Anda di halaman 1dari 11

Penjabaran Istilah Melayu

Istilah Melayu berasal dari kata mala (yang berarti mula) dan yu (yang berarti negeri)
seperti dinisbahkan kepada kata Ganggayu yang berarti negeri Gangga. Pendapat ini bisa
dihubungkan dengan cerita rakyat Melayu yang paling luas dikenal, yaitu cerita SiKelambai atau
Sang Kelambai. Cerita ini mengisahkan berbagai negeri, patung, gua, dan ukiran dan
sebagainya, yang dihuni atau disentuh oleh Si Kelambai, semuanya akan mendapat keajaiban.
Ini memberi petunjuk bahwa negeri yang mula-mula dihuni orang Melayu pada zaman purba itu,
telah mempunyai peradaban yang cukup tinggi. 
Kemudian kata melayu atau melayur dalam bahasa Tamil berarti tanah tinggi atau bukit,
di samping kata malay yang berarti hujan. Ini bersesuaian dengan negeri-negeri orang Melayu
pada awalnya terletak pada perbukitan, seperti tersebut dalam Sejarah Melayu, Bukit Siguntang
Mahameru.
Pada mulanya, baik Melayu tua maupun Melayu muda sama-sama memegang
kepercayaan nenek moyang yang disebut Animisme (semua benda punya roh) dan Dinamisme
(semua benda mempunyai semangat).Kepercayaan ini kemudian semakin kental oleh kehadiran
ajaran Hindu-Budha. Sebab antara kedua kepercayaan ini hampir tidak ada beda yang mendasar.
Keduanya sama-sama berakar pada alam pikiran leluhur, yang kemudian mereka beri muatan
mitos, sehingga bermuatan spiritual.
Kehadiran agama Islam ke dalam kehidupan puak Melayu muda, tidak: hanya sebatas
menapis adat dan tradisinya, tetapi juga berakibat terhadap bahasa yang mereka pakai. Sebab
tentulab suatu hal yang ganjil, jika suatu masyarakat memeluk agama Islam, sedangkan bahasa
yang menjadi pendukung potensi budayanya tidak Islami. Karena itu bahasa dan budaya Melayu
muda juga mendapat sentuhan dan pengaruh Islam, sehingga hasilnya budaya Melayu menjadi
satu di antara lima budaya Islam di dunia ini. Budaya Melayu itu ada disepuh dengan Islam, ada
yang mendapat proses islamisasi dan ada pula yang merupakan hasil kreativitas orang Melayu
yang Islami. Akibatnya penampilah orang Melayu akan memperlihatkan agamanya (Islam) adat
dan resam yang bercitra Islam dan bahasa Melayu yang mengandung lamtan agama Islam.
Tentulah atas kenyataan ini orang Cina yang masuk agama Islam disebut oleh kaum kerabatnya
masuk Melayu.
Perantau Banjar (Kalimantan) di Inderagiri, juga telah diterima dengan baik oleh
kerajaan itu. Akibatnya keturunan mereka juga menjadi bagian masyarakat dan
kerajaan.Keturunan Banjar telah diangkat menjadi mufti kerajaan. Seorang di antara mufti
kerajaan Inderagiri yang terkenal ialah Tuan Guru Abdurrahman Siddik bin Muhammad Apip,
yang telah menjadii mufti dari tahun 1907-1939. Tuan Guru ini meninggal 10 Maret 1939, lalu
dimakamkan di Parit Hidayat dekat kota kecil Sapat, Kuala Inderagiri.
Sejumlah romusha (pekerja paksa oleh Jepang) asal Jawa, juga telah nikah-kawin dengan
puak Melayu Kampar di perhentian Marpuyan Pekanbaru.Keturunan mereka telah kehilangan
jejak budaya Jawa, lalu tarnpil dengan budaya puak Melayu Kampar.
Adapun perkataan Melayu itu sendiri mempunyai kepada tiga pengertian, yaitu Melayu
dalam pengertian “ras” di antara berbagai ras lainnya. Melayu dalam pengertian sukubangsa
yang dikarenakan peristiwa dan perkembangna sejarah, juga dengan adanya perubahan politik
menyebabkan terbagi-bagi kepada bentuk negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei
dan Filipina. Melayu dalam pengertian suku, yaitu bahagian dari suku bangsa Melayu itu sendiri.
Di Indonesia yang dimaksud dengan suku bangsa Melayu adalah yang mempunyai adat
istiadat Melayu, yang bermukim terutamanya di sepanjang pantai timur Sumatera, di Kepulauan
Riau, dan Kalimantan Barat. Pemusatan suku bangsa Melayu adalah di wilayah Kepulauan Riau.
Tetapi jika kita menilik kepada yang lebih besar untuk kawasan Asia Tenggara, maka ianya
terpusat di Semenanjung Malaya.*)
Kemudiannya menurut orang Melayu, yang dimaksud orang Melayu bukanlah dilihat
daripada tempat asalnya seseorang ataupun dari keturun darahnya saja. Seseorang itu dapat juga
disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dan mempunyai adat-istiadat
Melayu. Orang luar ataupun bangsa lain yang datang lama dan bermukim di daerah ini
dipandang sebagai orang Melayu apabila ia beragama Islam, mempergunakan bahasa Melayu
dan beradat istiadat Melayu.
Suku Melayu merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Suku
Melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling
pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang
terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu
sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara,
Riau, Kepulauan Riau,Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.
Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera
Selatan yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. Si Guntang merupakan
tempat pemunculan pertama tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal
dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang (Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan
Tanjung Pura. Pada waktu itu sebutan Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang
Sumatera pilihan. Seiring dengan berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai
ditinggalkan.

