dianeprihastuti@gmail.com
A. PENDAHULUAN
Masyarakat Hukum Adat menurut (Djamanat, 2013: 69) adalah masyarakat yang timbul
secara spontan di wilayah tertentu, yang berdirinya tidak ditetapkan atau diperintahkan oleh
penguasa yang lebih tinggi atau penguasa lainnya, dengan rasa solidaritas yang sangat besar
diantara para anggota masyarakat sebagai orang luar dan menggunakan wilayahnya sebagai
sumber kekayaannya hanya dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh anggotanya.
Masa pandemi Covid-19 yang berefek di semua sektor dapat dilakukan suatu terobosan
agar masyarakat tersebut dapat bertahan, yaitu dengan adanya kedaulatan pangan. Kedaulatan
Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Hubungan antara hukum adat dengan masyarakat hukum adat menurut (Dominukus,
2015:164) ibarat jiwa dan raga, karena hukum adat adalah bagian dari peradaban manusia yang
secara terintegrasi membentuk masyarakat hukum adat yang tidak dapat dipisahkan, manunggal,
maka secara epitemology metode yang digunakan adalah sociolegal. Hukum adat adalah hasil
pengalaman manusia yang telah meresap. Dalam Hukum adat, baik dasar, proses/prosedur, dan
tujuan dilandasi oleh nilai, yaitu kebaikan. Dalam hukum adat, nilai tidak hanya satu, yaitu
kebaikan saja, melainkan juga nilai harmoni/kemapan, nilai keselamatan, nilai keadilan, dan
seterusnya.
Berkaitan dengan itu, menurut (Catharina, 2010:25) faktor faktor ikatan yang membentuk
Masyarakat Hukum Adat secara teoritis adalah:
Berdasarkan kedua faktor ikatan tersebut, terbentuklah Persekutuan Hukum yang dapat
dibedakan menjadi tiga tipe pokok utama Persekutuan Hukum, yaitu: (Catharina, 2010:25)
Berikut ini sifat sifat dari corak dan ciri khas hukum adat yaitu :
1. Tradisional
Dengan coraknya yang tradisional berarti memiliki sifat asli, tidak dapat berubah
ubah dan tidak “meniru”.
2. Keagamaan
Perilaku hukum atau kaidah kaidah hukum berkaitan dengan kepercayaan
terhadap yang gaib dan berdasarkan pada ajaran Ketuhanan Yang Maha Esa. Ciri ini
memperlihatkan bahwa bangsa Indonesia sebagai suatu keseluruhan percaya kepada
adanya dunia gaib yang mengatasi kekuatan manusia dan dunia gaib itu
mempengaruhi bahkan menentukan nasib manusia.
3. Kebersamaan (Bercorak komunal)
Corak kebersamaan dalam hukum adat dimaksudkan bahwa di dalam hukum adat
lebih diutamakan kepentingan bersama, di mana kepentingan pribadi diliputi oleh
kepentingan bersama. Dalam pandangan hukum adat apa yang menjadi hak
masyarakat adat secara individu menjadi hak masyarakat adat secara bersama atau
komunal dan apa yang dimiliki oleh masyarakat adat secara individu menjadi milik
masyarakat adat secara komunal.
4. Konkret dan Kontan
Corak hukum adat berikut ini adalah konkret artinya hukum adat ini jelas, nyata,
berwujud sedangkan corak visual dimaksudkan hukum adat ini dapat dilihat, terbuka
dan tidak tersembunyi. Sehingga sifat hubungan hukum yang berlaku di dalam hukum
adat adalah “terang dan tunai”, tidak samar samar,terang disaksikan, diketahui, dilihat
dan didengar orang lain dan nampak terjadi “ijab kabul”.
5. Terbuka dan Sederhana
Corak hukum adat ini bersifat terbuka artinya hukum adat ini dapat menerima
unsur unsur yang datangnya dari luar asal saja tidak bertentangan dengan jiwa hukum
adat itu sendiri. Dengan demikian hukum adat pada prinsipnya bergaul dengan kaidah
kaidah mana saja dan juga tidak menutup diri untuk menerima perbedaan unsur unsur
dari kaidah mana pun.
