I. PENDAHULUAN
Pengertian, Kriteria, dan Hak Masyarakat Hukum Adat.
1. Pengertian.
Yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat atau istilah lain
yang sejenis seperti masyarakat adat atau masyarakat tradisional
atau the indigenous people dalam Inventarisasi Hukum Adat di
Kabupaten Lamandau adalah suatu komunitas antropologis yang
bersifat homogen dan secara berkelanjutan mendiami suatu wilayah
tertentu, mempunyai hubungan historis dan mistis dengan sejarah
masa lampau mereka merasa dirinya dan dipandang oleh pihak luar
sebagai berasal dari satu nenek moyang yang sama, dan
mempunyai identitas dan budaya yang khas yang ingin mereka
pelihara dan lestarikan untuk kurun sejarah selanjutnya, serta tidak
mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan sistem politik
yang ada.
2. Rincian Kriteria.
a. Kriteria objektif.
1) Merupakan komunitas antropologis, yang sedikit banyaknya
bersifat homogen;
2) Mendiami dan mempunyai keterkaitan sejarah, baik lahiriah
maupun rohaniah, dengan suatu wilayah leluhur (homeland)
tertentu atau, sekurang-kurangnya dengan sebagian wilayah
tersebut;
3) Adanya suatu identitas dan budaya yang khas serta sistem
sosial dan hukum yang bersifat tradisional, yang secara
sungguh-sungguh di upayakan mereka untuk melestarikannya;
4) Tidak mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan
sistem politik yang ada.
b. Kriteria Subyektif
1) Identifikasi diri (Self identification) sebagai suatu komunitas
antropologis dan mempunyai keinginan yang kuat untuk secara
aktif memelihara identitas diri mereka itu;
2) Dipandang oleh pihak lain di luar komunitas antropologis
tersebut sebagai suatu komunitas yang terpisah.
Catatan :
Dari sisi kewilayahan, suatu masyarakat hukum adat adalah
berdiri sendiri, tetapi dari segi kultural masyarakat hukum adat
yang bersangkutan merupakan bagian dari komunitas
antropologis yang lebih besar, yang disebut etnik atau suku
bangsa.
Sebagai komunitas antropologi yang lebih besar, etnik atau
suku bangsa selain terdiri dari masyarakat hukum adat yang
masih berdiam di tanah leluhurnya juga mencakup warga
masyarakat hukum adat perantau, yang walaupun tidak lagi
berdiam di tanah leluhur mereka tetapi masih merasa
mempunyai dan memelihara ikatan historis, kultural, sosial, dan
psikologis dengan masyarakat hukum adatnya tersebut.
2
Antara sesama warga etnik terdapat jaringan komunikasi sosial
yang berlanjut, baik bersifat formal maupun informal.
3
3) Hak atas pangan, kesehatan, habitat, dan keamanan
ekonomi (rights to food, health, habitat, and economic
security)
4) Hak atas pendidikan (rights to education)
5) Hak atas pekerjaan (rights to work)
6) Hak anak (rigts of children)
7) Hak pekerja (rights of works)
8) Hak minoritas dan masyarakat hukum adat (rights of
minorities and indigenous people)
9) Hak atas tanah (rights to land)
10) Hak atas persamaan (rights to equality)
11) Hak atas perlindungan lingkungan (rights to environmental
peoples)
12) Hak atas pelayanan administrasi Pemerintahan (rights to
administrative due process)
13) Hak atas penegakkan hukum yag adil (rights to the rule of
law)
4
kedalam struktur pemerintahan berdasarkan Besluit Resident Zuider
En Costerfod van Borneo tanggal 20 Oktober 1938 Nomor: 249/C-7-
3 kemudian pada tahun 1958 Besluit tersebut dipertegaskan kembali
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah dengan
SK Nomor: DD/633/1-12/D-FII-III,tanggal 24 Desember 1958.
selanjutnya, pada tahun 1969, SK Gubernur tanggal 24 Desember
1958 tersebut disempurnakan kembali dengan Peraturan
Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor
16/DPR-GR/1969 terakhir, dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi dan situasi dewasa ini, maka Peraturan Pemerintah tersebut
disempurnakan kembali dengan nama Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor 14 Tahun 1998.
Substansi masing-masing Besluit, SK, Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Daerah tentang Lembaga Kedamangan tersebut adalah
merupakan pengakuan dan legalisasi atas keberadaan, kedudukan,
fungsi dan peranan Damang Kepala Adat dalam mengelola adat-
istiadat dan Hukum Adat dalam masyarakat.
Pertemuan Rapat Tumbang Anoi tahun 1894 diyakini dan diakui
sebagai tonggak bersejarah penegakan Hukum Adat dan Belom
Bahadat (awal peradaban) di kalangan masyarakat Dayak
Kalimantan Tengah, karena pada rapat damai tersebut antara lain
diputuskan hal-hal yang paling mendasar seperti : (1) Penghentian
perang antar suku, pengayauan dan balas dendam, (2)
Penghapusan perbudakan dan, (3) Pemberlakuan hukum adat.
