Anda di halaman 1dari 10

Perencanaan Tata Guna

Lahan Dalam
Pembangunan di Indonesia
Oleh:
Ti es Asrida
Abstrak
Resistensi pembangunan merupakan polemik yang senan asa bergulir di dalam masyarakat.
Resistensi ini dipicu dari ke daksetujuan masyarakat terhadap kebijakan pembangunan yang dibuat
oleh Pemerintah. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu di njau dari aspek filosofi dan
konsep kebijakan pemanfaatan tanah untuk kepen ngan rakyat, hakikat peran Negara sebagai
pemegang kewenangan pengelolaan tanah, serta urgensi perencanaan tataguna lahan. Konsep
pemanfaatan tanah untuk kepen ngan rakyat juga didukung dengan adanya konsep negara
kesejahteraan atau dapat disebut juga sebagai konsepsi Pancasila. Konsepsi Pancasila
meni kberatkan pada keadilan sosial yang dalam konteks ini terwujud dalam fungsi sosial tanah.
Untuk mencapai tujuan keadilan sosial tersebut perlu adanya perha an lebih dari Pemerintah serta
dukungan dari masyarakat terutama dalam hal perencanaan tataguna lahan untuk pembangunan.

Kata kunci: Pembangunan, Tataguna Lahan, Kesejahteraan Rakyat.

Pendahuluan semen oleh PT Semen Gresik Indonesia.


Akhir-akhir ini publik sering disuguhkan Fenomena ini tentunya menjadi buk bahwa
pemberitaan oleh media mengenai resistensi resistensi masyarakat terhadap pembangunan
masyarakat terhadap rencana pembangunan acap kali terjadi karena ke daksesuaian
yang dilakukan oleh Pemerintah maupun pihak kehendak masyarakat dengan Pemerintah.
swasta. Resistensi pembangunan merupakan S e l a m a i n i m a s y a ra k a t m e n g h e n d a k i
wujud penolakan terhadap rencana pembangunan dilakukan secara merata dengan
pembangunan yang dinilai hanya akan tetap memperha kan kearifan lokal, sedangkan
menguntungkan salah satu pihak, sedang pihak Pemerintah cenderung memperha kan sisi
lain terutama rakyat kecil akan dirugikan. Sebut ekonomis dari pembangunan tersebut.
saja kasus pembangunan pabrik Semen Gresik Misalnya saja dalam pembangunan pabrik
di area wilayah Gunung Kendeng yang menuai industri, tentu Pemerintah akan
p e n o l a ka n o l e h w a r ga Re m b a n g d a n memper mbangkan penyerapan tenaga kerja
sekitarnya. Aksi penolakan dak hanya sebatas sehingga akan mengurangi masalah
aksi demo, melainkan telah memasuki ranah pengangguran. Namun, Pemerintah
hukum yaitu dengan digugatnya surat mengabaikan dampak dari pendirian pabrik
keputusan yang dikeluarkan oleh Bupa i n d u s t r i ya n g d a p a t m e m a ka n m a ta
Rembang mengenai izin pendirian pabrik pencaharian lain, seper bercocok tanam akan

