KELOMPOK V:
PROGRAM S1
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Hormat Kami,
Penyaji
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................................. 7
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
D. Tujuan Dan Manfaat Pemabahasan Makalah ..................................... 8
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 9
A. Profil Singkat Negara Malaysia ......................................................... 9
B. Sejarah Masuknya Islam Ke Malaysia ............................................... 11
C. Corak Mazhab Di Bidang Fiqih Dan Aqidah Di Malaysia ................ 14
D. Hukum Perkawinan Islam Di Malaysia ............................................. 14
1. Hukum Keluarga Islam di Malaysia............................................ 14
2. Sejarah Undang-undang Perkawinan di Malaysia ...................... 22
E. Kerajaan-kerajaan Islam di Malaysia ................................................. 24
1. Kesultanan Kedah ....................................................................... 24
2. Kesultanan Negeri Pahang .......................................................... 24
3. Kesultanan Terengganu ............................................................... 25
4. Kesultanan Melayu Johor – Riau – Lingga – Pahang ................. 25
5. Kesultanan Selangor .................................................................... 26
F. Akulturasi Islam dan Budaya di Malaysia ......................................... 26
BAB III PENUTUP ................................................................................. 29
Kesimpulan .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Malaysia adalah salah satu negara tetangga Indonesaia yang sering disebut-sebut
sebagai bangsa dan tetangga yang serumpun. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti
karena seerumpun yakni Melayu dan berbahasa Melayu, atau karena sama-sama beragama
Islam yang mayoritas. Semuanya bisa mengena, tetapi ada baiknya kita melihat dari segi
sejarah lebih dahulu. Dari segi ini ditemukan keterangan bahwa betul, pada abad – abad ke 16
dan ke 17 populer sekali istilah orang Melayu, negeri melayu, dan bahasa Melayu, tetapi jangan
lupa istilah bahasa Jawi, rupanya adalah penyebutan orang – orang Arab untuk seluruh
Hal tersebut disampaikan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas dakan bukunya Islam
dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, kedatangan Islam telah membawa bersama tulisan
Arab yang dijadikan tulisan Melayu yang mempunyai tambahan beberapa huruf istimewa bagi
bahasa itu, dan tampaknya tulisan Jawi inilah yang mengikat perpaduan satu bahasa meloputi
golongan bangsa Melayu. Kita dapati bahwa dalam tulisan – tulisan Melayu pada abad – abad
ke 16 dan ke 17 terdapat istilah – istilah seperti “orang melayu” dan “negeri melayu”. Bilamana
bahasa melayu dimaksudkan dalam tulisan – tulisan itu, maka terdapat disitu istilah “bahasa
Jawi”. Kita tahu bahwa istilah Jawi itu adalah sebutan untuk orang Arab terhadap bangsa –
bangsa penduduk kepulauan ini, dapat disimpulkan mengenai sejarah bahasa Melayu bahwa
1
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu (Cet. IV;
Bandung: Mizan, 1990), h. 64
1
Jika merujuk pada tulisan Hamka misalnya, maka yang dimaksud dari negeri – negeri
Melayu dalam sejarah sangat luas, karena mencakup Siam (Petani) di Thailand sekarang,
Malaysia, Indonesia, dan Pilipina Selatan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut,
“yang dimaksud dengan negeri – negeri Melayu, atau boleh juga dikatakan pulau –
pulau Melayu, ialah sejak dari Semananjung Tanah Melayu, turun ke Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan pulau – pulau Nusa Tenggara. Pulau – pulau Maluku
termasuk Irian – pen. Papua sekarang – dan naik terus ke pulau – pulau Luzon dan
ke dalam wilayah Siam, yaitu Melayu Petani dan Ligor. Semenanjun Tanah Melayu
telah tersusun dalam Kerajaan Persekutuan Tanah Melayu yang telah mencapai
kemerdekaannya pada tanggal 31 Agustus 1957. Kemudian pada bulan September 1963
bergabung pulalah Kalimantan Utara, yaitu Serawak dan Sabah yang selama ini
dibawah kuasa Inggris ke dalam negara tersebut lalu memakai nama baru Malaysia.” 2
Setelah Islam datang, barulah perdagangan sangat meluas adanya dan bahkan
menjangkau wilayah yang sangat luas dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa
kedua, sehingga Selat Malaka pernah mendapat julukan “Bandar Niaga Muslim di Timur”.
Kenyataan ini juga dapat dibaca dalam tulisan Syed Muhammada Naquib al – Attas, yang
“Sesungguhnya tanggapan umum bahwa bahasa Melayu telah lama tersebar luas
sebagai lingua franca sebelum datangnya Islam masih boleh dipersoalkan, sebab di
zaman pra – Islam perdagangan di Kepulauan ini tidak melusa pasarannya. Hanya
2
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid IV (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 34.
