Anda di halaman 1dari 28

RTRW KOTA MANADO

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
KOTA MANADO

2.1 Sejarah Kota Manado


Sejarah pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kota Manado pada mulanya berawal dari
aktivitas perdagangan yang terjadi di muara Sungai Tondano, saat ini telah menjadi kawasan
pusat kota Manado dengan aktivitas Pasar Bersehati dan perdagangan/jasa.

Manado terletak pada satu daerah yang oleh penduduk asli Minahasa disebut "Wanua
Wenang“. Wanua Wenang telah ada sekitar abad XII dan didirikan oleh Ruru Ares yang
bergelar Dotu Lolong Lasut bersama keturunannya.
Gambar 2.1
Kapal-kapal kecil yang terkumpul di muara sungai Tondano

Pada abad ke-17 (sekitar tahun 1623) mulailah nama Manado digunakan untuk mengganti
nama "Wenang“. Kota Manado berasal dari kata daerah Minahasa asli "Manarou“ atau
"Manadou“ yang jika kata-kata itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sekarang ini

Buku Rencana 2-1


RTRW KOTA MANADO

mempunyai arti "di jauh“ (dimana: arti jauh = rou atau dou) dan menunjukkan tempat sebagai
bandar dan pelabuhan tempat tukar menukar barang, benteng loji, dan lain-lain.

Selanjutnya menurut riwayat perkembangan sejarah Indonesia khususnya di Manado, dimana


Kota Manado telah dikenal bahkan didatangi oleh orang-orang luar negeri sejak abad ke-16,
namun abad yang lebih memiliki kesan-kesan historis dalam dokumen-dokumen Negara adalah
abad ke-17 yaitu pada tahun 1623. Pada tahun tersebut tanah Minahasa-Manado sudah dikenal
dan populer di antara orang-orang barat (Eropa) dengan hasil buminya.

Kota Manado atau Manarou/Manadou oleh masyarakat dimaksud sesuatu tempat yang jauh,
sebab menurut sejarah Minahasa bahwa pusat pemerintahan pertama bukan berada di daratan
Minahasa tetapi berada di Pulau Manado Tua (sekarang kerajaan Babontehu).
Manado dikenal sebagai kota nanti berkembang sejak Tahun 1623 dimana bangsa Spanyol
mendirikan benteng di daratan Minahasa khusunya Wanua Wenang. Pada sekitar tahun
tersebut, terjadi wabah penyakit di Pulau Manado Tua sehingga benteng dialihkan ke daratan
Minahasa. Perkembangan selanjutnya oleh pemerintah Belanda melalui VOC-nya pada tahun
1657 mendirikan benteng yang dinamai DE NEDERLANDSCHE VATIGKOID atas perintah
Gubernur Simon Cos. Di dalam benteng terdapat LOJI untuk perkantoran VOC (Pusat
pertokoan Pasar 45).

Gambar 2.2
Kerja bakti dari pribumi untuk buat pelabuhan Kota Manado

Buku Rencana 2-2


RTRW KOTA MANADO

Kemudian dengan beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda maka terhitung mulai tanggal 1 Juli
1919, gewest Manado ditetapkan sebagai STAATS GEMEENTE yang kemudian dilengkapi
dengan alat-alatnya ialah DEWAN GEMEENTE atau GEMEENTE RAAD yang dikepalai atau
diketuai oleh WALIKOTA (BURGERMEESTER).

Tahun 1951 : Gemeente Manado dijadikan daerah bagian Kota Manado dari Minahasa
sesuai Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Nomor/Tanggal 3 Mei 1951
Nomor 223. Kemudian tanggal 7 April 1951 terbentuklah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) periode 1951 – 1953 sesuai Surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Nomor 14.
Tahun 1953 : Daerah bagian Kota Manado diubah statusnya menjadi derah Kota
Manado, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 yo Peraturan
Pemerintah 15/1954.
Tahun 1954 : Manado menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya
sendiri sesuai dengan PP No 45 Tahun 1953 yo PP No 54 Tahun 1954.
Tahun 1957 : Manado menjadi Kotapraja, sesuai Undang-undang No 1Tahun 1957. Dan
pada tanggal 17 Oktober 1958 disebut sebagai Praja Manado.
Tahun 1959 : Kotapraja Manado ditetapkan kedudukannya sebagai Daerah Tingkat II
Manado, sesuai dengan Undang-undang No. 29 Tahun 1959.
Tahun 1965 : Kotapraja Manado disempurnakan menjadi Kotamadya Manado, dipimpin
oleh Walikota Kepala Daerah Tingkat II sesuai dengan Undang-undang No.
18 Tahun 1965 dan disempurnakan lagi menjadi Walikotamadya Daerah
Tingkat II, sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok pemerintahan di daerah.
Tahun 1999 : Kotamadya Manado diubah menjadi Kota Manado, sesuai dengan UU No.
22 tentang Pemerintahan Daerah.

