Anda di halaman 1dari 9

Topik : Politik

Refleksi Demokrasi Dalam Lingkup Komunitas Adat Terpencil (KAT)


Selama Masa Pandemi
Oleh : Aulia Azmi Marcellinov Ramadhan

Keberagaman telah melekat dalam kehidupan bernegara sehingga


masyarakat Indonesia dituntut untuk hidup dalam perbedaan. Namun, hidup
dalam keberagaman menimbulkan banyak masalah yang disebabkan oleh egoisme
orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri tanpa
memperhatikan hak orang lain. Tidak seluruh masyarakat Indonesia telah hidup
sejahtera dan memiliki akses untuk berkehidupan yang lebih baik. Pandemi
Covid-19 telah menjadi perhatian seluruh negara bahkan berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh pemerintah guna tetap menstabilkan kehidupan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masyarakat adat atau Komunitas Adat Terpencil (KAT) merupakan bagian
dari keragaman penduduk di Indonesia yang juga terdampak oleh peristiwa
pandemi Covid-19 ini. Definisi masyarakat hukum adat adalah kelompok
masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu
karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan
lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum (Undang-undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat (31)). Jumlah masyarakat adat
masih cukup besar yang tersebar di pulau-pulau Nusantara. Namun, pada
beberapa riset yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat AMAN (Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara) sebagian besar masyarakat adat, khususnya di Papua
masih mengandalkan sistem kesehatan tradisional karena minimnya infrastruktur
dan akses kesehatan serta perhatian dari pemerintah. Selain itu, di beberapa
bagian wilayah terpencil sejumlah masyarakat adat juga berjuang dengan cara
mereka sendiri dalam upaya memerangi virus corona dengan melakukan adat dan
tradisi masing-masing sebagai alternatif pengobatan, padahal belum bisa
dipastikan apakah cara yang mereka lakukan efektif dalam mengatasi virus corona,
mengingat penyakit ini baru ditemukan pada akhir tahun 2019.
Penulis ingin kita sadar bahwa prinsip-prinsip demokrasi di negara ini harus
diperjuangkan. Oleh karena itu, parlemen dan pemerintahan memiliki peran
penting guna mewujudkan prinsip demokrasi serta bisa menjunjung pengakuan
dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Masyarakat adat merupakan salah
satu aspek dari wujud prinsip demokrasi. Yaitu, semua manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras,
budaya, jenis kelamin, dan sebagainya meskipun dalam penerapannya menurut
beberapa pengamat sosial, pemerintah cenderung mengutamakan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah dengan penduduk yang padat
dibanding dengan wilayah terpencil.
Hak asasi manusia atau HAM merupakan hak-hak dasar yang dimiliki
manusia sejak lahir sebagai karunia Tuhan. Dan di dalam negara demokrasi
pemerintah diharapkan bisa menjamin keberlangsungan hak asasi manusia tiap
warga negaranya, hal ini memerlukan kontribusi dari segala kalangan masyarakat
dari pemerintahan pusat hingga ke tingkat daerah.
Orang Rimba merupakan salah satu dari sekian banyak masyarakat adat yang
terkena dampak pandemi Covid-19, masyarakat adat disana sudah mulai
beradaptasi untuk melawan Covid-19 dengan metode karantina, jika ada salah
satu dari penduduk mereka yang telah bepergian dari luar maka penduduk itu
harus diisolasi didalam tempat yang disebut “besasandingon” diungkapkan oleh
Harry Jacques (2020) dalam The Jakarta Post. Hal ini menunjukkan virus corona
adalah ancaman nyata bagi seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali. Tetapi, hal
yang disayangkan ialah pemerintah masih kurang mengawasi dan menjamin
kesehatan masyarakat pedalaman, sehingga apabila Covid-19 sudah memasuki
wilayah komunitas adat, bisa berbahaya jika di wilayah tersebut tidak tersedia
fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau.
Selain itu, jurnal penelitian yang didapat dari lembaga swadaya masyarakat
AMAN di Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa hadirnya perusahaan
perkebunan yang melakukan kegiatan skala besar memperparah ancaman krisis
pangan dalam pandemi Covid-19 di wilayah adat Bengkulu, hasil riset yang
dilakukan Lembaga AMAN menunjukkan sejumlah komunitas yang
berdampingan dengan perusahaan perkebunan adalah komunitas yang paling
rentan terancam krisis pangan bila pandemi Covid-19 berlangsung panjang. Hal
ini berarti masyarakat adat di Provinsi Bengkulu belum mendapat perlakuan
demokratis seutuhnya karena negara belum bisa menjamin hak-hak yang
