Anda di halaman 1dari 90

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, tugas individu tentang “wawasan budaya”


dapat diselesaikan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Melayu. Shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Yanti Yandri Kusuma, M.Pd selaku
Dosen Mata Kuliah Wawasan Budaya Melayu. Tersusunnya makalah ini semoga mendatangkan
manfaat yang besar untuk kita semua dan dalam rangka menambah wawasan pengetahuan kita
tentang Bercocok Tanam Masyarakat Melayu. Besar harapan agar makalah ini dapat menjadi
salah satu sumber belajar yang baik serta mendatangkan manfaat untuk seluruh pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan
kelemahannya.
Oleh karena itu, adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan
makalah ini sangat dinantikan. Semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi
kemaslahatan umat manusia, dan menjadi amal saleh bagi semua umat manusia.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
1.3. Tujuan Perumusan..............................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................2
2.1. Tradisi Bercocok Tanam.....................................................................................2
2.2. Tradisi Bercocok Tanam Suku Melayu Bugis Di Sungai Kakap.......................2
BAB III..............................................................................................................................6
PENUTUP.........................................................................................................................6
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................6
3.2. Saran...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................7

SUKU-SUKU MELAYU, SEJARAH MELAYU


DAN BAHASA MELAYU

A. Suku-suku Melayu
Suku Melayu merupakan nama yang menunjuk pada suatu gugusan yang definisinya
merupakan penuturan bahasa Melayu. Suku Melayu bermukim di beberapa akbar Malaysia,
pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau
kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, banyak suku
Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang beberapa akbar mendiami provinsi Sumatera
Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan
Barat.
Meskipun begitu, banyak pula penduduk Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang
berubah ke wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai
orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan Cocos
(Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika Selatan (Cape Malays). Berikut ini suku-suku Melayu
dibeberapa negara Asia Tenggara:

1. Melayu Malaysia
Melayu Malaysia yang dikata Kaum Melayu merupakan penduduk Melayu berintikan
orang Melayu asli tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku
pendatang dari Indonesia dan tempat yang lain yang dikata Melayu Anak Dagang seperti
Jawa, Minangkabau, Riau, Mandailing, Aceh, Bugis, Bawean, Banjar, Champa dan lain-
lainnya. Semua diikat oleh agama Islam dan tipu daya budi Melayu Malaysia. Ras lain
yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India
Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan "komunitas
umat Islam Malaysia" yang aci di Kerajaan Islam tersebut, karena bila aci konsep Sultan
(umara) berarti juga aci ummat yang dilindunginya.
Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang lepas sama sekali dengan
perlembagaan Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu
Melayu Johor, Melayu Kelantan dan Melayu Kedah. Melayu Johor sbg suku etnis terbesar,
banyak terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri.
Selain itu, penduduk Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang, Selangor, Malaka
dan Perak juga bisa digolongkan sbg Melayu Johor. Di Malaysia Timur terdapat pula
komunitas Melayu, yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang mempunyai dialek
yang berlainan dengan Melayu Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak biasanya
terdapat di Negara Bidang Sarawak, serta lebih berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak
dari Kalimantan Barat. Sedangkan Suku Melayu Brunei biasanya menetap di bidang utara
Sarawak, Pantai Barat Sabah, serta Brunei Darussalam.

2. Melayu Siam
Thailand mempunyai banyak suku Melayu ketiga terbesar setelah Malaysia dan
Indonesia, dengan populasi lebih dari 3,3 juta jiwa (Persangkaan 2010)[26][27]. Biasanya
dari mereka berdomisili di daerah selatan Thailand serta di daerah sekitar Bangkok (terkait
dengan perpindahan suku Melayu dari selatan Thailand serta utara semenanjung Malaya ke
Bangkok sejak zaman ke 13).
Kehadiran Suku Melayu di daerah selatan Thailand telah aci sebelum perpindahan Suku
Thai ke Semenanjung Malaya melewati penaklukan Kerajaan Sukhothai, yang diikuti oleh
Kerajaan Ayutthaya, pada awal zaman ke-16. Hal ini bisa diamati pada nama-nama daerah
di daerah selatan Thailand yang bersumber dari bahasa Melayu atau nama lain dalam logat
Melayu, misalnya "Phuket/ภูเก็ต" dalam bahasa Melayu "Bukit/‫"بوكيت‬, "Thalang" ("Talang/
‫)"تالڠ‬, "Trang" ("Terang/‫)"تراڠ‬, Narathiwat/นราธิวาส ("Menara"). Pada masa ini, aci upaya
dari pemerintah pusat untuk mengerdilkan tipu daya budi Melayu di Thailand, sala satunya
dengan menghapuskan penggunaan bahasa Melayu sbg bahasa pengantar di sekolah-
sekolah dan menggantinya dengan bahasa Thai. Selain itu, kegiatan-kegiatan suku Melayu
Siam yang beragama Islam cenderung dibatasi, adun secara sosial, ekonomi, maupun
kultural.

3. Melayu Myanmar
Selain dari Thailand, Myanmar juga mempunyai komunitas suku melayu yang akbar di
Indochina. Kebanyakkan daripada Suku Melayu tertumpu di bahagian paling selatan negara
itu, iaitu di Divisi Tanintharyi Bahasa Myanmar: တနင်္သ ာရီတို င်းဒေသကြီး (Bahasa Melayu:
Tanah Sari) dan Kepulauan Mergui Dampak daripada pengijarahan, komunitas Melayu
Myanmar juga terdapat di Yangon, Divisi Mon, Thailand serta Malaysia.
Kehadiran Suku Melayu di daerah selatan Myanmar diperkirakan seawall 1865, apabila
satu himpunan yang diketuai Nayuda Ahmed membuka penempatan di daerah yang pada
hari ini dikenali sbg Kawthaung (dikenali sbg Pelodua dalam Bahasa Melayu).
Pada zaman ini, komunitas Melayu di Myanmar fasih berbicara Myanmar, Bahasa
Melayu dan Bahasa Thailand, berikutan kondisi geographis mereka yang berada di
sempadan. Mereka juga sedang mengekalkan hukum budaya istiadat Melayu yang kental
seperti penggunaan Kain Sarung serta penggunaan tulisan Jawi. Namun, bilangan mereka
di Divisi Tanintharyi makin berkurangan berikutan penghijrahan untuk mencari peluang
sosio-ekonomi yang lebih adun.

4. Melayu Indonesia
Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan dijadikan dua gugusan
yaitu Melayu Deutero dan Melayu Proto.
Melayu Deutero merupakan rumpun Melayu Muda yang datang setelah Melayu Proto
pada Zaman Logam sekitar sekitar 500 SM. Rumpun yang masuk gelombang kedua ini
meliputi suku bangsa Melayu, Aceh, Minangkabau, Sunda, Jawa, Manado, dan lain-
lainnya. yang bermukim di pulau Sumatra, Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi.
Melayu Proto merupakan rumpun Melayu Tua yang datang kali pertama pada masa
sekitar 1500 SM meliputi suku bangsa Dayak, Toraja, Sasak, Nias, Batak, Kubu dan lain-
lainnya. yang bermukim di pulau Kalimantan, Sulawesi, Nias, Lombok, dan Sumatra.
Adapun kelompok lain yang bukan termasuk rumpun Melayu namun tetap termasuk
bangsa di Indonesia yaitu rumpun Melanesia yang bermukim di bidang wilayah timur
Indonesia. Meskipun demikian, istilah Melayu yang digunakan di Indonesia lebih mengacu
pada faedah suku bangsa yang lebih spesifik sehingga Melayu yang aci tidak termasuk
suku bangsa Jawa yang merupakan suku bangsa mayoritas. Berikut ini uraian suku Melayu
di wilayah Indonesia:
a). Melayu Tamiang
b). Melayu Palembang
c). Melayu Deli
d). Melayu Riau
e). Melayu Jambi
f). Melayu Bengkulu
g). Melayu Pontianak

B. Sejarah Melayu
Istilah melayu cukup banyak ragamnya, seorang cendikiawan melayu bernama
Bahanuddin Elhulaimy yang juga pernah menjadi ketua umum partai islam tanah melayu
dalam bukunya asas falsafah kebangsaan melayu, terbit pertama kali pada tahun 1950,
mencatat beberapa istilah kata tersebut, Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal
dari katamala(yang berarti mula)yu(yang berarti negeri) seperti di nisbahkan kepada
Ganggayu yang berarti negeri Gangga. Pendapatini bisa dihubungkan dengancerita rakyat
Melayu yang paling luas dikenal, yaitu cerita si Kelambaiatau sang Kelambai.Dalam cerita itu
disebutkan berbagai negeri, patung, gua, dan ukiran dan sebagainya, yangdihuni atau disentuh
oleh si kelembai, semuanya akan mendapat keajaiaban. Ini member petunjukbahwa negeri
yang mula-mula dihuni oranag melayu pada zaman purba itu, telah mempunyaiperadapan
yang cukup tinggi.
Banyak teori tentang asal usul bangsa Melayu, amtaranya:
1. Bangsa Melayu berasal dari Tanah Besar Asia Tenggara, Pendapat ini banyak yang
didukung oleh pengkaji dari Barat. H. Kern misalnya, mengatakan bahwa penduduk
di Kepulauan Asia Tenggara berasal dari Assam, dibahagian timur negara India.
Beliau membuat kesimpulan sedemikian lantaran terdapat persamaan adat resam
beberapa suku di Sumatera dan Bornea dengan suku Assam seperti Naga di India.
2. Henry Yule berpendapat seperti J.R. Logsan, yaitu tentang wujudnya persamaan adat
resam antara penduduk di daratan Asia Tenggara dengan yang terdapat di Kepulauan
Melayu, Persamaan ini menunjukkan bahwa mereka adalah daripada keturunan yang
sama.
Nama "Malayu" bersumber dari Kerajaan Malayu yang pernah aci di daerah Sungai
Batang Hari. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu akhir-akhirnya takluk dan dijadikan
bawahan Kerajaan Sriwijaya. Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar Sumatera,
mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan
Semenanjung Malaya. Sah orang Melayu Semenanjung bersumber dari Sumatera.
Sesuai prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu telah jualan ke seluruh
wilayah Asia Tenggara, juga ikut serta membawa hukum budaya tipu daya budi dan Bahasa
Melayu pada daerah tersebut. Bahasa Melayu akhir-akhirnya dijadikan lingua franca
menggantikan Bahasa Sanskerta. Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas untuk
peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa, kesudahan dilanjutkan
oleh kerajaan Dharmasraya hingga pada zaman ke-14, dan terus berkembang pada masa
Kesultanan Malaka sebelum kerajaan ini ditaklukan oleh daya tentara Portugis pada tahun
1511.
Masuknya agama Islam ke Nusantara pada zaman ke-12, diserap baik-baik oleh
penduduk Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan penduduk jelata, namun telah
dijadikan corak pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di selang kerajaan-kerajaan tersebut
ialah Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan
Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-
orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka
banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti dijadikan syahbandar, ulama, dan hakim.
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan
pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai
oleh banyak penduduk Nusantara, akhir-akhirnya dipilih dijadikan bahasa nasional Indonesia,
Malaysia, dan Brunei.

C. Bahasa Melayu
Bahasa Melayu adalah anggota terpenting dari kerabat Bahasa Austronesia yang memiliki
batasan luas, diluncurkan dari peradaban Asia Timur pada sebuluh ribu tahun yang lalu.
Bahasa Austronesia Purba terbentuk dipulau asalnya Taiwan. Bahasa Melayu merupakan
turunan bahasa Austronesia Purba, dimulai sebagai suatu dari beberapa varian bahasa yang
saling berhubungan erat dan digunakan di Kalimantan Barat, kurang lebih dua juta tahun yang
lalu.
Bahasa Melayu adalah bahasa resmi tulis yang digunakan di istana-istana dan dalam
agama, seperti Bahasa Latin. Dan pada saat yang sama merupakan bahasa yang digunakan
untuk menjalankan tugas sehari-hari,, bahasa perdagangan, dan bahasa interaksi masyarakat di
pasar dan pelabuhan, seperti lingua franca di Levant.
Bahasa Melayu menjadi bahasa perdagangan di Asia Tenggara, Menurut Amat Juhari
Moain, Bahasa Melayu itu dibagi menjadi tiga zaman perkembangan nya, yaitu:
1. Zaman bahasa Melayu Purba
2. Zaman bahasa Melayu Kuno
3. Zaman bahasa Melayu Klasik
Menurut Zuber Usman, perkataan Melayu berasal daripada perkataan ‘Himalaya’ yang
telah disingkatkan kepada ‘Malaya’, dan kemudian ‘Melayu’. Perkataan ‘Himalaya’ berasal
dari kata ‘hima’ dan ‘alaya’. ‘Hima’ berarti salji atau salju, sedangkan ‘alaya’ berarti tempat
yang sejuk, seperti puncak gunung yang tinggi. Menurut William Marsden (1754-1836M)
seorang yang banyak mengkaji tentang bahasa di Asia Tenggara khususnya bahasa-bahasa di
Sumatera seperti bahasa Melayu. Batak dan lainnya. Kajian ini dibuat semasa beliau tinggal di
Bengkulu dan selepas beliau pulang ke negara asalnya. Antara hasil karya tulisannya ialah A
History Sumatera (1783), A Dictionary of the Malayan Language (1812), dan A Grammar of
the Malayan Language (1812). Beliau telah membuat rumusan dengan mengatakan bahwa
bahasa Melayu dan Bahasa Polinesia adalah serumpun.
Berdasarkan persamaan-persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Memang terdapat kaitan anatara penduduk daratan Asia Tenggara dengan penduduk
kepulauan Asia Tenggara dan Oceania.
2. Memang terdapat perkaitan dan perhubungan antara bahasa didaratan Asia Tenggara
dengan di Kepulauan Asia Tenggara dan Oceania.
3. Bahasa-bahasa tersebut dapat dikelompokkan secara bertahap-tahap dan
berperingkat-peringkat sehingga akhirnya dapat direkontruksi induk bahasa, rumpun
bahasa, keluarga bahasa dan lain-lain.
JENIS -JENIS PAKAIAN MELAYU

A. Jenis dan Bentuk Pakaian Melayu

Pakaian Melayu menurut fungsinya :

1. Pakaian Harian

Pakaian harian adalah pakaian yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari – hari.

Berdasarkan kelompok pemakai, pakaian harian dapat di bedakan menjadi pakaian anak –

anak, pakaian dewasa, ataupun pakaian orang tua.

2. Pakaian Anak – anak

Pakaian harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet yang dipakai oleh anak-

anak lelaki. Kalau dia sudah meningkat besar dia memakai baju kurung teluk belakang atau

baju kurung cekak musang dan ada kalanya memakai celana setengah lutut, memakai kopiah

atau ikat kepala dari kain empat persegi yang dilipat untuk menghindarkan sengatan

binatang yang berbisa, memakai kain samping ada yang dikenakan secara utuh, ada pula

yang dibelitkan dipinggang ataupun disandang dibahu.

Fungsi kain semasa anak-anak ini adalah untuk belajar Al Quran dan kegiatan keagamaan

seperti sholat dan lain-lain. Anak-anak perempuan yang belum akhil baligh mereka memakai

baju kurung teluk belanga yang biasanya satu stel dengan kainnya, mereka bermain disekitar
rumah, bermain galah panjang, main jengket, atau bermain pondok-pondokan. Kalau sudah

penat, dia bermain congklak ataupun serimbang. Kalau dia di mesjid belajar membaca Al

Quran serta belajar sopan santun dan adat istiadat serta tingkah laku yang baik dan sopan

terhadap orang tua, datuk dan neneknya.

3. Pakaian Dewasa

Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa ataupun perempuan, mereka memakai baju

kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, bertulang belut. Untuk anak laki-

laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja mencari nafkah, pakai baju Teluk

Belanga Belah atau baju kurung Cekak Musang, memakai kain samping, ikat kepala atau

berkopiah. Kalau pergi ke laut atau ke ladang sering memakai celana setengah lutut dengan

lengan yang agak sempit supaya mudah melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan

kehidupan keras.

Kain samping tetap dipakai terutama menjaga kesopanan dan aib dari orang dan

digunakan untuk sholat ataupun bertamu menghadapi orang tua-tua serta dapat

dipergunakan untuk mempertahankan diri. Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa

sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna mempertahankan diri dan berkesenian; belajar

zapin, membuat kelompok Mayong, sandiwara, bangsawan, dll

Anak perempuan yang baligh harus mengenal adat istiadat yang kita sebut adat Melayu,

Jadi dia sebagai perempuan Melayu harus tahu sopan santun dan berbudi baik dengan

mengenal: Beradat istiadat Melayu, beragama Islam, berbahasa Melayu. Tiga unsur ini

bagi anak perempuan sudah mulai ditanamkan semenjak kecil serta tata cara berpakaian

sudah ditunjuk ajarkan sedini mungkin, sehingga dia merupakan idaman dari pihak laki-

laki.
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju Kebaya

Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung

Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah dengan Kain

Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah. Kain Tudung Lingkup untuk pakaian

harian digunakan kain pelekat.

4. Pakaian Orang Tua

Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada lehernya bersulam

bernama Tulang Belut. Baju ini longgar dan lapang dipakai, ada juga Kebaya Laboh atau

Kebaya Panjang hingga dibawah lutut. Kedua bentuk baju ini memakai pesak atau kekek.

Orang tua-tua ada juga yang memakai baju Kebaya Pendek dibawah pinggul sering dipakai

untuk bekerja di rumah atau di ladang dan ke laut.

