Anda di halaman 1dari 188

Ilmu Manajemen

LArORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN STRA TEGIS NASIONAL
(Pengentasan Kemiskinan)

MODEL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS


UNTUK PENGEMEANGAN USAHA MIKRO
(Studi Pada Scntra lndustri di Kcta Bandung)

Oleh:
1. Maya Sari, SE, .MM
2. Dr. Ikaputera Waspada, l\1M
3. Chairul Furqan, S.Sos. MM

Dibiayai oleh DIP A lJPI sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
Strategi Nasional Bacth I, dengan SK Rektor UPI Nomor: 1145/HMJPL/2009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009

LAMPIRANl
L . :JB(~B
I - ;zo11

Ilmu ~forinjcm.en

LAPORAN AKHIR
PENELITJAN UNGGllLAN STRATEGIS NASIO~AL
(Pengcntasan Kcmiskinan)

MODEL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS


UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO
(Studi Pada Sentra Industri di Kota Bandung)

Oleh:
1. Maya Sari, SE, MM
2. Ur. Ikaputera Waspada, .MM
3. Chairul Furqan, S.Sos. l\1M

Dibiayai oleh DIP A UPI sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
Stratcgi Nasional Bacth I, dengan SK R.ektor UPI Nemor: 1145/HM/PLn.009

PROGRAM STUD I MANAJEMEN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009

LAMPlRAN 1
(
. \
.
LEMBAR PENGESAHAN

I. Judul Penelitian : Model Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Komunitas


Untuk Pengembangan Usaha Mikro
(Studi pada Sentra Industri di Kota Bandung)
2. Ketua Penelitian
a. Narna Lengkap : .Maya Sari, SE, MM
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIP : 132 300 403
d. Jabatan Struktural
e. Jabatan Fungsional : Lektor
f. Fakultas/Jnrusan : Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis/Manajemcn
g. Pusat Penelitian : LP UPI
h. Alam at : Jalan Setiabudhi No.229 Bandung
i. Telepon/Faks : 022-2013163 pesawat 2520
J. Alamat Rumah : JI. Kolonel Masturi Permata Sukajaya B-A3 Lembang
k. Telepon/Faks/Email : 0812234 797 5/maya_lutan@yahoo.com
3. Jangka Waktu Penelitian : 11 bulan
4. Pembiayaan
a. Jumlah pembiayaan yang disetujui ke DIK.TI : Rp.90.000.000
b. Jumlah pembiayaan dari sumber pernbiayaan lain : (Tidak Ada)

Bandung, November 2009

didikan Ekonomi dan Bisnis Ketua Peneliti,

Maya Sari, SE, l\1M


NIP. 132 300 403
Il. IDENTITAS PENELITIAN

1. JudulPenelitian : Model Lembaga Keuangnn Mikro Berbasis


Komunitas Untuk Pengembangan Usaha Mikro
(Studi pada Sentra lndus1tri di Kota Bandung)

2. Kerua Peneliti
Nama Lengkap : Maya Sari, SE, MM
Bidang Keahlian : Manajemen Keuangan
Jabatan Struktural
Jabatan Fungsional : Lektor
UnitKerja : Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis/
Program Studi Manajemen
Alamat Surat : Gedung FPIPS Barn, Jl.Setiabudhi No.229 Bandung
Telepon/Faks : 022-2013163 ext 2520
E-mail : maya_lutan@yahoo.com

3. Tim Peneliti

No. Nama dan Gelar Akademlk Bidane Keahlian Instansi AlokRsilwaktu


I. Dr. Ikaputera Waspada, MM Keuangan UPI-FPEB 36 jam/minggu
2. Chairul Furqan, S. Sos. :tviM: Operasional UPI-FPEB 36 jam/minggu

4. Objek Peneliian :Industri Kecil dan Menengah di Kota Bandung

5. Masa Pelaksanaan Penelitian


Mulai : Januari 2009
Berakhir : Desember 2009

6. Anggaran yang Diusulkan


Tahun Pertama : Rp.100.000.000

7. Lokasi Penelitian : Kota Bandung

8. Rasil yang ][)itargtetkan : Model Lembaga Keuangan Berbasis Komunitas

9. Institusi Laiin yang Terlibat : Dinas Perindustrian, Perdagangan, clan KUK.lvfc

10. Hal Lain yang Dianggap P1erlu


RINGKASAN

Peneliti : Mayasari, S.E .. MM .. Dr. lkaputera Waspada. MM. Chairul Furqon.


S.Sos.,MM., Program Studi Manajernen, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI. JI. Dr. Setiabudhi No. 229. Bandun«, Telepon O~~·-:'.OIO•n•. eunil :
1naya_Jutan@yahoo.com

Perkembangan penyedia kredit mikro menunjukan peningkatan, mulai dari


BRI yang diatur oleh UU Perbankan sampai ke bcntuk koperasi, bank kredit desa,
pemberi dana, dan penggadaian. Meskipun surnber-sumber pendanaan rnikro terus
rneningkat, akan tetapi keterbatasan modal masih menjadi kendala terbesar yang
dihadapi oleh sektor UMK sebagairnana telah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut
salah satunya disebabkan oleh kesulitan UMK untuk mengakses modal dari
sumber ekstemal. Disatu sisi rendahnya akses UMK tcrhadap sumber lernbaga
perbankan formal disebabkan oleh sifot UMK yang mikro dengan modal kecil.
tidak berbadan hukum dan manajemen yang sebagian masih tradisional sehingga
UMK dipandang tidak bankable. Scdangkan disisi lain sebagaimana hasil
penelitian PT Bank Danamon Tbk menunjukan bahwa mayoritas pengusaha
mikro dan kecil yang menjadi responden penelitian menilai bahwa Bank terlalu
rumit dan menakutkan dengan berbagai persyaratan dan proses untuk meminjam
uang,
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model pengelolaan LKM
berbasis kornunitas yang memiliki dua pendekatan yaitujasa pembiayaan dan jasa
manajemen. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada sentra-senrra
industri yang ada di Kota Bandung. Lingkup penelitian mencakup tahapan
pene1itian murni dan penelitian partisipatoris. Sampel penelitian dipilih secara
purposive.
Hasil penenelitian menunjukkan bahwa LKM memiliki potensi yaitu (I)
berada dekat dengan rnasyarakat, (2) prosedur yang sederhana, (3) dukungan
pemerintah yang terus meningkat dan (5) sistem pembayaran yang fleksibel,
Sedangkan kelemahan yang diharapi LKM yaitu (I) pengelolaan yang bclum
professional, (2)partisipasi anggota untuk menabungmasih rendah dan (3)kinerja
keuangan yang relalatif belum cfisien dan (5) kredit macet
Untuk meningkatkan mobilisasi dana dari masyarakat, malka koperasi harus
mcmberikan jaminan, kepastian dan bunga yang menarik kcpada anggota rnaupun
calon anggota yang menyimpan dananya di kopcrasi, olch karena itu koperasi
wajib membentuk suatu dana stabilisasi, sebaliknya untuk rnenekan resiko kredit
macet, model proteksi terhadap kredit yang diberikan oleh asuransi juga dapat
diterapkan, sebagaimana yang sudah banyak dilakukan oleh perbankan, Selain
dengan menjalin kernitraan dengan perusahaan asuransi, usaha untuk menurunkan
kredit macet dapat dilakukan oleh LKM mempcrketat seleksi pernberian kredit
berdasarkan estirnasi kemampuan anggota, dan memperbaiki prosedur
pengumpulan kredit.

iii
SUMMARY

Researcher : Mayasari. SE .. M\t'., Dr. lkaputera Waspada, MM. Chairu! F11rqn11.


S.Sos.,1\iJ.\t., 1Hmwge111ellf Program, Faculty (f Economics Education and Business
UPJ, JI. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung, Telephone 02]-2010913. email :
maya _lutan@yahoo.com

The development cf micro credit services seems to be raised.from the BRl


bank to cooperation, rural credit banks, investors, and mortgager. Although
micro funding is currently rising, the limitations of capital still become a major
barrier facing the UMK as stated earlier. This is because the limitation of UAfK
for accessing capital from externals sources. Otherwise, the leak of access to the
formal banking resources related to tile small capital involved and also doesn ·1
have law body and some still use traditional managements. It is why UMK is not
bankable. On the other hand, PT bank Danamon research results show that most
micro and small business as a respondent stated that bank is too complicated and
unfriendly with various term in loan funding.

The aim of this research is to develop a community based LKAf model that
has two main approach, funding and management services. Case study is used to
the industry centre in Bandung city. Scopes of this research are pure research
stages and participatory research. Research sample choose by purposive.

The result of the research shows that LKAf has several potencies that are
(1) near to the society, (2) simple procedures (3) progressive government back up,
and (4) flexible paying systems. Several limitation facing by LKM are (1) less
professional of management, (2) leak of saving awareness by the member, (3)
finance performance relatively inefficient, and (5) dead credit.

To increase fund mobilization from communities, cooperation should give


insurances, confidence, and fascinating interest to the member or to tire one to be
a member. Tims, cooperation should profile a stabilization funding. On the other
hand to depressed credit risk, protection model to the insurance company is also
applicable as the banking had already did so. As include partnership building to
the insurance company, attempting to lowered dead credit can be done by the
LKM with tightened the credit application base on member ability estimation, and
wfth credit procedure renovations.

iv
PRAKATA

Sektor UMK memiliki potcnsi yang besar atas kekuatan domestik yang jika
dikelola dan dikembaugkau deugan baik. Adapun kesulitan terbcsar yang dihadapi
sektor uiviK acaian icercroatasan mooai usana yang aim11ik1 dan kesutitan untuk
mcmasarkan produk yang dihasilkan. Perkernbangan penyedia kredit mikro
menunjukan peningkatan, tetapi UMK sulit untuk mengakses modal dari sumber
ekstcmal. Hal ini disebabkan olch sifat UMK yang mikro dengan modal kecil,
tidak berbadan hukum dan manajernen yang sebagian masih tradisional sehingga
UMK dipandang tidak bankable, terutama dikaitkan dengan ketentuan prudential
banking yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kondisi ini menyebabkan lcmbaga
keuangan informal yang kemudian disebut sebagai Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) menjadi sumber pendanaan altematif bagi UMK untuk memenuhi
kebutuhan modalnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu model
pengelolaan Iembaga keuangan mikro berbasis komunitas yang rnenggunakan dua
pendekatan yaitu jasa pembiayaan dan jasa manajemen atau pendampingan.
Model pengelolaan LKM yang dilakukan meliputi model pengelolaan LKM
sebagai suatu institusi bisnis dan model pendampingan untuk masyarakat binaan
yang dapat dilakukan olch LKM.
Pada kesempatan ini, tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada sernua
pihak yang telah memberikan kesempatan, bantuan dan kemudahan sehingga
terlaksananya penelitian dan tersclesaikannya Japoran ini.

Bandung, Nopernber 2009

Tim Peneliti

v
DAFTAR ISi
-
LEM BAR PENGESAHAN i
IDENTITAS PENELITI ii
RINGKAS:\N iii
SU1vl1v1ARY iv
l'l<.Ai<,.ATA v
DAFT AR ISi vi
DAFTAR TABEL viii
DAFf AR GAMBAR ix
DAf'TAR GAMBAR ix

BAB I PENDAHULtJAN I
1 .1 La tar Belakang l
1.2 Identifikasi Masalah 8

BAH II 'flN.TAUAN PUSTAKA IO


2.1 Strategi Pengentasan Kem iskinan I0
2.2 Usaha Mikro 12
2.3 Kredit Mikro 15
2.4 Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 16
2.4.1 Struktur Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia 13
2.5 Pola Pembiayaan Usaha 20
2.6 Kinerja Lembaga Keuangan Micro 25
2. 7 Peran Lembaga Keuangan Untuk Pengernbangan Usaha
Mikro dan Kecil 26
2.8 Pola Pendekatan dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah 30
2.9 Kerangka Penelitian 33

BAB III 1rUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 38


3.1 Tujuan Penelitian 38
3.2 Manfaat Penelitian 38

BAB IV r~T(JiDE PENELITIAN 40


4.1Jenis dan Metode Penelitian 40
4.2 Operasionalisasl Variabel 41
4.3 Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data 43
4.4 Populasi dan Sampel 44
4.5 Roadmap Penelitian 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 47


5.1 Profit Usaha Mikro, Kccil dan Mcncngah di Kota Bandung 47
5.1.1 Sentra Sepatu dan Olahan Kulit Cibaduyut.. 53
5.1.2 Sentra Kaos Suci 59
5.1.3 Sentra Tekstil Cigondewah 64

vi
5.1.4 Sentra Keramik Kiara Condong 68
5.1.5 Sentra lndustri Boneka Sukarnulya dan Holis 72
5.1.6 Sentra Rajut Binong Jati. 78
5.1. 7 Sentra lndustri Tahu Cibuntu 83
5.1.8 Sentra Barang Bekas Jatayu 8Q
5.1.9 Potensi dan Kclemahan UIGv·I Sentra-sentra industri Kota
Bandung 9i

5.2 Potensi dan Pennasalahan yang dihadapi Lembaga Keuangan


Mikro (LKM) 94
5.2.1 Koperasi Persepatuan Bandung Kota (KPBK) 94
5.2.2 Koperasi Bina Scjahtera 104
5.2.3 Koperasi Mekar Jaya 111
5.2.4 Koperasi Pedagang Pasar Harapan Jaya 118
5.2.5 Koperasi Scrba Usaha (KSU) Bina Warga 124
5 .2.6 Potensi dan Kelcmahan Lkm 128

5.3 Pengembangan Model Pengelolaan LKM berbasis Komunitasl30


5.3.1 Model Pengelolaan Kredit Mikro yang Berkernbang di
Masyarakat 130
5.3.2 Pengernbangan Model Pcngelolaan LKM Bcrbasis
Komunitas 147

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 150


6. 1 Kesimpulan 150
6.2 Saran 151

DAFf AR PUSTAKA 153

LAMPIRAJ'i

vii
DAFTAR TABEL

Tabel I. I Kesulitan yang dihadapi Ul\1K 2

label 1.L Lembaga Keuangan Semi Formal di Indonesia Tahun 2007 3

Tabel 1.3 Sumber Pennodalan UMK 5

Tabet 2.1 Karakteristik Usaha Mikro 14

Tabet 2.2 Kriteria dasar Program Kredit Mikro 15

Tabel 2.3 Perbedaan Lending Model Konvensional VS Lending Model Usaha


Mikro 21

Tabcl 2.4 Jcnis-Jenis Jasa Finansial yang dibutuhkan oleh rnasing-masing


Segmen Usaha Mikro 22

Tabel 2.5 Tipe Pernbiayaan oleh Lembaga Keuangan Mikro 23

Tabet 4.1 Operasionalisasi Variabel 41

Tabel 4.2 Tahapan Kegiatan, Rincian Kegiatan, Keluaran dan Indikator


Capaian 46

Tabel 5. I. Kondisi lndustri dan Perdagangan Kata Bandung : 48

Tabet 5.2 Potensi Sentra industri Cibaduyut. 58

Tabet 5.3 Potensi Sentra industri Suci 63

Tabet 5.4. Potensi Sentra industri Rajut Binong Jati 82

Tabet 5.5 Potensi Sentra industri Tahu Cibuntu 88

Tabel 5.6 Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan CDC PT Telkom. Thk ... 141

Tabet 5.7 Penyaluran Dana Program Kemitraan Per sektor Industri 142

vm
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Financial Service in the Poverty Alleviation Toolbox 28


l ·:~d-:-'h:~·· :1 ' Pn:
- :-.u~n· !0n .P..:.p,.-ti~·
·-··-·.- ·-· -
i0n . . . .. - - - •! :~
Garnbar 5.1 Keadaan di Sentra lndustri Sepatu Cibaduyut 58
Gambar 5.2 Keadaan di Sentra Industri Kaos Suci 62
Gambar 5.3 Keadaan di Sentra Industri Sepatu Cigondewah 67
Garnbar 5.4 Keadaan di Sentra lndustri Keramik Kiara Condong 70
Gambar 5.5 Keadaan di Sentra Industri Boneka Sukamulya 73
Gambar 5.6 Keadaan di Sentra lndustri Boneka Holis 77
Gambar 5.7 Keadaan di Scntra Industri Rajut Binong Jati RI
Gambar 5.8 Proses Pembuatan Tahu Cibuntu 85
Gambar 5.9 Suasana Pabrik Pembuatan Tahu Cibuntu 86
Gambar 5.10 Suasana Sentra Industi Jatayu 90
Gambar 5.12 Pelayanan diKPBK 97
Garn bar 5.13 Gedung Koperasi Bina Scjahtera I 05
Garn bar 5.14 Gedung Koperasi Mekar Jaya I 13
Gambar 5.15 Alur dana pinjaman lembaga keuangan berbasis komunitas 131
Gambar 5.16 Model LKtvl Hasil Penelitian 1.. 148
Garn bar 5.17 Model LKM Hasil Penelitian 149

ix
BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Bclakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menjadi krisis multidimensional telah

menyebabkan mcningkatnya jumlah pcnduduk miskin di Indonesia. Upaya

menurunkan angka kerniskinan dilakukan pemcrintah salah satunya melalui

strategi pcngembangan dan pemberdayaan usaha masyarakat terutama Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang meliputi pendanaan dan

pendampingan. Berdasarkan data indikator makro Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan UMK mampu menciptakan 49.8

juta UMK atau 99,9 % tcrhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah

tenaga kerjanya mencapai 91.8 juta atau 97.3 % terhadap seluruh tenaga kerja

Indonesia. Kinerja UMK juga terus meningkat dengan kontribusi yang diberikan

sebesar 53.6% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun

2007, angka ini meningkat 6.3% dibandingkan dengan tahun sebe]umnya.

(www.kompas.com), Perkernbangan sektor UMK yang demikian menyiratkan

terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik yang jika dikelola dan

dikembangkan dengan baik akan dapat mewujudkan usaha menengah yang

tangguh.

Besamya potensi yang dimiliki, tidak berarti sektor UMK bebas dari

kendala, data BPS tahun 2007 menyatakan bahwa sekitar 48.50% UMK
2

mengalami kesulitan yang menyebabkannya sulit untuk berkembang. Tabet 1.1

berikut ini kesulitan-kesulitan yang dominan pada sektor UMK.

Tabcl 1.1 Kcsulitan yang dihadapi UMK


-------·· ... " --·------- -· . . ·-----.---
I .TP.n ii:: K f'q1litrin 1

1. Kcsulitan modal 35.71%


2. Pemasaran 34.76%
3. Bahan-bahan 10,75%
4. Lainnya 9.83%
5. BBM/Energi 4.07%
6. Transportasi 2.78%
7. Keterampilan 1.22%
8. Upah buruh 0.87%
Sumber: Data BPS terolah (2007)

Data pada tabel 1.1 mcnunjukkan bahwa kesulitan terbesar yang dihadapi

scktor UMK adalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki (35,71%), dan diikuti

oleh kesulitan untuk memasarkan produk yang dihasilkan (34.76%). Data pada

tahun-tahun sebelumnya mcnunjukkan hal yang sama dimana kesulitan terbesar

yang dialami oleh sektor UMK adalah keterbatasan permodalan.

Perkembangan penyedia kredit mikro menunjukan pcningkatan, mulal dari

BRI yang diatur oleh UU Perbankan sampai kc bentuk koperasi, bank kredit desa,

pemberi dana, dan penggadaian. Divisi Unit dari Bank Rakyat Indonesia

(dinamakan Bank BRI di 2004} memiliki total 3.44 juta peminjam mikro pada

program pembiayaan "KUPEDES" dengan total pencairan dana per Desember

2006 sebcsar Rp.27.3triliun (USO 2.73milyar). Dari berbagai sumber pendanaan,

pernbiayaan ini didanai oleh lebih dari 30 juta penabung dengan total tabungan
3

sebesar Rp.38.68triliun (USD3.87milyar) pada rekening SIMPEDES dengan rata-

rata pinjaman mikro sekitar Rp 7.93juta (USD 793) per peminjam BTU Unit

merniliki pinjaman tanpa jarninan dengan maksirnum pendanaan sebesar Rp 5 juta


• ' • • ~ t .... ,. .... •• ' ... ••·. ' ! - - ' - • - • • •
\l\.11'!-l;.IU'.t u.::::u .>v·J; ucngau urar.suuuru jUtlgK~ \\UKLU.:.. lUJIUll.

Bank Danamon Indonesia (bank swasta) juga mengoperasikan divisi khusus

untuk kredit mikro, yaitu Danamon Simpan Pinjam melayani total 400.000

peminjam mikro dengan total pencairan dana Rp.8.6triliun (USD 860 juta) di

2007 dengan rata-rata besaran pinjaman mikro Oanamon Simpan Pinjam adalah

Rp 21.Sjuta (USO 2150) per peminjam .. Oanamon Simpan Pinjam merniliki juga

pinjarnan tanpa jaminan dengan maksimum pendanaan sampai dengan Rp 20 juta

(USO 2.000) (Laporan Industri Keuangan Mikro Indonesia 2009)

Sedangkan perkembangan perkembangan Lembaga Keuangan non Bank di.

keuangan mikro di Indonesia pada tahun 2007. dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabet 1.2 Lembaga Keuangan Semi Formal.di Indonesia Tahun 2007

Koperasi
480
Simpan Pinjam 1.598 325.27 878.379 1.154,8
326
(KSP)
Unit Simpan
2 Pin jam 36.485 1.454 10524908 13.495 4.987.793
(USP)
3 LDKP 2.272 334 Na 358 1.300.000
·-
Koperasi
4
Syariah
3.038 209 Na 157 1.200.000
Koperasi Kredit
5 1.146 188.01 290.000 505.73 400.000
danLSM

Sumber : Laporan Industri Keuangan Mikro Indonesia 2009


4

Meskipun sumber-sumber pcndanaan mikro terns mcningkat, akan tetapi

keterbatasan modal masih menjadi kendala terbesar yang dihadapi oleh sektor

UMK sebagaimana relah dijelaskan sebelumnya. Hal tersebut salah satunya

Data BPS tahun 2007 menyebutkan bahwa 84.45% pelaku UMK dalam

menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri, dan hanya 15.55% yang

bersumber dari dana eksternal. Dari sumber yang sama diketahui bahwa

pendanaan eksternal yang berasal dari perbankan formal hanya 26.93% sedangkan

sisanya dari sumber pendanaan lain. Sedangkan hingga tahun 2008 terdapat

sekitar 50 juta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), namun baru 18 juta

yang yang memperoleh fasilitas dan akses layanan perbankan. Kurang Iebih I 0

sampai 15 juta wirausaha memperoleh pembiayaan usaha berasal dari tengkulak

dan kerabat/keluarga,

Disatu sisi rendahnya akses UMK terhadap sumber lembaga perbankan

formal disebabkan oleh sifat UMK yang mikro dengan modal kecil, tidak

berbadan hukum dan manajernen yang sebagian rnasih tradisional sehingga UMK

dipandang tidak bankable, terutama dikaitkan dengan ketentuan prudential

banking yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan disisi Jain sebagaimana

hasil penelitian JYf Bank Danamon Tbk menunjukan bahwa mayoritas pengusaha

mikro dan kecil yang menjadi responden penelitian menilai bahwa Bank terlalu

rumit dan menakutkan dengan berbagai persyaratan dan proses untuk meminjam

uang, selain itu mereka tidak mempunyai waktu untuk datang ke bank karena

hams menunggu toko atau kiosnya. Mereka rnembutuhkan suatu layanan dan
5

persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, serta kenyamanan

transaksi yang dapat dilakukan di tern pat usaha mereka.

(http://www.danamon.co.id, dlakses tanggal I November 1009)


. ' .
Koiuiisi iui :111:11; ebabkau 1t:11iuui:;J. '';;..:;.wi:,an inronnai ) aug ; • eruuuiun

discbut sebagai Lcrnbaga Keuangan Mikro (LKM) mcnjadi sumber pcndanaan

altematif bagi UMK untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Lembaga Keuangan

Mikro (micro finance) rnerupakan salah satu industri kcuangan yang turnbuh pesat

dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Lembaga ini tclah mcnjadi bagian dari

program pembangunan yang menyalurkan kredit bersubsidi sejak era tahun 60-an

untuk menunjang pembangunan pertanian. penanggulangan kelaparan dan

kemiskinan di wilayah pedesaan khususnya di Negara-negara berkembang, Kini

Lembaga Keuangan Mikro telah menjadi suatu sistem intermediasi keuangan

yang terintegrasi dengan sektor keuangan modem, LKM merupakan jawaban

dalam mengatasi keterbatasan akses masyarakat miskin terhadap sumber-sumber

permodalan perbankan rnelalui intervensi keuangan yang dilakukannya.

Tabcl 1.3 Sumber Pcrmodalan UMK


Somber Modal %
Modal Sendiri 84.45 %
Modal Pihak Lain 15.55 %
Total 100 %
Somber Modal Pihak Lain
Bank 26.93 %
Koperasi 7.87%
Lernbaga Keuangan Bukan Bank 6.31 %
Modal Ventura 0.95%
Perorangan 27.09%
Keluarga 18.30%
Lain-Lain 17.83 %
Sumber: Data BPS terolah (2007)
6

Melalui intervensi yang dilakukan, LKM mampu untuk (1) menutup

kebutuhan keuangan karena adanya gap antara pendapatan dan pengeluaran yang

disebabkan oleh faktor musin atau siklus upahan ilncome smoothing). (2)

iviengaiasi aiiran kas (ieijadi kesenjangan anrara axuva iancar can pasiva iancar

yang terutama bagi usaha mikro yang menerapkan sistem pembayaran kredit atau

karena ada kcbutuhan strategis misalnya untuk memenuhi kontrak bisnis yang

bersifat sesaat (Cash flow injection), (3) Merupakan asistensi keuangan untuk

mengatasi kebutuhan mendadak karena adanya musibah keluarga, sakit dan

bencana alam, kehilangan pekerjaan, biaya pendidikan dan kebutuhan jangka

pendck lainnya karena umumnya masyarakat miskin tidak mcmiliki tabungan atau

asuransi (Emergency relief). dan (4) Menyediakan dana yang bersifat jangka

panjang untuk membeli aktiva tetap (peralatan rumah tangga), kendaraan, hewan

temak, properti , dan lain-lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau dapat

dikonversikan kembali menjadi uan (Asset building).

Selain itu adanya akses yang tetap pada lembaga keuangan (mikro),

menjadikan kelompok UMM tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kernarnpuan

pembiayaannya sendiri yang sangat terbatas atau pada kelembagaan keuangan

informal (rentenir, tengkulak, pelepas uang) yang membebani kelompok miskin

dengan biaya modal yang irrasional.

Meskipun perturnbuhan jumlah Lembaga Keuangan Mikro menunjukan

peningkatan yang cukup signifikan, akan tetapi peningkatan jumlah LKM yang

ada tidak diikuti dengan peningkatan kinerjanya. Martowijoyo dalam Ahari

(2006) menjelaskan lemahnya kinerja LKM dapat dilihat dari tiga aspek yaitu ( 1)
7

rendahnya tingkat pelunasan kredit, (2) rendahnya moralitas pelaksana serta (3)

rendahnya tingkat mobilisasi dana masyarakat. Kelemahan-kelemahan tersebut

membawa pada konsekuensi tidak berlanjutnya (unsustainable) lembaga

r~t:U::tllg~1t yang UitJtrHllli. sereiaii program berakrnr. i•,.QTIQJSi HOaK berianjutnya

lembaga keuangan menyebabkan kelompok usaha mikro kembali kekurangan

modal. Survey lain juga mengungkapkan bahwa daya jangkau LKM ke

masyarakat miskin masih rendah. Sekitar 50 persen rumah tangga kemungkinan

kekurangan akses yang efektif terhadap kredit mikro, dan hanya kurang dari 40

persen memiliki rekening tabungan. Angka ini menjadi lebih rendah untuk daerah

pedesaan.

Perkembangan LKM pada dasarnya mengikuti perkembangan aktifltas

usaha para pelaku UMK, semakin tinggi nilai tambah yang dihasilkan UMK maka

kebutuhan akan pembiayaan bagi UMK semakin besar juga dam pada akhimya

pasar usaha LKM menjadi semakin terbuka luas. Sehingga untuk menjadi LKM

yang kuat perlu menyeimbangkan pendekatan jasa pembiayaan dan pendekatan

jasa manajemen yang diberikan oleh LKM tersebut bagi pelaku UMK. Jasa

manajemen sangat diperlukan, dalam rangka membantu pengembangan sektor riil

khususnya pelaku UMK.

Berdasarkan uraian di atas melalui penelitian ini akan dikembangkan suatu

model pengelolaan lembaga keuangan mikro berbasis komunitas yang

menggunakan dua pendekatan yaitu jasa pernbiayaan dan jasa manajemen atau

pendampingan. Model LKfvl berbasis komunitas yang dikembangkan pada intinya

adalah lcmbaga kcuangan yang bcrtumpu pada kondisi seternpat dan pada
8

kemampuan sendiri. LKM ini akan mendorong akumulasi modal masyarakat

melalui tabungan yang kemudian akan digunakan untuk mendorong kegiatan

iuvestasi dari anggota kornunitas yang membutuhkan. Model pengelolaan LKM

dan model pendampingan untuk masyarakat binaan yang dapat dilakukan olch

LKM.

Model pengelolaan LKM yang dikembangkan diharapkan mampu

menghasilkan suatu LKM yang mandiri yang dikelola secara profcsional. LKl\1

yang mampu menekan tingkat kredit macet, mampu meningkatkan kernampuan

mobilisasi dana masyarakat, dan mampu meningkatkan integritas pengelola.

Sedangkan model pendampingan yang dikembangkan diharapkan mampu

meningkatkan kapabilitas pengelola dalan menjalankan fungsi asistansi non

keuangan.

1.2 ldentifikasi Masahith

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka paella penelitian ini akan

dikembangkan model pengelolaan LK.M berbasis komunitas yang memiliki dua

pendekatan yaitu jasa pembiayaan dan jasa manajemen, dengan lingkup penelitian

yang dibatasi dengan pemmusan rnasalah scbagai berikut:

1. Bagairnana gambaran potensi dan permasalahan yang dihadapi Usaha Mikro di

Sentra-sentra industri Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran potensi dan pcrmasalah yang dihadapi Lembaga

Keuangan Mikro di Sentra-sentra industri Kota Bandung Kata Bandung?


9

3. Bagaimana pengembangan model pengelolaan keuangan pda LKM berhasis

komunitas Sentra-sentra industri Kota Bandung?


BABII

TIN.JAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Pengentasan Kemiskinan

Pada awalnya, kemiskinan selalu dikaitkan dengan faktor ekonomis, yang

dinyatakan dalam ukuran tingkat pendapatan (income) a tau tingkat konsumsi

individu atau komunitas, Lernbaga donor internasional seperti Bank Dunia atau

Bank Pembangunan Asia (ADB), pada periode sebelumnya menggunakan tingkat

pendapatan I dolar AS per hari sebagai batas kemiskinan (proverty line).

Sementara itu di negara-negara berkembang, kemiskinan diukur dengan tingkat

pemenuhan kebutuhan dasar, yang dinyatakan dalam ukuran kebutuhan hidup

minimum atau kebutuhan kalori.

Perbedaan pandangan tersebut di atas berimplikasi pada pendekatan yang

digunakan untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Sepcrti banyak

diterapkan di negara-negara berkcmbang umumnya, upaya pengentasan

kemiskinan dilakukan dcngan pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan

ckonomi. Sebagian pengarnbil keputusan mernandang pertumbuhan output

nasional dan regional yang dinyatakan dalam pendapatan perkapita atau GNP

dapat mendorong kegiatan ekonomi lainnya (multiplier effect), yang pada

gilirannya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan peluang berusaha.

Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa pernyataan tersebut di atas tidak

sepcnuhnya benar, penlngkatan produk domestik bruto (GNP) tidak dcngan

sendirinya membawa peningkatan standar hidup masyarakat secara keseluruhan

tO
11

maupun individu. Ada dua alasan mcngapa hal tersebut tidak berlaku. Pcrtarna,

umumnya pertumhuhan penduduk di negara-negara berkernbang lebih besar dari

pada pertumbuhan ekonomi sehingga secara komparatif tidak mernberikan

struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin membuat output

pertumbuhan tcrscbut tidak tcrdistribusi secara merata mengatasi dan mercduksi

jumlah penduduk miskin di Indonesia.

Teori trickle down effect yang mendasari kebijakan di atas tidak berlaku

sepenuhnya. Kemakmuran tersebut umumnya hanya akan dinikmati oleh lapisan

masyarakat tertentu yang secara komparatif memiliki pengetahuan, ketrarnpilan,

dan daya saing yang lebih baik. Sementara masyarakat yang benar-benar miskin

dan mengalami apa yang disebut kemiskinan absolut jarang mengenyam hasil

pembangunan tersebut, bahkan sering pembangunan justru membuat mereka

mengalami marginalisasi yang lebih parah, baik fisik maupun sosial.

Gagal dengan pendekatan trickle down effect tersebut, upaya pengentasan

kemiskinan selanjutnya oleh pemerintah diarahkan dengan pola bantuan langsung,

tctapi program ini memunculkan implikasi baru. Pada satu sisi bantuan tersebut

memang dapat efektif mencapai sasaran, tapi pada sisi lain input ekstemal tanpa

adanya perkuatan sosial (social strengthening) sering menimbulkan

ketergantungan dan mematikan kreasi dan inovasi masyarakat. Sehingga, program

dengan pola bantuan langsung tersebut gaga) dalam mengatasi dan mercduksi

jumlah penduduk miskin di Indonesia.


12

Untuk lebih memfokuskan tujuan penanggulangan kemiskinan maka data

penduduk miskin dikelompokkan dalam

(a) l Icia lehih dari 55 tahun (aging /">•w). yaitu kelompok masyarakat )"ang tidak

kelompok tersebut program pemerintah yang dilaksanakan adalah pelayanan

sosial.

(b) Usia di bawah 15 tahun (young poor), yaitu kelompok masyarakat yang

be I urn produktif (usia sekolah, belum bisa bekerja). Program pemerintah yang

dilakukan yaitu penyiapan sosial.

(c) Usia antara 15-55 tahun (productive poor). yaitu usia sedang tidak produktif

(usia kerja tetapi tidak mendapat pekerjaan, menganggur), program yang

dilakukan adalah investasi ekonomi dan inilah sckaligus yang menjadi fokus

penanggulangan kemiskinan.