seharusnya diberikan kepada masyarakat adat seperti hak atas wilayah adat, hak
budaya, hak spiritualitas, dan sebagainya.
Karena jika kembali ke awal mula, Nusantara dulunya merupakan wilayah
kepulauan dengan banyak suku dan budaya yang menciptakan komunitas adat
terpencil, dimana terdapat masyarakat yang berhak dipenuhi atas hak-hak
dasarnya. Lembaga pemerintahan maupun parlemen harus bisa mewujudkan
tujuan SDGS ke-3, yaitu kehidupan sehat dan sejahtera secara merata di seluruh
wilayah indonesia dengan memulai dari hal yang kecil seperti menghormati dan
mewujudkan jaminan hak asasi manusia yang dimiliki oleh kaum minoritas
seperti masyarakat adat. Oleh karena itu, usaha bersama dibutuhkan guna
mewujudkan tujuan ke-3 SDGS.
Di era digital saat ini, sebagai masyarakat yang berdaulat di negara
demokrasi kita bisa menyuarakan aspirasi-aspirasi yang bisa disalurkan terhadap
keadaan yang terjadi di lapangan melalui ruang publik seperti media sosial untuk
memacu orang lain ikut bersuara sehingga tidak hanya terdapat satu sudut
pandang ,tetapi yang perlu diperhatikan adalah tidak semua individu memiliki
pola pikir dan lingkup sosial yang sama sehingga dalam menyampaikan aspirasi
harus disertai landasan fakta dan data yang faktual serta objektif untuk
menemukan kebijakan yang solusional.
Lembaga parlemen diharapkan bisa berperan kolaboratif dengan rakyat
dalam menghadapi situasi seperti ini. Namun, faktanya tak sedikit rakyat yang
kurang puas terhadap kebijakan ataupun keputusan yang telah diusung oleh
lembaga tinggi negara. Oleh sebab itu, diperlukan peran nyata sebagai mitigasi
pandemi dengan memprioritaskan jaminan terhadap hak asasi manusia. Pemberian
data dan informasi yang transparan juga perlu dilakukan oleh lembaga yang
berwenang untuk menciptakan warga negara yang bisa ikut berpartisipasi dalam
penanggulangan melawan Covid-19 maupun menghadapi isu-isu lainnya.
Jika melihat dari negara lain seperti Brazil contohnya, masyarakat adat di
Brazil sudah dalam krisis kesehatan akibat virus corona. Pemerintah Brazil dinilai
gagal dan abai dalam menangani pandemi virus corona ini, akibatnya di wilayah
mereka, suku-suku pedalaman di Brazil sangat rentan terhadap Covid-19 dan
beberapa diantara mereka sudah banyak yang terinfeksi virus corona. Wilayah
mereka disusupi secara ilegal oleh ribuan penambang emas yang memasuki
beberapa wilayah adat di Brazil sehingga menjadi ancaman besar bagi anggota
suku (Gita Laras Widyaningrum, 2020). Hal-hal seperti ini yang harus dijadikan
perhatian sebagai sikap guna mengawasi kesehatan masyarakat Indonesia
khususnya di wilayah-wilayah pedalaman.
Ternyata isu tentang komunitas atau masyarakat adat tidak hanya terjadi di
dalam negeri saja, isu tentang komunitas adat terpencil sudah menjadi perhatian
internasional. Oleh karena itu, lembaga negara di Indonesia harus bisa
mengimplementasikan wujud demokrasi dalam aspek kehidupan bernegara.
Masyarakat adat sejatinya juga memiliki hak asasi manusia sehingga negara perlu
menjamin dan melindungi hak yang dimiliki oleh masyarakat adat. Akan tetapi,
pada kenyataannya seperti yang sudah penulis bahas di awal, terdapat beberapa
komunitas adat yang mendapat perlakuan tidak adil dari pihak yang hanya ingin
meraup keuntungan semata, hal ini bertentangan dengan prinsip demokrasi,
lembaga pemeritahan harus melakukan pengawasan terhadap badan usaha yang
semena-mena melakukan eksploitasi di lahan yang dijadikan sebagai sumber
pangan atau mata pencaharian bagi penduduk setempat. Hal-hal seperti
pembangunan infrastruktur yang mengubah fungsi lahan perlu dikomunikasikan
dengan tokoh adat setempat, hal seperti itu menjadi tolak ukur sebuah negara
dalam menjalankan prinsip demokrasi.
Hak masyarakat adat pada dasarnya telah dijamin melalui hukum dan
kebijakan negara sebagaimana tertuang dalam Pasal 18 B UUD 1945 dan
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 pada pasal 21 ayat (4) huruf b ,tetapi
dalam pelaksanaannya masyarakat adat belum sepenuhnya mendapatkan jaminan
hidup yang baik dari negara karena beberapa di antaranya masih terdapat
eksploitasi, pengabaian, dan marginalisasi. Demokrasi bisa tercapai jika negara
sudah berhasil mengakomodasi dan menyamaratakan kepentingan masyarakat
adat dengan masyarakat dominan dan memberi batas kepada korporasi yang
meraup keuntungan dalam wilayah adat. Oleh sebab itu, diperlukan peran inklusif
bagi lembaga parlemen maupun pemerintahan dalam rangka memenuhi hak
konstitusional masyarakat adat yang tercantum dalam undang-undang. Negara
perlu memahami dan menghormati hubungan antara masyarakat adat dengan alam