Menurut Tjilik Riwut (2003) sedikitnya ada tiga (3) landasan dasar
Penegakan Hukum Adat Dayak, yaitu :
5
a. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan pencipta-
Nya, manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia
dengan roh-roh nenek moyang serta dengan alam di sekitarnya.
b. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban internal warganya.
c. Menjaga stabilitas keamanan, relasi, dan ketertiban antara warga
dan warga lainnya di luar sukunya.
Sejak tahun 1894 yang merupakan tonggak peradaban (belum
bahadat) di kalangan masyarakat Dayak Kalimantan Tengah hingga
saat ini para Damang se Kalimantan Tengah seolah-olah jalan
sendiri-sendiri. Hal tersebut disebabkan karena setiap wilayah
Hukum Adat (Kedamangan) memiliki karakteristiknya masing-
masing sehingga dirasa sulit untuk mempertemukan mereka untuk
bertukar pikiran mengenai permasalahan, potensi, dan eksistensi
6
Berdasarkan hasil pengamatan tentang pelaksanaan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa,
terungkap bahwa adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dan lembaga adat cenderung mudah memudar sebagai akibat
pengaruh modernisasi dan globalisasi sehingga dikhawatirkan dapat
menghilangkan jati diri dan akar budaya bangsa yang memiliki
keanekaragaman adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dan lembaga adat yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara.
7
Sebagai upaya pemberdayaan dan pelestarian serta
pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
lembaga adat berjalan sebagaimana diharapkan maka Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah mengeluarkan Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 14 Tahun 1998 Tentang
Kedamangan di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini mengingat
bahwa Kedamangan di Provinsi Kalimantan Tengah yang tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di Daerah
Kalimantan Tengah merupakan kesatuan masyarakat hukum adat
yang berperan dalam pemberdayaan dan pelestarian serta
pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
lembaga adat, sehingga perlu dipelihara dan dikembangkan dengan
memberikan kedudukan, kewenangan, fungsi dan peranan yang
sesuai dengan perkembangan dan sistim Pemerintahan di Daerah
serta tuntutan Pembangunan Nasional.
8
Masyarakat Kalimantan Tengah umumnya dikenal sebagai
masyarakat yang demokratis dan suka damai, dengan filosofi hidup
“Huma Betang” atau atau dalam bahasa masyarakat Kabupaten
Lamandau “Bahaum Bakuba “ (Musyawarah untuk mupakat) yaitu
sistim nilai-nilai/norma-norma kehidupan bermasyarakat
berdasarkan kekeluargaan, kebersamaan, kesetaraan dalam
masyarakat terbuka yang majemuk, multi etnik, multi agama atau
masyarakat madani (civil society) yang Bhineka Tunggal Ika yang
merupakan sub kultur dari Pancasila.
10
Luas Kabupaten Lamandau menurut Kecamatan
Persentase luas
2
No Kecamatan Luas (Km ) terhadap
Kabupaten
01 Bulik 665,55 10,38
02 Bulik Timur 1.074,72 16,76
03 Samatu Jaya 86,85 1,35
04 Methobi Raya 620,22 9,68
05 Lamandau 1.333,00 20,78
06 Belantikan Raya 1.263,00 19,69
07 Batang Kawa 685,00 10,59
08 Delang 685,00 10,59
Kabupaten Lamandau 6.414,00 100,00
Sumber : Lamandau Dalam Angka Tahun 2005
11
Gambar Peta Kabupaten Lamandau
12
Gambar Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Lamandau
14
1. Lubuk Hiju 123,00 1,92
2. Batu Ampar 94,00 1,47
3. Topalan 44,00 0,69
4. Nanuah 102,00 1,59
5. Modang Mas 27,25 0,42
6. Mukti Manunggal 12,63 0,34
7. Malata 110,00 1,71
8. Bukit Makmur 7,00 0,11
9. Bukit Raya 60,00 0,94
10. Sumber Jaya 15,00 0,23
11. Bukit Harum 17,00 0,27
05 Lamandau 1.333,00 20,78
1. Cuhai 142,00 2,21
2. Kawa 163,00 2,54
3. Panopa 125,00 1,95
4. Suja 185,00 2,88
5. Sekoban 144,00 2,25
6. Bakonsu 91,00 1,42
7. Tapin Bini 183,00 2,85
8. Karang Taba 142,00 2,21
9. Tanjung Beringin 82,00 1,28
10. Sungai Tuat 76,00 1,18
06 Belantikan Raya 1.263,00 19,69
15
1. Bayat 99,00 1,54
2. Nanga Belantikan 93,00 1,45
3. Sungai Buluh 53,00 0,83
4. Balibi 70,00 1,09
5. Karang Besi 124,00 1,93
6. Benuatan 103,00 1,61
7. Kahingai 82,00 1,28
