Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK BANGSA MELAYU

Makalah Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah


Islam dan Peradaban Melayu

Oleh :
Rara Rahmadani (1910208015)
Friska Charity (1920208017)

Dosen Pengampuh
Dr. Halimatussakdiah, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2021
I. Pendahuluan
Istilah melayu cukup banyak ragamnya, seorang cendikiawan melayu bernama
Bahanuddin Elhulaimy yang juga pernah menjadi ketua umum partai islam tanah melayu
dalam bukunya asas falsafah kebangsaan melayu, terbit pertama kali pada tahun 1950,
mencatat istilah kata tersebut. Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata
mala (yang berarti mula) dan yu (yang berarti negeri) seperti dinisbahkan kepada Ganggayu
yang berarti negeri Gangga.
Kebudayaan melayu merupakan suatu kebudayaan besar yang pernah berjaya di
Nusantara. Jauh sebelum kehadiran kolonialisasi bangsa-bangsa Eropa di Nusantara,
kebudayaan Melayu telah ada dan hidup di daerah-daerah pesisir ( perairan) yang juga
merupakan jalur strategis dan transportasi dan jalur perniagaan internasioal yang penting
pada masanya. Akibatnya hal ini pun memberikan dampak Masyarakat Melayu menjadi
masyarakat yang terbuka baik secara fisik maupun secara kultural. Lokasi pemukiman
masyarakat Melayu yang tidak terisolisr tersebut memungkinkan masyarat Melayu terbiasa
berhubungan dengan dunia luar, dengan demikian sudah sejak dahulu masyarakat Melayu
menjadimasyarakat yang senantiasa berhubungan dengan orang asing. Posisi masyarakat
Melayu tersebut berada pada jalur-jalur Perdagangan memberi dua dampak besar dalam
kehidupan Melayu. Pertama, masyarakat Melayu menjadi masyarakat yang egaliter. Kedua,
masyarakat Melayu sangat dekat dengan dunia islam yang di bawa oleh para pedagang dari
Timur Tengah yang datang ke Nusantara sebagai pedagang yang mengemban misi dakwah.
Sementara itu pada masa Kolonial, Penyebutan Melayu sendiri mengidentikan penyebutan
secara umum pada masyarakat pribumi.
Salah satu bciri dari egaliternya masyarakat Melayu tercermin dari bahasa yang
ditampilkan, bahas Melayu sendiri taidak mengenal istilah tingkatan-tingkatan seperti
yang terdapat pada bahasa-bahasa etrik lain di Nusantara seperti pada bahasa Jawa dan
Sunda. Bahasa Melayu kemudian menjadi bahasa yang mudah diterima oleh berbagai suku
bangsa di Nusantara dan berfungsi sebagai bahasa perantara dalam hubungan antar suku
bansa di Nusantara. Untuk membahas lebih lanjut mengenai bahasa melayu, letak
geografisnya, agama orang Melayu, dan adat istiadat Melayu akan di bahas dalam
makalah ini.

II. Pembahasan
A. Wilayah Geografis Bangsa Melayu
Suku bangsa Melayu merupakan kelompok etnis/etnik Austronesia yang
menghuni Semenanjung Malaya, seluruh Sumatera, bagian selatan Thailand, pantai
selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Serawak
dan Sabah pesisir, Filipina bagian barat dan selatan, dan pulau-pulau kecil yang terletak
disekitar lokasi ini, secara kolektif dikenal sebagai “Dunia Melayu”. Lokasi ini sekarang
merupakan bagian dari negara modern Malaysia, Indonesia, Singapura, , Thailand, dan
Filipina
1. Melayu Malaysia
Masyarakat Melayu (bahasa Melayu: Melayu Malaysia; Jawi: ‫ )مليسيا ماليو‬adalah
salah satu komponen dari bangsa Malaysia. Kebanyakan adalah penduduk setempat
yang telah menghuni wilayah Semenanjung Tanah Melayu dan Pulau Borneo bagian
barat laut. Masyarakat Melayu di Malaysia kebanyakan adalah sama dengan
masyarakat Melayu yang berdiam di beberapa wilayah Indonesia, meskipun di
beberapa wilayah merupakan kelompok tersendiri (misalnya di Sarawak, Sabah, atau
Kelantan). Meskipun demikian, Undang-undang Dasar Malaysia memiliki batasan
tersendiri mengenai kemelayuan di negara itu.

