Anda di halaman 1dari 19

Ancaman di Bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM

Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang
dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap
bangsa.
Ancaman non-militer atau nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman
militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer, karena
ancaman ini berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta
keselamatan umum.
Berikut ini berbagai ancaman bagi bangsa Indonesia dilihat dari berbagai bidang kehidupan :

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Secara umum Indonesia menolak dengan tegas paham komunis dan zionis. Akibat dari
penolakan tersebut, tentu saja pengaruh dari negara-negara komunis dapat dikatakan tidak dirasakan
oleh bangsa Indonesia, kalaupun ada pengaruh tersebut sangat kecil ukurannya.
Akan tetapi, meskipun demikian bukan berarti bangsa Indonesia terbebas dari pengaruh
paham lainnya, misalnya pengaruh liberalisme.
Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada kehidupan liberal yang
menekankan pada aspek kebebasan individual.
Sebenarnya liberalisme yang didukung oleh negara-negara barat tidak hanya mempengaruhi
bangsa Indonesia, akan tetapi hampir semua negara di dunia. Hal ini sebagai akibat dari era
globalisasi.
Globalisasi ternyata mampu meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran. Tidak jarang hal ini mempengaruhi
pikiran masyarakat Indonesia untuk tertarik pada ideologi tersebut.
Akan tetapi, pada umumnya pengaruh yang diambil justru yang bernilai negatif, misalnya
dalam gaya hidup yang diliputi kemewahan, pergaulan bebas yang cenderung mengarah pada
dilakukannya perilaku seks bebas dan perbuatan dekadensi moral lainnya.
Hal tesebut apabila tidak segera diatasi akan menjadi ancaman bagi kepribadian bangsa
Indonesia yang sesungguhnya.

2. Ancaman di Bidang Politik


Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari luar
negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan politik
terhadap Indonesia.
Intimidasi, provokasi, atau blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer
berdimensi politik yang seringkali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.
Ke depan, bentuk ancaman yang berasal dari luar negeri diperkirakan masih berpotensi
terhadap Indonesia, yang memerlukan peran dari fungsi pertahanan non-militer untuk
menghadapinya.
Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang
berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah.
Selain itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman politik yang timbul di
dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik
tanpa senjata dan perjuangan bersenjata.
Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati masyarakat
internasional. Oleh karena itu, separatisme sulit dihadapi dengan menggunakan kekuatan militer.
Hal ini membuktikan bahwa ancaman di bidang politik memiliki tingkat resiko yang besar
yang dapat mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa.

3. Ancaman di Bidang Ekonomi


Pada saat ini ekonomi suatu negara tidak bisa berdiri sendiri. Hal tersebut merupakan bukti
nyata dari pengaruh globalisasi.
Dapat dikatakan, saat ini tidak ada lagi negara yang mempunyai kebijakan ekonomi yang
tertutup dari pengaruh negara lainnya.
Pengaruh globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi tanpa rintangan batas teritorial negara.
Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan
terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam
negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-
produk global ke dalam pasar domestik.
Hal tersebut tentu saja selain menjadi keuntungan, juga menjadi ancaman bagi kedaulatan
ekonomi suatu negara.
Ancaman kedaulatan Indonesia dalam bidang ekonomi, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Indonesia akan kedatangan oleh barang-barang dari luar dengan adanya perdagangan bebas yang
tidak mengenal adanya batas-batas negara.
Hal ini mengakibatkan semakin terdesaknya barang-barang lokal terutama yang tradisional
karena kalah bersaing dengan barang-barang dari luar negeri.

b. Perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan semakin mudahnya orang
asing menanamkan modalnya di Indonesia.
Pada akhirnya mereka dapat menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian bangsa
kita akan dijajah secara ekonomi oleh negara investor.
c. Persaingan bebas akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kalah dan menang. Pihak yang
menang secara leluasa memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi penonton yang
senantiasa tertindas.
Akibatnya, timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan
bebas tersebut.

d. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi semakin sulit
berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin ditinggalkan sehingga
angka pengangguran dan kemiskinan susah dikendalikan.

e. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang dinyatakan di
atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak
stabil.
Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk.

4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Ancaman di bidang sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam dan dari luar.
Ancaman dari dalam ditimbulkan oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan
ketidakadilan.
Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti premanisme, separatisme,
terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia.
Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme.
Adapun ancaman dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh negatif globalisasi, di antaranya adalah
sebagai berikut.

a. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsibarangbarang dari luar negeri.

b. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai hidup tertinggi.
Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan
pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seperti
mabuk-mabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan sebagainya.

c. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta memandang orang
lain itu tidak ada dan tidak bermakna.
Sikap seperti ini dapat menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap
selalu menghardik pengemis, pengamen, dan sebagainya.
d. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada budaya barat
tanpa diseleksi terlebih dahulu,seperti meniru model pakaian yang biasa dipakai orang-orang barat
yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang berlaku, misalnya memakai rok
mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.

e. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan sosial.

f. Semakin lunturnya nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan


Seiring dengan berjalannya waktu, proses penegakan pertahanan dan keamanan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak semudah yang dibayangkan atau semudah dalam pembicaraan
yang bersifat teoritis semata.
Masih adanya masalah teror dan konflik SARA yang terjadi pada suatu wilayah memiliki
tujuan yang sama yaitu tidak ingin bangsa Indonesia hidup damai dan tentram.
Oleh karena itu, lemahnya penerapan dan penegakan hukum dan keadilan harus terus
ditingkatkan. Semakin bermunculan masalah di suatu wilayah mengakibatkan hilangnya tingkat
kewibawaan hukum dan kemerosotan wibawa para penegaknya.
Dengan demikian,kita harus mengantisipasi ancaman sedini mungkin di bidang pertahanan
dan keamanan, baik secara militer maupun non-militer.
Sejarah Panjang Kemelut Indonesia-Malaysia di Ambalat
Anggi Kusumadewi , CNN Indonesia
Rabu, 17/06/2015 14:05
Jakarta, CNN Indonesia -- Tentara Nasional Indonesia bersiap mengeluarkan taring di Blok
Ambalat menyusul pelanggaran udara oleh Malaysia di wilayah itu hingga sembilan kali. Di zona itu,
TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara kini bergabung menggelar Operasi Sakti. Mereka
menurunkan tiga kapal perang, jet tempur Sukhoi Su-27, Su-30, dan F-16 FightingFalcon.

