Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PERTANGGUNG JAWABAN
KOORDINATOR ISU AGRARIA
BEM SI 2020
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillah, atas izin dan kehendak Allah swt. Kita telah Allah ciptakan dalam
wujud manusia yang memiliki kelebihan dibanding  makhluk lainnya, selain itu kitapun
bersukur karena kita terlahir kedunia dijaman setelah kerosulan Nabi Muhammad SAW,
sehingga kita memeluk agama yang selamat yaitu Islam, lalu kitapun harus bersyukur bahwa 
Allah telah menanamkan keimanan dalam dada kita. Semoga kita senantiasa menjadi orang-
orang yang bersyukur serta memperoleh kemenangan dan kebahagiaan didunia dan akhirat.
Amin

Salawat  dan salam semoga selamanya senantiasa tercurahlimpahkan kepada panutan


kita semua, Nabiyulloh Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umat pada umumnya
semoga kita senantiasa semangat untuk memperjuangkan jejak langkahnya untuk menegakan
hukum Allah di dunia ini. Dan kelak diakhirat mendapatkan safa’at darinya, amin.

Dalam Undang-Undang No. 5 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, LNRI


Tahun 1960 No. 104 -TLNRI No. 2043, diundangkan pada tanggal 24 September 1960.
Undang-undang ini lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
UUPA tidak memberikan pengertian tentang agraria, hanya memberikan ruang lingkup agraria,
sebagaimana yang tercantum dalam konsiderans, pasal-pasal maupun penjelasannya. Ruang
lingkup agraria menurut UUPA meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya (BARAKA). A. P. Parlindungan menyatakan bahwa pengertian
agraria memiliki ruang lingkup, yaitu dalam arti sempit, bisa berwujud hak-hak atas tanah,
ataupun pertanian saja, sedangkan Pasal 1 dan Pasal 2 UUPA telah mengambil sikap dalam
pengertian yang meluas, yaitu bumi, air, luar angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya.

Potensi-potensi koflik di negara Indonesia kian subur sehingga untuk memenangkan kasus
agraria ini terbilang cukup sulit. Negara seolah menjadi pemeran utama dalam penindasan hak-
hak rakyat atau bahkan penghianat rakyat yang melakukan transaksi terang-terangan dalam
penindasan tersebut. Maka dengan ini kami sampaiakan kepada mahasiswa untuk tetap
mengawal permasalahan keagrariaan hingga terwujudnya reforma agraria sejati.

A. Pendahuluan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agraria diartikan sebagai urusan pertanian
atau tanah pertanian, juga urusan pemilikan tanah. Pada negara-negara agraris seperti
Indonesia, tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting karena menentukan
kesejahteraan hidup penduduk negara bersangkutan. Paling sedikit ada tiga kebutuhan dasar
manusia yang tergantung pada tanah. Pertama, tanah sebagai sumber ekonomi guna menunjang
kehidupan. Kedua, tanah sebagai tempat mendirikan rumah untuk tempat tinggal. Ketiga, tanah
sebagai kuburan. Kebutuhan akan tanah dari hari ke hari terus meningkat, searah dengan
lajunya pembangunan. Dengan demikian fungsi tanahpun mengalami perkembangan yang
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang beraneka ragam. Berdasarkan uraian-uraian di
atas, tanah merupakan suatu hal yang sangat penting dan dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini selaras dengan pasal 33 ayat 3 UUD Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa “Bumi dan Air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Semakin meningkatnya penggunaan tanah berbanding terbalik dengan luas tanah yang
tersedia. Luas tanah relatif terbatas disebabkan pertambahan penduduk semakin padat. Selain
itu dikarenakan banyaknya lahan-lahan pertanian sudah disulap menjadi
pemukiman/perumahan atau industri serta infrastruktur. Tidak seimbangnya antara persedian
tanah dengan kebutuhan akan tanah itu dapat memicu timbulnya permasalahan. Munculnya
berbagai kasus pertanahan bukan hanya disebabkan oleh konflik-konflik pertanahan tetapi hal
tersebut tidak terlepas dari konteks kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah, banyaknya
peraturan tanah yang bersifat ad hoc, inkonsisten, ambivalen antara satu kebijakan dengan
yang lain serta banyaknya peraturan yang tumpang tindih dalam struktur hukum tanah.