Bahasa Melayu
Kebudayaan suku melayu yang paling mudah dikenali dan masih bertahan hingga
sekarang adalah bahasa yang digunakan. Bahasa melayu merupakan bahasa pengantar dalam
kegiatan keagamaan dan perdagangan di nusantara sejak abad ke-7. Dalam perkembangannya,
bahasa melayu tumbuh dan termodifikasi sesuai dengan karakterisktik tempat asalnya. Bahaya
melayu dikenal sebagai bahasa resmi di beberapa negara seperti singapura, malaysia, brunei, dan
Indonesia (Bahasa Indonesia). Dari segi linguistik, bahasa melayu terbagi kedalam 45 bahasa
dan ratusan dialek yang berkembang sesuai dengan rumpun melayu daerah tertentu.

Adat Istiadat
Secara umum, suku melayu dikenal sebagai orang yang mimiliki sopan santun serta
ramah terhadap semua orang. Sikap tersebut telah menjadi adat istiadat dari suku melayu sejak
lama. Adat istiadat yang ada pada suku melayu dibagi menjadi tiga yakni adat sebenaar adat
(adat yang tidak bisa dirubah karena ketentuan agama), adat yang diadatkan (adat yang dibuat
oleh penguasa), serta adat teradat. Adat teradat merupakan konsensus yang ditentukan bersama
sebagai pedoman dalam setiap lini kehidupan masyarakat dan penentuan sikap dalam
menghadapi sebuah peristiwa dan masalah di lingkungan.

Kepercayaan dan Agama


Suku melayu saat ini merupakan suku yang memilih agama Islam sebagai kepercayaan
yang dianutnya. Islam di alam melayu telah hadir sejak abad ke 13M. Kedatangan Islam pada
saat itu telah mendatangkan perubahan yang sangat dinamis dalam kehidupan orang melayu.
Perubahan tersebut meliputi adat istiadat, kesenian, bahasa, intelektual, sastra, kepercayaan, dan
politik, serta beberapa aspek kehidupan lainnya.
Berbagai perubahan dapat dilihat dari berubahnya bahasa yang selama ini menggunakan bahasa
sansekerta menjadi bahasa yang mengadopsi bahasa arab. Sistem pendidikan dan pemerintahan
juga ikut berubah menyesuaikan dengan tradisi dan proses pembelajaran di Islam yang lebih
rasional dan intelektual serta berpatokan pada kitab suci (Al-Quran).

