Istilah Melayu berasal dari kata mala (yang berarti mula) dan yu (yang berarti negeri)
seperti dinisbahkan kepada kata Ganggayu yang berarti negeri Gangga. Pendapat ini bisa
dihubungkan dengan cerita rakyat Melayu yang paling luas dikenal, yaitu cerita SiKelambai atau
Sang Kelambai. Cerita ini mengisahkan berbagai negeri, patung, gua, dan ukiran dan
sebagainya, yang dihuni atau disentuh oleh Si Kelambai, semuanya akan mendapat keajaiban.
Ini memberi petunjuk bahwa negeri yang mula-mula dihuni orang Melayu pada zaman purba itu,
telah mempunyai peradaban yang cukup tinggi.
Kemudian kata melayu atau melayur dalam bahasa Tamil berarti tanah tinggi atau bukit,
di samping kata malay yang berarti hujan. Ini bersesuaian dengan negeri-negeri orang Melayu
pada awalnya terletak pada perbukitan, seperti tersebut dalam Sejarah Melayu, Bukit Siguntang
Mahameru.
Pada mulanya, baik Melayu tua maupun Melayu muda sama-sama memegang
kepercayaan nenek moyang yang disebut Animisme (semua benda punya roh) dan Dinamisme
(semua benda mempunyai semangat).Kepercayaan ini kemudian semakin kental oleh kehadiran
ajaran Hindu-Budha. Sebab antara kedua kepercayaan ini hampir tidak ada beda yang mendasar.
Keduanya sama-sama berakar pada alam pikiran leluhur, yang kemudian mereka beri muatan
mitos, sehingga bermuatan spiritual.
Kehadiran agama Islam ke dalam kehidupan puak Melayu muda, tidak: hanya sebatas
menapis adat dan tradisinya, tetapi juga berakibat terhadap bahasa yang mereka pakai. Sebab
tentulab suatu hal yang ganjil, jika suatu masyarakat memeluk agama Islam, sedangkan bahasa
yang menjadi pendukung potensi budayanya tidak Islami. Karena itu bahasa dan budaya Melayu
muda juga mendapat sentuhan dan pengaruh Islam, sehingga hasilnya budaya Melayu menjadi
satu di antara lima budaya Islam di dunia ini. Budaya Melayu itu ada disepuh dengan Islam, ada
yang mendapat proses islamisasi dan ada pula yang merupakan hasil kreativitas orang Melayu
yang Islami. Akibatnya penampilah orang Melayu akan memperlihatkan agamanya (Islam) adat
dan resam yang bercitra Islam dan bahasa Melayu yang mengandung lamtan agama Islam.
Tentulah atas kenyataan ini orang Cina yang masuk agama Islam disebut oleh kaum kerabatnya
masuk Melayu.
Perantau Banjar (Kalimantan) di Inderagiri, juga telah diterima dengan baik oleh
kerajaan itu. Akibatnya keturunan mereka juga menjadi bagian masyarakat dan
kerajaan.Keturunan Banjar telah diangkat menjadi mufti kerajaan. Seorang di antara mufti
kerajaan Inderagiri yang terkenal ialah Tuan Guru Abdurrahman Siddik bin Muhammad Apip,
yang telah menjadii mufti dari tahun 1907-1939. Tuan Guru ini meninggal 10 Maret 1939, lalu
dimakamkan di Parit Hidayat dekat kota kecil Sapat, Kuala Inderagiri.
Sejumlah romusha (pekerja paksa oleh Jepang) asal Jawa, juga telah nikah-kawin dengan
puak Melayu Kampar di perhentian Marpuyan Pekanbaru.Keturunan mereka telah kehilangan
jejak budaya Jawa, lalu tarnpil dengan budaya puak Melayu Kampar.
Adapun perkataan Melayu itu sendiri mempunyai kepada tiga pengertian, yaitu Melayu
dalam pengertian “ras” di antara berbagai ras lainnya. Melayu dalam pengertian sukubangsa
yang dikarenakan peristiwa dan perkembangna sejarah, juga dengan adanya perubahan politik
menyebabkan terbagi-bagi kepada bentuk negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei
dan Filipina. Melayu dalam pengertian suku, yaitu bahagian dari suku bangsa Melayu itu sendiri.
Di Indonesia yang dimaksud dengan suku bangsa Melayu adalah yang mempunyai adat
istiadat Melayu, yang bermukim terutamanya di sepanjang pantai timur Sumatera, di Kepulauan
Riau, dan Kalimantan Barat. Pemusatan suku bangsa Melayu adalah di wilayah Kepulauan Riau.
