Anda di halaman 1dari 76

DESA ADAT DAN HUKUM ADAT DI KABUPATEN LAMANDAU

/ INVENTARISASI HUKUM ADAT DI KABUPATEN LAMANDAU

I. PENDAHULUAN
Pengertian, Kriteria, dan Hak Masyarakat Hukum Adat.

1. Pengertian.
Yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat atau istilah lain
yang sejenis seperti masyarakat adat atau masyarakat tradisional
atau the indigenous people dalam Inventarisasi Hukum Adat di
Kabupaten Lamandau adalah suatu komunitas antropologis yang
bersifat homogen dan secara berkelanjutan mendiami suatu wilayah
tertentu, mempunyai hubungan historis dan mistis dengan sejarah
masa lampau mereka merasa dirinya dan dipandang oleh pihak luar
sebagai berasal dari satu nenek moyang yang sama, dan
mempunyai identitas dan budaya yang khas yang ingin mereka
pelihara dan lestarikan untuk kurun sejarah selanjutnya, serta tidak
mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan sistem politik
yang ada.
2. Rincian Kriteria.
a. Kriteria objektif.
1) Merupakan komunitas antropologis, yang sedikit banyaknya
bersifat homogen;
2) Mendiami dan mempunyai keterkaitan sejarah, baik lahiriah
maupun rohaniah, dengan suatu wilayah leluhur (homeland)
tertentu atau, sekurang-kurangnya dengan sebagian wilayah
tersebut;
3) Adanya suatu identitas dan budaya yang khas serta sistem
sosial dan hukum yang bersifat tradisional, yang secara
sungguh-sungguh di upayakan mereka untuk melestarikannya;
4) Tidak mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan
sistem politik yang ada.

b. Kriteria Subyektif
1) Identifikasi diri (Self identification) sebagai suatu komunitas
antropologis dan mempunyai keinginan yang kuat untuk secara
aktif memelihara identitas diri mereka itu;
2) Dipandang oleh pihak lain di luar komunitas antropologis
tersebut sebagai suatu komunitas yang terpisah.
Catatan :
Dari sisi kewilayahan, suatu masyarakat hukum adat adalah
berdiri sendiri, tetapi dari segi kultural masyarakat hukum adat
yang bersangkutan merupakan bagian dari komunitas
antropologis yang lebih besar, yang disebut etnik atau suku
bangsa.
Sebagai komunitas antropologi yang lebih besar, etnik atau
suku bangsa selain terdiri dari masyarakat hukum adat yang
masih berdiam di tanah leluhurnya juga mencakup warga
masyarakat hukum adat perantau, yang walaupun tidak lagi
berdiam di tanah leluhur mereka tetapi masih merasa
mempunyai dan memelihara ikatan historis, kultural, sosial, dan
psikologis dengan masyarakat hukum adatnya tersebut.

2
Antara sesama warga etnik terdapat jaringan komunikasi sosial
yang berlanjut, baik bersifat formal maupun informal.

3. Hak-hak Masyarakat Hukum Adat.


a. Hak Perseorangan Sebagai Warga Negara
sebagai warga negara, warga masyarakat hukum adat
mempunyai hak asasi yang sama dengan warga negara lainnya.
b. Hak Kolektif Sebagai Masyarakat Hukum Adat
Sebagai suatu komunitas antropologis, masyarakat hukum adat
mempunyai hak kolektif, yang diperlukannya baik untuk
memelihara eksistensi dan identitas kulturalnya maupun untuk
membangun dan mengembangkan potensi kemanusiaan
warganya untuk mencapai taraf kesejahteraan yang lebih tinggi,
terutama hak atas tanah ulayat.
c. Hak Atas Pembangunan
Hak-hak tersebut di atas merupakan bagian dari Hak atas
Pembangunan, yang menurut Deklarasi PBB Tentang Hak Atas
Pembangunan, 1986 dan Konvensi ILO Tahun 1989 Tentang
Kelompok Minoritas dan Masyarakat Hukum Adat di Negara-
negara Merdeka secara menyeluruh terdiri dari :
1) Hak untuk menentukan nasib sendiri (rights of internal self
determination).
2) Hak untuk turut serta dalam Pemerintahan (rights of
participation)

3
3) Hak atas pangan, kesehatan, habitat, dan keamanan
ekonomi (rights to food, health, habitat, and economic
security)
4) Hak atas pendidikan (rights to education)
5) Hak atas pekerjaan (rights to work)
6) Hak anak (rigts of children)
7) Hak pekerja (rights of works)
8) Hak minoritas dan masyarakat hukum adat (rights of
minorities and indigenous people)
9) Hak atas tanah (rights to land)
10) Hak atas persamaan (rights to equality)
11) Hak atas perlindungan lingkungan (rights to environmental
peoples)
12) Hak atas pelayanan administrasi Pemerintahan (rights to
administrative due process)
13) Hak atas penegakkan hukum yag adil (rights to the rule of
law)

II. ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN


LAMANDAU TERKAIT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT
Di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah berbagai arah
dan kebijakan pembangunan Kabupaten Lamandau terkait
pemberdayaan masyarakat adat telah terbentuk lembaga
kedamangan yang merupakan lembaga hukum adat yang awalnya
dilembagakan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dimasukkan

4
kedalam struktur pemerintahan berdasarkan Besluit Resident Zuider
En Costerfod van Borneo tanggal 20 Oktober 1938 Nomor: 249/C-7-
3 kemudian pada tahun 1958 Besluit tersebut dipertegaskan kembali
oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah dengan
SK Nomor: DD/633/1-12/D-FII-III,tanggal 24 Desember 1958.
selanjutnya, pada tahun 1969, SK Gubernur tanggal 24 Desember
1958 tersebut disempurnakan kembali dengan Peraturan
Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor
16/DPR-GR/1969 terakhir, dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi dan situasi dewasa ini, maka Peraturan Pemerintah tersebut
disempurnakan kembali dengan nama Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor 14 Tahun 1998.
Substansi masing-masing Besluit, SK, Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Daerah tentang Lembaga Kedamangan tersebut adalah
merupakan pengakuan dan legalisasi atas keberadaan, kedudukan,
fungsi dan peranan Damang Kepala Adat dalam mengelola adat-
istiadat dan Hukum Adat dalam masyarakat.
Pertemuan Rapat Tumbang Anoi tahun 1894 diyakini dan diakui
sebagai tonggak bersejarah penegakan Hukum Adat dan Belom
Bahadat (awal peradaban) di kalangan masyarakat Dayak
Kalimantan Tengah, karena pada rapat damai tersebut antara lain
diputuskan hal-hal yang paling mendasar seperti : (1) Penghentian
perang antar suku, pengayauan dan balas dendam, (2)
Penghapusan perbudakan dan, (3) Pemberlakuan hukum adat.
Menurut Tjilik Riwut (2003) sedikitnya ada tiga (3) landasan dasar
Penegakan Hukum Adat Dayak, yaitu :
5
a. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan pencipta-
Nya, manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia
dengan roh-roh nenek moyang serta dengan alam di sekitarnya.
b. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban internal warganya.
c. Menjaga stabilitas keamanan, relasi, dan ketertiban antara warga
dan warga lainnya di luar sukunya.
Sejak tahun 1894 yang merupakan tonggak peradaban (belum
bahadat) di kalangan masyarakat Dayak Kalimantan Tengah hingga
saat ini para Damang se Kalimantan Tengah seolah-olah jalan
sendiri-sendiri. Hal tersebut disebabkan karena setiap wilayah
Hukum Adat (Kedamangan) memiliki karakteristiknya masing-
masing sehingga dirasa sulit untuk mempertemukan mereka untuk
bertukar pikiran mengenai permasalahan, potensi, dan eksistensi

Lembaga Kedamangan, khususnya dalam era modernisasi dan


globalisasi dewasa ini.

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pemberdayaan dan Pelestarian Serta
Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-kebiasaan Masyarakat dan
Lembaga Adat di Daerah, maka untuk pelaksanaannya perlu ada
petunjuk lebih lanjut yang dituangkan dalam bentuk Peraturan
Daerah.

6
Berdasarkan hasil pengamatan tentang pelaksanaan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa,
terungkap bahwa adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dan lembaga adat cenderung mudah memudar sebagai akibat
pengaruh modernisasi dan globalisasi sehingga dikhawatirkan dapat
menghilangkan jati diri dan akar budaya bangsa yang memiliki
keanekaragaman adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dan lembaga adat yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara.

Keadaan tersebut nyata bertentangan dan atau tidak sejalan


dengan falsafah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

Untuk mengatasi dan mengantisipasi kemungkinan


berkembangnya keadaan sebagaimana tersebut di atas, diperlukan
serangkaian upaya-upaya berupa pemberdayaan, pelestarian dan
pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
lembaga adat yang ada dan pernah ada di daerah di seluruh wilayah
Provinsi Kalimantan Tengah khususnya dan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia pada umumnya dalam rangka
memperkokoh jati diri dan akar budaya bangsa, guna diarahkan
untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan
pelaksanaan pembangunan, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan memperkokoh kualitas Ketahanan Nasional.

7
Sebagai upaya pemberdayaan dan pelestarian serta
pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
lembaga adat berjalan sebagaimana diharapkan maka Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah mengeluarkan Peraturan
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 14 Tahun 1998 Tentang
Kedamangan di Provinsi Kalimantan Tengah. Hal ini mengingat
bahwa Kedamangan di Provinsi Kalimantan Tengah yang tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di Daerah
Kalimantan Tengah merupakan kesatuan masyarakat hukum adat
yang berperan dalam pemberdayaan dan pelestarian serta
pengembangan adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan
lembaga adat, sehingga perlu dipelihara dan dikembangkan dengan
memberikan kedudukan, kewenangan, fungsi dan peranan yang
sesuai dengan perkembangan dan sistim Pemerintahan di Daerah
serta tuntutan Pembangunan Nasional.

Selain daripada Peraturan Daerah yang tersebut diatas,


diterbitkan pula Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
Nomor 9 Tahun 2001 Tentang Penanganan Penduduk Dampak
Konflik Etnik. Terbitnya Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001 ini
dimaksudkan bahwa untuk menciptakan suasana kehidupan
masyarakat Kalimantan Tengah yang damai mandiri dan
demokratis sebagai filosofi “Huma Betang” dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, maka perlu dilakukan penanganan
penduduk dampak konflik antar etnik di Kalimantan Tengah .