2
sesudah datangnya Islam sajalah keadaan perdagangan berlaku semakin giat dan subur
Indonesia yakni tidak dapat ditentukan tahunnya secara persis, kecuali abad
kedatangannya yang sering kali disebut – sebut, tetapi begitu datang, langsung
menyebar secara damai bagaikan minyak yang jatuh ke dalam kertas, menyebar dengan
sendirinya. Jika kedatangan Islam di Indonesia yang diperbincangkan oleh para ahli
– sebut abad ke 10, sebagaimana disebut oleh salah satu rujukan berikut yaitu, anggapan
umum bahwa islam wujud buat pertama kali di Malaysia pada abad ke 10 di Trengganu
yang merupakan negeri Melayu pertama menerima Islam. Pandangan ini adalah
Dari sisi budaya dan bahasa, bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia adalah bahasa yang
serumpun yaitu bahassa Melayu. Islam-lah yang mendominasi kebudayaan Melayu, kadang –
kadang tidak dapat dipisahkan antara keduanya. Artinya Islam adalah Melayu dan Melayu
adalah Islam. Bahkan dapat kita lihat beberaa referensi di internet, dengan jelas menyatakan
bahwa Islam mendominasi kebudayaan melayu, Islam adalah pusat dan mendominasi dalam
kebudayaan Melayu. Sebagian besar perkataan dalam bahasa Malaysia mempunyai asal – usul
dari bahasa Arab, bahasa dari agama Islam. Dibalik itu, juga terdapat pula perkataan dari
bahasa Malaysia yang berasal dari bahasa Portugis, Cina, Inggris, dan Perancis. Islam sudah
3
Syed Muhammad Naquib al-Attas, op. cit., h. 57
4
http:/ms.wiki pedia.org/wiki/Islam-di-Malaysia, diakses 08-08-2011.
3
begitu kuat sebagai identitas Melayu sehingga adat istiadat pun telah diasimilasikan dengan
budaya Melayu. 5
Terlihat dengan jelas antara Islam dan Melayu sangat akrab. Demikian itu keadaanya,
sehingga dimasa kekuasaan sultan-sultan yang berdaulat pada masanya, maka Selat Malaka
diberi gelar “Bandar Niaga Muslim di Timur”, dan hal ini yang mewarnai suasana kesehari di
Malaysia baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Sejak tahun 1700 M, Inggris dan
Belanda melakukan perjanjian menjadi dua kawasan kesultanan – kesultanan yang disebutkan
terdahulu yaitu: Pertama, kawasan Utara Selat Malaka termasuk wilayah kekuasaan Inggris.
Kedua, kawasan Selatan Selat Malaka termasuk eilayah kekuasaan Belanda. Pada saat itu
sangat terassa campur tangan dari negara asing, inggris khususnya terhadap politik dan
ekonomi Semenanjung Malaya.6 Diperkuat lagi setelah terjadi perjanjian “Pangkor” pada tahun
1874 M, antara Inggris dan Sultan – sultan di Semenanjung Malaya yang berisikan penunjukka
Residen Inggris untuk kerajaan – kerajaan Melayu, dan penguasa – penguasa Melayu
diwajibkan meminta nasehat Residen dalam banyak hal, kecuali agama dan adat istiadat
Melayu.7 Pada perjanjian ini ada dua hal yang tidak dimasukkan sebagai bentuk petunjuk dari
Residen Inggris yaitu : Agama dan Adat Istiadat, karena kedua hal tersebut menyatu dengan
masyarakat Malaysia atau Melayu sejak berabad – abad lamanya. Dengan keadaan ini, Inggris
mengetahui betul dominasi agama dan adat istiadat pada tubuh masyarakat Malaysia sehingga
mereka tidak inhin mencampurinya. Di sisi lain, pendidikan anak – anak mereka sangat
diperhatikan meskipun secara tradisional seperti belajar membaca Al – Quran dan belajar dasar
– dasar ilmu Islam yang praktis di rumah dan lingkungan keluarga. Hal ini enjadi keadaan
5
Ibid
6
Leonard Y. Andaya, History of Malaysia (Honolulu: University of Hawaii, t. th.), h. 1.
7
Lihat John L’ Espito “Malaysia” Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid III (Cet. II;
Bandung: Mizan, 2002), h. 329.
4
umum dikalangan umat Islam, di Uni Soviet pun terjadi hal yang sama pada masa kekuasaan
Komunias berkuasa.
madrasah. Keterangan ini lebih lanjut dipertegas dan dikemukan oleh John L. Esposito yaitu
pendidikan formal selama abad ke 19 bagi masyarakat Melayu adalah pendidikan agama Islam
murni yakni membaca dan menghafal Al – Quran serta mempelajari ibadah – ibadah dasar
lainnya, masjid merupakan satu – satunya tempat pendidikan, hal ini memantik munculnya
pondok pesantren pada akhir abad ke 19 serta madrasah – madrasah pada abad ke 20.8
Ditemukan beberapa madarasah yang ada pada abad ke 19 hingga paruh kedua abad ke
20 sebagai berikut :
Melayu
tentang agama dan ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu melalui madarasah –
madarasah tersebut diatas, maka diterbitkan pula beberapa majalah yang merupakan saran
8
Ibid.
9
Van Hoeve, op. cit., h. 414.