16 Gema Keadilan Edisi Jurnal


gagal karena tanah telah tercemar oleh limbah seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
indur , atau pendirian pabrik akan ke s e j a h t e r a a n u m u m , m e n c e r d a s k a n
1
mempersempit lahan pertanian. kehidupan bangsa, ...” Konsep pemanfaatan
Permasalahan perbedaan pendapat tanah untuk kesejahteraan rakyat hanya
dan tujuan ini memang sulit dihindari. Namun, sebagian kecil dari arah kebijakan dan tujuan
masalah pokok dalam resistensi pembangunan negara untuk menyejahterakan rakyatnya.
adalah kebutuhan masyarakat terhadap S e b e l u m d i b u a t h u ku m te r t u l i s
pekerjaan dan perumahan berbanding lurus mengenai pemanfaatan tanah, masyarakat
dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Indonesia telah memiliki hukum dak tertulis
Namun hal tersebut berbanding terbalik mengenai hal tersebut yang dikenal dengan hak
dengan penyediaan lahan untuk pemenuhan ulayat masyarakat adat. Konsep pemanfaatan
kebutuhan tersebut. Hal ini menimbulkan tanah untuk kesejahteraan rakyat erat
polemik tersendiri bagi Pemerintah dalam kaitannya dengan pemenuhan hak ulayat
menentukan kebijakan pembangunan. Di satu masyarakat hukum adat. Konsepsi hukum tanah
sisi Pemerintah harus berusaha adat adalah konsepsi asli Indonesia yang ber k
menyejahterakan rakyat sesuai amanat tolak dari keseimbangan antara kepen ngan
kons tusi, tetapi di sisi lain sarana yang bersama dengan kepen ngan individu. Oleh
mendukung tercapainya amanat kons tusi karena konsep ini juga dapat disebut sebagai
tersebut sangat terbatas. Oleh karena itu, konsepi Pancasila.2 Secara falsafah konsep ini
sangat diperlukan adanya perencanaan mengamalkan sila ke-5 Pancasila.
tataguna lahan untuk memaksimalkan fungsi Keadilan sosial dalam hubungannya
tanah dalam pembangunan. dengan tanah menurut alam pikiran hukum
adat, tertanam keyakinan bahwa se ap
K o n s e p P e m a n f a a t a n Ta n a h u n t u k kelompok masyarakat hukum adat tersedia
Kesejahteraan Rakyat suatu lingkungan tanah sebagai peninggalan
Konsep pemanfaatan tanah untuk atau pemberian dari suatu kekuatan gaib
kesejahteraan rakyat berakar dari konsep sebagai pendukung kehidupan kelompok dan
negara kesejahteraan. Indonesia menganut para anggotanya sepanjang zaman. Ar nya
konsep ini yang dibuk kan dengan adanya sila bukan hanya untuk kepen ngan suatu generasi,
ke-5 Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial tetapi juga untuk generasi berikutnya dari
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kemudian sila kelompok masyarakat hukum adat tersebut.3
ini dituangkan dalam Pembukaan Undang- 1 Bernhard Limbong, Pengadaan tanah untuk pembangunan,
(Jakarta: CV Rafi Maju Mandiri, 2011), halaman 78
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, 2 Padmo wahyono dalam Arie Sukan , Markus Gunawan,
Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan, (Jakarta: PT
“Negara melindungi segenap bangsa dan RajagrafindoPersada, 2009), halaman 16
3 Ari Sukan , ibid, hal 16