Ambalat telah lama menjadi wilayah sengketa Indonesia dan Malaysia, dua negara serumpun yang
bertetangga. Blok laut seluas 15.235 kilometer persegi yang terletak di Selat Makassar itu menyimpan
potensi kekayaan laut yang luar biasa, terutama minyak.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, ada satu titik tambang di
Ambalat yang menyimpan cadangan potensial 764 juta barel minyak dan 1,4 triliun kaki kubik gas.
Itu baru sebagian kecil, sebab Ambalat memiliki titik tambang tak kurang dari sembilan. Kandungan
minyak dan gas di sana disebut dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun –suatu keuntungan besar bagi
negara manapun yang menguasai Ambalat.

Sejak 1979 Malaysia sudah mengincar Ambalat, ketika negeri itu memasukkan Pulau Sipadan dan
Ligitan yang berada di perairan Ambalat sebagai titik pengukuran zona ekonomi eksklusif mereka.
Dalam peta itu, Ambalat pun diklaim milik Malaysia –memancing protes dari Indonesia.

Indonesia tegas menyatakan Ambalat sebagai bagian dari wilayahnya sebab dari segi historis,
Ambalat merupakan wilayah Kesultanan Bulungan di Kalimantan Timur yang jelas masuk Indonesia.
Terlebih berdasarkan Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa yang telah diratifikasi RI
dan tercantum pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1984, Ambalat diakui dunia sebagai milik
Indonesia.

Meski demikian, kapal perang dan pesawat tempur Malaysia tetap sering wara-wiri di Ambalat. Pada
2005 bahkan sempat terjadi ketegangan serius di Ambalat. Saat itu Angkatan Laut RI dan Malaysia
sama-sama dalam kondisi siap tempur.

Kronologiketegangan

Pada 21 Februari 2005 misalnya, 17 warga Indonesia ditangkap kapal perang Malaysia, KD Sri
Malaka, di Karang Unarang yang dianggap masih bagian dari Ambalat. Angkatan Laut Malaysia
kemudian mengejar nelayan Indonesia hingga keluar Ambalat.

Selanjutnya pada 8 April 2005, kapal perang RI, KRI Tedong Naga, menyerempet Kapal Diraja
Rencong milik Malaysia sampai tiga kali, namun tak sampai terjadi hantam meriam antarkedua kapal.

Untuk mencegah pecahnya peperangan antara armada tempur dua negara di perairan sekitar Ambalat,
Panglima TNI pada 21 April menerbitkan Surat Keputusan yang menyatakan TNI AL hanya boleh
melepaskan tembakan jika Malaysia lebih dulu menembak mereka.

Di masa tegang kala itu, Indonesia mengklaim telah terjadi 35 kali pelanggaran perbatasan oleh
Malaysia.

Tahun berganti, ketegangan tak jua surut. Pada 24 Februari 2007, kapal perang KD Budiman milik
Malaysia memasuki perairan Indonesia hingga satu mil laut sekitar pukul 10.00 WITA. Sore harinya,
kapal perang Malaysia yang lain, KD Sri Perlis, bahkan ikut memasuki wilayah RI hingga dua mil
laut.

Kedua kapal perang Malaysia itu kemudian diusir keluar dari perairan Indonesia oleh kapal perang RI,
KRI Welang.

Namun Malaysia tak berhenti begitu saja. Keesokannya, 25 Februari 2007, KD Sri Perlis kembali
memasuki perairan Indonesia sejauh 3 ribu yard sekitar pukul 09.00 WITA. Kapal itu segera diusir
keluar wilayah RI oleh KRI Untung Suropati.

Meski demikian, ketegangan berlanjut dua jam kemudian. Jelang tengah hari sekitar pukul 11.00
WITA, pesawat patroli Malaysia melintas di wilayah udara RI sejauh 3 ribu yard. ‘Kebandelan’
Malaysia ini membuat Indonesia menyiagakan empat kapal perangnya sekaligus, yakni KRI Untung
Suropati, KRI KiHadjar Dewantara, KRI Welang, dan KRI Keris.

Dua tahun kemudian, 2009, Indonesia kembali mengingatkan Malaysia untuk tak melakukan
provokasi militer di Ambalat. Indonesia pun terus memperketat penjagaannya di Ambalat dengan
mengerahkan 130 pasukan marinir ke wilayah itu. Kapal perang pun disiagakan di Ambalat.

Tedjo Edhy Purdijatno yang saat itu masih menjabat Kepala Staf Angkatan Laut mengatakan TNI
akan terus menambah kekuatan pasukan marinir di sekitar Ambalat. Penjagaan keamanan di Ambalat
menjadi prioritas, sebab sejak Januari hingga Juni 2009, sudah 13 kali kapal dan pesawat tempur
Malaysia memasuki Ambalat.