5
untuk memperluas wawasan keilmuan dan keislaman masyarakat pada umumnya. Majalah
sebagai salah satu media massa yang turut mencerdaskan masyarakat sepanjang masa adalah
suatu fakta yang tidak dapat dibantah. Pembaharuan Syekh Muhammad Abduh sebelum dibaca
bukunya “Tafsir al – Manar”, majalahnya lebih dahulu terbca oleh imum di Asia Tenggara,
termasuk Malaysia. Jadi peranan media masssa dalam rangka pencerdasan umat dan
masyarakat adalah sesuatu yang dapat dilihat dan diamati pada masyarakat tertentu. Hal
demikian karena pada majalah dapat dibaca pembahasan tentang hal – hal yang berhubungan
dengan agama, adat istiadat, dan isu – isu actual pada masanya, serta hal – hal menyangkut
kemunduran bangsa Melayu sebagai eksploitasi kekuatan asing dalam bidang politik dan
ekonomi. Majalah – majalah yang terbit di abad ke 19 dan abad ke 20 dapat dilihat sebagai
berikut:
keislaman sudah kental dan menyatu dalam kehidupan masyarakat Malaysia. Hal ini pula yang
melatar belakangi kehadiran partai – partai Islam, baik sebelum kemerdekaan maupun
dan menguatkan Islam di Malaysia. Hal ini dapat dilihat dengan jelas ketika isu Nasionalisme
10
Ibid
6
mulai didengungkkan, maka perjuangan kaum nasionalis ini selalu berbarengan dan
bergandengan tangan antara mereka dan kaum Islam Melayu. Bahkan agama sering menjadi
aspek menegaskan perjuangan nasional. Mohammad Abu Bakar menyebutkan Islam dan
Nasionalisme selalu hadir berdampingan dalam sejarah politik Malaysia. Seringkali agama
bahkan menjadi aspek yang menegaskan perjuangan nasional. Hal ini terlihat jelas selama masa
penjejahan, ketika nilai – nilai nasional Melayu seringkai dimasukkan dalam konteks ajaran
Islam. 11
Dari rangkaian penjelasan yang telah disampaikan diatas, membuat kami para penyaji
serta penulis makalah ini menjadi tertarik dalam membahas dan mendalami keberadaan Islam
B. BATASAN MASALAH
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan
pembahasan maka penyaji membatasi permasalah dan pembahasan yang berfokus pada profil
negara Malaysia, Sejarah Masuknya Islam ke Malaysia, Corak Mazhab di bidang Fiqih dan
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
11
Mohammad Abu Bakar, Islam dan Nasionalisme pada Masyarakat Melayu Dewasa
ini, dalam Taufik Abdullah & Sharon Siddique (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara
(jakarta: LP3S, 1988), h. 167.
7
4. Apa saja kerajaan – kerajaan Islam yang ada di Malaysia
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, secara umum mempunyai tujuan
1. Tujuan Pembahasan
2. Manfaat Penelitian
intelektual dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca serta menjadikan
sebagai sumber informasi yang bersifat kontinyu dengan menjadikan makalah ini
sebagai referensi dan rujukan dasar untuk mengetahui dan memahami proses masuknya
Islam di Malaysia, corak dan mazhab di bidang fiqih dan aqidah di Malaysia, hukum
8
BAB II
PEMBAHASAN
Malaysia merupakan sebuah negara kerajaan yang konstitusional dan Islam sebagai
agama negaranya. Kerajaan ini merupakan federal dari negara – negara bagian. Rajanya
bergelar Yang Dipertuan Agong, yang dipilih oleh raja – raja dari negara bagian dengan masa
bakti 5 tahun. Kepala pemerintahan negara Malaysia dipegang oleh sebuah Kabinet yang
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Malaysia merdeka pada tanggal 31 Agustus 1967
Persekutuan Tanah Malaya seperti Singapura, Sabah, dan Serawak. Tetapii pada tanggal 9
Agustus 1965 Singapura memisahkan diri dan pada tanggal 1 Januari 1984 Brunei Darussalam
keluar menjadi negara Merdeka. Berikut adalah tabel Negara bagian Malaysia beserta Ibu
Kotanya.
9
Wilayah federasi Negara Malaysia adalah Kuala Lumpur, sebagai Ibu Kota Malaysia.
Negara Malaysia bergabung menjadi anggota PBB, tergabung juga dalam Comonwealth
Letak wilayah Malaysia terbagi menjadi dua bagian yaitu, Malaysia Barat terletak pada
Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur terletak di Pulau Kalimantan Bagian Utara.
Memiliki luas secara keseluruhan 330.434 km2. Kedua bagian itu dipisahkan oleh Laut Cina
Malaysia timur berada pada posisi 1OLU-7OLU dan 109O40'BT - 119OBT, yang dapat
Malaysia barat berada pada posisi 1OLU - 7OLU dan 100OBT - 104O02'BT, yang dapat
Tercatat pada tahun 2003, jumlah penduduk Malaysia adalah 25,1 juta jiwa dengan
pertumbuhan 2,1% setiap tahunnya. Sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di Jazirah
Malaysia bagian barat dan selatan karena dataran rendahnya luas dan kaya akan barang
10
Penduduk Semenanjung Malaysia terdiri atas orang Melayu dengan 50%, Cina dengan
37%, dan India dengan 11% . sisanya adalah orang – orang Eropa, Erasia, dan penduduk asli.
Penduduk asli Malaysia adalah orang Sakai. Penduduk Serawak terdiri atas orang Dayak
Pesisir (Iban) sebanyak 50%, Cina dengan banyak 25%, dan orang Dayak pedalaman atau
Melanau sebanyak 7%. Penduduk Sabah terdiri dari atas orang Kadasan sebanyak 28%, Cina
mereka anut yaitu: Islam sebanyak 52.9%, Budha sebanyak 17.3%, Kong Ho Chu sebanyak
11.6%, Hindu sebanyak 7%, Kristen sebanyak 4,8% dan lainnya sebanyak 4,8%.
1. Sektor Pertambangan
3. Sektor Industri
5. Sektor Perdagangan
Tidak adanya bukti dan dokumen lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia
menyebabkan unculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama kali
menyebar di negara Malaysia. Salah satu pendapat yang menyatakan Islam masuk ke Malaysia
berdasarkan pada sebuah argumentasi bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang Arab
Islam sudah sampai ke gugusan pulau – pulau Melayu, dia mana Malaysia secara geografis
tidak dapat dipusahkan darinya. Para pedagan Arab Muslim yang singgah di pelabuhan dagang
Indonesia pada paruh ketiga abad tersebut, menurut Azmi, tentu juga singgah di pelabuhan –
11
pelabuhan dagang di Malaysia.12 Sejalan pendapat Azmi, Abdullah dkk menegaskan, para
pedagang ini singgah di pelabuhan – pelabuhan Sumatera untuk mendapatkan barang – barang
keperluan dan sementara menanti perubahan angin Mosun, ada di antara mereka yang singgah
di pelabuhan – pelabuhan Tanag Melaya seperti Kedah, Terengganu, dan Malaka. Oleh yang
demikian bolehlah dikatakan bahwa Islam telah tiba di Tanah Malaya pada abad ke 7 M.13
Pendapat ini masih sangat meragukan karena hipotesis tersebut berlalu umum dan masih dapat
diperdebatkan.