Tetapi jika kita menilik kepada yang lebih besar untuk kawasan Asia Tenggara, maka ianya
terpusat di Semenanjung Malaya.*)
Kemudiannya menurut orang Melayu, yang dimaksud orang Melayu bukanlah dilihat
daripada tempat asalnya seseorang ataupun dari keturun darahnya saja. Seseorang itu dapat juga
disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dan mempunyai adat-istiadat
Melayu. Orang luar ataupun bangsa lain yang datang lama dan bermukim di daerah ini
dipandang sebagai orang Melayu apabila ia beragama Islam, mempergunakan bahasa Melayu
dan beradat istiadat Melayu.
Suku Melayu merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Suku
Melayu dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling
pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao, Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang
terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu
sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara,
Riau, Kepulauan Riau,Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.
Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera
Selatan yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. Si Guntang merupakan
tempat pemunculan pertama tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal
dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang (Singapura, Malaka dan Johor), Minangkabau dan
Tanjung Pura. Pada waktu itu sebutan Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang
Sumatera pilihan. Seiring dengan berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai
ditinggalkan.
Bahasa Melayu
Kebudayaan suku melayu yang paling mudah dikenali dan masih bertahan hingga
sekarang adalah bahasa yang digunakan. Bahasa melayu merupakan bahasa pengantar dalam
kegiatan keagamaan dan perdagangan di nusantara sejak abad ke-7. Dalam perkembangannya,
bahasa melayu tumbuh dan termodifikasi sesuai dengan karakterisktik tempat asalnya. Bahaya
melayu dikenal sebagai bahasa resmi di beberapa negara seperti singapura, malaysia, brunei, dan
Indonesia (Bahasa Indonesia). Dari segi linguistik, bahasa melayu terbagi kedalam 45 bahasa
dan ratusan dialek yang berkembang sesuai dengan rumpun melayu daerah tertentu.
Adat Istiadat
Secara umum, suku melayu dikenal sebagai orang yang mimiliki sopan santun serta
ramah terhadap semua orang. Sikap tersebut telah menjadi adat istiadat dari suku melayu sejak
lama. Adat istiadat yang ada pada suku melayu dibagi menjadi tiga yakni adat sebenaar adat
(adat yang tidak bisa dirubah karena ketentuan agama), adat yang diadatkan (adat yang dibuat
oleh penguasa), serta adat teradat. Adat teradat merupakan konsensus yang ditentukan bersama
sebagai pedoman dalam setiap lini kehidupan masyarakat dan penentuan sikap dalam
menghadapi sebuah peristiwa dan masalah di lingkungan.
Kesenian melayu
Sama halnya dengan kebudayaan nusantara lainnya seperti kebudayaan suku dayak dan
kebudayaan suku bangsa lain, kesenian merupakan bagian yang selalu ada didalamnya. Berbagai
macam kesenian kesenian khas dari berbagai cabang cabang seni yang dapat dengan mudah
masih kita temui sampai saat ini sebagai bentuk kesenian suku melayu. Berbagai macam
kesenian melayu telah termodifikasi sesuai dengan karakteristik rumpun melayu masing masing.
Musik melayu merupakan salah satu jenis seni musik traditional yang berkembang dalam
kehidupan masyatakat melayu. Musik melayu ini tak jarang disajikan dengan tarian tarian khas
dari melayu. Ciri khas dari musik melayu adalah liriknya yang mengandung syair dan memiliki
pesan moral tertentu. Musik melayu ini awalnya banyak berkembang dipesisir sumatera dan
semenanjung melayu.
Beberapa ulasan mengenai kebudayaan suku melayu diatas merupakan ringkasan dari
berbagai macam kebudayaan yang berkembang dalam kehidupan suku melayu pada umumnya.
Masih banyak jenis kebudayaan lain yang terdapat pada suku melayu sesuai dengan rumpun
serta asalnya.
SISTEM PENGETAHUAN
Kesustraan Suci
Sebagai pemeluk agama Islam yang taat, maka kitab Al Quran adalah wahyu dari Allah.
Kitab suci tidak dapat disamakan dengan suatu tulisan dari hasil pikiran manusia. Tetapi
kalamullah mengandung semua aspek kehidupan manusia. Disamping itu, tentunya sastra-sastra
lainnya yang berhubungan dengan agama ini, seperti riwayat Nabi Muhammad yang dikenal
dengan kitab “Barzanji”.
