Informasi Artikel:
Dikirim: (5 Maret 2020) ; Direvisi: (7 Mei 2020); Diterima: (9 Mei 2020)
Publish (17 Mei 2020)
Abstrak: Prospek Tanah Adat dalam Menghadapi Pembangunan Nasional. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh World Resources Institute bahwa terjadi kesenjangan antara perusahaan dan
masyarakat adat dalam memperoleh kesempatan untuk mendapatkan hak dalam penguasaan lahan.
Dengan luas lahan sekitar 24.000 hektar milik masyarakat adat dan berbanding terbalik dengan 37
juta hektar lahan konsesi mengancam kedudukan tanah adat yang belum diakui lainnya. Tujuannya
penulisan artikel ini adalah mengetahui eksistensi tanah adat dalam bertahan di era pembangunan
ekonomi saat ini. Tulisan ini membahas Citra Lingkungan Masyarakat Nusantara, Pengakuan
Terhadap Masyarakat Adat Atas Tanah Adat, dan Prospek Tanah Adat Dalam Pembangunan
Ekonomi Nasional. Oleh karenanya, analisa diperlukan untuk mengetahui bagaimana prospek tanah
adat dalam pembangunan nasional. Dalam hasil analisa ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi turut berperan besar dalam menggeser eksistensi tanah adat.
41
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
terjadi bukan hanya melibatkan antara Pada intinya dalam putusan tersebut
masyarakat adat dengan sesamanya masyarakat hukum adat diakui sebagai
melainkan terhadap konflik dengan negara subyek hukum mandiri yang termasuk
yang menaunginya. didalamnya penguasaan atas Tanah Ulayat.
Indonesia sebagai negara hukum Hal tersebut menunjukkan bahwa MK turut
mengakui kesatuan sistem masyarakat melegitimasi kepentingan serta keberadaan
hukum adat melalui UUD NRI 1945 Pasal masyarakat adat melalui putusannya
18B ayat (2) bahwa “Negara mengakui dan tersebut. Namun. pada kenyataannya masih
menghormati kesatuan-kesatuan banyak konflik yang terjadi antara negara
masyarakat hukum adat beserta hak-hak dengan masyarakat adat. Menurut data dari
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
sesuai dengan perkembangan masyarakat (AMAN) ada sekitar 118 komunitas adat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik yang berkonflik dengan pemerintah
Indonesia, yang diatur dalam undang- (Purwantari, http://brwa.or.id, akses pada 7
undang”. Konsekuensi yuridis terhadap Mei 2020). Faktor pembangunan ekonomi
pengakuan kesatuan masyarakat adat maka dan perebutan kuasa atas hak pengelolaan
negara harus memberikan perlindungan sumber daya menjadi hal penting dalam
secara penuh terhadap terselenggaranya latar belakang terjadinya konflik antara
sistem kesatuan masyarakat adat dalam negara dan masyarakat adat.
wilayah adatnya masing-masing. Dalam Pembangunan ekonomi sering kali
putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012, melanggar hak-hak yang dimiliki oleh
mengenai uji materiil berkaitan dengan masyarakat adat. Percepatan ekonomi
tanah adat yang diuji oleh Aliansi mengakibatkan terabaikannya aspek-aspek
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) budaya yang telah diakui melalui instrumen
bersama dengan Kesatuan Masyarakat konstitusi. Hal tersebut dapat dilihat
Hukum Adat Kenegerian Kuntu dan melalui pembangunan yang terjadi di Kota
Kasepuhan Cisitu mengajukan pengujian Solo yang mengakibatkan banjir akibat
terhadap beberapa pasal dalam UU pencemaran dan rusaknya lingkungan
Kehutanan yang dianggap merugikan sungai (Ferdinand,
masyarakat adat dan hasilnya MK http://mediaindonesia.com, akses pada 9
mengabulkan permohonan pemohon untuk Mei 2020). Pembangunan ekonomi yang
sebagiannya seperti dalam Pasal 1 angka 6, tidak melihat batasan ruang adat dan sosial
Pasal 4 ayat (3), pasal 5 ayat (1), pasal 5 menghasilkan dikotomi dalam bidang
ayat (2), serta frasa “dan ayat” pada Pasal 5 pembangunan dan Hak Asasi Manusia
ayat (3) dikabulkan oleh MK. (HAM). Terdapat banyak pelanggaran
42
WASKITA Vol 4 No 1 2020
terhadap HAM yang sering kali dilakukan In casu, masyarakat adat memiliki kuasa
oleh negara dalam melaksanakan instrumen penuh terhadap pengelolaan sumber daya
pembangunan berkelanjutan secara alam yang berada dalam tanah-tanah milik
inklusif. Misalnya saja pembangunan yang masyarakat adat dengan syarat bahwa tidak
dilakukan oleh PT. Semen Indonesia di boleh bertentangan dengan kepentingan
daerah pegunungan Kendeng yang nasional. Namun, dalam praktiknya