Hipotesis lain dikemukan oleh Fatimi, bahwa Islam datang pertama kali di sekitar abad
bertanggal 702 H atau 1303 M. Batu Bersurat itu ditulis dengan akasara arab. Pada sebuah
sisinya, memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk
berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah. Sisi lainnya memuat daftar
singkat mengenai 10 aturan dan mereka yang melanggarnya akan mendapat hukuman.14
Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama kali tiba di Malaysia sekitar abad
ke 15 dan ke 16 M. Kedua pendapat ini, baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima
karen bukti yang lebih kuat yang menunjukkan Islam telah tiba jauh sebelum itu yaitu pada
abad ke 3 H (10 M). Pendapat terakhir ini didasarkan dengan penemuan batu nisan di Tanjung
Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisai itu tertulis nama Syekh Abd al _ Qadir ibn
Husayn Syah yan meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut sejarawan, Syekh Ab al –
Qadir adalah seorang ulama keturunan Persia. Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa
12
Wan Hussein Azmi, ‘Islam di Malaysia: Kedatangan dan Perkembangan (abad 7-20M)’, dalam Azizan
bin Abdul Razak, Tamadun Islam di Malaysia, Kuala Lumpur: Persatuan Sejarah Malaysia, 1980, hlm. 142.
13
Hashim Abdullah dkk., Perspektif Islam di Malaysia, (Kuala Lumpur : Jabatan Pengajian Media
Universitas Malaya & Hizbi Sdn. Bhd, 1998), hlm. 2
14
S.Q. Fatimi, Islam Comes to Malaysia, Singapore: Sociology Research Institute, 1963, hlm. 60-69.
12
Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar abad ke 3 H (10 M).15 Baik Fatimi maupun Majul
kemungkinan tidak mengetahui mengenai penemuan batu nisan di Tanjung Kedah dan tulisan
tentangnya di majalah Mastika, karena tulisan tersebut baru diterbitkan tahun 1965, sedangkan
Tidak adanya consensus di kalangan sarjana ini bisa dimengerti. Bagaimanapun juga
problem utama untuk mempelajari Islam di wilayah ini dalam istilah Jhons adalah karena
keragaman dan keluasan wilayah, dimana pada kenyataannya tidak setiap wilayah atau masing
– masing bagian dari wilayah itu sama – sama bisa diketahui dengan baik, sehingga
Sumber – sumber spekulasi lainnya adalah menyangkut cara dan situasi dimana
Islamisasi di Semenanjung Malaya ini terjadi. Mengenai asal – usul penyebaran, perdebatan
akademis berpusat di Arabia dan India. Sebagaiman diketahui secara umum, sebelum Idlam
datang ke Tanah Malaya, orang – orang melayu adalah penganut animism, hinduisme, dan
budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, Islam secara berangsur – angsur mulai
diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.
15
Mansor Tobeng, ‘Keramat Tok Serban Hijau di Tanjung Inggeris, Kedah’, Mastika, Oktober 1965,
hlm. 33-35. Tanjung Inggris, Kedah, tempat di mana batu nisan ini ditemukan adalah daerah yang tanahnya lebih
tinggi dari daerah sekitarnya, lebih strategis dan layak dijadikan sebagai tempat persinggahan pedagang-pedagang
yang menggunakan Sungai Kedah. Di sekitar makam tersebut juga terdapat banyak batu nisan lama dan ini
memperlihatkan bahwa tempat itu merupakan sebuah perkampungan lama bagi orang Islam dan menjelaskan
bahwa Tanjung Inggris adalah tempat persinggahan pedagang-pedagang Arab dan Parsi. Artifak ini merupakan
sebuah bukti tentang kedatangan agama Islam di Tanah Melayu. Hashim Abdullah dkk., Perspektif Islam di
Malaysia, hlm. 4.
16
A.H. Johns, Islam in Southeast Asia: Reflection and New Directions, dalam Indonesia, Vol. 19 April
1975, hlm. 163
13
C. CORAK MAZHAB DI BIDANG FIQIH DAN AQIDAH DI MALAYSIA
Masyarakat Islam di Malaysia dilihat dari bidang fiqih dan aqidahnya menganut
mazhab Syafi’i. Kemudian diperkukuhkan melalui sistem pendidikan dan perundangan yang
berlaku.17
Malaka, yang kemudian diikuti dengan Undang-undang wilayah yang lahir di bawah
pengaruhnya, seperti Undang-undang Pahang dan Undang-undang Johor. Hal penting yang
harus ditegaskan dalam tulisan ini adalah bahwa sebagian kandungan undang-undang tersebut
Keluarga Islam yang berlaku di Malaysia menjadi dua kelompok besar.19 Undang – undang
yang mengikuti akta persekkutuan adalah Selangor, Negeri Sembilan, Pulau Pinang, Pahang,
Kelantan, Johor, Malaka, dan Kedah meskipun dicatat banyak persamaanyya tetapi ada
perbedaan yang cukup signifikan, yaitu dari 134 pasal yang ada terdapat perbedaan sebanyak
49 kali.
