Menyetujui,
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun usulan kegiatan
Praktik Kerja Lapang yang berjudul “Pengelolaan Kebudayaan di Kota
Bogor Provinsi Jawa Barat”. Laporan Praktik Kerja Lapang ini merupakan
persyaratan wajib akademik yang harus dipenuhi sebagai syarat mengikuti
kegiatan Tugas Akhir Program Studi Ekowisata, Sekolah Vokasi, Institut
Pertanian Bogor.
Usulan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini terdiri dari latar belakang, tujuan,
manfaat, kondisi umum dan metode pengambilan data. Penulis berharap usulan
kegiatan mengenai Praktik Kerja Lapang ini dapat menjadi acuan dan
pertimbangan dalam melaksanakan praktik di lapang. Penulis juga berharap
semoga usulan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi akademisi, pihak Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor, pihak stakeholders kebudayaan di
Kota Bogor, serta masyarakat luas dan keilmuan khususnya dalam bidang
ekowisata.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
II. KONDISI UMUM 3
A. Letak dan Luas Kawasan 3
B. Sejarah Kawasan 4
C. Kondisi Fisik Kawasan 4
D. Kondisi Biotik Kawasan 5
E. Kondisi Masyarakat 6
F. Kondisi Kepariwisataan 6
G. Aksesibilitas 7
III. METODE PRAKTIK 8
A. Lokasi dan Waktu 8
B. Alat Praktikum 8
DAFTAR PUSTAKA 10
LAMPIRAN 11
i
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Persebaran jumlah sekolah, guru dan murid SD di Kota Bogor 6
2 Alat dan bahan 8
3 Jenis data Praktik Kerja Lapang 8
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Peta administrasi Kota Bogor 3
ii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106o 48’ Bujur Timur dan 6o
26’ Lintang Selatan. Kota Bogor memiliki kedudukan geografis di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Bogor serta berlokasi sangat dekat dengan Ibukota Negara DKI
Jakarta, hal tersebut menjadikan Kota Bogor memiliki potensi yang strategis bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk
industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Kota Bogor
mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari
permukaan laut.
B. Sejarah Kawasan
Kota Bogor memiliki kondisi fisik kawasan yang unik. Berbagai faktor yang
mempengaruhi kondisi fisik Kota Bogor berkaitan dengan kondisi lingkungannya.
Faktor-faktor tersebut adalah kondisi topografi dan geologi, iklim dan curah hujan,
serta hidrologi.
1. Topografi dan geologi
Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut.
Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya sebesar 26oC
dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor
adalah 21,8oC, paling sering terjadi pada bulan Desember dan Januari. Arah mata
5
angin dipengaruhi oleh Angin Muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi oleh
Angin Muson Barat.
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0-15% dan sebagian kecil
daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30%. Jenis tanah secara umum di
seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah
lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap
erosi. Kota Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga
sangat kaya akan hujan orografi.
2. Iklim dan curah hujan
Kondisi iklim di Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 25o - 27o C
dengan suhu terendah 18o - 22o C dan suhu tertinggi 33o - 36o C. Kota Bogor
memiliki kelembaban udara 80% dan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar
3.500-4.000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.
Kota Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat
kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap
air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Kota Bogor sehingga
uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan
di kota ini dalam setahun (70%) sehingga dijuluki “Kota Hujan”. Keunikan iklim
lokal ini dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan
Kota Bogor sebagai pusat penelitian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga
sekarang.
3. Hidrologi
Kota Bogor yang disebut sebagai Kota Hujan dialiri beberapa sungai yang
permukaan airnya jauh dibawah permukaan kota, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane,
Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum
Kota Bogor aman dari bahaya banjir. Secara hidrologis wilayah Kota Bogor terbagi
ke dalam 6 buah Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Cidurian, DAS
Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, Sub DAS Kali Bekasi, Sub DAS
Cipamingkis dan DAS Cibeet. Juga terdapat 32 jaringan irigasi pemerintah, 794
jaringan irigasi pedesaan, 93 situ dan 96 mata air.
E. Kondisi Masyarakat
Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2019 adalah sebanyak 1.048.610
jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi di Kota Bogor adalah di Kecamatan Bogor
tengah sebanyak 13.057 jiwa dan yang terendah terdapat di Kecamatan Bogor
Selatan sebanyak 6.543 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk pertahun dari 2018
sampai 2019 adalah sebesar 1,90%.
Kondisi pendidikan di Kota Bogor bagi anak-anak sudah berjalan dengan
baik dan memiliki sistem sesuai dengan standar yang diterapkan oleh pemerintah.
Persebaran fasilitas pedidikan di Kota Bogor sudah tersebar dengan baik mulai dari
tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak/preschool sampai tingkat perguruan
tinggi. Jumlah sekolah dasar (SD) di Kota Bogor pada tahun 2019/2020 adalah
sebanyak 273 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 104.518 jiwa dan jumlah
guru sebanyak 4.469 jiwa. Persebaran jumlah sekolah, guru dan murid Sekolah
Dasar (SD) di Kota Bogor pada tahun 2019/2020 adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Persebaran jumlah sekolah, guru dan murid SD di Kota Bogor
Sekolah
No Kecamatan Guru Murid
Negeri Swasta
1. Bogor selatan 38 12 760 19.005
2. Bogor timur 22 8 491 11.344
3. Bogor utara 36 5 619 14.938
4. Bogor tengah 34 7 654 15.493
5. Bogor barat 50 13 1.119 24.417
6. Tanah sereal 31 13 826 19.321
Total di Kota Bogor 211 62 4.469 104.518
F. Kondisi Kepariwisataan
Kota Bogor memiliki posisi geografis yang sangat strategis dan potensi
pariwisata sangat prospektif. Kemudahan akses pencapaian dari Ibukota Jakarta dan
Ibukota Propinsi (Bandung) membuat Kota Bogor sangat potensial sebagai
“counter magnet” atau magnet pemecah bagi kunjungan wisatawan ke Ibukota
Jakarta dan bahkan bagi kunjungan wisatawan ke Bandung. Keberadaan Istana
Presiden dan Kebun Raya yang memiliki koleki tanaman tropis serta peninggalan
situs-situs budaya sunda dan cagar budaya, serta potensi wisata alam dan olahraga
membawa Kota Bogor ke depan sangat potensial dikembangkan sebagai pusat
industri pariwisata di Jabodetabek.