8
Masyarakat Kalimantan Tengah umumnya dikenal sebagai
masyarakat yang demokratis dan suka damai, dengan filosofi hidup
“Huma Betang” atau atau dalam bahasa masyarakat Kabupaten
Lamandau “Bahaum Bakuba “ (Musyawarah untuk mupakat) yaitu
sistim nilai-nilai/norma-norma kehidupan bermasyarakat
berdasarkan kekeluargaan, kebersamaan, kesetaraan dalam
masyarakat terbuka yang majemuk, multi etnik, multi agama atau
masyarakat madani (civil society) yang Bhineka Tunggal Ika yang
merupakan sub kultur dari Pancasila.

III. GAMBARAN UMUM DAN LETAK GEOGRAFIS KABUPATEN LAMANDAU

Kabupaten Lamandau adalah salah satu kabupaten di provinsi


Kalimantan Tengah. Ibu kota Kabupaten ini terletak di Nanga Bulik.
Kabupaten Lamandau adalah salah satu kabupaten baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) berdasarkan UU
No. 5 Tahun 2002, yang di resmikan pada tanggal 4 Agustus 2002 dengan
ibukota Nanga Bulik. Kabupaten ini merupakan satu-satunya kabupaten
pemekaran yang berawal dari penggabungan 3 (tiga) buah kecamatan
atau tidak melalui perubahan status Kabupaten Administratif.
Kabupaten ini sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten
Kotawaringin Barat, pada tanggal 10 April 2003 dikeluarkan Undang-
Undang No. 5 Tahun 2003 tentang Pengukuhan/Pemekaran 8 Kabupaten,
maka Kabupaten Kotawaringin Barat dipecah dimekarkan dan
ditambahkan dengan Lamandau dan Sukamara.
Luas wilayah Kabupaten Lamandau mencapai 6.414 Km2 (atau
30,54% dari luas Kabupaten Kotawaringin Barat sebelum pemekaran)
dengan jumlah penduduk pada akhir tahun 2005 sebanyak 54.972
jiwa. 9

Pada awal pemekaran Kabupaten tersebut mempunyai 3 wilayah


kecamatan, dan kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Lamandau
2.588 Km2, kemudian Kecamatan Bulik 2.456 Km2 dan terakhir Kecamatan
Delang 1.370 Km2. Wilayah Kabupaten Lamandau relatif luas jika
dibandingkan dengan Kabupaten Sukamara dan mempunyai sumberdaya
alam yang masih potensial dan jumlah penduduk yang masih relatif sedikit.

Seiring dengan perkembangan pembangunan, maka sejak tahun


2005 Pemerintahan Daerah Kabupaten Lamandau melakukan pemekaran
menjadi 8 (delapan) buah Kecamatan, yaitu Kecamatan Bulik, Kecamatan
Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya,
Kecamatan Lamandau, Kecamatan Belantikan Raya, Kecamatan Batang
Kawa, dan Kecamatan Delang.
Kabupaten Lamandau secara geografis terletak pada : 10 9’ s.d. 30
36’ Lintang Selatan dan 1100 25’ s.d. 1120 50’ Bujur Timur, dan secara
administrasi berbatasan :
™ Sebelah Utara : Wilayah Provinsi Kalimantan Barat dan Ka-
bupaten Seruyan
™ Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
™ Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat
™ Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukamara dan Kali-
Mantan Barat

10
Luas Kabupaten Lamandau menurut Kecamatan

Persentase luas
2
No Kecamatan Luas (Km ) terhadap
Kabupaten
01 Bulik 665,55 10,38
02 Bulik Timur 1.074,72 16,76
03 Samatu Jaya 86,85 1,35
04 Methobi Raya 620,22 9,68
05 Lamandau 1.333,00 20,78
06 Belantikan Raya 1.263,00 19,69
07 Batang Kawa 685,00 10,59
08 Delang 685,00 10,59
Kabupaten Lamandau 6.414,00 100,00
Sumber : Lamandau Dalam Angka Tahun 2005

Posisi Kabupaten Lamandau berada pada ketinggian 25 - 500 meter


dari permukaan laut dengan kemiringan antara 15 - 25%. Keadaan
wilayah Kabupaten Lamandau yang berada pada ketinggian 25 – 500
meter dari dari permukaan laut memberi gambaran bahwa Kabupaten
Lamandau merupakan daerah pada kawasan yang relatif tinggi.

11
Gambar Peta Kabupaten Lamandau

Secara potensial bahwa luas wilayah merupakan sumber daya


lahan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan mewujudkan tempat permukiman yang tertata.
Dengan demikian salah satu keunggulan dari segi tata ruang, bahwa
Kabupaten Lamandau ini dapat berkembang dan dibangun di atas
hamparan lahan yang masih luas.

12
Gambar Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Lamandau

Tabel Luas Kabupaten Lamandau menurut Kecamatan


dan Desa/Kelurahan Tahun 2005
Persentase luas
Kecamatan
No Luas (Km2) terhadap
Desa/Kelurahan
Kabupaten
13
01 Bulik 665,55 10,38
1. Batu Kotam 61,58 0,96
2. Guci 103,00 1,61
3. Kujan 30,10 0,47
4. Nanga Bulik 81,52 1,27
5. Bumi Agung 8,20 0,13
6. Sumber Mulya 7,25 0,11
7. Bukit Indah 15,00 0,23
8. Arga Mulya 21,50 0,34
9. Bunut 108,00 1,68
10. Sungai Mentawa 103,00 1,61
11. Beruta 18,40 0,29
12. Tamiang 108,00 1,68
02 Bulik Timur 1.074,72 16,76
1. Bukit Jaya 12,72 0,20
2. Pedogatan 108,00 1,68
3. Nuangan 103,00 1,61
4. Suka Maju 8,00 0,12
5. Nanga Palikodan 105,00 1,64
6. Sungkup 111,00 1,73
7. Nanga Koring 104,00 1,62
8. Toka 107,00 1,67
9. Sepodan 98,00 1,53
10. Merambang 112,00 1,75
11. Batu Tunggal 105,00 1,64
12. Nanga Kemujan 101,00 1,57
03 Samatu Jaya 86,85 1,35
1. Purworejo 25,40 0,40
2. Bina Bhakti 6,50 0,10
3. Tri Tunggal 8,00 0,12
4. Wonorejo 8,00 0,12
5. Jangkar Prima 14,00 0,22
6. Mekar Mulya 9,95 0,16
7. Hambawang 15,00 0,23
04 Methobi Raya 620,22 9,68

14
1. Lubuk Hiju 123,00 1,92
2. Batu Ampar 94,00 1,47
3. Topalan 44,00 0,69
4. Nanuah 102,00 1,59
5. Modang Mas 27,25 0,42
6. Mukti Manunggal 12,63 0,34
7. Malata 110,00 1,71
8. Bukit Makmur 7,00 0,11
9. Bukit Raya 60,00 0,94
10. Sumber Jaya 15,00 0,23
11. Bukit Harum 17,00 0,27
05 Lamandau 1.333,00 20,78
1. Cuhai 142,00 2,21
2. Kawa 163,00 2,54
3. Panopa 125,00 1,95
4. Suja 185,00 2,88
5. Sekoban 144,00 2,25
6. Bakonsu 91,00 1,42
7. Tapin Bini 183,00 2,85
8. Karang Taba 142,00 2,21
9. Tanjung Beringin 82,00 1,28
10. Sungai Tuat 76,00 1,18
06 Belantikan Raya 1.263,00 19,69

15
1. Bayat 99,00 1,54
2. Nanga Belantikan 93,00 1,45
3. Sungai Buluh 53,00 0,83
4. Balibi 70,00 1,09
5. Karang Besi 124,00 1,93
6. Benuatan 103,00 1,61
7. Kahingai 82,00 1,28
8. Nanga Matu 114,00 1,78
9. Petarikan 228,00 3,55
10. Sumber Cahaya 8,00 0,12
11. Bintang Mangalih 196,00 3,06
12. Tangga Batu 93,00 1,45
07 Batang Kawa 685,00 10,59
1. Kinipan 54,00 0,83
2. Ginih 61,00 0,94
3. Batu Tambun 85,00 1,31
4. Banakitan 80,00 1,24
5. Liku 85,00 1,31
6. Mengkalang 65,00 1,00
7. Karang Mas 105,00 1,62
8. Kina 116,00 1,79
9. Jemuat 34,00 0,53
08 Delang 685,00 10,59
1. Riam Panahan 101,00 1,56
2. Sepoyu 111,00 1,72
3. Ring Tinggi 43,00 0,66
4. Landau Kantu 35,00 0,54
5. Nyalang 95,00 1,47
6. Lopus 36,00 0,56
7. Kubung 36,00 0,56
8. Sekombulan 60,00 0,93
9. Kudangan 78,00 1,21
10. Penyombaan 90,00 1,39
Kabupaten Lamandau 6.414,00 100,00
Sumber : Lamandau Dalam Angka tahun 2005

16
IKLIM
Secara umum Kabupaten Lamandau beriklim tropis yang dipengaruhi
oleh musim kemarau/kering dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada
bulan Juni sampai bulan September, dan musim penghujan terjadi pada
bulan Oktober sampai bulan Mei. Banyaknya curah hujan selama tahun
2005 adalah sebesar 2.637,8 mm.
Tabel 3.3. Banyaknya Curah Hujan Di Kabupaten Lamandau
No Bulan Curah Hujan (mm)
01 Januari 112,0
02 Pebruari 267,5
03 Maret 296,6
04 April 406,3
05 Mei 162,0
06 Juni 57,0
07 Juli 155,9
08 Agustus 125,4
09 September 164,9
10 Oktober 227,7
11 Nopember 427,6
12 Desember 234,4
2.637,8
Sumber : Stasiun Mateorologi Pangkalan Bun Tahun 2005

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA


17
Banyaknya Rumah Tangga dan Pada Tabel
Penduduk Kecamatan Bulik Kecamatan Bulik
tahun 2005 merupakan
Kecamatan yang
Bulik, KK, mempunyai pen-
3.551, 12%
Bulik, JLH, Bulik, LK, duduk terbanyak di
13.56, 44% 7.008, 23%
Kabupaten Laman-

Bulik, PRM,
dau. Secara per-
6.552, 21% sentase 44 %
jumlah penduduk
KK LK PRM JLH Kabupaten berada

di wilayah Kecamatan Bulik. Banyaknya penduduk di wilayah


Kecamatan Bulik, karena berada di pusat pemerintahan Kabupaten
Lamandau dengan ibu kota Kabupaten Nanga Bulik.