Gema Keadilan Edisi Jurnal 17


Dalam konsep ini, tercermin sifat yakni di satu pihak terdapat kekhawa ran
komunalis k dalam pemikiran masyarakat bahwa hak ulayat yang semula dak ada
adat. Masyarakat adat memanfaatkan tanah kemudian dinyatakan hidup lagi, dan di pihak
adat untuk kepen ngan bersama, ar nya lain ada kekhawa ran bahwa dengan semakin
masyarakat adat berusaha untuk meningkatnya kebutuhan akan tanah akan
m e nye l a ra s ka n d a n m e nye i m b a n g ka n semakin mendesak hak ulayat yang
5
kepen ngan individu dengan kepen ngan keberadanaannya dijamin oleh UUPA.
bersama. Konsepsi hukum adat yang bersifat Oleh karena permasalahan tersebut, terdapat
komunalis k religius ini memungkinkan perubahan dalam konsep hukum tanah adat
penguasaan bagian-bagian tanah bersama yang digunakan sebagai konsep hukum tanah
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa oleh para nasional. Konsep ini memiliki sedikit perbedaan
warga negara secara individual, dengan hak-hak dengan konsep hukum tanah adat dalam UUPA,
atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus yaitu penggunaan tanah harus memperha kan
mengandung unsur kebersamaan.4 Hal ini kemanfaatan tanah untuk masyarakat luas,
tentu merupakan nilai-nilai luhur dan beradab dalam hal ini skala nasional, bukan skala
yang sejak dahulu telah tertanam dalam jiwa kelompok-kelompok masyarakat lagi. Seper
masyarakat Indonesia. Hal ini pula sebagai buk yang kita ketahui, masyarakat hukum adat
bahwa Konsepi Pancasila telah ada jauh hidup membentuk kelompok-kelompok
sebelum Indonesia berdiri. sehingga mereka cenderung memikirkan
Konsep hukum tanah adat kemudian kesejahteraan kelompoknya.
diangkat menjadi konsep hukum tanah nasional Hal ini dipertegas dalam Pasal 18B ayat
yang diwujudkan dalam Undang-Undang (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Indonesia tahun 1945 bahwa negara mengakui
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang hingga saat d a n m e n g h o r m a ke s a t u a n - ke s a t u a n
ini masih berlaku. masyarakat hukum adat beserta hak-hak
Menurut Prof. Dr. Maria Sumardjono, tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
S . H . , M .C . L . , M . P. A . , d e n ga n s e m a k i n sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
meningkatnya kebutuhan akan tanah untuk prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik
keperluan pembangunan, sementara tanah Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.
negara dapat dikatakan hampir dak tersedia Bunyi pasal tersebut dapat diar kan bahwa
lagi, isu tentang eksistensi hak ulayat perlu pengakuan adanya hak ulayat sepanjang hak
mendapatkan pemikiran yang proporsional. tersebut menurut kenyataan memang masih
Paling dak dapat dikatakan ada dua ada. Kepen ngan masyarakat hukum adat tetap
pandangan atau sikap mengenai isu tersebut, harus tunduk pada kepen ngan hukum
4
Boedi Harsono, ibid, hal 17 5 Maria Sumardjono, ibid, hal 28

18 Gema Keadilan Edisi Jurnal


nasional. Hak-hak tradisional tersebut dak maupun yang akan datang.7
boleh bertentangan dengan hukum nasional Di Indonesia, induk dari kebijakan
Indonesia. pertanahan untuk pembangunan adalah Pasal
33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Negara dan Konsep Kebijakan Pemanfaatan Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi,
Tanah “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
Kebijakan (policy) adalah suatu terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara
kumpulan keputusan yang diambil oleh dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
seorang pelaku atau kelompok poli k, dalam kemakmuran rakyat.” Pasal tersebut dijelaskan
usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang
tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang terkandung di dalamnya merupakan pokok-
membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai pokok kemakmuran rakyat. Kemakmuran
kekuasaan untuk melaksanakannya.6 Negara masyarakatlah yang diutamakan, bukan
sebagai kekuasaan ter nggi yang sah memiliki kemakmuran orang–seorang.8 Kaitannya
peran utama dalam menentukan arah dengan pembangunan yaitu kata bumi, dapat
kebijakan negara dan melaksanakannya. Arah diar kan sebagai lahan atau tanah yang harus
kebijakan tersebut termasuk kebijakan di dimanfaatkan secara bijak terutama dalam
bidang pembangunan, dalam hal ini pembangunan agar dapat menciptakan
menyangkut pertanahan. Kebijakan ini disebut kemakmuran rakyat.
sebagai poli k hukum pertanahan. Pasal tersebut kemudian direalisasikan
Boedi Harsono menjelaskan bahwa dengan dibuatnya undang-undang organik yaitu
poli k hukum pertanahan merupakan U U PA s e r t a U U m e n g e n a i k e b i j a k a n
kebijakan Pemerintah di bidang pertanahan pembangunan yaitu Undang-Undang Nomor 28
yang ditujukan untuk mengatur Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
penguasaan/pemilikan tanah, peruntukan, dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penggunaan tanah untuk lebih menjamin Penataan Ruang, serta Peraturan Pemerintah
perlindungan hukum dan peningkatan Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
kesejahteraan serta mendorong kegiatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
ekonomi melalui pemberlakuan undang- 2002 tentang Bangunan Gedung. Negara
undang pertanahan dan peraturan diberikan kewenangan untuk mengatur tanah
pelaksanaannya. Karena itu, poli k pertanahan dan unsur-unsur sumber daya alam lainnya
harus dilandasi dengan i kad baik Pemerintah yang merupakan kekayaan nasional. Dalam hal
maupun pejabat atau aparatnya untuk ini negara berwenang mengatur persediaan,
mencapai tujuan yang baik pula, baik saat ini 7 Boedi Harsono dalam Bernhard Limbong, op.cit., hal 83
6
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Poli k Edisi Revisi, (Bandung : 8 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
CV Prima Grafika,2013), halaman 20