Kalau perempuan setengah baya juga memakai seperti tersebut diatas, hanya bentuk

bajunya agak sempit dan pada umumnya berupa stelan baju dengan kain yang berbunga dan

ada kalanya polos. Sebagai penutup kepala mereka memakai selendang dari drihook bersegi

empat dan kemudian dibentuk segitiga dan diletakkan diatas kepala serta ujungnya

disimpulkan dileher. Orang tua maupun perempuan setengah baha selain selendang sebagai

penutup kepala, mereka juga menggunakan Tudung Lingkup dari Kain Pelekat.

Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga

Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat dari

bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar. Baju Melayu bagi orang

tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar digunakan untuk sholat dan bertamu ke

tetangga.Jadi bentuk pakaian harian bagi orang Melayu Riau adalah Untuk kaum perempuan

baju Kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek.
Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung Cekak Musang, celana

setengah lutut untuk anak laki-laki.Pakaian Resmi Pada zaman dahulu, pakaian resmi

dipakai ketika mendatangi pertemuan resmi yang diadakan oleh kerajaan. Sedangkan di

masa sekarang, pakaian resmi di kenakan di berbagai acara pemerintahan. Pakaian resmi

bagai laki – laki adalah baju kurung cekak musang lengkap dengan kopiah, kain sampaing

yang terbuat dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah – daerah RIAU lainnya.

Bahan baju kurung cekak musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain berkualitas

tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya adalah kopiah dan kain samping. Bahan untuk kain

samping adalah kain yang terpilih, seperti kain songket dan kain tenun lainnya. System

memakai kain samping ini ada dua macam yaitu, ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.

Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah baju melayu kebaya laboh dan baju

kurung cekak musang. Bahan untuk membuat baju ini adalah kain songket atau kain terpilih

lainnya seperti kain tenun Siak, tenun Indtagiri, tenun Trengganu, dan lain – lain. Bentuk

baju kurung atau kebaya laboh ini mengikuti tubuh si pemakai, namun tidak terlalu longgar

dan tidak terlalu sempit. Panjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari diatas

lutut, sedangkan untuk orang tua panjangnya 3 jari bawah lutut.

5. Pakaian Upacara Adat

Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh emerintah (Kerajaan)

antara lain:

- Upacara penobatan Raja & Permaisuri,

- Upacara pemberian gelar,

- Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan,

- Upacara menjunjung duli,


- Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati,

- Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat atau dari negara lain yang

bersahabat.

Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang diatur oleh

Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara adat

adalah warna hitam, berkain samping sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan

hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara

adat memakai tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya

berwarna kuning pula. Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju

berwarna hitam berkain samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai

pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.

1) Pakaian adat untuk kaum perempuan

Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum perempuan

baik muda maupun tua sama saja. Baju yang dipakai adalah baju kurung Teluk Belanga,

baju Kebaya Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekaka Musang. Kepala memakai

tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung Kain Lingkup apabila masuk ke

ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit dipinggang.

Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti sanggul Jonget, sanggul

Lintang, dan sanggul Lipat Pandan. Perhiasan dipakai didada yang disebut dokoh dan gelang

serta anting-anting. Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar adalah

warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain. Warna

kuning hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan Tertinggi di daerahnya.
2) Pakaian adat untuk kaum laki-laki

Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum lelaki adalah

baju kurung Cekak Musang, tidak dipakai baju kurung Teluk Belanga. Warna pakaian adat

kaum lelaki berwarna hitam dari bahan saten atau bahan sutera dilengkapi dengan

perlengkaan sebagai berikut:

a. Baju stelan dengan celana anjang samai ketumit,

b. Kain samping terbuat dari tenunan sendiri, seperti; tenun Siak, Indragiri, tenunan Daek,

dll,

c. Tanjak sebagai penutup kepala,

d. Bengkung pengikat pinggang,

e. Sebilah keris Melayu Sepukal, atau Tuasik atau Tilam Upih,

f. Kasut capal atau sepatu.

Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna kuning atau

hitam satu stel baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh,

bintang dari ornamen yang ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah

Mumbang atau Elang Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5.

Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang, biasanya keris

yang anjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara

adat seperti penobatan Raja-Raja, emberian gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar

adat dan upacara adat yang digelar oleh Kerajaan atau Pemerintah.

Memakai Bengkung tergantung tingkat seseorang dalam jabatannya dimasyarakat adat atau

jabatan dalam struktur Kerajaan, seperti: Orang Besar Kerajaan, Putera Mahkota, angeran, kaum
bangsawan, Datuk-Datuk, Datuk Bendahara, Datuk Laksemana, Datuk Panglima, Penghulu,

Batin, Tongkat (wakil Batin) dan para pengawal.

Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan berwarna kuning, sedangkan

para pengawal memakai warna merah diujung lengan dan bengkung serta ikat kepala berwarna

merah. Kecuali para pengawal yang mendampingi Sultan kemana saja adalah Hulubalang yang

tangguh memakai pakaian hitam berkain samping kain Lejo dan memakai bengkung warna

kuning dan memakai les merah.

6. Pakaian Upacara Perkawinan

Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang

Melayu Daratan tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang

atau baju kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya

berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga kebawah menutup mata kaki

1) Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin Melayu adalah:

- Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan celana sama warnanya,

- Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya pengantin memakai tanjak,

- Memakai Sebai disebelah bahu kiri,

- Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan,

- Pakai Bengkung,

- Pakai Keris,

- Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga,

- Membawa Sirih Lelat,

- Pakai kasut capal atau sepatu kulit.


Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari rumah

ayah dan bundanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad

nikah dan acara lainnya pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak Musang yang

lengkap dengan memakai kopiah, kadang-kadang kopiah dihias dengan permata, kalau

Orang Besar Kerajaan dan orang Bangsawan memakai lambang Kerajaan

2) Pakaian pengantin perempuan

Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam masyarakat Melayu

Riau terdapat beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti :

acara malam berinai, uacara akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara

berandam. Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian

Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan pperhiasan serta

memakai sanggul Melayu.

Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian Melayu

harian; Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga. Rambut

disanggul dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi dengan bunga-

bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan

dan dicukur bulu romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan

dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban didada.

Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga atau

baju kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente.
Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan

duduk dikamar pengantin.

Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding : pengantin perempuan memakai

akaian Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya kepala

memakai pekakas andam dan dikening diletakkan Ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan

bedang emas, dada dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga,

dilengan bawah memakai gelang patah semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan

emas.

Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai

pending emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking

(kedua belah jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan kehendak

pengantin berhak sedang yang disebut selepa. Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju

kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk

upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan syukur

bahwa pengantin telah bersatu.

B. Cara Memakai Pakaian

Cara memakai pakaian melayu. Yaitu:

a. Bagi Perempuan

· Bagi anak gadis harus memakai kepala kainnya didepan.

· Bagi orang perempuan tua memakai kepala kainnya disamping kanan.

· Perempuan yang bersuami, tapi belum tua memakai kepala kainnya dibelakang

· Bagi yang janda, memakai kepala kainnya disebelah kiri.

b. Bagi laki-lak
1. Bagi raja, kepala kainnya boleh ditempatkan dimana saja (bebas) tapi lazimnya sebelah

belakang berat kedepan.

2. Bagi kaum bangsawan, kepala kainnya sebelah belakang berat kekanan.

3. Bagi orang besar kerajaan, kepala kainnya sebelah belakang berat kekiri.

4. Bagi putra mahkota (putra raja), kepala kainnya sebelah kanan berat kedepan.

5. Bagi datuk-datuk, kepala kainnya sebelah kiri berat kedepan.

6. Bagi orang awam, kepala kainnya dibelakang penuh.

7. Untuk pengaturan cara menempatkan kedalaman kain samping, yaitu:

8. Bagi orang patut-patut kedalaman kainnya sedikit dibawah lutut

9. Bagi orang muda-muda dan hulubalang kedalaman kainnya sedikit diatas lutut

10. Bagi orang awam kedalaman kainnya labuh kebawah

C. Simbol Dalam Pakaian Melayu


Setiap simbol mengandung makna tertentu “ada benda ada maknanya, ada cara ada

artinya, dan ada letak ada sifatnya”. Begitu pula dalam pakaian melayu yang memiliki simbol

dalam pakaian yang dikenakan orang melayu.

1. Motif

Dilihat dari carak atau motifnya pakaian melayu memiliki simbol dan makna tertentu:

a. Corak semut beriring. Corak ini dikaitkan dengan makna yang mengacu pada sifat

kerukunan dan gotong royong.

b. Corak itik pulang. Corak ini dikaitkan dengan dengan kerukunan dan persatuan, tidak

terpecah belah.

c. Corak naga berjuang. Corak ini dihubungkan dengan legenda tentang tentang naga

sebagai penguasa lautan, gagah berani, dan pejuang.

d. Corak bunga-bunga. corak ini dikaitkan dengan keindahan, kecantikan, dan kesucian.
2. Warna

Simbol dalam bentuk warna mengatur hal-hal berikut:

a. Kuning. Digunakan untuk raja-raja dan bangsawan sebagai lambang kekuasaan

b. Merah. Digunakan untuk masyarakat secara umum sebagai lambang kerakyatan.

c. Hijau dan putih. Digunakan untuk alim ulama sebagai lambang agama islam

d. Biru. Digunakan untuk orang besar kerajaan sebagai lambang orang patut-patut.

e. Hitam. Digunakan pemangku dan pemuka adat sebagai lambang “hidup dikandung adat,

mati dikandung tanah”. Warna hitam juga dipakai sebagai warna kebesaran hulubalang

atau panglima.

Pada akhirnya, simbol-simbol dalam pakaian orang melayu dapat:

1. Menunjukkan identitas orang melayu itu sendiri

2. Mencerminkan status seseorang seperti raja, hulubalang, rakyat biasa, dll

3. Mencerminkan jati diri dan kepribadian orang melayu

4. Sebagai simbol atau lambang keluhuruan seluruh masyarakat yang menunjukkan nilai-

nilai sebagai manusia yang berperadaban.

5. Dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur agama islam.

6. Merupakan salah satu keagungan budaya melayu

7. Merupakan puncak kebudayaan melayu yang dapat kita saksikan sekarang ini.

A. Fungsi Pakaian Melayu

Bagi masyarakat Melayu di Riau, pakaian bukan hanya berfungsi untuk melindungi

tubuh, namun juga mempunyai fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan adat dan

kepercayaan masyarakat. Beberapa fungsi pakaian adat bagi masyarakat Melayu daerah Riau

adalah sebagai berikut:


a. Fungsi Budaya

Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat.

Secara umum, fungsi pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian muncul berbagai

aksesori dan ciri khas yang membedakan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang

lain. Di masyarakat Riau, pakaian menjadi simbol yang dipakai dalam pelaksanaan upacara

atau dalam acara-acara tertentu. Setiap upacara mempunyai jenis pakaian yang berbeda yang

tentu saja juga berbeda dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari.

B. Nilai-Nilai Pakaian Melayu

Nilai-nilai yang terkandung dalam pakaian tradisional Melayu Riau adalah sebagai berikut:

a. Nilai Tradisi

Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah menjadi tradisi selama bertahun-

tahun. Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari busana adat yang

dikenakan, maka dapat dipelajari mengenai tradisi masyarakat yang bersangkutan.

b. Nilai Pelestarian Budaya

Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari semakin

berkembang. Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan

warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan busana tradisional tersebut sama

artinya dengan melestarikan kekayaan budaya Melayu.

c. Nilai Sosial

Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status seseorang. Selain itu, lewat nilai-
nilai yang dikandungnya, pakaian Melayu juga bermakna sebagai media untuk menyatukan
masyarakat. Nilai-nilai sosial itu muncul karena dalam pakaian tradisional tersebut tersemat
makna-makna tertentu yang dinilai dan ditafsirkan oleh masyarakatnya
BENTUK – BENTUK PAKAIAN MELAYU RIAU

A.Jenis-jenis pakaian melayu Riau


1. Pakaian Harian

Pakaian harian adalah pakaian yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari-
hari. Berdasarkan kelompok pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian
anak-anak, pakaian dewasa, dan pakaian orang tua atau setengah baya.
a) Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah beranjak
besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang. Terkadang
juga memakai celana setengah atau bawah lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi
empat. Anak laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat mengaji dan beribadah.
Sedangkan untuk anak perempuan yang belum dewasa memakai baju kurung yang
selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.
b) Pakaian Dewasa
Pakaian anak laki-laki yang telah dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang
yang dilengkapi dengan kain samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala.
Sedangkan untuk perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan
Baju Kurung Tulang Belut. Baju ini dipadukan dengan kain sarung batik dan penutup
kepala berupa selendang atau tudung lingkup. Perempuan yang melakukan kegiatan di
ladang atau sawah biasanya memakai tutup kepala berupa selendang atau kain belacu
yang dinamakan tengkuluk.
c) Pakaian Orangtua
Pakaian untuk perempuan tua setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju
Kurung Teluk Belanga (Baju Kurung Tulang Belut), Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya
Pendek yang biasa dipakai untuk pergi ke ladang. Kerudung untuk menutupi kepala
berupa selendang segi empat yang dibentuk segitiga sehingga menyerupai
jilbab. Sedangkan untuk laki-laki orang tua dan setengah baya memakai Baju Kurung
Teluk Belanga atau Baju Kurung Cekak Musang. Bahan pakaian ini adalah kain katun
atau kain lejo. Baju ini agak longgar sehingga nyaman dipakai.

2. Pakaian Resmi

Pada zaman dahulu, pakaian resmi dipakai ketika menghadiri pertemuan resmi
yang diadakan oleh kerajaan. Sedangkan di masa sekarang, pakaian resmi dikenakan
dalam berbagai acara pemerintahan. Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju Kurung
Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun Siak,
Indragiri, Daik, dan daerah-daerah di Riau lainnya.
Bahan Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain
berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain kopiah dan kain samping.
Bahan untuk kain adalah bahan yang terpilih, seperti kain songket dan kain tenun
lainnya. Sistem memakai kain samping ini ada dua macam, yaitu ikat dagang dalam dan
ikat dagang luar.
Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Baju Melayu Kebaya Laboh dan
Baju Kurung Cekak Musang. Bahan untuk membuat kedua baju ini adalah kain songket
atau kain terpilih lainnya seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun Trengganu, dan
lain-lain. Bentuk Baju Kurung atau Kebaya Laboh ini mengikuti bentuk tubuh si
pemakai, namun tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit. Panjang baju perempuan
yang masih gadis adalah tiga jari di atas lutut, sedangkan untuk orang tua panjang
bajunya tiga jari di bawah lutut.

3. Pakaian Upacara Adat

Upacara yang pada zaman dulu diadakan oleh pihak kerajaan yang ada di Riau,
kini dilanjutkan oleh Lembaga Adat Melayu Riau atau oleh pemerintah daerah. Beberapa
upacara tersebut seperti upacara penobatan raja, upacara pelantikan, upacara
penyambutan tamu, upacara penerimaan anugerah, dan lain sebagainya. Pakaian
tradisional yang dipakai pada saat upacara adat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pakaian untuk perempuan dan pakaian untuk laki-laki.
Pakaian upacara untuk perempuan yang masih gadis berbeda dengan pakaian
untuk perempuan penikah. Jenis pakaian yang dipakai untuk perempuan tua adalah Baju
Kurung Tulang Belut. Sedangkan untuk perempuan setengah baya dan gadis adalah Baju
Kebaya Laboh Cekak Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutra. Warna
hitam pada pakaian ini hanya dipakai pada waktu upacara adat penobatan raja, menteri,
atau datuk. Sedangkan untuk upacara adat yang lain, semisal upacara penerimaan tamu
agung atau pun upacara penerimaan anugerah, para perempuan memakai baju berwarna
kuning.
Selain memakai baju kurung dan kebaya, perempuan Melayu yang menghadiri
upacara adat juga memakai sanggul. Sanggul tersebut berbentuk sanggul joget, sanggul
lipat pandan yang berhiaskan bunga goyang di atasnya. Di sebelah kanan sanggul dihiasi
jurai panjang dan di sebelah kiri dihiasi jurai pendek.

4. Pakaian Upacara Perkawinan

Baju pengantin laki-laki Melayu adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju
Kurung Teluk Belanga. Untuk daerah Limo Koto Kampar baju pengantin laki-laki
berbentuk jubah yang terbuat dari kain beludru. Baju Kurung Teluk Belanga terbuat dari
bahan tenunan Siak, Indragiri, Daek, maupun Trengganu dengan warna merah, biru,
kuning, dan hitam.
Selain Baju Kurung Cekak Musang, pakaian pengantin laki-laki adalah kain
samping motif yang serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di
kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua dikalungkan di leher,
canggai yang dipakai di kelingking, sepatu runcing di bagian depan, dan keris hulu
burung serindit pendek yang diselipkan di sebelah kiri.
Busana yang dikenakan pengantin perempuan berbeda-beda, tergantung jenis
upacara adatnya. Pengantin perempuan pada upacara Malam Berinai memakai Baju
Kurung Teluk Belanga. Sedangkan saat Upacara Barandam, pengantin perempuan
memakai Baju Kurung Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai
sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin perempuan pada Upacara
Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk. Kemudian untuk
pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk
Belanga.