Kesenian melayu
Sama halnya dengan kebudayaan nusantara lainnya seperti kebudayaan suku dayak dan
kebudayaan suku bangsa lain, kesenian merupakan bagian yang selalu ada didalamnya. Berbagai
macam kesenian kesenian khas dari berbagai cabang cabang seni yang dapat dengan mudah
masih kita temui sampai saat ini sebagai bentuk kesenian suku melayu. Berbagai macam
kesenian melayu telah termodifikasi sesuai dengan karakteristik rumpun melayu masing masing.
Musik melayu merupakan salah satu jenis seni musik traditional yang berkembang dalam
kehidupan masyatakat melayu. Musik melayu ini tak jarang disajikan dengan tarian tarian khas
dari melayu. Ciri khas dari musik melayu adalah liriknya yang mengandung syair dan memiliki
pesan moral tertentu. Musik melayu ini awalnya banyak berkembang dipesisir sumatera dan
semenanjung melayu.
Beberapa ulasan mengenai kebudayaan suku melayu diatas merupakan ringkasan dari
berbagai macam kebudayaan yang berkembang dalam kehidupan suku melayu pada umumnya.
Masih banyak jenis kebudayaan lain yang terdapat pada suku melayu sesuai dengan rumpun
serta asalnya.
SISTEM PENGETAHUAN
Kesustraan Suci
Sebagai pemeluk agama Islam yang taat, maka kitab Al Quran adalah wahyu dari Allah.
Kitab suci tidak dapat disamakan dengan suatu tulisan dari hasil pikiran manusia. Tetapi
kalamullah mengandung semua aspek kehidupan manusia. Disamping itu, tentunya sastra-sastra
lainnya yang berhubungan dengan agama ini, seperti riwayat Nabi Muhammad yang dikenal
dengan kitab “Barzanji”.
Pembacaan Al Quran diajarkan mulai anak-anak berumumur 7 tahun hingga orang-orang
dewasa. Mempelajari pembacaan Al Quran ini dilakukan bertingkat-tingkat dan merupakan
kebanggaan ibu bapak si anak telah “khatam” Quran. Mempelajari cara pembacaan  Al Quran
sangat penting sekali, karena sekaligus harus dipelajari “taj’wid”nya, yaitu mempelajari lafaz
yang betul, begitu juga tekanan-tekanan suara harus mengikuti teknik-teknik pembacaan yang
diharuskan.
Demikian pula nada bacaanya, harus menurut irama yang baik, sesuai menurut
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Pengungkapan kata-katanya harus jelas, biarpun pada
umumnya si pembaca jarang mengerti kata-kata yang dibacanya. Apabila zaman terakhir ini
secara teratur telah diadakan Mushabaqah Tilawatil Quran (MTQ), maka kegiatan mempelajari
pembacaan kitab suci Al Quran ini semakin bertambah meluas.
Pada upacara-upacara adat yang penting, seperti upacara sunat rasul atau upacara
perkawinan, maka anak-anak yang akan dikhitan, begitu pula penganten wanita, melakukan
acara “khatam Quran”, yaitu membaca Surat ‘Amma dalam suatu upacara khusus. Acara ini
dilanjutkan dengan pembacaan kitab Barzanji oleh hadirin, serta mengadakan “Marhaban”.
Pembacaan kitab Barzanji dan Marhaban ini bisa juga diadakan pada kesempatan-kesempatan
lain, terutama pada hari Maulud Nabi Muhammad sendiri. Bacaan-bacaan ini banyak pula
dipakai pada permainan “rebana”, “berdah”, “kerompang”, atau “kompang”, dan sebagainya.
Rebana, berdah dan kerompang ini, hampir sama dengan “terbang” di Banten.
Sistem pengetahuan yaitu mengenai pengetahuan alam sekitar, tentang bahan mentah/
galian, dan tentang kelakuan dengan sesama manusia.
Pengetahuan masyarakat pedesaan ini tentang sehat dan sakit, merupakan sebuah ciri
kebudayaan desa yang unik. Dalam kehidupan sosial, pengetahuan ini berpengaruh pada
beberapa hal, antara lain:
1. Sikap sederhana. Pengetahuan sehat dan sakit yang sederhana berpengaruh terhadap pola
hidup masyarakat desa yang sederhana pula. Secara psikologis mereka menjadi tidak
gampang menyerah pada kondisi tubuh, meski flu, mereka tetap bekerja. Anggapan
bahwa bukan sakit, justru membuat mereka tidak gampang sakit. Adapun secara sosial,
jika ada kegiatan sosial, maka mereka dapat berpartisipasi.
2. Menguatnya iman kepada Tuhan. Keyakinan bahwa semua penyakit pasti ada obatnya
dan pasti akan disembuhkan oleh Tuhan, menjadikan masyarakat inhil semakin
bertambah imannya. Sugesti keimanan yang semakin kuat, menjadi obat tersendiri bagi
kesembuhan sakit yang diderita, selain juga ditambah dengan obat.
3. Kedekatan pada alam. Kepercayaan masyarakat pedesaan inhil berharap ramuan obat-
obatan tradisional yang umumnya berasal dari daun-daunan, satu sisi
berpengaruhterhadap sikap kedekatan mereka pada alam, karena alam telah menyediakan
obat bagi keseluruhan penyakit mereka. Secara sosial hal ini dapat memperkuat identitas
sosial mereka sebagai suku Melayu yang memiliki tradisi budaya luhur.