2. Melayu Indonesia

Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan dijadikan dua
gugusan yaitu Melayu Deutero dan Melayu Proto.

Melayu Deutero adalah rumpun Melayu Muda yang datang setelah Melayu
Proto pada Zaman Logam sekitar sekitar 500 SM. Rumpun yang masuk gelombang
kedua ini meliputi suku bangsa Melayu, Aceh, Minangkabau, Sunda, Jawa, Manado,
dan lain-lainnya. yang bermukim di pulau Sumatra, Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi.

Melayu Proto adalah rumpun Melayu Tua yang datang kali pertama pada masa
sekitar 1500 SM meliputi suku bangsa Dayak, Toraja, Sasak, Nias, Batak, Kubu dan
lain-lainnya. yang bermukim di pulau Kalimantan, Sulawesi, Nias, Lombok, dan
Sumatra.

Salah satu provinsi yang berproses menampilkan identitas Melayu adalah Riau.
Provinsi Riau merupakan wilayah yang dianggap memiliki sejarah Melayu yang kuat.
Sejarah kemelayuan di Riau memiliki ikatan yang kuat dengan Melayu di Kepulauan
Riau, Melayu Johor, Melayu Malaka, Melayu Singapura, dan Melayu Minang. Upaya
untuk membangun identitas Melayu di Riau tertuang dalam Visi Riau 2020 yang ingin
menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu, tidak hanya di Indonesia, tapi
juga di Asia Tenggara (Thalib, 2016, p. 39)

Adapun kelompok lain yang bukan termasuk rumpun Melayu namun tetap
termasuk bangsa di Indonesia yaitu rumpun Melanesia yang bermukim di bidang
wilayah timur Indonesia. Meskipun demikian, istilah Melayu yang digunakan di
Indonesia lebih mengacu pada faedah suku bangsa yang lebih spesifik sehingga
Melayu yang aci tidak termasuk suku bangsa Jawa yang merupakan suku bangsa
mayoritas.
3. Melayu Singapura

Melayu Singapura (Jawi: ‫ )سيڠاڤورا ماليو‬meliputi suku Melayu dan kelompok etnis
terkait, seperti yang didefinisikan oleh Pemerintah Singapura dan kaum intelektual di
negara tersebut yang memakai konsep luas dari ras Melayu. Meskipun Melayu adalah
penduduk asli dari wilayah yang sekarang disebut sebagai Singapura, dan dengan
kekuasaan politik yang berdiri dan tercatat sejak awal abad ke-13 Masehi, sebagian
besar Melayu di Singapura saat ini meliputi orang-orang yang berasal dari Malaysia,
Brunei dan Indonesia. Sebelum kedatangan Raffles, terdapat sebagian besar penduduk
Melayu yang tinggal di pulau tersebut di bawah Kesultanan Johor. Sebagian besar
penduduk Melayu berasal dari Kepulauan Malaya.

