebih yang berfungsi pada suatu basis
yang relative bersinambung untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan. Dengan demikian
kegiatan organisasi merupakan dasar dalam membuat pola peranan dan cetak biru bagi para
anggotanya untuk melakukan aktivitas perusahaan.
Beranjak dari definisi organisasi, dapat dilihat bahwa tujuan utama dalam organisasi adalah
kegiatannya, bukan hanya pada individu sebagai pelaku dalam organisasi. Perusahaan manufaktur
dan perusahaan jasa adalah organisasi. Rumah sakit, toko eceran, badan pemerintah, serta semua
bentuk badan usaha yang memiliki badan hokum dan dikelola bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang sama, juga disebut organisasi. Bravela & Baret (1951) menjelaskan bahwa kegiatan
organisasi merupakan kegiatan pengumpulan informasi, pencatatan dan penyebaran informasi
sebagai sebuah sistem komunikasi. Dengan demikian, proses komunikasi dalam organisasi
sangatlah memnentukan efektivitas organisasi itu. (Liliweri, 1997:288).
Organisasi pada intinya adalah sistem pembagian kerja melalui hierarki dalam menyapai
tujuan bersama. Organisasi menetapkan peran (role) kepada setiap orang yang menjadi anggotanya,
peran-peran itu kemudian dioperasionalkan ke dalam tugas (task) dan fungsi (function).
Operasionalisasi tugas dan fungsi yang beranekaragam dan bertingkat-tingkat tersebut disesuaikan
dengan jabatan yang bersifat structural dan fungsional, sekaligus menunjukkan tinggi - rendahnya
kedudukan serta besar – kecilnya kewenangan. Semua peran tersebut tidak dapat dilaksanakan
sendiri tetapi harus bersama-sama dengan orang lain yang mempunyai kedudukan dan kewenangan
yang lebih tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah. Proses kerjasama itu memerlukan
hubungan dengan orang lain melalui mekanisme yang disebut komunikasi, dank arena konteksnya
dalam organisasi, disebut komunikasi organisasi.
Secara sederhana, komunikasi organisasi dipahami sebagai jaringan kerja yang dirancang
dalam suatu sistem dan proses untuk mengalihkan informasi dari seseorang/kelompok orang kepada
seseorang/sekelompok orang demi tercapainya tujuan organisasi. Jaringan komunikasi organisasi
merupakan pola hubungan antarmanusia yang bersifat formal. Keformalan itu meliputi adanya
jaminan formalitas dalam unsur-unsur komunikasi dan proses kerja unsur-unsur tersebut. Unsur
dalam komunikasi organisasi meliputi :
Dengan kata lain, kegiatan komunikasi organisasi dapat berjalan efektif bila manajer
mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen melalui sistem manajemen komunikasi yang
terpadu. Fungsi-fungsi manajemen yang dijalankan oleh manajer dalam kegiatan komunikasi
organisasi, digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Pengorganisasian Kelompok
Manajer Komunikasi Tujuan
kerja
Penyusunan staf
Pengarahan /
Pengawasan
Gambar tersebut menjelaskan bagaimana fingsi-fungsi manajemen dikomunikasikan
kepada anggota perusahaan dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini manajer bertindak sebagai
informational roles, dengan peran sebagai berikut:
1. Monitor.
Peran ini membuat manajer selalu aktif mencari informasi yang bermanfaat bagi
organisasi melalui komunikasi dua arah dengan bawahan, mengikuti perkembangan
dunia usaha melalui media dan buku-buku bacaan, memperluas jaringan informasi dan
komunikasi dengan mitra kerja dan anggota perusahaan lainnya.
2. Diseminator (diseminasi).
Peran ini membuat manajer selalu aktif mendistribusikan informasi yang diperolehnya
kepada pihak lain, khususnya kepada bawahan, agar bawahan mampu mengerjakan
tugasnya dengan baik. Informasi tersebut berupa hasil rapat, atau hasil
perikaraan/analisis manajer terhadap kebijakan perusahaan maupun informasi yang
diperoleh dari eksternal perusahaan. Peranan monitor dan disseminator bila
digabungkan akan memperkuat posisi seorang manajer dalam penyampaian arus
informasi ke dalam maupun keluar.
