Guru pembimbing :
Adithya P. Makahenggeng, S.Pd.I
Disusun oleh :
Faathir Rahman Hasse
Kelas XI IPA2
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menunjukan jalan kebaikan dan
kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Sejarah Islam Masuk di Manado”
bagi para pembaca dan penulis.
Makalah ini saya susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin.
Namun saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna, maka dari itu saya sebagai penyusun makalah ini memohon kritik,
saran dan pesan dari semua pembaca makalah ini terutama guru Sejarah
Kebudayaan Islam yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan 3
Bab II Pembahasan 4
Bab IV Kesimpulan 8
Daftar Pustaka 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang diutarakan di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah di
antanya:
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Manado?
2. Bagaimana kehidupan penduduk Islam di Manado?
3. Bagaimana perkembangan Islam di Manado?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas penulis pun membatasi
penelitiannya terhadap Islam dan perkembangannya.
D. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah masuknya Islam di Manado,
mengetahui perkembangan penduduk Islam di Manado dan kehidupan masyarakat
Islam yang berada di Manado.
E. Manfaat
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi badi masyarakat dan
mahasiswa tentang Islam di Manado.
1
BAB II
PEMBAHASAN
C. Pemerintah Manado
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000
tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado dan PERDA nomor
5 tanggal 17 September 2000 tentang pemekaran kecamatan dan kelurahan, wilayah
kota Manado yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan 68 kelurahan/desa
dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 87 kelurahan.
2
Tabel Daftar Kecamatan beserta Luasnya
No Kecamatan Luas Wilayah (hektar) Jumlah Kelurahan
1. Bunaken 5.212,5 8
2. Malalayang 1.640 9
3. Mapanget 4.913,55 11
4. Sario 144,8 7
5. Singkil 587,13 9
6. Tikala 1.588,4 12
7. Tuminting 700,14 10
8. Wanea 659,95 9
9. Wenang 279,5 12
Penduduk kota Manado berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado
merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk asli Manado adalah suku
Bantik, suku bangsa lainnya yang ada di Manado saat ini yaitu suku Sanger, suku
Gorontalo, suku Mongondow, suku Arab, suku Babontehu, suku Talaud, suku
Tionghoa, suku Siau, dan kaum Borgo.
3
2. Kyai Hasan Maulani
Pada seperempat abad 18 tarekat Syattariyah adalah tarekat yang peling tersebar
luas di daerah Banyumas. Diperkirakan, tarekat ini bersumber dari murid-murid Syekh
Abdul Mukhyi, Garut, seorang mursyid tarekat Syattariyah yang mendapatkan ijazah
Irsyad-nya dari Syekh Abdurrauf Singkel, Aceh. Di Banyumas, Syattariyah menciptakan
varian baru yang menggabungkan beberapa ajaran tarekat Akmaliyah/Kamaliyah. Kyai
Hasan Maulani adalah guru sekaligus pendiri tarekat Akamaliyah di Cirebon. Akmaliyah
merupakan tarekat yang kental dengan ajaran wahdatul wujud dan sinkretisme Jawa.
Banyaknya pengikut tarekat Akmaliyah menakutkan penguasa saat itu. Hal ini
mendorong Belanda membuang Kyai Hasan Maulani ke Tondano pada tahun 1846.
4. Imam Bonjol
Peto Syarif yang kemudian lebih dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol dilahirkan
pada tahun 1772 di kampung Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman Sumatra Barat.
Ia dilahirkan dalam lingkungan agama. Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya,
Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama lainnya, seperti Tuanku Nan
Renceh. Imam Bonjol adalah pendiri negeri Bonjol. Dia adalah pemimpin yang peling
terkenal dalam gerakan Padri di Sumatra, yang pada mulanya menentang perjudian,
adu ayam, penggunaan opium, minuman keras, tembakau dan lain-lain, tetapi
kemudian mengadakan perlawanan terhadap penjajah Belanda, yang mengakibatkan
perang Padri (1821-1838).
Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berhasil diambil alih oleh Belanda, dan Imam
Bonjol akhirnya menyerah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada
akhirnya dibawah ke Minahasa. Di sana Tuanku Imam Bonjol wafat tanggal 6
November 1864 dalam usia 92 tahun, dikebumikan didesa Lotak Pineleng berjarak 25
km dari Tondano ke arah Manado. Beberapa pengikut Imam Bonjol kemudian menikah
dengan wanita kampung Jawa Tondano adalah Mallim Muda (menikah dengan cucu
Kyai Demak), Haji Abdul Halim (menikah dengan Wonggo-Masloman), Si Gorak
Panjang (menikah dengan putri Nurhamidin), dan Malim Musa. Dari mereka
menurunkan keluarga (fam) Baginda di Minahasa dewasa ini.
4
Tondano K.H Ahmad Rifa’i menciptakan kesenian terbang (rebana) disertai dengan
lagu-lagu, syair-syair, nadzam-nadzam yang diambil dari kitab karangannya. Beliau
wafat di Kampung Jawa Tondano pada Kamis 25 Rabiul Akhir 1286 H atau tahun 1872
(usia 86 tahun) dan dimakamkan dikomplek makan Kyai Modjo.
7. Gusti Perbatasari
Pangeran Perbatasari melakukan pemberontakan tehadap Belanda namun
kemudian ia ditangkap di daerah Kutai ketika dalam perjalanan membeli persenjataan
dan tahun 1884 diasingkan ke Kampung Jawa Tondano. Di Kampung Jawa Tondano
Pangeran Perbatasari menikah dengan wanita Jawa Tondano. Satu orang saudara
laki-lakinya (Gusti Amir) kemudian menysul ke Kampung Jawa Tondano dan menikah
dengan wanita Jawa Tondano (fam.Sataruno).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa masuknya Islam di Manado
itu awal mulanya dari di asingkannya para pahlawan ke Kampung Jawa Tondano.
Manado merupakan kota yang selalu dikunjungi orang-orang diluar daerah kota
Manado seperti Gorontalo, Sanger, Minahasa, dll, hal tersebut disebabkan karena kota
Manado pusat perdagangan.
Masuknya Islam di Manado bukan hanya melalui para pahlawan yang diasingkan ke
Tondano, tetapi melalui para pedagang Arab yang singgah di pesisir daerah Manado.
Disamping berdagang mereka juga menyiarkan ajaran agama Islam.Kemudian Islam
masuk di Manado juga melalui jalur pernikahan.
5
Jama’ah Tabliq awal mulanya tidak begitu berkembang di kalangan masyarakat
desa Bailang akan tetapi sekarang ini masyarakat di desa Bailang banyak yang
mengikuti Jama’ah Tabliq.
Awal mulanya Jama’ah Tabliq ini berasal dari desa Maasing kecamatan Tuminting,
lambat laun sudah menyebar sampai ke desa Bailang. Jama’ah Tabliq ini mengajak
para kaum muslimin untuk lebih taqwa dan beriman kepada Allah, mencintai Rasul dan
mengikuti sunnah Rasul.
Tiap Senin malam para anggota Jama’ah Tabliq berkumpul di Mesjid untuk
mendengarkan siraman-siraman rohani dengan mengajak para masyarakat yang
belum menjadi anggota Jama’ah Tabliq untuk bisa menjadi anggota Jama’ah Tabliq.
Para anggota Jama’ah Tabliq sering keluar kota/desa selama beberapa hari atau
bahkan sampai 40 hari meninggalkan urusan duniawi kemudian mengurusi urusan
akhirat, yaitu menyebarkan agama Islam atau menegakkan ajaran agama Islam.
Dengan adanya Jama’ah tabliq ini masyarakat di desa Bailang lebih terarahkan
dalam hal ketaqwaan kepada Allah SWT, dan juga lebih mencintai Rasul. Tidak semua
masyarakat di desa Bailang mengikuti Jama’ah Tabliq ini, akan tetapi Alhamdulillah
dengan adanya Jama’ah Tabliq ini sudah jarang kita temukan orang-orang yang
biasanya mabuk dijalanan.
Hingga sekarang Jama’ah Tabliq ini masih berperan penting dalam penyebaran
dan penguatan ajaran agama Islam. Insya Allah para Jama’ah Tabliq ini masih diberi
istiomah untuk menjalani profesinya.
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7
BAB IV
KESIMPULAN
Dari penulisan karya tulis ini penulis dapat menyimpulkan bahwa proses
masuknya Islam di Manado khususnya di desa Bailang yaitu dengan cara perkawinan,
melalui jalur perdagangan, pengasingan para pahlawan ke Sulawesi Utara.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. 1992. Sejarah Lokal di Indonesia. Gajah Mada Universitas
Press, Yogyakarta.
Gazalba, Sidi.1962. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. LP3ES.
Jakarta. Graafland, N. 1898.De Minahassa; Haar verleden en haar
tegenwoordige toestand. 2 Jilid.Haarlem, De Erven E. Bohn.
Hamid, Abu, 1983. Sistem Pendidikan Madrasah Dan Pesantren di Sulawesi
Selatan, Editor.
Taufik Abdullah, dalam buku: Agama dan Perubahan Sosial, CV. Rajawali,
Jakarta.
Ridianto. 1996. Sejarah Nahdtlatul Ulama di Kota Manado 1954-1993
Taulu H.M. 1977. Ringkasan Sejarah Masuknya Agama Islam di
Manado 1525. Penerbit Yayasan Manguni Rondor Manado.