4. Melayu Thailand

Thailand mempunyai jumlah suku Melayu ketiga terbesar setelah Malaysia dan
Indonesia, dengan populasi lebih dari 3,3 juta jiwa (Persangkaan 2010).Biasanya dari
mereka berdomisili di daerah selatan Thailand serta di daerah sekitar Bangkok (terkait
dengan perpindahan suku Melayu dari selatan Thailand serta utara semenanjung
Malaya ke Bangkok sejak zaman ke 13).Kehadiran Suku Melayu di daerah selatan
Thailand telah aci sebelum perpindahan Suku Thai ke Semenanjung Malaya melewati
penaklukan Kerajaan Sukhothai, yang diikuti oleh Kerajaan Ayutthaya, pada awal
zaman ke-16. Hal ini bisa diamati pada nama-nama daerah di daerah selatan Thailand
yang bersumber dari bahasa Melayu atau nama lain dalam logat Melayu, Daerah
selatan Thailand juga pernah melihat kebangkitan dan kejatuhan kerajaan Melayu
selangnya Negara Sri Dhamaraja (100an–1500an), Langkasuka (200an − 1400an),
Kesultanan Pattani (1516–1771), Kesultanan Reman (1785–1909). serta Kesultanan
Singgora (1603–1689).
Biasanya suku Melayu Siam fasih cakap bahasa Thai serta bahasa Melayu
setempat saja. Contohnya, suku Melayu di daerah pesisir tenggara Thailand yakni
Pattani, Songkhla, serta Hat Yai, lebih cenderung menggunakan logat Melayu Pattani,
sedangkan suku Melayu di pesisir barat seperti Satun, Phuket, dan Ranong,
menuturkan logat Melayu Kedah. Suku Melayu di Bangkok juga mempunyai logat
Melayu Bangkok sendiri.
Pada masa ini, aci upaya dari pemerintah pusat untuk mengerdilkan tipu daya budi
Melayu di Thailand, sala satunya dengan menghapuskan penggunaan bahasa Melayu
sbg bahasa pengantar di sekolah-sekolah dan menggantinya dengan bahasa Thai.
Selain itu, kegiatan-kegiatan suku Melayu Siam yang beragama Islam cenderung
dibatasi, adun secara sosial, ekonomi, maupun kultural.

5. Melayu Filipina

Suku Melayu di Filipina merupakan sekelompok etnis asli yang berada di Filipina
bagian Selatan khususnya di sekitar kepulauan Sulu & Mindanao. Orang
Melayu memainkan peran penting dalam sejarah Filipina pra-Hispanik. Keterlibatan
Melayu dalam sejarah Filipina kembali ke Era Klasik dengan berdirinya Rajahnate serta
era Islam, di mana berbagai kesultanan dan negara Islam dibentuk
di Mindanao , Kepulauan Sulu, dan sekitar ibukota Manila.

Orang Melayu memberikan kontribusi besar bagi sejarah Filipina, dan


memengaruhi gaya hidup orang Filipina modern. Bahasa Melayu adalah lingua franca
di Nusantara sebelum kekuasaan Spanyol. Karena sejarah agama Melayu
Nusantara.Meskipun Filipina modern tidak memiliki mayoritas atau minoritas besar
Etnis Melayu hari ini, (Orang Filipina yang diidentifikasi sebagai Etnis Melayu
mencapai 0,5% dari total populasi), keturunan Etnis Melayu telah berasimilasi ke dalam
budaya Filipina Austronesia terkait yang lebih luas, dicirikan oleh pengaruh Cina dan
Spanyol, dan Katolik Roma. Pengaruh budaya Melayu masih kuat di wilayah
konservatif budaya Mindanao, Palawan selatan, Kepulauan Sulu, dan sampai batas
tertentu di pedesaan Visayas dan Luzon, di mana banyak keterlibatan dan pencampuran
Melayu terjadi selama era klasik.

B. Agama Orang Melayu

Sejarah islamisasi negara-negara Melayu di kepulauan Nusantara, secara umum


dapat dilihat dari sejarah penyebaran agama Islam. Azyumardi Azra, berpendapat bahwa
pengaruh Islam di kepulauan Nusantara sangat besar, Islamtelah mengubah segala sistem
kehidupan sosio-kultural dan tradisi keagamaan masyarakat Melayu di kepulauan
Nusantara.Sejarah yang terjadi dalam rute perkembangan Islam di kawasanMelayu di
kepulauan Nusantara, sejauh menyangkut dengan kedatangan dan perkembangannya
terdapat perbedaan dan perdebatan di kalangan para ahlinya, berbagai teori dan
pembahasan yang berusaha dalam menjawab masalah-masalah tersebut.

Kebudayaan yang melekat pada diri orangMelayu adalah budaya Melayu Islam.
Ajaran Islam yang datang dengan membawa kehalusankarena Islam dalam berdakwah
tidak pernah dengan kekerasan, islam mengajarkan kelembutanuntuk umatnya. Sebelum
Islam masuk kebudayaan orang melayu adalah kebudayaan tempatandan Hindu.Sebelum
Islam masuk budaya Melayu berfikir secara mitos. Setelah Islam masuk orangMelayu
mulai rasional dalam berfikir. Masyarakat melayu lebih bersifat longgar dan terbuka
menerima unsur baru datang dari luar (Islam). Sehingga nilai-nilai Islami itu merasuk ke
dalamjiwa dan teraktualisasi dalam tindakan sehari-hari sehingga melahirkan suatu
akulturasi.