Pembacaan Al Quran diajarkan mulai anak-anak berumumur 7 tahun hingga orang-orang
dewasa. Mempelajari pembacaan Al Quran ini dilakukan bertingkat-tingkat dan merupakan
kebanggaan ibu bapak si anak telah “khatam” Quran. Mempelajari cara pembacaan Al Quran
sangat penting sekali, karena sekaligus harus dipelajari “taj’wid”nya, yaitu mempelajari lafaz
yang betul, begitu juga tekanan-tekanan suara harus mengikuti teknik-teknik pembacaan yang
diharuskan.
Demikian pula nada bacaanya, harus menurut irama yang baik, sesuai menurut
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Pengungkapan kata-katanya harus jelas, biarpun pada
umumnya si pembaca jarang mengerti kata-kata yang dibacanya. Apabila zaman terakhir ini
secara teratur telah diadakan Mushabaqah Tilawatil Quran (MTQ), maka kegiatan mempelajari
pembacaan kitab suci Al Quran ini semakin bertambah meluas.
Pada upacara-upacara adat yang penting, seperti upacara sunat rasul atau upacara
perkawinan, maka anak-anak yang akan dikhitan, begitu pula penganten wanita, melakukan
acara “khatam Quran”, yaitu membaca Surat ‘Amma dalam suatu upacara khusus. Acara ini
dilanjutkan dengan pembacaan kitab Barzanji oleh hadirin, serta mengadakan “Marhaban”.
Pembacaan kitab Barzanji dan Marhaban ini bisa juga diadakan pada kesempatan-kesempatan
lain, terutama pada hari Maulud Nabi Muhammad sendiri. Bacaan-bacaan ini banyak pula
dipakai pada permainan “rebana”, “berdah”, “kerompang”, atau “kompang”, dan sebagainya.
Rebana, berdah dan kerompang ini, hampir sama dengan “terbang” di Banten.
Sistem pengetahuan yaitu mengenai pengetahuan alam sekitar, tentang bahan mentah/
galian, dan tentang kelakuan dengan sesama manusia.
Pengetahuan masyarakat pedesaan ini tentang sehat dan sakit, merupakan sebuah ciri
kebudayaan desa yang unik. Dalam kehidupan sosial, pengetahuan ini berpengaruh pada
beberapa hal, antara lain:
1. Sikap sederhana. Pengetahuan sehat dan sakit yang sederhana berpengaruh terhadap pola
hidup masyarakat desa yang sederhana pula. Secara psikologis mereka menjadi tidak
gampang menyerah pada kondisi tubuh, meski flu, mereka tetap bekerja. Anggapan
bahwa bukan sakit, justru membuat mereka tidak gampang sakit. Adapun secara sosial,
jika ada kegiatan sosial, maka mereka dapat berpartisipasi.
2. Menguatnya iman kepada Tuhan. Keyakinan bahwa semua penyakit pasti ada obatnya
dan pasti akan disembuhkan oleh Tuhan, menjadikan masyarakat inhil semakin
bertambah imannya. Sugesti keimanan yang semakin kuat, menjadi obat tersendiri bagi
kesembuhan sakit yang diderita, selain juga ditambah dengan obat.
3. Kedekatan pada alam. Kepercayaan masyarakat pedesaan inhil berharap ramuan obat-
obatan tradisional yang umumnya berasal dari daun-daunan, satu sisi
berpengaruhterhadap sikap kedekatan mereka pada alam, karena alam telah menyediakan
obat bagi keseluruhan penyakit mereka. Secara sosial hal ini dapat memperkuat identitas
sosial mereka sebagai suku Melayu yang memiliki tradisi budaya luhur.
Sejarah perkembangan
Catatan dari Tiongkok di mengabarkan bahwa masyarakat Melayu baik perempuan
maupun lelaki di abad ke-13 hanya mengenakan penutup tubuh bagian bawah. Dalam
perkembangannya, perempuan Melayu memakai sarung dengan model "berkemban" yakni
melilitkan sarung di sekeliling dada. Celana juga mulai dipakai, dengan model "Gunting Aceh"
yaitu celana yang panjangnya hanya sedikit di bawah lutut.
Namun kemudian perdagangan membawa pengaruh budaya asing. Barang-barang dari
Tiongkok, India, dan Timur Tengah berdatangan. Selain perniagaan, hal ini juga memaparkan
masyarakat Melayu kepada cara berpakaian orang-orang asing tersebut. Orang Melayu juga
mengadopsi Islam sebagai agama mereka, dan ini memengaruhi cara berpakaian karena di dalam
agama baru ini terdapat kewajiban untuk menutup aurat baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Puncaknya adalah pada tahun 1400an, di mana pakaian Melayu digambarkan dengan jelas dalam
karya kesusasteraan Sejarah Melayu (Malay Annals). Di sinilah kita dapat melihat kemunculan
baju kurung, di mana sudah mulai lazim bagi orang Melayu untuk memakai semacam tunik
untuk menutupi tubuh mereka.