3. Spokesman (juru bicara/komunikator).
Pernanan ini memosisikan manajer sebagai wakil organisasi dalam menyampaikan
informasi mengenai divisinya kepada manajemen puncak atau mewakili organisasi
dalam acara dengan pihak diluar perusahaan.
4. Decision roles (pengambil keputusan).
Informasi merupakan masukan penting dalam pengambilan keputusan. Peranan
pengambilan keputusan terdiri dari tiga macam yaitu :
a. Entrepreneurship (kewirausahaan).
Untuk memajukan organisasi, peranan kewirausahaan penting dilakukan oleh
manajer, terutama dalam proses pengambilan keputusan-keputusan penting, serpeti
peluncuran produk baru, dan penggabungan usaha dengan pihak lain. Keputusan
semacam itu akan menentukan kelangsungan hidup organisasi.
b. Disturbance handler (penyelesai gangguan).
Organisasi tidak selamanya lancer seperti yang diinginkan, manajer diharapkan
dapat menyelesaikan gangguan-gangguan yang mungkin muncul diorganisasinya.
Gangguan-gangguan diantaranya pemogokan, dan kelangkaan bahan baku.
c. Resources allocator (pembagi sumber daya).
Kebutuhan sumber daya tidak pernah terbatas, sementara sumber daya yang ada
terbatas. Maka manajer harus mengalokasikan sumber daya yang terbatas tersebut
agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Manajer biasanya akan
menentukan prioritas, kebutuhan mana yang harus didahulukan.
d. Negotiator (perunding).
Dengan pernanan perunding, manajer melakukan perundingan, baik dengan serikat
pekerja maupun pihak luar (pemasok). Manajer juga berperan sebagai penengah
(mediator) bila terjadi petikaian antar karyawan. (Lihat : Mamduh,1997 : 20-21).
Manajemen komunikasi oleh Harry Irwin (1994: 10). Didefinisikan sebagai “… the process of
using human, financial an technical resources in understanding and performing the communication
function within corporations and between those and theirs publics. (… proses yang menggunakan
manusia, keuangan dan sumber teknik yang berfungsi membentuk komunikasi antarperusahaan dan
antara perusahaan dengan publiknya).
Selanjutnya, Egan dan Cowan (1979) menegaskan bahwa model tersebut harus konsisten
terhadap dua hal, yaitu: Pertama, model merupakan alat mengukur kekuatan dan kelemahan dari
human system dan, kedua, model dipusatkan pada management strategic dari human system.
(Human system is networks of communicating people that range from units as small as nuclear
families to large organizations, communities and neighbourhoods). (Human system adalah jaringan
kerja dari komunikasi antarmanusia yang bentuknya terbentang dari unit-unit terkcil sebagai
kekuatan keluarga ke organisasi yang besar, komunitas dan lingkungan). (Kaye. 1994: 8).
Dari uraian tersebut, proses manajemen komunikasi dapat dipahami sebagai sebuah proses
koordinasi interpretasi atau pengertian yang dibangun melalui interaksi antar manusia. Kemampuan
berkomunikasi dilakukan dengan saling memahami pandangan dan kerangka berpikir masing-
masing dalam lingkungan yang beragam. Berkaitan dengan pengelolaan perusahaan/organisasi,
Irwin (1994: 9-10) menambahkan bahwa kegiatan manajemen komunikasi dan kegiatan di
corporate communication tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan aplikasi dari fungsi-fungsi
manajemen. Contohnya: Gagasan-gagasan dari managing corporate communication
dipertimbangkan sebagai proses yang terencana untuk mencapai sasaran dan tujuan. Kegiatan dan
strategi komunikasi, keputusan, serta evaluasi dilakukan untuk memperoleh pendapat yang berguna
bagi kegiatan komunikasi. Dengan demikian, managing corporate communication harus proaktif,
berinisatif, terutama dalam memutuskan kebijaksanaan perusahaan.