2.2 Usahta Mikro

Menurut Bank Indonesia, usaha mikro adalah usaha yang dijalankan oleh

rakyat miskin atau mendekati miskin dengan ciri-ciri : dimiliki oleh keluarga,

mempergunakan teknologi sederhana, memanfaatkan sumber daya lokal, scrta

lapangan usaha yang mudah dimasuki dan ditinggalkan, Sedangkan menurut

Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 Tanggal 29 Januari 2003,

usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan yang memiliki

hasil penjualan paling banyak Rp I 00 juta per tahun, dan dapat mengajukan krcdit

kepada bank paling banyak Rp 50 juta.


13

Usaha mikro memliki ciri-ciri antara lain:

(a) Belum rnclakukan manajcmcn/catatan keuangan, sekalipun yang sederhana,

atau masih sangat sedikit yang marnpu rnembuat neraca usahanya:

\UJ ft:11gu::;aiia aiau Sizivi-nya berpeudiaisun ram-ram saugai rendan, umumnya

tingkat SD, dan belum memilikijiwa wirausaha yang memadai;

(c) Pada umumnya tidak/belum mengenal perbankan tapi lebih mengenal rentenir

atau tengkulak;

(d) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

tennasuk NPWP;

(e) Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki pada umumnya kurang dari 4

(empat) orang.

(t) Perputaran usaha (turn over) umumnya cepat. Kemampuannya menyerap

dana yang relatif mahal dan dalam situasi krisis ekonomi, kegiatan usahanya

tetap berjalan bahkan mampu berkembang, karena biaya manajemennya yang

relatif rendah.

(g) Pada umumnya para pelaku usaha mikro tckun, sederhana, serta dapat

menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Sedangkan di dalam The development of the microfinance model to support

youth micro business dijelaskan bahwa usaha mikro terbagi menjadi tiga segmen

dengan karakteristik sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.1.


14

Tabel 2.1 Karakteristik Usaha Mikro

Level Karakteristik I
The Lower Survivalist Level: • Terutama dijalankan olch wanita ----,
e Berkaitan erat dengan kebutuhan rurnal- l
''
tangga dan orang tua
• Sebagai aktivitas untuk mendapatkan
penghasilan, biasanya bersifat paruh waktu
• Merupkan sumber pendapatan sampingan
pelengkap sumber pendapatan utama
lainnya

The Middle Level: • Bentuk usaha lebih mapan


• Dijalankan oleh pemilik secara full time
• Memiliki l sampai 2 orang tenaga kerja
yang umumnya masih keluarga
• 70% pelaku usaha adalah wanita

The Upper Level: • Paling mapan dibandingkan dengan level


lower survivalist dan middle level
• Memiliki tiga atau lebih tcnaga kerja yang
tidak harus seluruhnya keluarga
• Memiliki investasi dalam bentuk aktiva
tetap yang signifikan
• Mayoritas dijalankan oleh pegusaha pria

Sumber : The Deveiopmcnt Of The Microfinance Model To Support Youth Micro


Businesses, 2004
15

2.3 Kredit Mikro

Berdasarlam definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997). kredit

mikro adalah program pemherian kredit berjumlah kecil kepada warga paling

uiiskin uuun, ruembiayai fJIU.>et"" ) ;;mg uia kerjaxan senuiri agar mengiiasiikan

pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan

keluarganya. (Joko Sutrisno dan Sri Lestari, 2006). Sedangkan Bank Indonesia

mendefinisikan kredit mikro merupakan kredit yang diberikan kepada para pelaku

usaha produktif baik perorangan maupun kelompok yang mernpunyai hasil

penjualan paling banyak seratus juta rupiah per tahun.

Terdapat beberapa kriteria dasar dalam menjalankan program kredit mikro

sebagaimana yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebagaimana yang dapat

dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kriteria dasar Program Kredlt Mlkro


Kriteria Besaran Keteranzan
1. Ukuran • Pinjaman kecil atau sangat kecil Misalnya di
kebanyakan kelompok
informal/paguyuban
pinjaman antara Rp
200.000 s.d. 1.000.000

12. Kelompok Sasaran • Pengusaha kecil (sektor informal)


11 Keluarga berpendapatan rendah

13. Penggunaan e Meningkatkan pendapatan


• Pengernbangan usaha
• Kegiatan sosial (kesehatan,
pendid.kan)

14. Waktu dan • Fleksibel


Persyaratan • Disesuaikan dengan kondisi
persyaratan -
Sumber : bank Indonesia
16

2.4 Lembaga Kcuangan Mikro di Indonesia

LKM merupakan pembiayaan dengan skala mikro. Makua mikro dalam

dalam konteks ini berkaitan dengan nilai transaksi dan kapasitas keuangan

oleh UNCDF, CGAPdan ADB "microfinance refers to loans, savings, insurance,

transfer services and other financial products targeted at low-income clients".

Sedangkan difinisi yang lebih rinci dirumuskan oleh Marguerite Robinson

dalam bukunya The Microfinance Revolution Volume 1 & 11 yakni:

microfinance is small-scale financial services provided to people who Jann


or fish or herd; who operate small or nticroenterprises where goods are
produced, recycled, repaired, or traded; who provide services: who work
for wages or commissions; who gain income from renting out small
amounts of land, vehicles, draft animals, or machinery and tools; and to
other individuals and groups at the local levels of developing countries,
both rural and urban".

Dari berbagai pengertian tersebut di atas bahwa Lembaga Keuangan Mikro

mengandung tiga clcmcn utarna yang rncmbcdakannya dengan sistcm

intennediasi keuangan lainnya seperti perbankan yaitu:

a. Batasan transaksi

Nilai transaksi LKM tidak bersifat universal artinya tidak ada konvensi

intemasional yang menetapkan nilai transaksi yang masuk kategori kecil atau

mikro. Di Indonesia, nilai transaksi LKM hanya dirumuskan pada batasan kredit

mikro saja yakni maksimum Rp50 juta. Sedangkan untuk transaksi · keuangan

lainnya seperti simpanan, asuransi, remittance, sistem pembayaran tidak ada

pcngaturan yangjclas.
17

b. Segmelll Pasar
Lembaga Keuangan Mikro memiliki keuniknn dalam rnelayani masyarakat yakni

terfokus pada masyarakat miskin yang terbagi menjadi ernpat kelornpok:


• .' I . ' l f • . ~ .. « _ • ' _ . • .' • . _ . • • • •
.h.CIVllljJUh. I .}'l:tr.111 tlit puures: UJ inc poor. r'cuuuuurc ml!.>l·dll y::itii:, LIUUK Jllt:llllllKI

sumber pendapatan karena faktor usia, sakit, cacat fisik sehingga tidak mcmiliki

pendapatan.

Kelompok II yaitu labouring poor. Kelompok miskin yang bekerja scbagai buruh

dengan penghasilan sangat terbatas dan bersifat tidak tetap atau musiman yang

umumnya bekerja di sektor pertanian atau sektor-sektor lain yang bersifat padat

karya

Kelompok III adalah self-employed poor. Merupakan penduduk rniskin yang

berpenghasilan relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar dengan

bekerja di sektor informal.

Kelompok IV ialah enconomically active poor. Golongan yang telah mcmiliki

kekuatan ekonomi dengan sumber pendapatan yang memaclai untuk memenuhi

kebutuhan hidup dasar dan memiliki surplus income.

c. Tujuan

State of practice microfinance sekarang tidak terlepas dari scjarah kelahirannya

yaitu untuk menanggulangi rnasalah-masalah yang berkaitan dengan kemiskinan.

Terdapat tiga tantangan yang dihadapi LKM untuk dapat berkembang yaitu

(1) bagaimana memuaskan klien, (2) bagaimana menjalankan aktivitas dengan

lebih efisien dan (3) mampu mengernbangkan kualitas portofilio keuangan yang
18

dimiliki Penting bagi LKM untuk menyesuaikan ketiganya dengan seimbang,

tcrlalu menckannkan pada satu aspek kritis dapat menimbukan biaya di aspek

yang lain.

Cumuit uiuuk memugicaucan iayanan kepaca nasaoan can CI1s1ens1 maka

dilakukan kredit yang tidak tcrlalu kctat bcrakibat padai kualitas portofolio tidak

terkelola secara ketat.

2.4.l Struktur Lembaga Kcuangan Mikro di Indonesia

Struktur Lembaga Keuangan Mikro Indonesia dapat digolongkan menjadi

tiga yaitu formal, semiformal dan informal. Berikut ini pcnjelasan lembaga

keunagan mikro di Indonesia berdasarkan kelompoknya.

a. Kelompok Formal Microfinance

Kelompok formal microfinance lembaga keuangan yang diatur olch UU

Pcrbankan, meliputi bank umum yang memiliki unit bisnis microfinance dan

BPR. Saat ini ada tiga bank umum yang secara khusus memiliki eksposur di

microfinance yakni BRI-Unit dengan sistem BRI-Unit, Bank Danarnon yang

mengembangkan Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan Bank Mandiri melalui

Microbanking Unit. Namun demikian, ada beberapa bank yang juga melayani

pasar microfinance secara tidak langsung, misalnya melalui linkage program

dengan BPR atau LKM.

Lernbaga formal microfinance melayani masyarakat miskin yang masuk

dalam kelompok Ill dan IV dcngan menawarkan produk dan jasa perbankan

seperti kredit untuk berbagai keperluan, simpanan dalam bentuk giro, deposito
19

dan tabungan, transfer uang, sistem pernbayaran dan jasa kcuangan lainnya.

Namun untuk BPR diberlakukan batasan operasi antara lain tidak diperkenankan

melayani produk giro karena tidak tennasuk dalam sistem kliring perbankan dan

iueiakukan rransai.si vaiuta asing, rrmsip operasronat can poia interaksi dengan

nasabah yang digunakan oleh kelompok ini cenderung bersifat formal dengan

menerapkan prinsip-prinsip perbankan umum sehingga daya penetrasinya hanya

terbatas pada nasabah yang bankable.

b. Kclompok Scmiformal Microfinance

Semiformal microfinance adalah lcmbaga keuangan yang diatur oleh

pemcrintah melalui PP atau Perda. Bentuk dan sistem operasional kelornpok ini

cukup bervariasi seperti Perum Pegadaian, Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi

Simpan Pinjam (KSP) dengan konscp koperasi, Lcmbaga Dana Dan Kredit

Pedesaan (LDKP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Kecamatan

(BKK) dan Baitul Maal Wa'atamwil (BMT) dan LKM yang terdaftar lainnya.

Pasar utama semiformal microfinance adalah penduduk miskin dengan

kategori kelompok II dan III serta sebagian kecil yang masuk dalarn kclompok IV.

Produk keuangan yang ditawarkan adalah krcdit dan simpanan yang bcrhasis pada

keanggotaan, namun khusus Pegadaian menawarkan pinjaman ciengan sistem

gadai. Sesuai dengan penggolongannya, sebagian besar platform operasional

lembaga ini bersifat semiformal, artinya mengadopsi kaidah-kaidah yang

ditetapkan oleh pemerintah, namun dalam membangun hubungan dengan nasabah

atau anggotanya cenderung menggunakan cara-cara yang bersifat informal.


20

Informal microfinance memiliki bcrbagai macam bentuk kelembagaan dan

kepemilikan dan metode yang digunakan. Hal ini dirnungkinkan karena tidak ada

regulasi khusus yang mengaturnya. mencakup I.embaga Swadaya Masyarakat

tL~JVIJ, h . eiompok ~\\ aoaya r-iasyarakat ll'-~lVIJ, xcrornpok arisan, rentemr, dan

lain-lain. Keunikan dari informal microfinance adalah menyediakan fasilitas

kredit (cash atau non cash) yang didasarkan pada hubungan individu, kelompok

dan jalinan bisnis. Untuk lembaga microfinance yang berbentuk LSM,

pemberiaan kredit juga diikuti dengan program pemberdayaan dan asistensi non

keuangan lainnya.

2.5 Pola Pembiayaan Usaha

Pola pernbiayaan usaha atau lending model adalah pola pemberian fasilitas

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang rnerupakan defisit

unit yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan usaha dalam arti luas balk untuk

usaha pcmbiaaan modal kcrja dan pembiayaa investasi. Pembiayaan modal kerja

adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (1) peningkatan produksi,

kuantitatif dan kualitatif; dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan

suatu utility of place dari suatu barang. Sedangkan pernbiayaan investasi untuk

Pernbiayaan investasi untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal dan

fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Secara umum lending model dapat dibedakan menjadi dua yaitu lending

model yang bersifat konvensional dan lending model untuk usaha mikro.

Sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel 2.3.


21

Tabel 2.3 Perbedaan Lending Model Konvensional VS Lending Model


Usaha Mikro
L
..---~~~--~~-..~~~~~~~~~~~~-
Conventional Lending Microcntcrprise Lending
i Lending I•
I
More documentation
Methodology • Strong role for collateral • weaker role Tur collateral

• Loans serviced monthly, •Loans serviced daily,


quarterly, or yearly weekly, fortnightly, or
monthly
Loan Portfolio • Loans large in size •Loans small in size
• High margin, low volume •Low margin, high volume
• Collateralized • Uncollateralized
• Longer maturity • Shorter maturity
• Stable delinquency •More volatile delinquency
Sumber: The Development Of The Microfinance Model To Support Youth Micro
Businesses, 2004

Khusus untuk pembiayaan usaha mikro untuk menerapkan model

penyaluran kredit yang sesuai, sebuah LKM hams terlebih dahulu memahai

kebutuhan jasa finansial dari setiap kelompok usaha mikro yang dilayani.

Semakin tinggi tingkat usaha maka scmakin bervariasi pula kebutuhan jasa

finansial yang dibutuhkan, Berikut ini pada tabel 2. 4 dijelaskan mengenai jenis-

jenis jasa finansial yang dibutuhkan oleh masing-masing segmen usaha mikro.
22

Tabel 2.4 Jenis-Jenis Jasa Finansial yang dihutuhkan oleh rnasing-masing

I ___ !. cvel__ ·----


\survivalist
I •
Scgrncn Usaha Mikro

-;··1~i~)~11na~·
Akun Tabungan
~1:~~i ~~·~~T~~~~~B'.!~.~~-~
0 a ..__ ___ I
Middle • Pinjaman modal Kerja
• Pinjaman untuk aktiva tetap
• Akun Tabungan
• Deposito
• Jasa pembayaran

Upper • Kombinasi pinjaman modal kerja dan aktiva tetap .


• Syarat pcrnbayaran yang SCStlf!I seperti masa
pcnangguhan pembayaran, cara pembayaran
bulanan
• Pagu Kredit
• Cara pembayaran transfer
Sumber: The Development Of The Microfinance Model To Support Youth
Micro Businesses, 2004

Selain itu model pembiayaan bagi usaha mikro yang diterapkan oleh LKM

harus dijalankan dcngan proses pendokumcntasian yang simple dan sederhana

mengingat nasabah yang dihadapi relatif kurang cakap sehingga mereka akan

kesulitan jika harus berhadapan dengan prosedur administrasi yang terlalu banyak

menggunakan formulir. Selain itu jika usaha mikro tidak tidak memiliki kolateral

dalam bentuk kekayaan yang bisa berpindah maka LKM dapat menerapkan

model lending dengan kolateral subsitutusi sepcrti garansi kelornpok, jaminan

asset yang dapat dipindahkan, dan mengembangkan loyalitas antara nasabah

dengan bagian kredit. Prosedur pencarian dan pembayaran di dalam LKM juga

harus lcbih cftsen baik :.mtuk nasabah maupun untuk LKM itu sendiri, bergantung

dari silat dari transaksinya dibandingkan dengan model konvensional.


23

Secara spesifik terdapat tiga jenis pola pembiayaan usaha mikro yang

diadaptasi oleh berbagai organisasi di dunia untuk mengelola resiko dan biaya,

scbagaimana dijclaskan pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabet 2.5 Tipc Pcmbiayaan oleh Lcmbaga Keuangan Mikro


Proscdur Dasar
Tipc 1 Kelompok dibentuk dengan anggota 3-10 orang. P'injaman diberikan
pad a kelompok yang sccara kolektif menjamin pengembalian
pmjaman. Hal ini dikaitkan dengan akses terhadap pinjaman
berikutnya ditentukan oleh keberhasilan tingkat pengembalian
pinjaman oleh semua anggota.
Tipc2 Kclompok dengan anggota 50- 200 orang atau lebih. Pinjaman
diberikan pada individu dalarn angota kelompok yang secara kolektif
menjamin pengembalian pinjaman.
Tipe3 Mirip dengan metode lending tradisional, dimana dana dipinjamkan
pada individu berdasarkanjaminan
Tugas Kelompok
Tipc 1 Menycleksi anggota, memilih ketua, menilai, mcmutuskan dan
menyetujui jumlah pinjaman yang dibutuhkan anggota, menjamin
pengembalian pinjaman dan mengumpulkan cicilan, serta rnemberikan
sanksi pada anggota yang tidak melakukan pembayaran.
Tipe 2. Mengorganisir pertemuan mingguan dcngan anggota, memonitor
pengernbalian kredit anggota
Tipc 3 Menyediakan informasi pada pemberi pinjaman tentang resiko kredit,
latar belakang kredit anggota dan infonnasi lain yang diperlukan
pemberi pinjaman
24

Lanjutan Tabel 2.5 Tipe Pemblayaan oleh Lembaga Keuangan Mikro

Mckanisme Jaminan
-Tipc 1 --~il11imin- te11~1n-~jnwat.-- Peningkatan batasan kredit berdasarkan
00f·i:)t~~1nPn,
- --- -· •••••• ~ --
r,,,,,*:1 ran ,.,;.,;!~1'"!1~pr;....a.h..::..lr11r>n'
• ·- -·..1 ··- - ·- - .- •••• , •.. -- •.•• - - -
r~ <;;i1.,,n<'>n<!ll w<>iih
.i .... .._ . ---.- -·-· -··.
- - ~-· •• - . ~.,. - . I
Tipc2 Jami nan teman sejawat. Simpanan wajib dan sukarela. Pinjaman
progresif
Tipe3 Jaminan fisik Pinjaman progrcsif
Elemcn Modal Sosial (Social Capital)
Tipe 1 Sangat Tinggi -Mutual trust -Saling mengenal sesarna anggota dengan
balk
-Menganut norma sosial dan konvensi yang sama.
Tipe2 Moderat
Tempat tinggal yang saling berjauhan dan berpencar
Tipc3 Rendah
Anggota kelompok kurang mcngenal satu dengan yang
Model yang tersedia
Tipe 1 Kelompok solidaritas. bank desa, lembaga kcuangan mikro, contoh:
Grameen Bank, BRAC Bangladesh, ACCION Intemasional Bancosol
Bolivia.
Ti]PC 2 Koperasi dam Kredit Union contoh: SAN ASA Srilanka, Cameroon
Credit Union dll.
Tipe3 BRI Unit Desa, Badan Kredit Kecarnatan, Kredit Usaha Rakyat Kecil
Source: (Gurgad, Pederson et al. 1994), (Magil 1994), (Hulme dan Mosley I 996).
25

2.5 Kincrja Lcmbaga Keuangan Micro

Keberhasilan kinerja LKM dapat diukur berdasarkan indikator berikut ini :

a. Sustainability (kchcrlanjutan)

Dimaknai sebagai kemampuan untuk menutup sciurun biaya modal can

operasional. Sustainability mencakup aspek modal, kualitas aktiva produktif

(menyangkut kredit dan penempatan dana pada pihak ketiga), serta manajernen

umum dan risiko. lndikator utamanya adalah Operating Self Sufficiency (OSS)

dan Financial Self Sufficiency (FSS). OSS merupakan indikasi kemampuan LKM

untuk mcnutup scluruh biaya operasional yang diketahui dari perbandingan antara

pendapatan dengan biaya operasional. Sedangkan FSS merupakan indikasi

kemampuan LKM untuk menutup biaya operasional dan modal. Nilainya dapat

diketahui dari perbandingan antara pendapatan dengan biaya operasional

ditambah biaya modal.

b. Outreach (jangkauan}

Jangkauan merupakan jumlah target yang harus dicapai dalam ukuran yang tepat

clan tidak overload .. Capaian outreach sangat tergantung pada ketersediaan dana,

apalagi LKM yang bcrcirikan credit led microfinance lebih berfokus pada

pelayanan kredit dengan jangkauan anggota yang banyak daripada memobilisasi

tabungan. Jadi drive yang digunakan adalah kredit, bukan tabungan. Dengan kata

lain, jumlah kredit yang digulirkan jauh lebih besar daripada jurnlah tabungan

yang masuk.
26

c. Impact

Dampak pelayanan keuangan terhadap target group dilihat dari meningkatnya

omzet, pendapatan (meski relatif tak signifikan), dan kontinyuitas usaha. Kredir
t ~ f ), • t \ o f t •

usaua, seuau t'.rt:~.u~


0 ' • • , ~ ' I , ' 0

!Hllligi-.111 :)£~)'l u1guit;il\.all uuue, 11ic111c11uw l\.CVULUilUU 11v11

mikro rnernang berdirnensi helping the poor. Namun, prinsipnya kredit diberikan

untuk kepentingan usaha. Indikasi pemanfaatan dana kredit untuk keperluan usaha

atau non usaha sulit terlihat.

d. Per(ormattce (kincrja)

Kincrja LKM diukuran berdasarkan repayment rate (tingkat pengernbalian) yang

terbagi dalam beberapa jenis, scperti rea1isasi atau target angsuran, rasio kredit

bermasalah (Non Performing Loan I NPL), dan krcdit berisiko (Portfolio at Risk I

PAR). Saat ini PPKM menggunakan ukuran target/realisasi dan PAR.

2.6 Peran Lembaga Keuangan Untuk Pcngembangan Usaha Mikro

dan Kecil

Sifat UMKM yang rnikro dengan modal kecil, tidak berbadan hukurn dan

manajemen yang sebagian masih tradisional menyebabkan UMKM dipandang

tidak bankable khususnya oleh lembaga perbankan formal menjadikan lembaga

keuangan informal yang kcmudian disebut sebagai Lembaga Keuangan Mikro

(LKM) menjadi sumber pendanaan alternatif bagi UMKM untuk memenuhi

kebutuhan modalnya.

Melalui intervensi yang dilakukan, LKM mampu untuk (I) menutup

kebutuhan keuangan karena adanya gap antara pendapatan dan pengeluaran yang
27

disebabkan oleh faktor musin atau siklus upahan (Income smoothing), (2)

Mengatasi aliran kas (terjadi kesenjangan antara aktiva lancar dan pasiva lancar

yang terutarna bagi usaha rnikro yang menerapkan sistern pernbayaran kredit atau
f ' f f, t J •_ _ • • _ • f _ I . • • I , ~ • •
•·-"i •;11<•. i1(iii r-.cL•lili.i11hi1 ::.l1 tu.•:-01::. iit ba111J a uutur, 11tcu!C1 turn 1·.v11i1 ar, u1s11b Jat!<:.

bersifat sesaat (Cash fl.ow injection). (3) Merupakan asistensi keuangan untuk

mengatasi kebutuhan mendadak karena adanya musibah keluarga, sakit dan

bencana alarn, kehilangan pekerjaan, biaya pendidikan dan kebutuhan jangka

pendek lainnya karena umumnya masyarakat miskin tidak mcmiliki tabungan atau

asuransi (Emergency relief). dan (4) Menyediakan dana yang bersifat jangka
panjang untuk membeli aktiva tetap (peralatan rumah tangga), kendaraan, hcwan

temak, properti , dan lain-Iain yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau dapat

dikonversikan kembali menjadi uan (Asset building).

Menurut Marguiret Robinson (2000), pinjaman dalam bentuk micro credit

merupakan salah satu upaya yang ampuh dalam menangani kerniskinan. Hal

tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin sebenamya terdapat

perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat yang

sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan

tidak memiliki kegiatan produktif kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin

namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor), dan

kctiga, masyarakat yang berpcnghasilan rcndah (lower income) yakni mereka

yang memiliki penghasilan mcskipun tidak banyak. Kategori ini dapat dilihat

pada Gambar 2.1.


2&

Pendekatan yang dipakai dalam rangka pengentasan kemiskinan tentu

berbeda-beda untuk ketiga kelompok masyarakat tersebut agar sasaran

pengentasan kemiskinan tercapai. Bagi kelompok pertarna akan lcbih tepat jika

lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi kelompok kedua dan ketiga, lebih efektif jika

digunakan pendekatan tidak langsung misalnya penciptaan iklim yang kondusif

bagi pengembangan UKM, pengembangan berbagai jenis pinjaman mikro atau

mensinergikan UKM dengan para pelaku Usaha Menengah maupun Besar.

Tingkat Jasa-Jasa Keuangan Komersial Program-


Pendapatan Program
Pengentasan
Kemiskinan
/ · i&~rm:~i yang
Bersubsidi
Lower Middle ;t-4 - - - . ~-~t~~
Income

Pcnduduk Miskin yg Aktif


secara Ekonomi

Garis Kemiskinan Resmi

Penducluk sangat
Miskin dan
Keluarga Terlantar

Gambar 2.1 Financial Service in the Poverty Alleviation Toolbox


29

Sudaryanto Syukur di dalam Wardoyo & Hendro (2003) menyatakan

bahwa LKM yang mengadopsi pendekatan Gremcn Bank memiliki potensi untuk

membantu permodalan rnasyarkaat miskin pcndesaan. Hasil penelitian dari

baik dalam pernenuhan konsumsi pangan, pakaian, pendidikan maupun invcstasi

usaha.

Hasil penelitian dari Wiloejo Wirjo Wijono (2005) menyatakan bahwa

LKM ternyata mampu memberikan berbagai jenis pembiayaan kepada UKM

walaupun tidak sebesar lembaga keuangan formal, sehingga dapat menjadi

altematif pembiayaan yang cukup potensial mengingat sebagian besar pelaku

UKM belum memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan.

Sebagaimana diketahui bahwa pinjaman mikro dapat digunakan membantu

UKM dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan, dan karakteristik UKM jika

dilihat dari aspck pendapatan lebih mendekati kelompok rnasyarakat yang

dikategorikan miskin namun memiliki kcgiatan ekonomi (economically active

working poor) dan masyarakat yang berpenghasilan rendah {lower income) yakni

mereka yang memiliki penghasilan meskipun tidak banyak. Kelompok masyarakat

ini akan cenderung tetap berpenghasilan rendah bahkan menjadi miskin, jika

kesulitan yang mereka hadapi dalam melakukan aktifitas usaha tetap dibiarkan

tanpa ada usaha-usaha perbaikan.


30

2. 7. Pola Pendekatan dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan

Mcncngah

Dalam upaya meningkatkan pernberdayaan UMKM terdapat empat pola

I• - •- -- 1 t . - - . - -~ ' - • . . . . ' • I . • I ' ,. • ~ • • • .. • •


jculi:; lllt;U!ICU\.iOtlt VICll p1;1Jll;11!Hi:!ll uurur; lll\:llllli;jl•.ctU.all ::>l;!\.l\.!! Vl'o'll'\..!Vl l\;l;:,';'l)~il

keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pola HKBK (PoJa Pcm!ekatan dalam Pcmberdayaan UMKM}

Program Pengernbangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya

Masyarakat (PHBK) adalah suatu pola pelayanan keuangan yang diperkenalkan

dan disediakan oleh BI kepada perbankan dan sektor riil untuk mengembangkan

hubungan keuangan antara bank dan usaha mikro dengan pendekatan kelornpok.

Tujuan dari pelaksanaan PHBK ini adalah untuk (I) Mengembangkan,

memperluas dan rnembudayakan Iayanan keuangan komersial perbankan kepada

pengusaha mikro agar dapat meningkatkan pendapatannya dan (2) Membantu

perbankan untuk memperluas segmen pasar usaha mikro secara aman dan saling

menguntungkan.

Program PHBK diikuti oleh (I) Bank, yaitu Bank Umum dan BPR

sebagaimana disebutkan dalam UU tentang Perbankan (2) LPSM atau Lembaga

Pengembangan Swadaya Masyarakat, yaitu lembaga nir-laba yang memiliki

program pengembangan sosial ckonomi khususnya bagi UMK (3) Instansi

Pernerintah, yaitu lembaga Pemerintah pada berbagai tingkatan yang memiliki

atau terkait dengan program pengembangan sosial ekonomi khususnya bagi UMK

dan (4) Koordinator kclompok, yaitu suatu lembaga informasi atau program yang
31

mempunyai kepedulian terhadap mengembangan dan pembinaan kelompok

masyarakat dalam rangka memajukan sosial ekonomi.

Sasaran PHBK adalah Pengusaha mikro yang tergabung dalarn kelompok


,...... ' ' • • J , ........ ,. "'' ~ ,. - ' • . - -' . ' " - • - - • • .• ' • • r• • ,. ~. - t- ' .'
..}\'Vil'Jctjo lV:d:i.)'i.~!"al\.i:tL \.1"\..J!VlJ. 1'1.ClUlllFVh. .::iwctu•-ija l'Vld::>J<:tHl!\.OL \_1'1.JJVl) i:IUcllct1!

sekumpulan orang yang melakukan kegiatan usaha skala mikro yang tergabung

dalam satu ikatan pemersatu, yang saling mengenal dan percaya satu sarna lain

serta bersepakat untuk bekerjasama meningkatkan pendapatannya.

b. Pola Klastcr

Pola pengembangan satuan usaha berbasis klaster adalah suatu

pengembangan investasi bagi kelompok usaha mikro, kecil, menengah berbasis

klaster komoditas atau industri yang mengoptimalkan hubungan antar pengusaha

dalam perluasan kesempatan kerja, pemanfaatan sumberdaya lokal, dan

pemasaran. Usaha ini mengkaitkan antara input - proses - output dan pasar sccara

terangkai yang berbasis pada satu jenis komoditas (klaster komoditas) atau pada

kelompok industri (klaster industri).

Banyak usaha mikro, kecil dan mcncngah (UMKM) gagal beroperasi karena

tidak rnendapatkan kepastian terhadap penyediaan input dan pemasaran output.

Lembaga keuangan kurang melihat perspektif mata rantai produksi, pengolahan,

pemasaran sebagai suatu rangkaian usaha yang bcroperasi secara rnenyatu dan

modal dapat kcmbali. Keterlibatan input. proses, output dan akses pasar pada

UMKM sering tidak terorganisir secara benar. Paket kebijakan pengernbangan

usaha sangat sektoral dan tidak terfokus pada satuan kelompok usaha yang
32

tcrangkai. Upaya pemerintah belum optimal dalarn mengembangkan jaringan

kerja kemitraan dalam pengembangan UMKM.

c. roia i\:cmill'mm

Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah N.o 44 Tahun 997, adalah

kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atnu dcngan

Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Mencngah dan

atau Usaha Bcsar dengan memperhatikan prinsip saling memcrlukan, sating

memperkuat dan saling menguntungkan.

Kcmitraan dalarn rangka kctcrkaitan usaha diselenggarakan melalui pola-

pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan diberikan

peluang kemitraan seluas-luasnya kepada Usaha Kecil, oleh Pemerintah dan dunia

usaha. Pola-pola kcmitraan yang umum dijumpai antara lain Kcmitraan Inti

Plasma dan Pola Bapak Angkat.

Dalam pola inti plasma, Usaha Besar dan atau Usaha Menengah sebagai inti

membina dan mengembangkan Usaha Kecil yang menjadi plasmanya antara lain

meliputi (1) penyediaan dan penyiapan lahan; (2)penyediaan sarana produksi; (3)

pemberian himbingan teknis manajemen usaha dan produksi; (4) perolehan,

penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan: (5) pembiayaan; clan (6)

pernberian bantuan lainnya yang dipcrlukan bagi penlngkatan efisiensi dan

produktivitas usaha.

Pola Bapak Angkat adalah refleksi kesediaan pihak yang mampu (besar)

untuk membantu pihak lain yang kurang mampu (kecil) pihak yang memang
33

mernerlukan pembinaan. Oleh karcna itu, pada hakikatnya pola pcndekatan

tersebut adalah cermin atau wujud rasa kepedulian pihak yang besar terhadap

yang kecil. Pola Bapak angkat dalarn pcngernbangan {11\1K umumnya hanyak

d. Pola Business Development Service (BDS)

Business Development Services (BOS) adalah suatu kegiatan dalam

bentukjasa dalam berbagai bidang yang dilakukan oleh individu dan atau lembaga

untuk tujuan pengembangan usaha, dalarn hal ini UMKM. BDS rnerupakan

bcntuk jasa non keuangan yang disediakan oleh lembaga ekstemal (Pemerintah

atau Swasta) yang bertugas memecahkan masalah yang dihadapi UMK1v1 serta

memberikan jasa pengembangan bisnis yang diperlukan.

2.8 Kerangka Penelitian

Usaha mikro adalah usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau

mendekati miskin dengan ciri-ciri : (1) dimiliki oleh keluarga, (2)

mempergunakan teknologi sederhana, (3) memanfaatkan sumber daya lokal, (4)

lapangan usaha yang mudah dimasuki clan ditinggalkan (5) rncmiliki hasil

penjualan paling banyak R.p 100 juta per tahun, dan (6) dapat mengajukan kredit

kepada bank paling banyak Rp 50 juta. Usaha mikro memiliki ciri antara lain (I)

Belum melakukan manajemen/catatan keuangan, sekalipun yang sederhana, atau

masih sangat sedikit yang mampu membuat neraca usahanya; (2) Pengusaha atau

SDM-nya berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya tingkat SD, dan bclum
34

memiliki jiwa wirausaha yang memadai; (3) Pada umumnya tidak/belum

mengenal perbankan tapi lebih mengenal rentenir atau tengkulak: (4) Umumnya

tidak memiliki izin usaha atau pcrsyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
' - • ' • • • - • t •• •~ I f • • • I . .. I . . .
'-aCal1 hC1t)·ti.;ni'1u j cute, uttulllt\..l i-'''l''1 lllllll!1!i1Jh r..\..HCu1,:.; •.. J~t! 1 -:-

(empat) orang.

Kredit mikro adalah program pemberian kredit beriumlah kecil ke warga

paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar

menghasilkan pendapatnn, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri

sendiri dan keluarganya. Kredit mikro diberikan kepada para pelaku usaha

produktif baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan

paling banyak seratus juta rupiah per tahun.

LKM merupakan pembiayaan dengan skala rnikro. Makna mikro dalam

dalam konteks ini berkaitan dengan nilai transaksi dan kapasitas keuangan

nasabah yang umumnya masuk kc dalam kategori miskin. Terdapat tiga elemen

yang mcmbedakan Lembaga Keuangan Mikro dengan sistern intermediasi

keuangan lainnya seperti pe:rbankan yaitu (I) batasan transaksinya yang tidak

universal, (2) segmen pasarnya yang berfokus pada masyarakat miskit dan (3)

tujuannya untuk menanggulangi masalah-masalah yang berkaitan dengan

kcmiskinan.