mengakibatkan kerusakan pada cekungan pengelolaan terhadap sumber daya alam
air tanah (CAT) sehingga dapat yang terkandung dan berada dalam tanah
menyebabkan krisis air disana (Riandini, masyarakat adat sering kali tidak diakui
lex scientia law review, 2019) Negara oleh pemerintah. Perkumpulan untuk
dengan mengikuti perkembangan global Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat
harus terus mengupayakan peningkatan dan Ekologi (HUMA) mencatat ada
terhadap nilai perekonomian, apabila sevanyak 326 konflik sumber daya alam
negara tidak mengupayakan peningkatan yang terjadi di Indonesia dan sebanyak
tersebut maka kondisi ekonomi dalam 176.337 orang merupakan masyarakat adat
negeri akan mengalami ketertinggalan dan yang memperjuangkan serta
tentu akan mempengaruhi angka investasi mempertahankan pengelolaan sumber daya
yang masuk ke Indonesia. alam yang berada di tanah adatnya
Perebutan kuasa atas pengelolaan (Purningsih, http://greeners.co, akses pada
sumber daya alam dalam lingkungan 9 Mei 2020). Hal tersebut berakibat pada
masyarakat adat menjadi permasalahan terabaikannya hak-hak milik masyarakat
yang dihadapi oleh negara selanjutnya. adat yang seharusnya diakui oleh negara
Pasal 3 UU No 5 tahun 1960 tentang dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria telah tunduk pada Konstitusi serta nilai-nilai
menegaskan bahwa: “Dengan mengingat HAM yang terdapat didalamnya. Padahal
ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2, UU No 5 Tahun 1960 memiliki tujuan
pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang yakni: (a) meletakkan dasar-dasar bagi
serupa itu dari masyarakat-masyarakat penyusunan hukum agraria nasional, yang
hukum adat, sepanjang menurut merupakan alat untuk membawakan
kenyataannya masih ada, harus sedemikian kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan
rupa sehingga sesuai dengan kepentingan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat
nasional dan negara, yang berdasarkan atas tani, dalam rangka masyarakat yang adil
persatuan bangsa serta tidak boleh dan makmur; (b) meletakkan dasar-dasar
bertentangan dengan Undang-undang dan untuk mengadakan kesatuan dan
peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”. kesederhanaan dalam hukum pertanahan;
43
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
44
WASKITA Vol 4 No 1 2020
45
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
46
WASKITA Vol 4 No 1 2020
47
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
48
WASKITA Vol 4 No 1 2020
49
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
50
WASKITA Vol 4 No 1 2020
51
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
sebagai “The Scramble For Land Rights” Indonesia. Dengan kata lain, pembangunan
yang menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi yang bergaya kapitalis akan terus
antara perusahaan dan masyarakat adat menghabisi sisa lahan milik masyarakat
dalam memperoleh kesempatan untuk adat.
mendapatkan hak dalam penguasaan lahan. Apabila melihat proporsi lahan di
Saat ini, hanya ada 26 masyarakat adat yang seluruh dunia yang ditempati oleh
berhasil memperoleh hak atas tanah adat masyarakat adat dan masyarakat lokal
mereka dari pemerintah Indonesia, dengan lainnya tidak ada jumlah pasti mengenai
luas lahan sekitar 24.000 hektar. Angka lahan yang ditempati di seluruh dunia ini.
tersebut tentu sangat kecil dibandingkan Menurut WRI, masyarakat adat menempati
dengan 37 juta hektar lahan konsesi yang sekitar 20 persen dari seluruh dataran di
dikeluarkan pemerintah untuk perusahaan Bumi yang tersebar diseluruh benua. Ada
perkebunan dan kayu. Menurut hasil sekitar 2,5 miliar manusia termasuk
penelitian tersebut, yang menjadi penyebab diantaranya lebih dari 370 juta masyarakat
utama kesenjangan perolehan hak atas adat yang bergantung pada lahan, sumber
tanah adalah proses sertifikasi tanah bagi daya alam dan ekosistem. Dengan populasi
masyarakat adat yang begitu memakan dunia yang mencapai 7,5 miliar penduduk,
waktu, rumit, dan prosesnya terkadang satu dari setiap tiga orang bergantung pada
tidak jelas. Alasan kedua adalah mengenai lahan komunal bagi kesejahteraan dan mata
prosedur perolehan hak atas tanah yang pencahariannya (Peter, http://wri-
harus dilakukan oleh masyarakat adat lebih indonesia.org, akses pada 1 Maret 2020).
