Oleh:
Kelompok 1
Ketua: Restu Kristian Zega (01091220020)
Anggota:
Nathalea Layadi (01091220001)
Justina Andrea Renjaan (01091220002)
Noelara Situmorang (01091220009)
Yona Jane Nanda (01091220011)
Icha Paulina Simbolon (01091220014)
Crystin Juita Laoli (01091220017)
Marice Helsanki Ick (01091220019)
Rut Yemima Simanjuntak (01091220021)
Dolito Situmorang (01091220022)
2
setiap warga negara memiliki kewajiban dan hak yang sama. Dengan hal ini
juga diingatkan untuk tetap saling menghormati dan menghargai orang-orang
yang ada disekitar kita dan juga setiap warga negara mempunyai ha untuk
mendapatkan perlindungan khususnya yang menyangkut HAM.
Warga negara yang baik mampu memeberikan berupa hasil dari berbagai
macam aspirasi kekuatan sosial politik dalam masyarakat. Bahwa dalam
sebuah negara yang bersistem politik liberal memiliki pemahaman yang
berbeda dengan negara yang memiliki sistem politik komunitarian. Negara
Indonesia mempunyai sistem politik uang cenderung memiliki sifat
komunitarian, dimana tentunya memiliki pemahaman khas Indonesia mengenai
warga negara yang baik. Maka pemahaman seorang warga negara yang baik
memiliki keberagaman disebabkan oleh adanya perbedaan pemahaman
mengenai sistem bermasyarakat dan bernegara.
Oleh karena itu, observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hak
dan kewajiban seorang ATLM sebagai warga negara minoritas, yang
memberikan pelayanan di daerah mayoritas muslim pada Laboratorium
Kesehatan Daerah Kota Tual. Selain itu, observasi dilaksanakan untuk melihat
adanya kerja sama yang baik antar teman sejawat dan saling menghargai,
memperhatikan hak dan kewajiban masing-masing, serta bekerja sesuai kode
etik profesi Ahli Teknologi Laboratorium Medis. Lokasi laboratorium ini
berada di Kota Tual Maluku Tenggara Provinsi Maluku, dimana termasuk
daerah yang jauh dan sulit dijangkau banyak orang dan mayoritas penduduknya
beragama muslim. Dikarenakan lokasi yang sulit untuk dijangkau, kami
melakukan kegiatan observasi dengan mewawancarai narsumber dengan fitur
pertemuan dalam jaringan (daring).
3
II. HASIL DAN ANALISIS OBSERVASI
Warga negara merupakan usur hakiki dan pokok dari suatu negara,
memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin dalam
pelaksanaannya (UU No.12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan). Kehidupan
suatu Negara tidak dapat terpisah dengan kehidupan warga negaranya. Karena
warga negara merupakan elemen yang membentuk suatu negara. Sehingga
negara harus menjamin kehidupan semua warga negaranya (Lilijawa, 2010).
Hal mendasar dari suatu negara yang perlu diimplementasikan ialah
mewujudkan tujuan dari negara yaitu kebaikan bersama. Kebaikan bersama
dapat terwujud apabila negara dan warganya bekerja sama dalam usaha
mensejahterahkan kehidupan setiap orang dalam negara tersebut. Untuk hidup
sejahtera, yang menjadi hal penting adalah setiap orang memperoleh keadilan
dari kebijakan negara untuk hidup sejahtera (Namang, 2020).
Seorang warga negara yang baik dapat berupa hasil dari berbagai macam
aspirasi kekuatan sosial politik dalam masyarakat. Dapat dikatakan pula,
bahwa dalam sebuah negara yang bersistem politik liberal memiliki
pemahaman yang berlainan dengan negara yang memiliki sistem politik
komunitarian. Negara Indonesia mempunyai sistem politik uang cenderung
memiliki sifat komunitarian, dimana tentunya memiliki pemahaman khas
Indonesia mengenai warga negara yang baik. Maka pemahaman sosok warga
negara yang baik begitu beragam karena adanya perbedaan pemahaman
mengenai sistem bermasyarakat dan bernegara (Suyato dkk, 2016).