8. Nanga Matu 114,00 1,78
9. Petarikan 228,00 3,55
10. Sumber Cahaya 8,00 0,12
11. Bintang Mangalih 196,00 3,06
12. Tangga Batu 93,00 1,45
07 Batang Kawa 685,00 10,59
1. Kinipan 54,00 0,83
2. Ginih 61,00 0,94
3. Batu Tambun 85,00 1,31
4. Banakitan 80,00 1,24
5. Liku 85,00 1,31
6. Mengkalang 65,00 1,00
7. Karang Mas 105,00 1,62
8. Kina 116,00 1,79
9. Jemuat 34,00 0,53
08 Delang 685,00 10,59
1. Riam Panahan 101,00 1,56
2. Sepoyu 111,00 1,72
3. Ring Tinggi 43,00 0,66
4. Landau Kantu 35,00 0,54
5. Nyalang 95,00 1,47
6. Lopus 36,00 0,56
7. Kubung 36,00 0,56
8. Sekombulan 60,00 0,93
9. Kudangan 78,00 1,21
10. Penyombaan 90,00 1,39
Kabupaten Lamandau 6.414,00 100,00
Sumber : Lamandau Dalam Angka tahun 2005
16
IKLIM
Secara umum Kabupaten Lamandau beriklim tropis yang dipengaruhi
oleh musim kemarau/kering dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada
bulan Juni sampai bulan September, dan musim penghujan terjadi pada
bulan Oktober sampai bulan Mei. Banyaknya curah hujan selama tahun
2005 adalah sebesar 2.637,8 mm.
Tabel 3.3. Banyaknya Curah Hujan Di Kabupaten Lamandau
No Bulan Curah Hujan (mm)
01 Januari 112,0
02 Pebruari 267,5
03 Maret 296,6
04 April 406,3
05 Mei 162,0
06 Juni 57,0
07 Juli 155,9
08 Agustus 125,4
09 September 164,9
10 Oktober 227,7
11 Nopember 427,6
12 Desember 234,4
2.637,8
Sumber : Stasiun Mateorologi Pangkalan Bun Tahun 2005
Bulik, PRM,
dau. Secara per-
6.552, 21% sentase 44 %
jumlah penduduk
KK LK PRM JLH Kabupaten berada
Kabupaten Lamandau
18
Tabel Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk Kabupaten
Lamandau menurut Kecamatan
Kewenangan BPD :
¾ Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa.
¾ Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan Kepala Desa
¾ Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
¾ Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
¾ Menyusun tata tertib BPD.
Hak BPD :
¾ Meminta keterangan kepada pemerintah desa
¾ Menyatakan pendapat
20
Kewajiban BPD :
¾ Mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, dan mentaati
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
¾ Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
¾ Mempertahankan, memelihara hukum nasional serta keutuhan Republik
Indonesia.
¾ Menyerap, menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi
masyarakat.
b. Perangkat Desa
Organisasi perangkat Desa terdiri dari :
¾ Kepala Desa
¾ Sekretaris Desa
¾ Kepala urusan Pembangunan
¾ Kepala urusan umum
¾ Kepala urusan pemerintahan
c. Pemerintahan Desa
Organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari :
¾ Kepala Desa
¾ Sekretaris Desa
¾ Kepala urusan Pembangunan
¾ Kepala urusan umum
¾ Kepala urusan pemerintahan
¾ Ketua Rukun Tetangga (RT)
a. PKK
b. Karang Taruna, dengan kegiatan bidang olah raga, dll.
21
5.1.2 Kelembagaan Non Formal
Menurut Cornelis Rintuh, Miar dalam Kelembagaan dan Perekonomian Rakyat
(2005), Para ahli berpendapat bahwa kelembagaan itu sendiri dapat diartikan
sebagai suatu norma/kaidah peraturan atau organisasi yang memudahkan
koordinasi dalam membentuk harapan masing-masing yang mungkin dapat
dicapai dengan saling bekerjasama. Dimaksudkan dengan kelembagaan juga
meliputi semua lembaga sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain, baik dalam
bentuk suatu organisasi, maupun tradisi dan pranata yang terdapat dalam
masyarakat yang terdiri dari unsur publik, swasta dan lembaga swadaya.
Secara khusus dalam kajian kelembagaan masyarakat dalam partisipasi
pembangunan selain kelembagaan formal desa, lebih diarahkan pada
kelembagaan masyarakat seperti budaya atau tradisi yang hidup dan
berkembang di masyarakat yang dapat berpartisipasi sebagai patner
pemerintah dalam pembangunan dan memelihara hasil pembangunan.
Adapun budaya dan atau kebiasaan yang berlaku dan hidup dalam
masyarakat adalah sebagaimana yang teruraikan dalam Tabel berikut.
Tabel 5.1. Budaya Dalam berbagai kegiatan masyarakat Pada Desa Sampel
22
Manugal dan panen Juro Jagar Merupakan kelompok kecil
berkisar 5-10 orang, bekerja
saling berbalasan pada ladang
sesama anggota kelompok.
Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
Manugal dan panen Babuhong Pemillik ladang mengundang
orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya.
Mata Pencaharian Utama
Penduduk adalah 98 % Petani
berladang, 2 % lainnya
(pedagang, PNS, Tukang Ojek,
dll).
23
2. Menyambut Tamu Potong Pantan Upacara penyambutan tamu
terhormat (pejabat Pemerintah),
dengan tahapan upacara
sebagai berikut :
a. Potong pantan di halaman
rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa Babantan Babantan Pales (bersih Desa)
Pales dilakukan tiap tahun tanggal 7
bulan 7 ( tanggal 7 bulan Juli).
Tujuan dari upacara ini
memohon keselamatan
masyarakat desa agar dijauhkan
dari bencana/malapetakam dan
memohon kesejahteraan.
4. Perkawinan Nyorahan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat.
24
5. Kematian Nyorahan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat
6. Ayah Jarau Ayah (dlm bhs dyak Ngaju
adalah Tiwah), merupakan acara
mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka. Dilaksanakan
langsung setelah dikebumikan
atau paling cepat 3 bulan setelah
jenazah dikuburkan. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain itu handai tolan juga
memberi bantuan berupa bahan
makanan/ minuman seperti
beras, ayam, tuak, kayu bakar.
25
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup menyambut tamu,
Batipa’ perkawinan nikah, dan acara
gembira lainnya.
Bukung (Baliga’) Tabuhan (musik ) khusus Adat
Tobah Ayah (To- Mati yang dibunyikan waktu
bah Kanjan) waktu jenazah masih di rumah
Nganjan dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
Mata Pencaharian Utama
Penduduk adalah 90 % Petani
berladang, 10 % lainnya
(pedagang, PNS, Tukang Ojek,
dll).
2.Kelurahan 1. Berladang Dikerjakan oleh Tenaga kerja keluarga
Kudangan (menebas, Keluarga
menebang, sendiri
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
26
Manugal dan panen Juro Jagar Merupakan kelompok kecil
berkisar 5-10 orang, bekerja
saling berbalasan pada ladang
sesama anggota kelompok.
Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
Manugal dan panen Babuhong Pemillik ladang mengundang
orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya.
27
2.Menyambut Tamu Upaca penyambutan tamu
: terhormat (pejabat Pemerintah),
Potong Pantan Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3.Adat Bersih Desa: Biaya Babantan Pales (bersih Desa)
Babantan Pales patungan/ dilakukan tiap tahun tanggal 7
Laman sumbangan bulan 7 ( tanggal 7 bulan Juli).
masyarakat Tujuan dari upacara ini
memohon keselamatan
masyarakat desa agar dijauhkan
dari bencana/malapetakam dan
memohon kesejahteraan.
4. Perkawinan Ngonyuan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat.
28
5. Kematian Ngonyuan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
Tangaian Adat kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat. Acara
waktu memberikan sumbangan
disebut dengan ngonyua’an
paada
Pada malam terakhir sebelum
penguburan, setiap anak
menantu,cucu membawa
makanan ( nasi, sayur dan babi
panggang bulat 1 ekor),
minuman 1 balanga tuak,
sebagai hidangan bagi para
pelayat yang hadir malam
tersebut. Bawaan makanan/
minuman tersebut agar “ bia’
gola tulah, tuha nyumpah”
artinya bahwa anak menantu,
cucu menghormati orang yang
meninggal dengan sepenuh hati.
29
6. Ayah (Tiwah) Jarau Ayah (dlm bhs dyak Ngaju
adalah Tiwah), merupakan acara
mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka. Dilaksanakan
langsung setelah dikebumikan
atau paling cepat 3 bulan setelah
jenazah dikuburkan. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain itu handai tolan juga
memberi bantuan berupa bahan
makanan/ minuman seperti
beras, ayam, tuak, kayu bakar
untuk pelaksanaan acara.
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Batipa’ hamil, nikah, memberi nama
anak dan
Bukung (Baliga’) Tabuhan (musik ) khusus Adat
Tobah Ayah (To- Mati yang dibunyikan waktu
bah Kanjan) waktu jenazah masih di rumah
Nganjan dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
30
Menebas, 2.Bejuruan/ Merupakan kelompok kecil
menebang, Jenjuru’an. berkisar 5-10 orang, bekerja
manugal, dan panen saling berbalasan pada ladang
sesama anggota kelompok.
Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
manugal, dan panen 3.Barinjam Pemillik ladang mengundang
orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
31
2.Menyambut Tamu Upaca penyambutan tamu
: terhormat (pejabat Pemerintah),
Potong Pantan Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3.Adat Bersih Desa: Biaya Upacara bersihn desa disebut
Hampatung patungan/ hampatung dilakukan pada
sumbangan saat:
masyarakat a. Berladang waktu mulai
menebas lahan dan setelah
panen
b. Musim buah, ketika pohon
buah mulai berbunga dan
setelah panen buah.