2.1 FUNGSI PAKAIAN MELAYU RIAU


a) Fungsi Budaya
Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu
masyarakat. Secara umum, fungsi pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian
muncul berbagai aksesori dan ciri khas yang membedakan antara suatu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Di masyarakat Riau, pakaian menjadi simbol yang dipakai
dalam pelaksanaan upacara atau dalam acara-acara tertentu. Setiap upacara mempunyai
jenis pakaian yang berbeda yang tentu saja juga berbeda dengan pakaian yang dikenakan
sehari-hari.
b) Fungsi Estetik
Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai bentuk hiasan yang terdapat
dalam pakaian tersebut. Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian tradisional
Riau juga mengandung makna-makna tertentu. Misalnya, warna kuning mengandung arti
kekuasaan. Pakaian dengan warna seperti ini biasanya diperuntukkan bagi sultan atau
raja. Warna hitam mengandung makna keberanian. Pakaian dengan warna seperti ini
biasanya dipakai oleh para hulubalang dan para petarung yang melambangkan
ketangkasan mereka.
c) Fungsi Religius
Pakaian tradisional daerah Riau mengandung makna dan berfungsi keagamaan.
Pengaruh Islam dalam tata cara berpakaian sedikit banyak berpengaruh pada pakaian
daerah Riau, di mana fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Hal ini dapat kita lihat
pakaian perempuan yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan menutupi hampir semua
anggota tubuhnya. Selain dari bentuknya, fungsi religius pakaian tradisional Riau juga
terlihat dari simbol yang digunakan sebagai hiasan yang berbentuk bulan dan bintang.
Simbol tersebut mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan. Fungsi religius busana
Melayu di daerah Riau juga muncul di berbagai media yang mereka gunakan untuk
upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung tawar.
d) Fungsi Sosial
Pakaian tradisional Riau mengandung makna dan berfungsi secara sosial. Pakaian
tradisional Riau yang dipakai masyarakat, baik yang berasal dari golongan bangsawan
maupun masyarakat biasa adalah sama, yaitu baju kurung. Perbedaannya hanya terletak
pada bahan dan warna yang dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyarakat Riau warna
pakaian mempunyai lambang dan makna tertentu.
e) Fungsi Simbolik
Pakaian tradisional mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat diterka lebih
dahulu untuk mengetahui maknanya. Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian
tradisional, perhiasan, serta kelengkapannya terdapat pada kostum yang dipakai dalam
upacara-upacara tradisional. Busana bukan hanya dimaknai sebagai pakaian yang
dipakai, namun juga peralatan upacara yang digunakan. Beberapa makna yang
terkandung dalam busana tradisional masyarakat Melayu Riau misalnya sirih (lambang
persaudaraan dan kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat
bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-orang Melayu Riau memperlihatkan bahwa
hampir setiap apa yang mereka kenakan mengacu pada simbol-simbol tertentu.

A. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PAKAIAN MELAYU RIAU


1) Nilai Tradisi
Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah menjadi tradisi selama
bertahun-tahun. Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari
busana adat yang dikenakan, maka dapat dipelajari mengenai tradisi masyarakat yang
bersangkutan.
2) Nilai Pelestarian Budaya
Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari
semakin berkembang. Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu
Riau merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan busana
tradisional tersebut sama artinya dengan melestarikan kekayaan budaya Melayu.
3) Nilai Sosial
Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status seseorang. Selain
itu, lewat nilai-nilai yang dikandungnya, pakaian Melayu juga bermakna sebagai
media untuk menyatukan masyarakat. Nilai-nilai sosial itu muncul karena dalam
pakaian tradisional tersebut tersemat makna-makna tertentu yang dinilai dan
ditafsirkan oleh masyarakatnya.

B. TATA CARA MENGENAKAN PAKAIAN MELAYU RIAU


1) PAKAIAN HARIAN
a. Pakaian harian masa kanak-kanak
Pakaian harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet yang
dipakai oleh anak-anak lelaki. Kalau dia sudah meningkat besar dia memakai baju
kurung teluk belakang atau baju kurung cekak musang dan ada kalanya memakai
celana setengah lutut, memakai kopiah atau ikat kepala dari kain empat persegi
yang dilipat untuk menghindarkan sengatan binatang yang berbisa, memakai kain
samping ada yang dikenakan secara utuh, ada pula yang dibelitkan dipinggang
ataupun disandang dibahu.
b. Pakaian harian anak dewasa (Akil Baligh)
Untuk anak laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja
mencari nafkah, pakai baju Teluk Belanga Belah atau baju kurung Cekak
Musang, memakai kain samping, ikat kepala atau berkopiah. Kalau pergi ke laut
atau ke ladang sering memakai celana setengah lutut dengan lengan yang agak
sempit supaya mudah melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan
keras.
Kain samping tetap dipakai terutama menjaga kesopanan dan aib dari
orang dan digunakan untuk sholat ataupun bertamu menghadapi orang tua-tua
serta dapat dipergunakan untuk mempertahankan diri. Pakaian harian untuk anak
laki-laki dewasa sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna mempertahankan diri
dan berkesenian; belajar zapin, membuat kelompok Mayong, sandiwara,
bangsawan, dll.
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung,
baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini
adalah kain Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang
dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah. Kain
Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.
c. Pakaian orang tua dan setengah baya
Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada
lehernya bersulam bernama Tulang Belut. Baju ini longgar dan lapang dipakai,
ada juga Kebaya Laboh atau Kebaya Panjang hingga dibawah lutut. Kedua bentuk
baju ini memakai pesak atau kekek. Orang tua-tua ada juga yang memakai baju
Kebaya Pendek dibawah pinggul sering dipakai untuk bekerja di rumah atau di
ladang dan ke laut. Kalau perempuan setengah baya juga memakai seperti tersebut
diatas, hanya bentuk bajunya agak sempit dan pada umumnya berupa stelan baju
dengan kain yang berbunga dan ada kalanya polos. Sebagai penutup kepala
mereka memakai selendang dari drihook bersegi empat dan kemudian dibentuk
segitiga dan diletakkan diatas kepala serta ujungnya disimpulkan dileher. Orang
tua maupun perempuan setengah baha selain selendang sebagai penutup kepala,
mereka juga menggunakan Tudung Lingkup dari Kain Pelekat.
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk
Belanga Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian
baju ini terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk baju agak
longgar.
Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar
digunakan untuk sholat dan bertamu ke tetangga.
Jadi bentuk pakaian harian bagi orang Melayu Riau adalah:
Untuk kaum perempuan baju Kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh,
baju Kebaya Pendek.
Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung Cekak
Musang, celana setengah lutut untuk anak laki-laki.

2) Pakaian Resmi dan Setengah Resmi


Bentuk pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung Cekak
Musang harus dilengkapi dengan: kopiah, kain samping, sepatu atau capal. Kain
samping yang dipakai tergantung pada kemampuan seseorang; boleh kain pelekat,
kain tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.
Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam upacara keluarga, seperti; menghadiri
perkawinan, acara keagamaan, sunnat rasul, dll. Sedangkan pakaian resmi adalah
pakaian yang dipakai waktu menghadiri undangan dari Kerajaan, dari Pemerintah
atau menghadiri jemputan resmi dari suatu kegiatan. Tidaklah sopan seandainya kita
menghadiri upacara kekeluargaan atau jemputan yang terhormat dari suatu kegiatan
pemerintah yang masa dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan di Riau, kita memakai
pakaian Melayu namun tidak memakai kopiah dan juga kain samping, maka jelaslah
kita dicap orang yang tidak tahu adat sopan orang Melayu.
Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari Pemerintah,
atau menghadiri Rapat Dewan yang resmi kalau kita berpakaian Melayu harus
lengkap berbaju Melayu dengan tidak memakai kasut atau capal dan harisnya
memakai sepatu kulit.
Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra atau bahan-bahan
yang bagus seperti satin, atau bahan lainnya yang berkualitas.
Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada zaman kerajaan
Melayu pada masa jayanya, tidak dibenarkan memakai warna kuning, karena warna
kuning adalah warna kerajaan dan yang berhak memakai warna kuning adalah Sultan.
Untuk para Datuk dan Orang Besar Kerajaan dalam upacara resmi sering memakai
warna hitam, sedangkan warna kain boleh bebas kecuali warna kuning dan tidak
dibolehkan memakai baju hitam berkain hitam, pakaian demikian adalah hak
pemimpin yaitu Raja (Sultan). Sedangkan pakaian untuk orang lain boleh memakai
warna apa saja sesuai dengan kemampuan dan kemauannya juga selera, asalkan tertib
cara memakainya.
Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu Cekak Musang
yaitu leher berkerah setinggi 2 cm yang dalamnya dilapisi kain keras supaya kerah
Cekak Musangnya kelihatan lebih rapi. Pada leher dipasang dua buah butang baju,
dan 3 buah butang baju dibagian depan keras lebih kurang 22 cm dari leher ke dada.
Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah kopiah hitam dan
tidak memakai apa-apa di kopiah. Pada kopiah adakalanya dipakai kain putih yang
dibelitkan di kopiah pada upacara meninggalnya atau (mangkat) seorang Sultan atau
Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai untuk mengikuti upacara resmi ini adalah kain
samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan Indragiri,
tenunan Daek, dll.
Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang yang disebut ikat
kain dagang dalam, karena baju terletak diluar kain disebut ikat kain dagang luar.
Mengikat kain tidak boleh sembarangan karena sudah ada ketentuannya antara lain:
tinggi kain bagi orang dewasa hanya setinggi lutut, sedangkan orang sudah berumur,
tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang sudah lanjut usia umumnya memakai
kain sering jauh dibawah lutut.
Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju kurung
Teluk Belanga dan baju Kebaya Laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin
atau bahan brokat serta bahan yang bagus lainnya tergantung dengan kemampuan si
pemakai. Persyaratan baju Melayu kaum perempuan ini karena dia disebut Baju
Kurung maka jelas baju ini mengurung bagian aurat di badan agar tidak kelihatan,
tidak terlalu sempit, tidak terlalu tipis yang memperlihatkan kulit badan.
Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan, seperti: kain Siak,
tenunan Indragiri, tenunan Daek atau kain tenunan lain yang bercorak Melayu.
Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari
diatas lutut sedangkan orang tua 3 jari dibawah lutut. Untuk pemakaian kain adalah
dengan cara kepala kain diletakkan di muka.
Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget,
sanggul Lintang atau sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala ditutup
dengan kain tudung yang seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain tudung untuk
pakaian resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang anjang dan sekarang ini
kaum wanita yang Islam umumnya menggunakan jilbab.
Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki
dipakai kasut yang dipilih sesuai selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya
pakailah kasut yang memakai hak rendah atau hak tinggi. Warna yang dipakai dapat
dipilih sesuai dengan selera dan juga disesuaikan dengan suasana waktu siang atau
malam, agi atau sore.
3) Pakaian Upacara Adat
Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh Pemerintah
(Kerajaan) antara lain:
a. Upacara penobatan Raja & Permaisuri,
b. Upacara pemberian gelar
c. Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan,
d. Upacara menjunjung duli,
e. Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati,
f. Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat atau dari negara
lain yang bersahabat.
Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang
diatur oleh Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai
untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain samping sesuai dengan tingkat
derajatnya, stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau
Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat memakai tanjak hitam, demikian
juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna
hitam berkain samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai
pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.
FILOSOFI PAKAIAN MELAYU

A.Pakaian Melayu
Riau merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kejayaan Melayu dalam masa
silam. Peradaban yang diwariskan menjadi bukti nyata bahwa Melayu pernah bertapak
sampai ke puncak. Pelbagai macam bentuk warisan yang ditinggalkan mulai dari adab, adat,
bahkan sampai pada pakaian. Dalam konsep Melayu, pakaian sebagai budaya yang
kepadanya dilekatkan adab dan wajib dipenuhi. Maka, pakaian diatur sesuai dengan syarat
dan syarak. Mulai dari pakaian sehari-hari, pakaian resmi atau tidak resmi, pakaian
pembesar, pakaian adat, dan lain sebagainya.
Nilai-nilai keislaman menjadi ciri kemelayuan atau identitas Melayu itu sendiri.
Tentunya segala sesuatu asal selalu dilekatkan dengan akal budi, termasuk dalam
memberikan sebuah filosofis terhadap pakaian. Malu, tahu diri, tunjuk ajar, mengekalkan
Melayu, menegakkan tuah membangkitkan marwah, mendatangkan manfaat, dan menolak
bala ini dijadikan sebagai dasar menggambarkan bagaimana pakaian Melayu yang
sesungguhnya.

2.1 Filosofi Pakaian Melayu


Malu orang Melayu dalam berpakaian adalah malu melanggar syarak. Orang Melayu
tahu diri, seperti ungkapan yang lazim kita dengar “kalau hendak melihat orang yang tahu
diri, tengok kepada pakaian diri”. Tahu diri dapat dilihat dari ketentuan adat yang
menetapkan pakaian sesuai status pakaiannya, benar acara memakainya, tepat penggunaan,
betul tempat memakainya, benar tujuan memakainya, bersempurna pula alat dan
kelengkapan pakaian.
Ungkapan “kalau hendak melihat orang yang tahu diri, tengok kepada pakaian diri”
juga melekat pada budi orang Melayu. Prasa “pakaian diri” dalam ungkapan tersebut budi
orang Melayu juga tergambar dalam nilai-nilai bahasa, gerak laku, dan lain sebagainya.
Tunjuk ajar merujuk pada nilai yang dapat dilihat dari alat dan kelengkapannya, dari
penerapan motif dasarnya, dari cara memakai, dan sebagainya. Motif dan ragam hias
pakaian Melayu juga turut mengekalkan jati diri Melayu. Prinsip membuat pakaian adat
berdasarkan kepada kepatutan dalan syariat dan kelaziman pakaian Melayu yang diwarisi
secara turun temurun, sehingga orang dapat melihatnya dari kemelayuan itu di dalam
pakaian adatnya. Menegakkan tuah, membangkitkan marwah sebagai filosofi yang mengacu
kepada menegakkan tuah, membangkitkan marwah amat bayak ditemui dalam alat dan
perlengkapan pakaian adat Melayu. Hal ini dapat dilihat antara lain lambang-lambang
dipakai, jumlah alat dan perlengkapannya. Orang tua-tua mengatakan kalau memakai
pakaian adat, tua bangkit marwah melekat.

2.2 Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau


Pakaian Adat Melayu Riau ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun ada
beberapa macam-macam namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau, yaitu Pakaian
Adat Melayu Riau. Nilai Filosofi, Makna Pakaian Melayu Riau terletak pada Suatu karya
seni disebut indah apabila pertama dibuat dengan baik dan kedua mempunyai makna.
Sebagai suatu hasil kebudayaan, Baju Melayu Kepulauan Riau idealnya hendaklah molek
dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, indah menurut pemandangan mata
dan hati, dibuat dengan baik dan mempunyai makna-makna yang terkandung dalam
lambang-lambang.
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung
tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu
mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Dengan
bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian
menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. Berbagai ketentuan adat
mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian.
Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang
yang memakainya.
Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya.
”Semuanya dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian
berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan
dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi,
dan pakaian sebagai penolak bala. Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat
melayu. Pertama, baju melayu cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok.
Baju ini biasa digunakan pada acara-acara keluarga seperti kenduri.
Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah
untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini
terdiri dari celana, kain sampin dan penutup kepala atau songkok. Sedang pakaian kaum
perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang.
Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan
kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.
Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang
dikenakan kaum perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan
lengan. Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas. Bagi
perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas tiga
macam yaitu, siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. Dan tudung atau penutup kepala.

2.3 Filosofi pakaian Melayu Riau berdasarkan fungsinya


2.3.1 Fungsi Budaya
Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu
masyarakat. Secara umum, fungsi pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian
muncul berbagai aksesori dan ciri khas yang membedakan antara suatu masyarakat
dengan masyarakat yang lain. Di masyarakat Riau, pakaian menjadi simbol yang
dipakai dalam pelaksanaan upacara atau dalam acara-acara tertentu. Setiap upacara
mempunyai jenis pakaian yang berbeda yang tentu saja juga berbeda dengan pakaian
yang dikenakan sehari-hari.
2.3.2 Fungsi Estetik
Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai bentuk hiasan yang terdapat
dalam pakaian tersebut. Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian tradisional
Riau juga mengandung makna-makna tertentu. Misalnya, warna kuning mengandung
arti kekuasaan. Pakaian dengan warna seperti ini biasanya diperuntukkan bagi sultan
atau raja. Warna hitam mengandung makna keberanian. Pakaian dengan warna seperti
ini biasanya dipakai oleh para hulubalang dan para petarung yang melambangkan
ketangkasan mereka.

2.3.3 Fungsi Religius


Pakaian tradisional daerah Riau mengandung makna dan berfungsi keagamaan.
Pengaruh Islam dalam tata cara berpakaian sedikit banyak berpengaruh pada pakaian
daerah Riau, di mana fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Hal ini dapat kita
lihat pakaian perempuan yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan menutupi hampir
semua anggota tubuhnya. Selain dari bentuknya, fungsi religius pakaian tradisional
Riau juga terlihat dari simbol yang digunakan sebagai hiasan yang berbentuk bulan dan
bintang. Simbol tersebut mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan. Fungsi
religius busana Melayu di daerah Riau juga muncul di berbagai media yang mereka
gunakan untuk upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung tawar.

2.3.4 Fungsi Sosial


Pakaian tradisional Riau mengandung makna dan berfungsi secara sosial. Pakaian
tradisional Riau yang dipakai masyarakat, baik yang berasal dari golongan bangsawan
maupun masyarakat biasa adalah sama, yaitu baju kurung. Perbedaannya hanya terletak
pada bahan dan warna yang dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyarakat Riau warna
pakaian mempunyai lambang dan makna tertentu.