Struktur lembaga keuangan di indonesia terdiri dari tiga golongan yaitu (1)

Kelompok formal microfinance yaitu lembaga keuangan yang diatur oleh UU

Perbankan, meliputi bank umum yang memiliki unit bisnis microfinance clan

BPR, Semiformal microfinance · adalah lembaga keuangan yang diatur oleh


35

pemcrintah melalui PP atau Perda dengan segmen penduduk miskin dengan

kategori kelompok kelompok II dan Ill serta sebagian kecil yang masuk dalarn

kelompok IV. Produk keuangan yang ditawarkan adalah krcdit dan simpanan yang
' f . - ~ . . - ' • . . . . •. . . . • "' - ' . I . I . • . I . • I • • • • . - I
~··:I L'a;,1~ pctud t•.CctHgg•JlC!all .. J.JCllllll'• uau ::l::>ll;"lll \J!)l:l a::lvllal l'.l:IUI ll!)Vl\. 1111 cuxup

bervariasi seperti Perum Pegadaian, Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi Simpan

Pinjarn (KSP) dengan konsep koperasi, Lembaga Dana Dan Kredit Pedesaan

(LDKP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Kecamatan (BKK) dan

Baitul Maal Wa'atamwil (BMT) dan LKM yang terdaftar lainnya. Informal

microfinance memiliki berbagai macam bentuk kelernbagaan dan kepemilikan dan

metode yang digunakan. Hal ini dimungkinkan karena tidak ada regulasi khusus

yang mengaturnya, mencakup Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelornpok

Swadaya Masyarakat (KSM), kelompok arisan, rentenir, dan lain-lain. Keunlkan

dari informal microfinance adalah menyediakan fasilitas kredit (cash atau non

cash) yang didasarkan pada hubungan individu, kelompok dan jalinan bisnis.

Untuk lembaga microfinance yang berbentuk LSM, pemberiaan kreditjuga diikuti

dengan program pernberdayaan dan asistensi non keuangan lainnya,

Sifat UMKM yang mikro dengan modal kecil, tidak berbadan hukurn dan

manajemen yang sebagian masih tradisional menyebabkan UMKM dipandang

tidak bankable khususnya oleh Iembaga perbankan formal menjadikan lembaga

keuangan informal yang kemudian disebut sebagai Lembaga Keuangan Mikro

(LKM) menjadi suruber pendanaan altematif bagi UMKM untuk memenuhi

kebutuhan modalnya.
36

Mclalui intcrvensi yang dilakukan, LKM rnampu untuk (I) menutup

kebutuhan keuangan karena adanya gap antara pendapatan dan pengeluaran yang

disebabl.an oleh faktor musin atau siklus upahan (Income smoothing), (2)

rvrengarasi aliran kas uerjadi kesenjangan antara aicriva iancur can pasiva iuncar

yang terutarna bagi usaha mikro yang menerapkan sistem pembayaran kredit atau

karena ada kebutuhan stratcgis misalnya untuk memenuhi kontrak bisnis yang

bersifat sesaat (Cash flow injection), (3) Merupakan asistensi keuangan untuk

mengatasi kebutuhan mendadak karena adanya musibah keluarga, sakit dan

bencana alam, kehilangan pckerjaan, biaya pendidikan dan kebutuhan jangka

pendek lainnya karena umumnya masyarakat miskin tidak memiliki tabungan atau

asuransi (Emergency relief). dan (4) Menyediakan dana yang bersifat jangka

panjang untuk membeli aktiva tetap (peralatan rumah tangga), kendaraan, hewan

temak, properti , dan lain-lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau dapat

dikonversikan kembali menjadi uang (Asset building).

Perkembangan LKM pada dasamya mengikuti perkembangan aktifitas usaha pare

pelaku UMK, semakin tinggi nilai tambah yang dihasilkan UMK maka kebutuhan

akan pembiayaan bagi urvrK semakin besar juga dan pada akhimya pasar usaha

LKM menjadi sernakin tcrbuka luas. Sehingga untuk menjadi LKM yang kuat

perlu menyeimbangkan pendekatan jasa pembiayaan dan pendekatan jasa

manajemen yang diberikan oleh LKM tersebut bagi pelaku UMK. Jasa

rnanajcrnen sangat diperlukan, dalam rangka mcmbantu pengembangan sektor riil

khususnya pelaku UMK. Terdapat berbagai pola pemberdayaan UMK untuk

rncningkatkan sektor UMK keernpat pola terscbut adalah Program Pengembangan


37

Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK). Pola Klaster,

Pola Kemitraan dan Pola Business Development Service (BOS).

Kemiskinan
l


.
.

. :-:.' .', ·:'• .: :;r~-,;.;;;:-.·!:~1 :J.·:_ . ._.,·: :; . .: · ..... , •


..... ;~_-:.- _;_~. ~ .: ~..,.. ;:•:1'1~~1-·.;.~·;)·;.:.;',~~.;.:. ~. ,; -=-~ . .
· .· ': Strat~i Pengentasiul '
· ··Ke·miSkiiinn
··· Strategi Peningkatan
Preduktlvitas Masyarakat
. MiSkirt'

Mobilisasi Dana

JL


BAB III

TU.JUAN DAN MANFAA T PENELlTIAN

.., ·•
.J.1
,,,.... -
t UJUilU
....... - .
" ~
rc1tCllll"11l
'

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model

pengelolaan LKM berbasis komunitas yang memiliki dua pendekatan yaitu jasa

pembiayaan dan jasa manajemen. Sedangkan secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk :

1. Mengkaji potensi dan permasalahan yang dihadapi Usaha Mikro.

2. Mengkaji potensi dan permasalah yang dihadapi Lernbaga Keuangan Mikro

3. Mengembangkan model pengelolaan keuangan pda LKM berbasis

komunitas

3.2 Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat rnembcrikan manfaat sebagai berikut:

1. Membantu pengelola LKM untuk menjalankan aktivitas secara efektif dan

efisien sehingga diharapkan LKM mampu meningkatkan keberlanjutan dan

daya jangkaunya terhadap masyarakat miskin pada umumnya dan

masyarakat yang merniliki usaha produktifpada khususnya,

2. Membantu pernerintah dalam memecahkan persoalan-persoalan

pembangunan terutama yang berkaitan dengan usaha pengentasan

kerniskinan melalui pemberdayaan masyarakat.

38
39

3. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat berguna sebagai acuan di

bidang penelitian sejenis dan berbagai pcngcmbangan penelitian lebih lanjut


BAB IV

METODE PF.NELJTIAN

4.1 Jcnis dan Mctodc Pcnclitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan metode kualitatif, di

mana fenomena kelembagaan ekonomi masyarakat yang dieksplorasi. Penelitian

ini rnengeksplorasi relevansi antara intervensi yang dilakukan oleh pernerintah

selama ini melalui berbagai program pengembangan ekonomi masyarakat dengan

hasil yang diinginkan.

Metode yang digunakan adalah studi kasus sebagai strategi penelitian.

Dalam studi kasus, gambaran fenomena sosial tertentu akan diperinci secara

mendalam dan luas. Strategi studi kasus dipergunakan berdasarkan pertimbangan

'an empirical inquiry that investigates a contemporaryphenomenon within its

real-life context'

Lingkup penelitian mencakup tahapan penelitian rnumi dan penelitian

partisipatoris, yang masing-rnasing melibatkan tahap inventarisasi, sosialisasi, uji

coba model, monitoring dan evaluasi serta pengembangan model pcngelolaan

LKM. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif serta melibatkan

para pelaku UKr"1 dan LKM.

40
41

4.2 OperasionalisasiVariabel

Bertitik tolak dari identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang

diajukan. maka untuk mernudahkan dalam melaksanakan dan menganalisis hasil


I • , • • _ _ t ' • f _ _ _ . o f o • · 1 r ~ o o 1 , , " 0 . ~ f . •
p.;i1.;11L1a11, pcnu uwlta: 1..•11ci':::;,:vrn::11:::a:.1 v ;•!lt:c: pc::c !1~:'111 ,:,cua0a 1 u~11r..t1L :

Tabel 4.1 Operasionalisasi Variabel

VAIUABEL SUB VARIABEL INDIKATOR


Profil UKM Produksi • Keunikan produk
• Kapasitas produksi
• lnovasi produk
• Sumber bahan baku
• Penerapan teknologi

Pennodalan • Ketersediaan modal kerja


• Sumber permodalan
• Akses kc sumbcr permodalan

Tenaga Kerja • Jumlah tenaga kerja


• Sumber tenaga kerja

Pemasaran • Jangkauan pasar


• Strategi Promosi
• Strategi distribusi
42

Lanjutan Tabel 4.1 Operaslonallsasi Variabcl

VARIABEL sun vARIABEL I INDIKATOR


Profit LKM Pcngelolaan Koperas I • Pcngelola Koperasi :
I
!
! • Penggunaau tekrwl('L'.1 i
I inforrnasi dalam kegiatan
• Penerapan sistem akuntansi

Keanggotaan • Jumlah anggota

Produk Koperasi • Simpanan


• Pinjaman

Sumber Perrnodalan • Kinerja Keuangan


• Lending model
• Pembinaan terhadap anggota

ModclLKM Lending model It Prosedur se!eksi anggota


. Prosedur pcngajuan pinjaman
It Prosedur pencairan pinjaman
0 Prosedur penagihan

Pernbinaan Anggota 41 Pelatihan dengan kerja sama


Dinas KUKM dan instansi
lainnya
• Pembinaan pembukuan
sederhana oleh LKM kepada
anggota
43

4.3 Jcnis, Somber, dart Teknik Pcngumpulan Data

Data dalam penelitian dapat dibedakan mcnjadi dua yaitu data sekundcr

clan primer. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulknn oleh pihak lain

data. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari rcsponden secara

langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan alat pengumpulan

data tertentu yang dibuat secara khusus untuk itu (Sugiyono, 2005:129). Jenis dan

sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1. Wawancara danfocus group discussion (FGD), yaitu melakukan wawancara

langsung dengan pihak terkait dalam penelitian ini guna mcndapatkan

keterangan dan data yang dibutuhkan scrta berkaitan dengan masalah

penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan para pelaku UKM,

pengurus dan LKM, Dinas KUKlv1 Kota Bandung, Kadin Kota Bandung,

Akademisi dan praktisi perbankan sebagai pihak yang berhubungan dengan

penelitian ini sebagai teknik komunikasi langsung untuk mernperoleh data

yang diperlukan.

2. Riset lapangan atau observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan

langsung terhadap kondisi UKM dan LKM di sentra-sentra industri di Kota

Bandung serta LKM di luar sentra yang dianggap sudah berhasil.


44

3. Angket (kuesioner) yaitu teknik pengumpulan data mclalui penyeburan

seperangkat daftar pernyataan tertulis mengenai kondisi UKM dan LKM di

lingkungan sentra industri.

. ...
u.-.u.t
' . .
~t:i-..l!lil.lt;1
~ ~. ' . . .
l.11p•=1u!C!! :>LLIUI
,. '
Uitli

dokumentasi. Data sekunder diantaranya diperoleh dari laporan tahunan Dinas

KUKM, Laporan Kadin, buku, koran,jumal, internet dan majalah.

4.4 Populasi dan Sampel

Populasi dari pcnelitian ini adalah pelaku UMKM dan lembaga Keuangan

yang terrnasuk dalam kelompok LKM yang bcrada di Kola Bandung. Populasi

unit UMKM berjumlah 40.260 unit UMKM, yang tersebar di sentra-sentra

industri di Kota Bandung. Sampel penelitian dipilih secara purposive, yang

mewakili masing-rnasing sentra industri dengan pertimbangan sampel yang dipilih

memiliki memiliki karakteristik potensi yang unik dan spesifik.


45

4.5 Roadmap Penelitian

-------------------- -·- ., · -·Analisis


·--- mengenai - - ----·-----1
Kondisi rill LK.l\f
sis mengenal Kondisi rill lll\'IK
entra-sentra inclustri di l\01\1 - I I t!i sentra-sentra imlustri <.Ii Kola
~~IHl'lll~ , I il<in<lt•r....-
"' I

Tergalinya potensi dan kdemahan Tergalin:ya potensi dan ketemahan


UMK di sentra-sentra Industrt di Kota LKM di sentra-sentra industri di
Bandung Kotn Bandung

Annlisis Kebutuhan LKM yang sesuai dengan harspan UMK di


sentra-sentra industri di Kota Bandung

Pengembangan Model Pengelolaan Pengembangan Modiel


LKM Pendamplngan LKM

Model LKM berbasis komunitas

Gambar 4.1 Roadmap Penelitian


46

Tabel 4.2 Tahapan Kegiatan, Rincian Kegiatan, Keluaran dan Indlkator


Capaian

TAHAP
KEGIATAN
I RINCIANKEGIATAN I LUARAN I I~~;:i~~R !
--·---------"--------------·-·-----,--------·---- ··---·1
I. Pemetaan Profil • Koordinasi dengan j Anaiisis Tersusunnya
UMK di Scntra- Dinas KUKM Kota mengenai dokumcn
sentra industri di Bandung keadaan keadaan potensi,
Kota Bandung potensi, keunggulan dan
• Koordinasi dengan keunggulan kelemahan UKM
Kadin Kota Bandung dan kelcmahan di sentra-sentra
Observasi lapangan ke UMKdi industri di Kota
UMK di sentra-sentra
industri
sentra-scntra
industri di I l1andun12~
Kota Bandung
• Penyebaran kucsioner
• Pengolahan data dan
analisis data
2. Pemetaan profit • Koordinasi dengan Ana Ii sis Tersusunnya
LKM di Sentra- Dinas KUKM Kota keadaan dokumen
sentra industri di Bandung potensi, keadaan potensi,
Kota Bandung keunggulan keunggulan dan
• Koordinasi dengan dan kelemahan kelernahan di
Kadin Kota Bandung
LKM di sentra- LKM sentra-
• Observasi lapangan ke sentra industri sentra industri di
LKM di sentra-sentra di Kota Kota Bandung
industri Bandung
o Observasi lapangan ke
LKM di luar sentra
industri
• Penyebaran kuesioner
• Pengolahan data dan
analisis data

3. Fembuatan • Studi literatur Model Tersusunnya


Model Pengelolaan model
• Pengolahan dan analisis
Pengelolaan LKM dan Pengelolaan
data
LKM dan Pendampingan: LKM dan
Pendampingan • FGD (Focus Discussion LKM Pendampingan
LKM Group) LKM
BABV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Profil Usaha Mikro, Kccil d~n Mcncngah di Kota Bandung

Dalam konteks Pembangunan Nasional, Kota Bandung ditetapkan sebagai

salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) disamping 14 kota lainnya, juga

sebagai kawasan dengan sektor unggulan industri, pertanian, tanaman pangan,

pariwisata dan perkebunan. Adapun dalam konteks pembangunan regional Kota

Bandung merupakan pusat pertumbuhan wilayah barat disamping OKI Jakarta.

Peran sinergis Kota Bandung tersebut tentu saja memerlukan adanya peningkatan

pelayanan publik baik lokal, regional menjadi Nasional.

Kelengkapan infrastruktur perkotaan di kota Bandung berdampak

tersentralisimya aktivitas perkotaan sehingga menuntut adanya pengembangan

bidang usaha perdagangan dan perindustrian yaitu sentra perdagangan (barang

kulit, jeans, textile, Elektronik, kaos) dan sentra perindustrian (karet,

elektronika, keramik, tahu, tempe, boneka, topi, tas, sablon, kcramik dan kain

perca). Penigkatan sarana transportasi dcngan clibu:kanya jalan tot Cipularang

membawa konsekuensi logis tentang penegasan fungsi Kota Bandung sebagai

Kota Jasa Pcrdagangan. Hal ini merupakan peluang dan potensi daerah yang harus

dikemas penataan dan pengelolaannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Peningkatan sarana clan prasarana penghubung antar Kabupaten I

Kota mcngakibatkan pertumbuhan perdagangan di Kota Bandung semakin pesat

dan mernberikan keuntungan yang meningkat pada ekonomi masyarakat.

47
48

Secara umum kondisi industi dan perdagangan di Kota Bandung dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Tabet 5. I. Kondisi lndustri dim Perdagnngan Kora Bandung:

•.•o-,i''\..
KEGIATAN
j \.It'\.. I -•Hl_I
----INV
,:_1_ .... ',
- --
1
lJU TK j fNV uu TK uu TK IN\'
·-----
'crdaga:1gan
Perusahaan
[Kecil 2.I02 6.946 1343.427.792.583 3,65~ 10.213 516,489,856.476 4,157 8,314 1.039,250, 123
Perusahaan
Menengah 463 662 184.623.000.000 I.JM 4,326 400.989.549.078 721 3,116 216.300.00(]
Perusahaan
Besar 76 327 l343.l 63.l 71.604 34~ 4,326 400.989.549.078 426 2.163 303.563.000
Jumlah
~ndustri
lndustri
tz.6417.9351871.213.964.1875,16S
I ,---r-·----1--·11--- .
18,865 1,318.468.954,632 4,531
. 13,593

I
1.559.113,123

I
!Besar I 21~ 3.1761 40.861.696.oooj 84 7,602 567,821.273.3721 95 8,49ll 615.949,973.1771
!- lndustri ! I . I
!~km:ngah 30 1.082 22.495.06&.ooJ 104 4,714 83,735,267.587 146 5,660 I 06,463,267 .242
~ lndustri
Kecil 30 2.242 72.666.882.000 1,588 2.675 235,609,189.321 2.88C t8.,246 263,990,568. rn
~umlah 336 6.500 136.023.646.00U 1,776 14,991 887.165,730.280 3.121 J2.40JJ 986.4( 3.808.555
1

Sumber: Dinas KUKM dan Perindustrian Kota Bandung, 2009

BerdasarkanTabel l di atas, terlihat bahwajumlah UKM di Kota Bandung

terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari segi jurnlah unit

usaha, tenaga kerja maupun besaran investasinya. Pada prinsipnya, usaha kecil

menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang cukup bcrperan dalam

membangun perekonomian bangsa Indonesia. Di saat krisis ckonorni global

sedang melanda sekarang ini, baik melanda kalangan usaha di tingkat

intemasional maupun kalangan usaha di Indonesia, scktor UKM mampu rnenjadi

"katup pengaman" agar tenaga kerja tidak sampai menganggur.

Di Jawa Barat terdapat 7.4 juta unit UMKM yang rnerupakan 99% dari

jurnlah unit usaha di Jawa Barnt dengan penyerapan tenaga kerja scbanyak 12.79

juta jiwa atau 88,28% dari total tenaga kerja. Kincrja dari UMKM tersebut terus

mcningkat dcngan kontribusi yang diberikan sebesar 63, 15% PDRB Jawa Barat
49

yang bersumber dari usaha kecil sebesar 41 .36% dan usaha menengah 21, 76%.

Perkcmbangan scktor UMKM yang demikian menyiratkan bahwa tcrdapat potensi

yang besar atas kekuatan dornestik yang jika dikelola dan dikembangkan dengan

kedalam analisis SWOT, maka UKM pada umurnnya rnernpunyai karakteristik

sebagai berikut :

Strong (Kekuatan):

1. Berbagai keterbatasan dalam mengakses sumber daya produktif menjadikan

UKM sebagai usaha yang mandiri, kokoh, dan fleksibeJ. Fleksibelitas UKM

dari satu sektor ke sektor Iainnya, justru menjadi kekuatannya dalam

kelangsungan hidup dan rnengembangkan usahanya.

2. UK.M merupakan wahana dan tumpuan utama yang paling menjanjikan bagi

penciptaan wirausaha baru. UKM merupakan tataran terdekat yang dapat

dijangkau oleh masyarakat yang ingin memulai berwirausaha.

3. UKM mempunyai karakteristik keluasan daya tampung yang besar bagi

perwujudan aspirasi ekonomis masyarakat luas untuk memperoleh

penghidupan.

4. UKM mempunyai fleksibelitas dan ketalhanan yang tinggi dalam

mengantisipasi dan menyesuaikan diri terhadap dinamika perubahan

(perkembangan) pasar. Ini discbabkan karena dominannya tumpuan pasar

domestik, serta kuatnya akar pada penggunaan input sumber daya dalam

negeri.
50

5. UKM tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang asing atau pun krisis

global. karena (terutama) menggunakan bahan baku dalam negeri.

Wealme.'l.'I (Kclemaha!!i :

I. Rendahnya kualitas SOM. Tercennin dari kurang berkembangnya

kewirausahaan, rendahnya produktifitas, dan daya saing. Kelernahan ini

berpengaruh dalam; menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha,

agresivitas mengakscs pasar (tcrutama ekspor), dan akses terhadap sumber-

sumber permodalan.

2. Keterbatasan sarana dan infrastruktur, terutama di sektor transportasi,

telekomunikasi, dan listrik.

3. Keterbatasan akses UKM terhadap sumber daya produktif, menja<li kendala

untuk pengembangan usaha secara cepat dan berkesinambungan. lni akibat

struktur perekonomian nasional yang pcnuh dengan ketimpangan dalam

penguasaan dan alokasi sumbcr daya produktif.

4. Upaya mernpercepat pembangunan UKM memiliki berbagai keterbatasan,

yakni; mekanisme pasar yang berkeadilan belum berfungsi efektif

keterbatasan keuangan negara untuk pembinaan UKM, belum optirnalnya

fungsi intermediasi Bank, dan belum optimalnya pelaksanaan otonomi

daerah untuk mendukung pembangunan UKM.

5. Rendahnya komitmen, kemarnpuan, dan kualitas pembina di instansi

pemcrintah (terutama di daerah-daerah propinsi dan kabupaten/kota).

6. Belum terwujudnya komitmen, konsistcnsi kebijakan, dan semangat

keterpaduan berbagai pihak (pembuat kebijakan) dalam pengernbangan


51

UKM. Hal ini menyebabkan pemborosan dan tidak efektifnya pembinaan

UKM.

7. Masih terbatasnya penggunaan teknologi informasi (seperti internet).


t I 1 t. o I', .' • I , ... 1 ' f f I

.::.Cittl!gga jctilgt·.:.wit: p.:t:ii:!l lllC:lljct\.ll lC:I U;;tlct::> U(:lll Cll~ICH::>l ll~WIU icnuan.

Opportunity (Peluang) :

I. Pulihnya pcrckonomian nasional dari krisis ckonomi.

2. Meningkatnya kesadaran, kornitmen dan keberpihakan pemerintah, dunia

usaha, dan masyarakat akan arti pentingnya UKM dalam perekonomian.

3. Adanya kemauan politik yang kuat dari pemerintah, dan berkembangnya

tuntutan masyarakat untuk menciptakan pernbangunan yang berkeadilan dan

transparan, scrta komitmen membangun sistern ckonomi kerakyatan

(meskipun ini masih abtsrak),

4. Dukungan pranata konstitusi (UU Usaha Kecil, UU Perkoperasian, dan UU

Propemas) yang memberikan prioritas pernbangunan ekonomi pada UKM

dalam mewujudkan sistcm ckonomi kerakyatan.

5. Pelaksanaan otonomi yang lebih baik, disertai perimbangan keuangan yang

lebih baik.

6. Perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke scktor

industri dan jasa. Hal ini menciptakan peluang bagi UKM (terutama di

bidaug agribisnis, agroindustri, pariwisata, industri kerajinan, dan industri

lainnya) untuk berfungsi sebagai sub kontraktor yang kuat dan efisien bagi

usaha besar.
52

7. Semakin pesatnya kerjasarna ekonomi antar negara, terutama dalam konteks

ASEAN.

8. Tersedianya SDM angkatan keria dalam jumlah besar yang masih belum
I 1 I •··

~t:1U~.)·ctgll11{ii\.~~1 secara p1uuta· ... ur,

9. Potcnsi pasar dalam negeri yang terus berkernbang, seiring dengan

perkembangan jum lah penduduk.

10. Berkembangnya teknologi infonnasi dan komunikasi, yang sangat

memmjang dinamisasi kegiatan bisnis, dan juga menunjang kcmampuan

akses pasar secara cepat.

Threat (Ancaman):

1. Adanya agenda Neoliberalisasi dari dunia intemasional. Liberalisasi

perdagangan yang tanpa batas akan mengancam upaya pengembangan

UKM.

2. Kompctisi dengan pebisnis asing yang sangat inovatif, didukung teknologi,

modal, danjaringan usaha yang luas akan membuat UKM sulit berkompetisi

dan berkembang.

3. Kelemahan pengaturan dan penegakan hukum dapat mengancam sernakin

terdesaknya UKM oleh usaha bcsar yang secara agresif memasuki wilayah

usaha yang sepantasnya diperuntukkan bagi UKJ\11.

4. Masih rendahnya komitmen mutu dari pelaku UKM, menyebabkan

rendahnya kepcrcayaan konsumcn terhadap kualitas dan keandalan produk

UKM.
53

5. Rendahnya kepercayaan konsumen terhadap pelaku UKM akibat kurangnya

komitmen akan penegakan etika bisnis

kelemahan dan ancaman, ternyata banyak pula UKM yang memiliki prospck

bagus dalam perkembangan bisnis. Mereka ini kadang disebut UKM unggulan,

karena di tengah-tengah krisis ekonomi yang melanda, justru beberapa. UKM

mampu berkembang pesat. Di Kota Bandung sendiri, beberapa sentra industri

Usaha Kecil dan Menengah yang tclah disurvei oleh Pencliti, diantaranya dapat

digambarkan sebagai berikut :

5.1.1 Scntra Sepatu dan Olahan Kulit Cibaduyut

Sentra sepatu dan olahan kulit cibaduyut, berada di sekitar kawasan

Cibaduyut dalam wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung. Kawasan

seluas 14 Km persegi yang berjarak sekitar 5 kilometer di selatan pusat Kota

Bandung itu memang sejak lama dikenal scbagai "Surga Sepatu". Cibaduyut

sudah dikenal masyarakat baik di dalam maupun luar kota Bandung sebagai sentrn

industri (home industri/indusri kecil, menengah maupun besar) yang

rnemproduksi barang seperti sepatu, sandal, tas, dompet dan barang lainnya dari

bahan kulit. Pemasaran dilakukan selain di dacrah setempat juga di luar daerah

hingga ke luar negeri.

Industri sepatu Cibaduyut bermula pada tahun 1920-an dan dirintis oleh

beberapa warga setempat yang sehari-harinya bekerja pada sebuah pabrik sepatu

di Kota Bandung. Dengan bekal keterampilan dan tekad, mereka kemuclian mulai
54

membuka usaha kecil di rumah tangga dengan tenaga kerja putra-putri mereka

sendiri. Setelah pesanan semakin banyak, mereka kemudian merekrut pekerja dari

tetangga sekitar rurnah, Akhirnya, keterarnpilan rnereka terns rnenyebar secara

uirun teuiu.un. Vv'arga sekitar pun ii.u, inembuka usana yang sama p<l~a ianun

1940, sebelum Jepang menjajah negeri. Saat itu, jumlah pengrajin sepatu

Cibaduyut mencapai 89 orang.

Satu dekade berikutnya, jumlah pengrajin terns bertambah dan tidak

sedikit di antaranya yang mcnjadi pcngusaha sepatu skala kecil. Pada masa ini,

sentra sepatu Cibaduyut mulai terbcntuk dengan jumlah usaha sckitar 250 unit. Di

saat itu pula, para pengrajin dan pengusaha mulai merasakan peningkatan

kebutuhan pengadaan bahan baku kulit yang hams diimpor dari luar negeri, Pam

pelaku usaha di Cibaduyut rnembentuk sebuah wadah bernama Gabungan

Pengusaha Sepatu Desa Bojongloa (GPSB) guna mernpermudah akses impor

bahan baku kulit. Atas kesepakatan bersama, GPSB kemudian berganti nama

menjadi Koperasi Perkulitan dan Sepatu Indonesia (KOPSI) dengan jumlah

anggota mencapai 120 pengusaha/pengrajin.

Pada tahun 1977/1978, sentra industri sepatu Cibaduyut mulai mendapat

perhatian dari pemerintah pusat, melalui Departemen Perindustrian dan Lernbaga

Penclitian Pcndidikan, Penerangan, Ekonomi, dan Sosial (LP3ES). Perhatian itu

ditunjukkan berupa pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT). Pada 1989,

dibangun wartel di UPT agar pengrajin lebih mudah berkomunikasi dengan

pemasok bahan balm dan memperlancar pemesan dari luar kota clan luar provinsi.

Untuk membantu pelayanan distribusi, pada tahun 1990-an, Departernen


55

Perdagangan bekerja sarna dengan PT Pos Indonesia. Lcwat jalur ini, pengrajin

dan pengusaha mcndapat kemudahan dalam pengiriman pcsanan sepatu ke luar

daerah. Di masa ini, wilayah kerja pengrajin kemudian meluas sampai ke Desa
.. , t , .• _ - . ,-. f _ _ _ "f t •·I I T"'t, '
our.aiucnar, uau i.JC:ia l,..,i;lllgr.UUHg, vvl!Lt)'il!I 1'1..i;llli.lj.Jdlt;!I DctllUUllg.

Setelah terbentuk otonomi dacrah pada 2001, Kanwil Deppcrindag

rnenyerahkan sepenuhnya kewenangan dan aset pada Pemprov Jabar, termasuk

UPT. Berdasarkan Keputusan Gubemur Jabar Nomor 33 Tahun 2003, UPT pun

berubah nama mcnjadi lnstalasi Pengcmbangan lndustri Kccil Menengah (IKM)

Persepatuan. Dengan pcrkembangan yang terns terjadi, berbagai industri

pcndukung seperti showroom/outlet, pusat perdagangan, toko pcnjual bahan, dan

toko pendukung lainjuga tumbuh di kawasan ini.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan

Perindustrian Perdagangan (KUKM Pcrindag) Kota Bandung, jumlah usaha di

sentra sepatu Cibaduyut pada 2008 mencapai 845 unit yang menyerap sekitar

3.594 tenaga kerja, Investasi yang tertanam di sentra ini, diperkirakan, mcncapai

Rp 23,97 miliar dengan kapasitas produksi lebih dari 4 juta pasang/tahun,

Sementara itu, industri pendukung yang ada meliputi 152 unit

showroom/outlet, 4 pusat perdagangan, 38 toko bahan baku dan bahan penolong,

8 industri shoelast/acuan kasar, tiga industri peralatan dan sparepart, n5 industri

kemasan, dan lima unit industri sol karet,

Di balik kemajuan yang selama ini diraih, rupanya, Cibaduyut rncnyimpan

beberapa masalah yang patut mendapat perhatian. Ada dua masalah mama yang

dihadapi para pelaku usaha di Cibaduyut, yaitu pennodalan dan infrastruktur,


56

Pcrrnodalan mcmang mcnjadi masalah umum dlalam setiap usaha. Untuk

meningkatkan kapasitas produksi. sehingga dapat memenuhi permintaan. IMK

selaln terbentur mnsalah modal. Bagi mereka yang punya agunan tidak masalah
. ,•
111t:11uaµ;;uh.::
.. ~: p;;:HtUl.!UlUll, Lap:, para pengusaiia kecii,

ketidaktersediaan agunan menjadi kendala akses pinjaman modal dari bank.

Lebih jauh lagi, keterbatasan modal unit usaha skala kecil di sentra sepatu

Cibaduyut berimbas pada kurang baiknya penataan display produk. Kebanyakan,

toko kecil memajang produk sepatu mereka di atas tumpukan dus bekas yang

diikat tali plastik. lni jelas kurang enak dipandang, apalagi dus yang ditumpuk

sering kali sudah luntur dan penyok. Tentunya, display seperti itu kurang menarik

minat konsumen. Padahal, dari segi kualitas, mereka belum tentu kalah dengan

produk di toko besar.

Akibat keterbatasan modal untuk volume produksi dan biaya penataan

display, industri skala rumah tangga, selama ini, masih harus bergantung ikepada

pengusaha yang lebih besar. Untuk pasar lokal, produk dari industri rumahan lebih

banyak dititipkan di toko besar yang ada di kawasan cibaduyut sendiri. "Di

Cibaduyut dikenal istilah 'champion' untuk pengusaha dengan modal besar.

Di sentra sepatu Cibaduyut, ada tiga 'champion' yang membina Iebih dari 300

unit usaha kecil. "Setiap 'champion' memiliki brand sendiri. Para mitra menjua]

produknya kc 'champion' untuk dijual dcngan brand mercka. Dalam hal ini,

'champion' rnemberikan syarat mutu tertentu pada para mitra. Sctiap tahun, mitra

mengajukan desain kc 'champion' dan, yang lolos seleksi, diproduksi rnassal.


57

Sebagai timbal batik, 'champion' memberikan pembinaan skill pada mitra,

dibantu Disperindag Jahar.

.Kcndati dcmikinn. sant ini, muncul masnlah baru. yaitu kcnaikan harga

oahau uakt1 iwiit --i..:aii·. iu:·.ai 1mitlpt111 ili>jJJl- ::;cir:ng i.enaikan nurgu oahan aakar

minyak (BBM). beberapa waktu lalu. Meski harga BBM kemudian hmm lagi,

harga bahan baku ternyata tidak ikut turun. Alhasil, harga jual menjadi lebih

tinggi dan omzet rata-rata pelaku usaha menurun hingga I 0 perscn. Kondisi ini

dirasakan baik oleh mitra maupun 'champion' sendiri.

Ada beberapa hat yang perlu digarisbawahi mengenai infrastruktur, yaitu :

I. Jalan raya di sekitar Cibaduyut dirasakan kurang lebar, sehingga timbul

kemacetan setiap jam masuk dan pulang kerja/sekolah. Selain itu, drainase

kurang baik menyebabkan jalan selalu tergenang air. Setiap hujan cukup

besar, bisa tcrjadi banjir cileuncang dcngan ketinggian air rnencapai 50 cm.

2. Sarana parkir yang belum memadai juga menjadi kendala tersendiri, Saat ini,

hanya toko-toko besar yang sudah memiliki lahan parkir cukup besar.

Sementara toko kecil tidak punya, jadi konsumen yang datang ke mereka

terpaksa memarkir kendaraannya di pinggir jalan.