Keadaan Penduduk Kabupaten Lamandau


Tahun 2005
Kabupaten
60
Lamandau,
JLH, 54.972
40 Kabupaten Kabupaten
Kabupaten Lamandau, LK, Lamandau, PR,
20 27.996 26.976
Lamandau, KK,
14.757
0
KK LK PR JLH
Kabupaten 14.757 27.996 26.976 54.972
Lamandau

Kabupaten Lamandau

18
Tabel Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk Kabupaten
Lamandau menurut Kecamatan

Rumah Penduduk (jiwa)


No Kecamatan
Tangga Laki-laki Perempuan Jumlah
01 Bulik 3.551 7.008 6.552 13.560
02 Bulik Timur 1.698 3.137 3.010 6.147
03 Samatu Jaya 2.204 4.000 3.847 7.847
04 Methobi Raya 2.438 4.279 4.246 8.525
05 Lamandau 1.548 2.867 2.894 5.761
06 Belantikan Raya 1.268 2.544 2.409 4.953
07 Batang Kawa 775 1.544 1.465 3.009
08 Delang 1.275 2.617 2.553 5.170
Kabupaten 14.757 27.996 26.976 54.972
Lamandau
Sumber : Registrasi Penduduk Lamandau 2005

IV. INVENTARISASI DESA ADAT DAN HUKUM ADAT DI KABUPATEN


LAMANDAU

Kabupaten Lamandau dibentuk berdasarkan Undang-undang nomor 5


Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Gunung Mas, Pulang Pisau,
Murung Raya, Barito Timur, Katingan, Seruyan, Lamandau, Sukamara.
Pemerintahan kabupaten Lamandau secara efektif dimulai pada tanggal 12 Juli
2003. Sebagai bagian integral dari negara Republik Indonesia maka Undang-
undang nomor 32 tahun sebagai dasar hukum kabupaten Lamandau sebagai
Daerah Otonom. Organisasi Pemerintahan Kabupaten Lamandau yang berlaku
sekarang, didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12
tahun 2004 tanggal 12 Agustus yang terdiri dari 1 Sekretariat Daerah, 17
19
Dinas, 4 Badan dan 1 kantor. Selanjutnya berdasarkan Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Lamandau nomor 5 tahun 2005, maka pada
kabupaten tersebut terdapat 8 buah Kecamatan, 3 Kelurahan dan 79 desa.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 2005


tentang Desa, maka lembaga-lembaga yang ada di tingkat desa yang berlaku di
Kabupaten Lamandau adalah sebagai berikut :
a. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Dalam menunjang pembangunan Desa, maka BPD mempunyai tugas,
kewenangan, hak, dan kewajiban.
Tugas BPD :
¾ Menetapkan peraturan desa bersama kepala desa
¾ Menampung dan menyalurkan aspirasi nasyarakat.

Kewenangan BPD :
¾ Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa.
¾ Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan Kepala Desa
¾ Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
¾ Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat.
¾ Menyusun tata tertib BPD.

Hak BPD :
¾ Meminta keterangan kepada pemerintah desa
¾ Menyatakan pendapat

20
Kewajiban BPD :
¾ Mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, dan mentaati
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
¾ Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
¾ Mempertahankan, memelihara hukum nasional serta keutuhan Republik
Indonesia.
¾ Menyerap, menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi
masyarakat.
b. Perangkat Desa
Organisasi perangkat Desa terdiri dari :
¾ Kepala Desa
¾ Sekretaris Desa
¾ Kepala urusan Pembangunan
¾ Kepala urusan umum
¾ Kepala urusan pemerintahan

c. Pemerintahan Desa
Organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari :
¾ Kepala Desa
¾ Sekretaris Desa
¾ Kepala urusan Pembangunan
¾ Kepala urusan umum
¾ Kepala urusan pemerintahan
¾ Ketua Rukun Tetangga (RT)
a. PKK
b. Karang Taruna, dengan kegiatan bidang olah raga, dll.

21
5.1.2 Kelembagaan Non Formal
Menurut Cornelis Rintuh, Miar dalam Kelembagaan dan Perekonomian Rakyat
(2005), Para ahli berpendapat bahwa kelembagaan itu sendiri dapat diartikan
sebagai suatu norma/kaidah peraturan atau organisasi yang memudahkan
koordinasi dalam membentuk harapan masing-masing yang mungkin dapat
dicapai dengan saling bekerjasama. Dimaksudkan dengan kelembagaan juga
meliputi semua lembaga sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain, baik dalam
bentuk suatu organisasi, maupun tradisi dan pranata yang terdapat dalam
masyarakat yang terdiri dari unsur publik, swasta dan lembaga swadaya.
Secara khusus dalam kajian kelembagaan masyarakat dalam partisipasi
pembangunan selain kelembagaan formal desa, lebih diarahkan pada
kelembagaan masyarakat seperti budaya atau tradisi yang hidup dan
berkembang di masyarakat yang dapat berpartisipasi sebagai patner
pemerintah dalam pembangunan dan memelihara hasil pembangunan.
Adapun budaya dan atau kebiasaan yang berlaku dan hidup dalam
masyarakat adalah sebagaimana yang teruraikan dalam Tabel berikut.

Tabel 5.1. Budaya Dalam berbagai kegiatan masyarakat Pada Desa Sampel

Kecamatan Desa Budaya Keterangan


Kegiatan Cara Kerja/
Kebersamaan
1. Delang 1. Riam 1. Berladang Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Panahan (menebas, sendiri
menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.

22
Manugal dan panen Juro Jagar Merupakan kelompok kecil
berkisar 5-10 orang, bekerja
saling berbalasan pada ladang
sesama anggota kelompok.
Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
Manugal dan panen Babuhong Pemillik ladang mengundang
orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya.
Mata Pencaharian Utama
Penduduk adalah 98 % Petani
berladang, 2 % lainnya
(pedagang, PNS, Tukang Ojek,
dll).

23
2. Menyambut Tamu Potong Pantan Upacara penyambutan tamu
terhormat (pejabat Pemerintah),
dengan tahapan upacara
sebagai berikut :
a. Potong pantan di halaman
rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa Babantan Babantan Pales (bersih Desa)
Pales dilakukan tiap tahun tanggal 7
bulan 7 ( tanggal 7 bulan Juli).
Tujuan dari upacara ini
memohon keselamatan
masyarakat desa agar dijauhkan
dari bencana/malapetakam dan
memohon kesejahteraan.
4. Perkawinan Nyorahan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat.

24
5. Kematian Nyorahan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat
6. Ayah Jarau Ayah (dlm bhs dyak Ngaju
adalah Tiwah), merupakan acara
mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka. Dilaksanakan
langsung setelah dikebumikan
atau paling cepat 3 bulan setelah
jenazah dikuburkan. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain itu handai tolan juga
memberi bantuan berupa bahan
makanan/ minuman seperti
beras, ayam, tuak, kayu bakar.

25
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup menyambut tamu,
Batipa’ perkawinan nikah, dan acara
gembira lainnya.
Bukung (Baliga’) Tabuhan (musik ) khusus Adat
Tobah Ayah (To- Mati yang dibunyikan waktu
bah Kanjan) waktu jenazah masih di rumah
Nganjan dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
Mata Pencaharian Utama
Penduduk adalah 90 % Petani
berladang, 10 % lainnya
(pedagang, PNS, Tukang Ojek,
dll).
2.Kelurahan 1. Berladang Dikerjakan oleh Tenaga kerja keluarga
Kudangan (menebas, Keluarga
menebang, sendiri
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.

26
Manugal dan panen Juro Jagar Merupakan kelompok kecil
berkisar 5-10 orang, bekerja
saling berbalasan pada ladang
sesama anggota kelompok.
Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
Manugal dan panen Babuhong Pemillik ladang mengundang
orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya.

27
2.Menyambut Tamu Upaca penyambutan tamu
: terhormat (pejabat Pemerintah),
Potong Pantan Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3.Adat Bersih Desa: Biaya Babantan Pales (bersih Desa)
Babantan Pales patungan/ dilakukan tiap tahun tanggal 7
Laman sumbangan bulan 7 ( tanggal 7 bulan Juli).
masyarakat Tujuan dari upacara ini
memohon keselamatan
masyarakat desa agar dijauhkan
dari bencana/malapetakam dan
memohon kesejahteraan.
4. Perkawinan Ngonyuan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat.

28
5. Kematian Ngonyuan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah,
Tangaian Adat kelapadll; maupun uang.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat. Acara
waktu memberikan sumbangan
disebut dengan ngonyua’an
paada
Pada malam terakhir sebelum
penguburan, setiap anak
menantu,cucu membawa
makanan ( nasi, sayur dan babi
panggang bulat 1 ekor),
minuman 1 balanga tuak,
sebagai hidangan bagi para
pelayat yang hadir malam
tersebut. Bawaan makanan/
minuman tersebut agar “ bia’
gola tulah, tuha nyumpah”
artinya bahwa anak menantu,
cucu menghormati orang yang
meninggal dengan sepenuh hati.

29
6. Ayah (Tiwah) Jarau Ayah (dlm bhs dyak Ngaju
adalah Tiwah), merupakan acara
mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka. Dilaksanakan
langsung setelah dikebumikan
atau paling cepat 3 bulan setelah
jenazah dikuburkan. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain itu handai tolan juga
memberi bantuan berupa bahan
makanan/ minuman seperti
beras, ayam, tuak, kayu bakar
untuk pelaksanaan acara.
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Batipa’ hamil, nikah, memberi nama
anak dan
Bukung (Baliga’) Tabuhan (musik ) khusus Adat
Tobah Ayah (To- Mati yang dibunyikan waktu
bah Kanjan) waktu jenazah masih di rumah
Nganjan dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.

2. Menthobi 1. Malata 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga


Raya (menebas, sendiri
menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.

30
Menebas, 2.Bejuruan/ Merupakan kelompok kecil
menebang, Jenjuru’an. berkisar 5-10 orang, bekerja
manugal, dan panen saling berbalasan pada ladang
sesama anggota kelompok.
Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
manugal, dan panen 3.Barinjam Pemillik ladang mengundang
orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya

31
2.Menyambut Tamu Upaca penyambutan tamu
: terhormat (pejabat Pemerintah),
Potong Pantan Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3.Adat Bersih Desa: Biaya Upacara bersihn desa disebut
Hampatung patungan/ hampatung dilakukan pada
sumbangan saat:
masyarakat a. Berladang waktu mulai
menebas lahan dan setelah
panen
b. Musim buah, ketika pohon
buah mulai berbunga dan
setelah panen buah.
Upacara tersebut bertujuan agar
buah dan panen berhasil serta
terhindar dari sakit penyakit dan
marabahaya

32
4. Perkawinan Nyorahan Keluarga, tetangga, masyarakat
Paada desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dan nlain-lain.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat. Acara
waktu meyerahkan sumbangan
disebut Nyorahan Paada
5. Kematian Balai Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll, yang ditempatkan pada
trempat yang disebut balai.