17
PM Dr. Abdul Halim el-Muhammady seperti “The Influence of Shafi’ite School in the Muslim Law
in Malaysia”, ms. 195-197, Seminar Pemikiran Islam (Imam al-Syafi‘i) 9-11 Oktober 1989, Pusat Islam
Malaysia, Kuala Lumpur
18
M.B. Hooker, Islamic Law ini Southeast Asia (Singapore: Oxford University Press, 1984), h. 11-13,
sebagaimana dalam Mahmood Zuhdi, “Mazhab Syafi’i di Malaysia”, dalam Jurnal Fiqh, h. 5
19
Khoiruddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, Studi Perbandingan dan
Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab Fiqih, (Jakarta :Ciputat Press,2003) hlm.22
14
Perkawinan di Malaysia dihasurkan adanya pendafataran atau pencatatan
dilakukan segera setelah selesai akad nikah, kecuali Kelantan yang menetapkan
tujuh hari setelah akad nikah dan pencatatan tersebut disaksikan oleh wali, dua
orang saksi dan pendaftar. Sebagaimana dalam UU Pulau Pinang Pasal 22 Ayat
1 dinyatakan :
hendaklah mencatat butir-butir yang ditetapkan dan ta'liq yang ditetapkan atau
yang ada diluar negeri. Proses pencatatan secara prinsip sama dengan proses
hanya pada petugas pendaftar, yakni bukan oleh pendaftar asli yang diangkat oleh
1 dinyakatakan :
15
Ketiga, warga Malaysia yang tinggal di luar negeri dan melakukan perkawinan
Prosesnya pria yang melakukan perkawinan dalam masa enam bulan setelah akad
nikah, mendaftarkan kepada pendaftar yang diangkat oleh kedutaan dan konsul
enam bulan maka boleh juga mendaftar di Malaysia. Ketentuan ini berdasarkan
wali dalam perkawinan, tanpa wali perkawinan tidak dapat dilaksanakan. Dalam
nasab. Hanya saja dalam kondisi tertentu posisi wali nasab dapat diganti oleh wali
minimal 16 tahun bagi mempelai perempuan dan 18 tahun bagi mempelai laki-
“Hal umur perkahwinan yang dibenarkan bagi perempuan tidak kurang dari 16
tahun dan laki-laki tidak kurang daripada 18 tahun. Sekiranya salah seorang
atau kedua-dua pasangan yang hendak berkahwin berumur kurang daripada had
terlebih dahulu.”
4) Perceraian di Malaysia
16
Adapun alasan perceraian dalam perundang-undangan Keluarga Muslim di
penyakit kelamin yang bisa berjangkit, selama isteri tidak rela dengan
kondisi tersebut;
secara tidak sah, baik karena paksaan kelupaan, ketidak sempurnaan akal
d. pada waktu perkawinan suami sakit syaraf yang tidak pantas kawin;
yakni:
b. tebus talak;
c. syiqaq;
yang disertai dengan alasan. Kedua, pemeriksaan yang meliputi pemanggilan oleh
Juru damai yang diangkat dalam proses perdamaian diutamakan dari keluarga
dekat yang berperkara. Kalau juru damai yang diangkat dianggap kurang mampu
17
menjalankan tugasnya, bisa diganti dengan juru damai lain yang dianggap lebih
mampu. Adapun masa usaha mendamaikan adalah maksimal enam bulan, atau
bulan. Kalau para pihak tidak mau didamaikan, pegawai yang ditunjuk harus
dengan akibat perceraian, seperti nafkah dan pemeliharaan anak sebelum dewasa,
pembela, dengan izin juru damai. Setelah usaha perdamaian itu tidak
Adapun proses perceraian dengan tebus talak, kalau sudah disepakati kedua belah
yang sudah disetujui, pengadilan menyuruh suami untuk melakukan ikrar talak,
dan talaknya akan jatuh talak bain sughra (tidak boleh dirujuk lagi).
Proses perceraian dengan taklik talak adalah isteri melapor tentang terjadinya
dicatatkan.
Sedangkan proses perceraian karena ada masalah di antara para pihak (syiqaq),
pada dasarnya mempunyai proses yang sama dengan proses perceraian talak yang
tidak disetujui salah satu pihak dan proses tebus talak, yakni didahului dengan
pengangkatan juru damai sampai putusan cerai, kalau tidak bisa didamaikan.
Bahkan Kelantan membuat proses yang sama antara talak dan syiqaq. Karena itu
secara prinsip, dalam proses perceraian dengan talak, tebus talak, taklik talak, dan
18
percekcokkan, antara sumi isteri mempunyai hak yang sama, dan pada akhirnya
Pengadilan Agama.
Hal-hal lain yang penting dicatat tentang proses perceraian adalah pertama, ikrar
Demikian juga seorang yang ditinggal mati boleh nikah lagi kalau sudah
Tentang perceraian sebab li’an tidak ada penjelasan lebih rinci. Hanya disebutkan
hakim.
Selangor, tercatat beberapa alasan yang sama seperti di Perak dan Pahang di atas
19
e. Isteri dinikahkan bapak sebelum berumur enambelas tahun menolak
Dari beberapa alasan tersebut diatas ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, meskipun semua undang-undang menjadikan unsurtidak waras sebagai
alasan perceraian. Undang-undang Negerisembilan, Pulau Pinang, Selangor dan
Serawak mensyaratkan sakitnya minimal 2 tahun. Sementara UU Kelantan,
Pahang, Perak tidak mensyaratkan batas minimal. Kedua, semua undang-undang
mencantumkan alasan-alasan lain untuk fasakh. Ketiga, undang-undang
Kelantan, Negerisembilan, Persekutuan Pulau Pinang, Selangor dan Serawak
mencantumkan perkawinan paksa sebagai salah satu alasan perceraian.
