BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KOTA MANADO
Manado terletak pada satu daerah yang oleh penduduk asli Minahasa disebut "Wanua
Wenang“. Wanua Wenang telah ada sekitar abad XII dan didirikan oleh Ruru Ares yang
bergelar Dotu Lolong Lasut bersama keturunannya.
Gambar 2.1
Kapal-kapal kecil yang terkumpul di muara sungai Tondano
Pada abad ke-17 (sekitar tahun 1623) mulailah nama Manado digunakan untuk mengganti
nama "Wenang“. Kota Manado berasal dari kata daerah Minahasa asli "Manarou“ atau
"Manadou“ yang jika kata-kata itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sekarang ini
mempunyai arti "di jauh“ (dimana: arti jauh = rou atau dou) dan menunjukkan tempat sebagai
bandar dan pelabuhan tempat tukar menukar barang, benteng loji, dan lain-lain.
Kota Manado atau Manarou/Manadou oleh masyarakat dimaksud sesuatu tempat yang jauh,
sebab menurut sejarah Minahasa bahwa pusat pemerintahan pertama bukan berada di daratan
Minahasa tetapi berada di Pulau Manado Tua (sekarang kerajaan Babontehu).
Manado dikenal sebagai kota nanti berkembang sejak Tahun 1623 dimana bangsa Spanyol
mendirikan benteng di daratan Minahasa khusunya Wanua Wenang. Pada sekitar tahun
tersebut, terjadi wabah penyakit di Pulau Manado Tua sehingga benteng dialihkan ke daratan
Minahasa. Perkembangan selanjutnya oleh pemerintah Belanda melalui VOC-nya pada tahun
1657 mendirikan benteng yang dinamai DE NEDERLANDSCHE VATIGKOID atas perintah
Gubernur Simon Cos. Di dalam benteng terdapat LOJI untuk perkantoran VOC (Pusat
pertokoan Pasar 45).
Gambar 2.2
Kerja bakti dari pribumi untuk buat pelabuhan Kota Manado
Kemudian dengan beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda maka terhitung mulai tanggal 1 Juli
1919, gewest Manado ditetapkan sebagai STAATS GEMEENTE yang kemudian dilengkapi
dengan alat-alatnya ialah DEWAN GEMEENTE atau GEMEENTE RAAD yang dikepalai atau
diketuai oleh WALIKOTA (BURGERMEESTER).
Tahun 1951 : Gemeente Manado dijadikan daerah bagian Kota Manado dari Minahasa
sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor/Tanggal 3 Mei 1951
Nomor 223. Kemudian tanggal 7 April 1951 terbentuklah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) periode 1951 – 1953 sesuai Surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Nomor 14.
Tahun 1953 : Daerah bagian Kota Manado diubah statusnya menjadi derah Kota
Manado, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 yo Peraturan
Pemerintah 15/1954.
Tahun 1954 : Manado menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya
sendiri sesuai dengan PP No 45 Tahun 1953 yo PP No 54 Tahun 1954.
Tahun 1957 : Manado menjadi Kotapraja, sesuai Undang-undang No 1Tahun 1957. Dan
pada tanggal 17 Oktober 1958 disebut sebagai Praja Manado.
Tahun 1959 : Kotapraja Manado ditetapkan kedudukannya sebagai Daerah Tingkat II
Manado, sesuai dengan Undang-undang No. 29 Tahun 1959.
Tahun 1965 : Kotapraja Manado disempurnakan menjadi Kotamadya Manado, dipimpin
oleh Walikota Kepala Daerah Tingkat II sesuai dengan Undang-undang No.
18 Tahun 1965 dan disempurnakan lagi menjadi Walikotamadya Daerah
Tingkat II, sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok pemerintahan di daerah.
Tahun 1999 : Kotamadya Manado diubah menjadi Kota Manado, sesuai dengan UU No.
22 tentang Pemerintahan Daerah.
pemerintahan yang teratur dengan dibangunnya benteng oleh Spanyol atas perintah Gubernur
Spanyol di Manila. Oleh karena penjabaran dari ketiga persitiwa penting tersebut maka pada
tanggal 14 Juli 2010 Kota Manado merayakan HUT-nya yang 387.