Salah satu kasus agraria yang terjadi di Indonesia yaitu konflik agraria antara
masyarakat desa Betung, kecamatan Lubuk Keliat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan
dengan PTPN VII Cinta Manis. Konflik ini terjadi akibat adanya perbedaan persepsi dalam
penguasaan tanah antara masyarakat dengan perusahaan PTPN VII Cinta manis (Ketua
operasional perusahaan PTPN VII Cinta Manis, 2018). Hingga saat ini konflik sengketa lahan
di Ogan Ilir belum mendapatkan solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan walaupun
sudah berbagai pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat didalam lingkup desa, daerah,
provinsi maupun pusat (Sukmawati, 2018).

Konflik agraria antara masyarakat desa Betung, kecamatan Lubuk Keliat, Kabupaten
Ogan Ilir, Sumatera Selatan dengan PTPN VII Cinta Manis ini menyebabkan masyarakat
semakin sulit karena pembangunan yang bersifat top down kebijakan berasal dari
pemerintahan tanpa memperhatikan kondisi masyarakat setelah berjalannya perusahaan,
memarginalkan petani-petani kecil sehingga mereka kehilangan sumber kehidupan. Lahan
yang dikelola untuk pertanian digunakan oleh perusahaan mengakibatkan masyarakat tersebut
menjadi miskin ditambah lagi perusahaan PTPN VII Cinta Manis tidak mendukung
pendapatan mereka sehingga termarginalkan di desa sendiri. Masyarakat desa lebih dekat
dengan pertanian sebagai sumber pendapatan, sehingga lahan adalah aset terpenting bagi
mereka dalam pemenuhan kebutuhan hidup baik bertani untuk kebutuhan pokok keluarga
maupun lainnya. Ditambah anggapan para perempuan didesa bahwa lahan pertanian adalah
bagian dari hidup mereka dengan menanami lahan dari berbagai jenis tanaman yang dapat
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan hidup.

Permasalahan yang terkandung dalam wujud keagrarian bukan hanya perihal konflik
semata. Banyak sekali, dan diantaranya ialah persoalan ketimpangan atas hak penguasaan
lahan yang selama ini tidak berkeadilan.

Koordinator Isu Agraria


B. Fokusan dan Konsentrasi Gerakan

1. Identifikasi masalah

I. Masih banyaknya permasalahan keagrariaan di Republik Indonesia


II. Pemaknaan sempit tentang agraria.
III. Kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih satu sama lain.

2. Kilas Balik Gerakan Korsu Agraria

I. Pengawalan Konflik Agraria di Sumatera Selatan

Sepanjang tahun 2020 salah satu fokus BEM KM Unsri adalah melakukan upaya
penyelesaian konflik agraria antara masyarakat Desa Betung, Kecamatan Lubuk Keliat,
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan dan PTPN VII Cinta Manis secara berkala. Upaya
penyelesaian tersebut terhimpun dalam beberapa agenda sebagai berikut :

 23 Juli 2020, audiensi kepada Gubernur Sumatera Selatan terkait penyelesaian


konflik agraria antara Masyarakat Desa Betung, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera
Selatan dan PTPN VII Cinta Manis;
 15 September 2020, rapat penyelesaian konflik agraria antara masyarakat Desa
Betung, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan dan PTPN VII Cinta Manis yang
dihadiri oleh masyarakat, perusahaan, mahasiswa dan pemerintah provinsi Sumatera
Selatan;
 28 September 2020, audiensi Lanjutan Ke Komisi II DPRD Sumatera Selatan terkait
proses penyelesaian konflik Agraria antara Masyarakat Desa Betung, Kabupaten
Ogan Ilir, Sumatera Selatan dan PTPN VII Cinta Manis.

Selain melakukan upaya penyelesaian konflik agraria antara masyarakat Desa Betung,
Kecamatan Lubuk Keliat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan dan PTPN VII Cinta Manis,
BEM KM Unsri juga melakukan beberapa tindakan responsif terkait permasalahan keagrariaan
di Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebagai berikut :

 20 Maret 2020, konferensi pers dan pernyataan sikap terkait konflik agraria antara
Masyarakat Desa Batu, Lahat, Sumatera Selatan dengan PT Artha Prigel yang
menewaskan dua petani;
 24 Juni 2020, pernyataan sikap dan aksi media terkait penyiraman air keras kepada
aktivis agraria di OKU Timur, Sumatera Selatan.

II. Kajian Nasional Keagrariaan

Kajian nasional keagrariaan dilakukan dalam bentuk diskusi online dengan


menghadirkan narasumber yang berkapasitas di bidangnnya dan memiliki pengalaman serta
pengetahuan terkait keagrariaan. Diskusi online ini terbuka untuk umum bagi seluruh
masyarakat di seluruh indonesia. Adapun untuk diskusi online tersebut adalah sebagai berikut :

 Tema ; Kenapa masih ada konflik agraria? (Jumat, 4 September 2020);


 Tema ; Bagaimana reforma agraria yang sejati (19 September 2020);
 Tema ; Kupas tuntas dasar agraria (Sabtu, 28 September 2020).