Pada 1 Juni 2009, Hatta Rajasa yang saat itu menjabat Menteri Sekretaris Negara menyatakan
Indonesia tak bakal melepaskan Ambalat sejengkal pun. Ucapan Hatta itu imbas insiden beberapa hari
sebelumnya, 25 Mei 2009, saat kapal perang Tentara Diraja Laut Malaysia masuk Ambalat hingga
diusir KRI Untung Suropati.

Malaysia, di tiap perundingan dengan Indonesia, kerap menyebut dan meyakini Ambalat sebagai
bagian dari teritorial mereka. Malaysia bahkan memprotes kehadiran TNI di Blok Ambalat.

Hingga kini, 2015, Ambalat belum bertemu damai. TNI meminta pemerintah RI untuk kembali
melayangkan protes diplomatik ke Malaysia karena sembilan kali pelanggaran sepanjang tahun ini
yang dilakukan militer Malaysia di Ambalat.

(POLITIK)
Perang Suku di Tolikara, 2 Tewas 34 Terluka, Ratusan Rumah
Dibakar
Chanry Andrew Suripatty
Minggu 24 April 2016 - 17:43 WIB
TOLIKARA - Bentrok antardua kampung, yakni warga Distrik Panaga dan Distrik Jikaw, sejak 9
April 2016 masih terus terjadi. Bentrok terjadi diduga akibat pembagian dana respek yang dianggap
tak adil.

Akibat bentrok tersebut, 2 orang warga tewas, 34 warga lainnya luka-luka, selain itu sebanyak 105
unit rumah dibakar.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tolikara Ferry Kogoya
mengatakan, konflik sosial di dua distrik, yakni Distrik Panaga dan Distrik Jikaw terjadi sejak 9 April
2016 hingga Minggu ini.

"Konflik sosial terus berlangsung di Distrik Jikaw dan Distrik Panaga, Kabupaten Tolikara, Papua
sejak 9 April 2016 hingga hari ini," ungkap Ferry Kogoya, kepada wartawan, Minggu (24/4/2016).

BPBD Kabupaten Tolikara, menurut Ferry, telah melaporkan kejadian ini kepada posko BNPB dan
meminta bantuan. Penyebab konflik sosial adalah persoalan pembagian bantuan dana respect yang
dinilai tidak adil di kedua distrik.

Dalam kejadian ini, pihak BPBD Tolikara, SKPD, TNI dan Polri telah berada di lokasi konflik dan
melakukan pendamaian antara kedua belah pihak. Namun konflik masih tinggi, karena ada dendam di
kedua belah pihak.

BPBD dan pemerintah daerah telah melakukan penangan darurat, namun APBD Tolikara yang
terbatas membuat bantuan tersendat.

Tercatat, dua orang meninggal dunia atas nama David Wanimbo (24) dan Hermanus. Selain itu, masih
ada 18 orang luka berat dan 16 orang luka ringan. Kerugian materi adalah 105 unit rumah terbakar.

Kerusakan pertanian, penjarahan ternak dan kehilangan harta benda. Kerugian keseluruhan masih
dalam perhitungan BPBD Tolikara. Menurut Ferry atas kejadian ini masyarakat ketakutan dan
memilih mengungsi ke daerah yang aman.

"Masyarakat banyak yang mengungsi ke distrik lain, BPBD Tolikara berusaha memenuhi kebutuhan
dasar bagi pengungsi. Kendala di lapangan adalah medan yang sangat berat. Kendaraan roda empat
tidak dapat menjangkau daerah konflik," terangnya.
(san)

(SOSIAL)
Harga Cabai, Beras sampai Rokok Jadi Penyebab Inflasi
November
Oleh Fiki Ariyanti pada 04 Des 2017, 12:45 WIB

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan


realisasi inflasi November 2017 sebesar 0,20 persen. Penyebab utama dorongan inflasi karena adanya
kenaikan harga bahan makanan dan makanan jadi serta rokok pada bulan kesebelas ini.

"Inflasi November ini sebesar 0,20 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto, atau yang akrab
disapa Kecuk, saat Pengumuman Inflasi November 2017 di kantornya, Jakarta, Senin (4/12/2017).

Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding capaian inflasi Oktober 2017 yang sebesar 0,01
persen. Namun demikian, inflasi November ini lebih rendah dibanding periode yang sama sejak 2014.

Tercatat inflasi di November 2014 sebesar 1,50 persen, November 2015 terjadi inflasi 0,21
persen, dan inflasi November 2016 sebesar 0,47 persen.

Adapun inflasi 0,20 persen di November 2017, menurut kelompok pengeluaran, paling besar
dikontribusi dari kelompok bahan makanan dengan inflasi 0,37 persen dengan andil inflasi 0,09
persen.

Kecuk menambahkan, beberapa komoditas bahan makanan yang memberikan sumbangan


inflasi cukup besar adalah cabai merah 0,06 persen, beras 0,03 persen dengan bobot 3,75 persen,
bawang merah andilnya 0,02 persen, daging ayam ras, ikan segar, dan telur ayam ras masing-masing
memberi andil 0,01 persen.

"Jadi kalau dilihat kenaikan harga cabai merah dan bawang merah lebih karena pengaruh
hujan yang tinggi," dia menjelaskan.

Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat inflasi 0,22
persen, dan andil 0,04 persen. Ada dua komoditas utama yang memberi andil besar terhadap inflasi di
kelompok ini, yakni kenaikan harga mi instan dan rokok filter masing-masing 0,01 persen.

Lebih jauh Kecuk menuturkan, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,13
persen dan andil inflasinya 0,03 persen. Inflasi di kelompok kesehatan 0,27 persen dengan andil 0,01
persen, kelompok sandang 0,12 persen dan andil 0,01 persen.