2.3.5 Fungsi Simbolik


Pakaian tradisional mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat diterka lebih
dahulu untuk mengetahui maknanya. Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian
tradisional, perhiasan, serta kelengkapannya terdapat pada kostum yang dipakai dalam
upacara-upacara tradisional. Busana bukan hanya dimaknai sebagai pakaian yang
dipakai, namun juga peralatan upacara yang digunakan. Beberapa makna yang
terkandung dalam busana tradisional masyarakat Melayu Riau misalnya sirih (lambang
persaudaraan dan kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat
bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-orang Melayu Riau memperlihatkan bahwa
hampir setiap apa yang mereka kenakan mengacu pada simbol-simbol tertentu.

2.4 Filosofi nilai yang terkandung pada Pakaian Adat Melayu Riau
2.4.1 Nilai Tradisi
Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah menjadi tradisi selama
bertahun-tahun. Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari busana
adat yang dikenakan, maka dapat dipelajari mengenai tradisi masyarakat yang
bersangkutan.
2.4.2 Nilai Pelestarian Budaya
Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari
semakin berkembang. Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu
Riau merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan busana
tradisional tersebut sama artinya dengan melestarikan kekayaan budaya Melayu.

2.4.3 Nilai Sosial


Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status seseorang. Selain itu, lewat nilai-
nilai yang dikandungnya, pakaian Melayu juga bermakna sebagai media untuk menyatukan
masyarakat. Nilai-nilai sosial itu muncul karena dalam pakaian tradisional tersebut tersemat
makna-makna tertentu yang dinilai dan ditafsirkan oleh masyarakatnya.
TATA CARA MENGENAKAN PAKAIAN MELAYU

A.Tatacara Berpakaian Melayu

Dalam Pakaian Cara Melayu (Siti Zainon Ismail, 2006:156) ada menjelaskan gabungan
jenis pakaian yang menjadikan pakaian Melayu itu satu persalinan yang lengkap. Beliau
merujuk kepada kain, baju dan seluar yang menjadi asas pakaian yang disebut tiga persalinan'
dan menjadi lebih lengkap apabila ditambah dengan hiasan kepala dan ikat pinggang, yang
disebut sebagai 'lima persalinan'. Dalam Sejarah Melayu juga menghadkan penggunaan
warna-warna yang membawa maksud kebesaran raja-raja daripada digunakan oleh
masyarakat umum, contohnya, warna warna kuning dan putih menjadi keutamaan dalam
istiadat raja-raja Melayu (Syed Ahmad Jamal, 1992).
Sungguhpun begitu, tatacara pakaian Melayu juga menitik beratkan perlambangan
sosial yang bermaksud untuk menjaga maruah diri si pemakai. Contohnya, bagi perempuan
yang sudah berkahwin, apabila berkain sarung hendaklah meletakkan kepala kain di bahagian
belakang. Sekiranya yang memakai kain sarung itu anak dara, maka kepala kain itu harus
berada di sebelah hadapan. Bagi lelaki pula, apabila memakai sampin, yang bujang haruslah
memakainya di atas lutut manakala yang sudah berkahwin memakai samping separas betis
(Tenas Effendy, 2005). Kaedah ini secara tidak langsung menjadi petunjuk kepada
masyarakat status pemakai tersebut dan seterusnya membatasi pergaulan mengikut adat
Melayu.
Tenas Effendy (2004) juga menggariskan lima etika berpakaian cara Melayu iaitu:
pantang membuka aurat, pantang terlalu nipis, pantang terlalu ketat, pantang mengada-ada
dan pantang memandai-mandai. Kelima-lima etika ini mencerminkan kesempurnaan rekaan
pakaian Melayu khususnya yang terdapat pada Baju Kurung. Begitu juga dengan maksud
kancing sebutir yang menutup bukaan leher baju tersebut dikatakan membawa maksud
keesaan Allah. Sementara jahitan tulang belut yang melingkari bulatan lubang leher
membawa maksud kekukuhan ukhwah dalam satu jalinan yang kemas dan rapat.

B.Pakaian Melayu Riau dan Tata Caranya

Pakaian baju Melayu Riau secara tradisional tempo dulu dapat dibagi antara lain sebagai
berikut:
1. Pakaian harian
2. Pakaian resmi dan setengah resmi
3. Pakaian upacara adat
4. Pakaian upacara perkawinan
5. Pakaian upacara keagamaan
Pada zaman kerajaan-kerajaan di daerah Propinsi Riau ini, orang memakai pakaian
menurut keperluan dan tempat serta kegiatan yang dihadapi, tidak dapat dilanggar semaunya.
Kalau kita langgar berarti kita melanggar adat, atau dalam tata cara berpakaian disebut tidak
sopan dan lebih keras lagi disebut tidak tahu adat. Maka dalam makalah ini kami akan
mencoba meguraikan secara singkat pakaian baju Melayu dan bagaimana memakainya
menurut urutan yang tersebut diatas.
1. Pakaian Harian
Yang dimaksud dengan pakaian harian adalah pakaian yang dipakai oleh orang
Melayu setiap harinya, baik masa kanak-kanak, remaja, orang setengah baya maupun
orang tua. Pakaian harian ini dipakai untuk melaksanakan kegiatan harian, baik untuk
bermain, ke ladang, ke laut, di rumah maupun kegiatan dalam kehidupan di masyarakat.
a. Pakaian harian masa kanak-kanak
Pakaian harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet yang dipakai oleh
anak-anak lelaki. Kalau dia sudah meningkat besar dia memakai baju kurung teluk
belakang atau baju kurung cekak musang dan ada kalanya memakai celana setengah
lutut, memakai kopiah atau ikat kepala dari kain empat persegi yang dilipat untuk
menghindarkan sengatan binatang yang berbisa, memakai kain samping ada yang
dikenakan secara utuh, ada pula yang dibelitkan dipinggang ataupun disandang dibahu.
Fungsi kain semasa anak-anak ini adalah untuk belajar Al Quran dan kegiatan
keagamaan seperti sholat dan lain-lain. Anak-anak perempuan yang belum akhil baligh
mereka memakai baju kurung teluk belanga yang biasanya satu stel dengan kainnya,
mereka bermain disekitar rumah, bermain galah panjang, main jengket, atau bermain
pondok-pondokan. Kalau sudah penat, dia bermain congklak ataupun serimbang. Kalau
dia di mesjid belajar membaca Al Quran serta belajar sopan santun dan adat istiadat
serta tingkah laku yang baik dan sopan terhadap orang tua, datuk dan neneknya.
b. Pakaian harian anak dewasa (Akil Baligh)
Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa ataupun perempuan, mereka memakai
baju kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, bertulang belut.
Untuk anak laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja mencari
nafkah, pakai baju Teluk Belanga Belah atau baju kurung Cekak Musang, memakai kain
samping, ikat kepala atau berkopiah. Kalau pergi ke laut atau ke ladang sering memakai
celana setengah lutut dengan lengan yang agak sempit supaya mudah melaksanakan
pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan keras.
Kain samping tetap dipakai terutama menjaga kesopanan dan aib dari orang dan
digunakan untuk sholat ataupun bertamu menghadapi orang tua-tua serta dapat
dipergunakan untuk mempertahankan diri. Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa
sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna mempertahankan diri dan berkesenian;
belajar zapin, membuat kelompok Mayong, sandiwara, bangsawan, dll.
Anak perempuan yang baligh harus mengenal adat istiadat yang kita sebut adat
Melayu, Jadi dia sebagai perempuan Melayu harus tahu sopan santun dan berbudi baik
dengan mengenal:
Beradat istiadat Melayu, beragama Islam, berbahasa Melayu. Tiga unsur ini bagi
anak perempuan sudah mulai ditanamkan semenjak kecil serta tata cara berpakaian
sudah ditunjuk ajarkan sedini mungkin, sehingga dia merupakan idaman dari pihak laki-
laki.
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju
Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain
Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah
dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah. Kain Tudung Lingkup
untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.
c. Pakaian orang tua dan setengah baya
Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada lehernya
bersulam bernama Tulang Belut. Baju ini longgar dan lapang dipakai, ada juga Kebaya
Laboh atau Kebaya Panjang hingga dibawah lutut. Kedua bentuk baju ini memakai
pesak atau kekek. Orang tua-tua ada juga yang memakai baju Kebaya Pendek dibawah
pinggul sering dipakai untuk bekerja di rumah atau di ladang dan ke laut. Kalau
perempuan setengah baya juga memakai seperti tersebut diatas, hanya bentuk bajunya
agak sempit dan pada umumnya berupa stelan baju dengan kain yang berbunga dan ada
kalanya polos. Sebagai penutup kepala mereka memakai selendang dari drihook bersegi
empat dan kemudian dibentuk segitiga dan diletakkan diatas kepala serta ujungnya
disimpulkan dileher. Orang tua maupun perempuan setengah baha selain selendang
sebagai penutup kepala, mereka juga menggunakan Tudung Lingkup dari Kain Pelekat.
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga
Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat
dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar.
Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar digunakan
untuk sholat dan bertamu ke tetangga. Jadi bentuk pakaian harian bagi orang Melayu
Riau adalah: Untuk kaum perempuan baju Kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh,
baju Kebaya Pendek. Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung
Cekak Musang, celana setengah lutut untuk anak laki-laki.
2. Pakaian Resmi dan Setengah Resmi
a. Bentuk pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung Cekak Musang
harus dilengkapi dengan: kopiah, kain samping, sepatu atau capal.
Kan samping yang dipakai tergantung pada kemampuan seseorang; boleh kain
pelekat, kain tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.
Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam upacara keluarga, seperti; menghadiri
perkawinan, acara keagamaan, sunnat rasul, dll. Sedangkan pakaian resmi adalah
pakaian yang dipakai waktu menghadiri undangan dari Kerajaan, dari Pemerintah atau
menghadiri jemputan resmi dari suatu kegiatan. Tidaklah sopan seandainya kita
menghadiri upacara kekeluargaan atau jemputan yang terhormat dari suatu kegiatan
pemerintah yang masa dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan di Riau, kita memakai
pakaian Melayu namun tidak memakai kopiah dan juga kain samping, maka jelaslah
kita dicap orang yang tidak tahu adat sopan orang Melayu.
Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari Pemerintah,
atau menghadiri Rapat Dewan yang resmi kalau kita berpakaian Melayu harus lengkap
berbaju Melayu dengan tidak memakai kasut atau capal dan harisnya memakai sepatu
kulit.
Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra atau bahan-bahan
yang bagus seperti satin, atau bahan lainnya yang berkualitas.
Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada zaman erajaan
Melayu pada masa jayanya, tidak dibenarkan memakai warna kuning, karena warna
kuning adalah warna kerajaan dan yang berhak memakai warna kuning adalah Sultan.
Untuk para Datuk dan Orang Besar Kerajaan dalam upacara resmi sering memakai
warna hitam, sedangkan warna kain boleh bebas kecuali warna kuning dan tidak
dibolehkan memakai baju hitam berkain hitam, pakaian demikian adalah hak pemimpin
yaitu Raja (Sultan). Sedangkan pakaian untuk orang lain boleh memakai warna apa saja
sesuai dengan kemampuan dan kemauannya juga selera, asalkan tertib cara
memakainya.
Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu Cekak Musang
yaitu leher berkerah setinggi 2 cm yang dalamnya dilapisi kain keras supaya kerah
Cekak Musangnya kelihatan lebih rapi. Pada leher dipasang dua buah butang baju, dan
3 buah butang baju dibagian depan keras lebih kurang 22 cm dari leher ke dada.
Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah kopiah hitam dan
tidak memakai apa-apa di kopiah. Pada kopiah adakalanya dipakai kain putih yang
dibelitkan di kopiah pada upacara meninggalnya atau (mangkat) seorang Sultan atau
Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai untuk mengikuti upacara resmi ini adalah kain
samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan Indragiri,
tenunan Daek, dll.
Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang yang disebut ikat
kain dagang dalam, karena baju terletak diluar kain disebut ikat kain dagang luar.
Mengikat kain tidak boleh sembarangan karena sudah ada ketentuannya antara lain:
tinggi kain bagi orang dewasa hanya setinggi lutut, sedangkan orang sudah berumur,
tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang sudah lanjut usia umumnya memakai
kain sering jauh dibawah lutut.
b. Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju kurung Teluk
Belanga dan baju Kebaya Laboh.
Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin atau bahan brokat serta bahan yang
bagus lainnya tergantung dengan kemampuan si pemakai. Persyaratan baju Melayu
kaum perempuan ini karena dia disebut Baju Kurung maka jelas baju ini mengurung
bagian aurat di badan agar tidak kelihatan, tidak terlalu sempit, tidak terlalu tipis yang
memperlihatkan kulit badan.
Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan, seperti: kain tenun
Siak, tenunan Indragiri, tenunan Daek atau kain tenunan lain yang bercorak Melayu.
Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari
diatas lutut sedangkan orang tua 3 jari dibawah lutut. Untuk pemakaian kain adalah
dengan cara kepala kain diletakkan di muka.
Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget,
sanggul Lintang atau sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala ditutup
dengan kain tudung yang seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain tudung untuk pakaian
resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang anjang dan sekarang ini kaum
wanita yang Islam umumnya menggunakan jilbab.
Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki
dipakai kasut yang dipilih sesuai selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya pakailah
kasut yang memakai hak rendah atau hak tinggi. Warna yang dipakai dapat dipilih
sesuai dengan selera dan juga disesuaikan dengan suasana waktu siang atau malam, agi
atau sore.
3. Pakaian Upacara Adat
Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh pemerintah
(Kerajaan) antara lain:
a. Upacara penobatan Raja & Permaisuri
b. Upacara pemberian gelar
c. Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan
d. Upacara menjunjung duli
e. Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati
f. Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat atau dari negara lain
yang bersahabat.
Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang diatur
oleh Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara
adat adalah warna hitam, berkain samping sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning
dan stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau
Sultan dalam upacara adat memakai tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna
kuning harus seluruhnya berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna hitam
berkain samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai pertanda
perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.
1) Pakaian adat untuk kaum Perempuan
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum
perempuan baik muda maupun tua sama saja. Baju yang dipakai adalah baju kurung
Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekaka
Musang.
Kepala memakai tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung Kain
Lingkup apabila masuk ke ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang
kemudian dijepit dipinggang.
Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti sanggul Jonget, sanggul
Lintang, dan sanggul Lipat Pandan. Perhiasan dipakai didada yang disebut dokoh dan
gelang serta anting-anting.
Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar adalah warna hitam
stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain. Warna kuning
hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan Tertinggi di daerahnya.
2) Pakaian adat untuk kaum laki-laki
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum lelaki
adalah baju kurung Cekak Musang, tidak dipakai baju kurung Teluk Belanga. Warna
pakaian adat kaum lelaki berwarna hitam dari bahan saten atau bahan sutera dilengkapi
dengan perlengkaan sebagai berikut:
a. Baju stelan dengan celana anjang samai ketumit,
b. Kain samping terbuat dari tenunan sendiri, seperti; tenun Siak, Indragiri, tenunan
Daek, dll,
c. Tanjak sebagai penutup kepala,
d. Bengkung pengikat pinggang,
e. Sebilah keris Melayu Sepukal, atau Tuasik atau Tilam Upih,
f. Kasut capal atau sepatu.
Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna
kuning atau hitam satu stel baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh dengan
taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen yang ditenun khusus. Sultan memakai
tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong Angin serta bertingkat
3 atau 5.
Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang,
biasanya keris yang anjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. Pakaian
adat dipakai pada upacara adat seperti penobatan Raja-Raja, emberian gelar,
penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat dan upacara adat yang digelar oleh
Kerajaan atau Pemerintah.
Memakai Bengkung tergantung tingkat seseorang dalam jabatannya dimasyarakat
adat atau jabatan dalam struktur Kerajaan, seperti: Orang Besar Kerajaan, Putera
Mahkota, angeran, kaum bangsawan, Datuk-Datuk, Datuk Bendahara, Datuk
Laksemana, Datuk Panglima, Penghulu, Batin, Tongkat (wakil Batin) dan para
pengawal.
Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan berwarna kuning,
sedangkan para pengawal memakai warna merah diujung lengan dan bengkung serta
ikat kepala berwarna merah. Kecuali para pengawal yang mendampingi Sultan kemana
saja adalah Hulubalang yang tangguh memakai pakaian hitam berkain samping kain
Lejo dan memakai bengkung warna kuning dan memakai les merah.
4. Pakaian Upacara Pengantin
a. Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang
Melayu Daratan tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak
Musang atau baju kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju
pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga kebawah menutup
mata kaki. Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin Melayu adalah:
1) Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan celana sama
warnanya,
2) Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya pengantin memakai
tanjak,
3) Memakai Sebai disebelah bahu kiri,
4) Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan,
5) Pakai Bengkung,
6) Pakai Keris,
7) Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga,
8) Membawa Sirih Lelat,
9) Pakai kasut capal atau sepatu kulit.
Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari
rumah ayah dan bundanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti
acara akad nikah dan acara lainnya pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak
Musang yang lengkap dengan memakai kopiah, kadang-kadang kopiah dihias dengan
permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan orang Bangsawan memakai lambang
Kerajaan.
b. Pakaian pengantin perempuan
Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam masyarakat
Melayu Riau terdapat beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan
dilaksanakan, seperti : acara malam berinai, uacara akad nikah, acara bersanding, acara
mandi damai serta acara berandam.
Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian
Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan pperhiasan serta
memakai sanggul Melayu.
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian
Melayu harian; Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga.
Rambut disanggul dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi
dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan bunga tanjung. Muka
pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah
berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban didada.
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga
atau baju kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung
Mente. Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai
dikanan dan duduk dikamar pengantin.
Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding : pengantin perempuan
memakai akaian Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap
dengan atributnya kepala memakai pekakas andam dan dikening diletakkan Ramen
perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas, dada dihiasi dengan Dokoh
bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, dilengan bawah memakai gelang patah
semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan emas.
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang
memakai pending emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan
dijari kelingking (kedua belah jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai
dengan kehendak pengantin berhak sedang yang disebut selepa. Pakaian waktu mandi
damai berpakaian baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya
Pendek yang dibuat khusus untuk upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah
suatu upacara untuk menyatakan syukur bahwa pengantin telah bersatu.
ADAT-ADAT MELAYU