SISTEM TEKNOLOGI PERLENGKAPAN HIDUP


Sejak zaman bahari masyarakat Melayu Riau sudah memiliki bermacam cara untuk
memenuhi keperluan hidup. Artinya sejak masa lampau masyarakat Melayu Riau telah
menguasai teknologi. Teknologi ini diklasifikasi menjadi teknologi pertanian, pernikahan,
peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. System
teknologi yang dikuasai orang melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan peka
dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya. Orang Melayu juga tidak
tertutup terhadap perubahan teknologi yang menguntungkan dan menyelamatkan mereka.
Teknologi pada hakekatnya adalah cara mengerjakan suatu hal (Masher, 1970:127), yaitu
cara yang dipakai manusia untuk beberapa kegiatan dalam kehidupannya. Teknologi terutama
terlihat dalam pendayagunaan potensi sumberdaya yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu,
teknologi merupakan satu diantara sekian banyak hasil budaya manusia dan merupakan cermin
daya kreatif dalam memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Pengertian tersebut berdasarkan pada pemahaman bahwa teknologi terlihat sebagai penerapan
gagasan atau pengetahuan, pengertian dan keyakinan seseorang kedalam pendaya gunaan
sumber daya alam yang dikenalnya, yang umumnya berada disekitarnya dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup atau memecahkan masalah.
Kajian tentang teknologi masyarakat Melayu memang masih amat langka, termasuk
teknologi baharinya. Meskipun demikian, beberapa upaya inventarisasi dan penelitian yang
sedikit banyak menyinggung teknologi masyarakat Melayu Riau dapat ditemukan. Misalnya,
tentang teknologi perikanan dan perkapalan yang telah diamati oleh Ahman (1975) serta
beberapa dosen dan mahasiswa perikanan, Universitas Riau. Kajian tersebut umumnya bukan
berupa pendalaman khusus mengenai teknologi masyarakat Melayu, tetapi lebih banyak
mengenai kondisi sosial budaya atau ekonomi masyarakat Melayu, karena kurangnya tenaga ahli
penelitian maupun kurangnya perhatian terhadap teknologi bahari.
Gambaran sederhana kehidupan masyarakat Melayu bahari dapat digambarkan dari
uraian Clarke dan Pigott (1967:114-153) dalam Prehistoric Societies yang intinya adalah bahwa
kehidupan mereka (Melayu) terutama adalah memakan umbi-umbian yang dikumpulkan oleh
perempuan dalam keluarga yang di dukung oleh hasil pemburuan binatang dan ikan. Perburuan
binatang dilakukan dengan menggunakan panah beracun, tombak, dan tongkat, sedangkan dalam
menangkap ikan, lelaki dan perempuan bersama-sama menggunakan perangkap dan tombak.