rumit dibandingkan dengan investor, dan Apabila melihat secara global, maka
alasan ketiga adalah masyarakat adat tidak masyarakat adat hanya memiliki 10 persen
memiliki sumber daya untuk mengerahkan dari lahan yang ada, dengan kata lain
upaya advokasi dan kampanye (Affandi, setidaknya sepertiga hingga setengah lahan
http://wri-indonesia.org, akses pada 1 dunia ditempati oleh masyarakat adat secara
Maret 2020). tidak resmi dalam pengaturan kepemilikan
Berdasar jumlah tersebut adat. Akibat hal tersebut, masyarakat adat
sebenarnya hak masyarakat adat dengan rentan terhadap perampasan, penangkapan
kepemilikan lahan adatnya sedang dan pemindahan secara paksa oleh
mengalami krisis dan tidak menutup pemerintah. Bisa jadi dalam beberapa tahun
kemungkinan akan berkurang jumlah ke depan masyarakat adat global yang saat
kepemilikan masyarakat adat atas hak ini hanya memiliki 10 persen lahan akan
tanahnya, di tengah percepatan berkurang jumlahnya karena efek dari
pembangunan ekonomi di seluruh pembangunan ekonomi global yang akan
52
WASKITA Vol 4 No 1 2020
53
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
hak masyarakat adat terhadap tanahnya. Hal sempitnya lahan hijau sehingga tanah adat
demikian akibat belum adanya pelaksanaan kerap menjadi sasaran pembangunan dan
aturan hukum secara tegas terhadap secara tidak langsung turut menghilangkan
pengakuan tanah adat serta masih banyak hak-hak masyarakat adat terhadap
tanah adat yang belum diregistrasi oleh tanahnya. Hal demikian akibat belum
pemerintah sehingga mengakibatkan adanya pelaksanaan aturan hukum secara
terancamnya prospek eksistensi tanah adat tegas terhadap pengakuan tanah adat serta
di tengah pembangunan ekonomi saat ini. masih banyak tanah adat yang belum
Dari analisa prospek tanah adat diregistrasi oleh pemerintah sehingga
dalam pembangunan ekonomi, maka yang mengakibatkan terancamnya prospek
harus dilakukan oleh pemerintah untuk eksistensi tanah adat di tengah
mengakomodasi kedua hal yang saling pembangunan ekonomi saat ini.
bertentangan tersebut adalah pertama, Dari analisa prospek tanah adat
memberikan perlindungan hukum yang dalam pembangunan ekonomi, maka yang
tegas melalui pembentukan peraturan yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk
sesuai dengan kondisi masyarakat ditengah mengakomodasi kedua hal yang saling
pembangunan ekonomi nasional. Kedua, bertentangan tersebut adalah pertama,
melakukan reforma agraria secara penuh memberikan perlindungan hukum yang
untuk mempertegas kedudukan tanah-tanah tegas melalui pembentukan peraturan yang
adat dengan dengan segera melakukan sesuai dengan kondisi masyarakat ditengah
registrasi terhadap persebaran tanah adat pembangunan ekonomi nasional. Kedua,
yang ada di Indonesia sehingga tanah adat melakukan reforma agraria secara penuh
tersebut mendapatkan legitimasi dari untuk mempertegas kedudukan tanah-tanah
negara sehingga tidak mudah untuk adat dengan dengan segera melakukan
dirampas oleh pihak yang tidak registrasi terhadap persebaran tanah adat
bertanggungjawab. yang ada di Indonesia sehingga tanah adat
tersebut mendapatkan legitimasi dari
PENUTUP negara sehingga tidak mudah untuk
Dalam analisa prospek tanah adat dirampas oleh pihak yang tidak
dalam pembangunan ekonomi nasional bertanggungjawab.
maka dapat dilihat bahwa secara perlahan
DAFTAR RUJUKAN
tanah adat milik masyarakat adat akan
Buku
berkurang karena tuntutan pembangunan
Syafa’at dkk. 2015. “Relasi Negara Dan
ekonomi nasional. Hal tersebut sebagai Masyarakat Adat”. Malang: Surya
Pena Gemilang.
pengaruh dari berkurangnya dan semakin
54
WASKITA Vol 4 No 1 2020
55
Muhammad Irfan Hilmy – Prospek Tanah Adat dalam Pembangunan Nasional
56
WASKITA Vol 4 No 1 2020
57