A. ADAT DALAM MASYARAKAT MELAYU RIAU


Adat yang berlaku dalam masyarakat Melayu di Riau bersumber dari Malaka dan Johor,
karena dahulu Malaka, Johor, dan Riau merupakan Kerajaan Melayu dan adatnya berpunca
dari istana, Adat Melayu di Riau dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu adat sebenar adat,
adat yang diadatkan, dan adat yang teradat.
a. Adat Sebenar Adat
Yang dimaksud dengan “adat sebenar adat” adalah prinsip adat Melayu yang tidak
dapat diubah-ubah.
b. Adat yang Diadatkan
“Adat yang diadatkan” adalah adat yang dibuat oleh penguasa pada suatu kurun
waktu dan adat itu terus berlaku selama tidak diubah oleh penguasa berikutnya. Adat ini
dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan perkembangan zaman, sehingga dapat
disamakan dengan peraturan pelaksanaan dari suatu ketentuan adat.
c. Adat yang Teradat
Adat ini merupakan konsensus bersama yang dirasakan baik, sebagai pedoman dalam
menentuhan sikap dan tindakan dalam menghadapi setiap peristiwa dan masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat. Konsensus itu dijadikan pegangan bersama, sehingga
merupakan kebiasaan turun-temurun. Oleh karena itu, “adat yang teradat” ini pun dapat
berubah sesuai dengan nilai-nilai baru yang berkembang.
 Adat-Istiadat Dalam Pergaulan Orang Melayu Di Riau
a. Tutur-Kata
Dalam bertutur dan berkata, banyak dijumpai nasihat, karena kata sangat
berpengaruh bagi keselarasan pergaulan, “Bahasa menunjukkan bangsa”. Pengertian
“bangsa” yang dimaksud di sini adalah “orang baik-baik” atau orang berderajat yang
juga disebut “orang berbangsa”. Orang baik-baik tentu mengeluarkan kata-kata yang
baik dan tekanan suaranya akan menimbulkan simpati orang. Orang yang
menggunakan kata-kata kasar dan tidak senonoh, dia tentu orang yang “tidak
berbangsa” atau derajatnya rendah.
b. Sopan-Santun Berpakaian
Dari pepatah “Biar salah kain asal jangan salah cakap” juga tercermin bahwa salah
kain juga merupakan aib. Dalam masyarakat Melayu, kesempurnaan berpakaian
menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya budaya seseorang. Makin tinggi
kebudayaannya, akan semakin sempurna pakaiannya. Selain itu, sopan-santun
berpakaian menurut Islam telah menyatu dengan adat.
c. Adab dalam Pergaulan
Kerangka acuan adab dan sopan-santun dalam pergaulan adalah norma Islam yang
sudah melembaga menjadi adat. Di dalamnya terdapat berbagai pantangan, larangan,
dan hal-hal yang dianggap “sumbang”. Pelanggaran dalam hal ini menimbulkan aib
besar dan si pelanggar dianggap tidak beradab.
B. NILAI – NILAI ADAB MELAYU RIAU DALAM KEBUDAYAAN MELAYU RIAU
Nilai-nilai Islam akan mendominasi dan mengakar kuat dalam sistem budaya suatu
masyarakat apabila nilai-nilai Islam berakulturasi ke dalam budaya masyarakat melalui proses
yang intensif, gradual, akomodatif, empatif, dan berkelanjutan, bukan frontal dan konfrontatif
Dari sisi sosiologi, akulturasi Islam ke dalam suatu masyarakat dapat menjadikan Islam
sebagai suatu identitas dan pengikat solidaritas suatu komunitas (spirit de corps), karena itu
identitas dan solidaritas suatu komunitas tidak mutlak berdasarkan kesatuan etnis. Ia juga
dapat juga terbentuk atas kesatuan aqidah. Kesatuan sosial inilah yang disebut dengan ummat.
Dakwah islamiyah yang dilaksanakan dengan pendekatan cultural, akomodatif –
empatik, menghasilkan respon yang positif-simpatik, dapat menekan intensitas konflik karena
perbedaan sistem dan orientasi nilai, mengembangkan toleransi, saling menghormati, dan
menerima kemajemukan keberagaman umat sebagai realitas historis dan manusiawi. Secara
empiris, akulturasi Islam ke dalam budaya Melayu Palalawan, telah menjadikan Islam sebagai
identitas kemelayuan orang Pelalawan, sehingga identitas kemelayuan tidak selamanya
didasarkan pada faktor genetis, tapi juga dapat terbentuk atas dasar aqidah.
Dengan demikian, “Melayu” adalah konsep terbuka yang dapat dimasuki siapa saja
melalui koridor Islam. Sebaliknya kemelayuan orang Melayu akan hilang apabila tidak
berbajukan Islam. Secara praktis operasional, penelitian ini memberi kontribusi bahwa orang-
orang Melayu akan mencapai kemajuan apabila pandangan hidup mereka yang dogmatis-
mistis ditransformasikan kepada pandangan hidup yang rasional empiris melalui transformasi
pemikiran dan pemahaman mereka atas Islam dan nilai-nilai budayanya sendiri, sehingga
keberagamaan dan keberbudayaan orang-orang Melayu menjadi lebih rasional.
C. SISTEM KEMASYARAKATAN DALAM KEBUDAYAAN MELAYU RIAU
Jika pada mulanya suatu kampung di Riau didiami oleh mereka yang sesuku, maka pada
perkembangan kemudian telah banyak penduduk baru yang bukan sesuku merupakan
penduduk pendatang yang ikut berdiam di kampung tersebut. Datangnya penduduk baru
mungkin disebabkan perkawinan dan ada pula disebabkan adanya mata pencaharian ditempat
tersebut. Dengan demikian, masyarakat kampung tadi tidak terikat oleh karena kesatuan suku,
tetapi dengan perkembangan baru itu, ikatan tersebut tidak lagi bersifat kesukuan, tetapi
terikat karena kesatuan tempat tinggal dan kampung halaman.
Kampung-kampung tersebut dipimpin oleh seorang kepala kampung yang disebut
“Penghulu” dan sekarang merupakan pamong desa yang dipilih berdasar peraturan
pemerintah.
Disamping penghulu ini terdapat pula pimpinan bidang agama, yaitu “imam”. Imam
inilah yang mengurus segala persoalan yang menyangkut keagamaan, seperti menjadi imam
mesjid, pengajian dan pelajaran agama, nikah/cerai/rujuk, pembagian warisan, pengumpulan
zakat dan lainnya. Dengan demikian penghulu dengan didampingi oleh imam merupakan
pimpinan kampung.
1. Pimpinan dalam kesatuan hidup setempat
Terdapat bermacam-macam sebutan untuk pimpinan dalam kesatuan hidup setempat.
Pada mulanya struktur kesatuan hidup setempat berdasarkan kesukuan, maka pemimpin
adalah kepala suku atau kepala hinduk. Gelar kepala suku atau kepala hinduk ini
bermacam-macam, sebagai berikut :
a. Datuk = disamping menjadi kepala suku, sekaligus menjadi pimpinan territorial yang
agak luas yang mencakup dan membawahi beberapa kepala suku dan hinduk-hinduk.
b. Penghulu, batin, tua-tua, jenang dan monti adalah gelar untuk kepala suku dan hinduk-
hinduk.
Perkembangan kemudian menyebabkan pula perobahan batas-batas territorial, kalau
pada mulanya territorial mengikuti suku, yaitu dimana suku tersebut menetap, maka
lingkungan tempat tinggalnya itu menjadi daerah kekuasaannya. Tetapi keadaan ini
kemudian berbalik, yaitu suku yang mengikuti territorial. Teritoir ini kemudian disebut
“kampung”, “rantau” atau “banjar”. Mereka yang tinggal dalam lingkungan teritoir tadi
mejadi penduduk kampung dan dengan sendirinya kampung ini mencakup beberapa
kesukuan. Untuk kampung, rantau atau banjar ini diangkat seorang kepala kampung yang
disebut “penghulu”.
2. Hubungan sosial dalam kesatuan hidup setempat
Dikampung-kampung penduduk saling mengenal satu sama lain, karena masyarakat
kampung memiliki rasa keterikatan antara satu sama lainnya masih kuat.
Kerukunan merupakan cirri khas dari masyarakat kampung-kampung tersebut.
Adanya kerukunan ini bukan disebabkan karena paksaan dari luar berupa sangsi-sangsi
hukuman yang keras, tetapi memang timbul dari hati nurani yang dipengaruhi oleh norma-
norma yang hidup dimasyarakat itu.
Mulai dari gerak-gerik, sikap dan pembawaan dipengaruhi oleh faktor ini.
Menghindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan aib dan malu merupakan fakor
pendorong untuk terus berbuat dan bersikap baik terhadao sesamanya dan perasaan yang
demikian lebih kuat dibandingkan dengan perasaan berdosa. Segala tindakan harus dijaga
supaya tidak menimbulkan “sumbang mata”, “sumbang telinga”, “sumbang adab”. Secara
keseluruhan haruslah dihindari hal-hal yang menyebabkan orang di cap sebagai seorang
yang “tidak tau adat’.
Dengan demikian jelaslah, norma-norma yang bersifat lebih besar pengaruhnya,
sehingga jarang dijumpai adanya pertikaian dan sengketa. Dalam hal ini pengaruh
kepemimpinan penghulu dan imam merupakan saham yang besar, sehingga pertikaian-
pertikaian yang timbul segera dapat didamaikan.
D. STRUKTUR KEMASYARAKATAN DALAM KEBUDAYAAN MELAYU RIAU
Masyarakat Melayu Riau pada dasarnya terdiri dari dua dua stratifikasi Sosial atau
golongan, yaitu golongan masyarakat asli dan golongan penguasa atau bangsawan kesultanan.
Meskipun demikian, struktur sosial orang Melayu Riau sebenarnya longgar dan terbuka bagi
kebudayaan lain. Sehingga banyak orang Arab dan Bugis yang menjadi bangsawan.
Wan adalah gelar bangsawan bagi orang Arab dan raja adalah gelar kebangsawanan
orang Bugis. Mereka juga mendapat kedudukan yang sangat tinggi (Sultan Siak dan Sultan-
sultan Kerajaan riau-Lingga). Sedangkan, gelar bangsawan untuk orang Melayu adalah
tengku. Pada awalnya kepala-kepala suku yang menguasai hutan tanah, “territorial” bernaung
di bawah kerajaan Johor. Namun setelah Raja Kecil dapat meduduki takhta Kerajaan Johor,
terpaksa Keluarga kesultanan meninggalkan Johor dan membuka kerajaan baru di sungai
Siak, maka kerajaannya dinamakan “Kerajaan Siak Sri Inderapura”. Dalam keadaan yang
baru ini, pembagian golongan dalam masyarakat Riau mulai berlaku.
Jika pada mulanya yang ada hanya kepala suku sebagai puncak dan anggota sukunya
sebagai dasarnya, maka dengan adanya Sultan beserta keturunannya, terjadilah tingkatan
sosial baru sebagai berikut: Raja/Ratu dan Permaisuri yang merupakan tingkat teratas.
Keturunan Raja yang disebut anak Raja-raja, merupakan lapisan kedua. Orang baik-baik yang
terdiri dari Datuk Empat Suku dan Kepala-kepala suku lainnya beserta keturunannya
merupakan lapisan ketiga. Orang kebanyakan atau rakyat umum, merupakan tingkatan
terbawah.
Adanya tingkatan sosial tersebut membawa konsekuensi pula dibidang adat istiadat dan
tata cara pergaulan masyarakat. Makin tinggi golongannya semakin banyak hak- haknya,
seperti; keistimewaan dalam tata pakaian, tempat duduk dalam upaca-upacara pun
menunjukan adanya perbedaan itu.
Pada perkembangan kekinian, seiring dengan perubahan ketatanegaraan akhirnya
berubah juga stratifikasi sosial ini. Saat ini ketentuan-ketentuan adat ini sudah tidak mengikat
lagi dan pada umumnya sudah disesuaikan dengan alam demokrasi sekarang. Sehingga
perbedaan golongan tingkat ini sudah tidak kelihatan lagi dalam pergaulan. Pada waktu ini
lebih diutamakan kepribadian, kedudukan dan keadaan materiel seseorang menurut ukuran
sekarang.
Dalam upacara perkawinan misalnya, bagi mereka yang mempunyai kemampuan
materiel, bisa memakai pakaian dan perlengkapan yang seharusnya diperuntukan bagi seorang
Raja atau Sultan. Dalam upacar adat yang diadakan sekarang, yang dianggap tinggi adalah
pejabat-pejabat pemerintah sesuai menurut kedudukannya sekarang, bukan lagi Datuk-datuk
atau Tengku-tengku. Upacara adat sekarang sudah beralih fungsinya. Adanya upacara adat ini
hanya sekedar menunjukkan identitas suku bangsanya dengan kejayaannya dengan masa
lampau.
Dengan demikian, perkembangan budaya dalam pemahaman nation atau negara
Indonesia hari ini, tidak mengenal kasta, strata, jenis tertentu dalam masyarkat. Hal ini
menunjukkan sisi egalitarian bangsa Indonesia dalam menyikapi ragam budaya, serta garis
sejarah yang panjang di masing-masing daerahnya.
Dengan sifat egalitarian ini, sangat memungkinkan perbedaan yang ada bisa kita duduk
sejajar dalam bermasyarakat meski berasal dari asal usul, golongan atau nenek moyang yang
berbeda. Dan pentingnya pembelajaran adat dan budaya nenek moyang adalah untuk
memahami makna filosofis yang terkandung bukan untuk memperdalam jurang pemisaha
kebhinekaan kita.
MAKANAN KHAS BUDAYA MELAYU

A.Makanan dan Minuman Khas Melayu Riau


Provinsi Riau memiliki banyak makanan dan minuman khas melayu yang sangat enak.
beberapa di antaranya ialah :

1. Bolu KemojoBolu

Kemojo adalah makanan khas Pekanbaru, yang dipopulerkan kembali olehibu


Dinawati yaitu pada tahun 1998. Kue Bolu ini sebelumnya hanya dibuat untuk
sekedar konsumsi dalam keluarga saja, dan tidak dijual secara komersial apalagi
dijualsebagai makanan oleh-oleh kota pekanbaru. Tapi dengan tekad yang kuat untuk
menjadikan kue bolu ini sebagi makanan khas riau, dan kemudian beliau
merintismembuka gerai pertamanya yang berkantor di Jalan Pelajar, yang sekarang
jalantersebut berubah menjadi Jalan KH.

Bahan Membuat Kue Bolu Kemojo

1. Tepung terigu 300 gram

2. Telur ayam 6 butir

3. Santan kental + air pandan 500 cc

4. Margarin 250 gram

5. Gula 250 gram

6. garam 1/2 sendok teh

7. Vanili secukupnya

Cara Membuat Kue Bolu Kemojo

1.Campurkan Telur dan gula aduk rata kemudian tambahkan air santan, tepungterigu serta
margarin. Aduk rata Kembali

2.Siapkan cetakan kue bolu kemojo, Tuangkan adonan kue bolu kemojo kecetakan bolu
panggang dengan oven panas bersuhu 170 c kurang lebih 45 menit.

3.Angkat dan siap disajikan Kue Bolu Kemojo

2. Roti Jala & Roti Canai

Roti jala & Roti Canai adalah makanan yang berasal dari India dan di adopsi
olehIndonesia. Biasanya makanan ini disuguhkan bersama kare.Berikut adalah resepi Roti Jala
Mudah.Bahan-bahan:

1. 150gm atau 1 cawan tepung gandum


2. 1biji telur.

3. 150ml air

4. 150ml susu segar atau boleh digantikan dengan santan

5. 3 sudu mentega cair

6. Secubit garam

7. Secubit serbuk kunyit

Cara Membuat:

1.Masukkan susu, air, telur, garam dan kunyit ke dalam blender dan blendseketika dan kemudian
masukkan tepung dan blend lagi sehingga sebati.Tapiskan adunan dan masukkan ke dalam
acuan. Boleh gunakan botol minumanair mineral yg ditebuk penutupnya.

2.Panaskan kuali leper, atau non stick pan dan letakkan sedikit minyak

3.Kiraikan di atas kuali leper. Apabila roti kelihatan kekuningan dan agak garing boleh
gulungdan hidangkan.

3.Asidah Kue

Ini namanya Asidah, teksturnya lembut dan rasanya manis perpaduan rempah
sptcengkeh, kayu manis dan daun pandan. yg anehnya kue ini dimakan pake bawanggoreng. kue
ini bisa dibentuk sesuka hati.