Sementara di kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga inflasi 0,10 persen dengan andil
0,01 persen, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi 0,09 persen
dan andil inflasi 0,01 persen karena ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax di
76 kota.

"Dengan angka ini, inflasi pada Desember 2017 tetap terkendali. Pemerintah sudah berupaya
menjaga inflasi Desember tetap rendah sehingga bisa memenuhi target yang ditetapkan (4,3 persen),"
tandas Kecuk.

(EKONOMI)
Terusik Lagi Klaim Negeri Jiran
Oleh Liputan6 pada 26 Jun 2012, 15:46 WIB

Liputan6.com, Jakarta: Lagi-lagi masalah klaim dari Malaysia terhadap kebudayaan


Indonesia. Secara rinci Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Windu Nuryanti bahkan
menjabarkan dalam rentang 2007-2012, Malaysia sudah tujuh kali "mengakuisisi" budaya Indonesia
sebagai warisan budaya mereka.

Klaim Malaysia dimulai pada 2007, yakni kesenian Reog Ponorogo. Reog adalah salah satu kesenian
budaya dari Jawa Timur bagian barat laut. Sementara. Ponorogo dianggap sebagai kota asal reog yang
sebenarnya. Namun di Negeri Jiran, tarian sejenis Reog Ponorogo disebut tari Barongan. Tarian ini
juga menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat
bulu-bulu merak.

Mulai muncul kontroversi ketika pada topeng dadak merak di situs resmi Kementerian Kebudayaan
Kesenian dan Warisan Malaysia terdapat tulisan Malaysia. Negeri tetangga yang kerap menyebut
Indonesia serumpun itu mengakuinya pula sebagai warisan masyarakat keturunan Jawa yang banyak
terdapat di Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia.

Tentu saja, hal itu memicu protes dari berbagai pihak di Tanah Air, termasuk seniman reog asal
Ponorogo. Hak cipta kesenian reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari
2004. Ditemukan pula informasi, dadak merak yang terlihat di situs resmi itu adalah buatan perajin
Ponorogo. Ribuan seniman reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta,
beberapa waktu lalu.

Hingga pada akhirnya masuk akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk
Zainal Abidin Muhammad Zain angkat bicara. Ia menyatakan Pemerintah Malaysia tak pernah
mengklaim Reog Ponorogo. Kesenian itu dibawa rakyat Jawa yang merantau ke Malaysia. Selesai.

Beberapa waktu berlalu, klaim dari Malaysia berembus. Pada Desember 2008, klaim atas lagu Rasa
Sayange dari Kepulauan Maluku. Pemerintah Malaysia berdalih lagu Rasa Sayangetelah ada dan
dikenal sejak lama. Lagu ini lantas dianggap menjadi lagu rakyat Negeri Jiran.

Belakangan, pejabat resmi Malaysia akhirnya mengakui lagu Rasa Sayange milik warisan bersama
bangsa Melayu, yakni Indonesia dan Malaysia. Senada dengan mantan Wakil Perdana Menteri
Malaysia Anwar Ibrahim. Ia mengakui lagu Melayu yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara, meski
pada masa kecilnya sering diajarkan lagu Rasa Sayange.

Selanjutnya adalah tari Pendet dari Bali juga diklaim Malaysia pada Agustus 2009. Kontroversi
merebak dalam tayangan iklan Discovery Channel yang menampilkan Tari Pendet sebagai tarian dari
negara itu. Walau begitu Malaysia akhirnya mengakui hal itu murni kesilapan dari Discovery
Channel. Mereka mengaku tak pernah mengklaim Tari Pendet sebagai miliknya.

Sebelumnya pada Januari 2009, Malaysia mengklaim batik. Setelah menjadi polemik, akhirnya
pemerintah Indonesia pun mendaftarkan batik ke dalam jajaran Daftar Representatif Budaya Tak
Benda Warisan Manusia UNESCO atau RepresentativeListofIntangibleCulturalHeritage-UNESCO.

Untuk mendapat pengakuan refresentatif sebagai warisan budaya, proses yang ditempuh pemerintah
Indonesia terbilang cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 dengan proses Nominasi Batik
Indonesia ke UNESCO, yang kemudian diterima secara resmi oleh Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa Urusan Pendidikan, Sains dan Kebudayaan tersebut pada 9 Januari 2009.

Pada 2010, giliran alat musik angklung yang diklaim Malaysia sebagai miliknya. Namun hal ini
berakhir baik. Angklung sebagai alat musik bambu Indonesia dikukuhkan sebagai salah satu warisan
budaya UNESCO dari Indonesia pada November 2010.

Seakan tak pernah puas, memasuki 2012 ini Malaysia kembali "berulah" dengan mengklaim tarian
Tor-Tor dan alat musik Gordang Sambilan dari Sumatra Utara sebagai warisan budaya mereka.
Mereka bahkan berencana mendaftarkan tarian itu dalam Seksyen 67 sebagai Akta Warisan
Kebangsaan 2005.

Dan, untuk kesekian kali sikap Malaysia menuai protes banyak kalangan di Indonesia. LSM Benteng
Demokrasi Rakyat (BENDERA), misalnya, mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memutuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Malaysia. "Putuskan hubungan diplomatik
dengan Malaysia, SBY jangan lembek," kata Koordinator BENDERA Mustar Bonaventura.

Banyak kekesalan dituangkan Mustar terkait sikap Negeri Jiran. Ia menilai Malaysia sering merugikan
Indonesia seperti mengklaim wilayah dan pulau di perbatasan, menghina lagu kebangsaan, dan
menyiksa hingga membunuh tenaga kerja Indonesia atau TKI yang bekerja di sana.