58

·~l~!~F·t.:~~-:
· ·:.~}' f ~ ~~·

Garnbar 4.1 Keadaan di Scntra lndustri Sepatu Cibaduyut

Potensi Sentra industri Cibaduyut dari tahun ke tahun dapat dilihat pada

Tabet 5.2:

Tabel 5.2 Potensi Sentra industri Cibaduyut

POTENSI 2006 2007 2008

Jumlah Unit Usaha 848 845 845


lnvestasi rata-rata (ribuan) I 8, I 70,475 23,720,675 23,970,675

Jumlah tenaga kerja 3,468 3,556 3,594

Kapasitas Produksi/tahun (pc) 3,049,344 4,046,700 4,092,300


Sumbcr : Dmas KUKM dan Pcrindustrian Kota Bandung, 2009
59

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra lndlustri Cibaduyut

mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, potensi tersebut diantaranya:

I. Sudah terbinanya pola kemitraan antara pengrajin kecil dengan pengrajin

besar cii Cioaduyui,

2. Adanya perhatian pemerintah daerah yang semakin meningkat terhadap

perkembangan UKM,

3. Semakin banyaknya sumber-sumber pembiayaan kredit mikro yang

disalurkan, namun mcmang kesempatan untuk rnengakscsnya masih sulit,

4. UKM di Cibaduyut dapat menyerap tenaga kerja dari daerah sekitar kawasan

industri tersebut bahkan sampai dari luar daerah dapat terserap,

5. Nama Cibaduyut sudah tcrkcnal sejak jaman dahulu sebagai surga sepatu di

Bandung sehingga sudah dikenal masyarakat Indonesia dan dijadikan

sebagai salah satu tujuan wisata belanja.

6. Sudah ada beberapa UKM di Cibaduyut yang mampu menembus pasar

ekspor.

7. Harga produlk sepatu yang ditawarkan relatif murah sehingga mampu

bersaing dari segi harga dengan produk-produk buatan dalam dan luar negeri

lainnya.

5.1.2 Sentra Kaos Suci

Industri kaos di Bandung tumbuh sejak tahun 1980-an. Pada awal era itu,

usaha kaos dikerjakan beberapa produsen saja, seperti C59, Christine Collection,

dan Q. Setelah krisis moneter tahun I 997, kaos impor dari mancanegara semakin
60

mahal. Akhirnya banyak yang memproduksi sendiri untuk dijual di pasar dalam

negen.

Tahun 2000-an. tumbuh kaos yang diproduksi di rumahan untuk

J' i t• ' ' .. _ f' • _ , ' ' . I ""' <I - .-.., ~ • ' I . "_-.. •t
~.i1·,::·1.;-:tJ1'-~l!i l11 jdi"i1!i,Cut U1:iu,_1, ~ ... ._,".:1L1 u\.tl(5fl11 iuct~l\. .J""t:, \ ....'ll\'Q1, ."L11pt'1llC, L\'iJC,

dan Eat. Industri kaos Suci tumbuh justru ketika krisis ekonomi tengah melanda

negeri ini tahun 1998. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan saat itu bertahan

hidup dengan menyablon kaos dan mendirikan warung kaos di sekitar Suci. Kaos

rupanya memberi mereka kehidupan sampai hari ini.

Menurut Widyarto Wiwied (pemilik C59), jumlah perajin kaos rumahan di

Kota Bandung scluruhnya sekitar 800 orang. Adapun jumlah produsen kaos

pabrikan di Kota Bandung sekitar I 00 pabrik. Kelompok clistro di Jalan Sultan

Agung-Trunojoyo sekitar 20-an toko distro. Itu belum termasuk di pelosok lain

Bandung seperti Jalan Riau, Sultan Agung, dan Iainnya, Saal merck yang banyak

beredar dan dikenal di Bandung, mungkinjumlahnya mencapai 500 merek.

Salah satu sentra industri kaos di kota Bandung ada di jalan Surapati.

Produk industri kaos di jalan Surapati - P.H.H. Mustopa (Cicaheum) ini menjadi

trend mode, khususnya untuk pcrlengkapan olah raga (training, jakct dan kaos)

tidak saja di kota Bandung bahkan di luar Jawa, yaitu Sumatra clan Kalimantan,

Pcmcsanan selain banyak dilakukan oleh perusahaan ada juga dari beberapa

Universitas. Dalam tiga tahun tcrakhir jumlah unit usaha kaos di jalan Surapati-

P.H.H Mustopa cenderung meningkat.

Bennula dari usaha keluarga, tidak disangka berkembang menjadi sebuah

sentra usaha di sepanjang Jalan Surapati-Cicaheurn (Jalan Suci). Sentra Kaos


61

Suci, kini menjadi satu dari lima kawasan yang dicanangkan Pemkot Bandung

sebagai salah satu tujuan wisata.

S Sunarto Sasmito yang akrab disapa Anto. mengawali usaha sablon di

iii I nu 1

spanduk, stiker, kartu nama, pin, dan ragam marchandise lain. Tiga bersaudara
tersebut bisa dikatakan sebagai perintis usaha sablon di Jalan Suci.

Ketika usaha ini memperlihatkan prospek yang cukup cerah, gairah membuka

usaha sablon pun tertular pada anggota keluarga lainnya. Tak hanya keluarga,

pegawai-pegawainya yang sudah ahli membuka usaha sablon sendiri.

Akhirnya usaha sablon di sepanjangjalan Suci pun menggeliat, Pada tahun 1990-

an, sudah terdapat 25 perajin di jalan ini. Tahun 2008 jumlahnya rnencapai 153

perajin. Tak hanya di sepanjang kiri dan kanan Jalan Suci, tetapi menyusup

sampai gang-gang.

Sebagai pembelajaran, semua berawal dari perajin kemudian menjadi

pengusaha. Dari para pengusaha itu tidak semuanya mengerjakan produk sampai

jadi. Ada yang hanya bagian-bagiannya, seperti konveksi atau hanya perusahaan

yang rnencari order untuk dikerjakan pihak lain.

Untuk tcrus mengembangkan Sentra Kaos Suci ini mcnurut Anto,

pernerintah kerap memberikan pelatihan-pelatihan kepada para perajin baik dari

Dinas Perdagangan, Dinas Pariwisata juga dari Dinas Koperasi,

Pelatihan-pelatihan sudah dimulai sejak tahun 1995 sebagai satu proses

pembelajaran. Terlebih, ketika Sentra Kaos Suci akan dijadikan tujuan wisata
62

banyak pelatihan, pengarahan, perbaikan SOM, sarana dan infrastuktur pun

dilakukan untuk meningkatkan kualitas.

Namun dalam pcrjalanannya Sentra Kaos Suci juga tak selalu di atas
...... , . . ....
''"""U.t•. :J
.....
aug nuxiuaur,
. . ...
pesanan pun mcngaiam 1

kemerosotan, Pada tahun 92-an sampai 97-an order banyak, tetapi ketika mulai

krisis moneter order pun merosot hingga 50 persen.

Gambar 4.2 Keadaan di Sentra Industri Kam: Suci


63

Potensi Sentra industri Kaos Surapati dari tahun kc tahun dapat dilihat

pada Tabet 5.3.

Tabel 5.3 Potensi Sentra inclustri Suci


i---- - ----- ----------· · ·- --,- . - ----· - -r--·--·-r - --· --·- ---i
i-'vT:fj'4Si zuuo iuU7 lUUti

Jumlah Unit Usaha I 13 130 153


Investasi rata-rata (ribuan) 2.835.000 3.250.000 3.978.000
Jumlah tcnaga kcrja 340 455 615

Kapasitas Produksi/tahun (pc) 1.836.000 2.106.000 2.891.700


Sumber : Dinas KUK!'vl clan Perindustrian Kota Bandung. 2009

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra lndustri Kaos Suci

mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, potensi tersebut diantaranya:

I. Pada urnumnya UKM di Sentra Industri Kaos Suci merupakan industri

keluarga sehingga tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tersehut adalah

tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri, sehingga rnenjadikan upah

tenaga kerja menjadi murah. Akibatnya biaya produksi dapat ditekan dan

harga produk jadinya pun menjadi lebih murah. Disamping itu regenerasi

tenaga kerja menjadi lebih mudah karena setiap hari anggota keluarga

terlibat dengan pekerjaan industri kaos tersebut.

2. Sentra industri kaos Suci terletak di pusat kota Bandung, sehingga

mernudahkan para konsumen mencapai ternpat tersebut, baik mereka yang

datang dari dalam kota Bandung maupun konsurnen yang datang dari luar

Kota Bandung.
64

3. Sentra industri Kaos Surapati menjadi barometer industri kaos untuk daerah
atau propinsi lain di Indonesia dalam hal desain produk clan pembentukan

kornunitas pernbuat kaos (pernbentukan sentra industri).

mengembangkan desain-desain sesuai dengan tuntutan konsumcn dan trend

masa kini,

5. Sentra industi kaos Suci merupakan salah satu binaan Pcrnerintah Daerah

Kata Bandung yang direvitalisasi dan dijadikan sebagai salah satu tujuan

wisata belanja Kata Bandung.

5.1.3 Sentra Tekstil Cigondewah

Cigondewah adalah kawasan sentra kain di Bandung Selatan selain Tamim

dan Pasar baru. Lokasi kawasan Cigondewah tidak jauh dari pusat Kata Bandung

berada di wilayah Kelurahan Cigondewah Rahayu Kecamatan Bandung Kulon di

mana terdapat beberapa perusahaan I pabrik yang memproduksi tekstil. Hasil

produksi dipasarkan selain ke daerah lain, luar negeri juga di daerah seternpat

sebagai sentra pcrdagangan tekstil. Nama Cigondewah sendiri itu berasal dari dua

kata yang berarti "ci" itu air sebagai sumber kehidupan sedangkan "gondewah"

artinya busur panah sebagai proses pencarian kerabat.

Di kawasan ini, konsumen dapat membeli kaln dengan harga murah.

Biasanya kain dijual dengan earn kiloan atau meteran. Kawasan ini dimanfaatkan

oleh para penduduk sekitarnya sebagai mata pcncaharian untuk kehidupan

mereka. Di kawasan ini rata-rata semuanya berjualan kain. dari mulai sprei, katun,
65

tissue. grey, brukat, satin. kain rnuslim, kaos, kain garnis, kain soga, parasit,

bahan-bahan kebaya, bahan celana stelan. levis. korduroy, jaket. jeans. kain

kerudung, tuis, bosswa. Ada banyak toko-toko yang herjejer di sepaniang Jalan

Taman Kopo Indah/Cibolerang. Sebelah barat berbatasan dengan daerah Cijerah

dan Margaasih. Sentra kain Cigondewah rupanya bcrsimbiosis dengan kawasan

sekitarnya. Misalnya, di kawasan sekitar ada sentra industri topi, tas, jaket, dan

lain-lain.

Sejarah perdagangan di Cigondewah dimulai oleh H. Aep, salah seorang

warga Cigondewah yang boleh dibilang menjadi pelopor usaha jual beli kain di

kawasan itu. H. Aep yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 2 SD itu,

mengawali usaha jual beli kain pada tahun 1990. Ketika itu, dengan modal I 0

juta, ia cukup jeli dengan pcluang yang ada. Potongan-potongan kain sisa

produksi ia kumpulkan untuk dijual kepada pengrajin topi dan tas di sekitar

kawasan Cigondewah. Kegigihannya berbuah manis. Potongan kain yang ia jual

selalu habis tiap harinya. Tidak puas sampai disitu, H. Aep mengumpulkan semua

keuntungannya untuk menambah modal. Hasil yang dicapai ia mampu

maningkatkan hasil usahanya menjadi jual beli kain utuh yang dibelinya dari

pabrik di kawasan jalan Moh. Toha, Majalaya, bahkan kain impor dari Korea. Ia

mendapat bantuan modal dari BR! sebesar Rp. 5 juta. Dengan tambahan modal

itu, usaha H. Aep berkembang pesat, terutama ketika seorang konsumen dari

Kudus (Jawa Tengah) memesan kain dalam jumlah besar. Setelah itu banyak

pesanan dari luar kota lainnya. Ketika itu H. Aep mampu meraup keuntungan 2-3
66

juta setiap harinya. Dari usaha terscbut H. Aep kemuclian membeli sebidang tanah
seluas 14 x ]4 m. senilai Rp 30 juta. Dari situ usahanya terns berkembang sarnpai

ia berhasil rnenunaikan ibadah haji pada I 997.


- •. ~ .f . • 1 _ _ _ f , ;">• I f l _ • t • fO
:,.:ii 1flg l.!t:llgetit pc1Jc!1allctil \'\'i;lMU, \... tg•J!!UCll'dll Ul;l uuau lll~jctl.!I ~;;l1l1'1.J::!llg

dinilai pemerintah kota Bandung berpotensi untuk dikcmbangkan. Jumlah pelaku

usaha di kawasan ini pun mcnjadi banyak. Pada tahun 2008, tcrcatat ada sekitar

400 unit usaha yang bergerak diperdagangan. Omzetnya pun tak tanggung-

tanggung mencapai sekitar Rp 9,38 miliar/bulan.

Dapat disimpulkan dengan usaha yang keras dan melihat peluang usaha

yang ada, kawasan yang dahulunya lahan pcrtanian, kini dapat bcsalin rupa

mcnjadi sentra penjualan kain yang beromzet miliaran rupiah. Pemerintah Kota

Bandung diharapkan dapat lebih mernperhatikan potensi pasar ini, apalagi dengan

kondisi terakhir jalan yang sudah rusak dan sarana dreinase yang minim sehingga

apabila hujan lebat, air rnenggenangi harnpir seluruh badan jalan. Tapi sayang,

sepertinya kawasan wisata yang mulai ramai di tahun I 998 ini pamornya mulai

rnenurun di tahun 2008. Beberapa pedagang rnengakui jika dibandingkan ramadan

tahun 2007, sejak tahun 2008 pengunjung berkurang hampir 50 persen. Para

pedagang memperkirakan alasan kenaikan BBM atau ekonomi sebagai alasan

utama. Selain itu, bertambahnya pedagang yang turut mencari nafkah di kawasan

ini menambah jumlah pesaing yang tak sedikit. Kesulitan ekonomi menjadi

penyebab utarna berkurangnya konsumen Cigondewah.


67

Gambar 41.3 Keadaan di Scntra Industri Sepatu Cigondcwah

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra Industri Cigondewah

mempunyai potensi yang besar untuk dlkernbangkan, potensi tcrsebut diantaranya:

I. Cigondewah dikenal sebagai pusat perdagangan kain baik kain yang masih

baru maupun kain limbah pabrik yang diperjualbclikan dalam partai besar.

2. Harga kain yang dijual Jebih kornpetitif dibandingkan dengan harga di

tempat lain.

3. Scbagai industri rumahan (home industry), Cigondewah mampu menyerap

tenaga kerja dari lingkungan sekitamya.

4. Cigondewah rnendapat perhatian dari pemcrintah kota Bandung clalam

rangka revitalisasi sebagai sentra industri di Kota Bandung.


68

5. Cigondewah sudah memiliki jaringan perdagangan yang luas baik di dalam

kota maupun dengan kota-kota lainnya.

Sentra industri keramik hias Kiaracondong merupakan salah satu usaha

kecil mcnengah (UKM) yang sangat terkenal di Kota Bandung. Sentra industri

yang beralamat di Jin. Stasion Lama. Kiaracondong ini mernprodnksi guci

kcramik serta berbagai cenderamata yang terbuat dari keramik.

Salah seorang putra H. Itong Wanta Saputra, pendiri scntra keramik hias

Kiaracondong, yaitu H. Oma Rukmana mengatakan keunggulan yang dimiliki

sentra industri keramik ini adalah guci-guci keramik yang dihasilkan sentra

industri ini mempunyai nilai seni tinggi karena semua gambar yang menghiasi

guci dibuat dengan cara dilukis. Sementara guci yang dari luar, motifnya banyak

yang disablon dengan cetakan pabrikan. Tak heran kalau guci-guci kerarnik ini

banyak diburu, bukan hanya oleh konsumen dalam negeri, tetapi juga dari luar

negeri, seperti dari Prancis, Kanada, dan Amerika.

Guci hias dengan lukisan tangan memang menjadi salah satu ciri khas

scntra industri keramik hias Kiaracondong Bandung. Narnun demikian, ada

potensi lain, cenderamata dari keramik. Banyak juga perusahaan dan hotel yang

memesan cenderamata. Bahkan seorang supplier di Bali pemah memesan untuk

diekspor kc Italia dan Australia.


69

Produk keramik yang dickspor ke Italia itu bcrbentuk kadal salamanzo,

jumlahnya sekitar 2.000 unit. Sedangkan pesanan ke Australia berupa pot bunga

dengan bentuk botol yang jumlahuya sekitar 500 botol.

i: iu~'"'":
..
1·.c1ct!l:1:·. 111::!::. 1· ... 1iu <::<..:u11uu11g 111::111<iug

banyak diminati, baik oleh konsumcn dalam negeri maupun luar negeri.

Pesanan yang terbanyak dari dalam negeri berasal dari lrian Jaya. Saat ini H. Oma

sedang me-ngerjakan pesanan dari Irian Jaya berupa guci dan piring hias sebanyak

2.500 unit/ bulan. Pesanan ini melalui supplier di Jakarta. Sebetulnya

pennintaannya 4.000 piring per bulan, tapi kita hanya mampu 2.500 piring karena

kapasitas tungku pembakarannya terbatas. H. Oma pun sedang menjajaki

membuat piring hias bermotif kaligrafi yang akan dilempar ke pasar Timur

Tengah.

Banyak kendala yang dihadapi perajin, sehingga sampai tahun 2009

tinggal t 0 perajin yang masih bertahan. Padahal sebeiumnya, ada 30 pcrajin yang

meramaikan sentra industri keramik Kiaracondong. Para pengrajin berharap

pemcrintah membantu menyosialisasikan produk-produk mereka dengan cara

membuat workshop ruang pamer, serta infrastruktur Iainnya, sehingga. produk-

produk yang dihasilkan bisa lebih dikcmbangkan.

Kesulitan yang di.alami terlebih saat ini perajin kesulitan dengan

pengadaan tungku pernbakaran yang masih tcrbatas, mahalnya biaya BBM unruk

melakukan proses pembakaran serta pemasaran ke luar negeri, tennasuk juga dari

sisi pcrmodal.an. Dalam hal permodalan, para pengrajin rata-rata menginginkan


70

perbankan dapat memberikan kemudahan dalam membcrikan pinjaman, Terutarna

pinjaman lunak dcngan suku bunga yang rendah sehingga terjangkau para perajin.

Gambar 5.4 Keadaan di Scntra Industri Keramik Kiara Condong


71

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra lndustri Kcramik Kiara

Condong mempunyai potensi yang besar untuk dikcmbangkan, potcnsi tersebut

diantaranya:

1. Keramii, Kiara Conciong mempunyai xeungguian yaitu guci-guci keramik

yang dihasilkan sentra industri ini mempunyai nilai seni tinggi karena semua

gambar yang menghiasi guci dibuat dengan earn dilukis, sementara guci

yang dari luar, motifnya banyak yang disablon dengan cetakan pabrikan.

2. Sentra industri keramik kiara condong mampu menyerap tenaga kerja dari

lingkungan sekitar industri tersebut.

3. Harga produk keramik yang dijual terjangkau oleh konsumen.

4. Sifat industri keramik Kiara Condong adalah home industry sehingga pada

umumnya yang dijadikan tenaga kerja adalah keluarga. Hal ini

mengakibatkan biaya produksi dapat ditekan karena biaya tenaga kerja

relatif bersaing.

5. Keramik-keramik yang diproduksi oleh Scntra Industri Keramik Kiara

condong, dapat mengkuti trend desain masa kini.

6. Kcramik-keramik yang diproduksi oleh Scntr:a Industri Keramik Kiara

condong, tidak hanya dijual di Kota Bandung saja tapi juga dijual ke luar

kota Bandung, bahkan sudah mampu menembus pasar ekspor.

7. Sentra Keramik Kiara Condong sudah mendapatkan pembinaan dari instansi

pemerintah daerah kota Bandung dan Balai Keramik Bandung.


72

5.1.S Sentra Industri Boneka Sukamulya dan Holis

5.1.5.J Sentra boneka kain Sukamulya

Di Kota Bandung terdapat pula masyarakat I pengusaha kecil sampat

meuengan rnengadai .. an kegiaran pemouatan oonei,a, oimana pengrajin boneka

tersebut diantaranya berada di kawasan JI. Sukarnulya wilayah kecamatan

Sukajadi. Jumlah perajin boneka di Kp. Babakan Caringin, Kel, Sukagalih, Kee.

Sukajadi, Kota Bandung, terns berkurang. Jika pada masa jayanya, jumlah perajin

di sentra tersebut mencapai 68 orang, sampai tahun 2009 hanya tersisa 17 perajin

yang masih bertahan.

Ketua Koperasi Perajin Boneka Kain Sukarnulya, Yanto Rukrnana

mengatakan, berkurangnya jumlah perajin tersebut dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Ia menilai, selain masalah pennodalan, ketidakjelian dalam menangkap

peluang pasar merupakan kendala utama dari pengembangan sentra tersebut, Ia

mengungkapkan, meski beberapa perajin kerap sulit mendapatkan pinjaman dari

bank karena terbentur persyaratan, hal tersebut masih dapat disiasati, Salah

satunya, dengan mengoptimalkan modal yang dimiliki. Selain itu, ada juga

beberapa pe:rajin yang memperoleh modal dari sejumlah perusahaan. Kendala

utamanya bukan seratus persen terletak pada pennodalan saja. Akan tetapi, juga

kepada kemampuan untuk membaca peluang serta keinginan pasar yang aria.

Dalarn menekuni industri kerajinan boneka, seorang pengrajin itu harus

kaya dengan inovasi dan kreasi, Alasannya, boneka itu hampir mirip dengan mode

baju yang setiap saatnya terus bergulir sesuai tren. Oleh karena itu, untuk bisa

berkembang, inovasi dan krcasi mcnjadi syarat utama. Saat ini, pelatihan untuk
73

mengembangkan kemampuan tersebut masih belum terlalu sering dilakukan, Para

pengrajin di kawasan ini berharap digelar pelatihan yang lebih sering mengenai

hal itu, selain pelatihan membaca peluang dan kualitas produk.


))' I ir""t' I ~ • _, · • · - ·
, ... ~pc:1'1 u1i1i:.:.
r-- • ' · •
ro::il!1uu:::~11a11
• ,.... _
u:c111n:1uu0u11i:;•m1 .... operas: uan usana t;..cc11

Menengah Kota Bandung, Nana Supriatna, menilai, berkurangnya jumlah perajin

boneka merupakan akibat dari persaingan usaha lainnya. Apalagi, suku bunga

pinjaman bagi para pelaku UKM pun masih cukup tinggi, mencapai 12··14 persen.

Nilai itu dianggap cukup memberatkan perajin sehingga mempengaruhi daya

saing produk itu sendiri. Perajin pun sulit untuk bertahan. Meski dernikian, saat

ini, sudah ada sejumlah jasa perbankan yang memberikan pinjaman denga:n suku

bunga 0,8 persen per bulan.

Garn bar 5.5 Keadaan di Sentra Industri Boneka Sukamulya


74

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra lndustri Boneka Sukamulya

mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. potensi tersebut diantaranya:

1. Produk boneka yang dihasilkan sudah memenuhi standar kualitas ekspor.

, ivienggunakan banan basu kuaiuas exspor can merncnuru stanuai ekspor.

3. Produk yang dihasilkan mampu mengikuti desain boneka yang sedang trend

pada saat itu.

4. Harga produk yang ditawarkan bersaing.

5. Lokasi sentra dekat dengan akses pintu gerbang masuk Kota Bandung.

5.1.5.2 Sentra Boneka Holis

Satu lagi scntra industri Boneka di kawasan Kota Bandung adalah Sentra

Boneka Holis, Jalan Soekarno Hatta tepatnya di Gang Cibuntu RW 09 dan RW IO

Kelurahan Warung Muncang Kccamatan Bandung Kulon. Di antara rumah-rumah

pcnduduk dan jalan gang yang sempit akan ditemui beberapa warga yang

berprofesi sebagai perajin boneka. Rumah-rumah mereka pun difungsikan sebagai

tempat pembuatan boneka sekaligus tempat penjualan boneka secara grosir dan

eccran.

Sejarah sentra indusrri boneka di kawasan Holis dimulai oleh Pak Herman

yang merintis bcrjualan boneka di tahun 1994-an. Pada saat itu, boneka yang

dijual hanya satu jenis boneka yaitu boneka pasangan yang dijual Rp 500. Boneka

pasangan ini ternyata disukai konsumen dan laris manis di pasaran. Dalam

pembuatan boneka tcrsebut Herman pun mernpekerjakan penduduk setempat,

Herman kini tidak lagi menjadi perajin di kawasan tersebut tapi warga yang
75

semula bekerja pada Herman pun akhirnya membuka usaha sendiri. Sedikit demi

sedikit jenis boneka pun makin bertambah dan berkembang sesuai dengan tren.

Sant tahun 2009 ada 10 orang perajin boneka di wilayah Holis. Hampir
66 ·' t, O" o • t _ fl_ I•.• 161 .... I • 00! • _ #
seuiua pt:rnJlll lllo:;111µ1uuur.::.1Jct11::. uunci-..::t )<:1110 ::.t111ta. n<:11 H11 u1M11c11<i:-.a11Jth.a a1..1ct

satu jenis boneka laris di pasaran maka perajin lain pun ikut juga memproduksi

boneka tersebut. Boneka-boneka tersebut tak hanya didistribusikan ke pedagang-

pcdagang di tempat-tempat wisata seperti Cibaduyut atau Cihampelas tapi juga

dipasarkan sampai ke luar Bandung, seperti kc Surabaya, Jakarta, Kalirnantan,

Sumatera dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia.

Pendapatan dari tempat-tempat wisata cukup menjanjikan. Dalam satu

bulan, seorang pengrajin dapat mcnghasilkan omzet sebanyak Rp 20-50 juta.

Dalam satu bulan rata-rata pengrajin bisa rnemproduksi sampai 1000-an boneka

dan mempekerjakan rata-rata I 0 karyawan dalam usahanya ini,

Harga-harga boneka tersebut bervariasi tergantung darn jenis bahan dan

ukuran boneka. Untuk pedagang, para perajin menjual secara grosir dalam bentuk

kodi. Para pedagang tinggal datang ke rumah-rumah perajin yang juga berfungsi

sebagai toko. Selain di Gang Cibuntu perajin boneka juga ada di Kampung

Sayuran dan Kampung Cisegel yang juga ada di kawasan Holis, Untuk harga

eceran harganya dari mulai Rp 2.500 sampai yang termahal dikisaran IRp 100

ribuan.

Para perajin membcli bahan baku pembuatan boneka dari kain-kain limbah

di pusat penjualan kain Cigondcwah. Salah seorang pcrajin, mengaku membeli

bahan baku bonekanya dari pasar kain Cigondewah dan Pasar Barn. Bedanya di
76

Cigondewah dirinya bisa mendapatkan bahan dengan harga lebih murah

dibandingkan di Pasar Baru. Hal ini disebabkan bahan baku di Cigondewah

adalah lirnbah-limbah sisa yang potongannya sudah tidak utuh sedangkan di Pasar
r,,.. ,. I-~_, f~I .. f~ ....•.. -:1. I .•. '"'-· ~~ I~.--- . t.f •1 •t~I ··: •.. t t• .t_ ~
Uc.u•-~ ·'"'u'' ."'u''O '..lll.1,.11 111<.t.:-,fll •. 1u1u. ! \.11::;.•uj•H t11n:,o.u,yct lCt•l!t lll\...11111111 t11Ctltll\..tt \.tCtlt

Cigondewah daripada Pasar Baru karena harga bahan baku lcbih murah dan

terjangkau. Walaupun diakui oleh mereka bahwa dengan menggunakan kain

limbah lebih ribet karena harus rnenyambung-nyambungkan potongan-potongan

kain, Tapi harganya lebih murah jadi bisa dijual juga dengan harga yang lebih

murah karena otomatis jika bahan bakunya dari Pasar Baru harga boneka pun jelas

menjadi lebih tinggi. Ada kalanya jika di Cigondewah bahan baku tidak tersedia,

maka pengrajin terpaksa membeli di Pasar Barn, padahal harga bahan baku di

Pasar Baru tidak selalu stabil dan bisa berubah setiap harinya. Untuk itu para

pcngrajin berharap ada perhatian dari pemerintah dalam pengembangan usaha

para perajin ini termasuk permodalan, Karena menurutnya sampai saat ini para

perajin kurang perhatian dari pemerintah.

Ada pula pengrajin yang tidak lagi membeli bahan baku dari Cigonclcwah

dan pasar Barn. Pengrajin tersebut adalah Bapak Rasyid, beliau lebih mernilih

untuk membeli bahan baku boneka di Bekasi, di mana beberapa pabrik besar

pembuatan boneka ada di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan warna dan

bahannya juga lebih bagus. Ia pun mengaku bahwa dia juga mernproduksi

bonekanya di Bekasi. Dalarn satu bulan Rasyid bisa menghasilkan sampai 6.000

buah boneka.
77

Ada beberapa kelemahan dalam industri boneka di Kawasan Holis,

diantaranya permodalan, teknologi. dan desain. Para perajin boneka tidak

sepenuhnya rnernbuat boneka secara mandiri. Dalarn segi desain misalnya. masih
_ .,.I_ .J .. __ ~ !_ ..... • . _ . _ • _ t t_ t • '• . •. -- • ·, • ... • . • •
'''-"' u.;:::.-c1111 t•UtlCl'\.C! /<II lo use uu ll IJ\..'!!Cl\.'1-UVllt:t,;;t Ul u»,o. 1 a(\. Jil1 kflg p;;:ngraj 111

membeli produk baru di toko. Boneka tersebut dibongkarnya sehingga mereka

bisa tahu bagaimana pola pembuatan boneka tersebut kemudian rnenirunya.

Menurut mereka dengan kegiatan seperti itu mcreka bisa membuat boneka serupa

dengan harga yang jauh lebih murah dengan harga di toko. Sebagai bahan

perbandingan, kalau di toko dijual Rp 30 ribu, maka di Holis bisa jual Rp I 0 ribu.

Gambar 5.6 Keadaan di Sentra Industri Boneka Holis


78

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra Industri Boneka mernpunyai

potensi yang besar untuk dikembangkan. potensi tersebut diantaranya:

I. Harga produk yang ditawarkan rnurah dan bersaing.

"-· ivlam11u ineuyerap ieuaga kerja ) ang auu 01 iingicungan sekitar sentra

industri boneka Holis.

3. Marnpu dipasarkan di lingkungan masyarakat menengah ke bawah baik di

dalam kota Bandung maupun di luar Kota Bandung.

4. Marnpu mengikuti perkernbangan desain boneka sesuai dengan trend yang

baru.

5. Perputaran modal relatif lebih cepat karena transaksi yang dilakukan bersifat

tunai sehingga modal kerja yang digunakan relatif kecil.

5.1.6 Sentra Rajut BinongJati

Sentra Rajutan Binong Jati merupakan kawasan pcngrajin barang hasil

rajutan antara lain berupa sweater. Scntra Binong Jati berada di wilayah

Kelurahan Binong Kccamatan Batununggal Kata Bandung, dan dapat dijumpai

melalui gerbang masuk Jalan Binong Jati dari jalan Jenderal Gatot Subroto, Di

Sentra Rajut Binong Jati ini, tidak hanya didominasi oleh perusahan berskala

besar tapi juga banyak penduduk yang menghuni rumah di gang-gang kecil yang

turut menggantungkan hidupnya dari usaha ini. Sentra rajut ini rnampu menyerap

3000an tcnaga kcrja yang tak hanya berasal dari dalam Bandung tetapi juga dari

Sumedang, Tasikmalaya dan Garut.


79

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Rajut Binong Jati, Suyono Wondo,

jumlah pengrajin di Binong Jati bersifat fluktuatif bisa bertambah bisa berkurang.

Hal ini dikarenakan ada kalanya yang merniliki modal kecil menutup usahanya

aiau ~t:i.il-.i:i u:::.aii~ r;;ij ut sciiaug raruai, peugusaira-pengusaha musunau rnuncui

untuk ikut meraih keuntungan.

Beberapa orang penduduk Binong Jati mengawali sentra rajut ini di tahun

1965. Mereka dititipkan mesin rajut oleh pengusaha Tionghoa yang makloon

produk-produk rajut pada mereka. Sekitar tahun 1967-an, scntra rajut ini mulai

ramai. Pesanan dari berbagai daerah di luar Bandung berdatangan. Banyak

penduduk yang turut beralih profesi menjadi pengusaha rajut. Tahun berikutnya,

usaha rajut tidak mengalami peningkatan yang lebih berarti hingga ketika di tahun

2004 harga bahan baku tidak lagi mahal, usaha ini pun ramai lagi.

Produk rajut Binong Jati terscbar hampir di seluruh pasar Iokal di

Indonesia. Misalnya pasar Tanah Abang, pasar Haur Kuning di Bukit Tinggi,

pasar tradisional di Lombok termasuk Pasar Baru di Bandung dan pasar

tradisional la.innya. Dari sentra industri Rajut Binong ini, diperkirakan sekitar 4

ribu lusin produk bisa dihasilkan setiap harinya dari mulai blus, jaket, sweater,

kardigan yang sedang tren sampai produk terbaru yaitu kerudung. Dcngan

kuantitas produksi yang sedemikian banyak, omzet yang bisa dihasilkan pun bisa

mencapai Rp 700 juta - Rp l miliar pet harinya.

Pada umumnya di Sentra industri Binong Jati, hanya bisa mernbeli secara

grosir dengan minimal pembelian 1 lusin, namun ada bebcrapa pengusaha yang

membuka toko sendiri untuk melayani pembeli satuan. Harga satu potong pakaian
80

tergantung bahan yang digunakan bisa mulai Rp 25 ribu sampai di atas seratus

ribu rupiah. Selain pembeli yang membeli satuan. banyak juga pembeli yang

membeli produk rajutannya untuk dijual kemhali. Meski diakuinya pembeli yang

Omzet penjualan pada saat pembeli agak sepi, per per harinya rata-rata hanya Rp

1 juta, sedangkanjika sedang ramai bisa mencapai Rp 6-7 juta.

Kelemahan yang terjadi di Binong Jati adalah ketika ada peningkatan

permintaan pasar tidak diimbangi dengan ketersediaan perajut. Jumlah tenaga

kerja yang memiliki keahlian merajut di wilayah Binong Jati sangat tcrbatas.