6. Ayah Jarau Ayah (dlm bhs dyak Ngaju


adalah Tiwah), merupakan acara
mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka. Dilaksanakan
langsung setelah dikebumikan
atau paling cepat 3 keluarga
mampu menyelenggarakan
acara. Pada pelaksanaan acara
para kerabat dan handai tulan
mengirim jarau. Selain itu
handai tolan juga memberi
bantuan berupa bahan makanan/
minuman seperti beras, ayam,
tuak, kayu bakar untuk
pelaksanaan acara.

33
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.

3. Batang 1. 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga


Kawa Benakitan (menebas, nyokat, sendiri
menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
menebas, 2. Jenjuru’an Si pemilik ladang membayar hari
menebang kerja orang lain dengan bekerja
denggan jumlah tenaga kerja
dan jumlah hari yang sama.
Konsumsi pada umumnya tidk
dibebankan kepada pemilik
lahan.

34
manugal, panen. 3.Nyambai dan Pemillik ladang mengundang
Ngolit’an orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Umumnya Nyambai dilakukan
oleh tokoh-tokoh masyarakat,
seperti ladang kepala desa,
kepala adat, tokoh agama, dan
orang yang mampu menyiapkan
konsumsi pada hari orang
bekerja.

35
2. Menyambut Tamu: Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3.Adat Bersih Desa: Biaya Dilaksanakan bila ada pertanda
Memudai Laman patungan/ tidak baik di kampung, seperti
sumbangan binatang masuk kampung/desa,
masyarakat seperti kijang, burung
selempidan, dan binatanglainnya
sebagai pertanda yang tidak baik
bagi desa. Biaya upacara adat
ditanggung bersama oleh warga
desa.
4. Perkawinan Maba’ Keluarga, tetangga, masyarakat
panulung desa membantu biaya
penyelenggaraan pesta
pernikahan dengan nama Maba’
panulung (membawa bantuan)
berupa beras, tuak, ayam,
rempah-rempah, kelapa, uang,
dan nlain-lain. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat.

36
5. Kematian Namurau Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll. Para pelayat dengan
membawa bantuan disebutg
dengan Namurau.

6. Ayah (Tiwah) Jarau Sebagai acara mengantarkan


arwah orang mati ke sorga loka
yang di laksanakan setelah
dikebumikan atau setelah
keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain jarau, untuk pelaksanaan
acara handai taulan, memberi
bantuan berupa bahan makanan
/ minuman (seperti beras, ayam,
tuak, kayu bakar.)

37
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
4. Lamandau 1. Sungai 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Tuat (menebas, nyokat, sendiri
(sumber menebang,
bp. Kepala membakar,
Desa) menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
Pada pekerjaan 2. Bajuru’ Si pemilik ladang membayar hari
menebang manugal, kerja orang lain dengan bekerja
dan panen. denggan jumlah tenaga kerja
dan jumlah hari yang sama.
Konsumsi pada umumnya tidk
dibebankan kepada pemilik
lahan.

38
Pada pekerjaan 3.Nyambai. Pemillik ladang mengundang
menebang manugal, orang banyak (tidak terbatas)
dan panen. untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Umumnya Nyambai dilakukan
oleh tokoh-tokoh masyarakat,
seperti ladang kepala desa,
kepala adat, tokoh agama, dan
orang yang mampu menyiapkan
konsumsi pada hari orang
bekerja.

39
2. Menyambut Tamu : Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa : Biaya Upacara Babantan Laman
Babantan Laman patungan/ dilakukan 2 ketika :
sumbangan a. Berladang, ketika mulai
masyarakat menebas dan habis panen).
b. Musim buah, ketika pohon buah
mulai berbunga dan setelah
buah sudah habis
Upacara ini bertujuan agar buah
dan panen berhasil dengan baik
serta masyarakat terhindar dari
sakit penyakit dan bencana.
4. Perkawinan Maba’ Kepala-kepala Keluarga
panulung membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat.

40
5. Kematian Namurau Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
Balai hantu ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll. Para pelayat dengan
membawa bantuan disebut
dengan Namurau.
Balai hantu dibawa oleh bukung
pada hari penguburan, yang
isinya antara lain: nasi pulut, kue
sanga, tuak , babi dan ayam
yang dipanggang bulat,
swebagai makanan para pelayat.
6. Ayah Jarau Sebagai acara mengantarkan
arwah orang mati ke sorga loka
yang di laksanakan setelah
dikebumikan atau setelah
keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain jarau, untuk pelaksanaan
acara handai taulan, memberi
bantuan berupa bahan makanan
/ minuman (seperti beras, ayam,
tuak, kayu bakar.)

41
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.

2. Karang 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga


Taba (menebas, nyokat, sendiri
(sumber menebang,
bp. Reban) membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
Pada pekerjaan 2. Bajuru’ Si pemilik ladang membayar hari
menebang manugal, kerja orang lain dengan bekerja
dan panen. denggan jumlah tenaga kerja
dan jumlah hari yang sama.
Konsumsi pada umumnya tidk
dibebankan kepada pemilik
lahan.

42
Pada pekerjaan 3.Nyambai. Pemillik ladang mengundang
menebang manugal, orang banyak (tidak terbatas)
dan panen. untuk bekerja diladangnya
secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada babuhong, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Babuhong di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan babuhong
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti babuhung yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah babuhung di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Umumnya Nyambai dilakukan
oleh tokoh-tokoh masyarakat,
seperti ladang kepala desa,
kepala adat, tokoh agama, dan
orang yang mampu menyiapkan
konsumsi pada hari orang
bekerja.

43
2. Menyambut Tamu : Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa : Upacara Babantan Laman
Babantan Laman dilakukan 2 ketika :
Biaya a. Berladang, ketika mulai
patungan/ menebas dan habis panen).
sumbangan b. Musim buah, ketika pohon buah
masyarakat mulai berbunga dan setelah
buah sudah habis
Upacara ini bertujuan agar buah
dan panen berhasil dengan baik
serta masyarakat terhindar dari
sakit penyakit dan bencana.
4. Perkawinan Maba’ Kepala-kepala Keluarga
panulung membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat.

44
5. Kematian Namurau Keluarga, tetangga, masyarakat
desa membantu biaya
penyelenggaraan acara
kematian berupa beras, tuak,
Balai hantu ayam, rempah-rempah, kelapa,
uang, dll. Para pelayat dengan
membawa bantuan disebut
dengan Namurau.
Balai hantu dibawa oleh bukung
pada hari penguburan, yang
isinya antara lain: nasi pulut, kue
sanga, tuak , babi dan ayam
yang dipanggang bulat,
swebagai makanan para pelayat.
6. Ayah Jarau Sebagai acara mengantarkan
arwah orang mati ke sorga loka
yang di laksanakan setelah
dikebumikan atau setelah
keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai tulan mengirim jarau.
Selain jarau, untuk pelaksanaan
acara handai taulan, memberi
bantuan berupa bahan makanan
/ minuman (seperti beras, ayam,
tuak, kayu bakar.)

45
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
5. Kecamatan 1. Toka 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Bulik (responden (menebas, nyokat, sendiri
Timur bp. Nikah) menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.

46
Pada pekerjaan , 2. Jenjuru’an Merupakan kelompok kecil
menebas, berkisar 5-10 orang, bekerja
menebang manugal, saling berbalasan pada ladang
menyiang dan sesama anggota kelompok.
panen (bahanyi). Kelompok berakhir bila tiap-tiap
anggota telah bekerja pada
ladang anggota yang telah
bekerja diladangnya dengan
jumlah orang dan hari yang
sama. Konsumsi waktu bekerja
ditanggung masing-masing
anggota kelompok.
(menebang , 3. Barinjam Pemillik ladang mengundang
manugal, panen) Ngora orang banyak (tidak terbatas)
(husus untuk bekerja diladangnya
panen) secara gotong royong. Konsumsi
(makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada barinjam, pemilik ladang
tidak wajib membalas/membayar
hari kerja orang mengikuti
kegiatan Barinjam di ladangnya.
Namun ada kebiasaan yang
melekat secara budaya, yaitu
orang yang menyelenggarakan
barinjam merasa rikuh apabila
tidak mengikuti barinjam yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah ikut barinjam di
ladangnya atau diselenggarakan
orang lain sedesanya
Syukuran Biaya Bersama Di Desa Toka setelah selesai
musim panen, tiap-tiap Kepala
Keluarga mengumpulkan hasil
panen ± 15 kg kepada Kepala
Adat yang digunakan untuk
acara syukuran hasil panen dan
acara ini diakhiri dengan
Bagondang.

47
2. Menyambut Tamu : Upaca penyambutan tamu
Garung Pantan terhormat (pejabat Pemerintah),
Biaya dengan tahapan upacara
patungan/ sebagai berikut :
sumbangan a. Potong pantan di halaman
masyarakat rumah/halaman penyambutan.
b. Naik ke rumah adat/tempat
upacara, duduk di tatawak
menyandar di balanga untuk
menerima ikat tongang.
c.Kepala adat menyampaikan
kata adat setempat.
d.Tamu minum tuak dengan
tanduk kerbau
e.Tamu menari adat bersama dgn
Kades/tetuha desa.
f.Tamu memberi kesan dan
pesan.
3. Adat Bersih Desa Biaya Upacara membersihkan
Hampatung patungan/ kaampung/laman dilakukan
sumbangan ketika :
masyarakat a. Berladang, ketika mulai
menebas dan habis panen).
b. Musim buah, ketika pohon buah
mulai berbunga dan setelah
buah sudah habis
Upacara ini bertujuan agar buah
dan panen berhasil dengan baik
serta masyarakat terhindar dari
sakit penyakit dan bencana.
4. Perkawinan Mangumpul Para kerabat dan Keluarga
paada membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Penyerahan
sumbangan disebut mangumpul
paada

48
5. Kematian Balai Angkat Keluarga dan Handai Tulan
membantu konsumsi pihak
berduka (beras, tuak, ayam,
Babi, Sapi) maupun finasial.
Sumbangan tersebut di catat
tetapi tidak mengikat. Sifat
gotong royongnya solidaritas,
Babuhong.
Malam hari menyelang
penguburan Bukung membawa
balai Angkat berisi kentan, tuak,
babi, ayam, untuk lauk pauk
para pelayat.
6. Ayah Mangumpul Ayah sebagai acara
Paada -paisi mengantarkan arwah orang mati
ke sorga loka yang di laksanakan
setelah dikebumikan atau
setelah keluarga mampu
menyelenggarakan acara. Pada
pelaksanaan acara para kerabat
dan handai taulan,membantu
pembiayaan yan g disebut
paada - paisi.