Gema Keadilan Edisi Jurnal 19


perencanaan, penguasaan, dan penggunaan nasional yang disusun oleh Tim Teknis Program
tanah, serta pemeliharaan tanah atas seluruh Pengembangan Kebijakan dan Manajemen
tanah di wilayah Republik Indonesia dengan Pertanahan, disebutkan bahwa kebijakan
tujuan agar dapat dipergunakan untuk sebesar- pertanahan didasarkan pada prinsip-prinsip
besarnya kemakmuran rakyat. Kewenangan berikut:11
t e rs e b u t d i l a k s a n a k a n n e ga ra d a l a m 1. Tanah adalah aset bangsa Indonesia
kedudukannya sebagai organisasi kekuasaan yang merupakan modal dasar pembangunan
seluruh Indonesia atau berkedudukan sebagai menuju masyarakat adil dan makmur. Oleh
badan penguasa.9 karena itu, pemanfaatannya haruslah
Ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (3) UUPA didasarkan pada prinsip-prinsip yang
bahwa wewenang yang bersumber pada hak tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
menguasai dari Negara digunakan untuk Indonesia. Dalam hal ini harus dihindari
mencapai sebesar-besarnya kemakmuran adanya upaya menjadikan tanah sebagai
rakyat dalam ar kebangsaan, kesejahteraan barang dagangan, obyek spekulasi, dan hal
dan kemerdekaan dalam masyarakat dan lain yang bertentangan dengan prinsip-
Negara hukum Indonesia yang merdeka, prinsip yang terkandung dalam Pasal 33 ayat
berdaulat, adil, dan makmur.10 Pasal ini (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
mengandung pembatasan kekuasaan Negara Indonesia tahun 1945.
terhadap tanah yaitu sepanjang penguasaan 2. Kebijakan pertanahan didasarkan pada
tersebut digunakan untuk kesejahtaraan upaya konsisten untuk menjalankan amanat
rakyat. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Menurut sifat dan asas sesuai Pasal 2 Negara Republik Indonesia tahun 1945. Oleh
UUPA, Negara memberikan kewenangan pada karena itu, merupakan tugas negara untuk
pemerintah pusat untuk membentuk hukum melindungi hak-hak rakyat atas tanah dan
dan melaksanakan kebijakan pertanahan. memberikan akses yang adil atas
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut, sumberdaya agraria, termasuk tanah.
pemerintah pusat dapat melimpahkan 3. Kebijakan pertanahan diletakkan
kewenangannya tersebut kepada pemerintah sebagai dasar bagi pelaksanaan program
daerah melalui dekonsentrasi. Pemerintah pembangunan dalam upaya mempercepat
daerah diberikan kewenangan untuk mengurus pemulihan ekonomi yang difokuskan kepada
tanah di wilayahnya, tetapi bukan untuk eko n o mi kerakyatan , p emb an gu n an
membuat kebijakan pertanahan. stabilitas ekonomi nasional, dan pelestarian
Berdasarkan kerangka kebijakan pertanahan lingkungan.
9
Boedi Harsono dalam Arie Sukan dan Markus Gunawan, op.cit, 4. Kebijakan pertanahan merupakan dasar
halaman 24
11 Boedi Harsono dalam Bernhard Limbong, op.cit., halaman 83
10
UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

