Kelompok 8 Jonathan Julian Rustandar (202205000084) Luthfi Ahmad Fauzi (202205000086) Elisabeth Cecillia (202205000024) Renardi Wibowo (202005000149) Timotis Karlitos (202001010159) Muhammad Rifqi Nur’adli (202205000055) Latar Belakang Toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang tidak memaksakan kehendak serta tidak mencela atau menghina agama lain dengan alasan apapun. Indonesia bukanlah negara teokrasi, melainkan secara konstitusional negara mewajibkan warganya memeluk satu agama dari agama-agama yang diakui eksistensinya sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945 yang berbunyi ayat (1) “Negara berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” dan ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Seperti diketahui bersama, Indonesia adalah rumah dengan ragam kesatuan yang harmoni. Keragaman ras, suku bangsa, budaya, adat istiadat, dan polemik politik menjadi bumbu yang pas apabila disajikan dengan porsi yang tepat. Namun sayangnya, saat ini ibu pertiwi seperti sedang merintih, menahan perih akibat ulah anaknya sendiri. Saat ini toleransi di Indonesia rasanya sedang dinodai, sehingga memudar perlahan namun pasti. Yang perlu digaris bawahi bahwa mencuatnya intoleransi di Indonesia adalah bentuk nyata dari dominasi pelaku terhadap ruang publik. Pelaku yang acap kali bertindak dengan tidak lagi diam-diam seharusnya membuat kita sadar bahwa intoleransi dekat dengan kita sehari-hari. Lagi lagi disayangkan, bahwa intoleransi seperti direstui. Dengan kita membiarkan mereka berkembang biak setiap hari mengambil oksigen toleransi dengan gagah berani. Menyeruak masuk tanpa permisi, menyalakan ambisi, menunjukkan diri bahwa merekalah aktornya. Rumusan Masalah Pentingnya toleransi beragama di Indonesia Masih banyak warga Negara Indonesia yang tidak mempraktikkan toleransi beragama Perspektif Pancasila terhadap toleransi beragama dan bagaimana kita harus menyikapinya sebagai warga Negara Indonesia yang baik Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan: Memberikan wawasan pentingnya toleransi secara khusus toleransi beragama di Indonesia dan mengapa toleransi beragama harus ada di Indonesia. Menanamkan nilai-nilai toleransi beragama di Indonesia agar terciptanya hubungan yang harmonis antar umat beragama, baik secara fisik, akal, perasaan, perbedaan suku, warna kulit, hingga perbedaan ras dan lainnya. Manfaat: Menghormati serta menghargai agama yang dianut oleh orang lain. Mewujudkan sikap toleransi dan tidak mengganggu ibadah orang-orang yang berbeda agama. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kualitatif yang dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa mahasiswa/wi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Semanggi sebagai narasumber yang dipilih secara acak. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi: Di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Semanggi, Jl. Jend. Sudirman No.51, RW.4, Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12930. Waktu: Kamis, 8 Juni 2023 - Jumat, 9 Juni 2023. Subyek Penelitian: Mahasiswa/wi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Semanggi. Teknik Pemilihan Narasumber: Secara acak melakukan wawancara ke beberapa mahasiswa/wi. Teknik Pengumpulan Data: Dengan cara observasi dan wawancara. Landasan Teori Dari isi Pasal 29 ayat (1) dijelaskan ideologi Negara Indonesia adalah Ketuhanan yang Maha Esa, oleh karena segala kegiatan di Negara Indonesia harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan itu bersifat mutlak prinsip Ketuhanan yang ditanamkan dalam UUD 1945. Oleh karena itu, Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya. Berikutnya, dari isi Pasal 29 ayat (2) dijelaskan bahwa setiap warga negara memiliki agama dan kepercayaannya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun, dan tidak ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama memiliki cara dan proses ibadah yang bermacam-macam, oleh karena itu setiap warga negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah, maka dari itu Pancasila sebagai landasan dan dasar ideologi bangsa sebenarnya telah mengajarkan sikap berbangsa dan bernegara yang baik. Dalam Sila pertama Pancasila yang berisikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk meyakini kepercayaannya masing-masing, menjalankan ajaran agamanya, dan menjunjung tinggi keyakinan dari umat lain. Sama seperti semboyan bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi satu hal ini melambangkan dari suku manapun asal kita, dari keturunan apapun kita, dari agama apapun kita, kita adalah satu, bangsa Indonesia. Dalam Sila kedua pancasila yang berisikan “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, yang berarti manusia harus bersikap adil dan beradab terhadap sesamanya, adil yang berarti tidak membeda-bedakan hak dan kewajiban sesama manusia serta beradab yang berarti memiliki etika atau tata krama. Sila kedua ini memiliki hubungan erat dengan sila pertama yaitu bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Kesimpulan Kesimpulannya adalah negara Indonesia memiliki berbagai macam keanekaragaman diantaranya suku, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat. Indonesia mewajibkan warga negaranya untuk memeluk satu dari agama yang diakui antara lain agama Islam, Budha, Kristen, Konghucu, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik yang aturannya terdapat dalam Pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Sikap dan cara hidup sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar di tengah perbedaan yang banyak ada di dalam ideologi negara kita, yaitu Pancasila. Kita hidup dalam negara yang penuh keberagaman, baik dari suku, agama, maupun budaya. Untuk hidup damai dan berdampingan, tentu dibutuhkan toleransi satu sama lain, keberagaman membuat bangsa kita menjadi sebuah bangsa yang kaya dan besar. Juga pandai dalam bertindak. Banyaknya keberagaman yang ada di Indonesia justru bisa menjadi kekuatan besar terutama jika dilandasi dengan nilai-nilai persatuan dan kesatuan NKRI. TERIMA KASIH