49
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
6. Bulik 1. Bunut 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
(menebas, sendiri
menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.

50
Pada pekerjaan , 3.Bejuru’an Si pemilik ladang membayar hari
menebas, kerja orang lain dengan
menebang manugal, berkerja dengan jumlah hari
menyiang dan yang sama. Konsumsi pada
panen (bahanyi). umumnya tidak dibebankan
Hanya dilakukan kepada pemilik lahan.
oleh 6 – 7 KK. (Sejak tahun ahir tahun 1990 an
di Desa Bunut 100 % mata
pencaharian pokok adalah
bertani berladang. Namun
budaya jenjuru’an dan barinjam
di desa ini hanya dapat
dipertahankan oleh beberapa
keluarga saja. Kegiatan
berladang cenderung dikerjakan
sendiri, dan sistem upah)
2. Menyambut Tamu : Biaya Desa Bunut 100 % beragama
Potong pita sumbangan Islam, oleh sebab itu acara
dari penyambutan tamu (pejabat
masyarakat pemerintah) bernuansa agama,
seperti Rebana, Terbang/
berdikir, Batirik, dan Bajapen.
Biaya penyamputan tamu
partispasi seluruh masyarakat,
dan kas desa.
3. Adat Bersih Desa : Biaya Acara syukuran tolak bala
syukuran tolak bala sumbangan diakukan pada setiap tahun pada
dari bulan Muharam. Biaya acara ini
masyarakat. partisipasi seluruh masyarakat
Desa. Jenis makanan dalam
acara ini adalah bubur Sura.
4. Perkawinan Sedekah Para kerabat dan Keluarga
membantu konsumsi pernikahan
(beras, ayam, dan lain-lain)
maupun finasial.

51
5. Kematian Sedekah Keluarga dan Handai Taulan
membantu konsumsi pihak
berduka (beras, ayam, dan lail-
lain) maupun finasial.
6.Kesenian Kesenian ini umumnya digunakan
Rebana, Gambus, dalam penyambutan tamu
Terbang/Berdikir, terhormat, Sunatan, Nikah,
Batarik, Bajapen, syukuran karena bagi bayi yang
tari giring-giring baru putus tali pusatnya
(ditampilkakn pada acara
gembira)
7.Keagamaan: Biaya yuran Yasinan dan Syalawatan
Yasinan, anggota. dilakukan oleh kelompok Ibu-ibu
Syalawatan

7.Bulik Timur 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga


(Merambang, (menebas, nyokat,
bp. Mihing) menebang,
membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
Pada pekerjaan, 2. Bajuru’an Si pemilik ladang membayar hari
menebas, kerja orang lain dengan
menebang, berkerja dengan jumlah hari
manugal, menyiang yang sama. Konsumsi pada
dan panen umumnya tidk dibebankan
(bahanyi). kepada pemilik lahan. Acara
Bagundang umumnya dilakukan
selesai manugal dan bahanyi.

52
2. Menyambut Tamu : Biaya Upaca penyambutan tamu
Potong Pantan ditanggung terhormat, umumnya aparat
sendiri bersama oleh Pemerintah . Konsumsi gotong
masyarakat royong dari seluruh Kepala
Keluarga warga desa.
Urutan acara adat :
a. Potong Pantan dilakukan
dihalaman tempat upacara
diiringi Gondang garantong
c. Naik kerumah Ikat tongang
d. Bagondang dan baigal
e. Minum Tuak
3.Adat Bersih Desa Biaya Upacara Manyanggar Laman
: ditanggung wajib tiap 3 tahun. Sumber dana
Manyanggar Laman bersama oleh Bapupu (partisipasi seluruh
masyarakat warga desa)
4. Perkawinan Nandulang Para kerabat dan Keluarga
membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
disebut di catat tetapi tidak
mengikat, namun diserahkan
secara resmi pada aacara
Nandulang Acara pengantin
ditutup dengan Bagondang.
5. Kematian Sorahan Kajara Keluarga dan Handai Taulan
‘an dan Balai membantu biaya pelaksanaan
Angkat. acara oleh pihak berduka, yan
disebut Sorahan Kajara ‘an.
Pada acara malam hari, para
Bukung membawa bantuan yang
ditempatkan pada tempat yang
disebut Balai Angkat yang
berisi: beras, tuak, ayam, Babi,
uang dll.

53
6. Ayah Jarau a. Untuk mengantarkan arwah
orang mati ke sorga loka.
b. Dilaksanakan setelah
dikebumikan atau setelah ada
biaya.
c. Pada pelaksanaan acara para
kerabat dan handai
tulan/masyarakat memberi
bantuan, yang disebut
dengan nama “ Jarau”..
d. Selain poin (c), maka handai
tulan juga memberi bantuan
berupa bahan makanan/
minuman (seperti beras,
ayam, tuak, sapi, babi, kayu
bakar.)
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.

54
8. Belantikan Sungai 1. Berladang 1.Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Raya Buluh (menebas, sendiri
(Informan menebang,
Cacah) membakar,
menugal, menyiangi
tanaman, dan
panen.
Pada pekerjaan 2. Jenjuru’an Si pemilik ladang membayar hari
menebas, /ngora/ngolit’an kerja orang lain dengan
menebang manugal, berkerja dengan jumlah tenaga
dan panen kerja dan hari yang sama.
(bahanyi). Konsumsi pada biasanya
dibawa oleh masing-masing
orang yang ikut bejuruan.
Menebang,manugal, 3.Barinjam Pemillik ladang mengundang
panen. orang banyak (tidak terbatas)
untuk bekerja diladangnya
Panen (mahanyi) 4.Ngora, secara gotong royong. Konsumsi
ngolit’an (makan/ minum) waktu bekerja
ditanggung oleh pemilik ladang.
Pada barinjam/ngora/ngolit’an,
pemilik ladang tidak wajib
membalas/membayar hari kerja
orang mengikuti kegiatan
Barinjam/ngora/ngolit’an di
ladangnya. Namun ada
kebiasaan yang melekat secara
budaya, yaitu orang yang
menyelenggarakan barinjam
merasa rikuh apabila tidak
mengikuti
barinjam/ngora/ngolit’an yang
diseleng garakan oleh orang
yang telah ikut barinjam
/ngora/ngolit’an di ladangnya
atau diselenggarakan orang lain
sedesanya

55

2. Menyambut Tamu Biaya Upaca penyambutan tamu


Potong Garung ditanggung terhormat, umumnya aparat
Pantan bersama oleh Pemerintah . Konsumsi gotong
masyarakat royong dari seluruh Kepala
Keluarga warga desa.
Urutan acara adat :
a. Potong Pantan dilakukan
dihalaman tempat upacara
diiringi Gondang garantong
c. Naik kerumah Ikat tongang
d. Bagondang dan baigal
e. Minum Tuak
3.Adat Bersih Desa: Biaya Dilakukan awal musim buah
Nyambut Tatobus ditanggung (berbunga) dan selesai musim
bersama oleh buah.
masyarakat
4. Perkawinan Nandulang Para kerabat dan Keluarga
membantu konsumsi pernikahan
(beras, tuak, ayam, babi)
maupun finasial. Sumbangan
tersebut di catat tetapi tidak
mengikat, namun diserahkan
secara resmi, pada acara
Nandulang . Acara pengantin
ditutup dengan Bagundang,
minum tuak, baigal.
5. Kematian Namurau Keluarga dan Handai Taulan
membawa bantuan pihak
berduka atau Namurau. Bantuan
beras, tuak, ayam, Babi, dan
uang. Sumbangan tersebut di
catat tetapi tidak mengikat.

56
6. Ayah (Tiwah) Jarau a. Untuk mengantarkan arwah
orang mati ke sorga loka.
b. Dilaksanakan setelah
dikebumikan atau setelah ada
biaya.
c. Pada pelaksanaan acara para
kerabat dan handai
tulan/masyarakat memberi
bantuan, yang disebut
dengan nama “ Jarau”..
d. Selain poin (c), maka handai
tulan juga memberi bantuan
berupa bahan makanan/
minuman (seperti beras,
ayam, tuak, sapi, babi, kayu
bakar.)
7.Kesenian:
Bagondang Acara kesenian bagondang
umumnya dilakukan untuk Adat
hidup (menyambut tamu, ibu
Baigal hamil, nikah, memberi nama
Batipa’ anak dan
Tari-tarian yang diiringi oleh
Bukung (Baliga’) tabuhan bagondang.
Tobah Ayah (To- Tabuhan (musik ) khusus Adat
bah Kanjan) Mati yang dibunyikan waktu
Nganjan waktu jenazah masih di rumah
dan belum dimakamkan.
Penari yang memakai topeng
(baliga’ = menari)
Musik, yang dibunyikan sesudah
pada acara sesudah
memakamkan jenazah ( Ayah).
Tari-tarian yang diiringi oleh
Tobah Ayah/tobah kanjan.
9. Sematu Purworejo 1.Sawah tadah hujan Dikerjakan Tenaga kerja keluarga
Jaya sendiri

57
Mata pencaharian pokok
penduduk desa Purworejo 70 %
perkebunan Sawit (plasma), ± 30
% petani tadah hujan, pedagang,
Bengkel, dll .
2. Menyambut Tamu Biaya Bila ada tamu resmi dari
ditanggung pemerintah pejabat Pemerintah
bersama
3. Adat Bersih Desa Syukuran Dilakukan sekali setahun tiap
tanggal 22 Juni. Dana Swadaya
penduduk.
4. Bangun Rumah Arisan Biaya membangun rumah tinggal
dilakukan dengan cara arisan,
dimulai dari yang sangat
membutuhkan. Umumnya tipe
rumah homogen. Besar arisan
disesuaikan dengan harga
material bangunan. Tenaga kerja
bangunan gotong royong dari
kelompok arisan.
5.Kematian: Iuran anggota Anggota rukun kematian
Rukun Kematian menyetor iuran rutin kepada
pengurus Rukun Kematian. Di
desa Purworejo nama rukun
kematian adalah “Wajib”.
6. Kesenian: Kesenian ini dilaksanakan pada
1. Reog acara sunatan, pernikahan, Hari
Ponorogo Besar RI. (acara gembira)
2. Kuda
Lumping
3. Karawitan

58
7.Keagamaan: Yasinan dan Syalawatan
Yasinan, dilakukan oleh kelompok Ibu-ibu
Syalawatan
Remaja Mesjid
Pengurus Mesjid

8. Lingkungan RT Gotong Royong Membuat siring jalan dan saluran


air (parit)

Disamping adat istiadat tersebut di atas, di Kabupaten Lamandau


terdapat beberapa buah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), didirikan oleh
kelompok/masyarakat tertentu yang berfungsi sebagai saluran aspirasi,
fasilitasi kepentingan masyarakat dalam mengkritisi kebijakan Pemerintah
dalam pembangunan.
Pada beberapa kecamatan/desa terdapat Koperasi Primer dan atau
Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai lembaga ekonomi Masyarakat. KUD yang
berkembang adalah Koperasi yang ada pada beberapa desa eks SP
Transmigrasi yang bekerja sama dengan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Kelapa Sawit dalam mengelola perkebunan (Plasma) sawit. Kontibusi
pendapatan masyarakat peserta plasma sawit cukup significant terhadap
peningkatan kesejahteraan anggota Koperasi bersangkutan.