Dalam visi ini, Kota Manado ditetapkan sebagai kota pariwisata dunia. Disini, selain Taman
Nasional Bunaken yang telah mendunia menjadi andalan juga peningkatan potensi kota lainnya,
baik lingkungan alamiah dan buatan untuk mendukung pencapaian visi tersebut.
Upaya-upaya proaktif, reproaktif, dan antisipatif dalam kerangka implementasi dan perwujudan
visi ke depan, merupakan syarat mutlak guna mencapai sasaran pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan dalam jangka panjang dan menengah. Untuk penjabaran Visi secara
nyata maka Misi Kota Manado dirumuskan.
Hal ini dikaitkan dengan isyarat-isyarat yang mewarnai proses perkembangan Kota Manado
secara interdepedensi, baik dalam skala nasional, regional, maupun internasional.
Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Kota Manado maka disusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Manado/RPJMD Kota Manado. RPJMD dalam hal ini berfungsi
pedoman operasional pembangunan, sekaligus kontrol terhadap percepatan pembangunan
yang ada. RPJMD merupakan strategi pencapaian target pembangunan selama kurun waktu 5
tahun dan sesuai Misi Kota Manado.
Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara terletak pada bagian utara jazirah pulau
Sulawesi, dan memiliki jarak dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara sebagai berikut :
Secara administratif Kota Manado terbagi atas sembilan kecamatan dan delapan puluh tujuh
kelurahan/desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1988 luas Kota Manado
adalah 15.726 Ha.
Gambar 2.3
Letak Kota Manado di Wilayah
Provinsi Sulawsi Utara
Gambar 2.4
Wilayah Administrasi Kota Manado
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kota Manado Per Kecamatan
Dengan adanya reklamasi pantai Teluk Manado yang dimulai tahun 1995, maka luas daratan
Kota Manado telah bertambah 67 ha. Ada 3 (tiga) wilayah pulau yang termasuk dalam
wilayah administrasi Kota Manado yang ketiganya termasuk bagian dari wilayah Kecamatan
Bunaken.
Tabel 2.2
Pulau Yang Ada Di Wilayah Kota Manado
WILAYAH
PANJANG GARIS
NAMA PULAU LUAS KELURAHAN/
PANTAI
KECAMATAN
(1) (2) (3) (3)
Manado Tua Satu dan
1.056,02 12.280 Manado Tua Dua Kec.
Manado Tua
Bunaken
Bunaken dan Alung
Bunaken 811,21 17.570
Banua Kec. Bunaken
Bunaken Kec.
Siladen 27,95 2.240
Bunaken
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.
Pemerintahan Kota Manado memiliki sejumlah instansi yang terdiri dari Dinas, Badan dan
kantor yang melaksanakan fungsi administrasi dan pengelolaan kota. Dalam konteks
pelaksanaan otonomi daerah sekaligus peningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
Pemerintah Kota Manado melalui Peraturan Daerah Nomor 4 dan 5 Tahun 2000 telah
melakukan perubahan status Desa menjadi Kelurahan sehingga jumlah kelurahan bertambah
dari 68 menjadi 87 kelurahan.
Tabel 2.3
Jumlah Kelurahan dan Letak Kantor Pemerintahan Menurut Kecamatan
Gambar 2.5
Jumlah Kelurahan Per Kecamatan
Gambar 2.6
Wilayah Administrasi Per Kelurahan
di Kota Manado
Buku Rencana 2 - 10
RTRW KOTA MANADO
Tabel 2.4
Kondisi Topografi Kota Manado
Luas
No Keadaan Tanah Kemiringan
HA %
1. Dataran Landai 0–8% 7.110,79 38
2. Berombak 8 – 15 % 8,233,54 44
3. Berombak Berbukit 15 – 40 % 935,63 5
4. Bergunung > 40 % 2.432,64 13
Jumlah 18.712,60 100
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009
Gambar 2.7
Persentase Topografi di Kota Manado
Kota Manado memiliki dua gunung, keduanya terletak di Kelurahan Bunaken. Gunung tertinggi
adalah Manado Tua dengan ketinggian sekitar 655 meter dan Gunung Tumpa dengan
ketinggian sekitar 610 meter.