Di dalam fase Islam dan Melayu adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini bukan saja dapat dibuktikan secara historis, namun secara faktual keadaan dan
aktivitas masyarakat Melayu selalu identik dengan Islam, dan dipengaruhi oleh ajaran
Islam. Sebaliknya, Islam terefleksi dengan sangat jelas dalam kehidupan masyarakat
Melayu sebagaimana terlihat dalam budaya berpakaian, bertutur, dan terutama dalam
ritual dalam adat-istiadat budaya Melayu. Refleksi Islam dalam kehidupan masyarakat
Melayu ini dengan jelas dapat dilihat, misalnya, dalam tradisi masyarakat Melayu Jambi,
seperti upacara perkawinan, kematian, perayaan hari besar Islam, dan kegiatan yang
bersangkut-paut dengan adat-istiadat.

AgamaIslam mempunyai pengaruh yang utama dibandingkan adat istiadat. Agama


merupakan suprasystem adat. Ketentuan-ketentuan dalam adat bisa saja gugur jika tidak
mendapat dukungan dariagama. Jadi dapat dikatakan hubungan antara Islam dengan
Melayu bagaikan dua muka matayang tidak dapat dipisahkan (Isjoni, 2007:63).

Selain itu dengan Islam orang Melayu yangmendasarkan budayanya dengan teras
Islam selalu memandang bekerja merupakan ibadah,kewajiban, dan tanggung jawab
(Isjoni, 2007: 72). Oleh karenanya ketentuan yang ada dalamadat suatu pekerjaan mereka
lakukan dengan penuh tanggung jawab karena semua itu merupakanibadah.

Seiring dengan berjalannya waktu dan kemajuan era globalisasi, masyarakat


Melayu telah mengalami proses perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya Melayu
yang islami. Sepanjang perubahan dan pergeseran nilai yang dimaksud mengarah kepada
kebaikan dan tidak menyimpang dari asas keislamannya, tentulah tidak menjadi
masalah.Namun di banyak tempat, perubahan dan pergeseran itu justru mengarah kepada
pergeseran nilai budaya Melayu yang Islami, sehingga menimbulkan krisis moral dan
akhlak.

C. Bahasa Melayu

Bahasa di dalam masyarakat adalah sebagai alat interaksi sosial yangdigunakanuntuk


berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain untuk rnenyampaikaninformasi serta
mengekspresikan seluruh ide dan gagasan. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya.Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa di Indonesia adalahadanya bahasa daerah yang digunakan berbagai suku bangsa
di Indonesia. Masyarakat Indonesia patut bangga karena memiliki berbagai suku bangsa
sehingga memiliki beragam bahasa daerah juga. Salah satu bahasa daerah yang sangat
mendukung perkembangan bahasa Indonesia adalah rumpun bahasa Melayu. Ini
merupakan rumpun bahasa daerah yang
banyak digunakan di Indonesia..(Arifuddin et al, 2009)

Bahasa Melayu terdiri dari beberapa ragam bahasa dan dialek, diantaranya adalah
bahasa Melayu Riau, Deli, Batu Bara, Asahan, Melayu Palembang, Bangka, dan
lain-lain. Terdapat perbedaan antara bahasa Melayu yang satu dan yang lainnya.
Perbedaan ini disebabkan karena berbedanya letak geografis pemakaian bahasa,
sehingga dapat mempengaruhi bentuk kosakata yang terdapat di dalam masing-masing
bahasa Melayu. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari mengenai bahasa. Salah satu
ilmu cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
penuturnya adalah Sosiolinguistik. Bahasa digunakan sebagai jembatan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat.Kegiatan yang terjadi di dalam
kehidupan masyarakat akan dikaitkan dengan bahasa dan pemakaian bahasanya. Kajian
dalam salah satu ilmu bahasa ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi
penggunaan bahasa dalam sebuah komunikasi yang alami yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Maka, sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem
sosial dan sistem komunikasi, serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.
(Suwito, 1983).