SISTEM MATA PENCAHARIAN


Sistem mata pencarian masyarakat Melayu terlihat dari aktivitas mereka yang
menggunakan dan memanfaatkan alam saujana di sekitarnya. Masyarakat Melayu pada
umumnya menghuni di tepi empat sungai besar di Riau dan cabang-cabangnya.
Sungai-sungai yang dimaksud itu ialah sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai Kampar, dan
Sungai Kuantan atau Sungai Inderagiri. Masing-masing negeri Melayu memiliki daerah
kampung, dusun, sawah ladang yang disebut dengan wilayah pertanian, kebun seperti wilayah
perkebunan atau dusun, rimba kepungan sialang, hutan produksi, dan rimba larangan.
Berdasarkan saujana alam seperti itu maka orang Melayu lebih leluasa mengelola alamnya untuk
memenuhi nafkah mereka. Pengelolaan lebih dapat disesuaikan, misalnya disesuaikan dengan
jarak tempat atau dengan waktu dan bidang pekerjaan. Penyesuaian sesuai dengan waktu, jarak,
atau bidang pekerjaan misalnya disebut dengan Peresuk dan Tapak Lapan. Peresuk adalah
pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari. Orang Melayu biasa melakukan lebih
dari satu jenis pekerjaan produktif untuk memenuhi keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja
tersebut berbilang pada tingkat kesulitan dan lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari
penuh. Ada pekerjaan berat yang bisa selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis kerja yang
sangat ringan namun dilakukan dalam rentang waktu panjang seperti menganyam misalnya.
Masyarakat Melayu melazimkan sekurang-kurangnya lima tahapan atau peresuk sehari-
semalam, tentunya diselingi dengan istirahat, ibadah, dan ‘aktitas non kerja’ lainnya.
Adapun Tapak Lapan adalah sebutan sumber mata pencarian yang terdiri 8 tapak atau
titik mata pencarian atau delapan sumber pendapatan, yaitu:
1. berladang (pertanian),
2. beternak (peternakan),
3. menangkap ikan (perikanan),
4. beniro (menatak enau dan kelapa),
5. mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut (perhutanan),
6.berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan (perkebunan),
7. bertukang, dan . berniaga (perdagangan).
Pemahaman lainnya tentang tapak lapan adalah orang Melayu menetapkan satu pokok
sumber pendapatan dan ditambah dengan sumber pendapatan sampingan. Orang Melayu
misalnya menjadikan memotong karet sebagai sumber pendapatan utama dan ditambah dengan
sumber pendapatan sampingan dari mencari ikan, menganyam, kegiatan mengolah hasil kebun
(agroindustri)
PAKAIAN TRADISIONAL
Baju kurung adalah salah satu pakaian adat masyarakat Melayu di Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand bagian selatan. Baju kurung sering
diasosiasi dengan kaum perempuan. Ciri khas baju kurung adalah rancangan yang longgar pada
lubang lengan, perut, dan dada. Pada saat dikenakan, bagian paling bawah baju kurung sejajar
dengan pangkal paha, tetapi untuk kasus yang jarang ada pula yang memanjang hingga sejajar
dengan lutut. Baju kurung tidak dipasangikancing, melainkan hampir serupa dengan t-shirt. Baju
kurung tidak pula berkerah, tiap ujungnya direnda. Beberapa bagiannya sering dihiasi sulaman
berwarna keemasan.
Mulanya, baju kurung biasa dipakai untuk upacara kebesaran melayu oleh kaum
perempuan di dalam kerajaan, dipakai bersama-sama kain songket untuk dijadikansarungnya,
aneka perhiasan emas, dan tas kecil atau kipas. Karena sebagian besar masyarakat melayu
memeluk Islam, banyak perempuan pengguna baju kurung yang menyerasikannya dengan jilbab,
meskipun demikian terdapat juga yang tidak menggunakannya. Kini baju kurung banyak dipakai
oleh masyarakat biasa, digunakan anak-anak untuk mengaji, atau ibu-ibu untuk ke pasar, tanpa
disertakan pernak-pernik yang terkesan mewah.