Anggota DPR pun keberatan terkait klaim Malaysia terhadap tari Tor-Tor. Anggota Dewan
menganggap klaim Malaysia tak berdasar karena karya tarian itu berasal dari Batak. Anggota Komisi
I DPR Hayono Isman berharap Malaysia mencabut pernyataan. Sebab, persoalan itu dinilai bisa
memperburuk hubungan baik kedua negara.

Reaksi agak keras disuarakan Perhimpunan Penyelamat NKRI (PPNKRI). Mereka menyerukan
perang jika Malaysia tak segera mencabut klaim. PPNKRI juga berencana mengirim surat ke Kedubes
Malaysia untuk segera mencabut klaim. Kemarahan juga diekspresikan sejumlah tokoh Batak.
Antropolog Robert Sibarani yang juga tokoh Batak ini meminta tokoh-tokoh Batak dan sub etnisnya
tegas melawan rencana Malaysia.

Pengamat hukum internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana ikut bereaksi. Ia


menuturkan tarian Tor-Tor dan Paluan Gondang Sambilan harus dikawal benar-benar. Jangan sampai
Malaysia bisa mengklaim.

Tapi buru-buru Malaysia membantah mengklaim dua budaya Indonesia. Usai mengadakan pertemuan
dengan Windu, dalam klarifikasinya, Malaysia menyatakan bukan mengklaim, namun hanya sekadar
mencatatkan di warisan budaya negara mereka.

Kementerian Penerangan, Komunikasi, Kebudayaan Malaysia dan juga Persatuan Masyarakat


Mandailing di Malaysia juga memberikan jawaban. Mereka menjelaskan, tak punya maksud
mengklaim tari Tor-tor dan Gondang Sambilan. Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan
Malaysia Datuk Seri Dr. Rais Yatim menuturkan yang dimaksud akta warisan budaya menurut
ketentuan di Malaysia adalah pencatatan terhadap warisan budaya yang dimiliki orang-orang
Mandailing Malaysia yang asal-usulnya dari Mandailing, Sumut.

Apapun bantahannya, pemerintah Indonesia mulai memberikan reaksi. Respons ini bisa dibilang
terlambat, tapi daripada tidak sama sekali. Tindakan itu yaitu pemerintah membentuk Komite Warisan
Budaya Nasional. Komite ini bertugas mencatat semua warisan budaya nasional di Indonesia,
sehingga diharapkan dapat menghindari adanya saling klaim.(AIS/dari berbagai sumber)

(BUDAYA)
Indonesia Protes China Atas Pelanggaran Wilayah Laut
21/03/2016
Sebuah insiden terjadi pada akhir pekan yang melibatkan kapal penjaga pantai China, sebuah
kapal nelayan China, dan sebuah kapal patroli Indonesia di Laut Natuna.
Pemerintah memprotes China hari Senin (21/3) atas apa yang digambarkan sebagai
pelanggaran wilayah laut oleh kapal penjaga pantai China dekat daerah yang disengketakan di Laut
China Selatan.

Insiden tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan,


khususnya karena reklamasi lahan yang dilakukan China dan klaim-klaim negara itu atas wilayah
yang sangat luas di koridor perkapalan yang kaya sumber daya tersebut.

Beberapa negara Asia Tenggara memiliki klaim tumpang tindih di wilayah tersebut, namun
Indonesia tidak dan melihat diri sebagai "mediator jujur" dalam beragam sengketa teritori.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan ia telah bertemu dengan perwakilan
kedutaan besar China di Jakarta, menyusul insiden pada akhir pekan yang melibatkan kapal penjaga
pantai China, sebuah kapal nelayan China, dan sebuah kapal patroli Indonesia di Laut Natuna.

"Dalam pertemuan tersebut kami menyampaikan protes keras (atas)... pelanggaran oleh
penjaga pantai China atas hak kedaulatan Indonesia," ujar Retno dalam konferensi pers.

Pihak berwenang berupaya menahan sebuah kapal China yang menurut mereka menangkap
ikan secara ilegal di perairan Indonesia, menurut seorang pejabat pemerintahan sebelumnya.

Delapan awak kapal China ditahan namun penjaga pantai China mencegah Indonesia menyita
kapal nelayan tersebut.

China mengatakan bahwa kapal nelayan itu beroperasi di "daerah penangkapan ikan China
tradisional" dan menuntut para nelayan dibebaskan.

"Jika menyangkut sengketa perikanan, atau isu kelautan, China selalu siap bekerja dengan
Indonesia untuk menyelesaikan sengketa-sengketa ini melalui negosiasi dan dialog," ujar pejabat
kedutaan China, Sun Weide, kepada wartawan di Jakarta usai bertemu dengan Menteri Kelautan.

China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, sebuah koridor perkapalan
yang strategis dan kaya ikan serta gas alam, tempat beberapa negara Asia Tenggara lain memiliki
klaim yang tumpang tindih.
Namun China dan Indonesia tidak berebut kedaulatan di Kepulauan Natuna dan perairan di
sekitarnya; keduanya sepakat bahwa daerah itu adalah bagian dari Provinsi Riau.

Namun ketegangan antara kedua belah pihak meletup sesekali, biasanya karena kapal
penangkap ikan China.

Pada Maret 2013, kapal China yang bersenjata mengkonfrontasi kapal patroli perikanan
Indonesia dan menuntut pembebasan kapal-kapal China yang telah ditangkap di perairan Natuna.
Khawatir akan keselamatannya, kapten kapal Indonesia menurut.

Hal serupa terjadi tahun 2010, ketika sebuah kapal maritim China meminta kapal patroli
Indonesia untuk melepaskan kapal pukat ilegal dari China.