Akibatnya, terjadi persaingan antarperajin untuk memberikan upah yang lebih

tinggi kepada perajut agar bisa rnernenuhi permintaan pasar. Minirnnya jumlah

tenaga kerja yang tersedia karena sebagian perajut diserap oleh industri tekstil

besar yang mengerjakan pesanan ekspor. Selain itu, sejumlah perajut memilih

membuka usaha sendiri dan sekaligus menjadi perajutnya. Akibatnya, muncul

banyak usaha rajutan baru sehingga perajut yang tersisa diperebutkan,

Penambahan jumlah pengusaha yang tidak diimbangi perajut akan berdarnpak

pada harga jual produk yang menjadi semakin murah, Selain itu, banyak produk

yang tidak terjual saat pennintaan sedang sepi.

Di samping kurangnya tenaga perajut, kenaikan bahan baku, terutarna

benang dan suku cadang mesin rajut, menyebabkan biaya produksi menjadi! lebih

tinggi. Tingginya perrnintaan pasar membuat harga bahan baku, terutama benang,

naik hingga 11 persen, yaitu dari Rp 36.000 per kilogram menjadi Rp 40.000 per

kilogram. Padahal, kebutuhan benang di Binong Jati juga makin tinggi, yaitu dari
81

IO ton per hari menjadi 12-15 ton per hari. Meningkatnya pesanan pada Juli-

Agustus ini. bukan sernata-mata karena menjelang Lebaran. melainkan karena

semakin sedikitnya produk rekstil China dan Korea yang bercdar di pasar,

Scni.ra iui :,ci'.;!:::tag 111::1 euup seiring uengan merecupnya incustri tekstii

dan produk tekstil di Kabupaten Bandung. Diperkirakan sekitar 40 persen dari 400

perajin di kawasan ini tidak mampu meneruskan bisnis rajutannya akibat kenaikan

harga bahan baku.


·:. . :;:::::;::· - ·- .--.; 2-~:....

Garnbar 5.7 Keadaan di Sentra Industri Rajut Binong Jati


82

Potensi Sentra industri Rajut Binong Jati dari tahun ke tahun dapat dilihat

pada tabel 5.4 di bawah ini :

POTENSI 2006 2007 2008

Jumlah Uni:t Usaha 352 375 390

Investasi (ribuan) 10,560.000 13.125,000 15,600,000

Jumlah tenaga kerja 2.938 3.110 3.120

Kapasitas Produksi/tahun (lusin) 1,013,760 1,080,000 1,123,200


Sumber: Dinas KUKM dan Perindustrian Kota Bandung, 2009

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra Industri Rajur Binong

mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, potensi tcrsebut diantaranya:

I. Harga produk lebih kompetitif dibandingkan dengan produk dari daerah

lainnya seperti rajutan Kopo.

2. Sentra industri rajutan Binong Jati menjadi salah satu daerah wisata belanja

di Kota Bandung.

3. Mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitamya bahkan dari luar daerah

terse but.

4. Di sentra tersebut berpotensi menumbuhkan usaha lain selain rajutan sebagai

usaha pendukung rajutan misalnya usaha pengadaan bahan baku rajutan

(wollj.jarum, alat tenun, bahan pewarna kain dan lain-lain,


83

5.1.7 Sentra Industri Tahu Cihuntu

Tahu Cibuntu berasal dari daerah Cibuntu, Kelurahan Babakan Ciparay,

Kecamatan Bandung Kulon. Di daerah ini mayoritas penduduknya berprofesi

:;dnigai pciaj in aiau prouusen iaiiu, rermasux penduduk yang aoa di Kciuranan

Warung Muncang, maka seringkali kawasan ini mendapatjulukan blok tahu.

Menurut Ibu Aning, salah seorang perajin tahu yang diberi merek ANS

mengatakan keberadaan tahu Cibuntu ini sudah ada lebih dari 30 tahun. lbu Aning

sendiri tidak tahu pasti kapan tepatnya kawasan ini menjadi pusat memproduksi

tahu. Tapi sejak <lulu pcnduduk di kawasan ini memang sudah banyak yang

berprofesi sebagai perajin tahu. Mayoritas penduduk jadi perajin tahu, hampir

sekitar 80 persen, Para produsen atau perajin tahu ini tak hanya yang

memproduksi dalam skala besar tapi ada juga perajin rumahan yang hanya
memproduksi tahu dalam skala kecil. Ada yang menjadi produsen sekaligus

pedagang yang berhubungan langsung dengan konsumen.

Untuk ANS sendiri, dalam satu hari bisa memproduksi 4 kuintal kedelai.

Walaupun diakuinya jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan beberapa

waktu lalu yang bisa mencapai 60 kuintal. Menurut lbu Aning, persaingan antara

produsen tahu kini kian ketat. Banyak diantara para pedagang keliling yang kini

juga beralih menjadi produsen dan memproduksi tahu sendiri dcngan menyewa

pabrik tahu untuk pernbuatannya. Jurnlah pesaing pun terus bertambah.

Dedi Supriatna, salah seorang perajin tahu yang menyewa sebuah pabrik di

kawasan Cibuntu sejak 10 tahun yang lalu. Setiap harinya Dedi memproduksi

sekitar 5 kuintal kedelai di pabriknya dalam waktu 24 jam tanpa henti. Tahu-tahu
84

tersebut dipasarkan oleh 25 orang pedagang keliling yang tersebar di seluruh kota

dan Kabupaten Bandung.

Sebagai pusat pembuatan tahu. beberapa pedagang rnengakui Cibuntn

oukan nanya menjadi produscn tapi mungkin juga menjadi kawasan wisata

pernbuatan tahu. Setiap harinya, masyarakat yang ingin melihat proses pembuatan

tahu pun dengan leluasa bisa datang untuk berkunjung. Banyak pengunjung

terutama dari sekolah-sekolah yang ingin melihat proses pembuatan tahu.

Mcnurutnya kini Cibuntu sudah menjadi kawasan wisata pcmbuatan tahu.

1. Bahan dasar tahu adalah kedelai, 2. Kedelai dihaluskan tcrlebih dahulu,


pertama-tama kedelai dibersihkan terlebih
dahulu.

3. Kcrnudian di godog 4. Setclah digcdog ditiriskan


85

5. Membiarkan airnya tunm

8. Sctclah dipotong digodog kembali,


dengan air yang sudah diburnbui, biasanya 9. Setelah diberi burnbu ditiriskan dan
untuk menghasilkan tahu yang berwarna slap dipasarkan
kuning di beri kunyit,

Gambar 5.8 Proses Pembuatan Tahu Cibuntu


86

Gambnr 5.9 Suasana Pabrik Pembuatan Tahu Cibuntu


87

Produsen tahu Cibuntu menghadapi beberapa kendala dalam menjalankan

usahanya, Saal ini mereka rata-rata sudah kehabisan akal untuk menyiasati

mereka bisa menyiasati kenaikan harga kedelai dengan cara menaikan harga

pelan-pelan atau dengan mengecilkan bentuk potongan tahu. Namun, langkah itu

kini sudah tidak bisa dilakukan lagi dengan kondisi ekonomi saat ini. Apalagi,

daya beli masyarukat yang scmakin mcnurun sernakim menutup peluang produsen

untuk menaikkan harga.

Modal para pengusaha tahu rata-rata pas-pasan, biasanya hasil penjualan

hari ini untuk membeli kebutuhan bahan baku untuk produksi besok, Jadi, mereka

kekurangan modal karena uang hasil jualan hari ini dan hanya bisa memenuhi

scparuh dari kebutuhan besok, Modalnya terus menyusut. Para pengusaha pabrik

tahu di sana telah menunmkan jumlah produksinya hingga 50% akibat kenaikan

kedelai tersebut. Kenaikan harga kedelai mulai terasa pada Desernber 200R.

Hampir setiap hari harga kedelai naik Rp 200,00. Puncaknya terjadi pada minggu

pertama Januari yang mencapai Rp 7.500,00/kg

Bebcrapa produsen dan tengkulak mengatakan bahwa persediaan kedelai

tidak mengalami kekurangan dan tidak ada batasan pembelian untuk tiap produsen

tahu. Sekarang yang mernberatkan adalah harga kedelainya. Kenaikan harga

kedelai temyata tidak disertai dengan kenaikan harga tahu. Kalaupun naik,

kenaikannya tidak bisa tcrlalu tinggi. Pcdagang tahu merasa keberatan dengan

harga tinggi karena tidak bisa menjual ke pcmbeli dengan harga tinggi pula,
88

Mcnurut pcmasok kedelai sendiri, persediaan kedclai sebctulnya normal

tapi harganya yang tidak stabil, "Kadang harga kedelai pagi sama sore hari bisa

beda, misalnya pagi dijual Rp 7.000,00, sore bisa sajajadi Rp 7. I00,00" Kalaupun

harga naik, hai iru tidal;. beruampak paua pemaugkasan jumiai: ieuaga r;t.:1j~1 yang

ada, Hanya saja, ada pernbagian jatah produksi tiap pegawai sehingga mereka

masih bisa produktif dan tidak menambah jumlah pengangguran.

Disamping pennasalahan kenaikan harga bahan baku. Cibuntu yang

rnerupakan industri rumahan, masih perlu penataan kawasan. Keadaan sekarang

mcmang bclum tcrtata dengan. baik.

Potensi Sentra industri tahun dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel 5.5 di

bawah ini:

Tabel 5.5 Potensi Sentra industri Tahu Cibuntu

POTE NS I 2006 2007 :zoos


Jumlah Unit Usaha 1350
Investasi rata-rata (ribuan) 8.100.000
Jumlah tenaga kerja 54(}0
Omzet/hari 276.000
Sumber : Dinas KUKM dan Perindustrian Kota Bandung, 2009

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra lndustri tahu cibuntu

mempunyai potensi yang besar untuk dikernbangkan, potensi tcrscbut diantaranya:

1. Tahu Cihuntu sudah dikenal oleh masyarakat luas tidak hanya di Kota

Bandung saja.

2. Mcmpunyai cita rasa yang cnak.

3. Harga yang ditawarkan sangat bcrsamg.


89'

4. Sentra Tahu berada di lokasi yang strategis, dekat dengan pusat

perdagangan bahan baku dan penjualan bahan jadi, disamping transportasi

yang mudah dijangkau,

c. iviampu menycrap tenaga Ke1Ja di seknar Imgkungau sentra industri,

5.1.8 Scntra Baraug Bekas Jatayu

Pasar Jatayu sangat terkenal sebagai pasar barang loakan. Di Pasar Jatayu,

akan menemukan benda-benda seperti spare part bekas motor dan mobil, mesin

cuci, dan kulkas bekas, sampai beraneka ragam perkakas mesin. Pengunjungnya

bukan hanya dari dalam Kota Bandung, tetapi juga dari kota-kota sekitar Kota

Bandung. Di sepanjang Jalan Jatayu berdiri kios-kios pedagang kaki Jima (PKL)

yang rnenjajakan beraneka ragarn barang.

Pasar Jatayu berdiri di atas lahan rnilik Pemkot Bandung, sedangkan

bangunannya dibangun menggunakan dana swadaya pedagang, Pasar ini didirikan

pada 1957 dan pada 2006 dilakukan rehab karena bangunan pasar yang kurang

layak. Pasar Jatayu terletak di Jin. Komodor Supadio, Kel. Husein Sastranegara,

Kee. Cicendo. Di pasar ini ada 369 kios, 336 kios dalam keadaan aktif dan 33 kios

di antaranya tutup, Sedangkan jumlah pedagangnya rnencapai 242 orang.

Kawasan Jatayu dulunya terkenal sebagai tempat perdagangan barang

antik. Warga negara Eropa, Amerika, dan Asia banyak yang datang kesini. Namun

seiring perkcmbangan zaman, barang-barang antik yang ada di kawasan ini sudah

tidak ada lagi dan pengunjungpun hanya terbatas pengunjung Iokal saja.

Memang dulu Jatayu dikenal sebagai tcmpat perdagangan barang antik. tapi
90

sekarang barang antiknya juga sudah jarang, kebanyakan sekarang adalah barang-

barang teknik dan barang rumah tangga.

Pedagang di Pasar Jatayu rnayoritas mcniaiakan alat-alat teknik salah

satunya adalah spare part khusus untuk indusri dan inesin tekuik. Sekitar 70%

pedagang menjual alat-alat teknik. Kebanyakan yang datang ke sini dari pabrik-

pabrik, baik yang membangun maupun yang membutuhkan mesin-mesin. Barang-

barang yang ada di Pasar Jatayu hampir 95% merupakan barang bekas dan

selebihnya barang baru atau gress. Semua barang yang dijual bisa clicoba.

Meskipun barang bekas atau loak, tapi kondisinya masih layak pakai.

Harga barang-barang di Jatayu cukup terjangkau, sekitar 25% sampai 30%

lebih murah dari harga di toko-toko. Sebagian besar barang-barang yang dijual

berasal dari tukang I oak yang biasa keliling ke rumah-rumah. Ada juga pedagang

yang mendapatkan barang-barang dari pabrik yang gulung tikar clan menjual stok

barangnya ke: Pasar Jatayu.

Gambar 5.10 Suasana Sentra Industi Jatayu


91

Berdasarkan paparan di atas, UKM di Sentra Industri Jatayu mempunyai

potensi yang besar untuk dikembangkan. potensi tersebut diantaranya:

I. Sudah dikenal sebagai pusat jual beli barang bekas sejak jaman dahulu

baik oleh masyarakat di Kora uancung maupun rn iuar Kuta Bandung.

2. Harga jual sangat kompctitif.

3. Sentra Jatayu berada di pusat kota sehingga mudah dijangkau oleh setiap

orang baik yang berada di dalam Kota Bandung maupun dari luar Kota

Bandung.

4. Mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar maupun dari

masyarakat pendatang.

5.1.9 Potcnsi dan Kelemahan UKM Sentra-sentra industri Kota Bandung

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti pada sentra-sentra

industri di Kota Bandung, secara umum UKM di Kota Bandung dapat

dideskripslkan sebagai berikut :

Potensi UKM di sentra-sentra industri di Kota Bandung adalah :

I. Mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang rata-rata menimpa industri

besar.

2. Mampu menyerap tenaga kerja di sekitar Iingkungan masyarakat sentra-

sentra industri tersebut.

3. Harga produk yang dihasilkan terjangkau.


92

4. Sifat dari UKM adalah home industry sehingga dapat dikerjakan oleh

anggota keluarga, kelebihan dari sifat ini adalah biaya tenaga kerja menjadi

Jebih murah.

j, semra indusrri di kota Bandung rara-rata dijadikan seoagai rujuxan uagr

konsumen yang ingin mencari produk-produk hasil sentra tersebut baik dari

dalam maupun dari luar Kota Bandung.

6. Kualitas produk yang dihasilkan rata-rata sudah cukup baik kualitasnya dan

desainnya mampu mengikuti prekembangan trend di masyarakat.

Walaupun mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, tetap saja

temyata UKM. di Kota Bandung mempunyai beberapa kelcmahan diantaranya :

1. Di dalam setiap unit usaha belum adanya pembagian tugas yangjelas antara

bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan UKM dikelola oleh

perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola

perusahaan, tidak memiliki pcmbagian tugas yang tcgas serta mcmanfaatkan

tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

2. Akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga pelaku

UKM cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri

atau sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan

rentenir. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa peranan rentenir dalam

UKM kadang kala sangat besar. Hal ini dikarenakan para rentenir tersebut,

mampu rnenycdiakan modal yang dibutuhkan dalarn waktu dan proses yang

cepat, walaupun dengan bunga yang tinggi. Rata-rata para pelaku UKM

mclakukan transaksi dengan rentemir tersebut secara sadar dan mcnyadari


93

bahwa bunga yang ditawarkan rentenir memang sangat tinggi, namun

mereka terjerat meminjam kepada rentenir karena tidak mempunyai harapan

lain meminjam kepada oang lain.


~ ,., f ~ I . , '· • f t •, . • ' ~ I '• • , . t. J

», ._,,:t.'«C:;t'lll i.r:::.i.'.I! ll:Jcttlti t1.Cl.:I! \!l\t\llu::ii U<;"Jt0ct1: ucrun: Ulf.JU:l.)C!ll;,;.'-'! ::.lilLllS UWJetU

hukum. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak

berakta notaris. Hanya sekitar 1,5% yang sudah merniliki badan hukum (CV

atau koperasi).

4. Pengadaan bahan baku, masalah terbesar yang dihadapi dalam pengadaan

bahan baku adalah mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan, danjarak yang

relatif jauh. Jni karena bahan baku bagi UKM sebagian besar berasal dari

luar daerah usaha tersebut berlokasi.

5. Masalah utama yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja

adalah kuangnya tenaga kerja terampil. Regenerasi perajin dan pekerja

terampil relatif lambat. Akibatnya, di banyak sentra mengalami kelangkaan

tenaga terampil untuk sektor tertentu.

6. Dalam bidang pemasaran, masalahnya terkait dengan banyaknya pesaing

yang bergerak dalam industri yang sama, relatif minimnya kemampuan

bernegoisasi, dan kesutitan dalan melakukan penetrasi pasar ke luar daerah

maupun luar negeri (terutama berhubungan dengan penguasaan pengetahuan

clan teknologi internet untuk mcmasarkan ke luar daerah atau ke luar negeri).
94

5.2 Potcnsi dan Permasalahan yang dihadapi Lembaga Keuangan Mikro

(LKM)

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian dan pembahasan mengenai

menjadi subjek pcnelitian. Pada peneltian ini LKM yang menjadi subjek

penelitian adalah koperasi-koperasi yang berada di beberapa sentra industri kota

Bandung dan koperasi-koperasi yang berada di lingkungan usaha mikro.

Potensi dan permasalahan yang akan dikaji terdiri dari profil umum

koperasi, Pengelolaan, Keanggotaan, Produk, Sumber permodalan, kinerja

keuangan, lending model dan pembinaan anggota yang dilakukan koperasi.

5.2.1 Koperasi Persepatuan Bandung Kota (KPBK)

5.2.1.1 Profil Umum

Koperasi Persepatuan Bandung Kota (KPBK) merupakan Koperasi Serba

Usaha (KSU) dengan sistem konvensional yang berlokasi di Jalan Cibaduyut

Lama No. 70A Bandung. Koperasi ini telah berdiri sejak tahun 1997 dan telah

memiliki badan hukum dengan No. 5709/BH/PAD/KWK.IO/IX/1997.

Sebelumnya koperasi ini bernama Koperasi Pengusaha Sepatu (Kopsi) yang telah

ada sejak tahun 1973. Prestasi yang diraih adalah koperasi terbaik se-kota

Bandung pada tahun 2007


95

5.2.l.2 Pengelolaan Kopcrasi

a. Pengelola Koperasi

Koperasi KBPK saat ini dikelola oleh 12 orang pengurus dengan struktur

No Pengurus .Jumlah

1 Pen gurus 3 orang

2 Pengawas 3 orang

3 Pegawai 6 orang

Mayoritas pcngelola memiliki latar belakang SLTA. Di dalarn pengelolaannya

koperasi ini memanfaatkan tokoh masyarakat setempat sebagai pengurus dan

Pembina. Hasil wawancara dengan pengurus menyatakan bahwa dengan adanya

tokoh masyarakat yang sckarang diharapkan anggota masyarakat (terutama

masyarkat kecil sekitar) menjadi merasa aman dengan menyimpan uang pada

orang yang mereka kenal.

b. Administrasi

Administrasi keuangan telah menggunakan sistem akuntansi perkoperasian

yang didukung dengan fasilitas computer, sehingga kctelitian dan kecepatan

proses pengolahan data dapat ditingkatkan dan tingkat kesalahan dapat ditekan.

Meskipun demikian sebagian proses pengadministrasikan masih dilakukan secara

manusla, Dernikian juga dengan administrasi perkantoran lainnya tetap

dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang bcrlaku umum. Untuk
96

meningkatkan kemampuan pengelolaan perkoperasian, secara rutin para pengurus

koperasi diikutsertakan pada penataran dan pelatihan perkoperasian. Yang

diselenggarakan oleh dinas koperasi kota bandung

.
.. ~·-,--------.· .
:}. ~- ... --!:'~t.,~- ... --~._: ....~~..:~

Gambar 5.11 Aptikasi Sistcm Akuntasi Koperasi Di JKPBK

5.2.1.3 Kcanggotaan Koperasi

Sampai akhir tahun 2008 jumlah anggota koperasi sebanyak 817 orang

dengan rincian sebagai berikut:

Kcadaan Padla Laki-J_,aki Perempuan Jfumlah

Awai tahun 2008 258 446 704

Masuk tahun 2008 58 83 141

Keluar tahun 2008 12 16 28

Akhir tahun 2008. 304 513 817


97

Dari data di atas menunjukan telah terjadi pcnambahan jumlah anggota dari

scmula 704 bertambah menjadi 817 orang pada akhir tahun 2008. Dalam

penerimaan anggota baru. koperasi memiliki kebijakan adanya referensi dari

memutuskan menjadi anggota.

Di lihat dari komposisinya mayoritas anggota adalah perempuan. Sedangkan

dilihat dari pekerjaannya maka mayoritas nasabah koperasi adalah tenaga kerja

khususnya buruh scpatu dan usaha kecil, yang mencapai I00 nasabah. Di luar itu

maka anggota mayoritas adalah ibu rumah tangga dan pensiunan.

Keberhasilan koperasi sangat dipengaruhi oleh aktivitas dari anggotanya.

Upaya untuk meningkatkan aktivitas anggota di dalam koperasi, koperasi

rnelakukan pembinaan kepada anggota yang kurang aktif atau tidak aktif

mernberikan hadian kepada anggota agar anggota termotivasi untuk menghadiri

RAT. Untuk anggota yang tidak aktif selam 3 bu Ian berturut-turut maka kepada

anggota tersebut akan dikenakan sangsi pemberhentian keanggotaaan dan uang

-~-----
simpanannya akan dikernbalikan.

·~....

Gambar 5.12 Pelayanan diKPBK


98

Selain itu koperasi juga berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota

dengan memberikan bantuan dalam bentuk santunan kepada anggota yang sakit

atau mendapat musibah dan kepada ahli wnri5 anggota bagi anggota yang

5.1.2.4 Produk Kopcrasi

a. Simpanan

Prociuk simpanan yang dimiliki terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan

Wajib, Simpanan Wajib Khusus (SWK), Simpanan Harkop dan Simpanan

Titipan. Adapun besaran simpanan tcrscbut adalah scbagai bcrikut:

No Jenis Simpanan Jumlah Ketcrangan


1 Simpanan Pokok Rp. 25.000 Dibayar sekali pad a saat
menjadi anggota baru
2 Simpanan Wajib Rp. 10.000 Dibayar sctiap bulan
3 Simpanan Wajib I % dari total Han ya dibayarkan oleh
Khusus pinjaman anggota yang merniliki
pinjaman
4. Simpanan Harkop Rp. 10.000 Dibayar khusus pada bulan
Juli
·-
5 Sirnpanan Titipan Sukarela

Simpanan ya:ng dapat diambil sctiap saat hanya simpanan titipan saja,

sedangkan simpanan lainnya dapat diambil jika anggota keluar dari keanggotaan

koperasi. Sampai tahun 2003 total simpanan PKWH pada tahun 2008 sejurnlah

Rp. 651.276.900 angka ini meningkat sebesar 22% dibanding tahun 2007,
99

sedangkan simpanan sukarela (simpanan titipan) pada tahun 2008 berjumlah Rp.

862.813.200, meningkat sebesar 4 7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Untuk simpanan titipan koperasi mernberikan jasa simpanan titipan sebesnr

pinjaman, dimana besarnya pinjaman yang diberikan sebesar 80% dari seluruh

simpanan yang dimiliki.

b. Pinjaman

Produk pinjaman terdiri dari pinjaman di bawah simpanan dan pinjaman di

atas simpanan. Pada pinjaman dibawah simpanan maka simpanan digunakan

sebagai agunan/jaminan, sedangkan pinjaman di atas simpanan maka selain

simpanan yang dimiliki juga ditambah dengan agunan Iainnya. Bagi anggota yang

pengajukan pinjaman terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan yaitu:

No Jenis Biaya Tarif Keterangan


1 Jasa Pinjaman 0,5% per minggu Dihitung dari sisa pinjarnan
2 Uang saksi 1 % per transaksi
3 Provisi 1 % per transaksi
4. SWK 1 % per transaksi Dimasukan sebagai
simpanan Anggota
Dalam memberikan pinjaman hal-hal yang ditcrtimbangkan oleh pengurus

adalah track record anggota, bcsarnya simpanan dan nilai jaminan yang, dengan

pagu pinjaman yang disctujui oleh pengurus sebesar Rp. 50.000.000

Dana pinjaman yang disalurkan berasal dari dua sumber pendanaan,

pinjaman di atas 4 juta rupiah dibcrikan dalam bentuk pinjaman biasa, sedangkan

pinjaman sampai dengan 4 juta rupiah diberikan dalam bentuk pinjaman P3KUM
JOO

dengan syarat dan aturan pinjaman yang sama. Dari total pinjaman yang

disalurkan 50% diserap oleh pengusaha kecil khusunya pengusaha sepatu di

daerah Cibaduyut Bandung.

sebesar Rp. 1.307.832.500, jumlah tersebut naik sebesar 14% dari tahun 2007.

Dari total dana yang disalurkan tidak diperoleh inforrnasi mengenai jumlah

pinjaman yang macet pengcmbaliannya, data diperoleh menyebutkan sekitar 2%

anggota tidak bisa melaksanakan kewajiban untuk membayar cicilan pada

koperasi.

c. Usaha Lain-Lain

Sclain usaha simpan pinjam, koperasi juga menyelenggarakan kegiatan

usaha lain seperti penjualan buku tabungan, serta sewa gedung dan halarnan

koperasi. Dari usaha lain-lain tersebut diperoleh pendapatan sebesar Rp.

23.930.878 selama tahun 2008.

5.1.2.5 Produk Koperasl

Sumber permodalan yang digunakan dalam aktivitas usaha koperasi berasal

dari anggota, donasi, dan bantuan dana pergulir. Permodalan dari anggota berasal

dari simpanan anggota yang meliputi simpanan wajib, simpanan pokok, simpanan

khusus, simpanan titipan dan simpanan Harkop. Sampai saat ini simpanan yang

bersumber dari anggota merupakan sumber pennodalan utama dari koperasi.


101

Sumber permodalan dalam bentuk bantuan dana bergulir diterima koperasi

dari Departemen Koperasi dan UKM melalui program dana bergulir P3KUM

yang ditujukan untuk perkuatan perrnodalan koperasi. Dari program ini koperasi

Iucuci !tit" vi1:jarn~:1 Ualla ~ce.:sar Rp, i vv.ull.uvu yang narus oikernoaukan datum

jangka waktu 10 tahun dcngan bunga 6% per tahun. Dana pinjaman ini oleh

koperasi disalurkan kembali kepada anggota dalam bentuk pinjarnan.

Selain mendapatkan bantuan kredit P3KUM, koperasi juga mendapatkan

bantuan dari Walikota Bandung dalam gerakan BA WAKU MAKMUR sebesar

Rp. 5 juta, dana tersebut digunakan koperasi untuk meningkatkan pcngelolaan

koperasi dengan menggunaknya untuk pembelian seperangkat komputer.

5.1.2.6 Kinerja Kcuangan

Berikut ini hasil pengukuran kinerja keuangan prodi berdasarkan indikator

likuiditas, rcntabilitas,solvabilitas dan efisiensi

Indikator KPBK P'enilaian


CR 1,5 Efisien
ROA 1,1% Cukup Efisien
ROE 2,4% Cukup Efisien
Efisiensi 93% Efisien
Pcrputaran Piutang 4,3 Kurang Efisien
Pcrputaran Kas 5,5 Kurang Efisien
LDR 226% Kurang Efisien

Kinerja likuiditas yang diukur dengan Current Rasio menunjukkan

koperasi mampu mcnjalankan usahanya dengan efisien dimana kekayaan yang

dimiliki mampu menutupi seluruh kewajiban lancamya. Kinerja profitabilitas

yang diukur dengan ROA dan ROE menunjukan koperasi masuk kategori cukup
102

sehingga hams ditingkatkan lagi, sedangkan dilihat dari rasion efektifitasnya

relative kurang efisien. Khususnya rasio LOR mcnunjukkan angka 226%, nilai ini

relative rerlalu tinggi dan beresiko terutarna jika kredit banyak yang macer.

S.1.2.7 Lending Model

Dalarn menyalurkan pinjaman kepada anggota berikut ini persyarakat kredit yang

ditcrapkan oleh kopcrasi KPBK:

1. Anggota yang akan meminjam harus mengajukan pennohonan kepada

pengurus dengan dua cara yaitu secara lisan jika mcminjam dibawah

simpanan dan permohonan tertulisjika mcminjam mengunakn agunan.

2. Setelah pengurus menerima permohonan tersebut maka, pengurus akan

rneneliti terlebih dahulu agunan yang dimiliki oleh peminjam. Pinjaman

yang digunakan harus ditandatangani oleh anggota bersangkutan berserta

istri atau suami. Jika agunan yang digunakan adalah milik orang lain maka

pemilik agunan hams ikut menandatangani surat perjanjian pinjaman.

Agunan yang diserahkan juga harus disertai dengan surat kuasa jual yang

akan digunakn pcngurus jika terjadi ketidaklancaran dalam pembayaran

hutang angota,

3. Besarnya pinjaman yang diperoleh anggota ditentukan atas dasar aktivitas

anggota, besarnya simpanan dan faktor-faktor lainnya yang bertujuan agar

kopcrasi terhindar dari kerugian.

4.. Anggota yang telah melunasi pinjamannya dapat diberikan pinjaman baru

yang lebih besar dari pinjaman lamajika:


103

a. Anggota meminjam di hari yang berbeda dari hari pelunasan.

b. Kondisi keuangan koperasi memungkinkan

c. Ketika pelunasn pinajaman, sisa pinjaman dibawah 25% dari

µur...u~. piujct111iu1 a" ai,

d. Pinjaman lam dibayar teratur clan tidak pemah menunggak

5. Pagu pinjaman sebesar Rp. 50 Juta dengan syarat memenuhi kriteria

besamya simpanan, aktivitas dan agunan

6. Besarnya jasa pinjaman adalah 0,5% per mingu dihitung dari sisa

pinjaman.

7. Selain dikenakan biaya jasa pinjaman, peminjam juga dikenakan biaya

adminsitrasi pinjaman yaitu uang saksi, profisi, SWK dan bea rnateria.

5.1.2.8 Cara mengatasi Kredlt Macet

Sampai saat ini masih ditemukan kredit macet yang disebabkan oleh

kelalaian anggota untuk membayar kewajibannya. Hal pertama yang dilakukan

oleh pengurus adalah dengan melakukan pembinaan terhadap anggota agar

rnenjadi anggota yang balk lagi, Angota yang semula macet kernudian aktif lagi

maka apabila akan meminjam akan diberlakukan sebagai anggota baru pertama

kali meminjam. Selain itu jika anggota yang mcminjam di bawah simpanan,

apabila tidak aktif membayar maka a.kan dikenakan tinclakan pemberhentian

sebagai anggota, apabila setelah diperhitungkan sisa uang jaminan yang 20% tidak

cukup untuk membayar kewajibannya. Sampai saat ini koperasi belum memiliki

asuransi pinjaman untuk meminimalisasi resiko.


104

5.1.2.9 Ancaman keberadaan LKM lainnya

Hasil wawancara menjelaskan bahwa saat ini koperasi KPBK menilai

keberlanjutan kopcrasi, salah satunya adalah rentenir. Rentenir dinilai ancarnan

terbesar karena bagi rnasyakat berpenghasilan rendah, akses mendapatkan

pinjaman uang melalui rentenir dianggap sangat mudah dan tidak memerlukan

jaminan meskipun biaya yang sangat tinggi.

5.2.2 Koperasi Bina Sejahtera

5.2.2.1 Profil Koperasi

Koperasi Bina Sejahtera beralamat di Jalan Kebonjayanti Kecamatan

Kiaracondong Kota Bandung, pertama didirikan pada tanggal 17 Oktober 1987

dan telah mendapatkan Nomor Badan Hukum: 162/BH/KDK-10.21/1/1998. Pada

tahun 2006 telah mendapatkan penilaian dan penghargaan dari dinas Koperasi

Kota Bandung dan masuk sepuluh besar terbaik untuk simpan pinjam,

Pendirian kopcrasi Bina Sejahtera didirikan oleh masyarakat pendatang,

dengan pemikiran sebagai orang yang jauh dari sanak keluarga, maka dibutuhkan

perkumpulan atau organisasi yang dapat rnenunjang kesehateraan. Sejalan dengan

perkembangannya, keanggotaan kopcrasi ini semakin berkembang bukan hanya

anggota masyarakat pendatang akan tetapi juga masyarakat sekitar.


105

W.'1i'..~h ~l~:
td~
---····
i Lltw '.
.! ....... ~-.~, ~:....:

Gambar 5.13 Gedung Koperasi Bina Scjabtera

5.2.2.2 Pengelolaan Koperasi

a. Pcngclola Kopcrasi

Koperasi Bina Sejahtera dikelola oleh 13 orang pengurus dengan struktur

pengelolaan scbagai berikut :

No Pengurus Jumlah

] Pen gurus 6 orang

2 Pengawas 2 orang

3 Seksi Kegiatan 6 orang

Sclain dikelola oleh 13 orang pengurus inti, dengan latar belakang pendidikan 1

orang S2, 2 orang St, 1 orang 02 dan 9 orang SLTA. Koperasi jura memiliki

koordinator atau perwakilan I 0 wilayah di kota Bandung dan sckitamya

mengingat anggota koperasi ini terscbar ke berbagai daerah. Pcnunjukan


106

koordinator ini ditujukan untuk mempermudah pengkoordinasian anggota

terutama untuk pengumpulan dana pinjaman anggota.

' l • • • •
u • .n.uuil111su-as1

Administrasi keuangan telah menjalankan sistcm akuntansi pcrkoperasian

yang berlaku, yang mayoritas masih dikerjakan secara manual. Penggunaan

fasilitas belum terlalu dominan. Demikian juga dengan administrasi perkantoran

lainnya tetap dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku

umum. Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan perkoperasian, secara rutin

para pengurus koperasi diikutsertakan pada pcnataran dan pelatihan perkoperasian

diantaranya yang pernah diselenggarakan oleh PT Pindad dan dinas koperasi kota

Bandung

5.2.2.3 Keanggotaan

Jumlah anggota kopcrasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2008 adalah

sejumlah 123 orang dengan rincian sebagai berikut:

No Keterangan Laki-Laki Wanita Jumlah


(Oranz)
1 Dcsembcr 2007 73 47 120 orang
2 Keluar tahun 2008 0 3 8 orang
3 Mnsuk2008 2 4 6
Jumlah Desember 2008 75 48 123

Dilihat dari jenis kelarnin 61% anggota koperasi Bina Sejahtera adalah

Pria. Sedangkan berdasarkan pekerjaannya 61 % adalah wirausaha dengan bi dang

usaha perdagangan, rajut, jahit dan bengkel.