5.1.3. Keterlibatan Masyarakat dalam Pembangunan.


Pada era sebelum tahun 1970-an atau tepatnya sebelum adanya
anggaran pembangunan yang sampai di pedesaan, diketahui partisipasi
masyarakt dalam pembangunan sangat berarti (significant).
Secara konsepsi, keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan hasil
pembangunan. Perencanaan pembangunan di Kabupaten Lamandau secara
berurutan secara bottom up, sebagai implementasi undang-undang nomor 25
tahun 2004, tentang sistim perencanaan nasional. Secara garis besar
Perencanaan Pembangunan, secara berurutan mulai dari Musyawarah
Pembangunan Desa (Musrenbangdes), Musyawarah
59
Pembangunan Kecamatan (Musrenbang Kecamatan) dan
Musyawarah Pembangunan Kabupaten (Musrenbang Kabupaten), dst. Urutan
Musrenbang tersebut telah dilakukan setiap tahun oleh Pemerintah sesuai
dengan tahapannya. Pada tahap, Musrenbang Desa seluruh komponen
masyarakat yang ada di desa sudah memberikan kontribusi mengenai apa mau
dibangun sesuai dengan keinginan / kebutuhan masyarakat desa. Hasil
Murenbang Desa dikompilasi dan diusulkan kepada Musrenbang Kecamatan
melalui Camat. Pada tahap musrenbang Kecamatan dilakukan seleksi dan
kompilasi atas usul/ hasil Musrenbang desa. Selanjutnya hasil Musrenbang
Kecamatan yang merupakan hasil seleksi dan kompilasi musrenbang desa
dengan dillengkapi usul rencana pembangunan oleh Kecamatan, dibuat
kompilasinya sebagai hasil Musrenbang Kecamatan yang kemudian dikirim
untuk dibahas dalam Musrenbang Kabupaten. Oleh Bappeda Kabupaten
sebagai leading sektor perencanaan pembangunan tingkat Kabupaten,
mendistribusikan hasil Musrenbang Kecamatan kepada Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) yaitu Setda, Dinas, Badan dan Kantor tingkat
kabupaten untuk mengakomodasi usul-usul pembangunan sesuai Tupoksi
SKPD masing-masing dan dimasukkan dalam rencana kerja (RENJA) dan
anggaran SKPD bersangkutan. Selanjutnya Renja SKPD diseleksi, dibahas
serta diselaraskan dengan rencana top down (Kabupaten, Provinsi dan
Nasional) pada Musrenbang tingkat Kabupaten. Hasil kompilasi renja semua
SKPD (yang telah diselaraskan) adalah sebagai Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) Kabupaten dan dalam RKPD tercantum semua rencana
pembangunan yang akan dilaksanakan di seluruh kabupaten pada tahun
tertentu.
Melihat urutan dan tahapan Musrenbang tersebut di atas, maka semua
pembangunan yang ada di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten adalah
sesuai usul dan kebutuhan masyarakat, sehingga pelaksanaan dan
pemeliharaan hasil pembangunan merupakan tanggung jawab masyarakat
secara keseluruhan.
Pada penelitian lapangan60ditemukan beberapa hal, sebagai berikut:
a. Ada beberapa pembangunan fisik yang tidak pernah diusulkan oleh
masyarakat desa, tetapi dibangun atau sebaliknya yang diusulkan tetapi tidak
ada realisasinya.
b. Ada beberapa pembangunan fisik (seperti rumah dinas guru, Pustu, dll) tidak
dimanfaatkan sebagaimana mestinya, sehingga tidak terpelihara dengan baik.
c. Pada pelaksanaan pembangunan fisik (infra struktur) Kepala Dinas/Badan
Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
kurang memberikan sosialisasi atas pembangunan, di mana pembangunan akan
dilaksanakan. Sehingga ada anggapan bahwa masyarakat dan khususnya
aparat desa hanya sebagai penonton pembangunan dan hasil pembangunan di
desanya saja. Sebagai contoh, bila ada pembangunan yang memerlukan lahan,
maka pada saat meminta lahan Kepala Desa dilibatkan, tetapi setelah
bangunan selesai kunci hanya diserahkan kepada pemakai dan tidak ada
penyerahan kepada masyarakat melalui Kepala Desa untuk penjagaan dan
pemeliharaan hasil pembangunan.
d. Sebagai akibat dari huruf c di atas, maka apabila ada kerusakan pada infra
sruktur milik umum seperti gedung sekolah, rumah guru, pustu, dan lain-lain;
tidak ada inisiatif dari Aparat dan masyarakat desa untuk memperbaiki secara
swadaya dan dibiarkan sampai rusak total; baru ada perbaikan dan atau
dibangun baru, setelah dana dari pemerintah tersedia.

5.2. Lembaga Masyarakat yang Menunjang Pembangunan

Hasil penelitian sebagaimana tabel 5.1 dapat diketahui bahwa


adat kebiasaan masyarakat dapat dikelompokkan menjadi Kelompok
penduduk asli non Muslim, Kelompok Penduduk asli Muslim (Islam) dan
Kelompok masyarakat eks Transmigran. Pengelompokkan masyarakat
seperti tersebut diatas, dalam rangka memudahkan mengetahui akar
masalah, analisis dan mencari61pemecahannya. Tidak ada maksud lain
yang negative dengan adanya pengelompokkan masyarakat tersebut.
Adat istiadat pada masing-masing kelompok masyarakat tersebut
dapat dijelaskan berikut ini.

1. Kelompok penduduk asli non Muslim

Pada kelompok penduduk asli non Muslim berlaku Adat Hidup dan
Adat Mati. Pada pelaksanaan adat hidup dan adat mati, berlaku hukum
adat. Hukum adat mengatur yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan (pamali), pada waktu adat hidup dan adat mati dilakksanakan.

a. Adat hidup, diantaranya meliputi adat behuma, adat kawin, kawin,


adat menyambut tamu, adat bersih desa.

(1). Adat behuma (berladang) . Adat behuma, berlaku pula adat


bejuru’an (handep= kerja timbal balik) mengerjakan ladang
dengan cara saling berbalasan yaitu pemilik ladang membayar
hari kerja orang lain dengan berkerja dengan jumlah hari yang
sama. Konsumsi pada umumnya tidak dibebankan kepada
pemilik lahan, tetapi konsumsi waktu bekerja dibawa oleh
masing-masing. Selain bejuru’an, adat gotong royong
(berinjam, juro jagar, ngora, ngolit’an, nyamai/nyambai, dst),
digunakan pula untuk mengerjakan ladang. Pada gotong
royong konsumsi disediakann oleh pemilik ladang dan pemilik
tidak ada keharusan untuk membayar orang-orang yang ikut
gotong royong. Bejuruan dan gotong royong dilakukan pula
untuk pekerjaan pekerjaan lain, misalnya membangun rumah.
Pekerjaan dilaksanakan dengan Bajuru’an dan atau
Gotongroyong, apabila pemilik ladang merasa pekerjaannnya
mau diselesaikan secara cepat atau tidak mampu dikerjakan
dengan tenaga kerja dalam rumah tangga sendiri.
62
(2). Adat Kawin pada adat kawin ada bantuan biaya
perkawinan dari keluarga, handai tolan dan masyarakat desa
berupa bahan makanan. Acara pada waktu menyerahkan
bantuan disebut, nyorahan paada (Bulik) atau manandulang
(Belantikan).

(3). Adat menyambut tamu,merupakan penghargaan kepada para


tamu seperti para pejabat pemerintah (potong Garung Pantan
dan di panai’-kat tongang) dan tokoh masyarakat dari desa lain
atau keluarga dari tempat jauh yang jarang bertemu hanya
dipanai’ dan kobat tongang. Pembiayaan waktu menyambut
tamu, ditanggung bersama.

(4). Adat bersih desa, adat bersih desa merupakan acara untuk
memohon kepada Sangiang Duata (Tuhan yang Maha Kuasa)
memberi perlindungan kepada desa (penduduk desa) agar
dihindarkan dari mala petaka.

- Kecamatan Delang Acara bersih desa disebut Babantan


Poles`Laman wajib dilaksanakan pada tanggal 7 Juli (tanggal
tujuh bulan tujuh) setiap tahun acara.

- Kecamatan Batang Kawa Upacara Bersih Desa disebut


dengan Memuda’i Laman dilakukan secara insidentil (tidak
terjadwal. Acara ini dilakukan bila ada tanda-tanda yang tidak
baik, misalnya ada binatang (menjangan, ayam hutan
(selempidan) masuk desa (kampung).

- Kecamatan-kecamatan lain, Upacara Bersih Desa biasanya


dilakukan beberapa kali setahun, yaitu pada saat mulai
pekerjaan ladang, Habis panen, pada awal musim buah
(pohon buah berbunga) dan habis musim buah.
Penyiapan dan63pelaksanaan dilakukan secara bersama
pesta laman serta pembiayaan ditanggung bersama oleh
masyarakat desa.
b. Adat Mati.