Pemerintah Indonesia tidak memiliki rencana untuk meningkatkan sumber daya militer di
Kepulauan Natuna yang terpencil dan kaya sumber daya, dalam menanggapi insiden terbaru ini,
menurut Menteri Pertahanan. [hd]

(PERTAHANAN KEAMANAN)

Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi dan Politik

Ada empat hal yang selalu dikedepankan oleh globalisasi dalam bidang ideologi dan politik, yaitu
demokratisasi, kebebasan, keterbukaan dan hak asasi manusia. Keempat hal tersebut oleh negara-
negara adidaya (Amerika Serikat dan sekutunya) dijadikan standar atau acuan bagi negara-negara
lainnya yang tergolong sebagai negara berkembang. Acuan tersebut dibuat berdasarkan kepentingan
negara adidaya tersebut, tidak berdasarkan kondisi negara yang bersangkutan.

Tidak jarang jika suatu negara tidak mengedepankan empat hal tersebut dalam kehidupan politik di
negaranya, maka negara tersebut akan dianggap sebagai musuh bersama, bahkan lebih menyedihkan
lagi dianggap sebagai teroris dunia serta akan diberikan sanksi berupa embargo dalam segala hal yang
menyebabkan timbulnya kesengsaraan seperti kelaparan, konflik dan sebagainya. Sebagai contoh
Indonesia pernah diembargo dalam bidang ekonomi oleh Amerika Serikat, yaitu tidak memberikan
suku cadang pesawat F-16 dan bantuan militer lainnya, karena pada waktu itu Indonesia dituduh tidak
demokratis dan melanggar hak asasi manusia.

Sanksi tersebut hanya diberlakukan kepada negara-negara yang tidak menjadi sekutu Amerika
Serikat, sementara sekutunya tetap dibiarkan meskipun melakukan pelanggaran. Misalnya Israel yang
banyak membunuh rakyat Palestina dan meyerangLibanon tetap direstui tindakannya tersebut oleh
Amerika Serikat. Di sisi lain, isu demokratisasi pada saat ini benar-benar mempengaruhi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Segala peristiwa selalu dikaitkan dengan demokratisasi.

Akan tetapi demokratisasi yang diusung adalah demokrasi yang dikehendaki oleh negara-negara
adidaya yang digunakan untuk menekan bahkan menyerang negara-negara berkembang yang bukan
sekutunya. Akibatnya adalah selalu terjadi konflik kepentingan yang pada akhirnya mengarah pada
pertikaian antar negara. Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia sebagai negara yang menganut
paham demokrasi Pancasila harus mampu menumbuhkan pemerintahan yang kuat,mandiri dan tahan
uji serta mampu mengelola konflik kepentingan yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia yang pluralistik, dengan tetap memperteguh wawasan kebangsaan yang
berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika.

Bangsa Indonesia harus mempu menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang kuat dan mandiri,
namun tidak meninggalkan kemitraan dan kerjasama dengan negara-negara lain dalam hubungan yang
seimbang, saling menguntungkan, saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban masing-
masing. Untuk mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia harus segera mewujudkan hal-hal sebagai
berikut:

1) Mengembangkan demokrasi politik.


2) Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.
3) Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi
dan peranannya secara baik dan benar.
4) Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa.
5) Menegakkan supremasi hukum.
6) Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.

Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ekonomi

Sebenarnya sebelum menyentuh bidang politik, globalisasi lebih dahulu terjadi pada bidang ekonomi.
Sejak digulirkannya liberalisasi ekonomi oleh Adam Smith sekita abad ke-15 telah melahirkan
perusahaan-perusahaan multinasional yang melakukan aktivitas perdagangannya ke berbagai negara.
Mulai abad 20, paham liberal kembali banyak dianut oleh negara-negara di dunia terutama negara
maju. Hal ini membuat globalisasi ekonomi semakin mempercepat perluasan jangkauannya ke semua
tingkatan negara mulai negara maju sampai negara berkembang seperti Indonesia.

Kenyataan yang terjadi, globalisasi ekonomi lebih dikendalikan oleh negaranegara maju. Sementara
negara-negara berkembang kurang diberi ruang dan kesempatan untuk memperkuat
perekonomiannya. Negara-negara berkembang semacam Indonesia lebih sering dijadikan objek yang
hanya bertugas melaksanakan keinginan-keinginan negara maju. Keberadaan lembaga-lembaga
ekonomi dunia seperti IMF (International MonetaryFund), Bank Dunia (World Bank) dan WTO
(World Trade Organization) belum sepenuhnya memihak kepentingan negaranegara berkembang.
Dengan kata lain negara-negara berkembang hanya mendapat sedikit manfaat bahkan menderita
karena kebijakan yang salah dan aturannya yang tidak jelas. Hal tersebut dikarenakan ketiga lembaga
tersebut selama ini selalu berada di bawah pengawasan pemerintahan negara-negara maju, sehingga
semua kebijakannya selalu memihak kepentingan-kepentingan negara maju. Sistem ekonomi
kerakyatan merupakan senjata ampuh untuk melumpuhkan ancaman di bidang ekonomi dan
memperkuat kemandirian bangsa kita dalam semua hal. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu
kiranya segera diwujudkan hal-hal di bawah ini:

1. Sistem ekonomi dikembangkan untuk memperkuat produksi domestik untuk pasar dalam
negeri, sehingga memperkuat perekonomian rakyat.
2. Pertanian dijadikan prioritas utama, karena mayoritas penduduk Indonesia
bermatapencaharian sebagai petani. Industri-industri haruslah menggunakan bahan baku dari dalam
negeri, sehingga tidak tergantung impor dari luar negeri.
3. Diadakan perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Artinya segala sesuatu yang menguasai hajat hidup orang banyak, haruslah
bersifat murah dan terjangkau.
4. Tidak bergantung pada badan-badan multilateral seperti pada IMF, Bank
Dunia dan WTO.
5. Mempererat kerjasama dengan sesama negara berkembang untuk bersamasama
mengahadapi kepentingan negara-negara maju.

Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya di negara-negara berkembang, perlu diperhatikan gejala perubahan yang
terjadi, terutama mengenai sebab-sebabnya. Banyak faktor yang mungkin menimbulkan perubahan
sosial, diantaranya yang memegang peranan penting, ialah faktor teknologi dan kebudayaan. Faktor–
faktor itu berasal dari dalam maupun dari luar. Biasanya, yang berasal dari luar lebih banyak
menimbulkan perubahan. Agar dapat memahami perubahan sosial yang terjadi, perlu dipelajari
bagaimana proses perubahan itu terjadi, dan bagaimana perubahan itu diterima masyarakat. Pengaruh
dari luar perlu diperhatikan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan serta dapat membahayakan
kelangsungan hidup kebudayaan nasional. Bangsa Indonesia harus selalu waspada akan kemungkinan
adanya kesengajaan pihak luar untuk memecah kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam menghadapi pengaruh dari luar yang dapat membahayakan kelangsungan hidup sosial budaya,
bangsa Indonesia berusaha memelihara keseimbangan dan keselarasan fundamental, yaitu
keseimbangan antara manusia dengan alam semesta, manusia dengan masyarakat, manusia dengan
Tuhan, keseimbangan kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. Kesadaran akan perlunya
keseimbangan dan keserasian melahirkan toleransi yang tinggi, sehingga menjadi bangsa yang
berbhinneka dan bertekad untuk selalu hidup bersatu.

Ancaman Terhadap NKRI


Posted By Nanang Ajim | Posted On 3:06 PM

Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang
dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman terhadap keutuhan NKRI pada saat ini masih ada, baik berupa ancaman militer maupun
nonmiliter. Kita perlu terus meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ancaman tersebut agar
keutuhan NKRI tetap terjaga. Kewaspadaan terhadap ancaman di berbagai bidang, seperti ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.

Ancaman terhadap bangsa dan negara Indonesia terdiri atas ancaman militer dan ancaman
non militer.Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk agresi,
pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan perang saudara.
Ancaman nonmiliter tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer.
Ancaman nonmiliter berbentuk ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan.
1. Ancaman dari Dalam Negeri
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan latar belakang budaya yang
berbeda-beda. Adakalanya perbedaan suku bangsa bisa menjadi sumber konflik yang dapat
menyebabkan perpecahan sehingga menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Potensi ancaman yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain :
1. Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau
pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat. Gerakan sparatis
ini terjadi di beberapa daerah antara lain di Papua, Maluku, Aceh, Poso.
2. Keresahan sosial akibat kesenjangan ekonomi dan ketimpangan kebijakan ekonomi serta
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru hara/kerusuhan
massa.
3. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrim atau tidak sesuai dengan
jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
4. Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.
5. Munculnya pemikiran memperluas daerah otonomi khusus tanpa alasan yang jelas, hingga
persoalan-persoalan yang muncul di wilayah perbatasan dengan negara lain
6. Pemaksaan kehendak golongan tertentu berusaha memaksakan kepentingannya secara tidak
konstitusional, terutama ketika sistem sosial politik tidak berhasil menampung aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat.
7. Potensi konflik antarkelompok baik perbedaan pendapat dalam politik, dalam masalah politik,
konflik akibat pilkada maupun akibat masalah SARA.
8. Melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme sangat merugikan negara dan bangsa karena akan
mengancam dan menghambat pembangunan nasional
9. Kesenjangan ekonomi, pemerataan pendapatan yang tidak adil antarkelompok dan antardaerah.

2. Ancaman dari Luar Negeri


Dengan berakhirnya perang dingin maka ancaman militer semakin tidak menjadi perhatian.
Tidak berarti ancaman militer tidak terjadi, seperti pelanggaran wilayah oleh pesawat atau kapal
perang negara lain. Potensi ancaman dari luar lebih berbentuk ancaman nonmiliter yaitu ancaman
terhadap ideologi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
1. Ancaman terhadap ideologi merupakan ancaman terhadap dasar negara dan ideologi Pancasila.
Masuknya ideologi lain seperti liberalisme, komunisme, dan beberapa dekade terakhir muncul
ideologi yang berbasis agama semakin mudah diterima oleh masyarakat Indonesia di era globalisasi
ini.
2. Ancaman terhadap politik dengan ikut campurnya negara lain dalam urusan dalam negeri Indonesia
seperti hak asasi manusia, hukum, pemilihan umum, dan sebagainya. Sistem politik liberal yang
mengutamakan kepentingan individu atau kelompok menjadi ancaman dalam kehidupan demokrasi
Pancasila.
3. Ancaman terhadap ekonomi seperti semakin bebasnya impor berbagai produk luar negeri, restoran,
investasi asing, perusahaan asing, dan sebagainya. Ketidakmampuan kita dalam menghadapi
globalisasi dan perdagangan bebas dapat mengakibatkan penjajahan dalam bentuk yang baru.
Contoh sikap lebih menyukai produksi luar negeri, hanya karena gengsi merupakan bentuk baru
penjajahan bidang ekonomi.
4. Ancaman dalam bentuk penjarahan sumber daya alam melalui eksploitasi SDA yang tidak terkontrol
sehingga merusak lingkungan, seperti illegallogging, illegalfishing, pencurian kekayaan alam, dan
penyelundupan barang.
5. Ancaman terhadap sosial budaya misalnya dengan upaya menghancurkan budaya bangsa melalui
disinformasi, propaganda, dan berbagai kegiatan kebudayaan yang dapat mempengaruhi
kebudayaan luhur bangsa Indonesia.
6. Ancaman terhadap pertahanan dan keamanan antara lain pelanggaran wilayah oleh kapal atau
pesawat militer negara lain, kejahatan internasional, kelompok luar negeri yang membantu gerakan
separatis, dan sebagainya.