Sejarah perkembangan
Catatan dari Tiongkok di mengabarkan bahwa masyarakat Melayu baik perempuan
maupun lelaki di abad ke-13 hanya mengenakan penutup tubuh bagian bawah. Dalam
perkembangannya, perempuan Melayu memakai sarung dengan model "berkemban" yakni
melilitkan sarung di sekeliling dada. Celana juga mulai dipakai, dengan model "Gunting Aceh"
yaitu celana yang panjangnya hanya sedikit di bawah lutut.
Namun kemudian perdagangan membawa pengaruh budaya asing. Barang-barang dari
Tiongkok, India, dan Timur Tengah berdatangan. Selain perniagaan, hal ini juga memaparkan
masyarakat Melayu kepada cara berpakaian orang-orang asing tersebut. Orang Melayu juga
mengadopsi Islam sebagai agama mereka, dan ini memengaruhi cara berpakaian karena di dalam
agama baru ini terdapat kewajiban untuk menutup aurat baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Puncaknya adalah pada tahun 1400an, di mana pakaian Melayu digambarkan dengan jelas dalam
karya kesusasteraan Sejarah Melayu (Malay Annals). Di sinilah kita dapat melihat kemunculan
baju kurung, di mana sudah mulai lazim bagi orang Melayu untuk memakai semacam tunik
untuk menutupi tubuh mereka.
Tunik adalah pengaruh dari timur tengah, ditunjukkan dalam bentuk kerah baju yang
dipakai oleh orang Arab. Menurut Judi Achjadi dalam buku "Pakaian Daerah Wanita Indonesia",
baju kurung diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Islam dan India barat. Ini terlihat dari leher
berbentuk tunik. Baju kurung pada masa Malaka pada awalnya berpotongan ketat dan juga
pendek. Konon, Tun Hassan merupakan orang yang mengubah potongan baju kurung menjadi
lebih longgar dan panjang. Menurut Dato' Haji Muhammad Said Haji Sulaiman dalam buku
"Pakaian Patut Melayu", baju kurung seperti yang kita kenal sekarang berasal dari masa
pemerintahan Sultan Abu Bakar pada tahun 1800 di Teluk Belanga, Singapura. Sementara
Mattiebelle Gettinger menjelaskan bahwa baju kurung telah dipakai oleh penari istana di
Palembang dan telah menjadi jenis pakaian populer di Sumatera pada abad ke-20.

Ciri-ciri
Baju kurung tradisional berpotongan longgar, berlengan panjang, dan berpesak serta
melebar di bagian bawahnya. Baju kurung yang dipakai kaum perempuan dipakai dengan kain
sarung berikatan "ombak mengalun". Baju kurung kaum lelaki dipakai dengan celana (seluar)
dan kain samping.

Baju Kurung Perempuan dan Laki-laki


Baju kurung sebenarnya merupakan jenis pakaian yang dipakai oleh laki-laki maupun
perempuan. Namun sekarang ini ada kecenderungan untuk mengaitkan baju kurung hanya
dengan kaum perempuan. Di Malaysia, baju kurung untuk laki-laki dikenal dengan sebutan
"baju Melayu". Di Indonesia, baju kurung untuk laki-laki disebut sebagai "teluk belanga". Ini
adalah salah kaprah, karena "teluk belanga" sendiri adalah salah satu varian dari baju kurung
selain baju kurung cekak musang. Baju kurung untuk laki-laki dipakai dengan pasangan celana
dan kain samping.
Perbedaan antara baju kurung perempuan dan baju kurung laki-laki menurut buku "Pakaian
Patut Melayu":
Baju kurung perempuan jatuhnya di bawah lutut, dengan alas leher yang sempit dan tidak
memiliki saku.
Baju kurung lelaki jatuhnya di bawah bokokng, dengan alas leher melebar, dan
dilengkapi dua saku.