6. Dapat berubah dan Menyesuaikan
Mengenai corak hukum adat ini maka dapatlah dimengerti bahwa hukum adat itu
merupakan hukum yang hidup dan berlaku di dalam Masyarakat Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang yang dalam pertumbuhannya atau perkembangannya secara
terus menerus mengalami proses perubahan, menebal dan menipis. Oleh karena itu
dalam proses perkembangannya terdapat isi atau materi hukum adat yang sudah tidak
berlaku lagi, yang sedang hidup dan berlaku dalam masyarakat serta materi yang akan
tumbuh.
D. PENUTUP
A. Simpulan
Pandemi Covid-19 yang menyebabkan terjadinya social distancing, berefek pada gerak
masyarakat yang dibatasi, lalu lintas perdagangan menurun, dan ekonomi yang melemah.
Kelebihan masyarakat hukum adat dapat menjadikan potensi untuk bertahan pada masa wabah
Covid-19 dengan menciptakan kedaulatan pangan dan terhidar dari kelaparan.
Kedaulatan pangan masyarakat hukum adat adalah hak secara mandiri menentukan
kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai
dengan potensi sumber daya lokal. Contoh kearifan lokal Masyarakat Hukum Adat Kampung
Urug Kabupaten Bogor, kegiatan pertanian mulai dari penanaman hingga panen dilakukan secara
serentak dan gotong-royong. Masyarakat Kampung Urug tidak menjual hasil pertanian mereka,
padi sebagai bahan pokok pangan itu hanya untuk makanan warga Urug saja. Hal ini menjadikan
hasil panen setahun dapat memenuhi kebutuhan selama dua tahun.
B. Saran
Keberadaan Masyarakat Hukum Adat tidak terlepas dari faktor geografis yang
menunjang kehidupannya seharihari, sehingga perlu adanya hutan adat sebagai sumber
kehidupan sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012 yang mengakui
keberadaan hutan milik masyarakat adat.
Nilai-nilai sosial masyarakat adat dapat dijadikan contoh masyarakat perkotaan untuk
hidup bergotong royong dan mengembangkan pertanian mandiri, walaupun ada keterbatasan
lahan. Tetapi jika dilakukan dengan gotong royong dan pemanfaatan teknologi pertanian yang
tepat, dapat menjadikan masyarakat perkotaan yang memiliki kedaulatan pangan.padi sebagai
bahan pokok pangan itu hanya untuk makanan warga Urug saja. Hal ini menjadikan hasil panen
setahun dapat memenuhi kebutuhan selama dua tahun.
DAFTAR ACUAN
Buku-buku:
Bushar Muhammad. (1984). Asas Asas Hukum Adat Suatu Pengantar. Jakarta: Pradnja
Paramita.
Catharina Dewi Wulansari. (2010). Hukum Adat Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Djamanat Samosir. (2013). Hukum Adat Indonesia. Medan: CV. Nuansa Aulia.
Hilman Hadikusuma. (1992) Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar
Maju.
Gatot Irianto. (2016). Lahan dan Kedaulatan Pangan. Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka
Utama.
Jurnal:
Ari Dwipayana dan Sutoro Eko, Pokok-pokok Pikiran Untuk Penyempurnaan UU Nomor
32 Tahun 2004 Khusus Pengaturan Tentang Desa, dalam http://desentralisasi.org/ makalah/Desa/
AAGNAriDwipayanaSutoroEko_PokokPikiranPengatur anDesa.pdf, di akses tanggal 08 Juli
2020.
Urban Agriculture Australia. (2014). Food sovereignty is the right of people to determine
their own food systems. http://www.urbanagriculture.
org.au/information/urbanagriculture/foodsovereignty/ (12 Maret 2015).
Internet:
http://ahmadianjas.blogspot.com/2017/11/kearifan-lokalkampung-adat-urug-bogor.html,
diakses 16 Juli 2020, pukul 20.00 WIB.
https://www.beritasatu.com/ekonomi/630173-dampakcovid19-angka-kemiskinan-
diperkirakan-meningkathingga-12-, diakses 16 Juli 2020, pukul 20.00 WIB.