Tunik adalah pengaruh dari timur tengah, ditunjukkan dalam bentuk kerah baju yang
dipakai oleh orang Arab. Menurut Judi Achjadi dalam buku "Pakaian Daerah Wanita Indonesia",
baju kurung diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Islam dan India barat. Ini terlihat dari leher
berbentuk tunik. Baju kurung pada masa Malaka pada awalnya berpotongan ketat dan juga
pendek. Konon, Tun Hassan merupakan orang yang mengubah potongan baju kurung menjadi
lebih longgar dan panjang. Menurut Dato' Haji Muhammad Said Haji Sulaiman dalam buku
"Pakaian Patut Melayu", baju kurung seperti yang kita kenal sekarang berasal dari masa
pemerintahan Sultan Abu Bakar pada tahun 1800 di Teluk Belanga, Singapura. Sementara
Mattiebelle Gettinger menjelaskan bahwa baju kurung telah dipakai oleh penari istana di
Palembang dan telah menjadi jenis pakaian populer di Sumatera pada abad ke-20.
Ciri-ciri
Baju kurung tradisional berpotongan longgar, berlengan panjang, dan berpesak serta
melebar di bagian bawahnya. Baju kurung yang dipakai kaum perempuan dipakai dengan kain
sarung berikatan "ombak mengalun". Baju kurung kaum lelaki dipakai dengan celana (seluar)
dan kain samping.
Kelengkapan
Ada beberapa jenis pakaian lain yang lazim dipakai bersamaan dengan baju kurung.
Kelengkapan Perempuan
1. Sarung
Baju kurung biasanya dipasangkan dengan sarung, dan sarung itu sendiri dikenakan dengan
ikatan "ombak mengalun" yaitu lipatan kain yang berlipit-lipit (berombak-ombak). Lipatan ini
ada di bagian kiri atau kanan badan.
2. Kain Dagang
Kain dagang adalah kain sarung yang digunakan sebagai kerudung di saat bepergian. Ini
dimaksudkan untuk melindungi diri dari terik matahari. Apabila berada di dalam ruangan, maka
kain dagang diikatkan pada pinggang atau disangkutkan di lengan.
3. Selendang
Selendang biasanya disampirkan di bahu. Jika sedang memakai kain dagang, alih-alih memakai
selendang panjang biasanya yang dipakai adalah kain mantul. Kain mantul adalah semacam
selendang pendek bersulam, disampirkan di bahu apabila sedang memakai kain dagang sebagai
kelengkapan baju kurung.
Kelengkapan Laki-laki
1. Celana
Bagi lelaki, baju kurung biasa dipasangkan dengan celana panjang yang disebut seluar.
Jenis seluar yang digunakan:
Seluar panjang; celana panjang yang jatuh di atas pergelangan kaki.
Seluar Aceh; celana yang jatuhnya di atas betis, sedikit di bawah lutut.
Seluar katuk; celana yang jatuhnya di atas lutut.
Seluar sampit; celana yang jatuhnya di paha.
Jika lelaki memakai baju kurung dengan sarung saja tanpa memakai celana, maka ini disebut
dengan istilah "ketumbing". Biasanya jenis pemakaian ini hanya untuk di dalam rumah atau bisa
juga untuk ke masjid atau surau.
2. Kain Samping
Kain samping adalah kain sampingan yang dipakai bersama-sama dengan baju dan celana.
Terdapat beberapa cara untuk memasang kain samping:
a. Ikatan Pancung
Cara memakai kain samping yang menggunakan kain lepas. Kain dililitkan di pinggang dan
sebelum sampai ke ujung kain, kain ini "dipancung", yaitu kain disemat sambil membiarkan
ujung kain terkulai ke bawah.
b. Ikatan Kembung
Ini adalah cara memakai kain samping yang biasa dipakai oleh mempelai laki-laki dalam acara
pernikahan adat Melayu. Kata "kembung" berasal dari kesan menggembung saat memakai
ikatan ini. Kain sarung ditarik ke bagian tengah atau tepi badan untuk kemudian diikat dan
disimpul dalam berbagai macam cara agar melekat di pinggang.
c. Ikatan Lingkup
Ini adalah cara memakai kain samping yang paling sering dipakai orang. Kain sarung digulung
ke atas dan dilingkup ke bagian depan atau bagian samping. Mirip dengan cara memakai sarung
untuk keperluan sehari-hari.