Upacara tersebut bertujuan agar
buah dan panen berhasil serta
terhindar dari sakit penyakit dan
marabahaya
32
4. Perkawinan Nyorahan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dan nlain-lain.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat. Acara
waktu meyerahkan sumbangan
disebut Nyorahan Paada
5. Kematian Balai Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll, yang ditempatkan pada
trempat yang disebut balai.
33
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
34
manugal, panen. 3.Nyambai dan Pemillik ladang mengundang
Ngolit’an orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Umumnya Nyambai dilakukan
oleh tokoh-tokoh masyarakat,
seperti ladang kepala desa,
kepala adat, tokoh agama, dan
orang yang mampu menyiapkan
konsumsi pada hari orang
bekerja.
35
2. Menyambut Tamu: Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3.Adat Bersih Desa: Biaya Dilaksanakan bila ada pertanda
Memudai Laman patungan/ tidak baik di kampung, seperti
sumbangan binatang masuk kampung/desa,
masyarakat seperti kijang, burung
selempidan, dan binatanglainnya
sebagai pertanda yang tidak baik
bagi desa. Biaya upacara adat
ditanggung bersama oleh warga
desa.
4. Perkawinan Maba’ Keluarga, tetangga, masyarakat
panulung desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan dengan nama Maba’
panulung (membawa bantuan)
berupa beras, tuak, ayam,
rempah-rempah, kelapa, uang,
dan nlain-lain. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat.
36
5. Kematian Namurau Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll. Para pelayat dengan
membawa bantuan disebutg
dengan Namurau.
37
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
4. Lamandau 1. Sungai 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Tuat (menebas, nyokat, sendiri
(sumber menebang,
bp. Kepala membakar,
Desa) menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
Pada pekerjaan 2. Bajuru’ Si pemilik ladang membayar hari
menebang manugal, kerja orang lain dengan bekerja
dan panen. denggan jumlah tenaga kerja
dan jumlah hari yang sama.
Konsumsi pada umumnya tidk
dibebankan kepada pemilik
lahan.
38
Pada pekerjaan 3.Nyambai. Pemillik ladang mengundang
menebang manugal, orang banyak (tidak terbatas)
dan panen. untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Umumnya Nyambai dilakukan
oleh tokoh-tokoh masyarakat,
seperti ladang kepala desa,
kepala adat, tokoh agama, dan
orang yang mampu menyiapkan
konsumsi pada hari orang
bekerja.
39
2. Menyambut Tamu : Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa : Biaya Upacara Babantan Laman
Babantan Laman patungan/ dilakukan 2 ketika :
sumbangan a. Berladang, ketika mulai
masyarakat menebas dan habis panen).
b. Musim buah, ketika pohon buah
mulai berbunga dan setelah
buah sudah habis
Upacara ini bertujuan agar buah
dan panen berhasil dengan baik
serta masyarakat terhindar dari
sakit penyakit dan bencana.
4. Perkawinan Maba’ Kepala-kepala Keluarga
panulung membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat.
40
5. Kematian Namurau Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
Balai hantu ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll. Para pelayat dengan
membawa bantuan disebut
dengan Namurau.
Balai hantu dibawa oleh bukung
pada hari penguburan, yang
isinya antara lain: nasi pulut, kue
sanga, tuak , babi dan ayam
yang dipanggang bulat,
swebagai makanan para pelayat.
6. Ayah Jarau Sebagai acara mengantarkan
arwah orang mati ke sorga loka
yang di laksanakan setelah
dikebumikan atau setelah
keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain jarau, untuk pelaksanaan
acara handai taulan, memberi
bantuan berupa bahan makanan
/ minuman (seperti beras, ayam,
tuak, kayu bakar.)
41
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
42
Pada pekerjaan 3.Nyambai. Pemillik ladang mengundang
menebang manugal, orang banyak (tidak terbatas)
dan panen. untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Umumnya Nyambai dilakukan
oleh tokoh-tokoh masyarakat,
seperti ladang kepala desa,
kepala adat, tokoh agama, dan
orang yang mampu menyiapkan
konsumsi pada hari orang
bekerja.
43
2. Menyambut Tamu : Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa : Upacara Babantan Laman
Babantan Laman dilakukan 2 ketika :
Biaya a. Berladang, ketika mulai
patungan/ menebas dan habis panen).
sumbangan b. Musim buah, ketika pohon buah
masyarakat mulai berbunga dan setelah
buah sudah habis
Upacara ini bertujuan agar buah
dan panen berhasil dengan baik
serta masyarakat terhindar dari
sakit penyakit dan bencana.
4. Perkawinan Maba’ Kepala-kepala Keluarga
panulung membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat.
44
5. Kematian Namurau Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
Balai hantu ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll. Para pelayat dengan
membawa bantuan disebut
dengan Namurau.
Balai hantu dibawa oleh bukung
pada hari penguburan, yang
isinya antara lain: nasi pulut, kue
sanga, tuak , babi dan ayam
yang dipanggang bulat,
swebagai makanan para pelayat.