Bahan :- 2 gelas tepung terigu- 1 butir telur ayam- 1 gelas gula pasir - 3 gelas air - 2 biji
bunga cengkeh dan 1 cm kulit kayu manis (ditumbuk halus)- 1 ons bawang diiris goreng kunig
kecoklatan- 100 gram mentega di cairkan- 1/2 sendok teh garam- 6 sendok makan minyak untuk
menggoreng bawang- 1 lembar daun pandan dimemarkan

Cara Membuat :1.Bawang di iris lalu di goreng hingga kuning kecoklatan, angkat
ditiriskanminyaknya.

2.Masukkan mentega kedalam minyak bekas menggoreng bawang hinggamentega


mencair dan menyatu dengan minyak, lalu angkat.

3.Tepung diayak lalu diaduk bersama gula pasir + air 3 gelas air + garam +kocokan telur
ayam + bubuk bunga cengkeh, kulit kayu manis + daun pandan,lalu adonan diaduk rata sampai
semua larut.
4.Saring adonan kedalam wajan hingga menghasilkan adonan yang halus, dimasak diatas
api sedang diaduk dan masukkan campuran mentega dan minyak sedkitdemi sedikit sisakan kira-
kira 5 sendok untuk olesan, diaduk terus hinggamenjadi adonan yang licin dan tidak lengket.

5.Angkat adonan lalu dibentuk didalam piring sesuai dengan keinginan, olesicampuran
mentega dan minyak lalu taburi bawang goreng, Asidah sudah siapuntuk dinikmati.

4.. Kue Bangkit

Kue kering ini berbahan dasar tepung rasanya manis,renyah dan enak. Rasanya
manislegit dengan rasa lembut dilidah, juga gurih.BAHAN :550 gr tepung tapioka, disangrai
(bisa juga memakai tepung sagu)(Setelah disangrai, ambil 420 gr untuk adonan, sisanya untuk
menaburi cetakan supayatidak lengket)8 lembar daun pandan, potong menjadi 3 bagian2 butir
kuning telur 170 gr gula halus140 – 160 ml santan (disesuaikan kadar kekeringan
tepung)Pewarna merah untuk menghias

CARA MEMBUAT :

1. Sangrai tepung bersama dengan potongan-potongan daun pandan dalam wajanselama


75 menit menggunakan api kecil, hingga tepung menjadi sangat ringan dansedikit menguning
serta daun pandan menjadi garing. Dinginkan.

2. Alasi loyang dengan margarin. Panaskan oven pada suhu 160°C.

3. Kocok kuning telur hingga mengembang, masukkan gula halus dan tambahkan 70-
80ml santan. Kocok hingga rata.

4. Ayak tepung ke atas baskom bersih. Masukkan adonan telur dan gula halus.

5. Secara bertahap, masukkan sisa santan, aduk dengan tangan sampai adonan
menjadimerata dan cukup kokoh untuk dicetak, tidak terlalu kering ataupun terlalu basah.

6. Giling adonan setebal 1-1,5 cm. Beri sedikit tepung pada cetakan (bisa
menggunakankuas), cetak adonan dengan bentuk bunga atau lainnya sesuai selera kemudian
letakkandi atas loyang. Susun dan rapikan. Ulangi sampai semua adonan habis.

7.Panggang dalam oven selama +/- 25 menit pada suhu 160°C.8.

8.Setelah matang, keluarkan dan dinginkan, kemudian beri sedikit pewarna merahuntuk hiasan.
Simpan dalam toples yang tertutup rapat.
5. Cencaluk

Cencaluk ialah sejenis lauk dalam hidangan tradisional melayu. makanan ini dibuat
dariudang halus, cencaluk mengandungi kandungan protein yang tinggi.Proses pembuatan
cencaluk memerlukan beberapa kaedah untuk membuatnya dan ia perlu dilakukan dengan teliti
bagi memastikan mutu serta kualiti cencaluk itu sedapdirasa apabila dimakan.Udang geragau
yang segar, iaitu tanpa direndam dengan air, akan dicampurkan dengangaram,dan
sedikitnasi,iaitu sama seperti bahan- bahan untuk membuatbelacan. Setelah ketiga-tiga bahan
sudah menjadi sebati, ia seterusnya akan dimasukkan kedalam sebuah bekas, iaitu pasu, guri
atautempayankecil. Pasu dan tempayan kecil itukemudiannya ditutup dengan kain bersih untuk
diperam selama tiga hari.

Ada juga pembuat cencaluk yang menambahkan sedikit air didih nasi bagi menambah
kesedapancencaluk.Apabila cencaluk sudah diperam dan sesuai untuk dimakan, ia boleh
disedapkan lagisewaktu dimakan sebagai lauk dengan nasi melalui dua cara:cencaluk dicampur
denganlada basah danbawang besar yang dihiris.Kemudiania akan dicampur dengan
perahanlimau nipisataulimau kasturi;ataupuncencaluk dicampurkan dengan sedikit lada basah
dan sehiris duahalia, kemudian digoreng dengantelur.

6. Lempok Durian

Lempuk Durian adalah salah satu Jenis Makanan Khas dari Riau yang terbuat dariDurian,
lempuk ini berbentuk seperti dodol. Selain di Riau,lempuk juga dapat dijumpaidi daerah lain di
Sumatera. Siapa yang tak kenal dengan lempuk durian, "MakananKhas Riau" ini berasal dari
Kabupaten Bengkalis, bahkan lempuk sudai menjadi ikonBengkalis, jika kita berkunjung ke
Bengkalis kurang lengkapnya jikanya tidak membeli buah tangan Lempuk Durian.

Bahan-bahan Lempok Durian Manis Legit :

 4 sampai 5 kg durian matang (lebih bagus yang matang di pohon)

 1 kg gula putih/pasir

 1 sendok teh Garam

Alat Untuk Membuat Lempok Durian Manis Legit :

3. Golok/Pisau besar

4. Kompor
5. Panci besar/kuali

6. Adukan Dodol

7. Plastik mengemas Lempok

7.Laksamana Mengamuk

Es Laksamana Mengamuk merupakan minuman dingin yang menggunakan buah


kuinisebagai bahan utama. Konon, keberadaan minuman ini berawal dari
mengamuknyaseorang laksamana di kebun kuini. Laksamana tersebut mengamuk
lantaran istrinyadibawa lari oleh pemilik kebun kuini tersebut. Sang laksamana menebas-
nebaskan pedangnya ke seluruh penjuru, hingga puluhan buah kuini hancur karena
kemarahannyaini. Usai sang laksamana menuntaskan kemarahannya dan pulang, orang-
orang disekitar kebun kuini mengambil puluhan buah kuini yang sudah tercincang
danterhampar di rumput. Pada awalnya, orang-orang tersebut bingung, akan diapakan
buahkuini yang telah terpotong-potong tersebut. Hingga salah seorang
wantia,mencampurkan potongan-potongan buah kuini itu dengan air santan dan gula
merah.Jadilah minuman segar, yang pada waktu itu, langsung dinikmati oleh
orangsekampung.

Bahan Es Laksamana Mengamuk:

Mangga kweni, dikupas, dipotong – potong kotak 300 gram

Kelapa muda 1 buah dikeruk panjang

Selasih 1 sendok teh yang direndam

Es batu 600 gramBahan Kuah:

Santan dari 1 butir kelapa 600 ml

Garam ¼ sendok the

Daun pandan 3 lembar diikat simpulBahan Sirup:

Air 250 ml

Gula pasir 250 gram

Garam ¼ sendok teh

Daun pandan 2 lembar diikat simpul


Cara membuat Es Laksamana Mengamuk:

1.Kuah, rebus santan, garam, dan daun pandan sambil diaduk sampai mendidih.Dinginkan.

2.Sirup, rebus air, gula pasir, garam, dan daun pandan di atas api kecil sampaimengental.
Dinginkan.

3.Tata mangga, kelapa muda, selasih, dan es batu dalam mangkuk.

4.Sajikan bersama kuah dan sirupnya.

8. Air Mata Pengantin

Es air mata pengantin terdiri dari bermacam agar-agar berwarna-warni. Es ini


sekaligusdilengkapi biji selasih, nata de coco, dan blewah serta serutan es batu.Bahan
Utama:-1 bungkus agar-agar bubuk putih-700 ml air -75 gram gula pasir -pewarna merah,
kuning, dan hijau-3 sendok makan biji selasih (siap pakai)-200 ml sirup cocopandan-800
ml air -es serut secukupnya

Cara Membuat:1. Rebus agar-agar dan gula pasir dalam 700 ml air sampai
mendidih selanjutnya angkatdan bagi menjadi 3 bagian.2. Warnai masing-masing adonan
dengan warna merah, kuning, dan hijau lalu bekukan.Serut agar-agar memanjang.3.
Tuang agar, selasih, sirup, dan air lalu aduk dan tuang ke gelas. Tambahkan es serutlalu
sajikan untuk 8 gelas

9.Tapai Hijau

Khas TembilahanDan kuliner atau Makanan Khas Tembilahan yang terkahir


adalah Tapai Hijau. Tapai hijau terbuat dari beras ketan, sedangkan warna hijau
didapatkan dari daun katuk. Jadi, tapai berwarna hijau ini hanya ada di Inhil.Soal rasa
Tapai Hijau tidak perlu ditanyakan lagi karena tapai ini difermentasi dan diolah dengan
cara yang unik. Tapai hijau ini sangat cocok untuk dijadikan oleh-oleh untuk orang-orang
tersayang di rumah.

10.Mie Sagu

Mie sagu adalah salah satu makanan khas Riau yang cukup unik. Jika mi di kota
laindibuat dari tepung terigu maupun tepung lain, mi sagu adalah mi yang terbuat dari
sagu. Saguini sama dengan sagu yang menjadi makanan pokok di daerah Papua.
Teksturnya sedikitlengket namun tetap enak, gurih, serta lezat.Mi sagu juga menjadi
salah satu makanan yang paling banyak diburu wisatawan saatberkunjung ke Riau.
Makanan ini termasuk kuliner sehat dan bahkan aman untuk kamu yangsedat diet
ataupun pemilik diabetes. Ini karena kandungan gula dalam sagu tidak
terlalubanyak jika dibandingkan dengan bahan lainnya.Di Riau, mi sagu disajikan dengan
tauge, irisan ayam, taburan bawang goreng danseledri, tauge, dan ikan teri sambal
goreng. Mi sagu ini berbentuk kering karena disajikantanpa kuah. Meski begitu, tekstur
mi sangat kenyal sehingga enak untuk disantap kapan saja

11. Bolu Berendam

Bolu Berendam adalah salah satu kue atau Makanan Khas Tembilahan yang juga
takboleh kalian lewatkan untuk dicoba. Diberi nama Bolu Berendam karena bolu
tersebutdirebus terlebih dahulu, kemudian dihidangkan dalam keadaan basah. Bolu yang basah
inibegitu berbeda dengan bolu pada umumnya. Bolu khas Indragiri Hilir ini menjadi
makanankerajaan pada zaman dahulu.Menurut cerita, Bolu Berendam ini adalah makanan
kesukaan para raja di KerajaanIndragiri. Faktanya saat ini, Bolu Berendam begitu digemari oleh
semua kalangan, dari anakhingga dewasa. Pada masa kini, bolu ini hanya dihidangkan pada
acara-acara tertentu sepertiacara pernikahan dan hari raya, yaitu Idul Ftri dan Idul Adha.

12. Ayam Merah,

Makanan Khas TembilahanSatu lagi kuliner atau Makanan Khas Tembilahan yang jug
atak aklah enaknya untukdicoba yakni Ayam Merah. Ayam merah adalah makanan khas suku
banjar yang dimasakdengan cabai merah dan lebih banyak saus tomat.Faktanya, ayam merah
sekarang menjadi makanan khas yang menjadi favoritmasyarakat Inhil (Indragiri Hilir).
Masakan ini selalu dihidangkan dalam berbagai acara besar seperti pertemuan
keluarga,hajatan,kenduri, dan sebagainya
MAKANAN KHAS BUDAYA MELAYU

1.Kue Bangkit
Jika Anda menderngar nama kue ini, mungkin yang terlintas di benak Anda adalah nama kue
yang diidentikkan dengan nama pembuatnya. Pada kenyataannya, kue ini disebut sebagai kue
bangkit karena setelah dikeluarkan dari oven, kue ini akan memiliki ukuran dua kali lipat lebih
besar dari adonan awalnya. Terbuat dari adonan telur, tepung terigu, dan mentega pilihan, kue
bangkit ini cocok menemani acara kumpul keluarga maupun dijadikan oleh-oleh. Tampilan kue
bangkit sendiri dirasa sangat menggugah selera karena kue yang berwarna putih seperti salju
dihias noktah merah diatasnya. Ketika dikunyah, tekstur kue yang lembut akan menjadikan Anda
tidak butuh waktu lama untuk menelannya.

2. Sup tunjang

Ketika Anda berkunjung ke kota Batam maupun Riau tentu adat Melayu akan sangat terasa
dan disini Anda bisa menikmati salah satu hidangan khas dikala musim dingin yaitu sup
Tunjang. Sup yang satu ini sekilas terlihat seperti sop buntut, yang membedakan menu ini
dengan sup buntut adalah komponen tambahan yang disajikan didalam sup selain sumsum sapi.
Sup tunjang dibuat dari beragam bahan rempah, seperti cengkeh, kayu manis, jahe, bawang
putih, dan bawang merah. Citarasa gurih manis yang diberikan sup ini bisa membantu
mengembalikan stamina Anda yang sudah menurun setelah seharian bekerja.

3. Ikan asap selais

Jika Anda berkunjung ke kota Riau yang sangat kental dengan budaya Melayu, jangan lupa
untuk mencicipi ikan asap selais. Di Jakarta, ikan jenis ini umumnya hanya digoreng atau
dijadikan ikan asin. Namun demikian, di kawasan Riau yang masih kental dengan budaya
Melayu, ikan ini diolah dengan bumbu gulai dan pindang. Keunikan ikan ini adalah tampilannya
yang sudah seperti ikan asap, sehingga saat disajikan, rasanya akan lebih nikmat apabila disantap
dengan sambal.

4. Konde Cik Puan

Makanan khas Melayu yang satu ini mungkin namanya terdengar agak sedikit aneh, yaitu
Konde Cik Puan. Hal ini terdengar aneh karena namanya bukanlah seperti nama makanan,
melainkan nama sebuah barang, yaitu Konde milik Cik Puan.
Meskipun memiliki nama yang aneh, namun rasa dari sajian ini bias membuat siapapun yang
mencobanya ketagihan. Konde Cik Puan ini merupakan sajian yang bahan dasarnya dari talas
yang dihancurkan dan dikukus. Kemudian talas dicampur dengan bumbu dan berbagai bahan
lainnya, seperti tepung kanji, garam dan penyedap rasa. Bahan-bahan tersebut kemudian diaduk
hingga menjadi sebuah adonan. Setelah itu, sajian ini diberi tambahan kacang hijau dan dikukus
sampai matang.

5. Batu Permata di Sungai Rokan

Tak hanya Konde Cik Puan yang enjadi makanan khas Melayu dengan nama unik, ada satu
lagi kuliner yang memiliki nama tak kalah unik, yaitu Batu Permata di Sungai Rokan. Bagi yang
belum tahu, mungkin akan mengira nama tersebut bukanlah nama dari sebuah minuman,
melainkan nama batu permata yang ditemukan di Sungai Rokan.

Batu Permata di Sungai Rokan ini sebenarnya adalah nama minuman khas Melayu yang terbuat
dari nangka, mentimun, kelapa muda, cincau, gula, vanili, garam, air dan es batu secukupnya.
Meskipun namanya terdengar aneh, namun rasanya sangat segar.
6. Soto Mak Paru Terkejut

budaya-indonesia.org

Makanan khas Melayu yang satu ini juga memiliki nama yang tak kalah aneh dan terkesan unik,
yaitu Soto Mak Paru Terkejut. Disebut sebagai Soto Mak Paru Terkejut bukanlah tanpa alasan
karena soto ini menggunakan bumbu rempah-rempah dalam proses pengolahannya.

Rempah-rempah yang digunakan ini menghasilkan rasa pedas dan asam sehingga saat Anda
menyantap sajian ini maka Anda akan terkejut. Untuk itulah mengapa sajian ini diberi nama Soto
Mak Paru Terkejut.

Tak hanya rempah-rempah, soto initerdiri dari berbagai bahan seperti daging sapi, kentang, mie
soun, kacang kedelai, toge dan emping yang menjadi bahan utamanya.
7. Nasi Lemak

Nasi Lemak juga menjadi salah satu makanan khas Melayu yang cukup populer dan paling
diburu oleh wisatawan. Nasi Lemak banyak ditemui di kawasan Riau dan juga Malaysia, Brunei
Darussalam serta Singapura.

Nasi Lemak ini memang sering disantap oleh masyarakat Melayu dan menjadi salah satu
makanan yang cukup mudah dijumpai disana. Nasi Lemak ini terdiri dari nasi yang diolah
dengan santan serta daun pandan sehingga menghasilkan rasa yang gurih dan aroma yang sangat
sedap.

Biasanya Nasi Lemak ini disajikan dengan beberapa lauk, seperti teri, sambal, cabai, telur dan
mentimun. Tak hanya itu, nasi lemak juga bisa dinikmati dengan tambahan lauk seperti tahu,
tempe hingga cumi.

8. Nasi Kunyit
Dari seluruh makanan khas Melayu yang disebutkan, mungkin sajian yang satu ini cukup
familiar bahkan sering kali Anda nikmati. Nasi Kunyit ini merupakan sajian nasi yang dipadukan
dengan kuyit dan berbagai bumbu rempah.