Dengan keputusan DPR-GR Kotamadya Manado No. 17/DPRD-GR/68 tanggal 12 September


1968, hari lahir Kota Manado ditetapkan tangal 14 Juli 1623, dengan penjelasan secara fiksasi
bahwa: tanggal 14, diambil dari tanggal 14 Pebruari 1946, suatu peristiwa heroik di kota ini yang
kemudian terkenal sebagai Peristiwa Merah Putih. Pada waktu itu bukan hanya putera-putera
daerah bangkit menentang penjajahan kolonial Belanda tetapi juga untuk pertama kalinya nama
Manado disebut-sebut dan digunakan dalam surat resmi. Bulan Juli diambil dari bulan resminya
Manado sebagai GEMEENTE dan Tahun 1623 diambil dari tahun dimana telah ada

Buku Rencana 2-3


RTRW KOTA MANADO

pemerintahan yang teratur dengan dibangunnya benteng oleh Spanyol atas perintah Gubernur
Spanyol di Manila. Oleh karena penjabaran dari ketiga persitiwa penting tersebut maka pada
tanggal 14 Juli 2010 Kota Manado merayakan HUT-nya yang 387.

2.2 Visi dan Misi Pembangunan Wilayah Kota


Visi Kota Manado sejalan dengan visi pemerintahan kota. Penetapan visi mengacu pada
berbagai potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh Kota Manado, terutama sumber daya alam,
manusia, modal, teknologi, budaya, nilai dan daya juang masyarakatnya.

2.2.1 Visi Kota Manado


Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Manado Tahun
2005 – 2025, visi Kota Manado adalah :

“Manado Pariwisata Dunia”

Dalam visi ini, Kota Manado ditetapkan sebagai kota pariwisata dunia. Disini, selain Taman
Nasional Bunaken yang telah mendunia menjadi andalan juga peningkatan potensi kota lainnya,
baik lingkungan alamiah dan buatan untuk mendukung pencapaian visi tersebut.
Upaya-upaya proaktif, reproaktif, dan antisipatif dalam kerangka implementasi dan perwujudan
visi ke depan, merupakan syarat mutlak guna mencapai sasaran pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan dalam jangka panjang dan menengah. Untuk penjabaran Visi secara
nyata maka Misi Kota Manado dirumuskan.

2.2.2 Misi Kota Manado


Untuk mewujudkan Visi Kota Manado tersebut di atas, maka di dalam RPJPD juga telah
dirumuskan Misi yang hendak dilakukan untuk mencapai visi Kota Manado Tahun 2005 – 2025,
yaitu :

 Mewujudkan Pemerintah Pelayanan Yang Baik, Bersih Serta Demokratis Yang


Berorientasi Kepariwisataan;
 Mewujudkan Masyarakat Kota Manado Berdaya Saing Yang Mendukung
Kepariwisataan;
 Mewujudkan Lingkungan Asri Dan Lestari Yang Menopang Kepariwisataan.

Buku Rencana 2-4


RTRW KOTA MANADO

Hal ini dikaitkan dengan isyarat-isyarat yang mewarnai proses perkembangan Kota Manado
secara interdepedensi, baik dalam skala nasional, regional, maupun internasional.

Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi Kota Manado maka disusun Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Manado/RPJMD Kota Manado. RPJMD dalam hal ini berfungsi
pedoman operasional pembangunan, sekaligus kontrol terhadap percepatan pembangunan
yang ada. RPJMD merupakan strategi pencapaian target pembangunan selama kurun waktu 5
tahun dan sesuai Misi Kota Manado.

2.3 Karakteristik Wilayah Kota Manado


2.3.1 Letak Administrasi dan Luas Wilayah
Secara geografis, Kota Manado terletak di antara :
1º 30’ - 1º 40’ Lintang utara
124º 40’ - 126º 50’ Bujur Timur
Kota Manado berbatasan dengan :
- Sebelah Utara dengan : Kec. Wori (Kab. Minahasa Utara) & Teluk Manado
- Sebelah Timur dengan : Kec. Dimembe (Kab. Minahasa Utara) dan Kec.
Pineleng (Kab, Minahasa)
- Sebelah Selatan dengan : Kec. Pineleng (Kab. Minahasa)
- Sebelah Barat dengan : Teluk Manado / Laut Sulawesi

Kota Manado sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara terletak pada bagian utara jazirah pulau
Sulawesi, dan memiliki jarak dengan beberapa kota lainnya di Sulawesi Utara sebagai berikut :

 Manado - Airmadidi 15,00 kilometer


 Manado - Bitung 44,30 kilometer
 Manado - Tomohon 21,60 kilometer
 Manado - Tondano 35,05 kilometer
 Manado – Kotamobagu 183,72 kilometer

Secara administratif Kota Manado terbagi atas sembilan kecamatan dan delapan puluh tujuh
kelurahan/desa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1988 luas Kota Manado
adalah 15.726 Ha.

Buku Rencana 2-5


RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.3
Letak Kota Manado di Wilayah
Provinsi Sulawsi Utara

Buku Rencana 2-6


RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.4
Wilayah Administrasi Kota Manado

Buku Rencana 2-7


RTRW KOTA MANADO

Tabel 2.1
Luas Wilayah Kota Manado Per Kecamatan

No. Kecamatan Luas (Ha) %


1. Malalayang 1.720,75 10,94
2. Sario 193,25 1,23
3. Wanea 785,25 4,99
4. Wenang 336,95 2,14
5. Tikala 1.511,80 9,61
6. Mapanget 5.820,95 37,02
7. Singkil 467,75 2,98
8. Tuminting 431,00 2,74
9. Bunaken 4.458,30 28,35
Total 15.726,00 100
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Dengan adanya reklamasi pantai Teluk Manado yang dimulai tahun 1995, maka luas daratan
Kota Manado telah bertambah  67 ha. Ada 3 (tiga) wilayah pulau yang termasuk dalam
wilayah administrasi Kota Manado yang ketiganya termasuk bagian dari wilayah Kecamatan
Bunaken.

Tabel 2.2
Pulau Yang Ada Di Wilayah Kota Manado

WILAYAH
PANJANG GARIS
NAMA PULAU LUAS KELURAHAN/
PANTAI
KECAMATAN
(1) (2) (3) (3)
Manado Tua Satu dan
1.056,02 12.280 Manado Tua Dua Kec.
Manado Tua
Bunaken
Bunaken dan Alung
Bunaken 811,21 17.570
Banua Kec. Bunaken
Bunaken Kec.
Siladen 27,95 2.240
Bunaken
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.

Pemerintahan Kota Manado memiliki sejumlah instansi yang terdiri dari Dinas, Badan dan
kantor yang melaksanakan fungsi administrasi dan pengelolaan kota. Dalam konteks
pelaksanaan otonomi daerah sekaligus peningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
Pemerintah Kota Manado melalui Peraturan Daerah Nomor 4 dan 5 Tahun 2000 telah

Buku Rencana 2-8


RTRW KOTA MANADO

melakukan perubahan status Desa menjadi Kelurahan sehingga jumlah kelurahan bertambah
dari 68 menjadi 87 kelurahan.

Tabel 2.3
Jumlah Kelurahan dan Letak Kantor Pemerintahan Menurut Kecamatan

LETAK KANTOR PEMERINTAHAN JUMLAH


KECAMATAN
KECAMATAN KELURAHAN
(1) (2) (3)
1. Malalayang Malalayang Satu 9
2. Sario Sario 7
3. Wanea Wanea 9
4. Wenang Tikala Kumaraka 12
5. Tikala Ranomut 12
6. Mapanget Paniki Bawah 11
7. Singkil Singkil 9
8. Tuminting Bitung Karangria 10
9. Bunaken Molas 8
JUMLAH/ Total 87
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Gambar 2.5
Jumlah Kelurahan Per Kecamatan

Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Buku Rencana 2-9


RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.6
Wilayah Administrasi Per Kelurahan
di Kota Manado

Buku Rencana 2 - 10
RTRW KOTA MANADO

2.3.2 Kondisi Topografis, Morfologis dan Geologis


a. Topografis
Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap kecamatan. Secara
keseluruhan, Kota Manado memiliki keadaan tanah yang berombak seluas 44 % dan dataran
landai seluas 38 % dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah bergelombang, berbukit
dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan di Kota Manado
bervariasi. Secara keseluruhan, seluas 92,15 % dari luas wilayah wilayah Kota Manado terletak
pada ketinggian 0-240 m dari permukaan laut.

Tabel 2.4
Kondisi Topografi Kota Manado

Luas
No Keadaan Tanah Kemiringan
HA %
1. Dataran Landai 0–8% 7.110,79 38
2. Berombak 8 – 15 % 8,233,54 44
3. Berombak Berbukit 15 – 40 % 935,63 5
4. Bergunung > 40 % 2.432,64 13
Jumlah 18.712,60 100
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Gambar 2.7
Persentase Topografi di Kota Manado

Kota Manado memiliki dua gunung, keduanya terletak di Kelurahan Bunaken. Gunung tertinggi
adalah Manado Tua dengan ketinggian sekitar 655 meter dan Gunung Tumpa dengan
ketinggian sekitar 610 meter.

Buku Rencana 2 - 11
RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.8
Peta Kontur dan Batimetri Kota Manado

Buku Rencana 2 - 12
RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.9
Peta Kemiringan Lereng Kota Manado

Buku Rencana 2 - 13
RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.10
Gunung Manado Tua di Teluk Manado
Sebagai Titik Tertinggi di Wilayah Kota Manado (655 M)

b. Morfologis
Secara umum morfologis Kota Manado terbentuk karena kondisi karakteristik alam Kota
Manado itu sendiri yang unik dan berbeda dari kebanyakan kota di Indonesia pada umumnya.
Kota Manado memiliki bentang alam dengan unsur trimatra yaitu pantai, daratan dan perbukitan,
yang terbentang dengan jarak yang relatif kecil, kurang dari 1 km di antara ketiga matra
tersebut. Selain itu, di wilayah Kota Manado terdapat banyak sungai yang pada umumnya
mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai di Teluk Manado.

Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan Kota Manado memanjang
mulai dari kawasan pesisir pantai utara sampai ke pesisir pantai selatan, yang kemudian
membentuk pola pertumbuhan dan perkembangan kota seperti jari tangan. Pola ini mengikuti
kondisi topografi Kota Manado, permukiman mengelompok secara memanjang pada kawasan
yang memiliki topografi datar yang menyusup di antara kawasan perbukitan dengan kondisi
lereng cukup tinggi. Akibat kondisi tersebut, maka pertumbuhan dan perkembangan kota tidak
terjadi secara merata pada seluruh kawasan di wilayah Kota Manado.

Dengan alasan keterbatasan lahan maka kebijaksanaan pengembangan Kota Manado yang
ditempuh sekarang ini cenderung menimbun laut dengan cara reklamasi pantai.

Buku Rencana 2 - 14
RTRW KOTA MANADO

Karakteristik alam seperti yang dijelaskan di atas membentuk jaringan sirkulasi (jalan) yang
pada umumnya berpola radial, yakni menyesuaikan dengan pola pertumbuhan dan
perkembangan kota yang berbentuk jari tangan. Selain itu dengan kondisi topografi yang
berbukit menyebabkan banyak jaringan jalan di Kota Manado yang berkarakter naik – turun.

Di Kota Manado terdapat 20 sungai. Ada 5 (lima) sungai besar yaitu Sungai Tondano, Sungai
Tikala yang menyatu dengan Sungai Tondano di daerah Paal 2, Sungai Sario, Sungai
Malalayang, dan Sungai Bailang atau Molas yang bermuara di Teluk Manado. Keberadaan
sungai-sungai tersebut disatu sisi sangat menguntungkan sebagai drainase makro kota, sumber
air baku bagi PDAM dan aktivitas perikanan masyarakat. Di sisi yang lain, keberadaan sungai-
sungai tersebut potensial berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian dan pengawasan
pembangunan pada sempadan sungai dan badan sungai karena dapat menyebabkan
terjadinya penyempitan badan sungai, banjir, erosi, sendimentasi, dll. Banyaknya sungai yang
mengalir di wilayah Kota Manado terlihat dengan banyaknya jembatan yang ada, baik yang
berukuran besar maupun kecil.

c. Geologis
Menurut derajat kekuatan geologi teknik, maka di Kota Manado terdapat empat jenis derajat
kekuatan geologi teknik berdasarkan data yang diperoleh dari “Atlas Sumber daya Wilayah
Pesisir: Minahasa – Manado – Bitung” Tahun 2002, yaitu :
Pertama; zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah dibentuk oleh endapan alluvium
(Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat di pantai
Tumumpa dan di pantai bagian utara Manado yang berhubungan dengan pantai di Kecamatan
Wori (Kabupaten Minahasa Utara).
Kedua; zona derajat kekuatan geologi teknik rendah dibentuk dari endapan sungai (Qs)
terdapat di daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari Kairagi sampai ke muara.
Ketiga; zona derajat kekuatan geologi teknik menengah dibentuk oleh batuan dasar tufa (Qtv),
batu pasir (Tps), dan batu gamping (Ql). Terdapat di kawasan Pantai Bahu sampai Singkil.
Keempat; zona derajat kekuatan geologi teknik tinggi dibentuk oleh batuan gunung api muda
(Qv), lava (Qtvl), batuan gunung api Tersier (Tmv). Terdapat di sepanjang pantai Bahu sampai
ke Tanawangko termasuk didalamnya Pantai Malalayang, serta dari pantai Molas sampai ke
Wori.

Buku Rencana 2 - 15
RTRW KOTA MANADO

2.3.3 Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan sebagaimana tertuang
dalam GBHN. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia
Indonesia seutuhnya dari seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah telah
melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Salah satu
usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk telah dilakukan pemerintah melalui program
Keluarga Berencana yang dimulai awal tahun 1970-an.

Jumlah penduduk tahun 2008 berdasarkan data BPS berjumlah 438.000 jiwa. Besarnya jumlah
penduduk di Kota Manado menyebabkan kepadatan penduduk menjadi cukup tinggi. Dengan
luas wilayah 157,26 Km2, berarti kepadatan penduduknya mencapai 2.785 jiwa/Km2.

Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Kota Manado Per Kecamatan

JUMLAH PENDUDUK
KECAMATAN Jumlah
Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Malalayang 27.316 26.735 54.051
Sario 9.759 10.735 20.494
Wanea 33.756 32.780 66.536
Wenang 19.715 22.841 42.556
Tikala 37.652 33.748 71.400
Mapanget 23.486 25.231 48.717
Singkil 31.007 27.889 58.896
Tuminting 23.788 26.328 50.116
Bunaken 9.946 12.133 22.079
JUMLAH / Total 216.425 218.420 434.845
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Rasio jenis kelamin penduduk Kota Manado tahun 2008 berada dibawah angka 100 yaitu
sebesar 99 persen. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Manado
saat ini lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan. Hal ini berbanding terbalik dengan
kondisi tahun sebelumnya dimana jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk
perempuan.

Buku Rencana 2 - 16
RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.11
Diagram Jumlah Penduduk Per Kecamatan

40,000

Jumlah Penduduk
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000 Laki-laki
5,000
0 Perempuan

Kecamatan

b. Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga


Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
Yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya
dikelola bersama-sama menjadi satu. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang
biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu
pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Rata-rata Anggota Rumah Tangga adalah
angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per rumah tangga.

Tabel 2.6
Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga

PENDUDUK PENDUDUK PER


KECAMATAN RUMAH TANGGA
(Jiwa) RUMAH TANGGA
(1) (3) (4) (5)
Malalayang 13.915 54,051 3.88
Sario 4.636 20,494 4.42
Wanea 14.200 66,536 4.69
Wenang 9.568 42,556 4.45
Tikala 14.338 71,400 4.98
Mapanget 13.105 48,718 3.72
Singkil 11.947 58,896 4.93
Tuminting 9.401 50,115 5.33
Bunaken 5.575 22,079 3.96
JUMLAH/ Total 96.685 434.845 4.50
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Buku Rencana 2 - 17
RTRW KOTA MANADO

c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah Kota Manado berkembang secara tidak merata dimana pada
beberapa kawasan wilayah kota terjadi kepadatan yang tinggi sedangkan dilain sisi wilayah
kota kepadatannya sangat rendah. Kondisi yang demikian menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dalam pembangunan khususnya fasilitas perkotaan yang secara hirarki
berkembang karena tuntutan kebutuhan akan fasilitas tersebut yang dibangun dan
dikembangkan berdasarkan jumlah penduduk di suatu wilayah/kawasan kota.

Tabel 2.7
Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Per Rumah Tangga

PENDUDUK Luas Wilayah Kepadatan


KECAMATAN
(Jiwa) (Ha) (Jiwa/Ha)
(1) (2) (3) (4)
Malalayang 54,051 3.023,7 17,88
Sario 20,494 183,7 111,56
Wanea 66,536 1.318,2 50,47
Wenang 42,556 293,0 145,24
Tikala 71,400 1.836,6 38,88
Mapanget 48,718 6,168,3 7,90
Singkil 58,896 386,4 152,42
Tuminting 50,115 403,5 124,20
Bunaken 22,079 5.099,2 4,33
JUMLAH/ Total 434.845 18.712,60 23,24
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009 & Hasil Analisis

2.3.4 Pemanfaatan Lahan


Secara umum pemanfaatan lahan di wilayah Kota Manado terdiri atas kawasan budidaya dan
kawasan lindung.

Buku Rencana 2 - 18
RTRW KOTA MANADO

Tabel 2.8
Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kota Manado

Penggunaan Kecamatan
Jumlah
Tanah
Malalayang Sario Wanea Wenang Tikala Mapanget Singkil Tuminting Bunaken (Ha)
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Luas Wilayah 3.023,70 183,70 1.318,20 293,00 1.836,60 6.168,30 386,40 403,50 5.099,20 18.712,60
Permukiman 103,75 112,80 427,35 122,65 567,15 312,30 188,60 230,10 171,65 2.236,35
Perkuburan 1,50 0,50 3,50 3,50 11,25 18,50 4,25 5,75 5,75 54,50
Lapangan
1,00 4,55 1,45 0,45 3,40 84,35 0,80 0,75 1,10 97,85
Olah-Raga
Jasa 7,10 24,30 55,55 49,60 43,25 182,75 7,60 11,90 9,00 391,05
Usaha 5,75 15,85 25,80 75,30 24,05 21,90 5,55 6,65 38,25 219,10
Industri 0,15 0,25 0,45 0,25 0,90 1,00 0,40 0,95 - 4,35
Tkp 0,25 - 0,25 5,00 14,25 - 0,25 - 20,00
Pkb 106,50 - 1,92 1,50 667,20 4.941,45 130,00 103,00 3.478,20 9.531,77
Ktl 10,00 - 27,00 1,50 101,25 46,50 - - 324,00 510,25
Hutan Jenis-
- - - - - - - - 114,00 114,00
Bakau
Hutan - - - - - - - - 234,00 234,00
Jalan 14,00 16,70 39,50 26,60 56,10 85,65 22,35 27,85 23,60 312,35
Sungai 0,50 0,30 3,55 5,60 16,25 58,00 0,70 0,80 5,00 90,70
Alang-Alang 5,00 - 2,50 - 5,00 29,80 3,50 - 38,25 84,05
Kolam Ikan - - - - - 36,25 - - - 36,25
Sawah/Tambak - - 6,35 - 1,75 - - - 15,50 23,60
Lain-Lain 2.768,2 8,45 723,03 1,05 324,80 349,85 22,65 15,50 640,90 4.854,43
Jumlah (Ha) 3.023,70 183,70 1.318,20 293,00 1.836,60 6.168,30 386,40 403,50 5.099,20 18.712,60
Sumber: Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009 & Hasil Analisis

Buku Rencana 2 - 19
RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.12
Peta Penggunaan Lahan di Kota Manado

Buku Rencana 2 - 20
RTRW KOTA MANADO

2.3.5 Fasilitas Umum dan Sosial


Fasilitas perkotaan adalah fasilitas sosial dan pelayanan umum yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan masyarakat Kota Manado, juga sangat menentukan bagi pengembangan
kota di masa yang akan datang. Inilah gambaran fasilitas tersebut:

a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia. Salah
satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan sumber daya
manusia adalah melalui pendidikan, yaitu dengan mencanangkan berbagai program seperti,
program wajib belajar, Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GNOTA) dan lain-lain. Dengan
program ini diharapkan akan tercipta sumber daya manusia tangguh yang siap bersaing pada
era globalisasi mendatang.

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang
dalam meningkatkan pendidikan.

Gambar 2.13
Perbandingan Jumlah Murid Terhadap Guru
di Kota Manado Tahun 2008

50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000 MURID
20,000 GURU
15,000
10,000
5,000
0
SD SLTP SLTA

Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009

Buku Rencana 2 - 21
RTRW KOTA MANADO

Gambar 2.14
Jumlah Sekolah Menurut Jenjang dan Status Sekolah
di Kota Manado Tahun 2008

SMK SWASTA 21
SMK NEGERI 5
SMU SWASTA 36
SMU NEGERI 10
MTS SWASTA 8
MTS NEGERI 1
SLTP SWASTA 71
SLTP NEGERI 14
MI SWASTA 7
MI NEGERI 2
SD SWASTA 119
SD NEGERI 143
TK SWASTA 136
TK NEGERI 2

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.

b. Kesehatan
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan
kesehatan berhasil dengan baik maka dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
langsung. Selain itu, pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan
kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah sakit,
puskesmas, tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dan ketersediaan obat.

Jumlah klinik KB pada tahun 2008 sebanyak 27 unit dengan jumlah petugas sebanyak 33 orang.
Keberadaan klinik ini untuk mengimbangi laju pertumbuhan Pasangan Usia Subur (PUS) yang
mencapai 69.602 pasangan atau turun sekitar 4,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari
PUS tersebut masih ada sebanyak 16.062 pasangan yang belum menjadi peserta KB. Pada
tahun 2008, jumlah akseptor baru sebanyak 12.141 orang atau naik sebesar 50,51 persen
dibandingkan dengan tahun lalu.

Buku Rencana 2 - 22
RTRW KOTA MANADO

Tabel 2.9
Banyaknya Rumah Sakit Di Kota Manado Tahun 2010

KECAMATAN RUMAH SAKIT NAMA RUMAH SAKIT


(1) (2) (3)
MALALAYANG 1 RS Prof RD Kandou
RS Pancaran Kasih
SARIO 2
RS Ratumbuisang
RS Tkt IV Karombasan
WANEA 3 RS R.W. Wonginsidi
RS Advent
WENANG -
TIKALA 1 RS Permata Bunda
MAPANGET 1 RS Tkt IV TNI AU
SINGKIL -
TUMINTING 1 RS Sitti Maryam
BUNAKEN -
JUMLAH/Total 9
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.

Tabel 2.10
Banyaknya Apotik, Pedagang Besar Farmasi dan Toko Obat
di Kota Manado Tahun 2008

PEDAGANG BESAR
TAHUN APOTIK TOKO OBAT
FARMASI
(1) (2) (3) (4)
2000 41 35 46
2001 44 -* 41
2002 -* -* -*
2003 54 -* 54
2004 54** -* 54**
2005 60 - 54
2006 * * *
2007 74 78 60
2008 88 78 42
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.

Buku Rencana 2 - 23
RTRW KOTA MANADO

Tabel 2.11
Banyaknya Fasilitas & Tenaga Kesehatan di Kota Manado Tahun 2008
FASILITAS DAN TENAGA KESEHATAN
KECAMATAN PUS PUS BALAI PUS
POSYANDU
INDUK PEMBANTU PENGOBATAN KELILING
(1) (2) (3) (5) (6) (10)
MALALAYANG 1 4 - 1 25
SARIO 1 4 - 1 16
WANEA 2 3 - 2 38
WENANG 1 8 - 1 32
TIKALA 2 9 1 2 49
MAPANGET 2 8 - 2 30
SINGKIL 2 4 1 2 48
TUMINTING 1 6 - 1 48
BUNAKEN 1 7 - 1 33
JUMLAH/ Total 13 53 2 13 319
2007 13 51 -* 13 319
2006 13 48 11 13 292
2005 13 49 10 14 284
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.

c. Peribadatan
Kehidupan beragama merupakan salah satu wujud keragaman yang terjadi di bangsa Indonesia
termasuk Kota Manado. Kerukunan beragama di Kota Manado dapat dikatakan telah terbina
dengan baik. Dengan keanekaragaman agama, tentu dibutuhkan sarana peribadatan. Pada
tahun 2008 tempat peribadatan umat Kristen tercatat sebanyak 537 gereja. Sedangkan tempat
peribadatan umat Islam ada sebanyak 177 masjid dan 30 musholla. Disamping itu terdapat 3
pura dan 16 vihara di kota Manado.

Tabel 2.12
Banyaknya Tempat Peribadatan Per Kecamatan Tahun 2008
VIHARA/
KECAMATAN MASJID MUSHOLLA GEREJA PURA
TITD
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Malalayang 12 0 81 1 0
Sario 7 1 33 0 0
Wanea 18 1 68 0 1
Wenang 15 3 30 0 9
Tikala 32 9 80 2 4
Mapanget 28 1 115 0 2
Singkil 23 7 40 0 0
Tuminting 27 7 52 0 0
Bunaken 15 1 38 0 0
JUMLAH/ Total 177 30 537 3 16
Sumber : Kota Manado Dalam Angka Tahun 2009.

Buku Rencana 2 - 24
RTRW KOTA MANADO

d. Fasilitas Rekreasi
Fasiitas rekreasi yang ada di Kota Manado terbilang kurang. Kota Manado belum memiliki
tempat wisata yang cukup tertata baik. Rekreasi pantai (pemandian dan bahari) pada beberapa
lokasi di Kota Manado belum dikelola secara profesional. Lokasi pariwisata pantai yang ada
tersebar pada pesisir pantai Malayang dan Molas.

Fasilitas-fasilitas rekreasi in door (dalam ruangan) pada umumnya bersifat keolahragaan seperti
kolam renang, lapangan bulu tangkis, tenis, bola voli, bola basket, dll. Sarana rekreasi berupa
gedung-gedung olahraga di Kota Manado terdapat pada beberapa lokasi seperti kompleks
gedung olahraga (Gedung KONI) yang terdapat di Kelurahan Sario Utara, Kompleks Stadion
Klabat yang terdapat di Kelurahan Ranotana merupakan pusat pertunjukan pertandingan
sepakbola bertaraf regional dan nasional. Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk aktivitas-
aktivitas yang lain. Stadion Kayuwatu merupakan pusat pengembangan olahraga bulutangkis di
Kota Manado dan Sulawesi Utara. Fasilitas Olahraga yang berupa in door belum tersebar
secara merata pada setiap kecamatan.

e. Ruang Terbuka Hijau


Di Kota Manado ruang terbuka yang berfungsi sebagai taman kota (city park) belum tersedia.
Seperti lapangan Sparta Tikala yang ada di Kelurahan Tikala Ares merupakan ruang terbuka
kota yang multifungsi (untuk kegiatan upacara dan perlombaan, kampanye, dll), bukan murni
sebagai taman kota tempat masyarakat dapat bersantai. Ruang terbuka lainnya di Kota Manado
berupa lapangan olahraga (sepak bola, dll) atau ruang luar sebagai bagian dari sebuah gedung.
Pada kawasan-kawasan yang padat permukimannya belum ada ruang terbuka yang terencana
tetapi merupakan lahan-lahan kosong yang belum terbangun yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai tempat berolahraga. Kawasan-kawasan yang berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau juga terdapat pada lokasi-lokasi Taman Pemakaman yang tersebar secara
merata di seluruh wilayah Kota Manado, walau ruang terbuka jenis ini tidak dapat berfungsi
optimal sebagai taman kota atau paru-paru kota.

Keberadaan ruang terbuka lainnya pada daerah-daerah sempadan sungai dan pantai yang
terdapat pada beberapa bagian wilayah kota tampaknya juga belum berfungsi dengan baik
belum / kurang terencana dan tertata.

Buku Rencana 2 - 25
RTRW KOTA MANADO

f. Fasilitas Perkotaan lainnya


f.1 Kantor Polisi
Kondisi Kota Manado yang terus mengalami perkembangan sehingga berdampak pada
pelayanan kepolisian. Saat ini telah terjadi peningkatan status dari Polresta menjadi Kepolisian
Kota Besar (Poltabes). Kondisi tersebut akan berdampak pada keseluruhan struktur dan jenjang
pelayanan yang juga mengalami perubahan.

Ketersediaan sarana kantor polisi di Kota Manado tersebar di seluruh wilayah kota yang
disesuaikan dengan unit pelayanan yang meliputi kawasan atau wilayah-wilayah pelayanan
tertentu yang berupa Kepolisian Sektor (Polsek) yang berada di bawah naungan Kepolisian
Kota Besar (Poltabes) yang terdapat di Jalan 17 Agustus. Selain itu pada beberapa tempat atau
kawasan tertentu juga ditempatkan petugas-petugas keamanan (polisi) dengan satuan-satuan
tugas khusus, seperti di Bandar Udara Sam Ratulangi dan pelabuhan laut Kota Manado.

f.2 Kantor Pos


Dalam bidang komunikasi, pemerintah melalui PT. Pos Indonesia telah melakukan berbagai
upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pelayanan komunikasi berkenaan
dengan semakin meningkatnya permintaan akan jasa pos. Salah satu diantaranya dengan
memperbanyak jumlah kantor pelayanan pos. Kantor pelayanan PT. Pos di Kota Manado terdiri
dari sebuah kantor pos besar, 7 kantor pos tambahan, dan sebuah sentral giro.

Pelayanan pos lainnya yang tersedia di kota manado adalah berupa 1 buah pos keliling kota, 1
pos keliling desa, 14 agen pos, 639 kotak pos, 2 tromol pos, 5 depot BPM, dan 6 bis surat.
Pengiriman benda pos di dalam negeri dan/dari luar negeri mengalami peningkatan.

f.3 Gedung Pertemuan


Gedung-gedung pertemuan yang ada di Kota Manado terdiri dari berbagai macam dan bentuk
sesuai dengan fungsi dan sasaran pembangunannya. Banyak kantor pemerintahan yang
memiliki gedung pertemuan yang dikhususkan untuk aktivitas pertemuan kedinasan, sementara
itu gedung pertemuan milik dari yayasan-yayasan, swasta dan kerohanian lebih bersifat umum,
selain untuk pertemuan juga untuk acara-acara pesta dan kegiatan lainnya.

Gedung-gedung yang dibangun khusus untuk melayani pertemuan dengan kapasitas yang
sangat besar di Kota Manado telah tersebar pada beberapa lokasi seperti Manado Convention

Buku Rencana 2 - 26
RTRW KOTA MANADO

Center (MCC) yang terdapat di kawasan reklamasi (Sario), Manado Grand Palace (MGP) yang
terdapat di Kairagi, dan Nyiur Melambai di Kayuwatu. Serta beberapa gedung pertemuan baru
yang merupakan bagian dari sebuah hotel atau fungsi-fungsi lainnya, seperti Kawanua
Convention Center di Hotel Novotel Kairagi, dll.

f.4 Taman Pekuburan


Ketersediaan sarana pekuburan di Kota Manado untuk kondisi saat ini dapat dikatakan sudah
cukup baik dan tersebar secara merata di seluruh bagian wilayah kota, namun untuk pelayanan
ke depan perlu ada penyediaan lokasi-lokasi pekuburan baru karena keberadaan beberapa
pekuburan yang telah padat dan mendekati penuh, selain lokasi pekuburan tersebut sudah
berada di tengah pusat kegiatan.

Di Kota Manado fasilitas pekuburan terdiri atas pekuburan umum dan khusus. Untuk pekuburan
umum hanya terdapat di Kecamatan Wanea yaitu pekuburan Teling dengan luas kawasan
sekitar 5 ha. Sedangkan Pekuburan khusus terbagi atas dua jenis yaitu militer dan komunitas.
Pekuburan komunitas merupakan pekuburan yang paling banyak terdapat di Kota Manado,
seperti pekuburan etnis borgo yang terdapat di Jl. Diponegoro, pekuburan muslim di
Jl.Diponegoro (Teling) dan di Jl. Hasanudin (Tuminting), pekuburan etnis cina di Paal 2, dll.

Selain itu, konsep dan sistem pelayanan pekuburan juga perlu dilakukan perbaikan dan
peningkatan dengan mengambil contoh sistem pelayanan yang ada di beberapa kota lainnya
seperti di Jakarta dan Surabaya, agar sarana pekuburan ini selain merupakan kebutuhan yang
harus tersedia juga dapat berfungsi sebagai ruang terbuka kota dan dapat menyerap tenaga
kerja (dikelola secara profesional).

Di Kota Manado terdapat Taman Makam Pahlawan (TMP) yang berlokasi di Kairagi pada
kawasan DAS Tondano.

f.5 Pasar
Pada umumnya di Kota Manado fasilitas pasar untuk kebutuhan warga kota belumlah memadai
karena ada beberapa kawasan perumahan dan permukiman yang padat tidak memiliki pasar,
sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mengalami kesulitan karena jarak yang
begitu jauh ke pasar atau pusat-pusat perbelanjaan yang lain.

Buku Rencana 2 - 27
RTRW KOTA MANADO

Keberadaan pasar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu pasar yang berstatus resmi seperti
pasar Pinasungkulan (Karombasan), Pasar Bersehati, Pasar Bahu, dan Pasar Paal 2, serta
pasar yang sifatnya hanya berupa pasar kilat atau bayangan. Pada pasar kilat kegiatan jual-beli
hanya terjadi dalam waktu yang singkat serta tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana,
seperti pasar kilat yang terdapat di Teling Atas tepatnya di Jalan 2 Mei, pasar kilat di Ketang
Baru, di Pomorow (di depan KUD Wenang), di Sindulang 2 tepatnya di lorong Madidihang dan
di Malendeng. Suatu saat pasar-pasar ini akan direlokasi dan ditata pada tempat yang layak
dan bukan berada di jalan.

Pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual beli bahan kebutuhan pokok masyarakat.
Pada tahun 2009 di Kota Manado tecatat hanya empat kecamatan yang memiliki Pasar Inpres
yaitu Kecamatan Wanea, Wenang, Tikala dan Tuminting dengan jumlah kios keseluruhan
sebanyak 491 Kios yang tersebar di empat pasar Inpres tersebut yaitu pasar Pinangsungkulan,
pasar Bersehati, Pasar Orde Baru dan Pasar Tuminting.

Pasar yang memiliki Kios terbanyak adalah pasar Pinansungkulan yang berada di kecamatan
Wanea yaitu sebanyak 188 kios. Pasar Bersehati yang berada di kecamatan Wenang memiliki
168 kios, Pasar Orde Baru yang berada di Kecamatan Tikala memiliki kios sebanyak 155 buah,
dan Pasar Tuminting hanya memiliki kios berjumlah 20 buah.

f.6 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya


Bank merupakan lembaga keuangan terpenting yang berperan dalam pembangunan ekonomi
suatu wilayah, khususnya sebagai financial intermediary (perantara transaksi keuangan) antara
pihak-pihak yang membutuhkan pendanaan dan pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana.

Pada tahun 2009, jumlah bank yang beroperasi di Manado tercatat sebanyak 20 bank umum
dan satu bank syariah. Sebagian besar kantor cabang bank-bank tersebut terletak di sekitar
pusat kota, khususnya Jl. Dotulolong Lasut, Jl. Sam Ratulangi dan Jl. Piere Tendean,
sedangkan kantor-kantor cabang pembantu bank-bank tersebut tersebar di berbagai wilayah
kota.

Selain bank, di Manado beroperasi sejumlah perusahaan asuransi, beberapa lembaga


multifinance dan enam kantor cabang Perum Pegadaian. Salah satu kantor Perum Pegadaian
tersebut terletak di pusat kota, dan selebihnya tersebar di berbagai wilayah kota.

Buku Rencana 2 - 28

Anda mungkin juga menyukai