6. Ayah Jarau Sebagai acara mengantarkan
arwah orang mati ke sorga loka
yang di laksanakan setelah
dikebumikan atau setelah
keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain jarau, untuk pelaksanaan
acara handai taulan, memberi
bantuan berupa bahan makanan
/ minuman (seperti beras, ayam,
tuak, kayu bakar.)
45
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
5. Kecamatan 1. Toka 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Bulik (responden (menebas, nyokat, sendiri
Timur bp. Nikah) menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
46
Pada pekerjaan , 2. Jenjuru’an Merupakan kelompok kecil
menebas, berkisar 5-10 orang, bekerja
menebang manugal, saling berbalasan pada ladang
menyiang dan sesama anggota kelompok.
panen (bahanyi). Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
(menebang , 3. Barinjam Pemillik ladang mengundang
manugal, panen) Ngora orang banyak (tidak terbatas)
(husus untuk bekerja diladangnya
panen) secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada barinjam, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Barinjam di ladangnya.
Namun ada kebiasaan yang
melekat secara budaya, yaitu
orang yang menyelenggarakan
barinjam merasa rikuh apabila
tidak mengikuti barinjam yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah ikut barinjam di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Syukuran Biaya Bersama Di Desa Toka setelah selesai
musim panen, tiap-tiap Kepala
Keluarga mengumpulkan hasil
panen ± 15 kg kepada Kepala
Adat yang digunakan untuk
acara syukuran hasil panen dan
acara ini diakhiri dengan
Bagondang.
47
2. Menyambut Tamu : Upaca penyambutan tamu
Garung Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa Biaya Upacara membersihkan
Hampatung patungan/ kaampung/laman dilakukan
sumbangan ketika :
masyarakat a. Berladang, ketika mulai
menebas dan habis panen).
b. Musim buah, ketika pohon buah
mulai berbunga dan setelah
buah sudah habis
Upacara ini bertujuan agar buah
dan panen berhasil dengan baik
serta masyarakat terhindar dari
sakit penyakit dan bencana.
4. Perkawinan Mangumpul Para kerabat dan Keluarga
paada membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Penyerahan
sumbangan disebut mangumpul
paada
48
5. Kematian Balai Angkat Keluarga dan Handai Tulan
membantu konsumsi pihak
berduka (beras, tuak, ayam,
Babi, Sapi) maupun finasial.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat. Sifat
gotong royongnya solidaritas,
Babuhong.
Malam hari menyelang
penguburan Bukung membawa
balai Angkat berisi kentan, tuak,
babi, ayam, untuk lauk pauk
para pelayat.
6. Ayah Mangumpul Ayah sebagai acara
Paada -paisi mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka yang di laksanakan
setelah dikebumikan atau
setelah keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai taulan,membantu
pembiayaan yan g disebut
paada - paisi.
49
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
6. Bulik 1. Bunut 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
(menebas, sendiri
menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
50
Pada pekerjaan , 3.Bejuru’an Si pemilik ladang membayar hari
menebas, kerja orang lain dengan
menebang manugal, berkerja dengan jumlah hari
menyiang dan yang sama. Konsumsi pada
panen (bahanyi). umumnya tidak dibebankan
Hanya dilakukan kepada pemilik lahan.
oleh 6 – 7 KK. (Sejak tahun ahir tahun 1990 an
di Desa Bunut 100 % mata
pencaharian pokok adalah
bertani berladang. Namun
budaya jenjuru’an dan barinjam
di desa ini hanya dapat
dipertahankan oleh beberapa
keluarga saja. Kegiatan
berladang cenderung dikerjakan
sendiri, dan sistem upah)
2. Menyambut Tamu : Biaya Desa Bunut 100 % beragama
Potong pita sumbangan Islam, oleh sebab itu acara
dari penyambutan tamu (pejabat
masyarakat pemerintah) bernuansa agama,
seperti Rebana, Terbang/
berdikir, Batirik, dan Bajapen.
Biaya penyamputan tamu
partispasi seluruh masyarakat,
dan kas desa.
3. Adat Bersih Desa : Biaya Acara syukuran tolak bala
syukuran tolak bala sumbangan diakukan pada setiap tahun pada
dari bulan Muharam. Biaya acara ini
masyarakat. partisipasi seluruh masyarakat
Desa. Jenis makanan dalam
acara ini adalah bubur Sura.
4. Perkawinan Sedekah Para kerabat dan Keluarga
membantu konsumsi pernikahan
(beras, ayam, dan lain-lain)
maupun finasial.
51
5. Kematian Sedekah Keluarga dan Handai Taulan
membantu konsumsi pihak
berduka (beras, ayam, dan lail-
lain) maupun finasial.