Sejalan dengan konsep umum manajemen, “as the process of getting done through and
with people “(Liebler, 1995:35) dan komunikasi “as a process of interrelated elements working
together to achieve a desired out come or goal” (Barker, 1987: 5), manajemen komunikasi
dipahami sebagai proses yang sistematis antara anggota organisasi/perusahaan dalam menjalakan
fungsi-fungsi manajemen untuk menyelasaikan pekerjaan melalui proses negosiasi
pengertian/pemahaman antara satu individu maupun lebih yang bertujuan mencapai kegiatan dan
kepuasan bersama.
1. Reorganize large masses of information into simpler yet more meaningful categories.
Tahap ini bertujuan memudahkan para anggota organisasi/perusahaan dalam memahami
dan melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan kebijakan dan arahan pimpinan.
2. Differentiate important and eliminate non essential information. Tahap ini bertujuan
memilah-milah sedemikian rupa informasi mengenai pekerjaan agar pelaksana pekerjaan
dapat membuat prioritas pekerjaan berdasarkan tingkatan informasinya.
3. View problem-connected events, phenomena and concepts in an integrated context that
makes it easier to make sense of, or explain what is occurring. Manajer membutuhkan
tahapan ini sebagai upaya untuk membuat spesifikasi pekerjaan dan mendistribusikannya
kepada karyawan, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, serta mampu
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
4. Formulate strategy that can serve as the basis for plans and their implementation.
Merupakan tahapan yang sangat menentukan keberhasilan organisasi/perusahaan dalam
mencapai tujuan. Rumusan startegi yang tepat dan mudah diimplementasikan akan
menciptakan suasan kerja yang kondusif dan mendorong terciptanya kinerja yang
memuaskan karyawan dan organisasi/perusahaan.
Keempat tahapan tersebut merupakan dasar untuk berkembang dan berubahanya suatu
organisasi/perusahaan. Tahapan tersebut akan efektif bila dilakukan dengan melibatkan seluruh
unsur yang terkait dalam aktivitas pengelolaan organisasi/perusahaan dan menjalankan secara
sistematis fungsi-fungsi utama dalam manajemen, yaitu:
1. Planning (perencanaan): menentukan tujuan dan sasaran utama perusahaan agar berhasil,
termasuk diantaranya: mengembangkan strategi, menetapkan kebijakan, merencanakan
anggaran dan petunjuk-petunjuk umum untuk menggiatkan jalannya perusahaan.
2. Organizing (organisasi): menentukan secara spesifik aktivitas atau kebutuhan untuk
mencapai sasaran atau hasil yang akan dicapai perusahaan. Dalam praktiknya,
diimplementasikan dalam bentuk struktur organisasi sebagai garis komando dalam
menjalankan fungsi dan peran anggota organisasi/perusahaan.
3. Directing (pengarahan): mengarahkan perilaku anggota perusahaan sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan perusahaan serta sesuai dengan kebutuhan, rencana, dan desain pekerjaan.
4. Controlling (pengawasan): mengawasi apakah aktivitas perusahaan dijalankan sesuai
dengan perencanaan dan dilaksanakan oleh anggota perusahaan sesuai dengan fungsi dan
tanggung jawabnya. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh manajer atau pimpinan yang
bertanggung jawab langsung atas anggota organisasi/perusahaan.
Penjelasan tersebut menunjukkan adanya hubungan timbal balik sesama anggota
perusahaan (sumber daya manusia) dalam rangkan melakukan secara efektif. Dalam hal ini,
pendekatan manajemen komunikasi di organisasi/perusahaan merupakan dasar untuk menetapkan
hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan sistem yang menggerakkan aktivitas
organisasi/perusahaan yang diinterpretasikan dengan pemahaman yang sama antara sesama anggota
organisasi/perusahaan.
C. HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN KOMUNIKASI DENGAN KEMAMPUAN
BERKOMUNIKASI
Manajemen komunikasi secara umum dipahami sebagai proses mengoordinasikan interpretasi atau
pengertian melalui interaksi antara manusia. Kemampuan berkomunikasi dalam interaksi manusia
dapat dipahami dari sudut pandang pengalaman individu (field of experience) dan kerangka berpikir
(frame of refrence). Penman (1985) menyatakan, kemampuan berkomunikasi dipandang sebagai
bentuk hubungan antarpersonal, sehingga kegiatan komunikasi dilakukan dalam bentuk pertukaran
gagasan atau pemahaman antar individu. Irwin (1994: 10) menambahkan bahwa kemampuan
antarpersonal diperoleh dari besar kecilnya hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu. Demikian
pula halnya dengan kegiatan manajemen komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu alat terpenting dalam menjalankan fungsi manajemen
terutama untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh top management. Anggota
organisasi/perusahaan perlu menyadari pentingnya kegiatan komunikasi untuk membantu
tercapainya performance (kinerja) organisasi/perusahaan. Hans Johnson (1990: 383) menegaskan
bahwa komunikasi berfungsi membantu top management untuk menajalankan strategi kegiatan.
Sebelum melaksanakan kegiatan komunikasi manajemen, pelaku organisasi/perusahaan perlu
memastikan bahwa:
Teri Kwal Gamble & Michael Gamble (2002: 8-9), memaparkan bahwa untuk menjadi
komunikator yang baik, dibutuhkan ketrampilan dan pemahaman yang diperoleh melalui:
Pemaparan tersebut menunjukkan pentingnya perisapan yang harus dilakukan oleh individu
bila berperan sebagai komunikator.
1. Etos Komunikator.
Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari kognisi (cognition), yaitu
proses memahami sesuatu objek dengan pikiran; afeksi (affection), yaitu perasaan yang
ditimbulkan oleh perangsang dari luar; dan konasi (conation), yaitu aspek psikologis yang
ditunjukkan dalam bentuk prilaku. Selanjutnya, etos dapat tumbuh dalam diri individu
melalui faktor-faktor:
a. Kesiapan (preparedness).
Sebelum komunikator tampil atau melakukan kegiatan komuikasi, selayaknya
mempersiapkan diri sedemikian rupa dengan data-data maupun bahan-bahan yang
berhubungan dengan objek maupun topik yang akan disampaikan.
b. Kesungguhan (seriousness).
Penyampaian pesan seorang komunikator dilakukan dengan cara yang dapat
menumbuhkan kepercayaan komunikan, misalnya: menjelaskan sesuatu dengan
sungguh-sungguh, dan perhatian terfokus pada pendengar.
c. Ketulusan (sincerity).
Seorang komunikator harus menunjukkan kesan kepada khalayak ketulusan dalam
niat dan perbuatannya, misalnya: memberikan pendapat yang tepat, tidak
menyinggung, selalu menampilkan senyum tulus untuk menunjukkan keramahan.
d. Kepercayaan (confidence).
Seorang komunikator selayaknya menampilkan kesan meyakinkan dengan
penguasaan diri yang kuat dan dapat menguasai situasi dan kondisi yang beragam
e. Ketenangan (poise).
Seorang komunikator selayaknya tenang, dalam penyampaian kata maupun
penampilan. Ketenangan yang ditampilkan komunikator akan menimbulkan kesan
bahwa komunikator seorang yang berpengalaman dan dapat dipercaya.
f. Keramahan (friendship).
Keramahan yang ditampilkan komunikator sangat penting untuk mengurangi
perbedaan antara komunikator dengan komunikan. Dalam forum yang mengandung
perdebatan, keramahan dapat menurunkan emosional dengan cara yang etis.
g. Kesederhanaan (moderation).
Kesederhanaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik. (misalnya: cara
berpakaian, dan penampilan), tetapi juga dalam penggunaan Bahasa sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaan dan gaya mengkomunikasikannya.
2. Sikap Komunikator.
Sikap (attitude) adalah suatu kesiapan kegiatan (preparatory activity), kecenderungan pada
diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menajauhi nilai-nilai sosial.