Adat mati merupakan acara sakral bagi penganut Hindu Kaharingan


dan dilakukan untuk menghormati orang yang telah meninggal,
sekaligus menghibur keluarga yang masih hidup. Adat mati meliputi
acara sebelum penguburan/penguburan dan Ayah ( beayah=tiwah
dalam bahasa Dayak Ngaju) acara adat setelah penguburan

(1). Sebelum penguburan/penguburan. Kematian merupakan momen


kesusahan/kesedihan dan tidak pernah direncanakan Ketika
ada orang meninggal dan jenazah masih belum dikubur, seluruh
keluarga, handai tolan dan masyarakat sedesa ( bahkan dari
desa lain ), memberikan bantuan kepada keluarga yang
meninggal berupa bahan-bahan makan untuk pelaksanaan
upacara kematian. Penyerahan bantuan ini dilakukan secara
adat.

– Kecamatan Delang, Penyerahan bantuan dilakukan handai


tolan/masyarakat desa secara khusus pada waktu melayat
atau pada saat acara “Bebukung” Para “Bukung” membawa
bantuan (berupa makanan dan bahan makanan serta
minuman “tuak” kepada keluarga yang meninggal. Saat
menyerahkan bantuan disebut dengan “nyorahan pada”.

- Kecamatan Mentobi Raya dan Bulik Timur, Lamandau


sumbangan dikemas/ditempatkan pada tempat disebut Balai
(Balai angkat di Bulik Timur, Lamandau Balai Hantu) yang
berisikan barang-barang makanan (beras, babi, ayam dan
lain, minum (tuak), kayu bakar, buluh untuk lemang.
Penyerahan balai disebut dengan penyorahan paada.
64
- Kecamatan Batang Kawa, Belantikan Raya, Lamandau,
penyerahan bantuan untuk keluarga orang meninggal disebut
dengan “Namurau”

(2). Acara Ayah ( beayah=tiwah dalam bahasa Dayak Ngaju) acara


adat setelah penguburan

Acara Ayah dilaksanakan setelah penguburan dan biasanya


dilakukan pada sore/malam hari setelah penguburan at. Jika
ayah tidak dilakukan pada sore/malam hari setelah penguburan,
maka dilakukan beberapa waktu kemudian setelah biaya
untukpenyelengaraan acara terkumpul, jadi tidak ditentukan adat
secara khusus. Khusus (hanya) Kecamatan Delang, jika
pelaksanaan Ayah tidak dilaksanakan pada sore/malam hari
penguburan, maka baru boleh dilaksanakan 3 bulan atau lebih
setelah penguburan. Pada acara Ayah, handai tolan, warga desa
memberikan bantuan berupa jarau. Jarau biasanya dari batang
bambu yang dihias dengan barang-barang yang digantungkan
seperti kain bahalai, pakaian pria dan wanita, alat-alat berladang
d an bungkung jarau adalah belanga berisi tuak.

c. Kesenian.

Kesenian dilakukan dilakukan pada acara adat hidup ataupun adat


mati.

Kesenian pada pelaksanaan acara adat hidup dilengkapi biasanya


disertai dengan bagondang (sebagai musik) yang meniringi orang
baigal (menari)dan barayah (melantunkan lagu-lagu, termasuk
bapantun. Tobah kanjan dilakukan pada saat potong garung
pantan (menyambut65tamu).
Kesenian pada pelaksanaan adat mati, adalah Batipa’ (sebagai
musik yang mengiringi “bukung baliga"). ketika jenazah belum
dikubur dan masih berada di rumah. Bagaruntung (tobah kanjan,
sebagai musik yang mengiringi orang “manganjan” ) dilakukan pada
acara Ayah.

d. Karang Taruna. Setiap desa/kelurahan dibentuk organisasi pemuda


dengan nama Karang Taruna. Organisasi ini merupakan organisasi
pemuda yang bergerak dalam pembinaan olah raga.
e. Organisasi keagamaan, seperti Pengurus Gereja dari berbagai
denominasi Gereja Kristen berfungsi sebagai organisasi yang
membina keyakinan umat terhadap agama yang dianutnya. Secara
phisik , Pengurus Gereja mengkoordinir pembangunan rumah
Ibadah dan secara sosial mengurus pemakaman anggota yang
meninggal secara ritual.
f. PKK
g. Rukun Tetangga

Adat hidup dan adat mati sebenarnya dilaksanakan sebagai adat


istiadat penganut Kaharingan ( kepercayaan asli di kabupaten lamandau)
yang sekarang menjadi agama Hindu Kaharingan. Tetapi bagi penduduk
asli Non Kaharingan seperti yang beragama Katolik dan Kristen berbagai
denominasi, adat tersebut tetap dihormati dengan tidak melaksanakan
yang bersifat ritual.

Organisasi karang Taruna dan Rukun Tetangga (RT) yang


merupakan lembaga masyarakat yang semi pemerintah, sangat efektif
untuk menyampaikan pesan, pengawasan pelaksanaan dan
pemeliharaan pembangunan. Hal tersebut, mengingat organisasi yang
terstruktur dengan jelas dan66mempunyai hubungan yang jelas
dengan pemerintahan, mempunyai hubungan yang terorganisir dengan
masyarakat secara keseluruhan
Pada pelaksanaan acara adat hidup dan adat mati, diikuti oleh orang
banyak sekampung/sedesa baik mempunyai ikatan keluarga, tetangga
maupun orang lain yang bukan keluarga, bahkan oleh orang dari desa
tetangga/desa lain. Kekerabatan dan kebersamaan (gotong royong)
terlihat dalam pembiayaan maupun pelaksanaan dapat
digolongkansebagai modal pembangunan. Maksudnya ialah, adanya
kebersamaan/kegotong royongan dapat dimanfaatkan sebagai pelaksana
dan memelihara hasil pembangunan. Secara langsung apabila dikemas
secara apik dan terencana dapat dijadikan sebagai komoditas pariwisata
yang dapat mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD). Namun perlu
diketahui dan dipahami, acara adat mati dan keseniannya, baru boleh
dilaksanakan bila benar-benar ada orang meninggal dan tidak boleh
sembarangan dilakukan, karena menyangkut Hukum Adat (pamali).

Organisasi keagamaan seperti pengurus Gereja, pengurus mesjid


pada setiap desa, selain mengorganisasi umat dalam memperdalam dan
mengamalkan ajaran agama, merupakan tempat yang cukup ideal untuk
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan.

2. Kelompok penduduk asli Muslim

Pada desa Sampel yang 100 % beragama Islam, dan


adat/kebiasaan yang diteliti dan berhubungan dengan tujuan penelitian
diuraikan berikut ini.

a. Berladang, merupakan pekerjaan utama sebagian besar


penduduknya. Letak desa sampel berbatasan
dengan ibukota67 kabupaten Lamandau
sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi masyrakat
kabupaten, sehingga ekonomi uang sudah berkembang pada
masyarakat desa bersangkutan. Sebelum tahun 1990 -an kebiasaan
bejuruan, berinjam masih begitu melekat dan kebiasaan pada
pengerjaan ladang. Namun sekarang ini kebiasaan bejuruan,
berinjam pada pengerjaan ladang sudah beralih menjadi
pengupahan. Maksudnya ialah apabila pemilik ladang tidak dapat
mengerjakan ladangnya sendiri, maka pemilik ladang akan mencari
orang-orang yang mau mengerjakan ladangnya dengan diupah.
Keadaan seperti itu, karena masyarakat merasakan kekurangan
penghasilan sebagai akibat hilangnya/ sangat berkurangnya
kayu/logs sebagai usaha yang dominan dilakukan selain berladang
untuk penyediaan pangan secara susbsisten. Walaupun begitu
bejuru’an masih berlaku dalam lingkungan kerabat dalam skala kecil
(3 -4 orang).
b. Pada acara-acara menjambut tamu, biasanya dilakukan terhadap
pejabat pemerintah. Panitia penyambutan tamu merupakan Panitia
atau oleh Pemerintahan desa. Biaya penyambutan tamu diperoleh
dari sumbangan masyarakat desa atau dari anggaran desa
c. Pada acara Melahirkan, Sunatan, Kawin, ada kebiasaan dari tamu-
tamu yang diundang memberi kado/sumbangan alakadarnya,
sebagai ungkapan kegembiraan dan rasa simpati kepada keluarga
yang menyelenggarakan acara.
d. Rukun kematian. Pada desa Sampel ada Perkumpulan / Rukun
Kematian yang pimpin oleh Penghulu, merupakan organisasi
masyarakat yang khusus untuk mengurus dan membantu keluarga
yang mengalami musibah kematian anggota keluarganya. Anggota
Rukun kematian adalah Rumah tangga/Kepala keluarga dan
mempunyai kewajiban besaran rupiah tertentu, sebagai sumbangan
wajib bila terjadi kematian. Selain sumbangan wajib, para tetangga
dan handai tolan68 memberi pula sumbangan
ala kadarnya baik berupa uang atau beras,gula, kopi, teh dan
sebagainya.
e. Perkumpulan sosial lain seperti, kelompok Yasinan ibu-ibu, Remaja
Mesjid, Pengurus Mesjid, dibentuk dalam rangka melakukan
kegiatan/syiar keagamaan sekaligus sebagai koordinasi kegiatan
pembinaan ajaran agama setiap anggotanya dan
penyelenggaraan/perayaan hari besar agama. Pembiayaan untuk
menyelenggarakan acara/kegiatannya diperoleh dari
sumbangan/yuran anggota.
f. Amal Zakat, merupakan kewajiban setiap keluarga/umat Islam yang
mampu dengan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk fakir
miskin dan janda yang berkekurangan.
g. Kesenian. Kesenian yang ada dimasyakat asli muslim antara lain:
musik Gambus, terbang/dikir, Batirik (menari), Bajapen. Musik
merupakan syiar Islam/ bernafaskan Islam yang dilakukan pada
acara-acara gembira (selain acara kematian).
h. Acara bersih desa. Acara ini dikaitkan dengan acara perayaan 1
Muharam setiap tahun. Dengan biaya merupakan sumbangan dan
yuran masyarakat desa.
i. Karang Taruna, organisasi pemuda di tingkat desa yang sementara
ini bergerak pada bidang olah raga.
j. Rukun Tetangga

Pada pelaksanaan acara adat kebiasaan tesebut di atas , diikuti oleh


orang banyak sekampung/sedesa baik mempunyai ikatan keluarga,
tetangga maupun orang lain yang bukan keluarga, bahkan oleh orang
dari desa tetangga/desa lain. Kekerabatan dan kebersamaan (gotong
royong) terlihat dalam pembiayaan maupun pelaksanaan dapat
digolongkansebagai modal pembangunan. Maksudnya ialah, adanya
kebersamaan/kegotong royongan dapat dimanfaatkan sebagai pelaksana
dan memelihara hasilpembangunan. Secara langsung apabila
69
dikemas secara apik dan terencana dapat dijadikan sebagai
komoditas pariwisata yang dapat mendatangkan pendapatan asli daerah
(PAD). Namun perlu diketahui dan dipahami, acara adat mati dan
keseniannya, baru boleh dilaksanakan bila benar-benar ada orang
meninggal dan tidak boleh sembarangan dilakukan, karena menyangkut
Hukum Adat (pamali).