yang ditinggali, tidak semena-mena negara maupun korporasi memanfaatkan
sumber daya yang terdapat dalam wilayah adat, karena bagi mereka terdapat nilai-
nilai budaya dan spiritual dari lingkungannya. Namun, yang terpenting adalah
pemerataan fasilitas kesehatan masyarakat perlu digalakkan oleh pemerintah
daripada melakukan eksploitasi terhadap alam yang dimiliki oleh masyarakat di
wilayah-wilayah terpencil, sebab suatu penyakit tidak akan bisa diprediksi
kedatangannya dan perlu upaya preventif dengan bantuan dari lembaga parlemen
maupun pemerintah untuk mencapai kehidupan sehat dan sejahtera.
Masyarakat umum atau yang lebih dominan dibanding dengan masyarakat
adat perlu menghormati nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat adat setempat
serta tidak mengkerdilkan eksistensi dari masyarakat adat sendiri. Sejak dini kita
diajari untuk menghargai budaya-budaya bangsa. Namun, bagi masyarakat
dominan hal yang diakui dan dibanggakan dari suku etnis di Indonesia hanyalah
tarian-tarian ataupun lagu daerah, sedangkan belum banyak dari masyarakat
umum yang bisa menghargai nilai-nilai spiritual dan pengetahuan masyarakat adat.
Maka peran masyarakat umum dibutuhkan bagi kaum-kaum minoritas di wilayah
pedalaman guna menciptakan kehidupan berdemokrasi, juga sebagai perantara
antara masyarakat adat dengan lembaga tinggi negara guna penyampaian aspirasi
dan menciptakan ruang yang inklusif.
Penulis memikirkan salah satu cara guna mewujudkan negara yang
berdemokrasi untuk mewujudkan warga negara yang berdaulat dengan melibatkan
seluruh tokoh-tokoh adat dari wilayah pedalaman untuk diajak berkonsolidasi
dengan lembaga-lembaga tinggi negara dalam merencanakan penanganan
mengatasi virus corona. Dengan cara seperti itu diharapkan bisa tercipta
kehidupan negara yang berdemokrasi dengan peran lembaga parlemen yang
inklusif karena melibatkan seluruh lapisan masyarakat terlibat dalam roda
pemerintahan.
Demokrasi merupakan suatu sistem yang baik dalam upaya mencapai
tujuan yaitu kesejahteraan warganya tanpa terkecuali, dalam rangka agenda
pembangunan berkelanjutan demokrasi menjadi aspek yang penting guna
mewujudkan 17 tujuan didalamnya dan yang menjadi pilar penting dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat global yaitu tercapainya pemenuhan hak
dasar manusia yang berkualitas secara adil dan setara. Dibutuhkan peran
pemerintah maupun lembaga parlemen dengan seluruh lapisan sosial guna
mewujudkan negara yang adil dan berdemokrasi.
Penulis mengharapkan penghargaan terhadap hak asasi manusia bisa lekas
terealisasikan, pemerintah maupun masyarakat harus bersinergi guna memerangi
virus corona dan tidak melupakan setiap isu-isu sosial yang melekat dalam
kehidupan bernegara. Komunitas adat terpencil perlu diberdayakan dan tidak
dilupakan sebagai elemen penting negara Indonesia, guna mewujudkan kehidupan
sehat dan sejahtera sebagai salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan dan
menerapkan prinsip demokrasi. Komunitas adat terpencil telah menciptakan
kontribusi yang cukup besar negara diantaranya menjaga stabilitas lingkungan
hidup karena sebagian masyarakat adat hidup berdampingan dengan alam.
Mereka menjaga dan melestarikan tempat tinggalnya yang masih jauh dari hiruk
pikuk kota serta polusi, salah satu bentuk nyata kontribusi masyarakat adat dalam
bidang ekonomi mereka menciptakan koperasi simpan pinjam yang berkembang
setelah mengalami inkulturasi budaya dengan masyarakat adat di Kalimantan
Barat, pada saat itu koperasi simpan pinjam memiliki aset yang lebih besar dari
APBD Provinsi Kalimantan Barat (YLBHI, 2020).
Lembaga pemerintah maupun parlemen semestinya bisa memaksimalkan
potensi yang dimiliki oleh masyarakat adat daripada mengeksploitasi kekayaan
yang dimilikinya serta dalam upaya menghadapi Covid-19 diperlukan tindakan
tegas dan nyata dari lembaga tinggi negara maupun lembaga parlemen seperti
memperluas jangkauan tes swab untuk mempercepat penanganan Covid-19.
Selain itu, upaya menghadirkan fasilitas kesehatan di wilayah terpencil perlu
digalakkan guna mewujudkan kehidupan yang sehat dan sejahtera yang tertuang
dalam tujuan ke-3 Pembangunan Berkelanjutan. Di samping itu, peran masyarakat
dominan yang telah hidup berkecukupan diperlukan untuk mendukung hak-hak
masyarakat yang termarjinalkan. Demokrasi di Indonesia bukan hanya sebagai
paham semata, dalam pelaksanaannya negara demokrasi memiliki asas pengakuan
dan perlindungan terhadap hak asasi manusia dan partisipasi rakyat dalam roda
pemerintahan. Hal tersebut memerlukan perhatian dari segenap masyarakat
Indonesia.
Daftar Pusataka