Nasi Kunyit ini disajikan layaknya nasi tumpeng yang banyak ditemukan di Pulau Jawa. Tak
hanya itu, nasi ini juga dihiasi dengan berbagai lauk yang mengitarinya sehingga sajian ini tak
hanya memiliki bentuk yang menarik namun juga rasa yang sangat nikmat.

9. Mie Lendir

Makanan khas Melayu yang wajib untuk Anda coba selanjutnya adalah Mie Lendir. Mie
Lendir ini merupakan sajian yang banyak di temukan di Riau dan terkenal karena memiliki cita
rasa yang nikmat juga khas.

Berbeda dengan mie yang biasa kita nikmati, Mie Lendir ini disajikan dalam bentuk yang unik
yaitu dengan campuran sagu dan berbagai bumbu rempah lainnya. Sagu tersebut dijadikan
sebagai kuah mie dan membuat rasanya menjadi semakin kenyal seperti berlendir.
10. Gulai Rampai

Makanan khas Melayu yang wajib untuk dicoba selanjutnya juga masih berupa gulai, yaitu
Gulai Rampai. Sama halnya dengan Gulai Ayam Kuning, Gulai Rampai ini juga menggunakan
ragam bumbu rempah yang sangat banyak, meskipun begitu makanan ini dikenal sangat baik
bagi kesehatan tubuh karena tambahan yang diberikan pada kuliner ini.

Bahan-bahan yang ditambahkan pada Gulai Rampai ini berupa sayuran seperti kacang panjang,
terong, petula, rimbang, kincung dan udang kering. Sehingga, meskipun dalam satu mangkok ini
terdiri dari kuah gulai yang kaya rempah, namun Anda tetap bisa mendapatkan nutrisi dari ragam
sayuran yang tak hanya lezat namun juga menyehatkan.

11. Gulai Tempoyak

Gulai Tempoyak adalah salah satu makanan khas Melayu yang cukup unik dan tak kalah
populer dibandingkan dengan olahan gulai lainnya. Gulai Tempoyak ini juga banyak ditemukan
di kawasan Riau.

Sama halnya dengan Gulai Rampai dan Gulai Ayam Kuning, Gulai Tempoyak ini juga
menggunakan banyak bumbu rempah yang cita rasanya sangat enak. Sajian ini terdiri dari kuah
gulai yang dibuat dari aneka rempah khas dengan ikan nila juga tempoyak. Tempoyak
merupakan durian yang sudah difermentasi yang membuat sajian ini terasa semakin nikmat dan
berbeda dengan sajian gulai khas Melayu lainnya.

12. Keropok Lekor

Makanan khas Melayu yang terakhir adalah Keropok Lekor. Keropok Lekor ini dalam
Bahasa Indonesia memiliki arti Kerupuk Ikan. Keropok Lekor ini menjadi salah satu sajian yang
sering ditambahkan sebagai pelengkap saat makan.

Selayaknya kerupuk ikan pada umumnya, Keropok Lekor ini dibuat dari campuran ikan laut
yang diberi tepung sagu yang kemudian digoreng hingga matang dan gurih.

Dari beragam jenis kuliner diatas, sebenarnya masih banyak kuliner lain yang bisa dinikmati
ketika Anda berkunjung ke daerah yang masih kental dengan budaya Melayu, seperti bacah
daging, gulai siput, mie lendir, mie tarempa, dan lopek bugi, Namun demikian, saat Anda ingin
membawa beragam makanan tersebut sebagai oleh-oleh di kampung halaman, akan lebih baik
jika Anda memperhatikan beberapa aspek berikut.

a. Ketahanan makanan dilihat dari cara pengepakan produk


Hal pertama yang perlu dilihat adalah ketahanan makanan yang akan Anda bawa pulang ke
kampung halaman. Saat ingin membeli oleh-oleh, pastikan Anda bertanya ketahanan makanan
agar makanan yang dibawa bisa dinikmati keluarga di kampung halaman dalam kondisi enak dan
sesuai citarasa aslinya.

b. Tempat beli oleh-oleh


Jika Anda ingin membeli makanan tertentu dengan citarasa Melayu sebagai oleh-oleh, tidak ada
salahnya mengetahui tempat membeli oleh-oleh terlebih dahulu. Dengan mengetahui tempat
membeli oleh-oleh tersebut, Anda bisa memperkirakan budget dana yang dibutuhkan untuk
membeli oleh-oleh dan kualitas barang yang dijual.

c. Jenis oleh-oleh
Anda perlu tahu bahwa saat ini cukup banyak makanan khas Melayu yang bisa dibawa pulang ke
kampung halaman, namun sebelum membeli pastikan anggota keluarga Anda menyukai oleh-
oleh tersebut.

PERMAINAN RAKYAT MELAYU

A.PERMAINAN TRADISIONAL MELAYU RIAU


Di Riau, kini permainan Rakyat Tradisional sudah sulit dijumpai terutama di Kota
Pekanbaru, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, keterbatasan areal
tempat permainan, pola pikir dan didikan orang tua. Untuk bermain bola saja saat ini kita sudah
sangat sulit menemukan lapangan, dan kini beralih ke sepakbola dalam ruangan (futsall).

Permainan tradisional dalam kehidupan masyarakat mempunyai kebiasaan untuk


memanfaatkn waktu senggangnya dengan permainan yang berfungsi sebagai hiuran dan
mengandung ketngkasan baik ketangkasan jasmani maupun kecerdasan otak dalam mengatur
strategi. Permainan rakyat umumnya bersifat kooperatif, rekreatif dan edukatif.

Permainan yang bersifat kooperatif adalah permainan yang dilakukan dalam bentuk regu
dan melakukan kerjasama dalam permainnan, seperti : pacu jalur, serbu benteng, ckbur, sepak
takraw

Permainan yang bersifat rekreatif adalah permainan yang menghibur dan menyenangkan
hati bagi pemain dan penontonnya seperti permainan congkak, simbang, patok lele, ligu dan
buah bengkek

Permainan yang bersifat Edukatif adalah permainan yang mendidik menciptakan


kedisiplinan dan tidak boleh melanggar aturan yang telah disepakati bersama, sperti permainan
papan rimau, bakiak, setatak dll.

Berikut adalah permainan rakyat tradisional yang pernah dimainkan oleh anak-anak di
Riau:

1. ADU BUAH PARA (Buah Karet)

Pohon Karet sangat banyak terdapat didaerah Riau, anak buah karet berjatuhan dan
diambil oleh anak-anak dan dimainkan dan dipertandingkan. Cara memainkannya cukup mudah
diawali dengan undian (sud) dan siapa yang menang dia yang jalan terlebih dahulu dan yang
kalah harus merelakan biji karet jagoannya ditaruh dibawah biji karet yang menang sud tadi. lalu
biji karet yang disusun dua tingkat ditumbuk dengan ujung tangan bagian bawah,jika belum ada
yang pecah maka bergantian menumbuk biji karet sampai salah satu biji karet ada yang pecah
dan biji karet yang tidak pecah menjadi pemenang. Dijumpai di seluruh Kabupaten dan Kota di
Riau.

2. GASING

Gasing merupakan sejenis permainan yang boleh berputar pada paksinya sambil
mengimbang pada satu titik. Gasing merupakan permainan tradisional orang-orang Melayu sejak
dahulu.

Gasing dibuat dari kayu bebaru, kemuning, merbau, rambai, durian atau kundang. Kayu
tersebut akan dikikis sehingga menjadi bentuk gasing. Tali gasing dibuat dari kulit pokok bebaru.
Tapi sekarang tali gasing dibuat dari tali nilon. Panjang tali gasing biasanya bergantung kepada
panjang tangan seseorang, umumnya panjangnya 1 meter. Minyak kelapa digunakan untuk
melicinkan pergerakan tali gasing.
Membuat Gasing

Kayu yang paling sesuai adalah merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau
johol dan merbau keradah, ianya mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih. Selain itu kayu leban
tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga menjadi pilihan. Jenis kayu yang mudah
didapati seperti manggis, jambu batu, ciku atau asam jawa sering digunakan untuk membuat
gasing.

Cara Bermain

Gasing dimainkan dengan dua cara, yaitu sebagai gasing pangkah atau gasing uri. Gasing
pangkah, dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan. Gasing uri
dipertandingkan untuk menguji ketahanannya berputar.

Gasing pinang dimainkan oleh kanak-kanak.

Untuk memutar gasing, tali setebal 1.75 cm dan sepanjang 3 hingga 5 meter dililitkan
pada jambulnya hingga meliputi seluruh permukaan gasing. Kemudian gasing itu dilemparkan ke
atas tanah dan serentak dengan itu tali yang melilit jambuhnya direnggut.

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah


penyebarannya belum diketahui secara pasti.

Di wilayah Pulau Natuna, Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum
penjajahan Belanda. Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak 1930-an.
Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan
rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara
perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah
masing-masing. Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di
Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Riau rutin menyelenggarakan kompetisi. Sementara di
Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. Masyarakat
Bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

3. CONGKLAK

Permainan congklak merupakan permainan tradisional dari adat Jawa. Menurut sejarah
permainan ini pertama kali dibawa oleh pendatang dari Arab yang rata-rata datang ke Indonesia
untuk berdagang atau dakwah. Pada umumnya jumlah lubang keseluruhan adalah 16, yang
dibagi menjadi tujuh lubang kecil dan satu lubang tujuan untuk masing-masing pemain. Lubang
tujuan merupakan lubang terkiri (biasanya diameternya lebih besar). Skor kemenangan
ditentukan dari jumlah biji yang terdapat pada lubang tujuan tersebut.

Setiap pemain mengambil semua biji yang terdapat pada lubang kecil yang diinginkan,
untuk disebar satu biji per lubang berurutan searah jarum jam. Langkah tersebut dilakukan
berulang. Apabila pada lubang terakhir meletakkan biji masih ada isinya (lubang tersebut tidak
kosong) maka pemain tersebut melanjutkan dengan mengambil semua biji yang terdapat pada
lubang tersebut dan melanjutkan permainan. Apabila peletakan biji terakhir berada pada lubang
yang kosong maka pemain tidak dapat melanjutkan langkah. Giliran untuk bermain berpindah ke
lawan. Keadaan ini disebut sebagai keadaan mati.

Permainan berakhir apabila seluruh biji sudah berada pada lubang tujuan masing-masing
pemain, atau apabila salah satu pemain sudah tidak memiliki biji pada lubang-lubang kecilnya
untuk dimainkan (disebut mati jalan). Pemenangnya adalah yang memiliki jumlah biji terbanyak
pada lubangnya.

4. SEPAK RAGA

Permainan sepak raga telah sejak zaman Kesultanan Melayu Melaka. Pada masa itu
permainan ini dimainkan oleh golongan bangsawan.Rakyat Biasa juga menggemari permainan
ini. Pada masa sekarang sepak raga lebih dikenali dengan nama sepak takraw. Ia bukan hanya
dimainkan oleh orang Melayu sahaja tetapi bangsa-bangsa lain, malah telah dikenali di seluruh.
Bola sepak raga diperbuat daripada bilah-bilah rotan yang dianyam bulat seperti raga sebesar isi
buah kelapa dua atau tiga lapis.Permainan ini dimulakan dengan salah seorang pemain
melambung bola kepada rakannya dengan tangan. Rakannya itu akan menimang bola itu dengan
kakinya sekali atau beberapa kali, sebelum menendangnya ke arah pemain lain. Pemain-pemain
yang membentuk lingkungan atau bulatan itu mestilah bergilir-giliran menimang bola itu dan
mengawalnya supaya tidak jatuh ke bumi. Jika bola itu jatuh, permainan dalam pusingan tersebut
ditamatkan
5. BATU SEREMBAN

Batu Seremban juga dikenali sebagai permainan Selambut atau Serembat. Sering
dimainkan di waktu lapang.Permainan ini dimainkan oleh kanak-kanak perempuan sama ada
secara individu atau berpasangan. Ianya dimainkan secara berkumpulan seramai dua hingga
empat orang atau lebih.Biasanya ia menggunakan guli kaca, biji getah, ketul batu yang kecil atau
ketulan-ketulan objek lai berbentuk bulat. Bilangan yang biasa digunakan sebanyak lima biji.
Objek-objek ini dikenali sebagai buah Dalam bermain Batu Seremban ini terdapat beberapa
peringkat atau cara sambutan buah yang berlainan. Bermula dengan peringkat pertama yang
mudah dengan menggunakan sebiji buah yang dinamakan sebagai buah satu hinggalah kepada
peringkat lebih tinggi atau peringkat yang teratas dinamakan buah tujuh.

6. TENG-TENG

Permainan Teng-Teng, atau juga dikenali sebagai Ketinting ialah permainan yang
selalunya dimain oleh kanak-kanak perempuan. Ini kerana, teng-teng tidak begitu lasak
walaupun ia menggunakan tenaga yang banyak. Teng-teng juga tidak memerlukan daerah yang
besar.

Teng-teng dimainkan oleh sekumpulan kanak-kanak dimana ada dua hingga empat orang
didalam sebuah gelanggang. Ini kerana, tiada peraturan yang tetap untuk jumlah orang di dalam
satu gelanggang. Tetapi, jika terdapat empat pemain didalam satu gelanggang, ia akan
memdatangkan kesukaran untuk setiap pemain untuk berteng-teng.

Gelanggang teng-teng ialah lukisan petak-petak di atas tanah. Terdapat sembilan petak-
petak di dalam satu gelanggan. Selain gelanggan, pemain juga perlu gundu. Gundu ialah satu
objek yang menandakan kedudukan mereka di petak-petak gelanggang.

7. WAU/ LAYANG-LAYANG

Permainan wau ini juga dikenali dengan layang-layang.Permainan wau amat digemari
oleh penduduk-penduduk kampung. Permainan ini dimainkan sejak kurun ke 15. Wau masih
digemari dan dimainkan di kawasan-kawasan seperti Kelantan, Terengganu, Kedah dan Perlis.
Wau dicipta dalam pelbagai bentuk dan mempunyai nama tersendiri seperti wau burung, wau
pari, wau katak, wau bayan, wau merak, wau kucing, wau jala budi, wau lenggang kebayan, wau
sewah dan wau barat. Begitupun wau bulan sangat digemari oleh orang Melayu. Reka corak
biasanya bermotifkan awan larat akan menghiasi kebanyakan wau yang dihasilkan dan
diwarnakan dengan pelbagai warna.
Selain dijadikan bahan permainan, wau juga menjadi hasil Kraf tangan dan hiasan
dinding

8. LIGU

Ligu merupakan jenis permainan yang terbuat dari bambu sebagai pemukul dan juga
tempurung kelapa yang dibentuk menyerupai wajik dan hati. Ligu dimainkan oleh 2 orang atau
2 kelompok . Ligu biasa dimainkan di tanah yang lapang dengan membuat garis kira-kira 1 meter
lalu diletakkan ligu digaris secara berjejer. Pemain berkumpul antara 2 orang atau 2 kelompok
dengan melakukan amplong dengan menggunakan telapak tangan untuk menentukan
pemenangnya. Bila dinyatakan galah maka ligunya dipasangkan pada tempat yang ditentukan
dan yang menang dialah yang pertama kali memukul . Sipemukul menggunakan ligunya lalu
dipukul menggunakan alat pemukul yang terbuat dari bambu (teta) ke arah ligu lawan yang telah
dipasangkan tadi. Jika dapat mengena ligu lawan berarti dia mendapatkan poin (bintang) , jika
tidak mengena maka gantian main, demikian seterusnya, pemenangya adalah yang banyak
mendapatkan point. Permainan Ligu ini dijumpai di Kecamata Peranap Kabupaten Indragiri Hulu
9. MEJA PARI

Meja Pari terbuat dari kayu berbentuk Bujur Sangkar atau mempunyai empat kaki. meja
Pari ini mempunyai 96 kotak berlubang dibagian permukaannya. Dimainan dengan cara
melempar dadu pada bagian tengah meja yang keluar pada mata dadu akan menunjukkan berapa
anak pari yang dapat dimakan dengan cara menyilang. Permainan Meja Pari ini dijumpai di
daerah Pesisir Riau dan Kepulauan Riau.

10. KELERENG

Kelereng dengan berbagai sinonim gundu, keneker, kelici, guli adalah bola kecil dibuat
dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak. Ukuran kelereng sangat
bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng kadang-kadang
dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.
Cara Bermain:

Bentuk permainan yang biasa dimainkan adalah main porces. Cara permainannya dengan
menggambar segitiga sama kaki ditanah kemudian masing-masing pemain meletakkan sebuah
kelerengnya diatas gambaran segitiga tersebut. Buah pasangan namanya, buah kelereng yang
dipertaruhkan. Peserta, tergantung jumlah pemain. Biasanya paling sedikit tiga pemain dan
paling banyak idealnya enam pemain. Kalau lebih dari itu dibuat dua kelompok. Permainan
dimulai dengan cara masing-masing pemain menggunakan sebuah kelereng sebagai gacoannya
lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak dua atau tiga meter .Pemain secara bergantian
melempar sesuai urutan berdasarkan hasil undian dengan adu sut jari tangan Pelemparan gaco
dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai buah pasangan atau
agar hasil lemparan mendarat dilapangan permainan terjauh.