Dalam hubungannya dengan kegiatan komunikasi, terdapat lima jenis sikap yang perlu
ditampilkan komunikator, yaitu:
a. Reseptif (receptive), kesediaan untuk menerima gagasan, pendapat dan pikiran orang
lain, misalnya: dari pimpinan, karyawan, teman, kelaurga.
b. Selektif (selective). Dalam proses komunikasi tidak dipungkiri bahwa individu saling
beralih peran sebagai komunikator dan komunikan. Dengan demikian, diperlukan sikap
selektif agar proses penyampaian (komunikator) dan penerima pesan/informasi
(komunikan) dapat dipahami sama.
c. Digestif (digestive), kemampuan komunikator dalam mencerna gagasan atau informasi
dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia sampaikan.
d. Transmisi (transmissive), kemampuan komunikator dalam mentramisikan gagasan atau
informasi yang telah diformulasikan secara kognitif, efektif dan konatif kepada orang
lain. Dalam proses komunikasi, disebut proses menyandi dan membaca kode pesan
(decode-encode).
D. KETERLIBATAN ASPEK MANAJEMEN, KOMUNIKASI DAN JARINGAN
Dalam praktiknya, komunikasi adalah proses yang integral dalam menjalankan fungsi-fungsi
manajemen secara sistematis, yang ditunjukan untuk mencapai sasaran/tujuan
organisasi/perusahaan. Dalam proses manajemen tersebut kegiatan komunikasi diaplikasikan
melalui kegiatan yang berkaitan dengan aliran informasi yang sesuai dengan hierarki dalam struktur
organisasi. Model hubungan antara proses manajemen dan proses komunikasi oleh Henry H.
Albers’s (1974) digambarkan pada bagan berikut:
Manager (planning,
organizing, directing,
&controlling
Feedback communication
Forward communication (upward flow of results
(downward or horizontal expectations and
flow of plans, sentiments)
ecpectations and
sentiments)
Subordi
Performance
Bagan tersebut menunjukkan bagaimana kaitan antara proses manajemen dan proses
komunikasi, dimana alur pekerjaan dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan hierarki dalam
struktur organisasi. Aliran infromasi melalui kegiatan komunikasi vertikal, ke bawah, ke atas, dan
horizontal berguna bagi manajaemen untuk mengetahui job performance karyawan yang
melaksanakan pekerjaan tersebut. Aliran komunikasi ke atas berupa feedback di mana manajer
memperoleh informasi mengenai performance maupun masalah yang terjadi pada bawahan. Dalam
hal ini manajer menajlankan fungsi kontrol sehingga kemantapan dan konsistensi seorang manajer
dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen terjaga. Selanjutnya, manajer
mengomunikasikasinnya secara sistematis kepada para anggota organisasi/perusahaan agar sasaran
maupun tujuan organisasi/perusahaan tercapai.
Sedangkan Larry L.Barker (1987: 210) mendefinisikannya sebagai berikut: “ Networks are
the interconnected channels or line of communication used in organizations to pass information
from one person to another. The flow of communication operates in downward, up ward, lateral
and informal.” (jaringan kerja adalah saluran-saluran atau garis-garis komunikasi yang saling
berhubungan dalam organisasi sebagai jalur komunikasi dari satu orang ke orang lainnya. Alur
komunikasi bergerak dari bawah ke atas, sejajar, dan jaringan kerja informal).
Menurut De Vito (1997: 351), berbagai bentuk struktur jaringan kerja komunikasi tersbut
merupakan sistem komunikasi umum yang digunakan oleh kelompok kerja untuk mengirimkan
pesan antar anggota organisasi/perusahaan. Struktur tersebut dalam organisasi/perusahaan berupa
kegiatan komunikasi formal yang dipergunakan sebagai sarana kegiatan komunikasi organisasi.
Dalam hal ini jaringan kerja dalam komunikasi formal adalah desain sistem melalui manajemen
untuk menetapkan siapa dan kepada siapa yang melakaksanakan pekerjaan. Seluruh proses
kegiatannya dilakukan sesuai dengan hierarki (jenjang) dalam struktur organisasi yang disebut
sebagai kegiatan komunikasi ke atas dan ke bawah (vertikal atau diagonal) dan komunikasi ke
samping (lateral atau horizontal). Penjelasannya sebagai berikut:
1. Komunikasi ke atas dimana aliran pesan dikirim dari tingkat hierarki yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi;
2. Komunikasi ke bawah, merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki yang lebih tinggi
ke tingkat yang lebih rendah atau aliran pesan yang diinformasikan kepada bawahan
langsung.