Buku Rencana 2 - 11
RTRW KOTA MANADO
Gambar 2.8
Peta Kontur dan Batimetri Kota Manado
Buku Rencana 2 - 12
RTRW KOTA MANADO
Gambar 2.9
Peta Kemiringan Lereng Kota Manado
Buku Rencana 2 - 13
RTRW KOTA MANADO
Gambar 2.10
Gunung Manado Tua di Teluk Manado
Sebagai Titik Tertinggi di Wilayah Kota Manado (655 M)
b. Morfologis
Secara umum morfologis Kota Manado terbentuk karena kondisi karakteristik alam Kota
Manado itu sendiri yang unik dan berbeda dari kebanyakan kota di Indonesia pada umumnya.
Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan,
yang terbentang dengan jarak yang relatif kecil, kurang dari 1 km di antara ketiga matra
tersebut. Selain itu, di wilayah Kota Manado terdapat banyak sungai yang pada umumnya
mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai di Teluk Manado.
Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado memanjang
mulai dari kawasan pesisir pantai utara sampai ke pesisir pantai selatan, yang kemudian
membentuk pola pertumbuhan dan perkembangan kota seperti jari tangan. Pola ini mengikuti
kondisi topografi Kota Manado, permukiman mengelompok secara memanjang pada kawasan
yang memiliki topografi datar yang menyusup di antara kawasan perbukitan dengan kondisi
lereng cukup tinggi. Akibat kondisi tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan kota tidak
terjadi secara merata pada seluruh kawasan di wilayah Kota Manado.
Dengan alasan keterbatasan lahan maka kebijaksanaan pengembangan Kota Manado yang
ditempuh sekarang ini cenderung menimbun laut dengan cara reklamasi pantai.
Buku Rencana 2 - 14
RTRW KOTA MANADO
Karakteristik alam seperti yang dijelaskan di atas membentuk jaringan sirkulasi (jalan) yang
pada umumnya berpola radial, yakni menyesuaikan dengan pola pertumbuhan dan
perkembangan kota yang berbentuk jari tangan. Selain itu dengan kondisi topografi yang
berbukit menyebabkan banyak jaringan jalan di Kota Manado yang berkarakter naik – turun.
Di Kota Manado terdapat 20 sungai. Ada 5 (lima) sungai besar yaitu Sungai Tondano, Sungai
Tikala yang menyatu dengan Sungai Tondano di daerah Paal 2, Sungai Sario, Sungai
Malalayang, dan Sungai Bailang atau Molas yang bermuara di Teluk Manado. Keberadaan
sungai-sungai tersebut disatu sisi sangat menguntungkan sebagai drainase makro kota, sumber
air baku bagi PDAM dan aktivitas perikanan masyarakat. Di sisi yang lain, keberadaan sungai-
sungai tersebut potensial berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian dan pengawasan
pembangunan pada sempadan sungai dan badan sungai karena dapat menyebabkan
terjadinya penyempitan badan sungai, banjir, erosi, sendimentasi, dll. Banyaknya sungai yang
mengalir di wilayah Kota Manado terlihat dengan banyaknya jembatan yang ada, baik yang
berukuran besar maupun kecil.
c. Geologis
Menurut derajat kekuatan geologi teknik, maka di Kota Manado terdapat empat jenis derajat
kekuatan geologi teknik berdasarkan data yang diperoleh dari “Atlas Sumber daya Wilayah
Pesisir: Minahasa – Manado – Bitung” Tahun 2002, yaitu :
Pertama; zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah dibentuk oleh endapan alluvium
(Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat di pantai
Tumumpa dan di pantai bagian utara Manado yang berhubungan dengan pantai di Kecamatan
Wori (Kabupaten Minahasa Utara).
Kedua; zona derajat kekuatan geologi teknik rendah dibentuk dari endapan sungai (Qs)
terdapat di daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari Kairagi sampai ke muara.
Ketiga; zona derajat kekuatan geologi teknik menengah dibentuk oleh batuan dasar tufa (Qtv),
batu pasir (Tps), dan batu gamping (Ql). Terdapat di kawasan Pantai Bahu sampai Singkil.
Keempat; zona derajat kekuatan geologi teknik tinggi dibentuk oleh batuan gunung api muda
(Qv), lava (Qtvl), batuan gunung api Tersier (Tmv). Terdapat di sepanjang pantai Bahu sampai
ke Tanawangko termasuk didalamnya Pantai Malalayang, serta dari pantai Molas sampai ke
Wori.