6.Kesenian Kesenian ini umumnya digunakan
Rebana, Gambus, dalam penyambutan tamu
Terbang/Berdikir, terhormat, Sunatan, Nikah,
Batarik, Bajapen, syukuran karena bagi bayi yang
tari giring-giring baru putus tali pusatnya
(ditampilkakn pada acara
gembira)
7.Keagamaan: Biaya yuran Yasinan dan Syalawatan
Yasinan, anggota. dilakukan oleh kelompok Ibu-ibu
Syalawatan
52
2. Menyambut Tamu : Biaya Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan ditanggung terhormat, umumnya aparat
sendiri bersama oleh Pemerintah . Konsumsi gotong
masyarakat royong dari seluruh Kepala
Keluarga warga desa.
Urutan acara adat :
a. Potong Pantan dilakukan
dihalaman tempat upacara
diiringi Gondang garantong
c. Naik kerumah Ikat tongang
d. Bagondang dan baigal
e. Minum Tuak
3.Adat Bersih Desa Biaya Upacara Manyanggar Laman
: ditanggung wajib tiap 3 tahun. Sumber dana
Manyanggar Laman bersama oleh Bapupu (partisipasi seluruh
masyarakat warga desa)
4. Perkawinan Nandulang Para kerabat dan Keluarga
membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
disebut di catat tetapi tidak
mengikat, namun diserahkan
secara resmi pada aacara
Nandulang Acara pengantin
ditutup dengan Bagondang.
5. Kematian Sorahan Kajara Keluarga dan Handai Taulan
‘an dan Balai membantu biaya pelaksanaan
Angkat. acara oleh pihak berduka, yan
disebut Sorahan Kajara ‘an.
Pada acara malam hari, para
Bukung membawa bantuan yang
ditempatkan pada tempat yang
disebut Balai Angkat yang
berisi: beras, tuak, ayam, Babi,
uang dll.
53
6. Ayah Jarau a. Untuk mengantarkan arwah
orang mati ke sorga loka.
b. Dilaksanakan setelah
dikebumikan atau setelah ada
biaya.
c. Pada pelaksanaan acara para
kerabat dan handai
tulan/masyarakat memberi
bantuan, yang disebut
dengan nama “ Jarau”..
d. Selain poin (c), maka handai
tulan juga memberi bantuan
berupa bahan makanan/
minuman (seperti beras,
ayam, tuak, sapi, babi, kayu
bakar.)
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
54
8. Belantikan Sungai 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Raya Buluh (menebas, sendiri
(Informan menebang,
Cacah) membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
Pada pekerjaan 2. Jenjuru’an Si pemilik ladang membayar hari
menebas, /ngora/ngolit’an kerja orang lain dengan
menebang manugal, berkerja dengan jumlah tenaga
dan panen kerja dan hari yang sama.
(bahanyi). Konsumsi pada biasanya
dibawa oleh masing-masing
orang yang ikut bejuruan.
Menebang,manugal, 3.Barinjam Pemillik ladang mengundang
panen. orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
Panen (mahanyi) 4.Ngora, secara gotong royong. Konsumsi
ngolit’an (makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada barinjam/ngora/ngolit’an,
pemilik ladang tidak wajib
membalas/membayar hari kerja
orang mengikuti kegiatan
Barinjam/ngora/ngolit’an di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan barinjam
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti
barinjam/ngora/ngolit’an yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah ikut barinjam
/ngora/ngolit’an di ladangnya
atau diselenggarakan orang lain
sedesanya
55
56
6. Ayah (Tiwah) Jarau a. Untuk mengantarkan arwah
orang mati ke sorga loka.
b. Dilaksanakan setelah
dikebumikan atau setelah ada
biaya.
c. Pada pelaksanaan acara para
kerabat dan handai
tulan/masyarakat memberi
bantuan, yang disebut
dengan nama “ Jarau”..
d. Selain poin (c), maka handai
tulan juga memberi bantuan
berupa bahan makanan/
minuman (seperti beras,
ayam, tuak, sapi, babi, kayu
bakar.)
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
9. Sematu Purworejo 1.Sawah tadah hujan Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Jaya sendiri
57
Mata pencaharian pokok
penduduk desa Purworejo 70 %
perkebunan Sawit (plasma), ± 30
% petani tadah hujan, pedagang,
Bengkel, dll .
2. Menyambut Tamu Biaya Bila ada tamu resmi dari
ditanggung pemerintah pejabat Pemerintah
bersama
3. Adat Bersih Desa Syukuran Dilakukan sekali setahun tiap
tanggal 22 Juni. Dana Swadaya
penduduk.
4. Bangun Rumah Arisan Biaya membangun rumah tinggal
dilakukan dengan cara arisan,
dimulai dari yang sangat
membutuhkan. Umumnya tipe
rumah homogen. Besar arisan
disesuaikan dengan harga
material bangunan. Tenaga kerja
bangunan gotong royong dari
kelompok arisan.
5.Kematian: Iuran anggota Anggota rukun kematian
Rukun Kematian menyetor iuran rutin kepada
pengurus Rukun Kematian. Di
desa Purworejo nama rukun
kematian adalah “Wajib”.