3. Komunikasi ke samping/mendatar, merupakan pesan yang dikirim dari dan ke tingkat
hierarki yang sama atau aliran informasi ditempatkan pada level yang sama dan ikatan sosial
yang setara.
Kegiatan komunikasi merupakan hal penting dalam setiap kehidupan manusia, tidak
terkecuali di ligkungan yang lebih kecil yaitu organisasi/perusahaan. Keberhasilan pengelolaan
manajemen sebagian besar dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi yang ada di seluruh lini
organisasi/perusahaan, dan hubungan antara anggotanya melalui pola komunikasi yang berfungsi
sebagai saluran pesan (informasi) antaranggota organisasi/perusahaan, disebut jaringan kerja
(networks).
DIREKTUR
OPERASIONAL
MANAJER MANAJER MANAJER
PEMASARAN PRODUKSI KEUANGAN
Keterangan Gambar :
KARYAWAN/
STAF
= alur informasi dari atas ke bawah
Bagan organisasi tersebut menunjukkan bagaimana seluruh aliran informasi berjalan sesuai
dengan hierarkinya. Aplikasinya dituangkan dalam buku petunjuk pelaksanaan kerja (job
description). Selanjutnya, efektivitas jaringan kerja komunikasi di setiap organisasi/perusahaan
dapat disesuaikan dengan karakteristik struktur organisasi/perusahaan. Dalam pelaksanaanya,
jaringan kerja komunikasi formal sebaiknya berfungsi fleksibel agar efektivitasnya dapat terjaga.
Dengan demikian, untuk mengefektifkan fungsi jaringan kerja komunikasi yang berlaku formal
dalam organisasi/perusahaan, para peserta kegiatan sebaiknya melakukan analisis terhadap sistem
jaringan kerja komunikasi formal tersebut agar aliran pesan (informasi) dapat dilakukan dengan
efesien dan efektif. Lebih lanjut (Rogers & Kincaid. 1979: 83), menjelaskan prosedur dalam
melakukan analisis jaringan kerja komunikasi, sebagai berikut:
1. Identifying clique within the total system and deter. Merupakan tahap awal untuk
mengetahui sejauh mana hambatan dan kendala yang menghalangi efektivitas fungsi
jaringan komunikasi yang dipergunakan organisasi/perusahaan,
2. Mining how these structural subgrouping affect communication behavior in the system.
Merupakan salah satu upaya untuk memperkecil peran kelompok yang dapat menghalangi
efektivitas jaringan kerja komunikasi, di antaranya dengan memahami perilaku komunikasi
dalam kelompok kerja anggota organisasi/perusahaan.
3. Identifying certain specialized communication roles such as liaisons, bridges and isolates.
Mengidentifikasikan dengan pasti perna komunikasi sebagai sarana penghubung untuk
mengetahui hambatan yang terjadi dalam mengefektivitaskan jaringan kerja komunikasi.
4. Measuring various communication structural indexes (like communication connectedness,
for example) for individuals, dyads, personal, network, clique, or entire systems.
Keragaman komunikasi dalam konteks ini meliputi hubungan antarindividu dan kelompok
yang dilakukan secara langsung, kemudian jaringan komunikasi yang menghubungkan
individu dengan individu atau individu dengan kelompok kerja dan sistem komunikasi yang
mendasari aktivitas organisasi/perusahaan. Masing-masing kemudian diukur seberapa besar
hambatan maupun kendala yang dapat memengaruhi sistem jaringan kerja komunikasi.
Lebih lanjut Adler (1996), menjelaskan selain adanya sistem jaringan kerja komunikasi
secara formal, interaksi antar anggota perusahaan dilakukan juga melalui jaringan kerja komunikasi
nonformal (informal communication networks). Jaringan tersebut berguna untuk membina
hubungan antar anggota lebih dekat dan saling berbagi informasi mengenai pekerjaan diantara
mereka dengan cara yang lebih luwes, bersahabat, dan santai.