Buku Rencana 2 - 15
RTRW KOTA MANADO
2.3.3 Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang
dalam GBHN. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia
Indonesia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah telah
melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Salah satu
usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan pemerintah melalui program
Keluarga Berencana yang dimulai awal tahun 1970-an.
Jumlah penduduk tahun 2008 berdasarkan data BPS berjumlah 438.000 jiwa. Besarnya jumlah
penduduk di Kota Manado menyebabkan kepadatan penduduk menjadi cukup tinggi. Dengan
luas wilayah 157,26 Km2, berarti kepadatan penduduknya mencapai 2.785 jiwa/Km2.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Kota Manado Per Kecamatan
JUMLAH PENDUDUK
KECAMATAN Jumlah
Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Malalayang 27.316 26.735 54.051
Sario 9.759 10.735 20.494
Wanea 33.756 32.780 66.536
Wenang 19.715 22.841 42.556
Tikala 37.652 33.748 71.400
Mapanget 23.486 25.231 48.717
Singkil 31.007 27.889 58.896
Tuminting 23.788 26.328 50.116
Bunaken 9.946 12.133 22.079
JUMLAH / Total 216.425 218.420 434.845
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009
Rasio jenis kelamin penduduk Kota Manado tahun 2008 berada dibawah angka 100 yaitu
sebesar 99 persen. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Manado
saat ini lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan. Hal ini berbanding terbalik dengan
kondisi tahun sebelumnya dimana jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk
perempuan.
Buku Rencana 2 - 16
RTRW KOTA MANADO
Gambar 2.11
Diagram Jumlah Penduduk Per Kecamatan
40,000
Jumlah Penduduk
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000 Laki-laki
5,000
0 Perempuan
Kecamatan
Tabel 2.6
Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga
Buku Rencana 2 - 17
RTRW KOTA MANADO
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah Kota Manado berkembang secara tidak merata dimana pada
beberapa kawasan wilayah kota terjadi kepadatan yang tinggi sedangkan dilain sisi wilayah
kota kepadatannya sangat rendah. Kondisi yang demikian menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dalam pembangunan khususnya fasilitas perkotaan yang secara hirarki
berkembang karena tuntutan kebutuhan akan fasilitas tersebut yang dibangun dan
dikembangkan berdasarkan jumlah penduduk di suatu wilayah/kawasan kota.
Tabel 2.7
Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga
Buku Rencana 2 - 18
RTRW KOTA MANADO
Tabel 2.8
Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kota Manado
Penggunaan Kecamatan
Jumlah
Tanah
Malalayang Sario Wanea Wenang Tikala Mapanget Singkil Tuminting Bunaken (Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Luas Wilayah 3.023,70 183,70 1.318,20 293,00 1.836,60 6.168,30 386,40 403,50 5.099,20 18.712,60
Permukiman 103,75 112,80 427,35 122,65 567,15 312,30 188,60 230,10 171,65 2.236,35
Perkuburan 1,50 0,50 3,50 3,50 11,25 18,50 4,25 5,75 5,75 54,50
Lapangan
1,00 4,55 1,45 0,45 3,40 84,35 0,80 0,75 1,10 97,85
Olah-Raga
Jasa 7,10 24,30 55,55 49,60 43,25 182,75 7,60 11,90 9,00 391,05
Usaha 5,75 15,85 25,80 75,30 24,05 21,90 5,55 6,65 38,25 219,10
Industri 0,15 0,25 0,45 0,25 0,90 1,00 0,40 0,95 - 4,35
Tkp 0,25 - 0,25 5,00 14,25 - 0,25 - 20,00
Pkb 106,50 - 1,92 1,50 667,20 4.941,45 130,00 103,00 3.478,20 9.531,77
Ktl 10,00 - 27,00 1,50 101,25 46,50 - - 324,00 510,25
Hutan Jenis-
- - - - - - - - 114,00 114,00
Bakau
Hutan - - - - - - - - 234,00 234,00
Jalan 14,00 16,70 39,50 26,60 56,10 85,65 22,35 27,85 23,60 312,35
Sungai 0,50 0,30 3,55 5,60 16,25 58,00 0,70 0,80 5,00 90,70
Alang-Alang 5,00 - 2,50 - 5,00 29,80 3,50 - 38,25 84,05
Kolam Ikan - - - - - 36,25 - - - 36,25
Sawah/Tambak - - 6,35 - 1,75 - - - 15,50 23,60
Lain-Lain 2.768,2 8,45 723,03 1,05 324,80 349,85 22,65 15,50 640,90 4.854,43
Jumlah (Ha) 3.023,70 183,70 1.318,20 293,00 1.836,60 6.168,30 386,40 403,50 5.099,20 18.712,60
Sumber: Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009 & Hasil Analisis
Buku Rencana 2 - 19
RTRW KOTA MANADO
Gambar 2.12
Peta Penggunaan Lahan di Kota Manado
Buku Rencana 2 - 20
RTRW KOTA MANADO
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia. Salah
satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan sumber daya
manusia adalah melalui pendidikan, yaitu dengan mencanangkan berbagai program seperti,
program wajib belajar, Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GNOTA) dan lain-lain. Dengan
program ini diharapkan akan tercipta sumber daya manusia tangguh yang siap bersaing pada
era globalisasi mendatang.