Yulaswati, Vivi. dkk. 2013. Masyarakat di Indonesia: Menuju Perlindungan


Sosial Yang Inklusif. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan
Masyarakat Kementrian PPN/Bappenas.
Undang-undang 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. 3 Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140. Jakarta.
Tjiptabudy, Jantje. "Hak Konstitusional Masyarakat Adat Atas Sumberdaya Alam
di Wilayah Laut dan Pesisir”. Hak Konstitusional, 1-3.
Unayah, Nunung, Muslim Sabarisman. 2016. “Identifikasi Kearifan Lokal Dalam
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Kesejahteraan Sosial”, 2(01), 1-4
Hikmah, Mutiara. 2009. “Hak-Hak Komunitas Adat Terpencil dari Perspektif Hak
Asasi Manusia”. Jurnal Hukum Internasional, 6(4), 544-548.
Jacques, Harry. 2020. “Sumatran Forest People Adapt Ancient Health Rules for
Pandemic”,https://www.thejakartapost.com/news/2020/06/25/sumatran-forest-
people-adapt-ancient-health-rules-for-pandemic.html, diakses pada 5 Februari
2021 pukul 21.04
Barahamin, Andre. 2020. “Perkebunan Skala Besar Perparah Krisis Pangan di
Tengah Covid-19", https://www.aman.or.id/2020/05/aman-perkebunan-skala-
besar-perparah-krisis-pangan-di-tengah-covid-19/, diakses pada 5 Februari
2021 pukul 21.04.
Amindoni, Ayomi. 2020. “Virus Corona dan Kearifan Lokal: Bilik Sterilisasi dari
Daun Sirih, Sayur Lodeh Untuk Tolak Bahaya Sampai Jaga Jarak ke Hilir
Sungai”, https://www.aman.or.id/2020/05/aman-perkebunan-skala-besar-
perparah-krisis-pangan-di-tengah-covid-19/, diakses pada 5 Februari 2021
pukul 21.15.
Firmansyah, Nurul. 2018. “Memulihkan Relasi Negara dengan Masyarakat Adat”,
https://www.qureta.com/post/memulihkan-relasi-negara-dengan-masyarakat-
adat, diakses pada 6 Februari 2021 pukul 20.05.
Indonesia, CNN. 2020. “Nestapa Masyarakat Adat Brasil Dikepung Corona”,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200525075202-134-
506589/nestapa-masyarakat-adat-brasil-dikepung-corona, diakses pada 6
Februari 2021 pukul 21.12.
Widyaningrum, Gita Laras. 2020. “COVID-19 Menyerang Suku Asli Amazon,
Bagaimana Nasib Mereka?”,
https://nationalgeographic.grid.id/read/132102875/covid-19-menyerang-suku-
asli-amazon-bagaimana-nasib-mereka, diakses pada 6 Februari 2021 pukul
23.32.
YLBHI. 2020. “Kontribusi Masyarakat Adat untuk Indonesia”,
https://ylbhi.or.id/informasi/siaran-pers/kontribusi-masyarakat-adat-untuk-
indonesia/, diakses pada 7 Februari pukul 05.42.

Aulia Azmi Marcellinov Ramadhan


05
XII MIPA 3

Anda mungkin juga menyukai