Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

Mata Kuliah Hukum Adat Lanjutan


Dosen Dr. I Ketut Sudantra,SH.MH.

Nama : Putu Wilsa Nityananda Advaita Pasek


NIM : 2004551136
Kelas : C / Reguler Pagi

STUDY TASK

Masyarakat hukum adat adalah basis berlakunya hukum adat. Karena itu, untuk
mengetahui hukum adat yang berlaku dalam suatu wilayah, harus diketahui
mengenai tatanan masyarakat hukum adatnya.
Dari penelusuran literatur ditemukan beberapa istilah yang sering rancu
penggunannya, yaitu: ”masyarakat adat”, ”masyarakat hukum adat”,
”kesatuan masyarakat hukum adat”, dan istilah ”masyarakat tradisional”.
Sesungguhnya masing-masing istilah tersebut memiliki pengertian yang
berbeda.

Diskusikanlah:
1. Berikan penjelasan mengenai pengertian dari istilah-istilah sebagai
berikut:
a. Masyarakat Adat
Masyarakat adat merupakan kesatuan masyarakat yang tetap dan
teratur dimana para anggotanya bukan saja terikat pada tempat
kediaman suatu daerah tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai
tempat kehidupan maupun dalam kaitan rohani sebagai tempat
pemujaan terhadap roh-roh leluhur (teritorial), tetapi juga terikat pada
hubungan keturunan dalam ikatan pertalian darah dan atau
kekerabatan yang sama dari satu leluhur, baik secara tidak langsung
karena pertalian perkawinan atau pertalian adat (genealogis). Setiap
masyarakat adat mempunyai hukum Adat yang digunakan untuk
mengatur semua persoalan yang terjadi dalam lingkungan adat
tersebut. Hukum adat merupakan kumpulan aturan tingkah laku yang
hanya berlaku bagi golongan bumi putera atau masyarakat asli
Indonesia, yang bersifat memaksa dan belum dikodifikasikan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan.
b. Masyarakat Hukum Adat
Konsep masyarakat hukum adat untuk pertama kali diperkenalkan
oleh Cornelius Van Vollenhoven. Ter Haar sebagai murid dari
Cornelius Van Vollenhoven mengeksplor lebih mendalam tentang
masyarakat hukum adat. Ter Haar memberikan pengertian sebagai
berikut, masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang
teratur, menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai kekuasaan
sendiri, dan mempunyai kekayaan sendiri baik berupa benda yang
terlihat maupun yang tidak terlihat, dimana para anggota kesatuan
masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai hal
yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara para
anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk
membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkan
dalam arti melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-lamanya.
Masyarakat Hukum Adat adalah Warga Negara Indonesia yang
memiiki karakteristik khas, hidup berkelompok secara harmonis
sesuai hukum adatnya, memiliki ikatan pada asal usul leluhur dan
atau kesamaan tempat tinggal, terdapat hubungan yang kuat dengan
tanah dan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang
menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan
memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun temurun.
c. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
Menurut Teer Haar kesatuan masyarakat hukum adat merupakan
kelompok masyarakat yang bersifat tetap dengan mempunyai
kekuasaan sendiri. Oleh karena itu dengan kata lain, kesatuan
masyarakat hukum adat merupakan suatu persekutuan hidup yang
masih asli secara turun temurun hidup di wilayah geografis tertentu
berdasarkan ikatan asal-usul leluhur dan tetap bertahan bersamaan
dengan hidupnya tatanan hukum yang dirawat oleh pimpinan
adatnya.
d. Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih terikat
dengan kebiasaan atau adat-istiadat yang telah turun-temurun.
Keterikatan tersebut menjadikan masyarakat mudah curiga terhadap
hal baru yang menuntut sikap rasional, sehingga sikap masyarakat
tradisional kurang kritis. Menurut Rentelu, Pollis dan Shcaw yang
dikutip dalam (P. J Bouman. 1980: 53) masyarakat tradisional
merupakan masyarakat yang statis tidak ada perubahan dan
dinamika yang timbul dalam kehidupan. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa masyarakat tradisional merupakan
masyarakat yang melangsungkan kehidupannya berdasar pada
patokan kebiasaan adat-istiadat yang ada di dalam lingkungannya.
Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya, sehingga
kehidupan masyarakat tradisional cenderung statis.