107

Untuk menjadi anggota koperasi ini calon anggota disyaratkan untuk

membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. Paling sedikit mcnjadi anggota

selama lima tahun. jika sebelum lima tahun keluar dari anggota maka jasanya

ilijJv(vi1g scbtsa: 25'lo untuk i.operasi. oeiarna mcnjaoi anggota, mereka bernak

untuk menyimpan, menerima pinjaman danjasa SHU. Selain itu rnereka juga akan

mendapatkan santunan apabilan sakit, atau kena musibah.

5.2.2.4 Produk Koperasi

a. Simpanan

Produk simpanan yang dimiliki terdiri dari Simpanan Pokok, dan Simpanan

Wajib, Adapun besaran simpanan tcrsebut adalah sebagai berikut:

No Jenis Simpanan Jumlah Keterangan


I Simpanan Pokok Rp. 750.000 Dibayar sekali pad a saat
menjadi anggota haru
2 Simpanan Wajib Rp. 25.000 Dibayar setiap bulan
5 Simpanan Titipan Sukarela Tidak Terbatas

Total sirnpanan anggota sampai tahun 2008 adalah Rp. 402.298.000, angka

tcrsebut menunjukan pcnurunan sebesar 8,4% dibandingkan dengan tahun

scbelumnya yaitu Rp. 439.191.000.

b. Pinjaman
108

Produk pinjaman yang diberikan oleh koperasi kepada anggota rnemiliki

pagu maksirnum Rp. 15 Juta dan pagu minimum 2 juta. Besar jasa simpanan 2%

per bulan dan berlaku surut, Jika pinjaman di atas Rp. 3 juta rnaka jasa pinjaman

::i':"u-;;;,ur i :.c 01:d<t~.u ierap J1:uga11 peijaujiau jaugica waktu paiing sedikit o bulan

dan paling lambat 15 bulan. Setiap pinjaman akan dikenakanjasa provisi 1% yang

dibayar hanya sekali. Di dalam menyeleksi permohonan pinjaman faktor-faktor

yang dipertimbangkan oleh pengurus adalah kemampuan koperasi dan disiplin

anggota dalam hal tepat waktu, rutin dan tidak ada tunggakan pinjaman

Sampai tahun 2008 kopcrasi Bina Sejahtera terdapat piutang pinjaman

sebesar Rp. 312.298.000. nilai ini menurun dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yaitu sebesar Rp. 334.349. Dari total dana yang disalurkan diperoleh

informasi mengenai jumlah pinjaman yang macet pengembaliannya, data

diperoleh menyebutkan sekitar 5% termasuk kategori kredit macet.

c. Usaha Lain-Lain

Sclain usaha simpan pinjam, koperasi juga memiliki usaha lain yaitu usaha

becak, dari usaha tersebut diperoleh keuntungan sebesar Rp. 8.295.625.

5.2.2.5 Somber Permodalan

Surnber permodalan yang digur:akan dalam aktivitas usaha koperasi berasal

dari anggota, modal penyertaan, donor dan Hasil usaha. Permodalan dari anggota

berasal dari simpanan anggota yang meliputi simpanan wajib, simpanan pokok,

simpanan khusus, simpanan titipan dan simpanan Harkop. Sampai saat ini
109

simpanan yang bersumber dari anggota merupakan sumber pcrmodalan utama dari

koperasi.

Sumber permodalan dalam bentuk banruan dana bergulir diterima koperasi

mm UCtJ~:m:111t:i1 Kuperasi dun ukivi. meiaiui program dana nerguiir l'.:ii:..UM

yang ditujukan untuk perkuatan permodalan kopcrasi. Dari program ini koperasi

menerima pinjaman dana sebesar Rp. I 00.00.000 yang harus dikembalikan dalam

jangka waktu 10 tahun dengan bunga 4% per tahun. Dana pinjaman ini oleh

koperasi disalurkan kembali kepada anggota dalam bentuk pinjarnan.

Dana bergulir lainnya diperoleh dari PT Pindad berupa dana pinjaman

dengan bunga pinjaman 5% per tahun. Modal dalam bentuk donasi diterima dari

Walikota Bandung dalam gerakan BA WAKU MAKMUR sebesar Rp. 5 juta, dana

tersebut digunakan koperasi untuk meningkatkan pengelolaan koperasi..

5.2.2.6 Kincrja Kcuangan

Berikut ini basil pengukuran kinerja keuangan prodi berdasarkan indikator

likuiditas, rentabilitas,solvabilitas dan efisiensi

Indikator KPBK Penilaian


CR 10,9 Kurang Efisien
ROA 10% Sangat Efisien
Pernutaran Piutang 2.28 Kurang Efis~en
LDR 635% Kurang Efis~en

Kinerja likuiditas yang diukur dengan Current Rasia memmjukkan

kopcrasi kurang efisien dalam menjalankan usahanya dimana kekayaan yang

untuk menutup kekayaan lancarnya relatif rendah. Kinerja profitabilitas yang


110

diukur dengan ROA menunjukan koperasi masuk kategori sangat efisien.,

sedangkan dilihat dari rasion efektifitasnya kurang efisien. Khususnya rasio LDR

mcnunjukkan angka 635% . nilai ini terlalu tinggi dan beresiko terutama jika

5.2.2. 7 Lending Model

Dalam menyalurkan pinjarnan kepada anggota berikut rm persyarakat

kredit yang diterapkan oleh koperasi adalah sebagai berikut:

I. Anggota yang akan meminjam, hams mengajukan permohonan kepada

pengurus secara tertulis.

2. Peminjam boleh meminjam lagi jika pinjaman sebelumnya telah dilunasi.

3. Peminjam sementara jika lebih 15 hari dikenakan jasa (dihitung) satu

bu Ian

4. Besar pinjaman rnaksimal dua kali tabungan anggota apabila sudah

menunjukan kedisiplinan dan keuangan memungkinkan

5. Pembayaran setiap bulan mulai tanggal I sampai tanggal 15 lebih dari

tanggal tersebut dimasukan sebagai titipan untuk pembayaran bulan

berikutnya

6. Pembagian SHU bagi anggota yang tabungannya Rp. 3 juta keatas

dibagikan 100 % dan kurang dari Rp. 3 Juta dibaglkan 50%


I 11

5.2.2.8 Cara mengatasi Krcdit Macct

Sampai saat ini masih ditemukan kredit macet yang disebabkan oleh

kelalaian anggota untuk mernbayar kewaj ibannya. Penyebab terbesar mncernya

untuk melakukan pembayaran secara rutin. Jika ditcmukan kredit macer maka

langkah yang dilakukan adalah dengan menegosiasikan ulang pinjaman yang ada

misalnya dengan memperpanjang waktu pengembalian atau dengan menghapus

sebagian jasa pinjaman yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota yang

menunggak.

5.1.2.9 Ancaman keberadaan LKM lainnya

Hasil wawancara menjelaskan bahwa saat ini bahwa rentcnir merupakan

ancaman terbesar karena bagi masyakat bcrpenghasilan rendah, akscs

rncndapntkan

5.2.3 Koperasi Mekar Jaya

5.2.3.1 Profil Kopcrasi

Koperasi Kredit Mekar Jaya adalah Kopcrasi yang bergerak dalam usaha

simpan pinjam yang berlokasi di Jalan Kebon Jayanti No. 99 Kiara Condong,

bcrdiri sejak tanggal 28 Mei 1982 dan telah bcrbadan hukum dengan nomon

20/BH/KDK 10-21/111/2001. Jenis usaha yang dijalankan adalah simpan pinjam

dengan sistem konvensional.


112

5.2.3.2 Pcngclolaan Koperasi

a. Pengclola Kopcrasi

Saat ini koperasi dikelola oleh 8 orang pengurus dengan latar belakang

f • . t "1 __ . • • ~ ',' ' • • . . t _ • _ I . ~ _ ' '_ _• !


i:Jc11\.l1uil\.c11l .:)L 1."1. .:iCUC:laji:tl ueugan ::>UU!\.llll ::it:ui:!gl:!I UClll\.Ul;

No Pengurus Jumlah

1 Pen gurus 3 orang

2 Anggota 3 orang

3 Pjs Manager J orang

Staff /karyawan 1 orang

b. Administrasi

Admiruistrasi keuangan telah menjalankan sistem akuntansi perkcperasian

yang berlaku, yang rnayoritas masih dikerjakan secara manual. Dernikian juga

dengan administrasi perkantoran lainnya tetap dilaksanakan sesuai dengan

peraturan dan pedoman yang berlaku umum. Untuk rneningkatkan kemampuan

pengelolaan perkoperasian, secara rutin para pengurus koperasi diikutsertakan

pada penataran dan pelatihan perkoperasian diantaranya yang pemah

diselenggarakan oleh PT Pindad dan dinas koperasi kota Bandung


113

•'"

~g;;

Gambar 5.14 Gedung Kopcrasi Mekar Jaya

5.2.3.3 Keanggotaan

Sarnpai akhir tahun 2008 jumlah anggota koperasi sebanyak 465 orang dengan

rincian sebagai berikut :

Kcadaan Pada Laki-Laki Perempuan -Iumlah


·-
Awai tahun 2008 226 229 475

Masuk tahun 2008 17 18 35

Keluar tahun 2008 22 23 45

Akhir tahun 2008 231 234 465

Dari data di atas menunjukkan bahwa tclah terjadi pengurangan jumlah anggota

dari 475 orang menjadi 465 orang. Pengurangan jumlah anggota tersebut

disebabkan karena sebagian anggota ada yang meninggal dunia, mengundurkan

diri darena pindah alamat dan anggota yang dikcluarkan karena tidak aktif dan

tidak disiplin serta tidak mematuhi kewajibannya sebagai anggota.


114

Di Iihat dari komposisinya antara anggota berjenis kelamin wanita dan pria relatif

seimbang. Sedangkan dilihat dari profesinya hanya 17 persen yang memiliki

pekerjaa sebagai wiraswasta dan pedagang. Bagi anggota yang tidak aktif selama

maka anggota tersebut dianggap mengundurkan diri dan dikeluarkan dari

keanggotaan secara otomatis.

Daerah opcrasi kopdit ini relatif sudah luas, tida hanya melayani

masyarakat sekitar akan tetapi juga melayani masyarakat di kawasan kota

Bandung selama dikenal a tau mendapat ref erensi dari anggota.

5.2.3.4. Produk Koperasi

a. Simpanan

Produk simpanan yang dimiliki terdiri dari Simpanan Pokok, Sirnpanan

Wajib, Simpanan Khusus dan Simpana Sukarela. Adapun besaran simpanan

terscbut adalah scbagai berikut:

No Jenis Simpanan Jumlah Keterangan


1 Simpanan Pokok Rp. 100.000 Dibayar sckali pada saat
menjadi anggota baru
2 Simpanan Wajib Rp. 25.000 Dibayar setiap bu Ian
__J
Total simpanan anggota sampai tahun 2008 adalah Rp. 1.269.039.350, data

sebelumnya tidak didapatkan schingga tidak diketahui adanya penurunan atau

peningkatan.
115

b. Deposlto

Kopcrasi juga mcnawarkan produk dcposito yaitu simpanan berjangka dengan

jasa 1% per bulan. minimal selarna 6 hulan.

c. Pinjamau

Produk pinjaman yang ditawarkan adalah pmjaman jangka pendek

(maksimal 10 bulan), dengan perhitungan jasa pinjaman sebesar 3% per bulan

bcrdasarkan saldo menurun. Jumlah pinjaman yang diberikan berkisar antara 3

sampai 5 juta dengan agunan atau jaminan berupa simpanan, dimana jumlah

pinjaman hams dijamin oleh tiga kali jumlah simpanan. Bagi anggota yang

pengajukan pinjaman terdapat biaya-biaya yang harus dikeluarkan yaitu:

No Jenis Biaya Tarif Keterangan


1 Jas:a Pinjaman 3 % per bulan Dihitung dari sisa pinjaman
2 Provisi 1 % per transaksi

Selama tahun 2008 telah disalurkan kredit ssejumlah Rp. 1.640850.000

untuk 437 orang anggota. Dimana 51% peminjam memanfaatnya untuk kebutuhan

modal usaha. Tidak di dapat infonnasi mengenai berapa besar jumlah pinjaman

yang macet pelunasannya, akan tetapi hasil laporan pertanggungjawaban

pengawas Kopdit Mekar Jaya Tahun Buku 2008 menyatakan adanya kredit rnacet

meskipun belum sampai tingkat yang mengkhawatirkan, akan tetapi pcnangannya

perlu ditingkatkan.
116

5.2.3.5 Samber Permodalan

Sumber permodalan yang digunakan dalam aktivitas simpan pinjam berasal

dari anggota dun dari aktivitas usaha. Permodalan yang bersumbcr dari anggota

simpanan wajib. Sedangkan sumber permodalah yang bersurnber dari aktivitas

usaha adalah dana cadangan, dana resiko dan SHU yang tidak dibaglkan. Total

permodalan yang dimiliki koperasi sarnpai akhir tahun 2008 adalah Rp.

1.496.210.100

5.2.3.6 Kinerja Kcmmgan

Berikut ini basil pengukuran kinerja keuangan prodi berdasarkan indikator

likuiditas, rentabilitas,solvabititas dan efisiensi

lndikator KPHK Penilaian


CR 1,3 Kurang Efisien
ROA 8% Efisien
Perputaran Piutang 3,72 Kurano Efisien
LOR 111% Efisien

Kinerja likuiditas yang diukur dengan Current Rasia sebesar 1,3

menunjukkan koperasi kurang efisien dalam menjalankan usahanya dimana

kekayaan yang untuk menutup kekayaan lancarnya rclatif rcnclah. Kinerja

profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukan koperasi rnasuk kategori

efisien untuk menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang dimiliki,

sedangkan dilihat dari rasion efektifitasnya kurang efisien. Khususnya rasio LDR
117

menurtjukkan angka J 11 % , yang berarti koperasi efisien menyalurkan kreditnya

dan relative tidak beresiko tinggi jika terjadi kredit macet.

Dalarn menyalurkan pinjaman kepada anggota bcrikut ini persyarakat

kredit yang diterapkan oleh koperasi adalah sebagai berikut:

1. Anggota yang akan meminjam, harus mengajukan permohonan kepada

pengurus secara tertulis.

2. Peminjam boleh meminjam lagijika pinjaman sebelumnya telah dilunasi.

3. Besar pinjaman maksimal tiga kali tabungan anggota apabila sudah

menunjukan kedisiplinan dan keuangan memungkinkan

4. Pembayaran setiap bulan mulai tanggal J sampai tanggal 15 lebih dari

tanggal tersebut dimasukan sebagai titipan untuk pembayaran bulan

berikutnya

5.2.3.8 Cara mengatasi Kredit Macet

Sampai saat ini masih ditemukan kredit macet, untuk mengatasi hal tersebut,

maim koprasi mengambili jalan kekeluargaa terlebih dahulu. Sedangkan untuk

mencegah kredit macet pengurus koperasi mencrapkan aturan dengan lebih

selektif lagi untuk mcnerima anggota, sebagaimana program kerja 2009

dijelaskan bahwa penambahan anggota barn dilakukan berdr.sarkan usia

minimum 17 tahun dan maksimal 53 tahun dan diutamakan yang mernpunyai

pekerjaan. Se lain itu koperasi telah memiliki asuransi kredit yang artinya jika
118

anggota meninggal dunia sehingga tidak mampu untuk melunasi kredit maka

koperasi akan mendapatkan penggantina dari perusahaan asuransi

Hasil wawancara menjelaskan bahwa saat ini bahwa rentenir merupakan

ancaman tcrbesar karcna bagi masyakat berpenghasilan rendah, akses

mendapatkan dana sangat rnudah.

5.2.4 Koperasi Pcdagang Pasar Harapan Jaya

5.2.4.l Prom Koperasi

Koperasi Pedagang Pasar Lodaya (KOPPAS) HARAPAN JAYA adalah

koperasi Simpan Pinjam (KSP) berlokasi di Jalan Palasari BLK No. 119

Bandung. Koperasi ini telah berdiri sejak tahun 1999 dan tclah merniliki bandan

hukum dengan No. 13/BH/KDK. I0.21/I/1999. Pendirian koperasi ini diprakarsai

oleh pedagang-pedagang tradisional pasar Lodaya, dimana pada saat itu para

pedagang pasar bclum mcmiliki lembaga yang dapat menampung aspirasi para

pedagang yang dapat membantu permodalan para pedangn pasar.

Koppas "Harapan Jaya" rnerniliki misi untuk rnengantisipasi adanya

rencana pernbangunan Pasar Palasari dan Visi nya adalah untuk mcningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosial anggota khususnya dan para pedagang

tradisional pasar Lodaya serta masyarakat umumnya, Keberadaan koperasi ini

sangat membantu pcdagang pasar khususnya pada saat mcmerlukan tambahan

modal.
119

5.2.4.2 Pengelolaan Koperasi

a. Pcngclola Koperasi

Saat ini koperasi dikelola oleh 12 orang pengurus dengan latar belakang
! . ~ _ _ f f f , t . ' _ I
\.Hill uruaruu VlCH 1'.Clllct l\.C!Ullll)V~.

pedagang dengan struktur sebagai berikut:

No Pengurus Jumlah

I Pengurus 3 orang

2 Pengawas 3 orang

3 Dewan Penasehat 2 orang

4 Karyawan 2 orang

5 Ketua Kelompok Pedagang JO orang

b. Administrasi

Administrasi keuangan telah menjalankan sistem akuntansi perkoperasian

yang berlaku, yang mayoritas masih dikerjakan secara manual. Demikian juga

dengan administrasi perkantoran lainnya tetap dilaksanakan sesuai dengan

peraturan dan pedoman yang berlaku umum. Untuk meningkatkan kemarnpuan

pengelolaan perkoperasian, secara rutin para pengurus koperasi diikutsertakan

pada penataran dan pelatihan perkoperasian diantaranya yang pernah

diselenggarakan o!eh dinas koperasi kota Bandung


120

5.2.4.3 Keanggotaan

Sampai akhir tahun 2008 jumlah anggota koperasi sebanyak 817 orang dengan

rincian sebagai berikut :


~~~~~--~--~~~--·~~~~.~~-,-~~~~--~~
,-- Keadauu ?aria ' Laki-Laki · r-ercmpuan Jumiau :

A wal tahun 2008 140 80 220

Masuk tahun 2008 2 6 8

Keluar tahun 2008 2 4 6


1--~~~~~~-1-~~~~~---r-~~~--~---;-~~~~--~-~
Akhir tahun 2008 140 78 218

Dari data di atas menunjukan telah terjadi menuruan jumlah anggota dari semula

220 bertambah menjadi 21 S orang pada akhir tahun 2008. Di lihat dari komposisi

anggota mayoritas anggota adalah Laki-laki. Sedangkan dilihat dari pekerjaannya

maka mayoritas nasabah koperasi adalah pedagang pasar lodaya Keberhasilan

koperasi sangat dipengaruhi oleh aktivitas dari anggotanya. Saat ini koperasi

dihadapkan pada banyaknya anggota yang tidak aktif terutama aktif untuk

menyimpan yang dapat meningkatkan permodalan koperasi.

5.2.4..4 Produk Koperasi

a. Simpanan

Produk simpanan yang dimiliki terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan

Wajib, Simpanan Sukarela dan Iuran Dana Sosial (IDS). Adapun besaran

simpanan tersebut adalah sebagai berikut:


121

No Jenis Simpanan Jumlah Keterangan


1 Simpanan Pokok Rp. 100.000 Dibayar sekali pad a saat
j rnenjadi anggota baru

2 I Simpanan \Vqjib Rp. 1.5.000 j Per anggota per bulan


-- ----------------- -----~------··- ---. --
3 Simpanan Sukareia Tidak / -f icak terbatas
Terbatas
4. Simpanan Harkop Rp. 2.000 Per anggota /bulan
5 Simpanan Titipan Sukarela

Simpanan yang dapat diambil setiap saat hanya sukarela, sedangkan

simpanan lainnya dapat diambll jika anggota keluar dari kcanggotaan koperasi.

Sampai tahun 2008 total simpanan anggota pada tahun 2008 sejumlah Rp.

286.737.378

b. Pinjaman

Berikut ini jumlah pinjaman clan total piutang selama tahun 2008

No Keterangan USP BBM


I Pembcrian Pinjaman 180.538.500 Rp. 55.228.850
2 Jurnlah Peminjam 7 Orang 38 Orang
3 Uang Masuk 485.392.261 61.051.950
4. Uang Keluar 484.089.499 62.828.850
Total Piutang Rp. 319.264.328 Rp. 92.893.285

Pagu pinjaman yang disetujui oleh pengurus sebesar Rp. I 0. 000.000, dan

rata-rata pinjaman yang dikucurkan adalah Rp. 5 juta dcngan syarat memenuhi

kritera besarnya simpanan, aktivitas, dan agunan yang diiaminkan.


122

5.2.4.5 Sumber Permodalan

Modal usaha kopcrasi pada umumnya tcrdiri dari modal sendiri dan modal

pinjarnan, Modal sendiri adalah modal yang menangung resiko atau modal ekuisi.

cadangan Sampai saat ini simpanan yang bersumbcr dari anggota rnerupakan

sumber pennodalan utama dari koperasi.

Sumber pennodalan dalam bentuk bantuan dana bergulir diterima koperasi

dari Bank Jabar melalui program dana bergulir BBM yang ditujukan untuk

perkuatan permodalan koperasi. Dari program ini koperasi menerima pinjaman

dana sebesar Rp. I 00.00.000 yang harus dikembalikan dalam jangka waktu 3

tahun dengan bunga 6% per tahun. Dana piniaman ini oleh koperasi disalurkan

kembali kepada anggota dalam bentuk pinjaman.

Selain itu koperasi juga menerima bantuan dari Walikota Bandung dalam

gcrakan BAWAKU MAKMUR scbcsar Rp. 5 juta, dana tersebut digunakan

koperasi untuk meningkatkan pengelolaan koperasi dengan menggunaknya untuk

pembelian seperangkat komputer.

5.2.4.6 Kiocrja Keuangan

Bcrikut ini hasil pengukuran kincrja keuangan prodi berdasarkan indikator

likuiditas, rentabilita.s,solvabilitas dan efisiensi

Indikator Penilaian
CR 2,9 Cukup Efisien
ROA 10.9% Efisien
Perputaran Piutang 7.7 Cukup Efisien
LOR
-···· ·~·····-
481% Tidak Efisien
123

Kinerja likuiditas yang diukur dengan Current Rasio sebesar 2. 9

memmjukkan koperasi cukup efisien dalam menjalankan usahanya dirnana


... ! ... J..'!_ - ••.
\.. tll'l.llp. l'~llK!J<:

profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukan koperasi masuk kategori

efisien untuk menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang dimiliki,

sedangkan dilihat dari rasion efektifitasnya cukup efisien. Khususnya rasio LDR

menunjukkan angka 481 % , yang berarti koperasi efisien menyalurkan kreditnya

dan relative beresiko tinggi j ika terjadi kredit macet.

5.2.4. 7 Lending Model

Dalam menyalurkan pmjaman kepada anggota berikut im persyarakat

kredit yang diterapkan oleh koperasi adalah sebagai berikut:

I. Anggota yang akan meminjam, harus mengajukan permohonan kepada

pengurus secara tertulis.

2. Peminjam boleh meminjam lagi jika pinjaman sebelumnya telah dilunasi.

3. Besar pinjaman maksimal dua kali tabungan anggota apabila sudah

menunjukan kedisiplinan dan keuangan memungkinkan

4. Pembayaran setiap minggu yang dikumpulkan oleh kolektor

5.2.4.8 Cara meugatasi Krcdit Macet

Sampai saat ini masih ditemukan kredit macet, untuk mcngatasi hat tersebut,

maka koprasi mengambili jalan kekeluargaa terlebih dahulu.


124

5.2.4.9 Ancaman keberadann LKM lainnya

Hasil wawancara menjelaskan bahwa saat ini bahwa rentenir merupakan

,.. • - -·
'"4.H...,(llU(.Ul ~...._1
...,
l..l1rw:1Ut.
..

5.2.5 Koperasi Serba Usaha (KSU) Bina Warga

5.2.5.1 Profil Koperasl

Koperasi Serba Usaha (KSU) Bina Wama adalah koperasi yang berlokasi

di Cibuntu Sayuran No. 12 Bandung. Koperasi ini telah berdiri sejak tahun 1984

dan telah memiliki badan hukum dengan No. 8534/BH/PAD/kwk-10/XI/1997.

Merupakan koperasi primer dengan klasifikasi A (Sangat Mantap).

5.2.5.2 Pengelolaan Koperasi

a. Pengelola Koperasi

Saat ini koperasi dikelola oleh 12 orang pengurus dengan latar belakang

pendidikan pengurus terdiri dari 03 dan SI dan dibantu oleh ketua kelornpok

pedagang dengan struktur sebagai berikut :

No Pengurus Jumlab

1 Pen gurus 4 orang

2 Pcngawas 2 orang

3 Karyawan 7 orang
125

b. Administrasi

Administrasi kcuangan telah mcnjalankan sistcm akuntansi pcrkopcrasian

yang herlaku, dihantu dengan penggunakan computer walaupun mayoritas masih


I• 1 • ! I r .,. •~ • • I I • • • 1 • "'

u11·.-=1Ju1>.all :.c...-an: 111;:11L1:11. uc!111t.:<i::juga ueugau aunun rsu as: perxaruorau talllll)a

tetap dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku umum.

Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pcrkoperasian, secara rutin para

pengurus koperasi diikutsertakan pada penataran dan pelatihan perkoperasian

diantaranya yang pemah diselenggarakan oleh dinas koperasi kota Bandung

5.2.5.3. Kcanggotaan

Sampai akhir tahun 2008 jumlah anggota kopcrasi sebanyak 1,921 orang

dengan rincian sebagai berikut :

Kcterangan Jumlah

Anggota Penuh 239

Anggota Penabung 1263

Anggota pelanggan listrik dan tclcpon 419

5.2.5.41. Produk Koperasl

a. Simpanan

Produk simpanan yang dimiliki terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan

Wajib, Simpanan Khusus, Simpanan Titipan, dan Sirnpanan 1 abungan. Sampai

tahun 2008 total simpanan anggota sejumlah Rp. 203.090.403, angka ini

menurun 54% dibanding tahun sebelumnya Rp. 439.197.725


126

h. Pinjaman

Pagu pinjaman yang disctujui oleh pcngums sebesar Rp. 500.000 - Rp. 5

Juta, dan jasa simpanan 3 % untuk I 0 bu Ian cicilan dan larnanya proses pencairan

dan aktivitas.

5.2.5.5 Somber Permodalan

Modal usaha koperasi Bina Warga selain berasal dari anggota dalam

bentuk simpanan juga mendapat penguatan modal dari program PKBL (Program
. .

Kemitraan dan Bina Lingkungan) PT INTI . Sumber permodalan dari program ini

sebesar Rp. 100.00.000 yang harus dikembalikan dalam jangka waktu 10 tahun

dengan bunga 6% per tahun. Dana pinjaman ini oleh koperasi disalurkan kembali

kepada anggota dalam bentuk pinjaman. Dilihat dari komposisinya dana yang

disalurkan menjadi pinjaman 50% berasal dari anggota dan 50% berasal dari

pinjaman.

Sclain itu koperasi juga menerima bantuan dari Walikota Bandung dalam

gerakan BA WAKU MAKMUR sebesar Rp. 5 j uta, dana tersebut digunakan

koperasi untuk meningkatkan pcngelolaan koperasi dengan mcnggunaknya untuk

pcmbclian seperangkat komputer,

5.2.5.6 Kinell"ja Kcuangan

Bcrikut ini hasil pcngukuran kincrja keuangan prodi berdasarkan indikator

llkuiditas, rentabilitas.solvabllitas dan efisiensi


127

Indikator Penilaian
CR 38,2 kurano Efisien
ROA 2% Cukup Efisien
Pcrputaran Piutang 5 Cukup Efi~len j
LDR
-· ------~-- L 79%
-------------·- Efisien J

Kinerja likuiditas yang diukur dengan Current Rasio sebesar 38,2

menunjukkan koperasi kurang efisicn dalam menjalankan usahanya dimana

kekayaan yang untuk menutup kekayaan lancamya relatif terlalu besar, Kinerja

profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukan koperasi masuk kategori

cukup cfisien untuk menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang dimiliki,

sedangkan dilihat dari rasio efektifitasnya cukup eflsicn, Rasia LDR menunjukkan

angka 79%, yang berarti koperasi efisien menyalurkan kreditnya dan relative tidak

beresiko tinggi jika terjadi kredit macet.

5.2.5. 7 Lending Model

Dalam menyalurkan pinjaman kepada anggota bcrikut ini persyarakat

kredit yang dliterapkan oleh koperasi adalah sebagai berikut:

1. Anggota yang akan meminjam, harus mengajukan permohonan kepada

pengurus secara tcrtulis,

2. Peminjam bolch mcminjam lagi jika pinjarnan sebelurnnya telah dilunasi.

3. Besar pinjaman maksirnal dua kali tabungan anggota apabila sudah

menunjukan kedisiplinan dan keuangan mernungkinkan

4. Pembayaran setiap minggu yang langsung dibayarkan kepada koperasi


128

S.2.5.8 Cara mengatasi Kredit Macer

Sampai saat ini masih ditemukan krcdit macet, untuk rnengatasi ha) tersebut,

rnaka koprasi mengambili jalan kekeluargaa terlebih dahulu.

S.2.5.9 Ancaman keberadaan LKM lainnya

Hasil wawancara menjelaskan bahwa saat ini bahwa rcntenir rnerupakan

ancaman terbesar.

5.2.6 Potensi dan Kelemahan Lkm

Berdasarkan gambaran dari · LKM yang berkaitan dengan pengelolaan, produk

yang dihasilkan, lending model, maka berikut ini potensi dan kelemahan LKM

a. Potensi LKM :

I. LKM dlalah hal ini koperasi berada di antara masyarakat, sehingga mudah

untuk dijangkau

2. Kesederhanaan proses sangat membantu UKM untuk mendapatkan dana

segera sesuai dcngan kebutuhan

3. Perhatinan pemerintah melalui bantuan penguatan dana terus meningkat

4. Jumlah kredit yang dibcrikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

5. Sistem pembayaran yang rclatifflcksibel


129

b. Kelcmahan LKM :

1. Pengelolaan Koperasi masih bclum dilakukan secara professional karena

menjadi pengurus koperasi menjadi pekerjaan sarnpingan. sehingga mereka

2. Pcnggunaan fasilitas computer masih terbatas disebabkan karena

kemampuan mcreka untuk menggunaka, padahal penggunaan fasilitas

computer sangat membantu mempermudah dan mengurangi tingkat

kesalahan.

3. Tingkat partisipasi anggota untuk aktif relative rendah padahal sumber

utaman permodalan berasala dari anggota. Sumber pendanaan lainnya

relative sedikit diperoleh

4. Kinerja keuangan tingkat likuiditas terlalu tinggi sehingga dana yang

dimiliki tidak produktif yang disebabkan karena koperasi hams selalu

menyediakan dana segar kapan saja anggota akan mengambil simpanannya.

5. Pengucuran kredit terlalu tinggi, yang beresiko jika terjadi kredit macet

6. Usaha untuk mengatasi kredit macet masih terbatas pada usaha penagihan

yang dijalankan dengan kekeluargaan. Disatu sisi meringankan anggota

disisi lain membuat beban koperasi semakin berat ditengah keterbatasan

modal yang dimiliki


130

5.3 Pengembangan Model Pengelolaan LKM berbasis Komunitas

Salah satu tujuan penelitian ini adalah pengembangan model pengelolaan

LKM berbasis Komunitas. Pada bagian ini akan dibahas model-model

µcngdviaa11 kn::Ji~ mikro )·:.rng berkembang cii masyarakat seoagai dasar

pengcmbangan model.

5.3.1 Model Pengelolaan Kredit Mikro yang Berkembang di Masyarakat

Indonesia memiliki ragam model pembiayaan termasuk pernbiayaan pada

usaha mikro. Ragam dan model pernbiayaan meliputi jenis produk pembiayaan
mikro maupun lembaga pclaksananya kepada masyarakat. Desakan pentingnya

pengembangan ini akan semakin terasa setelah krisis perbankan melanda

Indonesia, schingga perbankan lumpuh dan tidak dapat menjadi lembaga yang

efektif lagi.

Lembaga perkreditan mikro di Indonesia pada dasarnya ada dua kelompok

besar yakni Pertama, BPR yang beroperasi sampai kc pclosok dcsa: dan

kelompok yang Kedua adalah koperasi, baik koperasi simpan pinjam jasa

keuangan rnaupun unit usaha simpan pinjam dalam berbagai macam koperasi.

Masih ada LKM lain yang diperkenalkan oleh berbagai lembaga baik pemerintah

seperti Lembaga Kredit Desa, Badan Kredit Kecamatan dan Jain-lain, maupun

swasta/lembaga non pemerintah seperti Bank BRI, yayasan, LSM, serta lembaga-

lembaga kcagamaan termasuk juga lernbaga kcuangan yang ilegal. Sedangkan

lembaga keuangan berbasis komunitas memiliki jangkauan di kota besar yang

melayani dana pembiayaan pada usaha mikro yang sangat dekat dengan koleteral

kelompok sebagai tanggungjawab pada lernbaga,


131

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan Lembaga Keuangan

berbasis komunitas terlihat dari asat usaha mikro kurang dari Rp 25 juta,

menjalankan usaha pemenuhan kebutuhan primer. cash now harian, omset

besar pinjaman yang pemah diterima usaha mikro serta di kenal dekat dengan

lingkungan lembaga keuangan. Lembaga keuangan ini sebagai pelayanan dana

pinjaman untuk usaha mikro di kota besar.

LEM BAGA
KEUANGAN BANK
BER BASIS i.------· UMUM
KOMUNITAS

,
USAHA
MIKRO

.,~ ., .-:.:,- '


MODALKERJA BISNIS INVESTASI

I I
Gambar 5.15 Alur dana pinjaman lcmbaga keuangan berbasis komunitas
132

Kctcrangan :

Pada gambar 5.15 dapat diperlihatkan pada bagian atas adalah sumbcr

dana atau modal yang dapat diakses oleh usaha mikro dan sekaligus lernbaga yang

masing-masing lembaga keuangan berbasis komunitas mempunyai segmen-

segmen pasar tersendiri. Pada garis ke kanan menggambarkan, bahwa untuk

mencapai tujuan peningkatan investasi atau penggunaan modal untuk proses nilai

tambah. LJi bagian lain kelompok pengguna dana dan nasabah potensial yang

dapat dilayani oleh masing-masing Lernbaga Keuangan, Gambar basil penelitian

ini memberikan penjelasan secara rinci segmen besaran pinjaman dan usaha mikro

sasaran yang dapat dijadikan nasabah, sehingga setiap pcngembang program dana

pinjaman mampu membawa program dan dukungan Lembaga keuangan berbasisi

komunitas yang diperlukan sesuai dengan kelembagaan. Sasaran potensial adalah

cana penerima dana pinjaman yang mampu diidentifikasi dalam kelornpok

sehingga secara mudah mampu mengenali kelompok mana yang jauh dari

pelayanan pinjaman dapat dikelompokkan pada potensial nasa.bah.

Lembaga Keuangan berbasis komunitas :

I. Tumbuh dan berkembang melayani usaha mikro;

2. Mandiri dan bebas di masyarakat;

3. Sangat dekat dengan masyarakat lingkungan sekitamya

4. Memiliki prosedur peminjaman dana tanpa agunan;

5. Pendanaan untuk usaha produktif masyarakat sekitar LKM tersebut ;

6. Lembaga ini memiliki pasar masyarakat tersendiri.


133

7. Lembaga ini melihat aktivitas usahanya

8. Berpotensi sangat setia dalam pengembalian dana pinjaman

9. Besar tawaran pengembalian dana pinjarnan menjadi acuan

F aktor empiris tingkat pengembalian dana pinjaman baik, mutu pelayanan

lebih penting dan mengenal orang dan memahami nasabah serta cash flow sebagai

pengganti kollateral pisik. Pendekatan kelompok juga terbukti efektif sebagai

pressure group dan mengurangi biaya dan risiko dalam penyaluran dana pinjaman.

Keunggulan di atas menyebabkan Lernbaga Keuangan berbasis Komunitas sangat

penting dalam pengembangan usaha mikro sebagai sumber pembiayaan yang

mudah diakses usaha mikro. Lembaga keuangan berbasis komunitas dengan

jangkauan usaha mikro sebagai nasabah akhir-akhir ini tumbuh pesat saat ini,

sehingga dibutuhkan pcngawasan efektif dari Bank Indonesia.

5.3.1.1 BRI Unit

BRI melayani keuangan mikro melalui pcndlckatan Institutional

Approach. Pendekatannya financial intermediary tanpa pola pendampingan.

Tujuan dari pendekatan ini adalah menciptakan kemandirian dan sernangat

wirausaha. Model yang populer adalah yang dlterapkan BRI Unit atau Village

Banking. Sampai dengan posisi 31 Maret 2007, BRl telah menyalurukan kredit

kepada para pengusaha UMKM sebesar Rp79,17 Triliun atau 86,94% dari total

portofolio kredit BRI (Rp91,06 triliun). Adapun perinciannya adalah sebagai

berikut: Kredit Mikro yang disalurkan melalui lcbih dari 4,200 kantor BRI

mencapai Rp27, 79 triliun. Sedangkan kredit kecil yang disalurkan BRl melalui
134

330 kantor cabang dan, 220 kantor cabang pembantu, 27 kantor cabang syariah

sebesar Rp43.83 triliun. Kredit Menengah sebesar Rp7.55 triliun.

BRI UNIT adalah unit usaha BRI dibawah supervisi Kantor Cabang BRI

dengan sistem operasional dan pembukuan yang sccara relatif terpisah, schingga

merupakan suatu profit center tersendiri yang accountable bagi BRI Kantor

Cabangnya. Keputusan untuk menjadikan BRI UNIT sebagai salah satu Strategic

Business Unit (SBU) dari BRI, membawa konsckwensi terbentuknya fungsi-

fungsi barn dalam organisasi bisnis BRI UNIT, yang merupakan kesatuan mata

rantai dari tingkat Kantor Pusat sampai ketingkat organisasi BRI UNIT yang

berada didesa/kecamatan diseluruh Indonesia.

Pada tingkat Kantor Pusat dibentuk Divisi Mikro Banking, yang bertugas

membuat kebijakan bisnis dan operasional serta pcrnantauan kincrja bisnis BRI

UNIT secara nasional, Divisi Bisnis Mikro dipimpin oleh Kepala Divisi yang

bertanggung jawab langsung kepada Direksi BRI. Paola tingkat Kantor Wilayah

sebagian peran dan tugas Kantor pusat dilimpahkan kepada Bagian Bisnis BRI

UNIT yang dipimpin oleh Kepala Bagian dibawah supervisi Pemimpin Wilayah

yang memimpin organisasi Kanwil BRI. Fungsi Kanwil Jebih banyak sebagai lini

support dan supervisi atas kebijakan bisnis yang dibuat oleh Kantor Pusat,

Kantor Wilayah membawahi beberapa Kantor Cabang yang dipimpin oleh

seorang Pemimpin Cabang BRI, yang bertanggung jawab sepenuhnya atas

kineria usaha Kantor Cabangnya termasuk untuk kinerja usaha BRI UNIT-nya.
135

Dalam mensupervisi bisnis BRI UNIT Pemimpin Cabang BRI dibantu oleh

seorang Unit Desa Officer bila Cabangnya memiliki lebih dari 9 BRI UNIT .• atan

seorang Unit Bisnis Manager bila kurang dari jmnlah terse but.

St:ua11gK.a11 oRi ui~i'i sebagai profit ceruer uan unit 1'.. erja jang rerpisaii

dari Cabangnya dipimpin oleh scorang Kepala BRU UNIT atau Kaunit, yang

dibantu oleh seorang Mantri (Account Officer) , Unit Pelayanan Nasabah serta

Teller. Formasi minimal dari organisasi BRI UNIT adalah 4 orang pegawai, clan

dapat bertambah sesuai ketentuan ratio beban kerja dan jangkauan wilayah

kcrjanya. Pada dacrah dan desa yang mcmiliki potensi bisnis specifik misalnya

hari pasar mingguan/ temporer maka dimungkinkan dibuka Pos Pelayanan Desa

yang operasional dan pembukuannya menginduk pada Kantor BRl UNIT-nya.

Sebagai bagian dari jaringan kcrja Kantor Cabang BRI yang berjumlah 322

Kantor Caba:ng, secara nasional jumlah BRI UNIT saat ini (November 2001)

mencapai 3.809. yang terscbar diberbagai desa/kecamatan di Indonesia.

b. Produk Simpanan

1. SThfi>EDiES

Tabungan Simpedes BRI adalah simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan

dengan mata uang rupiah yang dapat dilayani di Kantor Cabang Khusus / Kanca I

KCP I BRI Unit, yang penyetoran dan pengambilannya tidak dibatasi baik

frekuensi maupun jumlahnya sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku,


136

Pasar Sasaran :

I. Nasabah perorangan (Individual).

2. Nasabah non perorangan yang meliputi Perusahaan (Badan Hukum I Non

6acia11 riukum), Koperasi, Yayasau, nadan ; i.emoaga Pemerinran, Badan

Usaha lainnya kecuali Bank.

2. BRITAMA

merupakan salah satu Tabungan dari BANK BRI. Dengan system Real Time On-

Line di seluruh Indonesia anda dapat melakukan penyetoran dan penarikan tunai

di Kantor-Kantor Cabang BANK BRI dan dilengkapi dengan fasilitas Kartu

BritAma PrimeCard. Ketentuan pembukaan rekening

1. Mengisi Aplikasi BritAma dengan melarnpirkan Copy identitas

(KTP/SIM/KIMS/Pasport).

2. Setoran awal Rp. 200.000,-

c, Produk Pinjaman

Untuk pelayanan Kredit Mikro yang menjadi produk dari BRI unit desa berupa:

I. KUPEDES

2. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

1. KUPEDES

Kupedes adalah suatu fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI Unittbukan

oleh Kantor CabangBRJ atau Bank lain), untuk mengembangkan atau


137

mcningkatkan usaha kecil yang Jayak yang terdiri dari Kupedes Modal Kerja dan

Kupedes Investasi. Adapun sektor yang dibiayai Kupedes adalah Pertanian.

Perindustrian, Perdagangan, Jasa lainnya dan Golongan berpenghasilan tetap.

layak (eligible) dan Golongan masyarakat berpenghasilan tetap misalkan Pegawai

Negeri Sipil dengan pangkat lid kebawah dan bukat pejabat, Anggota ABRI

pangkat pembantu letnan I kebawah dan bukan pejabat, pegawai perusahaan

daerah, pensiunan dari pegawai berpenghasilan tetap, dll.

Syarat dan Ketentuan Kupedes

1. Plafond Kupedes minimal Rp 25.000,- dan maksirnum Rp, 25.000.000,-

Dapat diberikan kedua jenis Kupedes dalam waktu bersamaan sepanjang

besarnya belum mencapai maksimum Rp. 25.000.000,-

Jangka Waktu dan Pola Angsuran

2. Jangka waktu angsuran minimal 3 bulan dan maksimal 24 bulan. Untuk

Kupcdes modal Kerja dan Investasi 36 bulan.

5.3.1.2 Danamon Simpan Pinjam

Pada tahun 2004 Bank Danamon Indonesia, TBk mengembangkan sebuat

segmcn yang khusus yang menangani usaha mikro dan kecil di Indonesia yaitu

Danamon Simpan Pinjam. Danamon Simpan Pinjam khusus melayani aktivitas

usaha mikro dan kecil dalam bentuk pembiayaan dan simpanan, yang hingga akhir

2008 terdapat 1049 unit yang beroperasi di seluruh wilayah Indonesia.


138

Danomon Simpan Pinjam tcrdiri dari 2 unit layanan sebagai berikut:

I. Unit Pasar Model

Fokus melayani nasabah di komunitas Pasar Inti dan Plasma rnelalui unit

Pasar iviodei yang melayani iudi v idu uengan usaha seruiiri yang bersiiai

informal dengan kebutuhan pembiayaan maksimal Rp 500 jt.

2. Unit Solusi Modal

Fokus melayani individu yang memiki usaha scndiri yang berada di luar

komunitas pasar (di luar pasar model), dengan target utama para

pengecer/retailer. Kebutuhan pembiayaan yang dibcrikan maksimal Rp 50 jt.

Syarat Pinjaman :

I. Proses transaksi menggunakan cap jempol (teknologi biometrik) untuk

verifikasi data

2. Proses persctujuan krcdit dalam 2 hari untuk kredit di bawah Rp 50 juta

dan 3 hari untuk kredit lebih dari Rp 50juta.

3. Lokasi unit yang dekat dengan lokasi usaha nasabah. Layanan jemput

setoran untuk mempennudah nasabah dalam mernbayar cicilan setiap

bulan atau melakukan setoran tabungan tanpa hams meninggalkan usaha

Produk

Danamon Simpan Pinjarn menyediakan produk pinjaman untuk kcbutuhan modal

kerja, investasi dan pengembangan usaha

Produk simpanan

Mcmberi keuntungan yang lebih dari sekcdar tabungan biasa


139

• Kredit cair dalam 3 hari kerja.

"Bila semua document telah dilengkapi

• Persyaratan kredit mudah, untuk buka

Rekening cukup pakai sidik jari,

• Jangka waktu fleksibel, sesuai dengan kcmampuan anda.

• Jumlah pinjaman di sesuaikan dcngan kebutuhan anda

• Tersedia layananjemput setoran tunai di ternpat usaha anda.

JENIS PRODUK

v DANA PINJAM 50 ( Rp 5.000.000 s/d 50.000.000 )

v DANA PINJAM 200 ( Rp 5 J .000.000 s/d 500.000.000 )

Persyaratan Administrasi :

I. KTP Suami Istri yang masih berlaku, Kartu keluarga, Surat nikah .

2. Rekening listrik,Telp,Air 1 Bulan Terakhir ( Rumah dan kios ).

3. Kwitansi kontrak rumah dan kios (Bagi yang mengontrak)

4. Bon pembelian dan penjualan usaha I Lap. Keuangan (3 Bin Terakhir)

5. -Surat Izin Usaha (SIUP/SITU/TDP/Ket.lurah Setempat/Dinas Pasar)

6. NPWP ( Khusus Pinjaman 50 Juta Ke atas).

TANAH KOSONG

Sertifikat
JAMJNAN
TANAH & BANGUNAN

Sertifikat
KENDARAAN

BPKB
3
Akta Jual Beli
Akta Jual Beli FC STNK
PBB
PBB & IMB FC KTP Pemilik BPKB
·-
140

5.3.1.3 Community Development Center (CDC) PT Telkom, Tbk

Salah satu BUMN Pembina program BPKPL adalah PT Telekomunikasi

Indonesia Thk., rnerupakan perusahaan informasi dan komunikasi (lnfoCom) serta

network provider) yang terbesar di Indonesia. Sebagai.mana yang disyaratkan oleh

pemerintah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk sebagai salah satu Baclan Usaha

Milik Negara (BUMN) juga berpartisipasi terhadap pemberdayaan ekonomi

masyarakat melalui program kemitraan dan program bina lingkungan yang

dikelola oleh unit yang disebut Community Development Center (CDC) sesuai

dengan Keputusan Direksi PT TELKOM NO. KO 51/KU-200/PLK00/2003

Tanggal 23 Agustus 2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan serta

Keputusan Direksi NO. KD 51/PS150/COP-80030000/2006 13 September 2006

Tentang Organisasi Pusat Pengelolaan Program Kemitraan dan Program Bina

Lingkungan (COMMUNITY DEVELOPMENT CENTER).

Di dalam menjalankan programnya CDC Telkom memiliki visi, misi dan

strategi sebagai berikut :

Visi : Menjadi Role Model Pengelola PKBL di lingkungan BUMN

Misi : Peduli dan Komit Kepada Pembcrdayaan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan

Strategi : Kernitraan dan Aliansi

Sebagai pencetak laba terbesar, alokasi dana untuk program kemitran

Telkom paling besar dari 139 perusahaan BUMN yang ada, bahkan program

kemitraan PT Telkom mampu mengalahkan program kemitran yang dilaksanakan

oleh BUMN kelompok bank. PT Telkom menjalankan program BKPt di tujuh


14]

Divisi Regional (Divre), yang meliputi wilayah Sumatera Utara (Divre I), DKU

Jakarta (Divre II), Jawa Barat dan Hanten (Divre Ill), Jawa Tengah (Divre IV),

Jawa Timur (Divre V). Kalimantan Timur tDivre VI) dan Kawasan Timur

Indonesia (Divre vii),

Dari program-program yang dijalankan CDC Telkom berhasil meraih

penghargaan CSR Award 2008 dengan nilai terbaik di bidang sosial, ekonomi dan

lingkungan. Berikut ini tabel Jumlah mitra binaan Program Kemitraan dan Total

Dana yang disalurkan per Divisi Regional dan per Sektor industri.

Tabcl 5.6 ~rumlahMitra Binaan Program Kemitraan CDC PT Telkom, Tbk

2001
0 1 DOO zrm 3.000 4000 5000 6DOO 7.00'J arm 9.000 10000 11 mo
•DIAtl 1!Jv\'EI •DMlEm •CJ'.-R:"' •DMEV •!JI.REY
m

39) 411 813 53'.3 733


62 635 447 1.819 79.4 1.005
400 637 1.4S4 873 1.1 :Il 5.173
43 457 583 2.371 1.242 1.161 6.511
559 821 1.000 795 1.181 5.336
282 UlO 1.282 550 1.7S2 7.$0
105 4.497 6.256 7.7!Jl 10.516 6.031 9.700 44.911

Sumbcr : httn://pkbl-tclkom.com
142

Tabel 5.7 Penyaluran Dana Program Kcmitraan Per scktor Industri


r·eff/.;f~ff.;.r, n.~.n-l Pr·r~t:~ir\ i•'t-rPi~!.~~:._::
• (. , I ~ - . ; ; • - ). •

te'iBii:#~E:~,~~~-·
Z)OS 1g .. _.4as.e11~.P..".'":T!t=~;:--y~~:~':~~~ .

2003 ~~~ili;<+'1f'i
a;s:w :::;;;§11 m
2001 ,.:1 ...,.. ...,....-------~---.--------"'~""'-·_'Rp._M>
2000) «l.CDO OOOOJ 00.COO 100.COO 1aJOOl 14-0.cro

. . .. .
• PfTt'" ilAH
·P(~{Il.t(Mt
.ra,' ••. .. ~,., •1
•POJKA.ltlH
.•
"
JlS• •UH"fYA
•:.., 111- ..;.;, ... datYn juta ~Ah

laMJSTh:I 173 12.256 14.895 19.~ 21.l.152 17.541 J1216 ttG.7H


.. ERDAGNIGNI 100 13.400 21.440 38.772 39.S20 34.557 B0.740 22Ull
.. ERTAlllAH 00 433 526 1.329 3.006 1.1)93 3.460 1UU
ll£THlllAKAll . 1.223 3.2U7 3Cl!1 4.106 2.983 5.672 M. .cn
.. (Rl(fBl~IAU . 16 159 830 «J9 2Sl B21 2.-111
.. El'll<AllAll ~55 1•n 2(57 4 521 1 !'1! ~ 911 1.UH
JASA 645 18.609 19979 24.642 38.147 30.7;!) 50.945 1n.n>
S(KTOR l..AlllllYA 914 4680 4873 4.3J2 4 796 4.093 5.6'.JO 2'.2,.
OT.OJ. 1 q"' 51 ~1 ffilS1fJ g4 555 11R l)'":"B '?~ (171 1~'.:' ~'?5 {.&{..1'~

Somber : http://pkbl-telkom.com

a. Struktur Organisasi CDC

· CE '.: ·.: ·.::·.


I "-1·": .,.,., _ -,. ··•4· .... t•••·• ·• ,.1 otl
' ' '
::.fT-:r• . ....,..1 ..... 1~.,1-..,,..,. ,,., T~•
;- ,_,•••" • •• '~ •' ",I _ ~:·• - I~-
1 lo '·*-"1·· .. DIREKTUR HC&GA

SGM CDC
CNIT
0----~jj ~--··-----------------
~----~ BISNIS
,,Ii
Ii SM

Ii
[;
KEUANGAN

i
:
11 MANAGER
L, .,_J; I r;N!GE:J ~"'-"_N_A_G_E_R..

r---------------··
·r[~Gr~ou. ,;.;i;Dl .()ilA~A .
..----.----.----~---.-_~~ .;
a.uc.&c!'R ll.AMAuER n M.Uw::rR lt.A.M.ACIRILJUG!A !
~.,....-~-·-"-~--'·~co_~
__ ~HLc_o_.,._'.._'"_,_c_o_A_••_•_"~CCNtf-.-or ~

Sumbcr : http://pkbl-telkom.com/portal/indcx.php?c=Cp&m=Org
143

b. Kritcria Usaha Kecil yang menjadi mitra dalam Program Kemltraan

Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah usaha

kecil yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

l , Memiiiki kekayaau bersih paling banyak Rp.200.000.00li,~ (dua ratus juia

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan ternpat usaha: atau

2. Memiliki hasil peniualan tahunan paling banyak Rp. l .000.000.000,- (satu

milyar rupiah);

3. Milik Warga Negara Indonesia;

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung rnaupun tidak

langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;

5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukurn, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai

potcnsi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

c, Kewajiban Mitra Binaan

Di dalam kcmitran tersebut Mitra Binaan rnempunyai kewajiban scbagai

berikut:

1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui

oleh BUMN Pembina;

2. Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib;


144

3. Membayar kcmbali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati;

4. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada

BUiviN Pembina.

d. Bentuk Kemitraan

Bentuk kemitraan antara CDC dan usaha kccil terdiri dari bantuan pinjaman

dana dan Hibah pembinan. Bantuan pinjaman dana terdiri dari (1) Modal Kerja,

atau (2) Pembelian Barang-Barang Modal (Aktiva Tetap Produktif). Pinjaman

dana ini bersifatjangka pendek dengan masajatuh tempo I tahun.

Jenis kemitraan dalam bentuk hibah pembinaan meliputi pendidikan dan

pelatihan serta pemagangan dan pemasaran produk mitra binaan. Tujuan dari

pendidikan dan pelatihan serta pemagangan adalah (I) Meningkatkan

keterarnpilan manajerial & teknik produksi/ pengolahan; (2) Meningkatkan

pengendalian mutu produksi; (3) Meningkatkan pemenuhan standarisasi

teknologi; dan (4)Meningkatkan rancang bangun dan perekaysaan, Sedangkan

hi bah pembinaan dalam pemasaraan produk mitra binaan bertujan untuk (1)

Memibantu penjualan produk MB; (2) Membantu mempromosikan produk MB

melalui kcgiatan parneran maupun penyediaan ruang pamer.

e, Bunga Pinjaman

Besarnya Jasa Administrasi Pinjaman Dana Program Kernitraan per Tahun

sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman atau ditetapkan lain oleh Menteri
145

(PER MEN-05 BAB IV Pasal.12 ditetapkan lain oleh Menteri (PER MEN-05

BAR TV Pasal.12 ayat(3))

Jumlah Pinjaman Yang Jasa Administrasi


No
Diberikan I Per Tahuu I
I s/d Rp. Rp!O juta 6%
j

2 > 10 Juta s/d Rp 30 Juta 6%

3 >30 Juta s/d Rp. 50 Juta 6%

4 > Rp. 50 Juta 6%

f. Tata Cara Pengajuan Pinjaman

I. Mengajukan Proposal permohonan bantuan pinjaman yang memuat :

o Data pribadi sesuai KTP

o Data Usaha (Bentuk Usaha, alamat Usaha lengkap RT/RW,

Desa/Kelurahan,Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi, Mulai

Mendirikan Usaha, Jumlah Tenaga Kerja)

2. Data Keuangan meliputi Laporan Keuanagn/Catatan Keuangan 3 bulan

terakhir, Rencana Penggunaan dana Pinjaman

3. Melampirkan :

o FC KTP Suami/Istri atau identitas lainnya.

o FC Kartu Keluarga.

o Pas Photo ukuran 3X4-Keterangan Serba Guna dari Kelurahan,

o Gambar I Denah Lokasi Usaha.

o FC Rekening Bank I Buku Tabungan.

o Laporan Keuanagn Praktis (diisi pada formulir aplikasi).


146

o Surat Pemyataan tidak sedang mendapatkan pinjaman dari BUMN/

perusahaan lain

5.3.l.4 Rentenir

Kcsulitan usaha keci dan menengah khususnya usaha mikro untuk

mengakses sumber permodalan perbankan menyebabkan sumber pennodalan

nonfonnal menjadi altematif utama mereka untuk mendapatkan tambahan modal.

Salah satu sumber pennodalan tersebut yang akan dibahas di dalam penelitian ini

adalah rentenir atau

Rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam

rangka memperoleh profit melalui penarikan bunga. Jadi Rcntenir adalah sosok

sumber daya yang sangat diperlukan bagi para pedagang untuk mendukung

aktivitasnya baik secara Jangsung ataupun tidak. Secara langsung kredit dari

rentenir itu untuk kegiatan produksi, sedangkan sccara tidak langsung kredit itu

digunakan untuk konsumsi, baik yang wajar hingga yang konsumtif.

Bagi usaha mikro berhubungan dengan sumber pembiayaan informal

seperti rentenir seringkali menjadi plihan yang lebih menarik karena faktor

kemudahan untuk mendapatkan dana secara cepat tanpa adanya birokrasi. Hanya

dengan azas sating percaya meskipun bunga yang dibebankan sangat tinggi.
147

5.3.2 Pcngembangan Model Pcngeloiaan LKM Berbasisl Komunitas

Berdasarkah hasil penelitian di lapangan dan berdasarkan model-model

pernbiayaan mikro yang berkemhang dimasyarakat maka berikut ini akan

dijdaska1i model pcugelolaan LKM berbasis Komuniias hasii penelitiau.

Beranjak dari temuan kondisi riil di lapangan bahwa sektor UKM

mengalami kesulitan modal, dan LKM diharapkan menjadi salah satu solusi

kesulitan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku UKM

mengharapkan adanya LKM yang mampu memberikan bantuan permodalan

dalarn bentuk pinjaman dengan prosedur yang sederhana, cara pembayaran yang

flcksibcldan jaminan pinjaman tidak mcmberatkan. Disi sisi lain hasi ternuan juga

menemukan bahwa banyak LKM yang mengalami kesulitan akilbat keterbatasan

modal, ketidakefisienan pengelolaan usaha dan masih tingginya kredit rnacet.

Pada dasarnya model yang akan dikcmbangkan berdasarkan ternuan-temuan

tesebut adalah model pengelolaan LKM yang mampu menyerap modal baik yang

berasal dari anggota maupun sumber eksternal lainnya. Selain itu model

dikembangkan juga bertujuan untuk menekan kredit macet akibat prosedur