Selain dari diskusi online, kajian nasional keagrariaan juga dilakukan dengan
membentuk Komite Kajian Agraria di bawah naungan Kementrian Politik dan Propaganda
guna melakukan pengkajian dan pengumpulan data yang kemudian dihimpun menjadi “Modul
Kajian Agraria”.

III. Eskalasi Hari Tani

Eskalasi hari tani adalah sebuah ikhtiar gerakan yang dilakukan oleh BEM KM UNSRI
selaku koordinator isu agraria BEM SI. Pada 24 September 2020 BEM KM Unsri bersama
Serikat Tani Pembaharu Ogan Ilir (SATPOL OI) dari Sumatera Selatan berangkat ke
Jakarta dengan membawa dua permasalahan, yakni permasalahan umum dan khusus.

Permasalahan umum yaitu dengan membawa permasalahan agraria secara universal


yang terjadi di Indonesia. Lewat beberapa tuntutan yang terangkum dalam Modul Kajian
Agraria yang disusun oleh Komite Kajian Agraria, Permasalahan khusunya yakni,
permasalahan perihal konflik lahan antara Masyarakat Desa Betung 1, Kec. Lubuk Keliat,
Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan dengan PTPN VII Cinta Manis. Yang hendak kami
audiensikan dengan Kementrian BUMN selaku lembaga yang menaungi PTPN VII tersebut.
dengan membawa berbagai data dan permasalahan keagrariaan. Adapun eskalasi hari tani
tersebut kami sajikan secara runtut sebagai berikut :

 Bahwa pada tanggal, 24 September 2020, sekitar subuh, rombongan BEM KM Unsri
sampai di Universitas Negeri Jakarta;
 Bahwa selanjutnya pada hari yang sama, Kamis, 24 September 2020, BEM KM
UNSRI Selaku Koordinator Isu Agraria BEM-SI bersama dengan BEM KM IPB
Selaku Koordinator Isu Pertanian BEM-SI juga didampingi dengan rombongan
kawan-kawan dari BEM-SI Wilayah BSJB, berkunjung ke Kementrian ATR/BPN
untuk melaksanakan audiensi terkait permasalahan agraria di Indonesia;
 Bahwa selanjutnya pada hari yang sama, Kamis, 24 September 2020, siang sekitar
jam 13.00 WIB audiensi tidak bisa terlaksana dikarenakan surat permohonan
audiensi yang baru masuk dua hari yang lalu dan belum di-disposisikan kepada
Pimpinan ATR/BPN. Sehingga BEM-SI harus memasukkan surat kembali untuk
tanggal dan waktu audiensi yang disesuaikan dengan Kementrian;
 Bahwa selanjutnya pada hari yang sama, Kamis, 24 September 2020. Perwakilan dari
BEM-SI juga tidak bisa menyerahkan Modul kajian dari masing-masing Koordinator
Isu dikarenakan para Pimpinan yang sedang sibuk dengan agendanya masing-masing
sehingga sangat sulit ditemui walau hanya sebentar;
 Bahwa selanjutnya pada hari yang sama, Kamis, 24 September sekitar pkl.16.00
WIB seluruh rombongan BEM-SI membubarkan diri pulang ke tempat masing-
masing.
 Bahwa pada tanggal, 25 September 2020, siang sekitar pkl. 13.00 WIB BEM KM
Unsri bersama dengan Serikat Tani Pembaharu Ogan Ilir dan didampingi oleh
Koordinator Pusat BEM-SI berkunjung ke Kementrian Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) untuk melaksanakan audiensi perihal Konflik antara Masyarakat Desa
Betung dan PTPN VII Cinta Manis;
 Bahwa selanjutnya pada hari yang sama, Jumat, 25 September 2020, audiensi tidak
bisa terlaksana disebabkan surat permohonan audiensi baru masuk dua hari yang lalu
dan belum di-disposisikan kepada pimpinan terkait. Berkas Catatan Kritis
Penyelesaian Konflik Agraria juga ditolak oleh resepsionis (sebelum akhirnya
disampaikan kepada Pimpinan BUMN) dengan dalih tidak menerima berkas fisik
apapun karena sedang pandemi;
 Bahwa selanjutnya pada hari yang sama, Jumat, 25 September 2020, sekitar sore,
BEM KM Unsri melakukan kunjungan ke stasiun TVOne untuk melakukan siaran
terhadap Hari Tani dan Konflik Agraria PTPN VII Cinta Manis dan Masyarakat Desa
Betung. Namun agenda siaran di tolak oleh pihak TVOne;
 Bahwa selanjutnya pada sore, Sabtu, 26 September 2020, BEM KM Unsri bersama
Serikat Tani Pembaharu Ogan Ilir memutuskan untuk kembali ke Sumatera Selatan
dan melanjutkan perjuangan di daerah sembari menunggu balasan berbagai surat dan
catatan kritis yang telah kami layangkan ke beberapa stakeholder pemerintah pusat;