Berdasarkan apa yang disampaikan narasumber, bahwa untuk menjadi
seorang warga negara yang baik diperlukan rasa saling menghormati antara
individu yang satu dengan yang lain, serta perlu melaksanakan kewajiban kita
sebagai warga negara Indonesia yang baik. Hal tersebut juga tertera dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 35, dimana “Setiap orang berhak hidup dalam tatanan
masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman, dan tenteram, menghormati,
melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan kewajiban
dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.”, pada pasal
tersebut dinyatakan bahwa setiap orang perlu menghormati hak asasi manusia,
4
sama halnya dengan saling menghormati antar individu. Kemudian pada Pasal
26 Ayat 2, disebutkan “Setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan
tanpa diskriminasi berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat
pada kewarganegaraannya serta wajib melaksanakan kewajibannya sebagai
warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”, pasal
tersebut menyampaikan bahwa sebagai seseorang yang berkewarganegaraan
Indonesia perlu melakukan kewajiban sesuai dengan undang-undang yang
berlaku di Indonesia.
Minoritas merupakan suatu kelompok orang atau individu yang tidak
dominan dengan khas dalam ciri, suku bangsa, agama, atau bahasa dari
miyoritas suatu penduduk (Hoesin, 2003). Berdasarkan pasal 5 ayat 2 UU No
36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa “setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau”. Kemudian narasumber menyatakan bahwa pelayanannya
sebagai seorang minoritas di daerah yang mayoritas muslim, tetap berjalan
dengan baik. Hal tersebut merupakan prinsip mendasar dari minoritas sendiri
yaitu dengan menjadi warga negara Indonesia yang baik. Juga menjadi seorang
tenaga ahli teknologi laboratorium Medik, yang taat kepada etika profesi sudah
seharusnya memberikan pelayanan kesehatan dengan bersikap adil dan
mengutamakan kepentingan pasien tanpa membedakan kedudukan, suku,
agama dan lain-lain. Narasumber juga menerapkan kewajiban sesuai dengan
yang sudah ia sampaikan sebelumnya. Tentunya tidak membedakan pasien
yang datang dengan agamanya masing-masing. Tetapi tetap pada prinsipnya
bahwa pelayanan sesuai SOP (Standar Prosedur Operasional) yang ada tanpa
membeda-bedakan.
Permasalahan yang dihadapi di berbagai daerah Indonesia adalah masih
banyak diskriminasi terhadap kelompok minoritas baik etnis maupun agama,
padahal mereka sebagai masyarakat atau suku bangsa harus diberlakukan sama
dengan kelompok mayoritas lainnya (Hoesin, 2003). Ditegaskan juga dalam
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa
kelompok minoritas harus mendapat perlakuan dan perlindungan yang sama di
depan hukum. Narasumber memberikan argumen bahwa hak dan kewajibannya
5
sebagai seorang minoritas yang mmeberikan pelayanan di daerah mayoritas
muslim, sudah terjamin maksimal. Dapat dikatakan bahwa pendapat Hosein
tentang diskriminasi dapat diatasi pada era globalisasi ini, dengan bentuk
perlakukan yang diterima oleh ATLM yang bekerja di daerah mayoritas
muslim ini, yang tentunya tetap memperhatikan hak dan kewajiban setiap
orang.
Dalam buku pedoman Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
Indonesia (PATELKI) periode 2021 -2025 tentang Ahli Teknologi
Laboratorium Medik BAB IV pasal 12 bahwa “Setiap ATLM harus
bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan
kepada pasien atau pemakai jasa secara profesional”. Kemudian narasumber
mengatakan bahwa hal yang perlu ditanamkan yaitu, setia, bertanggung jawab,
jujur dan tidak membedakan satu dengan yang lain.