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang
dalam meningkatkan pendidikan.
Gambar 2.13
Perbandingan Jumlah Murid Terhadap Guru
di Kota Manado Tahun 2008
50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000 MURID
20,000 GURU
15,000
10,000
5,000
0
SD SLTP SLTA
Buku Rencana 2 - 21
RTRW KOTA MANADO
Gambar 2.14
Jumlah Sekolah Menurut Jenjang dan Status Sekolah
di Kota Manado Tahun 2008
SMK SWASTA 21
SMK NEGERI 5
SMU SWASTA 36
SMU NEGERI 10
MTS SWASTA 8
MTS NEGERI 1
SLTP SWASTA 71
SLTP NEGERI 14
MI SWASTA 7
MI NEGERI 2
SD SWASTA 119
SD NEGERI 143
TK SWASTA 136
TK NEGERI 2
b. Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan
kesehatan berhasil dengan baik maka dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
langsung. Selain itu, pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan
kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah sakit,
puskesmas, tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dan ketersediaan obat.
Jumlah klinik KB pada tahun 2008 sebanyak 27 unit dengan jumlah petugas sebanyak 33 orang.
Keberadaan klinik ini untuk mengimbangi laju pertumbuhan Pasangan Usia Subur (PUS) yang
mencapai 69.602 pasangan atau turun sekitar 4,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari
PUS tersebut masih ada sebanyak 16.062 pasangan yang belum menjadi peserta KB. Pada
tahun 2008, jumlah akseptor baru sebanyak 12.141 orang atau naik sebesar 50,51 persen
dibandingkan dengan tahun lalu.
Buku Rencana 2 - 22
RTRW KOTA MANADO
Tabel 2.9
Banyaknya Rumah Sakit Di Kota Manado Tahun 2010
Tabel 2.10
Banyaknya Apotik, Pedagang Besar Farmasi dan Toko Obat
di Kota Manado Tahun 2008
PEDAGANG BESAR
TAHUN APOTIK TOKO OBAT
FARMASI
(1) (2) (3) (4)
2000 41 35 46
2001 44 -* 41
2002 -* -* -*
2003 54 -* 54
2004 54** -* 54**
2005 60 - 54
2006 * * *
2007 74 78 60
2008 88 78 42
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.
Buku Rencana 2 - 23
RTRW KOTA MANADO
Tabel 2.11
Banyaknya Fasilitas & Tenaga Kesehatan di Kota Manado Tahun 2008
FASILITAS DAN TENAGA KESEHATAN
KECAMATAN PUS PUS BALAI PUS
POSYANDU
INDUK PEMBANTU PENGOBATAN KELILING
(1) (2) (3) (5) (6) (10)
MALALAYANG 1 4 - 1 25
SARIO 1 4 - 1 16
WANEA 2 3 - 2 38
WENANG 1 8 - 1 32
TIKALA 2 9 1 2 49
MAPANGET 2 8 - 2 30
SINGKIL 2 4 1 2 48
TUMINTING 1 6 - 1 48
BUNAKEN 1 7 - 1 33
JUMLAH/ Total 13 53 2 13 319
2007 13 51 -* 13 319
2006 13 48 11 13 292
2005 13 49 10 14 284
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.