20 Gema Keadilan Edisi Jurnal


dan pedoman bagi seluruh kegiatan wilayah utama yang sangat pen ng untuk
pembangunan sektoral yang memiliki diperha kan dalam perencanaan tata guna
kaitan, baik secara langsung maupun dak lahan. Tanah sangat diperlukan manusia baik
dengan pertanahan sebagai tempat mendirikan bangunan tempat
5. Kebijakan pertanahan dibangun atas nggal dan bangunan-bangunan lain maupun
dasar par sipasi seluruh kelompok tempat bercocok tanam guna memenuhi
masyarakat sebagai upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Dalam pengelolaan tanah
prinsip good governance dalam pengelolaan untuk kepen ngan tersebut, tentunya perlu
tanah. d i l a ks a n a ka n s e ca ra s e i m b a n g a nta ra
6. Kebijakan pertanahan diarahkan kebutuhan dan kelestarian lingkungan. Oleh
kepada upaya menjalankan TAP MPR Nomor karena itu, perencanaan tata guna lahan perlu
IX/2001 tentang Pembaruan Agraria dan dilakukan agar Pemerintah memiliki pedoman
Pengelolaan Sumber Daya Alam, khususnya dalam pemanfaatan tanah untuk
Pasal 5 ayat (1). pembangunan.
Berdasarkan prinsi-prinsip tersebut maka Perencanaan tata guna lahan didukung
dapat disimpulkan bahwa arah kebijakan oleh adanya evaluasi lahan. Evaluasi lahan
pemanfaatan tanah untuk pembangunan yaitu merupakan proses penilaian potensi suatu
negara dalam menjalankan kewenangannya lahan untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
sebagai pengelola tanah negara untuk secara Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk
konsisten mengamalkan Pasal 33 ayat (3) peta sebagai dasar untuk perencanaan tata
Undang-Undang Dasar Negara Republik guna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat
Indonesia tahun 1945 serta melandaskan digunakan secara op mal dan lestari.
tujuan pembangunan untuk mempercepat Penggunaan lahan yang dak sesuai dengan
pemulihan ekonomi yang difokuskan kepada kemampuannya disamping dapat menimbulkan
ekonomi kerakyatan, pembangunan stabilitas terjadinya kerusakan lahan juga akan
ekonomi nasional, dan pelestarian lingkungan. meningkatkan masalah kemiskinan dan
Apabila hal ini dapat terwujud maka Negara masalah sosial lain, bahkan dapat
telah berhasil melindungi hak-hak rakyat atas menghancurkan suatu kebudayaan yang
tanah dan memberikan akses yang adil atas sebelumnya telah berkembang seper yang
sumberdaya agraria kepada seluruh rakyat pernah terjadi di Babilonia dan Mesopotamia
12
Indonesia. (Euphrat dan Tigris).
Urgensi perencanaan tata guna lahan dapat
Urgensi Perencanaan Tata Guna Lahan dilihat pada pokok-pokok sebagai berikut:13
Tanah merupakan sumber daya fisik 12Suwarno Hardjowigeno, Widiatmaka, Evaluasi Kesesuaian Lahan
dan Perencanaan Tataguna Lahan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2011, hal 2
13 Ibid, hal 1