Selanjutnya yang mengawali permainan adalah siapa yang berhasil mengenai buah
pasangan, dialah mendapat giliran pertama.. Kalau tidak ada yang mengenai buah
pasangan ,maka yang mulai bermain adalah gacoannya yang terjauh. Pemain harus berusaha
menghabiskan buah pasangan diporces pada saat giliran bermain. Ada yang sekali giliran main
sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tanda dia pemain yang terampil. Berbagai
taktik untuk menang dilakukan ,antara lain kalau tidak mau memburu gacoan lawan , maka
pilihannya adalah menembakkan gacoan ketempat yang kosong untuk disembunyikan agar tidak
dapat dimatikan oleh lawan-lawan main. Pemain yang mampu menghabiskan buah pasangan
terakhir dilanjutkan berburu menembak gacoan lawan . Pemain yang gacoannya kena tembak
maka gacoannya mati ,selesailah permainannya pada game tersebut.
SISTEM MATA PENCAHARIAN MELAYU

A.Pengertian sistem pencaharian budaya melayu


Sistem mata pencarian masyarakat Melayu terlihat dari aktivitas mereka yang
menggunakan dan memanfaatkan alam saujana di sekitarnya. Masyarakat Melayu pada
umumnya menghuni di tepi empat sungai besar di Riau dan cabang cabangnya.
Sungai-sungai yang dimaksud itu ialah sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai
Kampar, dan Sungai Kuantan atau Sungai Inderagiri. Masing-masing negeri Melayu
memiliki daerah kampung, dusun, sawah ladang yang disebut dengan wilayah pertanian,
kebun seperti wilayah perkebunan atau dusun, rimba kepungan sialang, hutan produksi,
dan rimba larangan.
Berdasarkan saujana alam seperti itu maka orang Melayu lebih leluasa mengelola
alamnya untuk memenuhi nafkah mereka. Pengelolaan lebih dapat disesuaikan, misalnya
disesuaikan dengan jarak tempat atau dengan waktu dan bidang pekerjaan. Penyesuaian
sesuai dengan waktu, jarak, atau bidang pekerjaan misalnya disebut dengan Peresuk dan
Tapak Lapan.
Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari. Orang
Melayu biasa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk memenuhi
keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja tersebut berbilang pada tingkat kesulitan dan
lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari penuh. Ada pekerjaan berat yang bisa
selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis kerja yang sangat ringan namun dilakukan
dalam rentang waktu panjang seperti menganyam misalnya. Masyarakat Melayu
melazimkan sekurang-kurangnya lima tahapan atau peresuk sehari-semalam, tentunya
diselingi dengan istirahat, ibadah, dan 'aktifitas non kerja' lainnya.
Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas
pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman
padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu
yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor
perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di
kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan
ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa.
Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan
dan menjadi ahli korporat. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu memiliki
mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, banyak orang Melayu yang mempunyai
pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di luar negeri.
1. Tapak lapan
Adapun Tapak Lapan adalah sebutan sumber mata pencarian yang terdiri 8 tapak
atau titik mata pencarian atau delapan sumber pendapatan, yaitu:
B. berladang (pertanian)
Berladang atau bersawah untuk pemenuhan keperluan bahan makanan
pokok. Jenis pekerjaan ini dapat saja ditransformasikan dengan bersagu yang
masih dikekalkan oleh sebagian orang Melayu misalnya dalam masyarakat rawa
atau pesisir. Ada pula jenis pekerjaan menanam ubi atau berkebun jagung atau
sayur-sayuran.
C. beternak (peternakan)
Jenis pekerjaan ini dapat ditransformasikan dengan pekerjaan berburu yang
sama tujuannya untuk urusan pemenuhan sumber protein daging.
D. menangkap ikan (perikanan)
Manakala keperluan protein daging orang Melayu sudah terpenuhi dengan
melakukan perburuan di darat, mereka mencari ikan dengan berbagai aneka
ragam alat tangkap pekarangan, seperti jaring, sundang, pengilau, jala, sero atau
kolobuik, lukah, kelulung, tajur atau jantang, rawai, guntang, kail, kacau
tangguk, tengkalak, tempuling atau serampang.la langgai, belat, jermal, bubu,
kelong, dll. Alat alat tangkap ikan ini disesuaikan dengan musim kemarau atau
banjir atau musim tengkujuh, waktu, atau alat tangkap yang disesuaikan dengan
jenis ikan.
E. beniro (menatak enau dan kelapa)
Atau industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Pekerjaan ini dapat
juga wujud dari pengolahan hasil meramu dari dalam hutan atau dari dalam
kebun.
F. mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut (perhutanan)
misalnya; berotan, berkayu, berdamar, berkemenyan, bergaharu, dan
pelbagai jenis pekerjaan lainnya yang bersumber dari hutan. Dari dalam hutan
bisa juga diperoleh sumber protein daging melalui berburu atau di lautan untuk
ikan.
G. berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan (perkebunan)
Jenis pekerjaan ini, mendukung jenis pekerjaan lainnya, seperti berkebun
kelapa, berkebun kopi, kebun cengkeh, berkebun merica, berkebun durian, dan
lain-lain.
H. bertukang
menjual jasa tenaga, keahlian, riataud kemahiran kerja. Sebagian orang
Melayu yang sudah mahir atau pandai bertukang (profesional) dapat
menghasilkan pemenuhan hidup keluarga mereka dari pekerjaan itu.
I. berniaga (perdagangan)
berniaga cukup khas pada aspek jual belinya, kadang dilakukan sepekan
sekali, seperti yang dinisbatkan dengan istilah pekan untuk menunjukkan rentang
waktu tujuh hari. Bidang pekerjaan ini dapat dilakukan di pelabuhan atau
pelantar atau pangkalan atau di tepian mandi, manakala orang berlalu lalang di
sungai. Bidang berniaga ini adakalanya dilakukan dengan tukar menukar barang
(barter) sesama penduduk.
Pemahaman lainnya tentang tapak lapan adalah orang Melayu menetapkan satu
pokok sumber pendapatan dan ditambah dengan sumber pendapatan sampingan. Orang
Melayu misalnya menjadikan memotong karet sebagai sumber pendapatan utama dan
ditambah dengan sumber pendapatan sampingan dari mencari ikan, menganyam, kegiatan
mengolah hasil kebun (agroindustri).
Berbilang abad lamanya pola ekonomi "tapak lapan" atau peresuk, adalah usaha
menghindari dari krisis ekonomi. Berdasarkan pola seperti itu dapat kita sanding dan
bandingkan dengan ekonomi monokultur saat ini yang hanya mengandalkan sawit atau
karet saja. Jika suatu jenis pekerjaan dibatasi oleh musim maka masyarakat tidak akan
dapat bekerja. Dalam sejarah ekonomi dunia, depresi ekonomi pernah terjadi pada tahun
1928. Saat itu, harga komoditas turun, maka petani seperti dipaksa melakukan
peningkatan produksi supaya keperluannya terpenuhi.
2. Peresuk
Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari. Orang
Melayu biasa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk memenuhi
keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja tersebut berbilang pada tingkat kesulitan dan
lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari penuh. Ada pekerjaan berat yang bisa
selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis kerja yang sangat ringan namun dilakukan
dalam rentang waktu panjang seperti menganyam misalnya. Masyarakat Melayu
melazimkan sekurang-kurangnya lima tahapan atau peresuk sehari-semalam, tentunya
diselingi dengan istirahat, ibadah, dan aktifitas non kerja lainnya.
a. Peresuk Pertama, menakik getah atau memotong karet; dilakukan selepas sholat
Subuh, saat pagi langau terbang sampai matahari naik sepenggalah.
b. Peresuk Kedua, selepas menakik, dilanjutkan dengan pekerjaan semisal memetik
buah kopi, ke kebun, menjenguk air nira, dll, yang berlangsung hingga
menjelang sholat Zuhur.
c. Peresuk Ketiga, sesudah Zuhur dan makan siang, ada yang melakukan pekerjaan
lain semisal mengambil daun rumbia, hingga masuk waktu sholat Ashar.
d. Peresuk Keempat, setelah Ashar, dilanjutkan dengan mengolah daun rumbia
untuk dijadikan atap, atau menumbuk kopi yang sudah dijemur dll.
e. Peresuk Kelima, di malam hari ada yang menganyam tikar pandan atau membuat
barang kerajinan lainnya.
Lima peresuk di atas hanya salah satu bentuk variasi pekerjaan saja. Penempatan
bidang pekerjaan pada peresuk (tahapan) di atas sebenarnya sangat dinamis. Ada juga
variasi lainnya, tergantung suasana hari. Misalnya, memetik buah kopi, mengambil daun
rumbia, mengolah hasil agro industri dapat disesuaikan dengan tingkat kepentingan.
Namun, untuk beberapa pekerjaan dilakukan pada jam tertentu. Menakik getah misalnya
selalu dilakukan selepas sholat Subuh karena getah akan mengucur lebih banyak pada
pagi harinya, atau pada petang hari karena berharap getah mengucur lebih lama pada
malamnya. Tapi jarang sekali dilakukan pada stang hari karena getahnya cenderung
sedikit dan mengental.

UPACARA BERCOCOK TANAM MASYARAKAT MELAYU

2.1. Tradisi Bercocok Tanam.


Tradisi (bahasa latin Traditio, artinya diteruskan). Menurut artian bahasa, tradisi adalah
suatu kebiasaan, atau yang di asimilasikan dengan ritual adat agama. Dalam pengertian lain,
tradisi adalah suatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat yang biasanya berlaku secara turun temurun baik melalui informasi lisan
berupa cerita, atau berupa tulisan atau catatan yang terdapat di kitab-kitab kuno.
Bercocok tanam berarti mengusahakan sawa ladang (tanam-tanaman). Bercocok tanam
adalah menanam sesuatu yang bisa hidup yang disesuaikan dengan daerah, kondisi, dan
lingkungan serta keadaan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan minimal
bagi pribadi yang menanam.
Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa tradisi bercocok tanam ialah kegiatan
mengusahakan tanaman di sawah yang mana kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi yang
diwariskan secara turun-temurun turun temurun dari nenek moyang hingga ke anak cucu.

2.2. Tradisi Bercocok Tanam Suku Melayu Bugis Di Sungai Kakap.


Didesa Jeruju Besar Kecamatan Sungai Kakap, mayoritas penghuninya adalah suku Bugis
yang telah bercampur dengan suku melayu, sehingga bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Melayu Pontianak. Tidak heran banyak anak-anak suku Bugis tidak bisa berbahasa
bugis, hal ini terjadi karena orang tua tidak membiasakan berbahasa bugis saat bercakap atau
berbicara dalam keluarga.
Tahapan-Tahapan Bercocok Tanam
2. Pemilihan Bibit ( Memilih Benih )
3. Pilih bibit padi yang baik yaitu bibit padi lokal. Padi lokal adalah padi yang berbuah
kurang lebih selama 5-7 bulan.
4. Bibit padi lokal tersebut di rendam selama kurang lebih 2 hari, hingga berkecambah.
Kemudian di tiriskan.
5. Persiapan Tanah
a. Tanah di tebas rumput nya
b. Memilih tanah harus tanah kering namun tidak keras
6. Persemaian (Nyemai)
Nyemai adalah kegiatan menanam padi, memasukan bibit kedalam tanah. Adapun
tahapan nya :
c. Tanah di tugal dengan alat tugal. Penugalan haruslah rapat
d. Bibit dimasukan kedalam tanah. Memasukan nya tidak boleh terlalu sedikit, dan juga
tidak boleh terlalu banyak, karena khawatir setelah tumbuh nanti tanaman akan
berebut menyerap makanan.
e. Tanah harus ditutup lagi. Biasanya masyarakat menutupnya dengan menggunakan
tumit, namun ada juga yang menggunakan tiugal. Menutup tidak boleh terlalu padat
karena khawatir padi tidak akan bisa tumbuh. Bibit tidak boleh bertaburan dan
kelihatan. Jika hal itu terjadi maka kemungkinan besar bibit akan digali oleh binatang
seperti tikus dan burung dan ayam.Saat mulai menyemai, haruslah dilakukan serentak
atau bersama-sama dengan para petani lain. Jangan sampai lebih dulu, ataupun lebih
lambat. Karna akan banyak mengundang hama seperti tikus dan burung pipit, maka
padi akan rusak total. Menurut kepercayaan adat setempat dikhawatirkan akan datang
“bala’ seribu”, yaitu penyerangan hama dalam satu malam yang dapat menghabiskan
tanaman padi dengan luas tanah yang berektar-hektar. Batang padi akan patah dan
bagian atas nya hancur, serta buah padi habis bersih tanpa sisa. Masyarakat
beranggapan buah padi tersebut dibawa oleh ribuan tikus kesarang nya. Bahkan ada
yang mempercayai yang menyerang adalah “tikus berantu”.Khusus bagi petani yang
menyemai di tanah yang basah, lembut dan berendam, maka proses penyemaian
dilakukan di tanah lumpur dengan cara disamer. Berikut langka-langkahnya :
J. Tanah di gali dari dalam sungai kecil karna setiap kebun ada sungai kecilnya.
Kemudian tana diratakan dengan tangan.
K. Bibit yang berkecambah dan sudah ditiriskan di taburi pada tanah lumpur tadi.
L. Kemudian tutup dengan menggunakan daun pisang.
M.Sekitar 2 minggu kemudian tanaman padi akan tumbuh. Maka tanaman tersebut di
pindahkan ke tanah sawah, yaitu dengan memotong tanah lumpur yang sudah
mengeras bersamaan dengan tanaman padinya. Kegiatan ini di sebut dipece’.
7. Betanam
Setelah bibit yang ditanam tumbuh, sekitar 1 – 2 bulan dari penanaman bibit padi, maka
dipindahkan lagi ke tanah yang berbeda. Adapun tahapan nya sebagai berikut :
3. Tanaman yang sudah tumbuh di cabut, kemudian di potong bagian atas nya kira-kira
1/3 agar kelak tanaman saat di panen tidak terlalu tinggi.
4. Di tanam kembali ke tanah lapang yang telah di tugal. Penugalan harus di beri jarak.
Jangan terlalu rapat.
8. Pemeliharaan
a. Setelah tanaman di pindah, sekitar 1 bulan dari pemindahan tanaman padi di beri
pupuk urea ( pupuk putih ) untuk batang dan daun.
b. Rumput gulma (anak-anak rumput) dicabut menggunakan parang. Proses ini di sebut
merumput.Namun karna sekarang zaman semakin modern, ada juga yang
mrenggunakan racun khusus ( Indomin) yang di seprot kan di selah-selah tanaman
padi. Maka rumput nya akan mati. Namun racun ini tidak berbahaya untuk padi. Padi
tidak akan mati jika terkena racun ini, buahnya kelak juga tidak akan beracun.dan
anehnya, rumput yang bentuknya sama atau menyerupai padi, juga tidak akan mati.
Masyarakat menamai rumput tersebut sebagai “Rumpot Padi-padi”.
c. Jika petani melihat ada gejala hama menyerang, seperti hama wereng, maka tanaman
padi di semprot lagi. Jika sebelumnya menyemprot rumput di celah-celah tanaman
padi, maka kali ini yang disemprot adalah tanaman padinya. Dan pastinya
menggunakan racun aman untuk padi dan kesehatan, seperti Spontan, Reagen,
Mentarin dll.
d. Pada usia sekitar 4-5 bulan, tanaman padi akan “bunting”, nah sebelum masa bunting,
tanaman padi harus ditaburi pupuk buah buahnya sehat, berisi dan tidak “kelemping”.
e. Kemudian tanaman padi akan berbunga, pada masa inilah kemungkinan besar hama-
ama akan datang menyerang, seperti hama empangau, belalang, kupu-kupu padi, dan
walang sangit dll. Para petani harus lebih pintar. Nah, petani harus menyiapkan racun
hama.
f. Saat gejala penyerangan muncul, maka semprot lah tanaman padi dengan racun ama
yang tela disiapkan. Adapun gejala yang biasa terjadi yaitu seperti daun padi rusak,
putik buah menghitam seperti gosong, dan kelemping (biji padi tidak berisi).
g. Setelah itu, sekitar 40 hari kemudian padi akan masak dan siap di panen.
9. Memanen Padi (Ngetam)
Sudah menjadi adat, mengetam padi dilakukan bersama-sama dan berbalas-balas.bantuan
tenaga dibayar dengan tenaga pula. Mereka menyebutnya “belale’/ ngetam keliling”. Jika si A
menolong si B sebanyak 5 hari, maka si B juga akan menolong si A sebanyak 5 hari pula.
Adapun warga yang tidak ikut serta dalam belale’ akan mencari orang yang mau diupah
untuk mengetam dengan bayaran 25000/pagi yaitu dari jam 06.00-10.00 pagi. Para pengambil
upah/ buruh dibuatkan sarapan pagi dan minuman. Ada yang membuat nasi beserta lauk pauk,
namun ada juga yang membuat ketupat. Dengan minuman air putih beserta kopi.
Selesai memanen padi disebut “kembang ngetam”. Setelah padi selesai di panen, maka di
pijak / direse’ guna memisahkan antara padi dengan tangkai-tangkainya. Namun ada juga yang
menggunakan mesin perontok padi.
Kemudian padi dijemur selama kurang lebih 3 hari di panas yang terik. Kemudian
didinginkan atau di diamkan di rumah selama1 atau 2 hari agar saat padi di kupas oleh mesin
berasnya tidak terpotong-potong dan hancur.
Adapun warga yang lebih dulu selesai panen, maka membagikan beras kepada para
tetangga yang belum selesai memanen. Membagikan beras tersebut dengan semanis hati
(seikhlasnya) dengan maksud berbagi rasa beras yang baru.

Anda mungkin juga menyukai