pembcrian kredit yang terlalu mudah.


148

Berikut ini model yang dikembangkan,


,----- ----- - ----- - -- - ------- .. - '

I Sumber-c:;~nnber \
1~Pen~~-naan ~~stem~- _ I

Menyirnpan I Mernbayar premi

--1
I

I
Nasabah ...
Pendampingan
--11
LKM ...----<•
Kernitraan

r Perusahaan
I Asuransi

Kl aim _J
Membayar Klaim

Gambar 5.16 Model LKM Hasil Penelltian I

Pada gamb.ar 5.16 tersebut terdapat selain koperasi dan anggota,

keterlibatan lembaga lain di dalam pola pengelolaan LKM balk secara langsung

maupun tidak langsung agar mulai dikembangkan. Berikut ini penielasan dari

lembaga-lembaga terkait tersebut.


149

Surnber-sumber
Pendanaan Ekstemal
•----- ··-·-·----

··-·----.
'
I I

~ Pendampingan ~
i~I Kemitraan
l
Perusahaan
------·~ Asuransi
~~ ~
i
I

I
I Membayar Klairn
·-----~

Gambar 5.17 Model LKM Hasil Pcnclitian

Pada gambar aliran dana dari anggota masuk ke koperasi sebagai

simpanan akan dijamin oleh koperasi dengan bekerja sama sebagai mitra dengan

perusahaan asuransi. Penjaminan simpanan yang dilakukan bertujuan untuk

menjamin bahwa simpanan anggota tetap terjamin bila sampai suatu hari koperasi

mengalami resiko kegagalan pengelolaan. Dengan adanya penjaminan tersebut

akan mendorong
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan survey yang dilakukan olch pcneliti pada sentra-sentra industri di

Kota Bandung, secara umum dapat disimpulkan bahwa :

l. UKM mempunyai potensi yang besar karcna terbukti : I) rnampu bertahan

di tengah krisis; 2) marnpu mcnyerap tenaga kerja di lingkungan sekitar; 3)

mampu menghasilkan produk yang kreatif dan inovatif; namun juga

mempunyai beberapa kelemahan diantaranya ; I) belum adanya pcrnbagian

tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi; 2) Akses industri

kecil terhadap lembaga kredit formal rendah, sehingga pelaku UKM

cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau

sumber lain, seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir;

3) Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status

badan hukum 4) terbesar yang dihadapi dalam pengadaan bahan baku adalah

mahalnya harga, terbatasnya ketersediaan, dan jarak yang relatif jauh; 5)

kurangnya tenaga kerja terampil. 6) Dalam bidang pemasaran, rnasalahnya

terkait dengan banyaknya pesaing yang bcrgerak dalam industri yang sama,

re]atif minimnya kemarnpuan bernegoisasi, dan kesulitan dalan rnelakukan

penetrasi pasar ke luar dacrah maupun Iuar negeri (terutama berhubungan

dengan penguasaan pengctahuan dan teknologi internet untuk memasarkan

ke luar daerah atau ke tuar negeri).

150
151

2. Lernbaga Keuangan Mikro memiliki potensi dekat dengan masyarkaat

sehingga mudah untuk dijangkau, prosedur yang mudah. sistem pembayaran

yang relative flcksibel serta perhatian pemerintah yang terus meningkat

melaiui bantuan penguatan dana. Lembaga Keuangan Mikro masin merniliki

kelcmahan yang harus dipcrbaiki yaitu pengclolaan yang belum prefesional,

Tingkat partisipasi anggota untuk aktif relative rendah, Kinerja keuangan

yang belum efisien terutama dalam penyaluran krcdit yang menyebabkan

rnasih ditemukannya krcdit macet.

3. Model Pcngernbangan yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan

mobilisasi dana masyarakat mclalui dana stabilisasi dan dengan model yang

dikcmbangkan d!iharapkan dapat menekan kredit macet melalui perbaikan

prosedur penyucuran kredit dan proscdur pengumpulan dana dari anggota.

(i.2 Saran

Peneliti mengemukakan bcbcrapa saran pengembangan UKM di Kota Bandung

sebagai bcrikut:

I. UKM harus memiliki manajernen resiko yang baik dalam rangka

pcngelolaan usaha, untuk itu disarankan adanya perhatian dan pengclolaan

perusahaan berdasarkan kepada resiko yang ada. Dalam hal ini beberapa hal

yang perlu dibenahi adalah menyangkut masalah pcngclolaan manajemcn,

seperti harus mulai dibiasakannya penggunaan catatan pembukuan yang

sederhana sehingga tidak tercampur antara keuangan untuk kebutuhan usaha

dengan kebutuhan sehari-hari, pencatatan pembelian maupun inventory.


152

2. Permasalahan pennodalan dan pemasaran yang dihadapi hampir semua

UKM di Kota Bandung dapat diminimalkan apabila pelaku UKM memiliki

sikap mental positif sebagai syarat utama untuk berpikir kreatif beker]a

secara inovarir, dan oerani mengamoii resiko,

3. Disamping itu membuka akses infonnasi untuk melakukan kerja sama

dengan institusi yang mempunyai komitmen untuk mengembangkan usaha

kecil seperti Koperasi, Pemerintah Dacrah, Kadin, maupun perguruan tinggi.

4. Untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan, penggunaan fasilitas sistem

informasi kornunikasi lebih ditingkatkan.

5. Selain meningkatkan dana dari anggota, LKM juga harus mencari sumber

pennodalan eksternal lainnya untuk penguatan pennodalan.

6. Mengingkatkan profesionalisme pengelola melalui pcndidikan dan pelatihan

secara rutin
153

DAFTAR PUSTAKA

ADB Technical Assstance SME Development, Background Report Business


i , :1k a.:;c'· F11lrn11~· i11g A1~1.'.e::;::i or Sfvi!: To Financing Institutions, 200 I

Detlev Holloh, Microflnance Institution Study, 2001


Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Repulik Indonesia, Laporan
Evaluasi Ekonomi 2008 dan Proyeksi Ekonomi 2009, Jakarta, 2008

Marguerite S. Robinson, The Microfinance Revolutiona : Rcvolusi Keuangan


Mikro Volum 2, Salemba 2004

Tulus T.H. Tambunan, Usaha Kecil dan Mcnengah Di Indoensia: Beberapa Isu
Pcnting. Salemba 2002

Pariaman Sinaga, Siti Aedah, Anjar Subiyantoko. Koperasi dalam Sorotan


Penelitl, Rajagrafindo Persada, Jakarta 2008.

Statistik UKM di Kota Bandung, Dinas KUKM Kola Bandung, 2009.

Makalah

Wardoyo&Hendro Prabowo, Model Pengelolaan dan Pengembangan Usaha


Kredit Mikro Koperasi Warga Kesuma Tiara Jakarta, Jumal Ekonomi &
Bisnis No. l, Jilid 8 Tahun 2003

R. Marisol Ravicz, Searching for Sustainable Microfinance:A Review of Five


Indonesian Initiatives Development Economics Research Group, 1996

Wiloe]o Wi~jo Wijono , Pernberdayaan Lernbaga Keuangan Mikro Sebaga Salah


Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional : Upaya Konkrit Memutus Mata
Rantai Kemiskinan, Kajian Ekonomian dan Keuangan Edisi Khusus,
November 2005
DAFTARRIWAYATHIDUP

Nama Maya Sari, SE MM


Tcrnpat dan Tanggal Lahir Bandung, 5 Juli 1971
Jenis kelamin Perernpuan
Agama Islam
Telepone UL2-IU112U4J (Home)

HP +628122347975
e-mail maya _lutan@yahoo.com

Kantor Laboratorium Manajemen Bisnis Jurusan


Pendidikan Ekonomi FPIPS -UPI.
JI. Dr.Setiabudhi No. 229 Bandung 40154
Telephone Kantor +62-22-2013163 ext2522
+62-22-2013164 ext2522
Pendldikan Formal
S2, Magister Manajemen Institut Teknologi Bandung (2002)
SI, Sarjana Ekonomi Universitas Parahyangan Bandung (1997)
Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung (1990)
Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandung (1988)
Sekolah Dasar Negeri Moh Toha Bandung (1982)

Pelatihan, Seminar dan Kursus Singkat


1. Pelatihan Perpajakan Brevet B, Yayasan Alpha Omega Bandung (1998)
2. Seminar Information Technology for Business ( 2002)
3. Pelatihan Program Applied Approach dan Rekonstruksi Kuliah bagi Dosen Baru,
Universitas Pendidikan Indonesia (3 Maret 2003)
4. Seminar Nasional Melepaskan Diri dart Krisis Ekonomi Bangsa, Ikatan Alumni
Magister Manajemen Unpad, 29 Maret 2003
5. Fasilitator Workshop : Strategi Sukses Melamar Pekerjaan, Jurusan Pendidikan
Ekonomi UPI Bandung, 7 J uni 2003
6. Peserta Seminar Comparative Education Society of Asia (CESA) 4 th, UPI Bandung
(Juli 2003)
7. Peserta Seminar Escalating Small and Medium Enterprise (SMEs) Competitiveness In
Indonesia Through Entrepreneurial Skill Development, LM-FE UNPAD, (26 Juni
2004)
8. Peserta Persidangan Antarbangsa Pertama UPSl-UPI "Kualiti Dalam Pendidikan",
Kuala Lumpur rvli.1Jaysm (2004)
9. Peserta Seminar Nasional Investasi Peluang dan Tantangan Dunia Investasi Indonesia
2005 , KSEP ITB, 17 Maret 2005
10. Peserta Seminar Intemasional International Seminar on Competence Base Teaching,
FPIPS UPI Bandung, (2005)
11. Pcserta lntemasional Seminar on Classroom Action Research For Improving The
Quality of Learning, Universitas Pendidikan Indonesia (Agustus 2003)

12. Fasilitator Workshop dan Simulasi Pasar Modal, Program Studi Manajemen UPI
Bandung ( 30 April 2007)
13. Peserta kursus Toefl Prep &Conversation 40 Hours, International Education Centre (30
Mei2007)
14. Peserta Seminar Internasional Teori dan Kaidah Modem Dalam Sains Sosial dan
Kernanusiaan, FPIPS UPI Bandung (9 November 2007)
15. Peserta Dialog Terbuka Pebisnis, Regulator dan Akademisi Terna: Pe1uang dan Risiko
Bisnis Tahun 2008
16. Peserta Seminar Nasional Sehari Marketing Communication For Business
Impelemtation.
17. Peserta Pelatihan ICT (Internet, Adobe Flash, E- Learning), Peserta, 23 - 25 Januari
2008

Pengalaman Kerja
1. Dosen Jurusan Ekonomi FPIPS UPI Bandung (2003-sekarang)
2. Dosen Program Studi Manajernen Pariwisata (2006 - sekarang)
2. Asisten Dosen PASIM (2002)
Mata Kuli:ah yang dibina
1. .Manajemen Keuangan Dasar
2. Manajemen Keuangan Lanjutan
3. Manajernen Biaya
4. Akuntansi Manajemcn
5. Perpajakan
ti. Anggaran Perusanaan
7. Manajemen Usaha Kecil dan Menengah
8. Pengantar Akuntansi
9. Akuntansi Koperasi

Karyn Tulis, Penelitian dan Publikasi llmia


1. Perencanaan dan Pcngendalian Produksi untuk meningkatkan kualitas produk pada PT
Telnic Industries ( 1997)
2. Evaluasi tingkat kesehatan PT. Telnic Industries melalui Analisa Keuangan (2002)
3. Analisa Kinerja Keuangan Bank Publik dan Bank Non Publik Swasta Nasional (2006)
4. Menciptkan Nilai melalui EV A (2005)

Bandung, 5 Maret 2006

Yang menyatakan,

Maya Sari, SE, MM


CURICULUM VITAE

I. IDENTITAS DIRI

1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) Dr.Ikaputera Waspada, MM LIP


1.2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala
'
1.3. NIP/NIK/No. identitas lainnya 131 664 389
1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Padang, 20 April 1961
1.5. Alamat Rumah JI. Bojong koneng- Cikutra Bandung 40191,
1.6. Nomor Telepon/Fax 7278162
1.7. NomorHP 0812 215 8671
1.8. Alamat Kantor JI. Dr. Setiubudi no.229 Bandung
1.9. Nomor Telepon/Fax 022-2013163
1.10. Alamat e-mail iwak 2061@yahoo.com
I

1.11. Lulusan yg telah dihasilkan SI= 700 orang ; S2= 10 orang;


1.12 Penghargaan Satya Lencana 10 Tahun dari Presiden
Satya Karya Bakti 10 Tahun dari Rektor UPI
Satya Karya Bakti 20 Tahun dari Rektor UPI
1.12 Mata. Kuliah yg diampu 1. Kewirausahaan
2. Manajemen Keuangan
3. Ekonomi Manajerial
4 Pasar Modal
5.Statistik
II. lffiYA YAT P.ENDIJ)IKAN

prrogram SD SMP SMA


I
Tamar, 1973 di Tamat, 1976 di Tamat, 1980 di
i
I l\Iedan Medan Bandung
I 2.~. I
Program· - ------f Sl S2 S3
2.3. Nama PT Fakultas Keguruan UNIBRAW UNPAD
Ilmu Sosial,
IKIP Bandung

12.4. Bidang llmu Pendidikan Ekonomi Management, Ekonomi,

I
Umum, Konsentrasi konsentrasi
manajemen kcuangan
Keuangan, rnanajerial usaha
mikro
2.5. Tahun Masuk 1980 1998 2001
2.6. Tahun Lulus 1986 2000 2008
2.7. Judul Skripsi/ Pengaruh Modal Pengaruh Modal Pengaruh
Tesis/Disertasi Terhadap Pendapatan Usaha, Kemampuan
Petani Kentang di Kewirausahaan Manajerial dan
Cikajang Terhadap Pengelolaan
Keberhasilan Modal Kerja
Usaha Bakul Sayur Terhadap
Di Kota Malang Kemampulabaan
Implikasinya
Terhadap
Pengembangan
Usaha mikro di
Kota Bandung
2.8. Nama Pembim- Drs. H. Syarif ProfHj. Prof.Dr.H.Sutaryo
bing/ Promoter Bastaman Kiptiyah,MSc. Salim
ID. PENGAL.Ai\1AN JPENELI'IlAN (bukan skripsi, tesis, maupun dlsertasi)

No. Tahun Pendanaan


Judul Penelitian
Sumber Jml (Juta Rp)
--
I 2008 Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran DIPA UPf 15 juta
I Jasa Pendidikan Terhadap Keputusan
Pemilihan Perguran Tinggi
2 2007 Potensi Pariwasata dengan pendekatan Balitbang 200 juta
Agrotechnopark di Cianjur Selatan Jabar
3 2004 Model perencanaan keuangan untuk UPI 5 juta
perusahaan kecil

IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA l\1ASYARAKAT


No. Tahun J udul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1 2001 Pelatihan pengembangan kewirausahaan Diknas
I guru Sukwan di Jawa Barat Jabar

I
2 2004- Tim Monitoring dan Evaluasi Dewan Dikdasmen
2005 Pendidikan Dirjen PLS, di Kaltim dan
Kalteng,
3. 2006 Konsultan non formal education US AID
management.
4. 2004 Monitoring dan Evaluasi DAK (Dana Dikdasmen
Alokasi Khusus),Dir. Pendidikan Anak-
anak TK dan SD, di Sorong, Irian Jaya
Barat,
5 2006 Pelatihan penguatan kelembagaan UKM Depkopdan
di Jakarta UKMdan
DIKTI
V. f1ENGALAMAN PE.NULISAN ARTIKEL lLMIAH DALAM JURNAL

No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nama Jurnal


Norn or
I
J. 1004 / Model perencanaau keuangan untuk
I Jurnal Pruf/ta
I ..,
=-_]18~. ~~.~~~~~:. . ~....~. :.~. ~~::;, ......., . . . . . ---··--l•n---
I ·-
k~·cii~-=·
J(l(),f ,,.,,,.f_
!"'' ................. , Jurnal
Managerial
3. 2005 Perusahaan mikro di Jurnal
sekolah;pendekatan Ilmu, Teknologi pendidikan
I
clan masyarakat, Ekonomi dan
koperasi, UPI,
4. 2005 Sukses Wirausaha sukscs keuntungan, Jumal Abmas
LPMUPI,
5. 2006 Kepemilikan perusahaan mikro Jurna!
meraih profit Managerial
Universitas
Pendidikan
Indonesia,
6. 2008 Potensi Pariwisata berbasis Vol 8. no 1, GEA
Agrotecnopark di Cianjur Selatan April 2008

VI. PENGALA.l\tlAN PENULISAN BUKU

No. T;Ihun Judul Buku Jumlah Pencrbit


Halaman
I 2004 Penulis modul kewirausahaan SMK, 200 kerjasama
Lembaga
penelitian UPI
dengan
Direktorat
pendidikan
dasar dan
menengah,
2 2003- Penulis buku Ekonorni SMA, kelas X, 190 Penerbit
2005 XI, XII, Regina,
3 2006 Modul Management dan toolkit 250 USAID dan
management untuk manager Save The
kelembagaan non formal Education Children,
dengan kerjasama
IX. iPE;~GAI..AMAN PEKERJAAN LAIN

No. Tahun Bidang Pekerjaan Ternpat Ket

....
.} . 2000-2007 Sekretaris Jurusan UPI
, Pendidikan Ekonomi- UPI
'L 1007· UPI
Sekarang Pendidikan Ekonomi dan
Koperasi
5. 1998- Staf Pembina KOPMA Bumi UPI
Sekarang Siliwangi
6. 2002- Sekretaris FKK Sumberdaya UPI
sekarang -LPM-UPI

.
I

L
7 2005-2006
i._.
Sekretaris TPPS Program UPI

_ ~~~~-'--S-tu_d_i_Pe~n-d-id_i_ka_n_E~ko_n_o_m_i~--'-~~~~~~---i.~~~~__,
dan Koperasi

Bandung, November 2009

(Dr.Ikaputera Waspada,MM)
NIP 131 664 389
CURRICULUM VITAE

0 DATA PRIBADI

Nama Chairul Furqon, S.Sos, MM.


Tempatitanggal lahir Bandung, 15 Juni 1972
Alarnat .JI. Sriwulan No. 9 Srimahi Baru Bandung 40254
Te!p. /HP +62 2? !i:?n?41::i 1 +02~1.'320479001
E-mail c_furqon@upi.edu, uqon2000@yahoo.com
Kantor Program Studi Manajemen
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Indonesia
JI. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154
Telp. +62 22 2013163 ext. 2520

1. Sedang rnenyelesaikan S3 di Pascasarjana UPI Program Studi Administrasi Pendidikan,


Konsentrasi Sistern lnformasi Manajemen, Tahun 2003 - sekarang.

2. S2 Program Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung, konsentrasi Manajemen


Pernasaran pada Tahun 2002 dengan Judul Thesis Pengaruh Bauran Komunikasi Pemasaran
terhadE1p Volume Pembelian Agen Surat Kabar Pikiran Rakyat.

3. S1 Fakultas llmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung jurusan flmu Jurnalistik pada
Tahun 19£17 dengan Judul Skripsi Pemanfaatan Lembaran Khusus Surat Kabar terhadap
Kepuasan Pembaca.

4. SMA Negeri 2 Bandung, 1987-"1990.

5. SMP Ncger1 38 Bandung, 1984-1987.

6. SD PPSP IKIP Bandung, 1979-1984.

0 PENDllDIKAN NC,N FORMAL, PELA TIHAN, DAN SEMINAR

1. Mengiku1ti program pE!ndidikan Certificate in Information Technology dan Certificate in


Communication and Business Skills di Southbank Institute of TAFE, Brisbane, Australia, selama 6
bulan pada tanun 2002.

2. Mengikuti Seminar mengenai Democratisation and Conflict in Indonesia: Problem and Prospect,
di Griffith University, Brisbane, Australia, pada tanggal 29 Agustus 2002 (Bersertifikat).

3. Mengikuti ftith Asian Conference on Mental Retardation yang diadakan oleh Asian Federation on
Mental Retardation, di Tsukuba, lbaraki, Jepang, pada bulan Agustus 2003 (Bersertifikat).

4. Mengikuti Sominar Nasional : Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru/Dasen Menuju


lndonesi.3 Mandiri Dafam Era Globalisasi- STKIP Pasundan Bandung. 2008 (Bersertifilkat)

5. Mengikul:i Seminer Nasional Strategi Pembangunan Indonesia : Meningkatkan Pctensi Usaha


Mikro Kecil clan Menengah Demi Kemakmuran Bangsa - Universitas Padjadjaran Bandung, 2008
(Bersertifikat).

Curriculum Vitae: Chairul Furqon


6. Men~1ikuti Seminar Nasional Marketing Communication tor Business lmplementation - STIE
STEMBI Bandung, 2008 (Bersertifikat).

7. Mengikufi Seminar lntemasional Bimbingan Mahasiswa yang Efektif dan Berhasil : Pengalaman
tnaonesln dan Malaysia, 2007.

8. Mengikuti Seminar Perekonomian Syariah - Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.

9. Mengikuti The 2nd UPI-UPS/ Joint lntemetionet Conference: Teacher Education Program for the
215' Cem11Ty· Rensponses to Globa.' Challenges, di UPI. Bandung, pada tanggal 8-9 Agustus
2006 (Bersertifikat)

10. Mengikuti National Seminar of Syariah Management, di Universitas Pendidikan Indonesia,


Bandung, pada tanggal 11 Maret 2006 (Bersertifikat).

11. Mengikuti Seminar Nasional rnengenai Kiat-kiat Pengembangan Jaringan dalam Merespon Geliat
Bisnis 2006, di UPI, Bandung, pada tanggal 23 Februari 2006 (Bersertifikat).

12. Mengikuti Semiloka Nasional mengenai Profesionalisasi PendidiJc dan Tenaga Kependidikan, di
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, pada tanggal 21 November 2005 (Bersertifikat).

13. Mengikuti Seminar Nasionallnvestasi, di lnstitut Teknologi Bandung, pada tanggal 17 Maret 2005
(Bersertifikat).

14. Mengikuti International Seminar on Competence Base Teaching, di Universitas Pendidikan


Indonesia, Bandung, pada tanggal 1 Februari 2005 (Bersertifikat).

0 REKJ!IM .JEJAK (TRACK R'ECORD) DALAM BIDANG PENEllTIAN

1. Pengembangan Strategi Pemfoelajaran yang Efektif pada Mata Kuliah Manajemen Operasional
(Studi Kaeus paala Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia), Penelitian
Hibah Pembinaan, 200.e, sebagai ketua tim peneliti.

2. Pengaruh Modal lntelektual Pengurus Koperasi Terhadap Kinerja Koperasi (Studi Pada Koperasi
Pegaw.ai Republik Indonesia Di Kota Bandung), Penelitian Hibah Kompetitit, 2008, sebagai
anggota tim peneliti.

3. Model lernbaga Keuarngan Milera Berbasis Komunitas Untulc Pengernbangan Usaha Mikro (Studi
Pada Sentra lndustri di Kata Bandunq), 2009, sebagai anggota tim peneliti.

4. Kualitas Pclayanan pada Universitas Pendidikan Indonesia (Survey tentanq harapan mahasiswa
dan kenyataan yanig dirasakan), Penelitian Hibah Kompetitif, 2007, sebagai anggota tlm peneliti.

5. Pengaruh Karakteristik Wirau~oaha terhadap Keberhasilan Usaha Jasa Perbengkelan Mobil di


IKota B<mdtmg, Penelitian Mandliri - Universitas Pendidikan Indonesia, 2007.

6. Penera;pan Metode Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa


dalarn Melakukan Analisis Usaha dan Menyusun Rencana Usaha pada Mata Kuliah
Kewirausahaan di Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan lndonesla, Penelitian untuk
peningkatan kualitas pembelajaron di LPTK (PPKP), 2006.

7. Pengaruh Media dan Metode Pengajaran Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa program Studi
Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia, Penelitian Rulin Universitas Pendidikan Indonesia,
2005, sebaqai ang~1ota tim peneliti.

8. Perencanaan Umum Pembangunan Makro Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Penelitan dalam


rangka kerjasarna Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan Bappeda
Kabupaten Purwakarta, 2004, sebagai anggota tim peneliti.

Cumc-itum Vitae Chairul Fu1qon 2


0 PENGALAMAN KERJA

1. Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia, 2003 - sekarang, sebagai Staf
Pengajar/Oosen.

2. Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia, 2007 - sekarang, sebagai pengurus yayasan.

3. Yayasan Bengkel Komunikasi, 2.002 - 2005, sebagai penqurus yayasan I stat peneliti.

4. Program kerjasama Lembaga Penelitian UNJ dan BAPPENAS, 2001, sebagai staf peneliti proyek
studi darnpak jaringan pengamanan sosia! beasiswa.

5. CV. SALEGER (agribisnis), 1993 - 2000, sebagai staf marketing dan operasional.

6. PT Radio Mustika Parahyangan (PR FM) Bandung, 1996, sebagai reporter.

7. Lembaga Kantor Serita Antara Biro Bandung, 1995, sebagai reporter.

Hormat saya,

Chairul Furqon, S.Sos., MM.


NIP. 132304400

Curriculum Vitae cnairut Furqon 3


KUES~ONER
PROFIL UKM DI KOTA BAt~DUNG

MODEL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS UNTUK


PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI KOTA BANDUNG

UNIVERSiTAS PENDIDIKAN INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI
P;:tOGRAM STUDI MANAJEMEN

2009
IDENTITAS PEWAWANCARA

,~1:;,,;pondenyang terhormat,
Hari Wawancara ...........................................................................................
Tanggal wawancara
Jam wawancara
i... alam rangka menghimpun data dalam penyusunan penelitian Strategis
; .t.:,,;ional, bersama ini kami mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentul<
· :E·-;sioner. Tujuan kuesicner ini adalah untuk mengetahui Profil Usaha Kecil dan DATA RESPONDEN
·1ir·nengah yang ada di Kota Bandung. Adapun judul Penelitian ini adalah "Model No. Respond en : .... _.._....__.!
I (Oilsl oleh surveyor)
.e::ibaga Keuangan Mikro Berbasis Komunitas untuk pengernbangan Usaha Mikro Nama Raaponden
.ada Sentra lndustri di Kota Bandung". Nam&Suntra . - _ .
Alamat UKM
.')ehubungan dengan ha! tersebut, kami sangat mernohon kesediaan Anda untuk
n~,ngisi semua butir pertanyaan dalam kueslener ini sesuai dengan kenyataan yang
Responden dimchon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memberi tanda
id,:;. ('/) pada kotak yang disediakan sesuai dengan pendapat Anda I

/.tas perhatian, keterbukaan, dan kesediaan Anda meluangkan waktu untuk 1. Jenis kelamin:
nenjawab semua pertanysan dalam kuesioner ini, kaml ucapkan terima kasih yang 0Pria 0 Wanita
;et·.,esar-besarnya.
2. Usia:
D 17 - 24 tahun D 25 - 34 tahun 0 34 - 55 tahun D > 55 tahun

3. Tingk.ai Fendidikan
Hormat Kami,
0 SO-SMP D SMA/sederajat 0 Diploma O 51 []S21S3

Mayasari, SE.,MM
4. Sudah berapa lama Anda menekuni usaha Anda:
Dr. lkaputera Waspada, MM
Cha!ru! Furqcn, S.Scs.,r.1r.1
0 < 1 tahun D 1 tahun-3 tahun D 3 tahun-5 tahun

Heny Hendrayatl, S.IP.,MM


O 5tahun-7 tahun O >7tahun

5. Se lain menjalankan usaba ini, apa!r.ah Anda rncrnpunyal pekerjaan lain?


0 Tidak D Ya, sebutkan .
No Psrt:ny:an Jawaban Reaponden
PROFILUKM

; UNJUK PENGISIAN : 5 Eierapa omset penjualan 2006 2007


Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama dalarn 3 tahun !1mkh!r?

Jawablah pertanyaan sesuai dengan pandangan Anda sebagai pemilik UKM I I I ~

E'°'
C::rilah tanda cekhs (../) pada kotakjawaban yang tersedia.
6 serapa jumlah nilal lambah 2007
-, {m2r;!r.} d~!l:m3 t;hun
-· i
- I
Pertanyaan
r Jawaban Reaponden terakhlr? I I ~
7 Darimana sumber bahan
i Apakah usaha yang Anda baku produk.sl UKM Anda
dan berapa %
Dalam Kola (%) Luar Kola! (%) Lu..r negeri (%)

j jalankan sudah berbadan 1 · .• um


s..,,,, """' penggunasnnya?
l
I
hukum? : b,
I
I 8 Mana aaja pasar yang
! menjadl sasaran produk yang
Datam Kola (%) Luar Kotal (%) Lu<1r negeri (%)
I
I Berapa jumlah tenaga kerja clhasllkan oleh usaha Anda
I 2007 2008 2009
i pada UKM anda dalam 3 dan berapa persen?

I
I
I
tahun terakhir? I I I I 9 Slapa yang menjadl tenaga
a. Keluarga saja
I
ke~a pada usaha Anda?
b. Orang lain
Apa saja jenis produk (barang)
1.
c. Keluarga dan orang lain
yang dihasilkan oleh usaha
2.
I
Anda? 10 llesamya modal usaha di luar
3.
tanah dan bangunan? a.< 10juta
4. b.10-20juta
c. 21 -50 juta
d. 50- 100 Juta
Berapa rata-rata volume S!!!~n
Nama Barang e. Di alas 100 juta
produk yang dihasilkan per Ton Meter Buah
bulan? 11 Dari mana modal tersebut
a. Modal Sendir1
Anda peroleh?
b. Modal Pinjaman

c. Modal sendirl dan pinjaman

I
- ------------.,--------------n
pinjaman, dari rr.ana sumber
permodalannya?
b. L~mbaga Keu~ngan buiuon llanl<., . ·-
c. Perseorangan Jangka waktu pinjaman
(bolen pilih > 1) Pendek 1 I I Panjang

I
2
I
3
I
I

-
I
.Jika sumber perdanaannya
bersumber dari r.on bank,
maka pilihlah sumber
pendanaan yang sesuai
.
,_
,-Jon Sank

Pemerintah
F ~advr yclnt
Dana bergulir
Model Pendanaan
Sang at
pendek 1 l213J
I
Lama Proses

I I
4 I
I
5
s,,, at
pan1ang
l I
Model peqadaian
dengan usaha Anda!
Pemerintah dan
BU:<1N
Model Kemltraan
Harian 1
Cara Pembayaran

I 2 I 3 Bulanan i
I
I
Swasta
Plnjaman tanpa agunan I I I

Perseorangan
Plnjaman dengan agunan
Model tengkulak
Model ijon
Lalnnya .....................
15 Jika Anda menjadi nasaban
LKM apakah Anda
memberikan pendampingan?
I' b.
T~k
y"''"' ~

16 Jika ada pihak -----, I


Prosedur a. Pelatihan teknis. sebutkan ...
J Apakah yang aca rasakan Sangat Sang at !
pendamplngan, apa saja
, sehingga msnjadi dasar sulit 2 3 4 5
mud ah pelayanan yang dlberikan b, Konsultasi, sebutkan ..... '
i
I
I
alasan Anda urtuk memilih pihak pendampingan? c. lnformasi pasar sasaran --i
;

j sumber pendsr.aan tersebut?


Sunga pinjaman (sebutkan) d. lnformasi teknologi
! Jwaban yang atas -7 kinerja Sangat 1------,-~-.:::-r--:--r-;:--j -~
I 2 3 4 5 Sangatkecil
besar e. lnformasl sumber bahan baku
Jawaban yg bzwah -7 harapan
f. Lainnya ..................... I
___ J
Agunan (sebutkan)
2 Sangat kecil
17 Manajemen Pengeloaan
I a. Keiuarga
Usaha?
b. Semi profesional
I
Besarnya pinjaman/Pagu c. Profesional
S;:ngat (sebutkan) Sang at
l<.ec:H l------,--:2~--::-3-r---:4-r-;:5:--1 besar
18 Sistem Penggajian a. Harian

karyawan? b. Mingguan

c, Bulanan
:\pakah Anda rnelakusan !,------------~
inovas! pada prcduk yang I ---------------l
'~~1dak _-. -.
. [ e. Ya. y~.tu.
anda hasi'kan?
1----
r.pakah Anda melaiu .• kan

~.ienamtahan wi!~yah
:;emasaran? ~-··a, y;,·._1t_1 : ___,

dagaimana prosentase ~- ~~------------------.


a. Manu~I %
i\la~ifik.asi tel'~no!og: y tng
b. Menggunakan teknologi %
•Jigunakan pada proses
produksi UKM Anda?

J_-'----.--------'
rn···n dan kritik untuk pengernbangan UKM

Atas perhatian, keterbukaan, dan 'kesediaan Anda meluangkan waktu untuk


,;;J,-iwab semua pertanyaan dalarn kuesioner ini, saya ucapkan tenma kasih yang
besar-besarnya.
I I
I
ii I

IKU .:E·s· ~· t.:£'\1~·,E. . ·R·. . ·


.
- .- -
:" .
~: . .- · -;
.. : ~
- . -·
11
. :"fi ),·.
.,
.
' . .,
._
. ·•'
.

MODEL LEMBAGA KEUAf,, 3AN MIKRO BERBASIS MASYARKAT


Uffi Jt:: PEMGEMBANGAN USAHA MIKRO
{Studi ! ada Sentra lndustri di Kota Bandung)

UNIVE -=!SlTAH PENDIDIKAN INDONESIA


FAKULTAS PEf:D!DtKAN EKONOMI DAN BJSNIS

PROGRAM STUDl MANAJEMEt'1

2009
-sponden yang terhonnat,

Dslarn rangka penyelesaian penelitian tentang "Model Lembaga Keuangan Mikro


:x~~is Masyarakat Untuk Pengembangan Usaha Mikro (Studi Pada Sentra lndustri di Kota
KUESIONER
· dung)" maka ~-nmi akan mengadakan penelitian di Lernbaga Keuanqan Mikro yang
, ~l;/;.bu/Sdr/i kelota,

Sehubungan dengan ha! tersebui, l\ami peneiiti mengharapkan kesediaannya untuk


:gi-i semua butir pertanyaan dalarn kueslcner i;-,j secara ienykap sesuai dengan kenyataan No. Responden :I. . _..__.___.! (Diisi oleh peneliti)
1 <da, Perlu Peneliti sampaikan bahwa lnformasi yang Bapak/lbu/Sdr/i berikan di dalam
.k.ier akan digunakan untuk keperluan penelitian ini dan tidak akan dtserankan kepada Responden dimohon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berilut dengan memberi t.;;,u
(..J) pada kotak yang disediakan sesual deng~n pendapat Anda I
•.1anapun.

Alas perhatian, keterbukaan. dan kesedlaan Anda meluangkan waktu un\uk menjawab Bagian 1: ldentitas Ra$ponden
'.1c· pertanyaan dalam kuesioner ini, kami ucapkan terirna kasih yang sebesar-besarnya. 1. Nama Lembaga Keuangan Micro : .

2. Jenis Lembaga Keuangan Mikro


0 BMT 0 Koperasi D LSM 0 Lainnya .
Hormat Saya,

3. Sistem Lembaga Keuangan Mikro:

Tim Peneliti
0 Syariah 0 Konvensional

4. Status Hukum
D Koperasi ocv O Lainnya .

5. Tahun Berdiri : .

6. Alamat

2
5. Kalau Ya, apa jabatan tokoh tersebut dan mengapa dipilih?
· . Berapa jumlah tenaga kerja yang mengelola LKM Anda

OoOOoOOooooOOOOOOOI0000
000000000000000000000000oOOOOUOOOOoOU0000000000•0000o000000000000000000000000000oooOoooooOOooooOOOOOOO•OOoooooo••• ••

Tenaga tetap 2007


zoos

Tenaga Tidak
i etap
Perempuan

2. Berdasarkan jenis pekerjaan berapa lurnlah nasabah yang dimilil:i LKM anda :

TKI (Tenaga Kerja Indonesia)


TKW (Tenaga Kerja Wanita)
-----·
:.'. ia Pengelola LKM Anda 3 Pegawai Negeri

I : .·.,;1~~i~mH$\i~tl¥ti~il4t~@~1·z~j!,~i'.~~N~~l~~!tR~I~~P.!!~i~·l~~J.Bg.rw~1WJ.~; 4 Pegawai Swasta


I ·17 - 24 Tahu;i 5 Usaha Kecll dan Mikro wanita

i·-·~5 - 34 Tahun 6 Usaha Kecil dan Mikro pria


7 Lainnya .................
I :;5 - 55 Tahun
j __ · 55 tahun
3. Bcrdasarkan kelornpok-kelompck usaha berapa jumii.h nasabah yang diniiliki LKM amiJ',

P.:oakah Anda memanfaatkan tokoh rnasyarakat dalam pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro
.'\; :Ja? (Misalnya sebagai pembina atau pengurus)
L~ Ya, [elaskan .

u••••••••H•••••o.,•o .. o•ooo•o•••••••••••••••••••••••••••ooooooooo••oooo••••••••••••••o•o•O•oooooouoo••••••••••••••••••••ooooooooot

!:= __] Tidak jelaskan .


rdasarkan jenis lndusirinya, kelompok Usaha Kecil dan Mikro yang Menjadi Nasabah Anda 2. Berdasarkan kelornpok Usaha Kredit yang dikucurkan bardasarkan sektor

Pelikan an

Petemakan

Pertarnbangan dan penggalian 1b ?eilkanan


1---1------------1------+-------+---·---+··- ·- -·-
lndustri pengolahan 1c P~tamtt~ii
t--,,--1--------.,..-----1------1------+---·~--+-----~
Listrik, yas dan air bersih 2 Pertambangan dan
Ban gun an penggalian
Perumahan 3 lndustri pengolahan
Perdagangan 4 Listrik, gas dan air bersih
Hotel Sa Bangunan
Restoran Sb Perurnahan
Pengangl;utan dan komunikasi Sa Perdagangan
Keuangan, persewaan d~n jasa 6b Hotel
perusahaan 6c Restoran
.Jasa-jasa 7 Pcngangkutan dan
TOTAL komunikasi
8 Kcuangan, persewaan dan
jasa perusahaan
ic:'; 4: lnform~!;j Kre:lit yang Diberikanoleh LKM 9 Jasa-lasa
'----!------------+------+------+------+--~~
TOTAL
o)rapa rata-rata p'.njaman , suku bunga , lama proses realisasi kredit dan lama pinjaman
l:.~;gi nasabah LKM anda
3. Apakah LKM anda mensyaratkan adanya agunan kepada nasabah yang akan m1mg"ij1:Kan
krcdit
Kelompok Usaha
UMK D Ya, deng;mjenis ;:igunan ..•...............•.......••.....................................................

l.ainnya
D Tidak

4
Dasar pertimbangan anda memberlxan i<redit bagi nasabah UMK (boleh lebih dari satu) 2006 20oir- -
2007

Del~atdengan lokasi dengan LKM 0 Prospek Usaha ..•...... % ......... % ......... ~(.

Nasabah dikenal oleh pcnpelola D Lainnya, sebutkan .

Rp .
Rp .
Rp. ·•·······················
, ~!.'.J:an 5: lnformasi Kondisi Keuanmrn

Berapa jumlc:h aset yang dimiliki oleh Lembaga Keuangan Mikro Anda?
2006 2007 2008
5. Untuk mengatasi kredit macet di LKf'..1 anda tir.dakan apa yang t.ilak
Rp . Rp . Rp ..

6. Berapa LOR (loan to deposit ratio) atau FDR (financing to dP.posit ratio) dan Lem!
Apakah [enis can kornpcsisi Produk pendanaan (funding) Lembaga Keuangcin Mikro Anda Keuangan Mikro Anda pada 3 tahun terakhir Perbandingan Pinjaman I Simpanan ?

;)ada tahun 200C? 2006 2007 2008


.Jenis Jumlah (Rp) Komposisi (100%)
Tabungan ........• % •••.•.... % ..•...... %
Deposito
Lainnya
Total 100% 7. Apakah Lembaga Keuangan Mikro Anda membuat asuransi pinjaman?

Apa jenis dan komposisi Produk kredit I Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Anda tahun
2008?
D Ya dengan .....................•..•........•..

· Jenis Jumlah (Rp) Komposlsl (100%) 0 Tidak


Modal Kerja
lnvestasi 8. Berapa portofolio kredit/pembiayaan Lembaga Keuangan Mil~o Anda yang dlber.kan kep
Konsu-ntit UMK (Usaha Mikro dan Kecil)? %
Total 100%
9. Bcrapa portofolio kredit/pembiayaan Lembaga Keuangan Mi:~ro Anda yang dib&rH,ur, kep
Serapa NPL net (ron perform.'ng loan) atau NPF net (non performing financing) dari UMK (Usaha Mikro dan Kecil) wanita? ........•............ %

Lembaga Keuangan Mikro Anda pada 3 tahun terakhir (Kredit Macet)?


·12. Bagaimana pandangan anda terhadap Aktod Lembaga Keuangan Mikro bin di sekitar anda?
(mchon diisi semua, coret pilihan yang tidak perfu)
1. Rentenir adalah mitra kerja/ pesaing/ lainnya ••.•

2. Pegadai&n adalah mitra kerja/ pesaing/ lainnya ....

3. BRI Unit adalah mitra kerja/ pesaing/ lainnya •..•

5. BMT adalah mitra kerja/ pesaing/ lainnya •...•

6. Koperasl adalah mitra kerja/ pesaing/ lainnya •....•

7. Lainnya ,......... adalah mitra kerja/ pesaing/ lainnya •

13. Baqalmena pendapat anda mengenai kredit mikro di Indonesia

a. Kekuatan: .

b. Keternahan; ...... ••. .• . ... ... . .• .. . •.. . .. •.. .•• •. . .•• ••• .•• •.. ... .. . •.• • •. ... ..• ..• .

c. Peluanq: ..

d.Ancaman: .
---·-· ----.

',.·

'. '
\~~'. --
----- . ·\v
--- '
:1'..ui-: pengembangan ke depan apakah Lembaga Keuangan Mikro anda memerlukan 8. Apakah Lembaga Keuangan Mikro anda rnelat« ·i:ar. ·-·~ngrn1bangan karyawan?
(>:iieh pilih lebih dari satu)

--·--··
D Ya, yaitu pelatihan .
Janis Ya Tidak Jumlah (Rp)
:=>ernnt.3han deposito Tahun .
I.
?en'< .1b2han Kredit/Pembiayaan
. Frekuensi pelatihan ..•.••..•... kali ~·,11,:m ..... tahun
:·)cn:.:mbahan Per.yertaan Modal
I r

D Tidak, karena .

•1 '2: ,)sr.ac!o!aan dan Pengemba:ngan LKM

rap-i persenkah realisasl komputerisasi Lembaga Keuangan Mikro anda saat ini?
.......... % pekerjaan memakai komputer 9. Apakah Lembaga Keuangan Mikrc Anda sudal: r.1e11;;.rirna atau ikut dalam linkage progran;·,

....... .. % pekerjaan manual D Ya, karena .

_,ak: :1 slstern pencatatan keuangan LKM anda telah mengikut sistem Akuntansi yang D Tidak, karena . .. . .
:rh:-.·:
10. Jika ikut linkage program, maka dilakukan den« n n •:·;r<
Ya
Bank .
T;dak, karena ................................................•............•...•...........•.......................
Jumlah dana Rp ( tahu-i )
;a:r.: Lernbaqa Keuangan Mikro anda pemah ikut pelatihanyan~ di!akukan Bl?
Bentuknya adalah A) executing .........•.. %
'-.a, yaitu pelatihan .
8) chanelling •......•... %

Tnhun
11. Apakah Anda juga melakukan pendampingan !•;r;,:,:da::> cebitur Lembaga Keuangan Ml:r··
Tidak, karena Anda?
Ya,(jelaskan jensi pendampingan yang ;:!).o;:ih:.1}
D
D Tidak, karena .

Anda mungkin juga menyukai