Setali tiga uang, proyek ambisius yang digagas saat ini ibarat api dalam
sekam, karena menyimpan berbagai masalah.
1.1 Beberapa mega proyek lahan gambut yang dilaksanakan dalam rangka
menuju kedaulatan pangan sudah pernah dilaksanakan dan mengalami
kegagalan.
2.1 Pada masa pemerintahan Presiden SBY, ide untuk membangun food
estate kembali muncul dan diwacanakan melalui program Merauke
Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) yang disahkan pada 11
Agustus 2010 oleh Kementerian Pertanian.
2.2 Dampak MIFEE dan Food Estate di Merauke Bagi Masyarakat Adat
Rezim kepemilikan disinyalir akan menimbulkan perdebatan apabila
terjadi perubahan dari common property menjadi private proverty. Menurut
USAID (2006), common property merupakan subjek agraria yang dimiliki
oleh suatu komunitas umum. Sementara private property merupakan
kepemilikan yang dikhususkan oleh satu orang atau badan yang legal dari
segi hukum. Berdasarkan hal tersebut, MIFEE diindikasikan ada perubahan
dari sistem tenurial yang semula dimiliki oleh masyarakat Marind kemudian
diakuisisi oleh perusahaan menjadi kepemilikan yang private. Hal ini ditandai
dengan adanya aparat POLRI dan TNI yang menjaga wilayah dari PT SIS.
Berdasarkan data yang didapatkan, wilayah kabupaten merauke memiliki luas
4.707.720 Ha dengan komposisi hutan produksi seluas 1.328.790 Ha, hutan
konservasi 1.458.600 Ha, hutan lindung 283.670 Ha, dan penggunaan lain
seluas 217.210 Ha. Program MIFEE secara total menggunakan 970.000
Ha untuk kayu industri,
a) Ha sawit, dan tanaman pangan 69.000 Ha. Evaluasi dari program
MIFEE adalah tidak memasukan sagu sebagai pangan lokal dari
Merauke, sehingga timbul permasalahan untuk mendapatkan sagu
karena fokus dari program secara mengejutkan tidak mengedepankan
tanaman pangan lokal.Akibat dari adanya hutan yang disekap oleh
korporasi menyebabkan beberapa permasalahan yang menjadi isu yang
perlu diperhatikan yaitu:
3. DeKaFe di Kalimantan
Pada tahun 2011 proyek food estate di Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Timur (sekarang Kalimantan Utara) sebagai salah satu program Pemerintah Pusat
untuk mewujudkan ketahanan pangan yaitu Delta Kayan Food estate (DeKaFE).
Proyek ini mulanya direncanakan pada lahan seluas 50,000 hektar dan 30,000
diantaranya merupakan tanah subur dengan tipe tanah alluvial (ICEL 2020).
Proyek DeKaFe ini berdampak terhadap petani transmigran karena mereka harus
kehilangan tanahnya disebabkan harus berhadapan dengan perampasan lahan oleh
korporasi sawit yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Ekspansi kelapa sawit
telah menyebabkan proses pemindahtanganan tanah secara cepat. Petani
transmigran tidak hanya kehilangan lahannya, tapi juga harus menghadapi gagal
panen akibat daya dukung lahan yang tersisa rusak akibat degradasi lingkungan
(McCarthy and Obidzinski 2015). Tumpang tindih antara kawasan hutan dan
permukiman transmigrasi di Bulungan, Kalimantan Utara yang belum
terselesaikan menyebabkan penghidupan petani transmigran menjadi terancam.
Petani transmigran terancam dipidanakan disebabkan menempati lokasi yang
masih berstatus sebagai wilayah kawasan hutan (Bidang Transmigrasi Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur 2013).
A. Kalimantan Tengah
Luas Wilayah
Food Estate Kalimantan Tengah menempati lahan dengan luas 30.000 hektare.
Lokasi
Akan dibuka lahan 10.000 hektare di Kabupaten Pulang Pisau dan 20.000
hektare di Kabupaten Kapuas.
Komoditas
Food Estate di Kalimantan tengah akan mengembangkan komoditas padi,
hortikultura, peternakan dan perikanan. Luasan per clusternya sekitar 1.000
hektare.
B. Sumatera Utara
Luas Wilayah
Food Estate Sumatera Utara mencanangkan sekitar 61.042 hektare.
Lokasi
Luasan Food Estate di Sumatera Utara melingkupi empat kabupaten yaitu :
1. Humbang Hasundutan (23.000 hektare)
2. Pakpak Barat (8.329 hektare)
3. Tapanuli Tengah (12.655 hektare)
4. Tapanuli Utara (16.833 hektare)
Komoditas
Food Estate di Kalimantan tengah akan mengembangkan komoditas
hortikultur, bawang merah, bawang putih, dan kentang.
C. Sumatera Selatan
Luas Wilayah
Sumatera Selatan mulai melaksanakan program Food Estatedengan luas lahan
278.483 hektare.
Lokasi
Luasan Food Estate di Sumatera Selatan melingkupi tujuh kabupaten yaitu :
1. Ogan Ilir (10.000 hektare)
2. Ogan Komering Ilir (59.751 hektare)
3. Banyuasin (118.732 hektare)
4. Ogan Komering Ulu (OKU) (50.000 hektare)
5. Musi Rawas (10.000 hektare)
6. Musi Banyuasin (20.000 hektare)
7. Muara Enim (10.000 hektare)
Komoditas
Food Estate di Sumatera Selatan akan mengembangkan komoditas hortikultur,
padi, dan jagung.