2. Jelaskan bagaimana kedudukan kesatuan masyarakat hukum adat


menurut Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945.
Keberadaan hukum adat ini secara resmi telah diakui oleh negara
keberadaannya tetapi penggunaannyapun terbatas. Merujuk pada pasal
18B ayat (2) UUD 1945 dimana menyebutkan”Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang” yang berarti bahwa negara mengakui keberadaan
hukum adat serta konstitusional haknya dalam system hukum Indonesia.
Disamping itu juga diatur dalam Pasal 3 UUPA “Pelaksanaan hak ulayat
dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat,
sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang
berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”.
Negara dimana sebagai pemberi sebuah jaminan kepastian hukum adat
terhadap masyarakat hukum adat dengan di berlakukannya UU No.5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA) diharapkan
dapat mengurangi terjadinya sengketa dan memberikan keadilan untuk
masyarakat adat. Karena dalam pasal 3 UUPA menyebutkan bahwa
hukum tanah nasional bersumber pada hukum adat seharusnya secara
otomatis hak-hak ulayat tersebut diakui tetapi dalam prakteknya tidak. Agar
tidak terjadi tumpang tindih aturan yang berakibat kaburnya kepemilikan
serta penguasaan dan pengelolaan oleh masyarakat adat dalam tatanan
hukum Indonesia karena tidak adanya kepastian kedudukan tersebut.

3. Sebut dan jelaskan penggolongan kesatuan masyarakat hukum adat


menurut Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Penggolongan kesatuan masyarakat hukum adat yang berlaku sekarang
mengacu kepada pendapat Mahkamah Konstitusi RI sebagai lembaga
yang berwenang menafsirkan UUD 1945. Seperti diketahui, Pasal 18B
ayat (2) yang menjadi landasan konstitusional pengakuan kesatuan
masyarakat hukum adat sama sekali tidak menjelaskan konsep kesatuan
masyarakat huklum adat yang dimaksud. Namun demikian, Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia dalam Putusan Nomor 31/PUU-V/2007
tentang Pengujian Undang-undang Nomor 31 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Tual Di Provinsi Maluku Terhadap UUD NRI 1945 telah
menetapkan penggolongan kesatuan masyarakat hukum adat, sebagai
berikut:
a. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Genealogis
Kesatuan masyarakat hukum adat genealogis, yaitu kesatuan
masyarakat hukum adat yang ditentukan berdasarkan kriteria
hubungan keturunan yang masih sedarah atau memiliki hubungan
darah.
b. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Fungsional
Kesatuan masyarakat hukum adat fungsional, yaitu kesatuan
masyarakat hukum adat yang didasarkan atas fungsi-fungsi tertentu
yang menyangkut kepentingan bersama yang mempersatukan
masyarakat hukum adat yang bersangkutan dan memiliki tujuan
yang sama dan tidak tergantung kepada hubungan darah atau pun
wilayah.
c. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Teritorial
Kesatuan masyarakat hukum adat teritorial, yaitu kesatuan
masyarakat hukum adat yang bertumpu pada wilayah tertentu di
mana anggota kesatuan masyarakat hukum adat yang
bersangkutan hidup secara turun.

REFERENSI
Abdul Manan, Hukum Islam Dalam Berbagai Wacana, Pustaka Bangsa,
Jakarta, 2003, hlm. 221.
Dannerius Sinaga, 1988: 152
Husen Alting,2010:30
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Mandar Maju,
Bandung, 2003, hlm. 108-109.
Permendagri 52/2015 tentang Peoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat
Hukum Adat
P. J Bouman. 1980: 53
https://eprints.uny.ac.id/23970/3/BAB%20II.pdf
https://law.unja.ac.id/keberadaan-hukum-adat-dalam-sistem-hukum-indonesia/
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Putusan Nomor 31/PUU-V/2007 tentang Pengujian Undang-undang Nomor 31 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota Tual Di Provinsi Maluku

Anda mungkin juga menyukai