5) Poligami di Malaysia
harus dipenuhi bagi seseorang yang hendak melakukan poligami adalah adanya
izin tertulis dari Hakim, ketentuan ini hampir tercantum di semua undang-undang
perkawinan negeri bagian. Namun demikian ada beberapa berbedaan yang secara
“Tiada seorang laki-laki boleh berkahwin dengan seorang lain dalam masa dia
masih beristrikan istrinya yang sedia ada kecuali dengan terlebih dahulu
mendapatkan kebenaran secara tertulis daripada hakim syari'ah, dan jika dia
20
berkahwin sedemikian tanpa kebenaran tersebut maka perkawinan itu tidak boleh
lebih dahulu dari Hakim bahwa ia akan berlaku adil terhadap isteri-isterinya.
Kedua, Poligami tanpa adanya izin dari pengadilan boleh didaftarkan dengan
syarat lebih dahulu membayar denda atau menjalani hukuman yang telah
Kelantan. Pertimbangan pengadilan memberi izin atau tidak, dilihat dari pihak
isteri dan suami. Adapun beberapa alasan yang dapat dikemukakan isteri
diantaranya, karena kemandulan, udzur jasmani, tidak layak dari segi jasmani
nyawa, badan, akal, atau harta benda isteri yang lebih dahulu dinikahi.
a. Poligami
atau kedua-duanya sekaligus. Demikian juga bagi suami yang tidak mampu
21
b. Pencatatan Perkawinan
Bagi orang yang melakukan perkawinan di luar Malaysia dan tidak sesuai
dengan aturan yang ada adalah perbuatan melaggar hukum maka dapat
sebesar seribu ringgit atau penjara maksimal enam bulan atau kedua-
duanya.
“Jika salah satu pihak kepada suatu perkahwinan telah masuk Islam, pihak yang
satu tidak masuk Islam boleh untuk perceraian. Dengan syarat bahwa tiada suatu
permohonan dibawah syeksen boleh diserahkan sebelum tamat tempo tiga bulan
Sebelum masuknya Inggris, hukum yang berlaku adalah hukum Islam yang masih
bercampur dengan hukum adat,20 menurut Abdul Munir Yaacob undang – undang yang berlaku
di negari-negari bagian sebelum campur tangan Inggris adalah adat pepateh untuk kebanyakan
20
Khoirudin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara, (Lieden – Jakarta, INIS, 2002), hlm. 62
22
orang-orang melayu di Negeri Sembilan dan beberapa kawasan di Malaka, dan adat
undang Mahkamah Melayu Serawak. Undang- undang tersebut sangat dipengaruhi oleh hukum
Islam dan utamanya dalam masalah perkawinan, perceraian dan jual beli.21
2) Setelah Merdeka
21
Abdul Monir Yacob, Pelaksanaan Undang-Undang dalam Mahkamah Syariyah dan Mahkamah Sipil
di Malaysia,( Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Malaysia (IKIM), 1995) hlm.8
22
Khoiruddin Nasution, Op.Cit, h. 62-65.
23
Ibid
23
bukan hanya pendaftaran perkawinan dan perceraian seperti pada undang-undang
sebelumnya. Usaha tersebut dimuali pada tahun 1982 oleh Malaka, Kelandan, dan
Negeri Sembilan yang kemudian diikuti oleh negara-negara bagian lain. Undang-
Wilayah Persekutuan 1984, UU Perak 1984 (No. 1), UU Kedah 1979, UU Pulau
1. Kesultanan Kedah
Islam masuk ke Kedah dubaw oleh Syeikh Abdullah bin Syeikh Ahmad bin
Syeikh Qaumiri dengan sebelas orang kawannya datang ke Kedah dan berjumpa
dengan Maharaja Darbae Raja II di Istana Bukit Meriam. Kemudian nama raja
tersebut diubah menjadi Sultan Muzaffar Shah I, dan nama Kedah diubah pula
menjadi Kedah Darul’l-Aman, sejak itulah orang besar Kedah dan orang Melayu
Nama Pahang dari bahasa Kamboja yaitu “Biji Timah” sebab semula Pahang kaya
dengan biji timah tersebut, juga ada nama Pahang sebagai Pong-Fong (istilah
24
Ibid, h 20-21
24
China), bahasa Arab Pan atau Pam, dalam buku Eropa disebut Phaung atau
Pahang. Selanjutnya Pahang sudah didiami manusia sejak masa batu dahulunya.
Sultan Mahmud bin Sultan Ahmad Shah I, Sultan Abubakar bin Sultan Abdullah,
bahwa Islam di Pahang sangat berkembang pesat termasuk pada aliran tariqat dan
tasawuf.