3. Evaluasi Gerakan Korsu Agraria

Persoalan agraria adalah persoalan yang menjadi akar terjadinya ketimpangan sosial dan
sumber letusan konflik-konflik di berbagai bidang. Namun kami, dalam hal ini BEM KM
UNSRI sebagai Koordinator Isu Agraria belum bekerja secara optimal, baik dalam pengawalan
konflik, pencerdasan kepada mahasiswa, maupun dalam penyelesaian-penyelesaianya. Adapun
targetan yang telah kami tetapkan melalui rencana-rencana strategis yang mengikutinya belum
dapat kami implementasikan sesuai dengan rumusan dan formulasi awal. Mulai dari masalah
waktu yang tidak sesuai timeline eskalasi, kesiapan yang kurang matang dari tim koordiator
isu, kurangnya komunikasi pada forum-forum diskusi dan kosolidasi dari koordinator isu
kepada anggota koordinator isu dan koordinator pusat BEM SI menjadi faktor belum
maksimalya pondasi awal.

Namun meskipun ditengah jalan terjadinya penurunan target, BEM KM UNSRI selaku
koordinator isu agraria telah mengupayakan berbagai macam bentuk gerakan diantaranya
konferensi pers hingga audiensi bersama lembaga pemerintahan terkai, baik itu di Sumatera
Selatan maupun Ibu kota Jakarta.

4. Kendala yang dihadapi

Adapun kendala yang kami hadapi dalam menjalankan roda gerakan sehingga terjadinya
penuruan target dan lain-lain adalah bahwa kami tidak bisa menafikan adanya ketimpangan isu
lain seperti isu kampus, baik itu masalah UKT ataupun perkuliahan selama pandemi serta isu
RUU CIPTA KERJA yang saat ini telah ditetapkan menjadi UU CIPTA KERJA No 11 2020.
Dua isu ini yang menjadi tidak sesuainya timeline eskalasi gerakan pada rencana strategis yang
telah disepakati bersama.

Selain itu kendala yang menghambat selanjutnya adalah pandemi covid 19 yang mana pada
tanggal 24 September 2020 kami canangkan sebagai hari Aksi Nasional yang bertepatan
dengan hari Tani Nasional dan lahirnya UU Pembaharuan Agraria (UU PA 1960) tidak bisa
kami lakukan dikarenakan berbagai daerah harus melaksanakan pembatasan aktivitas sehari-
hari atau yang lebih dikenal dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Namun kami
tetap melaksanakan aksi massa di memperingati Hari Tani Nasional di Gedung DPRD Provinsi
Sumatera Selatan.

5. Rekomendasi Gerakan Mendatang


Menimbang masalah-masalah yang mengekor pada Konflik Agraria, kami sebagai
Koordinator Isu Agraria BEM SI 2020 dengan ini menyatakan bahwa tetap merekomendasikan
permasalahan Agraria untuk tetap diangkat sebagai salah satu isu yang harus dikawal oleh
BEM SI 2021. Koordinator Isu Agraria 2021 harus tetap mengumpulkan data konflik agraria
yang ada Indonesia secara lebih aktual, harus tetap mengawal konflik pada daerah-daerah Zona
merah konflik agraria, melakukan diskusi-diskusi untuk menyebarluaskan keresahan
permasalahan agrarian yang tak kunjung usai. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait
untuk sama-sama melakukan pengawalan dan menjadi garda terdepan bagi masyarakat,
khususnya korban dari konflik agraria yang terjadi.

6. Catatan khusus untuk korsu terkait di 2021

Berikut kami lampirkan link Modul Kajian Agraria agar bisa menjadi gambaran dalam
pengewalan-pengawalan kedepannya.

Link Modul Kajian Agraria : bit.ly/ModulKajianAgrariaUnsri


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai