Dosen Pengampu:
Rabiah Z Harahap, S.H, M.H
Disusun Oleh:
Puji dan Syukur hanya kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah nya
pemakalah dapat menyelesaikan makalah Hukum Adat dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Adat yang membahas “Asal Usul Latar Belakang Adat Mandailing “
Shalawat dan Salam saya panjat kan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan tak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada ibu dosen saya yang telah membantu
memberikan arahan dan bimbingan nya, hingga makalah ini dapat di selesaikan.
Demikian penulisan makalah ini saya buat dengan sebaik baik nya semoga
bermanfaat bagi siapapun yang membaca nya.
saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, saya
juga sangat menerima kritik maupun saran yang diberikan demi kebaikan bersama.
saya ucapkan Terima Kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................ 5
2.1 Sejarah Suku Mandailing ................................................................................. 5
2.2 Struktur Adat dan Sistem Sosial ...................................................................... 7
2.3 Marga-Marga Mandailing....................................................................................7
2.4 Wilayah Persebaran Suku Mandailing.................................................................8
BAB III................................................................................................ 9
PENUTUP ............................................................................................ 9
Kesimpulan ............................................................................................................. 9
Saran ....................................................................................................................... 9
Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mengetahui berbagai macam kebudayaan yang ada di
negara kita. Indonesia terdiri dari banyak suku dan budaya, dengan mengenal dan mengetahui halitu,
masyarakat Indonesia akan lebih mengerti kepribadian suku lain, sehingga tidak menimbulkan
perpecahan maupun perseteruan. Pengetahuan tentang kebudayaan itu juga akan memperkuat rasa
nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesia yang baik.
Selain hal-hal di atas, kita juga dapat mengetahui berbagai kebudaya di Indonesia yang
mengalami akulturasi. Karena proses akulturasi yang terjadi tampak simpang siur dan setengah-
setengah. Contoh, perubahan gaya hidup pada masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan yang
seolah-olah sedikit demi sedikit mulai mengikis budaya dan adat ketimurannya. Namun, masih ada
beberapa masyarakat yang masih sangat kolot dan hampir tidak mempedulikan perkembangan dan
kemajuan dunia luar dan mereka tetap menjaga kebudayaan asli mereka.
Karena latar belakang di atas kita menyusun makalah tentang salah satu kebudayaan masyarakat
Indonesia, yaitu masyarakat Mandailing. Makalah ini akan memberikan wawasan tentang
masyarakat Mandailing yang memiliki keragaman suku dan budaya
Secara garis besar, Mandailing adalah salah satu suku yang banyak ditemui di utara Pulau
Sumatera atau lebih spesifik berada di selatan Provinsi Sumut. Suku ini memiliki ikatan
darah, nasab, bahasa, aksara, sistem sosial, kesenian, adat, dan kebiasaan tersendiri yang
berbeda dengan Batak dan Melayu.
Generalisasi kata Batak terhadap etnis Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh
keturunan asli wilayah itu. Meski sebagian masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak.
Akibatnya Suku Mandailing melebur menjadi satu yang dinamai Suku Batak Mandailing di
Indonesia dan Suku Melayu Mandailing di Malaysia.
Mengenai sejarah Mandailing, M Dolok Lubis dalam Bukunya “Mandailing; Sejarah, Adat
dan Arsitektur Mandailing” menjelaskan bahwa keberadaan Mandailing sudah
diperhitungkan sejak abad ke-14 dengan dicantumkannya nama Mandailing dalam sumpah
Palapa Gajah Mada pada syair ke-13 Kakawin Negarakertagama hasil karya Prapanca
sebagai daerah ekspansi Majapahit sekitar tahun 1287 Caka (1365) ke beberapa wilayah di
luar Jawa.
Angin Bugis atau Sutan Bugis berlayar dan menetap di Hutapanopaan (sekarang
Kotanopan) dan mengembangkan keturunannya, sampai pada anak yang bergelar Namora
Pande Bosi III. Marga Hutasuhut adalah generasi berikutnya dari keturunan Namora Pande
Bosi III, yang berasal dari ibu yang berbeda dan menetap di daerah Guluan Gajah.
Marga Harahap dan Hasibuan juga merupakan keturunan Namora Namora Pande Bosi III
yang menetap di daerah Portibi, Padang Bolak. Marga Pulungan berasal dari Sutan
Pulungan, yang merupakan keturunan ke lima dari Namora Pande Bosi dengan istri
pertamanya yang berasal dari Angkola.
Sedangkan pembawa marga Nasution adalah Baroar Nasakti, anak hasil pernikahan antara
Batara Pinayungan (dari kerajaan Pagaruyung) dengan Lidung Bulan (adik perempuan
Sutan Pulungan) yang menetap di Penyabungan Tonga.
Moyang Marga Rangkuti dan Parinduri adalah Mangaraja Sutan Pane yang berasal dari
kerajaan Panai, Padang Lawas. Keturunan Sutan Pane, Datu Janggut Marpayung Aji
dijuluki ‘orang Nan Ditakuti’, dan berubah menjadi Rangkuti yang menetap di Huta Lobu
Mandala Sena (Aek Marian).
Keturunan Datu Janggut Marpayung Aji tersebar ke beberapa tempat dan salah satunya ke
daerah Tamiang, membawa marga Parinduri. Nenek moyang marga Batubara, Matondang
dan Daulay bernama Parmato Sopiak dan Datu Bitcu Rayo (dua orang pemimpin
serombongan orang Melayu) berasal dari Batubara, Asahan.
Selain masyarakat bermarga, daerah Mandailing telah didiami tiga suku lainnya, jauh
sebelum abad ke-10, yaitu Suku Sakai, Suku Hulu Muarasipongi dan suku Lubu Siladang.
Suku Sakai bermukim di hulu-hulu sungai kecil, dan beberapa juga ditemukan di daerah
Dumai dan Duri (Riau) serta Malaysia.
Suku Hulu Muarasipongi diduga berasal dari Riau, sedangkan bahasa dan adatnya, mirip
dengan bahasa dan adat Riau serta Padang Pesisir. Suku Lubu Siladang bermukim di lereng
Gunung Tor Sihite, bahasa dan adatnya berbeda dengan bahasa dan adat Mandailing dan
Melayu.
Pendapat lain menyebutkan bahwa suku Mandailing di Sumut lahir di bawah pengaruh
Kaum Padri yang memerintah Minangkabau di Tanah Datar. Hasilnya, suku ini dipengaruhi
oleh budaya Islam. Suku ini juga tersebar di Malaysia, tepatnya di Selangor dan Perak.
Suku ini juga memiliki keterkaitan dengan Suku Angkola (Tapanuli Selatan).
Sebagaimana orang Arab dan China, orang Mandailing mempunyai pengetahuan mengenai
silsilah mereka sampai beberapa keturunan sekaligus riwayat nenek moyang mereka.
Kesimpulan
Dari isi pembahasan di atas yang terdiri dari empat pokok pembahasan dapat ditarik
kesimpulan bahwa adat Mandailing adalah sebuah adat yang telah lama ada sejak zaman
dahulu yang masih ada hingga kini dan bukan termasuk adat batak, Adat Mandailing tersebar
di berbagai daerah sumatera dan bagian malaysia, Adat Mandailing ini menganut garis
keturunan Patrilineal, bersuku ke suku garis keturunan Laki-Laki atau bapak.
Saran
Demikian materi yang dapat saya sampaikan mengenai asal-usul Suku Mandailing. Saya
berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jika pembaca ingin
memperdalam pengetahuan mengenai judul ini, maka dapat dipelajari melalui sumber-
sumber pengetahuan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandailing
https://daerah.sindonews.com/berita/1260799/29/asal-asul-mandailing-sejarah-dan-
kebesaran-marga-marga