3. Kesultanan Terengganu
pula taklukkan Majapahit. Batu Bersurat menyebut Terengganu dijabat oleh Raja
Mandalika, seterusnya Megat Panji alam dan Tun Telanai seterusnya disebutkan
dibawah Kerajaan Johor dihantarkan dua Laksaman yaitu Megat Sri Rama
Kesultanan Melayu Johor – Riau – Lingga – Pahang dapat diurai berikut ini:
diteruskan oleh keturunan Tun Habib yang ditundukkan oleh Raja Kecil putra
Kemudian isteri Sultan Abdul Jalil Ria’yat Syah IV melahirkan diberi nama Raja
25
Pahang bagian jajahan Inggris. Sejak masa itu pembauran suku Bugis dalam
5. Kesultanan Selangor
Kesultanan Selangor yang wujud pada hari ini diasaskan oleh Raja Lumu, putra
Yang Dipertuan Raja Muda Daeng Chelak atau Daeng Pali. Ditabalkan sebagai
Sultan Selangor dengan gelar Sultan Salehuddin pada 1766 oleh Sultan Perak
Orang Melayu, berdarah raja keturunan sultan Selangor, laki-laki dan berugama
Islam, zuriat, diakui sah dan halal, dan darah daging raja muda tidak mencampuri
Barat, sejatinya telah memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Meski demikian, sebelum
kedatangan Islam, ketinggian peradaban ini masih dapat dikatakan bias identitas. Tidak
adanya dasar perpaduan, ciri khas, serta hal-hal lain yang membedakannya dengan
peradaban dan budaya bangsa lain menjadi dasar bahwa Islam sejatinya memiliki peran
identitas dan asas jati diri untuk diaplikasi dalam kehidupan bangsa Melayu. Hal
tersebut bahkan menjadi sangat identic hingga saat ini. Wujud kongkrit identifikasi ini
26
Islam sebagai ajaran agama yang (oleh pemeluknya) diyakini sebagai agama yang
sempurna, membuat bangsa Melayu (Malaysia) kemudian memilih Islam sebagai dasar
dalam kehidupan sosial budayanya. Paling tidak, atas dasar ini dapat dijabarkan
beberapa faktor yang menjadikan hubungan antara identitas Islam dan Budaya Melayu-
dengan ajaran Islam dimana kesamaan ini berupa pengamalan nilai perilaku yang
2. Kemudahan dalam memahami ajaran Islam. Islam diyakini sebagai ajaran yang
3. Universalitas Islam yang tidak membatasi ajarannya pada suatu bangsa tertentu
(Rahmatan lil ‘alamin) namun mencakup seluruh manusia yang berdasar pada
manusia sebagai makhluk adalah sama di sisi Tuhan (Rahimin Affandi, 2005: 42).
Intelektual yang concern pada kajian Islam-Melayu, Syed Muhammad Naquib al-
menjadikan bangsa Melayu kepada pemikiran (ilmu) yang rasional. Ilmu yang mempu
menempatkan akal-rasio manusia pada posisi yang tinggi. Selain itu, Islam juga
menjadikan dunia Melayu sebagai peradaban yang tinggi yang diwujudkan dalam
kekuasaan politik berupa berbagai kesultanan, serta mampu head to head dengan
peradaban Timur serta Barat. Lebih jauh, penerimaan masyarakat dunia Melayu
terhadap Islam juga dapat disebabkan adanya ketertarian pada lengkap dan indahnya
Islam itu sendiri, dimana hal ini kemudian dianggap dapat menjadikan bangsa Melayu
27
sebagai komunitas umat beragama yang lebih baik dibandingkan dengan umat agama
lain.
Dengan kecenderungan ini maka lekatnya Islam dengan dengan bangsa Melayu-
Malaysia menjadu rak terelakkan. Dominasi Islam telah mewujud melalui proses
transmisi yang panjang hingga mampu mempengaruhi adat dan kebudayaan Melayu.
Jati diri orang Melayu kemudia terwujud pada keteguhannya dalam memegang nilai-
nilai Islam yang murni, nilai yang tidak bercampur aduk dengan nilai serta amal budaya
dan adat yang melenceng. Dalam hal ini, penerimaan nilai adat-budaya bangsa Melayu
dan/atau kebiasaan yang ditradisikan sebelum memeluk Islam mesti ditinggalkan atau
masyarakat Melayu -Malaysia menggabungkan dua unsur utama, yaitu Islam dan adat
Melayu. Adat Melayu tidaklah ditinggalkan, namun, adat dan budaya yang menjadi ada
tetap (harus) berlandaskan kepada syariat. Tauhid kemudian menjadi jati diri Melayu-
pandangan yang menyebutkan bahwa jika seseorang itu memeluk Islam maka akan
digelari dengan istilah “Masuk Melayu”. Dalam konteks ini kemudian dapat
disimpulkan bahwa Islam sejatinya telah membentuk jati diri budaya dan bangsa
Malaysia. Sebagai implikasinya maka, kehidupan sosial budaya hingga politik dan
28
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Malaysia adalah salah satu negara tetangga Indonesaia yang sering disebut-sebut sebagai
bangsa dan tetangga yang serumpun. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti
karena seerumpun yakni Melayu dan berbahasa Melayu, atau karena sama-sama
2. Malaysia merupakan sebuah negara kerajaan yang konstitusional dan Islam sebagai
agama negaranya. Kerajaan ini merupakan federal dari negara – negara bagian. Rajanya
bergelar Yang Dipertuan Agong, yang dipilih oleh raja – raja dari negara bagian dengan
masa bakti 5 tahun. Kepala pemerintahan negara Malaysia dipegang oleh sebuah Kabinet
3. Azmi, Abdullah dkk menegaskan, para pedagang ini singgah di pelabuhan – pelabuhan
perubahan angin Mosun, ada di antara mereka yang singgah di pelabuhan – pelabuhan
Tanag Melaya seperti Kedah, Terengganu, dan Malaka. Oleh yang demikian bolehlah
dikatakan bahwa Islam telah tiba di Tanah Malaya pada abad ke 7 M. Hipotesis lain
dikemukan oleh Fatimi, bahwa Islam datang pertama kali di sekitar abad ke 8 H atau ke
atau 1303 M. Batu Bersurat itu ditulis dengan akasara arab. Pada sebuah sisinya, memuat
pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh
pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah. Sisi lainnya memuat daftar singkat
mengenai 10 aturan dan mereka yang melanggarnya akan mendapat hukuman. Selain itu,
Majul mengatakan bahwa Islam pertama kali tiba di Malaysia sekitar abad ke 15 dan ke
16 M. . Kedua pendapat ini, baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat diterima karen
29
bukti yang lebih kuat yang menunjukkan Islam telah tiba jauh sebelum itu yaitu pada
abad ke 3 H (10 M). Pendapat terakhir ini didasarkan dengan penemuan batu nisan di
Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisai itu tertulis nama Syekh Abd al
_ Qadir ibn Husayn Syah yan meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut sejarawan,
Syekh Ab al –Qadir adalah seorang ulama keturunan Persia. Penemuan ini merupakan
suatu bukti bahwa Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar abad ke 3 H (10 M).