6. Kesenian: Kesenian ini dilaksanakan pada
1. Reog acara sunatan, pernikahan, Hari
Ponorogo Besar RI. (acara gembira)
2. Kuda
Lumping
3. Karawitan
58
7.Keagamaan: Yasinan dan Syalawatan
Yasinan, dilakukan oleh kelompok Ibu-ibu
Syalawatan
Remaja Mesjid
Pengurus Mesjid
Pada kelompok penduduk asli non Muslim berlaku Adat Hidup dan
Adat Mati. Pada pelaksanaan adat hidup dan adat mati, berlaku hukum
adat. Hukum adat mengatur yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan (pamali), pada waktu adat hidup dan adat mati dilakksanakan.
(4). Adat bersih desa, adat bersih desa merupakan acara untuk
memohon kepada Sangiang Duata (Tuhan yang Maha Kuasa)
memberi perlindungan kepada desa (penduduk desa) agar
dihindarkan dari mala petaka.
c. Kesenian.
Dari hasil penelitian pada desa Sampel (Purworeja) yang dihadiri oleh kepala
Desa dan 4 orang tokoh masyarakat, Desa Purworejo memrupakan desa eks
Satuan Pemukiman Transmigrasi (SP) sekitar tahun 1984 dan sekarang ini
sekitar 70 % penduduknya hidup dari hasil perkebunan sawit, dan sisanya
hidup dari Tani sawah tadah hujan, petani sayur, dan dagang. Dari identifikasi
Lembaga masyarakat yang ada di desa tersebut diperoleh hal-hal sebagai
berikut:
BAB VI KESIMPULAN
III. PENUTUP
Berdasarkan hal – hal sebagaimana tersebut diatas, maka arah
dan kebijakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terkait
pemberdayaan masyarakat73adat dapatlah ditarik suatu kesimpulan
:
1. Bahwa masyarakat Hukum Adat adalah suatu badan Hukum
(legal entity) yang memperoleh legalitas dan legitimasinya dari
sejarah dan peraturan perundang-undangan negara, baik
masyarakat hukum adat itu sendiri maupun adat istiadat serta
kebudayaan yang menjadi dasar pembentukannya tumbuh dan
berkembang secara dinamis dan perlu memperoleh kesempatan
untuk mengambil manfaat dari perkembangan kehidupan budaya
diluarnya, khususnya dalam konteks pembangunan manusia
(human development).
2. Bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang
tentunya termasuk warga masyarakat hukum adat wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang
dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis, dalam
melaksanakan pembatasan yang tercantum dalam undang-
undang tersebut, sesuai dengan hak untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan dari masyarakat hukum adat diupayakan
keikutsertaan dari lapisan kepemimpinan dari masyarakat hukum
adat yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
74
• Undang–Undang Dasar 1945.
• Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria.
• Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
• Undang-undang Nomor 24 tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
• Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
• Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
• BAHAR,Dr.Saafroedin
a. 2002, Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia, PT. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
b. 2004, Masih Ada Harapan: Posisi Sebuah Etnik Minoritas dalam
Hidup Berbangsa dan Bernegara, Yayasan Sepuluh Agustus,
Jakarta.
• KARTIKA,Sandra, dan Candra Gautama, Penyunting 1999, Menggugat
Posisi Masyarakat Adat terhadap Negara, Sekretariat Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Jakarta.
• BAMBA, John, “ Hak-hak Masyarakat Adat di Bidang Budaya”
• PIDE, SH., MH., Dr. Andi Suriyaman Mustari, “Eksistensi Yuridis dan
Realitas Sosial Hak Kolektif Masyarakat Hukum Adat atas Tanah Pasca
Undang-undang Pokok Agraria”
• RAMADHAN, Dr. Mochammad Isnaeni, ”Jaminan Konstitusional
terhadap Masyarakat Hukum Adat Pasca Perubahan Undang-Undang
Dasar 1945”
• SEDYAWATI, Prof. Dr. Edi, “Pelestarian Dinamais bagi Kebudayaan”
• SOEPRAPTO, Ph.D., Enny, “Instrumen Hukum Internasional Mengenai
Hak Minoritas dan Masyarakat Hukum Adat”
• SUMARDJONO, SH., MCL., MPA, Prof. Dr, Maria SW
a. “Kedudukan Hak Ulayat dan Pengaturannya dalam Berbagai
Peraturan Perundang-undangan”
b. “Kriteria Eksistensi Hak Ulayat”
• ZANIBAR M.Z, Dr. Zen, “Keputusan Arah Perlindungan yang Efektif
terhadap Hak Masyarakat Hukum Adat”.
75
ARAH DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TERKAIT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT
DAN HAK ASASI MANUSIA
Disampaikan oleh :
Kabag Hukum & Organisasi Setda Kabupaten Lamandau
Dalam Pelaksanaan Sosialisasi HAM Tingkat Kabupaten Lamandau
Tanggal 10 September 2007
di Aula Bappeda Kabupaten Lamandau
76