Jaringan kerja nonformal, memperlihatkan aktivitas informasi atau pesan di antara anggota
perusahaan dilakukan dengan santai atau tidak kaku. Jaringan informasi beberapa fungsi lain, yaitu:
1. Confirming, penegasan terhadap pesan yang diterima secara formal. Hal ini seringkali
diperlakukan bilamana pimpinan saat tidak jelas atau kurang dimengerti oleh staf maupun
bawahan.
2. Expanding. Informasi dalam kegiatan komunikasi kadang tehambat karena adanya
kesengajaan dalam menyampaikan pesan, sehingga penerima pesan perlu mengembangkan
pesan tersebut, misalnya istilah busana cassual dress, dapat berarti luas apakah jeans dan t-
shirt atau baju santai.
3. Expediting. Jaringan kerja nonformal dapat membantu mempercepat informasi atau pesan
karena dipergunakan diluar alur informasi yang telah ditetapkan perusahaan. Hal ini
seringkali dipergunakan untuk mempersingkat birokrasi karena kondisi tidak
memungkinkan mengikuti aturan/alur informasi yang telah ditetapkan perusahaan.
4. Circumventing. Hampir sama dengan expediting, yaitu untuk mempersingkat jalur birokrasi
dalam perusahaan karena alasan-alasan tertentu yang dapat di pertanggungjawabkan oleh
pihak yang terlibat.
5. Supplementing. Untuk meningkatkan aktivitas antara anggota perusahaan dengan lebih
baik, kadang manajemen memberikan informasi/pesan maupun instruksi yang berkaitan
dengan pekerjaan diluar aktivitas perusahaan seperti saat makan siang bersama, olahraga
dll yang dilakukan secara non-formal.
Beberapa fungsi tersebut, akan lebih efektif bilamana pelaku komunikasi yaitu pengirim
pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) menerima pesan mengakui,
merasakan, dan memahami bahwa dalam kegiatan komunikasi di organisasi/perusahaan
adalah upaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota
organisasi/perusahaan, dengan tujuan untuk menciptakan kinerja yang memuaskan
organisasi/perusahaan dan anggota itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendekatan Manajemen
Sejak tiga hingga empat dekade yang lampau muncul bermacam-macam jenis
pendekatan terhadap analisis manajemen, hasil riset tentang manajemen, dan
pandangan-pandangan yang berbeda yang menyebabkan orang semakin
bingung tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan manajemen, apa
teori manajemen dan ilmu manajemen dan bagaimana kejadian-kejadian
manajerial perlu kita analisis.
2. Lingkungan Manajemen
Dalam praktek manajemen, terdapat banyak kekuatan yang berbeda di dalam
maupun di luar organisasi yang mempengaruhi hasil kerja seseorang manajer.
Kita mengetahui bahwa fungsi-fungsi manajemen berupa perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan seringkali harus
dilaksanakan dalam kondisi yang terus-menerus mengalami perubahan. Setiap
manajer harus senantiasa menghadapi dua macam lingkungan yakni :
a. Lingkungan Internal (Organisasinya)
Jika membicarakan lingkungan internal berarti juga mempelajari lingkungan
dalam organisasi. Hal ini mencakup pembahasan tentang kerangka di mana
para manajer melaksanakan tugas mereka, aktivitas setiap hari yang memakan
waktu, dan keterampilan-keterampilan umum tertentu yang diperlukan untuk
menghadapi lingkungan internal tersebut.
b. Lingkungan Eksternal
Tidak ada organisasi manapun juga yang dapat berswasembada (SELF
SUFFICIENT), terlepas dari apakah organisasi tersebut berorientasi pada laba
atau tidak. Setiap organisasi menghasilkan sesuatu bagi lingkungan yang ada
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Aneka macam komponen
yang banyak jumlahnya, dari lingkungan eksternal dapat diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu :
1) Komponen Tindakan Langsung (DIRECT-ACTION COMPONENTS)
Komponen-komponen tindakan langsung mempunyai pengaruh langsung atas
hasil pekerjaan yang bersangkutan. Komponen tersebut meliputi pihak pesaing
dan organisasi-organisasi serta individu-individu yang mensuplai sumber daya.