Setelah itu, narasumber menyampaikan mengenai apa yang beliau
dapatkan selama bekerja sebagai ATLM pada tempat bekerjanya sekarang dan
sejak sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dimana, karena sejak awal
telah bekerja dengan orang-orang berlatar belakang yang berbeda-beda, secara
spesifik yaitu agama. Sehingga beliau sudah merasa terbiasa dengan keadaan
tersebut. Untuk, mencapai hal tersebut tentunya perlu rasa saling menghargai
satu sama lain, seperti apa yang disampaikan oleh Umihani (2019), dalam
suatu interaksi sosial dalam masyarakat yang individu, kelompok dan
sebagainya akan hidup saling membutuhkan, berketergantungan satu sama lain,
saling mempengaruhi, menjaga dan menghargai dalam harmonitas sosial yang
didasarkan oleh nilai dan norma yang berlaku. Pada buku pedoman organisasi
PATELKI Periode 2021-2025 tentang Ahli Teknologi Laboratorium Medik
BAB III Pasal 9 yang berbunyi “Setiap ATLM harus menjunjung tinggi
kesetiakawanan dan sikap saling menghargai dengan teman sejawat dalam
penyelenggaraan profesinya.”, dimana sikap menghargai sangat diperlukan
agar hubungan antar teman sejawat menjadi suatu harmoni.
Menurut narasumber, beliau tidak merasakan ada larangan ataupun aturan
yang berbeda-beda hanya karena perbedaan unsur SARA pada masing-masing
individu. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan asas dari pembangunan
6
kesehatan sendiri yang tertera pada Undang-Undang Republik Indonesia No.
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan BAB II Pasal 2 yang menyatakan
“Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan
terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-
norma agama.”, keadilan dalam pasal tersebut dapat mengarah pada keadilan
yang diberikan pada pelayanan kesehatan. Dimana pelayanan kesehatan tidak
hanya ada satu pihak yaitu yang menerima, tetapi ada pihak yang memberikan
pelayanan, dari situ tentunya pemberi pelayanan juga pantas mendapatkan
keadilan.
Berdasarkan buku pedoman organisasi PATELKI BAB III pasal 10
“Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling
menghormati dengan teman sejawat dan tenaga professional lainnya, untuk
menjamin pelayanan senantiasa berkualitas tinggi”. Menurut narasumber,
dalam memberikan pelayanan dimana dirinya sebagai seorang minoritas,
namun teman sejawat saling membantu dan menghormati, dalam memnberikan
pelayanan kesehatan. Contoh yang diberikan narumber yaitu, saat terdapat
pasien emergency yang membuituhkan pelayanan secara cepat, petugas yang
berada di rumah sakit kerap meminta saran pada narasumber atas Tindakan
yang akan dilakukan atas pasien, karena tingkat pemahaman beliau lebih
berpengalaman. Bahkan saling bergantian shift dalam pelyanan apabila ada
teman sejawat yang berhalangan karena harus beribadah. Hal ini menunjukan
terjalinnya hubungan yang baik antar teman sejawat dalam menghargai dan
melayani.
Motivasi kerja merupakan kehendak atau dorongan yang dapat
mempengaruhi perilaku tenaga kerja dengan tujuan untuk dapat meningkatkan
kinerja. Faktor yang mempengaruhi motivsi kerja adalah lingkungan.
Lingkungan kerja merupakan presepsi tenaga kerja secara individual maupun
kelompok. Lingkungan kerja yang baik dan saling menerima pendapat satu
sama lain akan mendorong tenaga kerjanya untuk senang bekerja dengan baik
dan saling mengingatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan
dengan baik dengan satu tujuan yaitu meningkatkan kinerja suatu kelompok
7
(Sudarmayati, 2009). Sementara menurut narasumber, bahwa sudah terjalin
baik relasi antara lingkungan dan semua pasien yang mendapat pelayanan.
Namun saja, terkadang terdapat perbedaan pendapat antara staf dan pimpinan
laboratorium. Hal ini perlu diperhatikan dan diatasi dengan rasa saling
memahami, dan menerima pendapat orang lain, serta mencari solusi dari
berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga kinerja seorang staf maupun
pimpinan dapat berjalan baik untuk kemajuan pelayanan laboratorium
kesehatan.
III. REFLEKSI
8
Maka dari itu, dapat diketahui bahwa nilai pancasila perlu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
9
IV. KESIMPULAN
10
V. LAMPIRAN
Link Youtube:
https://youtu.be/fSG17SInDLc
11
DAFTAR PUSTAKA
Khoiri, Nispul dkk. (2013) Penetrasi Dan perkembangan Islam Di Pakpak. In:
Relasi Sosial Umat Beragama di Sumatera Utara: Studi Empiris Hubungan
Minoritas-Mayoritas. IAIN Press, Medan, pp. 131-182. ISBN
9789793020365.