Organisasi keagamaan seperti pengurus mesjid pada setiap desa,


selain mengorganisasi umat dalam memperdalam dan mengamalkan
ajaran agama, merupakan tempat yang cukup ideal untuk mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa, efektif untuk menyampaikan pesan-
pesan pembangunan.

Organisasi karang Taruna dan Rukun Tetangga (RT) yang


merupakan lembaga masyarakat yang semi pemerintah, sangat efektif
untuk menyampaikan pesan, pengawasan pelaksanaan dan
pemeliharaan pembangunan. Hal tersebut, mengingat organisasi yang
terstruktur dengan jelas dan mempunyai hubungan yang jelas dengan
pemerintahan, mempunyai hubungan yang terorganisir dengan
masyarakat secara keseluruhan.

3. Kelompok Masyarakat eks Transmigran.

Dari hasil penelitian pada desa Sampel (Purworeja) yang dihadiri oleh kepala
Desa dan 4 orang tokoh masyarakat, Desa Purworejo memrupakan desa eks
Satuan Pemukiman Transmigrasi (SP) sekitar tahun 1984 dan sekarang ini
sekitar 70 % penduduknya hidup dari hasil perkebunan sawit, dan sisanya
hidup dari Tani sawah tadah hujan, petani sayur, dan dagang. Dari identifikasi
Lembaga masyarakat yang ada di desa tersebut diperoleh hal-hal sebagai
berikut:

a. Gotong Royong . Gotong royong merupakan kegiatan


masyarkat yang dikordinir oleh70 Ketua RT di lingkungan
kewenanangannya. Pekerjaan yang di kerjakan adalah membersihkan
parit-parit jalan, membuat siring jalan di lingkungan RTnya dengan bahan
dan biaya diperoleh dari sumbangan warga secara suka rela.
b. Arisan, Arisan dilakukan sebagai salah satu cara mengumpulkan dana
yang cukup besar oleh para anggota kelompok arisan. Arisan yang pernah
dan sedang dilaksanakan adalah untuk: bahan bangunan, pelaksanaan
membangun rumah, sembako bahkan untuk hajatan (seperti sunatan,
kawinan).
c. Rukun Kematian. Rukun Kematian dibentuk oleh warga yagn dikoordinir
oleh Pengurus Mesjid. Setiap rumah tangga/Kepala keluarga ada
iuran/sumbangan wajib bulanan. Pada saat terjadi kematian, warga yang
melayat membawa uang, beras, gula, kopi, teh dan rempah-rempah alqa
kadarnya, sebagai tanda bela sungkawa sekaligus sebagai sumbangan
kepada keluaga yang berduka.
d. Acara Hajatan. Pada waktu acara hajatan (seperti, sunatan, kawinan), para
undangan memberi kado sebagai tanda turut bergembira atas sunatan dan
atau kawinan dari keluaerga yang bersangkutan. Sebelum pelaksanaan
acara biasanya, para tetangga, keluarga memberikan sumbangan untuk
biaya pesta, berupa barang atau uang.khusus bagi keluarga yang
mengikuti Arisan untuk hajatan, pada waktu pelaksanaan hajatan mereka
menyetorkan arisannya.
e. Lembaga keagamaan, seperti Pengurus Mesjid, Remaja Mesjid, Kelompok
Pengajian. Lembaga keagamaan dibentuk dalam rangka melakukan
kegiatan/syiar keagamaan sekaligus sebagai koordinasi kegiatan
pembinaan ajaran agama setiap anggotanya dan
penyelenggaraan/perayaan hari besar agama. Pembiayaan untuk
menyeleng-garakan acara/kegiatannya diperoleh dari sumbangan/yuran
anggota.
f. Amal Zakat,
merupakan71 kewajiban setiap keluarga/umat
Islam yang mampu dengan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
fakir miskin dan janda yang berkekurangan.
g. Kesenian. Kesenian yang ada dimasyakat eks Tranmigran adalah Reog
Ponorogo, Karawwitan, Kuda Lumping yang dilakukan pada acara-acara
gembira (selain acara kematian). dan yang diselenggarakan oleh
pemerintah.
h. Acara bersih desa. Acara ini diselenggarakan pada tiap-tiap tanggal 22 Juni
setiap tahun dengan biaya merupakan sumbangan dan iuran masyarakat
desa (Swadaya)
i. Karang Taruna, organisasi pemuda di tingkat desa ang sementara ini
bergerak pada bidang olah raga
j. PKK
k. Rukun Tetangga

Pada pelaksanaan acara adat kebiasaan tersebut di atas , diikuti oleh


orang banyak sekampung/sedesa baik mempunyai ikatan keluarga, tetangga
maupun orang lain yang bukan keluarga, bahkan oleh orang dari desa
tetangga/desa lain. Kekerabatan dan kebersamaan (gotong royong) terlihat
dalam pembiayaan maupun pelaksanaan dapat digolongkan sebagai modal
pembangunan. Maksudnya ialah, adanya kebersamaan/kegotong royongan
dapat dimanfaatkan sebagai pelaksana dan memelihara hasil pembangunan.
Secara langsung apabila dikemas secara apik dan terencana dapat dijadikan
sebagai komoditas pariwisata yang dapat mendatangkan pendapatan asli
daerah (PAD). Namun perlu diketahui dan dipahami, acara adat mati dan
keseniannya, baru boleh dilaksanakan bila benar-benar ada orang meninggal
dan tidak boleh sembarangan dilakukan, karena menyangkut Hukum Adat
(pamali).

Organisasi keagamaan seperti pengurus mesjid pada setiap desa,


selain mengorganisasi umat dalam memperdalam dan mengamalkan ajaran
agama, merupakan tempat yang cukup ideal untuk mempererat persatuan
dan kesatuan bangsa, efektif untuk72menyampaikan pesan-pesan
pembangunan.
Organisasi karang Taruna dan Rukun Tetangga (RT) yang merupakan
lembaga masyarakat yang semi pemerintah, sangat efektif untuk
menyampaikan pesan, pengawasan pelaksanaan dan pemeliharaan
pembangunan. Hal tersebut, mengingat organisasi yang terstruktur dengan
jelas dan mempunyai hubungan yang jelas dengan pemerintahan, mempunyai
hubungan yang terorganisir dengan masyarakat secara keseluruhan.

5.3. Kebijakan Pembangunan

BAB VI KESIMPULAN

1. Membuat iventarisasi dan identifikasi kelembagaan masyarakat yang dapat


menjadi patner pemerintah daerah dalam pembangunan.

2. Membuat analisis kelembagaan masyarakat yang dapat menjadi patner


pemerintah daerah dalam pembangunan.

3. Membuat rencana tindak (action plan) secara strategis baik secara


intensifikasi maupun ekstensifikasi

III. PENUTUP
Berdasarkan hal – hal sebagaimana tersebut diatas, maka arah
dan kebijakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terkait
pemberdayaan masyarakat73adat dapatlah ditarik suatu kesimpulan
:
1. Bahwa masyarakat Hukum Adat adalah suatu badan Hukum
(legal entity) yang memperoleh legalitas dan legitimasinya dari
sejarah dan peraturan perundang-undangan negara, baik
masyarakat hukum adat itu sendiri maupun adat istiadat serta
kebudayaan yang menjadi dasar pembentukannya tumbuh dan
berkembang secara dinamis dan perlu memperoleh kesempatan
untuk mengambil manfaat dari perkembangan kehidupan budaya
diluarnya, khususnya dalam konteks pembangunan manusia
(human development).
2. Bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang
tentunya termasuk warga masyarakat hukum adat wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang
dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis, dalam
melaksanakan pembatasan yang tercantum dalam undang-
undang tersebut, sesuai dengan hak untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan dari masyarakat hukum adat diupayakan
keikutsertaan dari lapisan kepemimpinan dari masyarakat hukum
adat yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
74
• Undang–Undang Dasar 1945.
• Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria.
• Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
• Undang-undang Nomor 24 tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
• Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
• Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
• BAHAR,Dr.Saafroedin
a. 2002, Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia, PT. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
b. 2004, Masih Ada Harapan: Posisi Sebuah Etnik Minoritas dalam
Hidup Berbangsa dan Bernegara, Yayasan Sepuluh Agustus,
Jakarta.
• KARTIKA,Sandra, dan Candra Gautama, Penyunting 1999, Menggugat
Posisi Masyarakat Adat terhadap Negara, Sekretariat Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Jakarta.
• BAMBA, John, “ Hak-hak Masyarakat Adat di Bidang Budaya”
• PIDE, SH., MH., Dr. Andi Suriyaman Mustari, “Eksistensi Yuridis dan
Realitas Sosial Hak Kolektif Masyarakat Hukum Adat atas Tanah Pasca
Undang-undang Pokok Agraria”
• RAMADHAN, Dr. Mochammad Isnaeni, ”Jaminan Konstitusional
terhadap Masyarakat Hukum Adat Pasca Perubahan Undang-Undang
Dasar 1945”
• SEDYAWATI, Prof. Dr. Edi, “Pelestarian Dinamais bagi Kebudayaan”
• SOEPRAPTO, Ph.D., Enny, “Instrumen Hukum Internasional Mengenai
Hak Minoritas dan Masyarakat Hukum Adat”
• SUMARDJONO, SH., MCL., MPA, Prof. Dr, Maria SW
a. “Kedudukan Hak Ulayat dan Pengaturannya dalam Berbagai
Peraturan Perundang-undangan”
b. “Kriteria Eksistensi Hak Ulayat”
• ZANIBAR M.Z, Dr. Zen, “Keputusan Arah Perlindungan yang Efektif
terhadap Hak Masyarakat Hukum Adat”.

75
ARAH DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TERKAIT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT
DAN HAK ASASI MANUSIA

Disampaikan oleh :
Kabag Hukum & Organisasi Setda Kabupaten Lamandau
Dalam Pelaksanaan Sosialisasi HAM Tingkat Kabupaten Lamandau
Tanggal 10 September 2007
di Aula Bappeda Kabupaten Lamandau

76

Anda mungkin juga menyukai