2) Komponen Tindakan Tidak Langsung (INDIRECT-ACTION COMPONENTS)
Komponen-komponen tindakan tidak langsung mempengaruhi iklim di mana
organisasi yang bersangkutan beroperasi dan di dalam kondisi tertentu dapat
berubah menjadi komponen tindakan langsung. Komponen tersebut meliputi
perubahan teknologi, komponen ekonomi, komponen politik, hukum dan
pengaturan komponen kultural dan sosial serta komponen internasional.
3. Komunikasi Manajemen
Ada banyak orang yang mengatakan bahwa “effective communications in
management”, yang berarti bahwa komunikasi merupakan alat vital yang
sangat menentukan bagi proses manajemen. Manajemen hanya dapat berjalan
melalui jalan pikiran dan kegiatan orang-orang. Untuk itu, hubungan antar
orang-orang yang baik harus memerlukan bentuk komunikasi yang efektif.
Tanpa itu, tidak akan mungkin ada hubungan kerja sama yang baik. Untuk
komunikasi diperlukan empat unsur dasar, yaitu :
a. Komunikator atau sumber komunikasi (pembicara, pengirim,dsb.).
b. Pesan atau isi komunikasi atau message (apa yang dikehendaki
komunikator supaya sampai dan diterima dengan baik).
c. Sarana atau media, lambang, simbol (kata, isyarat,lagu,tanda).
d. Komunikan atau penerima komunikasi (pendengar, pembaca, pengamat).
Empat unsur dasar tersebut diperlukan untuk komunikasi dalam manajemen.
Komunikasi manajemen merupakan suatu jaringan (network), yang terdiri atas
saluran-saluran(channels) dan setiap saluran harus terbuka untuk lebih dari
komunikasi dua arah karena harus memberikan kesempatan kepada semua
warga organisasi untuk berkomunikasi satu sama lain secara efektif.
Dalam organisasi formil arus komunikasi hanya dapat berjalan ke tiga arah,
yaitu :
a. Komunikasi dari atas ke bawah yang menyangkut pengendalian dan
pengarahan daripada orang-orang beserta kegiatan-kegiatannya.
b. Komunikasi dari bawah ke atas menyangkut laporan-laporan, penyajian
masalah, saran-saran dan usul-usul.
c. Komunikasi menyilang atau horisontal yang menyangkut kerja sama dan
koordinasi.
Yang dapat menentukan komunikasi yang efektif adalah sarana-sarana (means
of communication) dan atau media yang dipergunakan. Untuk itu diperlukan
semacam jaringan komunikasi (communications network) yang tetap dan suatu
program komunikasi (communication programme), yakni suatu perangkat
prosedur-prosedur tetap yang harus digunakan dalam berkomunikasi satu
sama lain secara teratur.
Sumber-sumber hambatan komunikasi adalah filsafat atau pandangan hidup
orang-orang, filosofi manajemen yang ditegakkan, sikap mental, dan
pengetahuan/pendidikan yang berbeda-beda.
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan
pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis dan merupakan hal
terpennting dalam sebuah organisasi. Dengan komunikasi seorang menajer bisa
saling berinteraksi dengan sesama menajer ataupun dengan sesama bawahannya.
Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari
pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada
komunikasi dua arah untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan
suatu organisasi. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi atasan
bawahan.
DAFTAR PUSTAKA
dr. dewi k. soedarsono. 2017. SISTEM MANAJEMEN KOMUNIKASI TEORI, MODEL,
DAN APLIKASI. simbiosa rekatama media.
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan
pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis dan merupakan hal
terpennting dalam sebuah organisasi. Dengan komunikasi seorang menajer bisa
saling berinteraksi dengan sesama menajer ataupun dengan sesama bawahannya.
Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari
pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada
komunikasi dua arah untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan
suatu organisasi. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi atasan
bawahan.