Potensi ancaman terhadap keamanan nasional dan pertahanan negara dapat datang dari mana
saja. Pengalaman menunjukkan bahwa instabilitas dalam negeri seringkali mengundang campur
tangan asing baik langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu waspadalah dan pedulilah
terhadap lingkungan.
Perang Suku di Tolikara, 2 Tewas 34 Terluka, Ratusan Rumah
Dibakar
Chanry Andrew Suripatty
Minggu 24 April 2016 - 17:43 WIB
TOLIKARA - Bentrok antardua kampung, yakni warga Distrik Panaga dan Distrik Jikaw, sejak 9
April 2016 masih terus terjadi. Bentrok terjadi diduga akibat pembagian dana respek yang dianggap
tak adil.

Akibat bentrok tersebut, 2 orang warga tewas, 34 warga lainnya luka-luka, selain itu sebanyak 105
unit rumah dibakar.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tolikara Ferry Kogoya
mengatakan, konflik sosial di dua distrik, yakni Distrik Panaga dan Distrik Jikaw terjadi sejak 9 April
2016 hingga Minggu ini.

"Konflik sosial terus berlangsung di Distrik Jikaw dan Distrik Panaga, Kabupaten Tolikara, Papua
sejak 9 April 2016 hingga hari ini," ungkap Ferry Kogoya, kepada wartawan, Minggu (24/4/2016).

BPBD Kabupaten Tolikara, menurut Ferry, telah melaporkan kejadian ini kepada posko BNPB dan
meminta bantuan. Penyebab konflik sosial adalah persoalan pembagian bantuan dana respect yang
dinilai tidak adil di kedua distrik.

Dalam kejadian ini, pihak BPBD Tolikara, SKPD, TNI dan Polri telah berada di lokasi konflik dan
melakukan pendamaian antara kedua belah pihak. Namun konflik masih tinggi, karena ada dendam di
kedua belah pihak.

BPBD dan pemerintah daerah telah melakukan penangan darurat, namun APBD Tolikara yang
terbatas membuat bantuan tersendat.

Tercatat, dua orang meninggal dunia atas nama David Wanimbo (24) dan Hermanus. Selain itu, masih
ada 18 orang luka berat dan 16 orang luka ringan. Kerugian materi adalah 105 unit rumah terbakar.

Kerusakan pertanian, penjarahan ternak dan kehilangan harta benda. Kerugian keseluruhan masih
dalam perhitungan BPBD Tolikara. Menurut Ferry atas kejadian ini masyarakat ketakutan dan
memilih mengungsi ke daerah yang aman.

"Masyarakat banyak yang mengungsi ke distrik lain, BPBD Tolikara berusaha memenuhi kebutuhan
dasar bagi pengungsi. Kendala di lapangan adalah medan yang sangat berat. Kendaraan roda empat
tidak dapat menjangkau daerah konflik," terangnya.
(san)
Jenis
Bentuk Strategi Indikator Keberhasilan
Ancaman
Ancaman Kementrian atau lembaga Kebijakan dan langkah-langkah politik yang
Sosbud pemerintah non-kementrian tepat dan intensif
Membetengi masyarakat dari Mengerahkan seluruh kekuatan politik serta
penetrasi ideologi asing. instrumen pemerintahan dalam negeri
Menangkal pihak lain yang Kendinamisasikan kekuatan nasional di
mengancam Pancasila. bidang informasi untuk melakukan “operasi
informasi imbangan”
Pembelajaran dan kesadaran Siswa dan mahasiswa di semua tingkat dan
akan ideologi Pancasila jenjang pendidikan melalui pembelajaran dan
kesadaran akan ideologi Pancasila
Memberdayakan para Memberdayakan para pemimpin agama untuk
pemimpin agama menjadi mitra pemerintah
Program pelaksanaan bakti Peningkatan komunikasi sosial TNI yang
TNI diselenggarakan dalam format meningkatkan
kesadaran bela negara
Ancaman Pembangunan sistem politik Kessadar hukum dalam memahami kewajiban
Politik demokrasi dan hak sebagai warga negara.
Menciptakan diplomasi dengan Politik luar negeri memainkan perannya
Negara lain secara maksimal dalam memperjuangkan
kepentingan nasional
Ancaman Menghadapi ancaman ekonomi Pemerintah menyediakan dana dan juga
Ekonomi dari internal lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang
kurang mampu.
Menghadapi ancaman ekonomi Membangun dan menjaga hubungan baik
dari eksternal dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dunia
Pertahanan militer menghadapi Peningkatan kemampuan ekonomi
ancaman berdimensi ekonomi masyarakat sudah tampak
Ancaman Memelihara keseimbangan dan Memperhatikan perkembangan tradisi,
Sosbud keselarasan pendidikan, kepemimpinan, integrasi
nasional, kepribadian bangsa, persatuan dan
kesatuan bangsa, dan pelestarian alam.
Meningkatkan semangat Adanya toleransi yang tinggi antar sesama
persatuan bangsa warga negara

Anda mungkin juga menyukai