Jenis Baju Kurung


Terdapat dua jenis baju kurung, yaitu Baju Kurung Teluk Belanga dan Baju Kurung Cekak
Musang.
Baju Kurung Teluk Belanga
Baju ini mula di perkenalkan di Teluk Belanga, Singapura dan tersebar luas sebagai ciri
khas Johor khususnya pada abad ke-19. Ia juga dikatakan sejenis pakaian lelaki yang dikatakan
telah direka oleh Sultan Abu Bakar pada tahun 1866 untuk meraikan perpindahan ibu negeri
Johor dari Teluk Belanga di Singapura ke Johor Bahru. Ia menggabungkan ciri-ciri
kebudayaan Melayu, Bugis dan Orang Laut.
Baju Kurung Teluk Belanga mempunyai alas leher berbentuk bulat dan belahan di bagian depan.
Pada keliling leher baju dilapisi dengan kain lain dan dijahit "sembat halus" sementara bagian
pinggiran bulatannya dijahit "tulang belut halus". Bagian pangkal belahan dibuatkan tempat
untuk mengancingkan baju yang disebut "rumah kancing" dengan menggunakan jahitan benang
"insang pari".
Potongan lengan baju panjang dan longgar, berkekek sapu tangan atau berkekek gantung.
Potongan badan lurus dan mengembang di bagian bawah.
Tata cara pemakaian: Bagi laki-laki, Baju Kurung Teluk Belanga dipakai dengan baju dipakai
di luar (menutupi) celana dan kain samping. Baju ini dipakai dengan bagian lehernya dikaitkan
dengan satu kancing. Jika kancing yang digunakan diikat dengan sebiji batu maka disebut
dengan kancing "garam sebuku". Jika diikat dengan beberapa batu maka disebut sebagai
"kunang-kunang sekebun".

Baju Kurung Cekak Musang


Baju Kurung Cekak Musang dipengaruhi oleh baju gamis yang biasa dipakai oleh masyarakat
timur tengah. Baju gamis yang biasanya panjang, dipendekkan hingga ke bawah bokong dan
disesuaikan dengan bentuk Baju Kurung Teluk Belanga. Bentuk baju kurung jenis ini mirip
dengan Baju Kurung Teluk Belanga, tetapi bagian lehernya tegak dan bagian belahan di depan
tertutup oleh tiga, lima, tujuh, atau sembilan anak kancing.
Ada kecenderungan untuk menganggap Baju Kurung Cekak Musang lebih bersifat resmi
dibandingkan dengan Baju Kurung Teluk Belanga. Kaum laki-laki Melayu biasa memakai baju
jenis ini ke acara formal, seperti kaum perempuannya memakai baju kebaya. Baju ini tercantum
dalam buku "Life and Customs" oleh R.O. Winstedt yang dikutip dari Logan, J.I.A. cetakan
tahun 1909. Di dalamnya, disinggung mengenai jenis baju yang disebut sebagai "baju kurung
Chikah Munsang".
Tata cara pemakaian: Cara pemakaian Baju Kurung Cekak Musang mirip dengan Baju
Kurung Teluk Belanga. Namun khusus bagi kaum lelaki, baju kurung dimasukkan ke dalam kain
samping (kain samping menutupi baju). Ini kebalikan dari Baju Kurung Teluk Belanga yang
bajunya dipakai di luar (menutupi) kain samping.