Gema Keadilan Edisi Jurnal 21


1. Jumlah lahan terbatas dan merupakan 4. Konversi lahan pertanian dengan tanah
sumber daya yang hampir tak terbaharui, subur termasuk sawah irigasi menjadi
sedangkan manusia yang memerlukan lahan non-pertanian seper wilayah
tanah jumlahnya terus bertambah. industri, perumahan, dan lain-lain perlu
Pertumbuhan penduduk mencapai 2,5% ditata karena sulitnya mencari lahan
per tahun. Semakin banyak penduduk, penggan yang lebih subur atau minimal
semakin nggi pula angka kebutuhan sama di luar lahan pertanian yang telah
terhadap perumahan. Untuk mengatasi hal ada.
ini, Pemerintah harus dapat menyiasa 5. Banyak lahan hutan yang seharusnya
langkah apa yang harus diambil agar digunakan untuk melindungi kelestarian
kebutuhan perumahan masyarakat sumber daya air kemudian digarap menjadi
terpenuhi. Misalnya, Pemerintah dapat lahan pertanian tanpa memperha kan
membangun rumah susun. asas kesesuaian lahan, sehingga dapat
2. Meningkatnya pembangunan dan taraf merusak tanahnya sendiri maupun
hidup masyarakat dapat meningkatkan lingkungan pada umumnya.
persaingan penggunaan lahan sehingga 6. Pandangan bahwa tanah semata-mata
sering terjadi konflik penggunaan lahan. merupakan faktor produksi cenderung
D a l a m h a l i n i , Pe m e r i n t a h d a p a t mengabaikan pemeliharaan kelestarian
menyiasa dengan membuat kebijakan tanah. Padahal, tanah juga mempunyai
jenis lahan yang seper apa yang dapat kemampuan terbatas dalam memberi daya
digunakan untuk mendirikan bangunan dukung bagi kehidupan manusia.
serta pembangunan tersebut dak boleh Perencanaan tata guna lahan harus
berdampak buruk bagi masyarakat menjadi perha an pen ng bagi Pemerintah
maupun lingkungan. s e r ta h a r u s m e n d a p at d u ku n ga n d a r i
3. Penggunaan lahan yang dak sesuai masyarakat. Dukungan masyarakat dapat
dengan kemampuannya dapat berbentuk pemberian informasi terkait hal-hal
menyebabkan kerusakan lahan. yang dibutuhkan oleh Pemerintah sebagai
Pemerintah hendaknya harus lebih ketat bahan per mbangan dalam pemberian izin
dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan lahan untuk pembangunan.
pemanfaatan tanah. Pemerintah harus Dengan adanya keselarasan upaya dari
berpikir jauh mengenai dampak posi f dan Pemerintah dan masyarakat, Indonesia akan
nega f sebelum lahan tersebut digunakan menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.
untuk kegiatan atau pembangunan
tertentu.

22 Gema Keadilan Edisi Jurnal


Da ar Pustaka

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang


Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Poli k


Edisi Revisi, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2013)

Hardjowigeno, Sarwono, Widiatmaka, Evaluasi


Keseuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Lahan, (Yogyakarta: Gadjah
Mada Press, 2011)

Hutagalung, Arie Sukan , Markus Gunawan,


Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2009)

Limbong, Bernhard, Pengadaan Tanah Untuk


Pembangunan, (Jakarta: CV Rafi Maju
Mandiri, 2011)

Gema Keadilan Edisi Jurnal 23


Profil Penulis

Nama : Ti es Asrida
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 23 November 1994
Alamat : Jalan Perumda Tembalang Baru IV Nomor 49 Tembalang, Semarang
Email : esasrida@gmail.com
Mo o : “Do the best, Get the best, and Be the best.”

Riwayat Pendidikan:
SDN Gunungpring 3 Mun lan (2001-2004)
SDN Gunungpring 1 Mun lan (2004-2007)
SMP Negeri 1 Mun lan (2007-2010)
SMA Negeri 1 Mun lan (2010-2013)
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (2013-sekarang)

Riwayat Organisasi:
Staf Divisi PSDM (2014-2015)
PMB PPA BEM FH UNDIP (2015)
Sekretaris Umum LPM Gema Keadilan (2016)

Prestasi:
Finalist Bali Journalist Week (BJW) 2015

24 Gema Keadilan Edisi Jurnal

Anda mungkin juga menyukai