4. Masyarakat Islam di Malaysia dilihat dari bidang fiqih dan aqidahnya menganut mazhab
berlaku.
Islam yang berlaku di Malaysia menjadi dua kelompok besar. Undang – undang yang
mengikuti akta persekkutuan adalah Selangor, Negeri Sembilan, Pulau Pinang, Pahang,
Perlis, Terengganu, Serawak dan Sabah. Hukum Perkawinan di Malaysia mengatur yang
meliputi:
4) Perceraian di Malaysia
5) Poligami di Malaysia
1) Kesultanan Kedah
30
3) Kesultanan Terengganu
5) Kesultanan Selangor
7. Islam sebagai ajaran agama yang (oleh pemeluknya) diyakini sebagai agama yang
sempurna, membuat bangsa Melayu (Malaysia) kemudian memilih Islam sebagai dasar
31
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik & Sharon Siddique (ed). Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
Jakarta: LP3S, 1988
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Cet. IV,
Bandung : Mizan, 1990.
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
L. Esposito, John. The Oxford Ensyclopedia of The Modern Islamic World, diterjemahkan oleh
Eva Y. N., et.al, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid II Cet. II, Bandung:
Mizan, 2002.
Van Hoeve. Ensiklopedi Islam. Jilid III; Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994.
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, Cet. I, Pekanbaru : Lembaga Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2014.
Abdullah, Abu Bakar, Ke Arah Perlaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia: Masalah dan
Penyelesaiannya, Pustaka Damai, Kuala Lumpur, 1986.
Abdullah, Hashim, dkk., Perspektif Islam di Malaysia, Jabatan Pengajian Media Universitas
Malaya & Hizbi Sdn. Bhd, Kuala Lumpur, 1998.
Esposito, John L (ed), Islam and Development Religion and Socio-political Change, Syracuse:
Syracuse University Press, 1980.
Fatimi, S.Q. Islam Comes to Malaysia, Singapore: Sociology Research Institute, 1963.
Johns, A. H., Sufism as a Category in Indonesian Literature and History, I JSEAH, 2, II, 1961.
Nasution, Khoirudin, Status Wanita di Asia Tenggara, (Lieden – Jakarta, INIS), 2002
32
Yacob, Abdul Monir, Pelaksanaan Undang-Undang dalam Mahkamah Syariyah dan Mahkamah Sipil
di Malaysia, Kuala Lumpur: Institut Kefahaman Malaysia (IKIM), 1995.
el-Muhammady, Abdul Halim, “The Influence of Shafi’ite School in the Muslim Law in Malaysia”, ms.
195-197, Seminar Pemikiran Islam (Imam al-Syafi‘i) 9-11 Oktober 1989.
Nasution, Khoiruddin, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, Studi Perbandingan dan Keberanjakan
UU Modern dari Kitab-Kitab Fiqih, (Jakarta :Ciputat Press), 2003.
Hamdani, Ahwal Al-Syakhsiyyah (Hukum Keluarga) Islam Di Malaysia, Aceh: Institut Agama Islam
Negeri Ar-Raniry. 2012.
Adnan Amal, Taufik dkk, Politik Syariat Islam dari Indonesia hingga Nigeria,cet. 1, Jakarta :
Pustaka Alvabet, 2004
Nasution, Khairuddin dan Atho' Muzdhar, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern; Studi
Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern dari Kitab-Kitab fiqih, cet.1,Jakarta :
Ciputat Press, 2003.
Samin, Suwardi Mohammad, 2015, Kerajaan Dan Kesultanan Dunia Melayu: Kasus Sumatera
dan Semananjung Malaysia. Jurnal Criksetra, Vol. 4 No. 7.
Abdullah Zakarya Ghazali , editor, 2005, Sejarah negeri Selangor dari zaman Prasejarah
hingga Kemerdekaan, Persatuan Sejarah Malaysia, Cawangan Selangor.
Amin Yacob, M., Sejarah Kerajaan Lingga, Johor-Pahang- Riau-Lingga, UNRI Press untuk
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga. 2004.
Omar, B. b.. 2014, Islam dan Kebudayaan Melayu di Era Globalisasi. Sosial Budaya: Media
Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya, Vol.10, No.1, Hal. 115-123,
Rahimin Affandi, A., 2005, Citra Islam dalam pembentukan manusia Melayu moden di
Malaysia: suatu analisa. Jurnal Pengajian Melayu (Journal of Malay Studies) , 15,
No.3, 19-51..
M.B. Hooker, 1984, Islamic Law ini Southeast Asia (Singapore: Oxford University Press), h. 11-13,
sebagaimana dalam Mahmood Zuhdi, “Mazhab Syafi’i di Malaysia”, dalam Jurnal Fiqh, h.5
33
Ikhsan, Muhammad, 2018, Sejarah Mazhab Fiqih Di Asia Tenggara, Jurnal Nukhbatul ‘Ulum, Vol. 4
No 2. hlm. 126.
34