c. Peribadatan
Kehidupan beragama merupakan salah satu wujud keragaman yang terjadi di bangsa Indonesia
termasuk Kota Manado. Kerukunan beragama di Kota Manado dapat dikatakan telah terbina
dengan baik. Dengan keanekaragaman agama, tentu dibutuhkan sarana peribadatan. Pada
tahun 2008 tempat peribadatan umat Kristen tercatat sebanyak 537 gereja. Sedangkan tempat
peribadatan umat Islam ada sebanyak 177 masjid dan 30 musholla. Disamping itu terdapat 3
pura dan 16 vihara di kota Manado.
Tabel 2.12
Banyaknya Tempat Peribadatan Per Kecamatan Tahun 2008
VIHARA/
KECAMATAN MASJID MUSHOLLA GEREJA PURA
TITD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Malalayang 12 0 81 1 0
Sario 7 1 33 0 0
Wanea 18 1 68 0 1
Wenang 15 3 30 0 9
Tikala 32 9 80 2 4
Mapanget 28 1 115 0 2
Singkil 23 7 40 0 0
Tuminting 27 7 52 0 0
Bunaken 15 1 38 0 0
JUMLAH/ Total 177 30 537 3 16
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.
Buku Rencana 2 - 24
RTRW KOTA MANADO
d. Fasilitas Rekreasi
Fasiitas rekreasi yang ada di Kota Manado terbilang kurang. Kota Manado belum memiliki
tempat wisata yang cukup tertata baik. Rekreasi pantai (pemandian dan bahari) pada beberapa
lokasi di Kota Manado belum dikelola secara profesional. Lokasi pariwisata pantai yang ada
tersebar pada pesisir pantai Malayang dan Molas.
Fasilitas-fasilitas rekreasi in door (dalam ruangan) pada umumnya bersifat keolahragaan seperti
kolam renang, lapangan bulu tangkis, tenis, bola voli, bola basket, dll. Sarana rekreasi berupa
gedung-gedung olahraga di Kota Manado terdapat pada beberapa lokasi seperti kompleks
gedung olahraga (Gedung KONI) yang terdapat di Kelurahan Sario Utara, Kompleks Stadion
Klabat yang terdapat di Kelurahan Ranotana merupakan pusat pertunjukan pertandingan
sepakbola bertaraf regional dan nasional. Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk aktivitas-
aktivitas yang lain. Stadion Kayuwatu merupakan pusat pengembangan olahraga bulutangkis di
Kota Manado dan Sulawesi Utara. Fasilitas Olahraga yang berupa in door belum tersebar
secara merata pada setiap kecamatan.
Keberadaan ruang terbuka lainnya pada daerah-daerah sempadan sungai dan pantai yang
terdapat pada beberapa bagian wilayah kota tampaknya juga belum berfungsi dengan baik
belum / kurang terencana dan tertata.
Buku Rencana 2 - 25
RTRW KOTA MANADO
Ketersediaan sarana kantor polisi di Kota Manado tersebar di seluruh wilayah kota yang
disesuaikan dengan unit pelayanan yang meliputi kawasan atau wilayah-wilayah pelayanan
tertentu yang berupa Kepolisian Sektor (Polsek) yang berada di bawah naungan Kepolisian
Kota Besar (Poltabes) yang terdapat di Jalan 17 Agustus. Selain itu pada beberapa tempat atau
kawasan tertentu juga ditempatkan petugas-petugas keamanan (polisi) dengan satuan-satuan
tugas khusus, seperti di Bandar Udara Sam Ratulangi dan pelabuhan laut Kota Manado.
Pelayanan pos lainnya yang tersedia di kota manado adalah berupa 1 buah pos keliling kota, 1
pos keliling desa, 14 agen pos, 639 kotak pos, 2 tromol pos, 5 depot BPM, dan 6 bis surat.
Pengiriman benda pos di dalam negeri dan/dari luar negeri mengalami peningkatan.
Gedung-gedung yang dibangun khusus untuk melayani pertemuan dengan kapasitas yang
sangat besar di Kota Manado telah tersebar pada beberapa lokasi seperti Manado Convention
Buku Rencana 2 - 26
RTRW KOTA MANADO
Center (MCC) yang terdapat di kawasan reklamasi (Sario), Manado Grand Palace (MGP) yang
terdapat di Kairagi, dan Nyiur Melambai di Kayuwatu. Serta beberapa gedung pertemuan baru
yang merupakan bagian dari sebuah hotel atau fungsi-fungsi lainnya, seperti Kawanua
Convention Center di Hotel Novotel Kairagi, dll.
Di Kota Manado fasilitas pekuburan terdiri atas pekuburan umum dan khusus. Untuk pekuburan
umum hanya terdapat di Kecamatan Wanea yaitu pekuburan Teling dengan luas kawasan
sekitar 5 ha. Sedangkan Pekuburan khusus terbagi atas dua jenis yaitu militer dan komunitas.
Pekuburan komunitas merupakan pekuburan yang paling banyak terdapat di Kota Manado,
seperti pekuburan etnis borgo yang terdapat di Jl. Diponegoro, pekuburan muslim di
Jl.Diponegoro (Teling) dan di Jl. Hasanudin (Tuminting), pekuburan etnis cina di Paal 2, dll.
Selain itu, konsep dan sistem pelayanan pekuburan juga perlu dilakukan perbaikan dan
peningkatan dengan mengambil contoh sistem pelayanan yang ada di beberapa kota lainnya
seperti di Jakarta dan Surabaya, agar sarana pekuburan ini selain merupakan kebutuhan yang
harus tersedia juga dapat berfungsi sebagai ruang terbuka kota dan dapat menyerap tenaga
kerja (dikelola secara profesional).
Di Kota Manado terdapat Taman Makam Pahlawan (TMP) yang berlokasi di Kairagi pada
kawasan DAS Tondano.
f.5 Pasar
Pada umumnya di Kota Manado fasilitas pasar untuk kebutuhan warga kota belumlah memadai
karena ada beberapa kawasan perumahan dan permukiman yang padat tidak memiliki pasar,
sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mengalami kesulitan karena jarak yang
begitu jauh ke pasar atau pusat-pusat perbelanjaan yang lain.
Buku Rencana 2 - 27
RTRW KOTA MANADO
Keberadaan pasar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu pasar yang berstatus resmi seperti
pasar Pinasungkulan (Karombasan), Pasar Bersehati, Pasar Bahu, dan Pasar Paal 2, serta
pasar yang sifatnya hanya berupa pasar kilat atau bayangan. Pada pasar kilat kegiatan jual-beli
hanya terjadi dalam waktu yang singkat serta tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana,
seperti pasar kilat yang terdapat di Teling Atas tepatnya di Jalan 2 Mei, pasar kilat di Ketang
Baru, di Pomorow (di depan KUD Wenang), di Sindulang 2 tepatnya di lorong Madidihang dan
di Malendeng. Suatu saat pasar-pasar ini akan direlokasi dan ditata pada tempat yang layak
dan bukan berada di jalan.
Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli bahan kebutuhan pokok masyarakat.
Pada tahun 2009 di Kota Manado tecatat hanya empat kecamatan yang memiliki Pasar Inpres
yaitu Kecamatan Wanea, Wenang, Tikala dan Tuminting dengan jumlah kios keseluruhan
sebanyak 491 Kios yang tersebar di empat pasar Inpres tersebut yaitu pasar Pinangsungkulan,
pasar Bersehati, Pasar Orde Baru dan Pasar Tuminting.
Pasar yang memiliki Kios terbanyak adalah pasar Pinansungkulan yang berada di kecamatan
Wanea yaitu sebanyak 188 kios. Pasar Bersehati yang berada di kecamatan Wenang memiliki
168 kios, Pasar Orde Baru yang berada di Kecamatan Tikala memiliki kios sebanyak 155 buah,
dan Pasar Tuminting hanya memiliki kios berjumlah 20 buah.
Pada tahun 2009, jumlah bank yang beroperasi di Manado tercatat sebanyak 20 bank umum
dan satu bank syariah. Sebagian besar kantor cabang bank-bank tersebut terletak di sekitar
pusat kota, khususnya Jl. Dotulolong Lasut, Jl. Sam Ratulangi dan Jl. Piere Tendean,
sedangkan kantor-kantor cabang pembantu bank-bank tersebut tersebar di berbagai wilayah
kota.
Buku Rencana 2 - 28