Kelengkapan
Ada beberapa jenis pakaian lain yang lazim dipakai bersamaan dengan baju kurung.
Kelengkapan Perempuan
1. Sarung
Baju kurung biasanya dipasangkan dengan sarung, dan sarung itu sendiri dikenakan dengan
ikatan "ombak mengalun" yaitu lipatan kain yang berlipit-lipit (berombak-ombak). Lipatan ini
ada di bagian kiri atau kanan badan.
2. Kain Dagang
Kain dagang adalah kain sarung yang digunakan sebagai kerudung di saat bepergian. Ini
dimaksudkan untuk melindungi diri dari terik matahari. Apabila berada di dalam ruangan, maka
kain dagang diikatkan pada pinggang atau disangkutkan di lengan.
3. Selendang
Selendang biasanya disampirkan di bahu. Jika sedang memakai kain dagang, alih-alih memakai
selendang panjang biasanya yang dipakai adalah kain mantul. Kain mantul adalah semacam
selendang pendek bersulam, disampirkan di bahu apabila sedang memakai kain dagang sebagai
kelengkapan baju kurung.
Kelengkapan Laki-laki
1. Celana
Bagi lelaki, baju kurung biasa dipasangkan dengan celana panjang yang disebut seluar.
Jenis seluar yang digunakan:
Seluar panjang; celana panjang yang jatuh di atas pergelangan kaki.
Seluar Aceh; celana yang jatuhnya di atas betis, sedikit di bawah lutut.
Seluar katuk; celana yang jatuhnya di atas lutut.
Seluar sampit; celana yang jatuhnya di paha.
Jika lelaki memakai baju kurung dengan sarung saja tanpa memakai celana, maka ini disebut
dengan istilah "ketumbing". Biasanya jenis pemakaian ini hanya untuk di dalam rumah atau bisa
juga untuk ke masjid atau surau.
2. Kain Samping
Kain samping adalah kain sampingan yang dipakai bersama-sama dengan baju dan celana.
Terdapat beberapa cara untuk memasang kain samping:
a. Ikatan Pancung
Cara memakai kain samping yang menggunakan kain lepas. Kain dililitkan di pinggang dan
sebelum sampai ke ujung kain, kain ini "dipancung", yaitu kain disemat sambil membiarkan
ujung kain terkulai ke bawah.
b. Ikatan Kembung
Ini adalah cara memakai kain samping yang biasa dipakai oleh mempelai laki-laki dalam acara
pernikahan adat Melayu. Kata "kembung" berasal dari kesan menggembung saat memakai
ikatan ini. Kain sarung ditarik ke bagian tengah atau tepi badan untuk kemudian diikat dan
disimpul dalam berbagai macam cara agar melekat di pinggang.
c. Ikatan Lingkup
Ini adalah cara memakai kain samping yang paling sering dipakai orang. Kain sarung digulung
ke atas dan dilingkup ke bagian depan atau bagian samping. Mirip dengan cara memakai sarung
untuk keperluan sehari-hari.

Upacara Adat Unik di Riau


1. Upacara Menyemah Laut
Kegiatan upacara menyemah laut adalah melestarikan laut dan isinya agar bermanfaat bagi
manusia. Manfaat yang bisa dirasakan ialah ikan yang bisa dimakan dan dijjual dipasar untuk
melangsungkan hidup. Upacara ini perlu dilakukan untuk melestarikan laut, karena sumber daya
utama dari masyarakat riau adalah laut. Sehingga beberapa Suku Riau akan memiliki cara yang
berbeda untuk melakukan upacara ini.
2. Tepung Tawar
Untuk menyambut upacara adat, warga Riau umunya akan menggunakan upacara tepung tawar
untuk mendoakan keberhasilan sepasang kekasih. Prosesi acara ini biasa dilakukan pada hajatan
acara, peresmian, syukuran atau peresmian apapun. Upacara ini dinilai menjadi cara untuk
memohon doa kepada Allah SWT agar dihindarkan dari mara bahaya. Masyarakat melayu
percaya jika upacara ini sudah terhimpun doa, harapan dan juga limpahan kasih sayang.
3. Upacara Menetau Tanah
Masyarakat minang akan melakukan upacara ini untuk membuka lahan pertanian atau
mendirikan bangunan. Tujuan dilakukanya upacara ini adalah memohon keberkahan dari lahan
yang akan digunakan. Upacara budaya melayu Riau ini juga memiliki makna untuk menolak hal
hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Lahan yang akan melalui proses upacara menetau
tanaah bisanya digunakan untuk menanam padi atau juga tanaman lainya.
4. Upacara Batobo
Batobo adalah upacara gotong royong dalam pengerjaan sawah, ladang, dan lain sebagainya.
Adapun tujuan dilakukan upacara ini adalah untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang,
sehingga proses pertanian lebih mudah dan juga lebih cepat. Batobo merupakan upacara yang
dilakukan oleh sebuah kelompok yang memiliki tetua dan bertugas untuk mengatur jalanya acara
batobo.
5. Tradisi Balimau Kasai
Tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Kampar Provinsi Riau. Basanya masyarakat akan
beramai ramai mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk. Upacara tradisi ini
dilakukan saat menyambut bulan suci Ramadan dan dilaksanakan sehari sebelum menjelang
Ramadhan. Tujuan tradisi balimau kasai ialah mengungkapkan rasa syukur dan juga
kegembiraaan memasuki bulan puasa.

Anda mungkin juga menyukai