Bahasa Melayu merupakan bahasa yang menjadi akar dari bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, dalam perjalanan dan perkembangannya,bahasa Melayu yang
sekarang menjadi bahasa Indonesia itu telah mengalami perubahan dibandingkan
dengan bahasa Melayu yang menjadi akarnya. Prijana dalam pidatonya pada Kongres
Bahasa Indonesia yang diadakan tahun 1954 di Medan berkata: “Bahasa Indonesia
tumbuh dari bahasa Melayu, tetapi bahasa Indonesia tidak sama lagi dengan bahasa
Melayu. Bahkan bahasa Indonesia bukan sama, tetapi bukan pula berlainan juga dengan
bahasa Melayu” (Tarigan 2011: 84).

D. Adat Istiadat Bangsa Melayu

Adat merupakan aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu
masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
masyarakat pendukungnya. Pada masyarakat Melayu aturan-aturan tentang segi
kehidupan tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum
adat. Adat telah melembaga dalam kehidupan masyarakat Melayu baik berupa tradisi,
adat upacara dan adat lain-lain yang mampu mengendalikan perilaku warga masyarakat
dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh
masyarakat menjadi cukup penting.

Adat di daerah Melayu sendiri telah ada dan berkembang sejak lama hingga kini.
Masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat yang bersumberkan dari
ajaran agama islam. Tradisi islam sangat kental dalam budaya masyarakat Melayu. Sejak
lahir masyarakat Melayu sudah memiliki ketuntunan-ketuntunan adat. Tradisi tersebut
berupa kelahiran, tradisi pernikahan, tradisi pakaian Melayu, bahkan sampai pada tradisi
kematian.(Rezki, 2015)

III. KESIMPULAN
Karakterisitik bangsa melayu dapat dilihata dari bahasa yang digunakan, adat
istiadat, agama serta budaya. Suku bangsa Melayu merupakan kelompok etnis/etnik
Austronesia yang menghuni Semenanjung Malaya, seluruh Sumatera, bagian selatan
Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,
Kalimantan Selatan, Serawak dan Sabah pesisir, Filipina bagian barat dan selatan, dan
pulau-pulau kecil yang terletak disekitar lokasi ini, secara kolektif dikenal sebagai
“Dunia Melayu”. Kebudayaan yang melekat pada diri orangMelayu adalah budaya
Melayu Islam. Ajaran Islam yang datang dengan membawa kehalusankarena Islam dalam
berdakwah tidak pernah dengan kekerasan, islam mengajarkan kelembutanuntuk
umatnya.Orang Melayu Sejarah islamisasi negara-negara Melayu di kepulauan Nusantara,
secara umum dapat dilihat dari sejarah penyebaran agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Haidar Putra Daulay.2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia.Kencana:Jakarta. Hal 11
Azyumardi Azra.1999. Renaisme Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana dan Kekuasaan.
Kekuasaan. Remaja Rosdakarya:Bandung. Hal.6
Saudagar Fachruddin. 1992. Perkembangan Sejarah Melayu Kuno Di Jambi. Pemda Tk. I
Prov Jambi:Jambi. Hal. 16-17
Suwito.1983. Pengantar Awal Sosiolongiutik:Teori dan Problema Edisi Ke-2. Fakultas Sastra
Universitas Sebelas Maret:Surakarta
Arifuddin et all.2019.Pemertahanan Bahasa Melayu. Jurnal Penelitian Pendidikan Bangsa dan
Sastra. Volume 4. Nomor 2
Rezki Putri Syahrani Nurul Fatimah.2015.Kajian Tentang Ajar Melayu Dalam Pantun Adat
Perkawinan Melayu Di Kelurahan Daik. Provinsi Riau:Linggau
Thalib, M. (2016). Implementasi visi riau 2020 pada lembaga adat melayu riau. Ilmu
Administrasi Negara, 14, Nomor, 39–45.
Latif,Megat. (2016). Islam dalam Perlembagaan Malaysia: Kewajarannya berdasarkan
Faktor Kesultanan Melayu. Journal of ethics, Volume 4.

Anda mungkin juga menyukai