Kota Bogor saat ini menjadikan Kebun Raya Bogor sebgai daya tarik utama
kepariwisataannya sehingga dijadikan sebagai ikon Kota Bogor. Kebun Raya
merupakan salah satu world heritage yang menarik banyak kunjungan wisatawan
baik lokal maupun mancanegara. Wisatawan pada umumnya datang untuk
7
G. Aksesibilitas
Kota Bogor memiliki akses yang cukup mudah dijangkau oleh masyarakat
baik dari Ibu Kota DKI Jakarta maupun dari Ibu Kota Provinsi Bandung. Kota
Bogor dapat di tempuh menggunakan motor, mobil, bus, kereta listrik
(commuterline) dan angkutan umum. Kota Bogor memiliki 2 terminal bus jika ingin
berpergian keluar kota yaitu Terminal Baranangsiang dan Terminal Bububulak.
Terminal Baranangsiang juga melayani perjalanan ke Bandara menggunakan
angkutan moda transportasi Damri. Masyarakat yang ingin berkunjung ke Kota
Bogor dengan menggunakan kereta listrik (commuterline) dapat dengan mudah
turun di stasiun terakhir yaitu Stasiun Bogor. Masyarakat yang ingin berpergian
mengelilingi Kota Bogor dapat menggunakan angkutan kota (angkot) yang dapat
mengantar ke berbagai daerah di Kota Bogor. Angkot di Kota Bogor memiliki 30
kode trayek dengan jurusan dan biaya yang bervariatif.
8
B. Alat Praktikum
C. Jenis Data
Jenis data yang diambil terdiri dari sumberdaya budaya dan pengelolaan
sumberdaya budaya. Data yang diambil dibagi menjadi dua, meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara observasi
langsung ke lapangan dan menyebarkan kuisioner kepada pengelola. Data sekunder
adalah data yang diperoleh melalui studi literatur yaitu buku, jurnal, dan internet.
Jenis data yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Jenis data Praktik Kerja Lapang
Metode
No Data Klasifikasi Jenis Data Sumber Data
Pengambilan Data
1. Sumberdaya 1. Bahasa Dinas Observasi,
budaya 2. Sistem ilmu pengetahuan Pariwisata dan wawancara, dan studi
3. Sistem peralatan hidup Kebudayaan, literatur
4. Kesenian tembang/lagu Organisasi
kebudayaan
2. Pengelolaan 1. Pengelolaan bahasa Dinas Observasi,
kebudayaan 2. Pengelolaan sistem ilmu Pariwisata dan wawancara, dan studi
pengetahuan Kebudayaan, literatur
9
Tabel Lanjutan
3. Pengelolaan sistem Organisasi
perlengkapan hidup Kebudayaan
4. Pengelolaan kesenian
tembang/lagu
1. Sumberdaya Budaya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
A. Karakteristik Pengelola
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jabatan :
Aspek
Unsur Kebudayaan Daftar Pertanyaan
Pengelolaan
Planning 1. Bahasa 1. Bagaimana cara pengelolaan sumberdaya
2. Sistem ilmu kebudayaan?
pengetahuan 2. Bagaimana perencanaan pengelolaan
3. Sistem peralatan kebudayaan di Kota Bogor?
hidup 3. Apakah sumberdaya kebudayaan dipersiapkan
4. Kesenian (Lagu) untuk menjadi sumberdaya wisata?
Organizing 1. Bahasa 1. Apakah setiap aspek budaya memiliki
2. Sistem ilmu penanggungjawab?
pengetahuan 2. Bidang atau organisasi/komunitas apa yang
3. Sistem peralatan paling berperan dalam mengelola aspek budaya
hidup tersebut?
4. Kesenian (Lagu) 3. Mengapa bagian atau bidang tersebut memiliki
peran penting dalam pengelolaan setiap aspek
budaya?
Actuating 1. Bahasa 1. Apa saja jenis sumberdaya budaya saat ini yang
2. Sistem ilmu sedang dikelola?
pengetahuan 2. Bagaimana pemetaan persebaran pengelola
3. Sistem peralatan kebudayaan di Kota Bogor saat ini?
hidup 3. Event apa saja yang dilakukan untuk mengelola
4. Kesenian (Lagu) dan melestarikan setiap aspek budaya?
Controlling 1. Bahasa 1. Apakah ada pengawasan yang dilakukan
2. Sistem ilmu pengelola/komunitas terhadap setiap aspek
pengetahuan budaya?
3. Sistem peralatan 2. Seperti apa bentuk pengawasan yang dilakukan?
hidup 3. Bagaimana pengawasan tersebut dilakukan?
4. Kesenian (Lagu) 4. Kapan pengawasan dilakukan?
5. Mengapa perlu dilakukan pengawasan?