D. Papua
Luas Wilayah
Luas wilayah Food Estate di Papua seluas 2,68 Juta.
Lokasi
Lokasi Food Estate Papua berada di empat kabupaten yaitu:
1. Merauke
2. Mappi
3. Boven Digul
4. Yahukimo
Komoditas
Food Estate di Papua akan mengembangkan komoditas padi, jagung, kedelai,
kacang tanah, sagu, ubi, sayur, dan buah-buahan.
“Hampir seluruh (92%) area of Interest dari food estate di 4 Provinsi yakni
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua berada di
kawasan hutan. Alih fungsi lahan dari dampak food estate nantinya tentu akan
berdampak buruk bukan hanya pada hutan tapi juga pada komitmen iklim
Indonesia yang termanifestasi dalam NDC” ujar Anggi.
“Kaidah akademis yang perlu menjadi perhatian, pertama, kelayakan tanah dan
agroklimat, kelayakan infrastruktur, kelayakan teknologi, dan kelayakan sosial
dan ekonomi. Tata kelola air menjadi kunci utama dari pengembangan lahan
pertanian. Hal ini termasuk ke dalam kelayakan insfrastruktur yang berbiaya
tinggi. Semua aspek harus terpenuh, jika tidak maka akan gagal food estate
tersebut,” ujar Andreas.
Dalam dokumen NDC Indonesia, target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca
adalah sebesar 29% tanpa syarat (dengan usaha sendiri) dan 41% bersyarat
(dengan dukungan internasional yang memadai) pada tahun 2030.
Point Tuntutan dan Pernyataan Sikap Korsu Pertanian dan
Agraria BEM SI
1. Kaji ulang dan evaluasi program food estate terutama terhadap dampak
kerusakan hutan, lingkungan, dan social ekonomi masyarakat.
2. Menuntut pemerintah menjalankan UU keterbukaan informasi dan data
pengerjaan proyek food estate dalam wadah yang bisa dijamak oleh masyarakat.
3. Hentikan perluasaan lahan food estate diatas lahan gambut, hutan lindung, dan
tanah adat dan tegas tidak membrikan izin penebangan serta pembukaan lahan
agar ekosistem dan iklim tetap terjaga.
4. Berikan kesejahteraan sepenuhnya pada masyarakat tani dan menolak dominasi
investor atas penguasaan lahan serta pengelolaan lahan food estate.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2020 Sep 20. Lumbung pangan: Proyek 'food estate' di lahan
gambut dituding ancam kebakaran lahan, KLHK sebut justru dapat
meminimalisir bencana.BBC.com.Indonesia.[diakses2021MeI26].
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54284365
Arnstein SR. 1969. A Ladder Of Citizen Participation. Journal of the American
Institute of Planners. J Am Inst Plann. 35 November 2012:37–41.
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01944366908977225.
Bidang Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan
Timur 2013, Penyelenggaraan program transmigrasi di Provinsi Kalimantan
Timur, Samarinda.
Bollin A. 2011. Fenomena Global Perampasan Tanah. DTE 89-90. November
2011. Borras dan Franco. 2012. Global Land Grabbing and Trajectories of
Agrarian Change A
Preliminary Analysis. Journal of Agrarian Change 12(1) 34-59.
Bryant RL. and Bailey S. 1997. Third World Political Ecology. London:
Routledge Cohen J, Uphoff N. 1980. Participation’s place in rural
development: Seeking clarity
through specificity. World Dev. 8: 213–235.
Dewi R. 2012. Dilema Percepatan Pembangunan Dan Permasalahan
Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pelaksanaan MIFEE Di Merauke.
Ejournal Politik Lipi. 9(1): 47-57
Eryan A, Shafira D, Wongkar EELT. 2020. Analisis Hukum Pembangunan
Food Estate Di Kawasan Hutan Lindung, Seri Analisis Kebijakan Kehutanan
dan Lahan. Jakarta: Indonesian Center for Environmental Law.
Ginting, L and Pye, O 2013, ‘Resisting agribusiness development: The Merauke
Integrated Food and Energy Estate in West Papua, Indonesia’, ASEAS -
Austrian Journal of South-East Asian Studies, 6(1), pp. 160–182.
Keiya R. 2019. Merauke Integrated Food And Energy Estate (Studi kasus land
grabbing
di Merauke Papua) [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineke Cipta.
Marie Y. 2020 Des 7. Proyek Food Estate di Kalimantan Tengah, untuk Siapa?.
Hutan. [diakses 2021 Mei 28].
https://www.mongabay.co.id/2020/12/07/proyek-food- estate-di-
kalimantentengah-untuk- siapa/
McCarthy, JF and Obidzinski, K 2015, ‘Responding to food security and land
questions: Policy principles and policy choices in Kalimantan, Indonesia’, in
Land grabbing, conflict and agrarian environmental transformations:
perspectives from East and Southeast Asia An international academic
KPA.2021.”Food Estate: Ancaman Perampasan Tanah atas Nama Ketahanan
Pangan”, KPA - Konsorium Pembaruan Agraria, diakses pada 19 September 2021
pukul 14.00.
Permatasari, Anggalia Putri. 2021. Menakar Ancaman Kebijakan Food Estate
terhadap Hutan Alam dan Lahan gambut Indonesia: madani